Anda di halaman 1dari 20

7

ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY. G DENGAN PRE EKLAMSIA

DI RSUD RUENG

OLEH :

GREGORIUS GABUT

23203039

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN DAN PENDIDIKAN PROFESI NERS

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS KATOLIK INDONESIA SANTU PAULUS RUTENG

2023
8
BAB I

LAPORAN PENDAHULUAN

A. Definisi
Preeklamsia merupakan gangguan hipertensi yang terjadi pada ibu hamil dengan usia
kehamilan lebih dari 20 minggu yang ditandai dengan meningkatnya tekanan darah ≥ 140/90
mmHg disertai dengan edema dan proteinuria (Faiqoh, 2014). Preeklamsia merupakan
kondisi spesifik pada kehamilan yang ditandai dengan tingginya tekanan darah, tingginya
kadar protein dalam urine serta edema. Diagnosis preeklamsia ditegakkan berdasarkan
adanya hipertensi spesifik yang disebabkan kehamilan disertai dengan gangguan sistem
organ lainnya pada usia kehamilan diatas 20 minggu. Preeklamsia, sebelumnya selalu
didefinisikan dengan adanya hipertensi dan proteinuria yang baru terjadi pada kehamilan
(new onset hypertension with prteinuria) (POGI, 2016).
Meskipun kedua kriteria ini masih menjadi definisi klasik preeklamsia, beberapa
wanita lain menunjukkan adanya hipertensi disertai gangguan multisistem lain yang
menunjukkan adanya kondisi berat dari preeklamsi meskipun pasien tersebut tidak
mengalami proteinuria. Sedangkan, untuk edema tidak lagi dipakai sebagai kriteria
diagnostik karena sangat banyak ditemukan pada wanita dengan kehamilan normal (POGI,
2016).
B. Etiologi
Sampai dengan saat ini penyebab utama preeklamsia masih belum diketahui secara
pasti. Beberapa ahli percaya bahwa preeklamsia diawali dengan adanya kelainan pada
plasenta, yaitu organ yang berfungsi menerima suplai darah dan nutrisi bagi bayi selama
masih didalam kandungan. Teori lain menejelaskan preeklamsia sering terjadi pada
Primigravida, Kehamilan Post Matur/ Post Term serta Kehamilan Ganda. Berdasarkan teori-
teori tersebut preeklamsia sering juga disebut “Desease Of Theory” . Beberapa landasan teori
yang dapat dikemukakan diantaranya adalah (Nuraini, 2021).

1. Teori Genetik

Berdasarkan pada teori ini preeklamsia merupakan penyakit yang dapat diturunkan atau
bersifat herediter, faktor genetik menunjukkan kecendrungan meningkatnya frekuensi
preeklamsia pada anak-anak dari ibu yang menderita preeklamsia, serta peran Renin-
Angiotensin-Aldosteron-System (RAAS) dimana enzim renin merupakan enzim yang
dihasilkan oleh ginjal dan berfungsi untuk meningkatkan tekanan darah bekerja sama
dengan hormon aldosteron dan angiotensin lalu membentuk sistem.
9
2. Teori Immunologis

Preeklamsi sering terjadi pada kehamilan pertama dan jarang timbul pada kehamilan
berikutnya. Hal ini dapat diterangkan bahwa pada kehamilan pertama pembentukan
blocking antibodies terhadap antigen plasenta tidak sempurna.

3. Teori Prostasiklin & Tromboksan

Pada preeklamsia didapatkan kerusakan pada endotel vaskuler, sehingga terjadi


penurunan produksi prostasiklin yang pada kehamilan normal meningkat, aktifitas
penggumpalan dan fibrinolisis, yang kemudian akan diganti trombin dan plasmin.
Trombin akan mengkonsumsi antitrombin menyebabkan pelepasan tromboksan dan
serotonin, sehingga terjadi vasospasme dan kerusakan endotel.

Menurut Marianti (2017) selain Primigravida, Kehamilan Ganda serta riwayat


Preeklamsia, beberapa faktor lainnya yang bisa meningkatkan resiko preeklamsia antara
lain adalah:

1) Malnutrisi Berat

Riwayat penyakit seperti : Diabetes Mellitus, Lupus, Hypertensi dan Penyakit


Ginjal.

2) Jarak kehamilan yang cukup jauh dari kehamilan pertama.

3) Usia kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun.\

4) Obesitas

5) Riwayat keluarga dengan preeklamsia


C. Klasifikasi

Menurut (Sukarni, 2017) dalam bukunya menejelaskan hipertensi dalam kehamilan dibagi
menjadi 2 golongan yaitu :
1) Preeklamsia Ringan
Kondisi dimana terjadi peningkatan tekanan darah 140/90 mmHg atau lebih dengan
posisi pengukuran tekanan darah pada ibu baik duduk maupun telentang. Protein Uria
0,3 gr/lt atau +1/+2. Edema pada ekstermitas dan muka serta diikuti kenaikan berat
badan > 1 Kg/per minggu.
2) Preeklamsia Berat
Kondisi dimana terjadi peningkatan tekanan darah 160/110 mmHg atau lebih. Protein
uria 5 gr/lt atau lebih, terdapat oliguria ( jumlah urine kurun dari 500 cc per 2 jam)
serta adanya edema pada paru serta cyanosis. Adanya gangguan serebral, gangguan
visus dan rasa nyeri pada epigastrium.
10
D. Patofisiologi
Pada preeklamsia terjadi spasme pembuluh darah yang disertai dengan retensi air dan
garam. Pada biopsi ginjal ditemukan spasme hebat arteriola glomerolus. Pada beberapa
kasus, lumen aretriola sedemikian sempitnya sehingga nyata dilalui oleh satu sel darah
merah. Jadi jika semua arteriola di dalam tubuh mengalami spasme maka tekanan darah akan
naik, sebagai usaha untuk mengatasi kenaikan tekanan perifer agar oksigen jaringan dapat
dicukupi. Sedangkan kenaikan berat badan dan edema yang disebabkan oleh penimbunan ait
yang berlebihan dalam ruangan interstisial belum diketahui sebabnya, mungkin karena
retensi air dan garam. Proteinuria dapat disebabkan oleh spasme arteriola sehingga terjadi
perubahan pada glomerolus. Vasokontriksi merupakan dasar patogenesis preeklamsia yang
dapat menimbulkan peningkatan total perifer resisten dan menimbulkan hipertensi. Adanya
vasokonstriksi juga akan menimbulkan hipoksia pada endotel setempat, sehingga terjadi
kerusakan endotel, kebocoran arteriola disertai perdarahan mikro tempat endotel.Pada
preeklamsi serum antioksidan kadarnya menurun dan plasenta menjadi sumber terjadinya
peroksidase lemak.
Sedangkan, pada wanita hamil normal, serumnya mengandung transferin, ion
tembaga dan sulfhidril yang berperan sebagai antioksidan yang cukup kuat. Peroksidase
lemak beredar dalam aliran darah melalu ikatan lipoprotein. Peroksidase lemak ini akan
sampai kesemua komponen sel yang dilewati termasuk sel-sel endotel tersebut. Rusaknya
sel-sel endotel tersebut akan mengakibatkan antara lain; adhesi dan agregasi trombosit,
gangguan permeabilitas lapisan endotel terhadap plasma, terlepasnya enzim lisosom,
thrombokson dan serotonin sebagai akibat rusaknya trombosit. Produksi tetrasiklin terhenti,
terganggunya keseimbangan prostasiklin dan tromboksan, terjadi hipoksia plasenta akibat
konsumsi oksigen dan perioksidase lemak (Nuraini, 2021).
11
E. Patway

Faktor Resiko

Preeklamsia

SKontraksi pembuluh darah Perfusi jaringan

Suplai darah ke placenta

Preeklamsia
12
F. Komplikasi
Komplikasi yang terberat dari preeklamsia adalah kematian ibu dan janin, namun
beberapa komplikasi yang dapat terjadi baik pada ibu maupun janin adalah sebagai berikut
( Marianti, 2017) :
1. Bagi Ibu
a) Sindrom HELLP (Haemolysis, elevated liver enzymes, and low platelet count)
adalah sindrom rusaknya sel darah merah, meningkatnya enzim liver, dan
rendahnya jumlah trombosit.
b) Eklamsia, preeklamsia bisa berkembang menjadi eklamsia yang ditandai
dengan kejang-kejang.
c) Penyakit kardiovaskuler, resiko terkena penyakit yang berhubungan dengan
fungsi jantung dan pembuluh darah akan meningkat jika mempunyai riwayat
seperti preeklamsia.

d) Kegagalan organ, preeklamsia bisa menyebabkan disfungsi beberapa organ


seperti, paru, ginjal, dan hati.
e) Gangguan pembekuan darah, komplikasi yang timbul dapat berupa
perdarahan karena kurangnya protein yang diperlukan untuk pembekuan
darah, atau sebaliknya, terjadi penggumpalan darah yang menyebar karena
protein tersebut terlalu aktif.
f) Solusio plasenta, lepasnya plasenta dari dinding rahim sebelum kelahiran
dapat mengakibatkan perdarahan serius dan kerusakan plasenta, yang akan
membahayakan keselamatan wanita hamil dan janin.
g) Stroke hemoragik, kondisi ini ditandai dengan pecahnya pembuluh darah otak
akibat tingginya tekanan didalam pembuluh tersebut. Ketika seseorang
mengalami perdarahan di otak, sel-sel otak akan mengalami kerusakan karena
adanya penekanan dari gumpalan darah, dan juga karena tidak mendapatkan
pasokan oksigen akibat terputusnya aliran darah, kondisi inilah yang
menyebabkan kerusakan otak atau bahkan kematian.
2. Bagi Janin
a. Prematuritas
b. Kematian Janin
c. Terhambatnya pertumbuhan janin.
d. Asfiksia Neonatorum.
G. Penalatalaksanaan
Menurut (Pratiwi, 2017) penatalaksanaan pada preeklamsia adalah sebagai berikut :
1. Tirah baring miring ke satu posisi
13
2. Monitor tanda-tanda vital, refleks dan DJJ
3. Diet tinggi kalori, tinggi protein, rendah karbohidrat lemak dan garam.
4. Pemenuhan kebutuhan cairan : Jika jumlah urine < 30 ml/jam pemberian cairan infus
Ringer Laktat 60-125 ml/jam.
5. Pemberian obat-obatan sedative, anti hypertensi dan diuretik.
6. Monitor keadaan janin (Aminoscopy, Ultrasonografi). Monitor tanda-tanda kelahiran
persiapan dengan induksi partus paada usia kehamilan diatas 37 minggu.
14

BAB II

TINJAUAN ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian
Pengkajian adalah pemikiran dasar dari proses keperawatan yang bertujuan untuk
mengumpulkan informasi atau data tentang pasien, untuk mengidentifikasi, mengenal
masalah keluhan kebutuhan kesehatan, keperawatan pasien baik fisik, mental, sosial
dan lingkungan (Deden Dermawan, 2012). Pengkajian yang dilakukan pada ibu
preeklamsi pada ibu preeklamsia menurut Mitayani (2012), yaitu sebagai berikut :
1. Identitas pasien
Melakukan pengkajian pada pasien dengan menanyakan nama, umur, pendidikan,
pekerjaan, status perkawinan, agama, suku, alamat nomor rekam medis (RM),
tanggal masuk rumah sakit, (MRS), dan tanggal pengkajian, dan kaji identitas
penanggung jawab atas pasien.
2. Data riwayat kesehatan
Melakukan pengkajian keluhan utama pada pasien, keluhan yang paling
dirasakan pada pasien saat dilakukan pengkajian.

a. Riwayat kesehatan dahulu


1. Kemungkinan ibu menderita penyakit hipertensi sebelum hamil.
2. Kemungkinan ibu mempunyai riwayat preeklamsia pada kehamilan
terdahulu.
3. Biasanya mudah terjadi pada ibu dengan obesitas
4. Ibu mungkin pernah menderita penyakit ginjal kronis
b. Riwayat kesehatan sekarang
1. Ibu merasa sakit kepala didaerah frontal
2. Terasa sakit diulu hati hati/nyeri epigastrium
3. Gangguan virus : penglihatan kabur, scotoma, dan diplopia
4. Mual dan muntah, tidak ada nafsu makan
5. Gangguan serebral
6. Edema pada ekstermitas
7. Tengkuk terasa berat
8. Kenaikan berat badan mencapai 1 kg seminggu
15

c. Riwayat kesehatan keluarga


Mengkaji riwayat penyakit pada pasien dan keluarganya, apakah pasien dan
keluarga memiliki penyakit keturunan seperti hipertensi, atau diabetes melitus
(DM) serta kemungkinan memiliki riwayat preeklamsia serta eklamsia dalam
keluarga.
d. Riwayat obstretrik dan ginekologi
Melakukan pengkajian pada pasien dengan menanyakan riwayat menstruasi,
riwayat kehamilan, persalinan, nifas yang lalu, riwayat kehamilannyasaat ini,
dan riwayat keluarga berencana.
3. Pola kebutuhan sehari-hari
Melakukan pengkajian pola kebutuhan sehari-hari pada pasien seperti pengkajian
pada pernafasan, nutrisi (makan dan minum), eliminasi (BAB dan BAK), gerak
badan atau aktivitas, istirahat tidur, rasa nyaman (pasien merasakan adanya
dorongan meneran, tekanan ke anus, perinium menonjol). Kebersihan diri, rasa
aman, pola komunikasi atau hubungan pasien dengan orang lain, produktivitas,
rekreasi, kebutuhan belajar.
4. Pemeriksaan fisik biologis
a. Keadaan umum : lemah
b. Kepala : sakit kepala, wajah edema
c. Mata : konjungtiva sedikit anemis, edema pada retina
d. Pencernaan abdomen : nyeri daerah epigastrium, anoreksia, mual dan muntah
e. Ektremitas : edema pada kaki, tangan, dan jari-jari
f. Sistem pernafasan : hiper refleksia, klonus pada kaki
g. Genitourinaria : oliguria, proteinuria
h. Pemeriksaan janin : bayi jantung janin tidak teratur, gerakan janin melemah
5. Pemeriksaan Penunjang
Data penunjang dilakukan atas indikasi tertentu yang digunakan untuk memperoleh
keterangan yang lebih jelas. Pemeriksaan yang dilakukan untuk mendapatkan data
penunjang seperti pemeriksaan laboratorium, dan pemeriksaan ultrasonography
(USG).
16

B. Rencana Asuhan Keperawatan


1. Diagnosa Keperawatan
Diagnosis keperawatan adalah tahap kedua proses keperawatan yaitu suatu
penilaian klinis mengenai respon pasien terhadap masalah kesehatan atau proses
kehidupan yang dialaminya baik yang berlangsung aktual maupun potensial.
Tujuan diagnosis keperawatan adalah untuk mengidentifikasi respon pasien,
terhadap situasi yang berkaitan dengan kesehatan.
Diagnosa keperawatan :
a. Ansietas berhubungan dengan koping yang tidak efektif terhadap proses
kehamilan
b. Gangguan rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan peningkatan tekanan darah
c. Defisit pengetahuan (penyakit yang dialami) berhubungan dengan keterbatasan
informasi.
2. Tujuan dan Kriteria Hasil
Tujuan keperawatan adalah hasil yang diinginkan dari asuhan keperawatan yang
diharapkan dapat dicapai bersama pasien serta direncanakan untuk mengurangi
masalah yang telah diidentifikasi dalam diagnosis keperawatan (Manurung, 2015).
Kriteria hasil yaitu berhubungan dengan tujuan yang ditetapkan, hasil yang
ditetapkan dalam kriteria hasil adalah pernyataan satu hal yang spesifik, kriteria
harus sekonkrit mungki untuk memudahkan pengukuran, kriteria hasil adalah
berfokus kepada pasien singkat dan jelas, dapat diobservasi dan dapat diukur, ada
batas waktu, ditentukan oleh perawat dan pasien (Setiadi, 2016).
3. Intervensi
Tahap perencanaan memberikan kesempatan pada perawat, klien, keluarga, dan
orang terdekat klien untuk merumuskan rencana tindakan keperawatan guna
mengatasi masalah yang dialami klien. Intervensi merupakan perencanaan suatu
petunjuk atau bukti tertulis yang menggambarkan secara tepat. Rencana tindakan
keperawatan yang dilakukan terhadap klien sesuai dengan kebutuhannya
berdasarkan diagnosa keperawatan (Asmadi, 2016).
4. Implementasi
Implementasi keperawatan adalah pengetahuan dan perwujudan dan rencana
keperawatan yang telah disusun pada tahap perencanaan (Setiadi, 2015).
Implementasi keperawatan merupakan serangkaian tindakan yang dilakukan oleh
perawat maupun tenaga medis lain untuk membantu pasien dalam proses
17

penyembuhan dan perawatan serta masalah kesehatan yang dihadapi pasien


sebelumnya disusun dalam rencana keperawatan (Nursalam, 2016).
5. Evaluasi
Evaluasi keperawatan adalah kegiatan yang terus menerus dilakukan untuk
menentukan apakah rencana keperawatan efektif dan bagaimana rencana
keperawatan dilanjutkan, merevisi rencana atau menghentikan rencana keperawatan
(Manurung, 2015).
18

BAB III
GAMABARAN KASUS

A. Pengkajian
Tanggal Pengakjian : 17 Oktober 2023
Pukul : 15:30 WITA
Nama Mahasiswa : Gregorius Gabut
Tempat : Rungan VK
Akses : Diantar Suami
Transportasi : Angkutan Umum

a. Identitas Pasien
Nama : Ny. G
Umur : 29 tahun
Alamat : Gurung
Agama : Katolik
Pendidikan : S1
Pekerjaan : Guru
Suku Bangsa : Indonesia
Bahasa : Indonesia dan Bahasa Daerah
b. Identitas Suami
Nama : Tn. K
Umur : 30
Alamat : Gurung
Agama : Katolik
Pendidikan : S1
Pekerjaan : Guru
Suku Bangsa : Indonesia
Bahasa : Indonesia dan Bahasa Daerah Manggarai
B. Aanamnesa
1. Keluhan Utama
Pasien mengatakan seperti kejang-kejang pada bagian perut, ada kontraksi dan
rasa nyeri yang menjalar dari perut sampai ke pinggang, klien tampak meringis,
susah tidur dan pasien tampak cemas menunggu kelahiran anaknya.
2. Riwayat Kehamilan saat ini
19

a. Status obesteric : G = 1 P = 0 A=0


b. HPHT : 23 Januari 23
c. Usia Kehamilan : 38-39 Minggu
d. Taksiran Partus : 19 Oktober 2023
3. Riwayat Kehamilan Perasalinan dan Nifas Masalalu : Tidak Ada
4. Riwayat Persalinan ini
a. Pengkajian Kala I
1) Keluhan yang dirasakan saat ini
Pasien mengatakan seperti kejang-kejang pada bagian perut, ada kontraksi
dan rasa nyeri yang menjalar dari perut sampai ke pinggang, klien tampak
meringis, susah tidur dan pasien tampak cemas menunggu kelahiran
anaknya.
TTV
TD : 120/80
Suhu : 36
Nadi : 80
HR : 90
RR : 15 /Menit
2) Pemeriksaan Fisik
Rambut : Bersih
Muka :
 Cloasma Grafidarum : Tidak Ada
 Tampak Pucat : Tidak Ada
Mata :
 Conjungtiva : Tidak Anemis
 Skelra : Tidak Ada
Mulut :
 Sariawan : Tidak Ada
 Caries Gigi : Tidak Ada
Leher :
 Pembesaran Kelenjar Tyroid : Tidak Ada
Dada :
 Bentuk Payudara : Simtris
20

 Putting Susu : Menonjol


 Colostrum : Ada
 Auskultasi bunyi paru :Vesiculer
 Auskultasi jantung I dan II :
Abdomen :
 Besar sesuai kehamilan : Ada
 Strie gravidarum : Ada
 Linea: Ada
 Kontraksi / His : 15 menit 20 detik
Manufer Leopold :
 TFU : 34 cm
 Leopold I : Teraba besar dan keras (Kepala)
 Leopold II : Teraba seperti papan di kiri uterus (Punggung)
 Leopold III : Teraba besar, bulat dan lunak di atas smphisis pubis
(Bokong)
 Leopold IV : Bagian terbawah janin belum masuk di PAP
3) Monitor Kemajuan Persalinan
 Genetalia
Pada tanggal 17 Oktober 2023 jam 15.30 WIT dengan gejala ada rasa
sakit dibagian perut, ada kontraksi uterus dan terasa nyeri yang
menjalar dari perut ke punggung dengan keadaan psikosologis terlihat
cemas dan menahan nyeri, dan his atau kontraksi 7 menit 20 detik,
DJJ 150 x/ menit, dengan TTV : TD :110/60 mmhg Nadi : 80 x/
menit Suhu : 36,0 ℃ dan RR : 20 x/ menit.
 Ketuban
Pada tanggal 18 Oktober 2023 jam 20.00 WIT, DJJ 140 x/menit, jam
21.30 wib pembukaan 9 keluar ketuban.
 Pemeriksaan Psikologis Paien
Keadaan psikososial terlihat cemas dan menahan nyeri, kebutuhan
khusus klien dengan mendukung dan memberikan motivasi, tindakan
mengajarkan teknik relaksasi nafas dalam.
21

b. Pengkajian kala II
Kala 2 dimulai pada tanggal 18 Oktober 2023 jam 01.45 WIT dengan lama
kala 2 adalah 10 menit 5 detik, dengan tanda dan gejala ingin mengeluarkan
bayi, upaya yang dilakukan mengedan sambil teriak, dengan keadaan
psikologis pasien terlihat cemas dan menahan nyeri, dan his atau kontraksi 7
menit 15 detik, DJJ 130 x/ menit, dengan TTV : TD :110/20 mmhg Nadi : 90
x/menit Suhu : 36,0 ℃ dan RR : 20 x/ menit. Pada jam 02 :20 WIT bayi
baru lahir spontan dengan jenis kelamin perempuan, berat badan lahir 3 kg,
panjang 49 cm, plasenta lahir spontan lengkap dengan pendarahan kurang
lebih 100 cc dan kontraksi keras.
c. Pengkajian kala III
Kala 3 terjadi dengan gejala adanya rasa ingin mengedan dan ingin
mengeluarkan plasenta, sehingga plasenta bisa keluar pada jam 01.47 WIT
melalui vagina secara spontan, dengan karakteristik bundar berdiameter 15
cm tebal 2 cm dan berat kurang lebih ½ kg, lamanya kala 3 yaitu 5 menit,
terjadi pendarahan kurang lebih 100 ml, keadaan psikosologis pasien merasa
lega dan bersyukur karena proses persalinannya lancar, klien diberikan
apresiasi karena telah berhasil mengeluarkan bayinya.
d. Pengkajian kala IV

Jam Ke WK TD Nadi Suhu TFU KU KK Perdarahan


T
1/15 MP 02:0 130/90 60 x/m 36 ℃ 3 Jari Keras Kosong 50 cc
0 diatas
pusar
1/ 2 JP 3:45 120/90 70 x/m 36 ℃ 3 Jari Keras Kosong 5 cc
diatas
pusar

Kala
22

C. Analisa Data

Data Etiologi Masalah


DS : Pasien mengatakan sakit Kontraksi bagian perut Nyeri Akut b/d agen
bagian pinggang menjalar pecedra Fisiologis
sampai ke perut Agen pecedra Fisiologis
DO : Pasien tampak meringis
dan memegang dengan sakala Nyeri Akut
nyeri 5.
TTV :
TD : 120/80
Suhu : 36
Nadi : 80
SPO2 : 98
RR : 20 /Menit

D. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri Akut berhubungan dengan agen pecedra Fisiologis
23

E. Rencana Tindakan Keperawatan

No Diagnosa Tujuan dan kriteria Intervensi Rasional


Keperawatan hasil
1. Nyeri Akut b/d agen Setelah dilakukan Manajemen Nyeri Tindakan
pecedra Fisiologis tindakan keperawatan Observasi : Manajemen Nyeri
selama 1 x 24 jam Identifikasi lokasi, Observasi :

karakteristik, durasi,
diharapakan keluhan  Mengidentifikasi
frekuensi, kualitas,
lokasi,
nyeri menurun dengan intensitas nyeri
karakteristik,
 Identifikasi skala
kriteria hasil : durasi, frekuensi,
nyeri
kualitas, intensitas
 Keluhan nyeri  Idenfitikasi respon
nyeri
menurun nyeri non verbal
 Mengidentifikasi
 Meringis menurun  Identifikasi faktor
skala nyeri
 Cemas menurun yang memperberat
 Mengidentfikasi
dan memperingan
respon nyeri non
nyeri
verbal
 Identifikasi
 Mengidentifikasi
pengetahuan dan
faktor yang
keyakinan tentang
memperberat dan
nyeri
memperingan nyeri
 Monitor efek
 Mengidentifikasi
samping
pengetahuan dan
penggunaan
keyakinan tentang
analgetik
nyeri
Terapeutik
 Memonitor efek
 Berikan Teknik samping
nonfarmakologis penggunaan
untuk mengurangi analgetik
nyeri (mis: TENS, Terapeutik
hypnosis, akupresur,
terapi music,  Memberikan
biofeedback, terapi Teknik
pijat, aromaterapi, nonfarmakologis
Teknik imajinasi
untuk mengurangi
terbimbing, kompres
hangat/dingin, terapi nyeri (mis: TENS,
bermain) hypnosis,
 Kontrol lingkungan akupresur, terapi
yang memperberat music, biofeedback,
rasa nyeri (mis: suhu terapi pijat,
ruangan, aromaterapi, Teknik
pencahayaan,
imajinasi
kebisingan)
 Fasilitasi istirahat terbimbing,
dan tidur kompres
24

 Pertimbangkan jenis hangat/dingin,


dan sumber nyeri terapi bermain)
dalam pemilihan  Mengkontrol
strategi meredakan
lingkungan yang
nyeri
memperberat rasa
nyeri (mis: suhu
Edukasi ruangan,
 Jelaskan penyebab,
pencahayaan,
periode, dan pemicu
nyeri kebisingan)
 Jelaskan strategi  Memfasilitasi
meredakan nyeri istirahat dan tidur
 Anjurkan memonitor  Mempertimbangkan
nyeri secara mandiri jenis dan sumber
 Ajarkan Teknik
nyeri dalam
farmakologis untuk
mengurangi nyeri pemilihan strategi
Kolaborasi meredakan nyeri
 Kolaborasi
pemberian analgetik
Edukasi
 Menjelaskan
penyebab, periode,
dan pemicu nyeri
 Menjelaskan
strategi meredakan
nyeri
 Menganjurkan
memonitor nyeri
secara mandiri
 Mengajarkan
jarkan Teknik
farmakologis untuk
mengurangi nyeri
Kolaborasi

Mengkolaborasi
pemberian analgetik

F. Implementasi
25

Hari/ No Dx Tindakan keperawatan Evaluasi (SOAP) Ttd


tgl/jam
Selasa, D. 0077 Nyeri Akut b/d agen S : Pasien mengatakan seperti kejang-
17/10/23 pecedra Fisiologis kejang pada bagian perut, ada kontraksi
 Memberikan teknik dan rasa nyeri yang menjalar dari perut
nonfarmakologi untuk sampai ke pinggang.
mengurangi rasa nyeri O : KU pasien sedang, pasien tampak
 Menjelaskan strategi meringis kesakitan dengan skala nyeri 5,
meredahkan nyeri dan terpasang cairan infus RL 20 tpm
 Mengkontrol dengan.
lingkungan yang TTV :
memperberat Nyeri TD : 130/80 mmhg

 Kolaborasi pemberian Nadi : 80 x/menit

analgesik Suhu : 36,5 ℃


RR : 20 x/ menit
SPO2 : 97
A : Nyeri Akut
P : Manajemen Nyeri
Rabu D. 0077 Nyeri Akut b/d agen S : Pasien mengeluh nyeri pada pada
18/10/23 pecedra Fisiologis perut menjalar ke pinggang
 Memberikan teknik O : KU pasien sedang, pasien tampak
nonfarmakologi untuk meringis kesakitan, teriak, dengan
mengurangi rasa nyeri sakala nyeri 5 dan terpasang cairan
infus RL 20 tpm.
TTV :
TD :110/20 mmhg
Nadi : 90 x/menit
Suhu : 36,0 ℃
RR : 20 x/ menit
A : Nyeri Akut
P : Manajemen Nyeri

Kamis D. 0077 Nyeri Akut b/d agen S : Pasien mengatakan nyeri tidak ada
26

19/10/23 pecedra Fisiologis O: KU pasien baik


 Memberikan teknik TTV :
nonfarmakologi untuk TD : 120/80
mengurangi rasa nyeri Nadi : 80
Suhu : 36
SPO2 : 96
A : Nyeri Akut
P : Intervensi dihentikan

Anda mungkin juga menyukai