PREEKLAMSIA BERAT
Oleh :
Candra Nova Indriawati (1110313016)
Devi Yunita Purba (1010312096)
Pembimbing :
DR. dr. Yusrawati, Sp.OG ( K )
BAB 1
PENDAHULUAN
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Preeklamsia adalah hipertensi yang terjadi pada kehamilan lebih dari 20
minggu, yang didasari oleh kelainan sistem multiorgan yang ditandai oleh adanya
protein dalam urin (proteinuria). Preeklamsia merupakan suatu sindroma spesifik
pada kehamilan yang dapat mempengaruhi semua sistim organ. Proteinuria yang
terjadi menggambarkan terjadinya suatu kebocoran endotel yang luas yang
bersifat sistemik.3
2.2 Epidemiologi
Hipertensi dalam kehamilan merupakan komplikasi yang terjadi sekitar 510% dari semua kehamilan. Sedangkan insidens Preeklamsia ditemukan 3,9% dari
semua kehamilan.4 Penelitian Khan (2006), menyebutkan bahwa 16% kematian
ibu diakibatkan kelainan hipertensi .5 Penelitian lain dari Berg (2010) menemukan
bahwa 12,3% dari 4.693 kematian ibu diakibatan Pre eklamsia dan Eklamsia.
2.4 Etiologi
Etiologi pasti dari preeklamsia masih belum diketahui, tetapi berbagai
macam teori dikemukakan untuk menjelaskan terjadinya preeklamsia. Mulai dari
teori invasi tropoblas yang abnormal, faktor imunologis, aktivasi sel endotelial,
faktor nutrisi, hingga faktor genetik.3
Pada kehamilan normal invasi tropoblas ke dalam lapisan otot dan jaringan
sekitar berjalan dengan baik sehingga aliran darah uteroplasenta berjalan dengan
baik. Tetapi pada preeklamsia atau eklamsi, invasi tropoblast berjalan abnormal,
arteri spiralis menjadi kaku dan keras, hal ini mengakibatkan aliran darah
uteroplasenta menurun. Keadaan iskemik akan menyebabkan dilepaskannya
oksidan atau radikal bebas yang bersifat sistemik dan toksik terhadap endotel,
yang berakibat kerusakan endotel di berbagai organ.7
Teori lain yang berkembang terkait penyebab preeklampsia adalah adanya
faktor imunologi. Preeklampsia sering terjadi pada kehamilan pertama karena
pada masa ini mungkin terjadi blocking antibodies yang tidak sempurna terhadap
antigen plasenta sehingga timbul respon imun yang merugikan. Respon ini diduga
2.5 Patofisiologi
Preeklampsi terjadi sebagai konsekuensi dari vasospasme, disfungsi
endotel, dan iskemia, terdapat banyak pengaruh terhadap multi organ maternal
yang secara klinis saling tumpang tindih.
a. Hipertensi
Hipertensi merupakan tanda terpenting pada pre eklamsia. Seperti sudah
dijelaskan bahwa terjadi gangguan dalam invasi tropoblast ke jaringan otot uterus
dan jaringan sekitarnya, sehingga terjadi gangguan proses remodeling arteri
spiralis, yang berakibat turunya aliran darah menuju plasenta. Keadaan ini
menimbulkan kondisi hipoksia dan iskemia pada plasenta. Hipertensi pada pre
eklamsi timbul sebagai suatu efek kompensasi ibu agar aliran darah ke plasenta
dapat tercukupi. Hipertensi juga terjadi akibat peningkatan resistensi perifer.
Peningkatan resistensi perifer diakibatkan terjadinya disfungsi endotel, yang
dipicu oleh okksidan bebas.7
b. Proteinuria
Selama kehamilan normal, aliran darah dan laju filtrasi glomerulus
meningkat cukup besar. Dengan timbulnya preeklampsia, perfusi ginjal dan
filtrasi glomerulus menurun. Lesi karakteristik dari preeklampsia berupa
glomeruloendoteliosis. Glomeruloendoteliosis adalah pembengkakan dari kapiler
endotel glomerular yang menyebabkan penurunan perfusi dan laju filtrasi ginjal. 7
Proteinuria timbul akibat kerusakan sel glomelurus, yang mengakibatkan
meningkatnya permeabilitas membran basalis glomerulus. Untuk mendiagnosis
preeklampsia atau eklampsia harus terdapat proteinuria. Namun, karena
proteinuria seringkali muncul belakangan, bahkan sebagian wanita mungkin
sudah melahirkan sebelum gejala ini dijumpai. Pengukuran proteinuria dapat
dilakukan dengan dua cara. Cara pertama urin dipstik, 100 mg protein per liter,
atau minimal +1, sekurang kurangnya 2 kali pemeriksaan acak selang 6 jam. Atau
dengan cara pengumpulan urin 24 jam, dianggap patologis jika protein 300 mg
per 24 jam. atauyang diukur adalah ekskresi urin 24 jam. 7
c. Gangguan Hepar
Kelainan yang mendasari gangguan hepar pada pasien adalah vasopasme,
iskemia, dan perdarahan. Pada keadaan yang berat, keadaan ini menimbulkan
nekrosis hemoragik sel hepar yang menyebabkan terjadinya peningkatan enzim
hati dalam serum, pada sindroma HELLP. Perdarahan dapat meluas hingga rongga
subkapsular, dan menimbulkan subkapsular hematoma yang menimbulkan gejala
nyeri akibat peregangan kapsul.7
d. Gangguan Neurologik
Perubahan pada sel saraf meliputi hiperperfusi pada otak, spasme arteri
retina, hingga perdarahan, atau tromboemboli akibat tekanan yang tinggi.
Hiperperfusi pada otak dapat menimbulkan gejala berupa nyeri kepala, dapat
diikuti vasogenik edem. Spasme arteri retina dan udem retina dapat menimbulkan
gejala berupa
2.7 Tatalaksana
2.7.1 Pencegahan
a. Diet dan modifikasi gaya hidup
Salah satu upaya awal untuk mencegah preeklamsia adalah pembatasan
konsumsi garam. Larangan in idiikuti pemikiran perlunya terapi diuretik paa
pencegahan kejadian preeklamsi. Akan tetapi baru-baru ini suatu penelitian
menunjukkan bahwa diet sodium yang dibatasi tidak efektif dalam mencegah
preeklampsia pada 361 wanita. Pedoman dari United Kingdom National Institute
for Health and Clinical Excellence pada tahun 2010 tetap merekomendasikan
terhadap pembatasan garam.3
b. Suplemen kalsium
Studi yang dilakukan pada tahun 1980 di luar Amerika Serikat
menunjukkan bahwa wanita dengan diet rendah asupan kalsium meningkatkan
risiko hipertensi dalam kehamilan. Kegunaan suplementasi kalsium telah
dipelajari di beberapa penelitian termasuk oleh National Institute of Child Health
and Human Development (NICHD) yang melibatkan lebih dari 4500 wanita
nulipara. Dalam satu metaanalisis terbaru,Patrelli dkk pada tahun 2012
melaporkan bahwa peningkatan asupan kalsium menurunkan risiko preeklamsia
pada perempuan yang memiliki risiko tinggi. Secara keseluruhan penelitian ini
menunjukkan bahwa kecuali pada
tidak
secara
kuat
membuktikan
penggunaannya
dalam
mencegah
preeklampsia.3
d. Antioksidan
Dari berbagai penelitian telah disimpulkan bahwa ketidakseimbangan
antara
oksidandan
aktivitas
antioksidan
memainkan
peran
penting
untuk wanita yang berisiko tinggi mengalami preeklamsia akan tetapi tidak satu
pun dari studi ini menunjukkan penurunan kejadian preeklamsia pada wanita
diberikan vitamin C dan E dibandingkan dengan merekadiberikan plasebo. Alasan
penggunaan statin untuk mencegah preeklampsia adalah bahwa statin merangsang
hemoxygenase-1 yang menghambat pengeluaran sFlt-1. Pada percobaan hewan
didapatkan bahwa statin dapat mencegah hipertensi dalam kehamilan.3
e. Antitrombotik
Secara teoritis disebutkan agen antitrombotik dapat mengurangi timbulnya
preeklampsi. Hal ini berhubungan dengan munculnya sindroma preeklampsi yang
ditandai
dengan
vasospasme,
disfungsi
sel
endotel,
inflamasi,
serta
yang
terbatas.
Pada
tahun
2013
Task
Force
Pengobatan
Pada pasien yang telah kita diagnosis dengan preeklamsia pada layanan
fasilitas kesehatan tingkat primer adalah segera dilakukan persiapan dan proses
perujukan. Perlu diperhatikan pencegahan kejang pada pasien preeklamsi dan
tatalaksana bila kejang, antara lain :
1. Bila terjadi kejang, perhatikan jalan napas, pernapasan (oksigen), dan
sirkulasi (cairan intravena).
2. MgSO4 diberikan secara intravena kepada ibu dengan eklampsia (sebagai
tatalaksana kejang) dan preeklampsia berat (sebagai pencegahan kejang).
kondisi
dengan
penurunan
progresif
perfusi
uteroplasenta.
Retardasi
ringan.
Ketika
hipertensi
kronis
bersamaan
dengan
munculnya
Prognosis
Keputusan persalinan di waktu yang tepat disertai pemberian regimen
magnesium sulfat yang juga tepat seharusnya menghasilkan angka kematian ibu
hampir nol. Risiko renkurensi pada preeklamsia adalah 40% untuk preeklamsia
berat dan meningkat jika didiagnosis lebih awal. Wanita dengan preeklamsia pada
kehamilan pertama lebih mungkin mengalami hipertensi dibandingkan kontrol.
Wanita multipara lebih mungkin untuk jatuh pada keadaan hipertensi, akan tetapi
kebanyakan dari wanita ini telah memiliki bakat hipertensi.9
BAB 3
LAPORAN KASUS
Nama
Umur
Pekerjaan
Alamat
No Register
Agama
Suku
: Ny. Y
: 32 tahun
: IRT
: Pasaman Barat
: 955653
: Islam
: Minang
ANAMNESIS
Seorang pasien wanita usia 32 tahun datang ke KB IGD RSUP M DJamil Padang
rujukan RSUD Pasaman Barat a/i G3P2A0H2 Gravid aterm 37-38 minggu dengan
solusio plasenta + anemia dan pre eklamsia berat pada tanggal 26-12-2016 pukul
09.08 WIB dengan:
Keluhan Utama :
Pasien nyeri perut sangat nyeri, disertai keluar darah dari kemaluan sejak 2 jam
SMRS
Riwayat Penyakit Sekarang :
- Pasien nyeri perut sangat nyeri, disertai keluar darah dari kemaluan,
kemudian pasien kontrol ke RSUD pasaman barat, setelah itu pasien
dirujuk ke RS Yarsi Padang, di RS Yarsi Padang didapatkan TD 150/100
mmHg dengan protein urin +4 disertai IUFD. Lalu pasien dirujuk ke KB
-
nyeri haid ( )
HPHT : Lupa ,TP : tidak dapat ditentukan
ANC: tidak pernah kontrol kehamilan
1 minggu yang lalu pergi berurut ke tukang urut
PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan umum
: Sedang
TD
Suhu
: 36,40 C
Nadi
: 105x/menit
Kesadaran
: somnolen
Nafas
: 24x/menit
Berat badan
:170/100mmHg
Sebelum hamil
: 55 kg
Anemis
: (+)
Setelah hamil
: 70 kg
Sianosis
: (-)
Gizi
: baik
Ikterik
: (-)
Edema
: (+)
Status Generalis:
Kulit
Kepala
: Normocephal
Rambut
Mata
Telinga
Hidung
Tenggorokan
: Karies (+)
Leher
Thorax : Paru
:I
Abdomen
: Status obstetrikus
Genitalia
: Status obstetrikus
Punggung
Anus
Ekstremitas
Status Obstretikus:
Muka
Mammae
Inspeksi
Palpasi
Abdomen
Inspeksi
Palpasi
: Sulit dilakukan
Perkusi
: timpani
Auskultasi
Genitalia
Inspeksi
VT
DIAGNOSIS KERJA
-
HASIL PEMERIKSAAN
Laboratorium hematologi
-
Hemoglobin
Leukosit
Hematokrit
: 3,9 g/dl
: 17.110/mm3
: 24%
- GDS
:119 mg/dl
- Ureum
: 6 mg/dl
- Kreatinin
:
0,5
mg/dl
Trombosit
: 149.000/mm3
- Na/K/Ca/Cl :
8,2/135/2,9/104
MCV
MCH
MCHC
PT
APTT
D-dimer
LDH
: 83 fL
: 28 pg
: 33%
: 8,3 detik
: 23,8 detik
: 2458,87 mg/dl
: 374
Laboratorium urin
-
Mikroskopis:
Kimia
Leukosit
Eritrosit
Silinder
Kristal
Epitel
Protein
Glukosa
Bilirubin
Urobilinogen
: 3-5/LPB
: 10-15/LPB
: negatif
: negatif
: gepeng (+)
: +++
: negatif
: negatif
: positif
Inform concent
Stabilisasi
Metyldopa 3x500 mg
Koreksi kalium
Rencana
-
Induksi persalianan
Partus pervaginam
Follow up
BAB 4
DISKUSI
Telah dirawat seorang pasien wanita umur 32 tahun dengan diagnosis
G3P2A0H2 gravid aterm dengan PEB dalam regimen mgso4 dosis maintenance
dari luar + Hap ec. Solusio plasenta + anemia berat (Hb : 3,9) + IUFD. Diagnosis
ditegakkan
berdasarkan
anamnesis,
pemeriksaan
fisik
dan
pemeriksaan
penunjang.
Diagnosis PEB pada kasus ini sesuai kriteria diagnosis menurut American
Collage of Obstretician and Gynecology 2013 dimana ditemukan TD sistolik >
140 mmHg dan diastolic > 90 mmHg ( TD 190/120). Dari pemeriksaan fisik
didapati pasien mengalami edema. Selain itu kriteria yang juga memenuhi kriteria
diagnosis berdasarkan pemeriksaan laboratorium urin ditemukan proteinuria
(protein urin +3).
Faktor risiko terjadinya preeklamsia berat pada pasien ini mungkin dapat
dihubungkan dengan faktor nutrisi, karena pasien mengaku asupan nutrisi dari
awal kehamilan hingga akhir kehamilan sangat kurang diakibatkan mual yang
berlebihan.
pada populasi yang kurang mengonsumsi buah dan sayur, serta konsumsi vitamin
C yang
kejadian preeklampsia dimana pre eklamsia terjadi pada 20-40% pada perempuan
dengan riwayat ibu pernah menderita preeklampsia, namun pada pasien tidak
terdapat faktor genetik.
Pada pasien dilanjutkan terapi regimen MgSO4 sebagai profilaksis kejang
serta obat antihipertensi metyldopa 3x500 mg .Pemberian Ca glukonas 1x 1 ampul
sebagai pencegahan terjadinya toksikasi oleh magnesium. Pada pasien belum
didapati tanda-tanda inpartu, namun terminasi kehamilan harus dilakukan sebagai
tatalaksana pada pasien ini. Ketika janin prematur, kecenderungan menunda
persalinan beberapa minggu lagi adalah dengan harapan bahwa akan mengurangi
risiko kematian neonatal atau morbiditas serius dari prematuritas. Keputusan
seperti itu dibenarkan dalam menangani kasus yang lebih ringan. Namun apabila
preeklamsia sedang atau berat yang tidak mengalami perbaikan setelah dilakukan
DAFTAR PUSTAKA
dan
Keluarga
Berencana,
Badan
Pusat
Statistik,