REFERAT:
PREEKLAMPSIA
OLEH:
Qanitah Nabilah
C014172141
RESIDEN PEMBIMBING:
dr. Andre Septian Putra
SUPERVISOR PEMBIMBING:
Dr. dr. Isharyah Sunarno, Sp.OG (K)
1
BAB I
PENDAHULUAN
Selain risiko pada ibu, preeklampsia juga berisiko terhadap janin. Penyakit
hipertensi dalam kehamilan merupakan penyebab tersering kedua morbiditas dan
mortalitas perinatal. Bayi dapat mengalami pertumbuhan janin terhambat dan
berat badan lahir rendah.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Definisi
b. Klasifikasi Proteinuria
protein dalam urin sebanyak 300 mg atau lebih per 24 jam urin.
Rasio protein.kreatinin 0.3mg/dl atau lebih
Pembacaan dipstick 2+ 3
3
c. Penegakan Diagnosis Preeklampsia Berat
Beberapa gejala klinis meningkatkan morbiditas dan mortalitas pada
preeklampsia, dan jika gejala tersebut didapatkan, akan dikategorikan menjadi
kondisi pemberatan preeklampsia atau disebut dengan preeklampsia berat. Kriteria
gejala dan kondisi yang menunjukkan kondisi pemberatan preeklampsia atau
preeklampsia berat adalah salah satu dibawah ini : 3,4
1. Tekanan darah sekurang-kurangnya 160 mmHg sistolik atau 110 mmHg
diastolik pada dua kali pemeriksaan berjarak 4 jam menggunakan lengan yang
sama
2. Trombositopenia : trombosit < 100.000 / mikroliter
3. Gangguan ginjal : kreatinin serum >1,1 mg/dL atau didapatkan peningkatan
kadar kreatinin serum pada kondisi dimana tidak ada kelainan ginjal lainnya
4. Gangguan liver : peningkatan konsentrasi transaminase 2 kali normal dan atau
adanya nyeri di daerah epigastrik / regio kanan atas abdomen yang tidak berespon
terhadap pengobatan atau tidak terkait penyakit lain
5. Edema Paru
6. Nyeri kepala yang tidak bersepon terhadap pengobatan.atau tidak terkait
penyakit lain
7. Gangguan penglihatan3,4
2. Patomekanisme
Preeklampsia merupakan sindroma sistemik pada kehamilan yang berasal
dari plasenta. Diyakini invasi sitotrofoblas plasenta yang inadekuat dan diikuti
dengan disfungsi endotel maternal menjadi penyebabnya. Penelitian sebelumnya
menunjukkan bahwa adanya faktor antiangiogenik seperti soluble fins-like
tyrosine kinase 1 (sFlt1) dan juga soluble endoglin (sEng) yang muncul di
plasenta menjadi penyebab hipertensi, proteinuria dan manifestasi klinis lain.
Bersamaan dengan itu faktor angiogenik yang menurun juga menjadi penyebab
preeklampsia, faktor tersebut antara lain VEGF dan PIGF. Selain faktor-faktor
tersebut, faktor genetik, nulipara, riwayat preeklampsia, usia ibu yang terlalu tua
atau terlalu muda, obesitas, diabetes, hipertensi kronis, kelainan ginjal serta
penyakit autoimun juga berperan dalam kejadian preeklampsia.5
4
2.5.1 Teori Iskemik Plasenta
1. Arteri spiralis yang menjamin perfusi ruang intervillous di plasenta gagal
mengalami perubahan morfologi yang layaknya terjadi dalam kehamilan
normal seperti meningkatnya diameter vaskuler sekurang-kurangnya 4 kali
serta menghilangnya komponen muskuler dan elastik vaskuler. Pada
kehamilan normal morfologi vaskuler tersebut meluas melampaui jaringan
desidua dan memasuki lapisan miometrium.5
5
2.5.2 Teori Disfungsi Endotel
Teori mengenai patogenesis preeklampsia yang relatif baru yaitu teori
mengenai disfungsi endotel. Disfungsi endotel diduga menjadi dasar dari
timbulnya manifestasi klinis pada preeklampsia. Teori ini tidak lepas dari teori
patogenesis preeklampsia yang lain, salah satunya yaitu teori iskemia plasenta.
Pada saat plasenta mengalami iskemia, maka plasenta akan menghasilkan
peroksida lipid yang selanjutnya akan masuk ke dalam dan terikat dengan
lipoprotein, khususnya low density lipoprotein (LDL). Dalam kadar yang rendah
peroksida lipid merupakan peristiwa normal dalam kehidupan sel atau jaringan.
Pada preeklampsia berat dijumpai perubahan ultrastruktur mitokondria pada
pembuluh darah arteri uterina dan jaringan plasenta.5
Mitokondria adalah sumber oksigen radikal dan diperkaya oleh asam lemak
tak jenuh. Maka plasenta dapat merupakan sumber terbesar dari produksi
peroksida lipid pada kehamilan. Proses peroksidasi lipid meningkat sesuai dengan
meningkatnya umur kehamilan, bahkan pada akhir kehamilan aktivitasnya
menjadi dua kali lipat. Dalam keadaan normal peroksida lipid selalu dijaga dalam
keadaan seimbang melalui peran antioksidan. Bila kadar antioksidan rendah maka
peroksidasi lipid menjadi tak terkendali dan timbulah keadaan yang disebut
dengan stres oksidatif. Hal tersebut ditunjukkan oleh beberapa peneliti, dimana
pada preeklampsia terjadi penurunan kadar antioksidan dan peningkatan produk
hasil peroksidasi lipid.5
6
Gambar 2. Bagan patofisiologi preeklampsia
7
Klasifikasi Risiko Yang Dapat Dinilai Pada Kunjungan Antenatal Pertama
Faktor Risiko Tinggi:
- Riwayat preeklampsia
- Multipara
- Hipertensi kronik
- Diabetes tipe 1 atau 2
- Penyakit ginjal
- Penyakit auto imun (Sistemik Lupus Eritematosus, sindrom antifosfolipid)
- Nulipara
- Obesitas
- Riwayat keluarga preeklampsia (ibu atau saudara perempuan)
- Ras (ras afrika Amerika, status sosioekonomi yang rendah)
- Usia 35 atau lebih
- Riwayat obstetrik (bayi berat lahir rendah atau kecil masa kehamilan, lebih
dari 10 tahun jarak kehamilan)
b. Deteksi Dini
Sampai saat ini terdapat berbagai temuan biomarker yang dapat digunakan
untuk meramalkan kejadian preeklampsia, namun belum ada satu tes pun yang
memiliki sensitivitas dan spesifitas yang tinggi. Faktor angiogenik yang dapat
digunakan sebagai prediksi untuk preeklampsia antara lain: tirosin kinase,
placental growth factor [PIGF], dan endoglin. Tapi biomarker ini belum spesifik
untuk mendeteksi preeklampsia dan masih sulit pemeriksaannya, terutama di
Indonesia.6
Iskemik plasenta dapat diidentifikasi secara non-invasif menggunakan
Doppler arteri uterine. Pada kehamilan normal, pemeriksaaan Doppler
menunjukkan aliran arteri sistolik dan diastolic yang baik; sebaliknya, pada ibu
8
hamil dengan preeklampsia menunjukkan penurunan aliran diastolic/diastolic
notch. Screening dengan USG Doppler arteri uterine dapat dilakukan pada pre-
eklampsia onset awal, bahkan di akhir. 4,6
c. Pencegahan Primer
2) Pemberian Vitamin D
9
4) Pemberian Kalsium
5) Pembatasan Natrium
d. Pencegahan Sekunder
o Pemberian Aspirin Dosis Rendah
4. Tatalaksana Awal
Preeklampsia pada usia kehamilan aterm kehamilan dapat diakhiri. Sangat
penting untuk mengetahui bahwa semua modalitas terapi yang dilakukan hanyalah
bersifat paliatif dan penyakit tersebut bersifat progesif hingga saat persalinan
terjadi. Pengelolaan obstetrik tergantung dari umur kehamilan, berat ringannya
penyakit, respon terhadap terapi dan kemampuan perinatologi. Pada preeklampsia
10
berat, harus mempertimbangkan umur kehamilan, maturitas paru, respon terhadap
pengobatan, kemampuan perinatologi, serta komplikasi maternal. Penatalaksanaan
preeklampsia bertujuan sebagai berikut: 3,4
11
plasenta, trombositopenia berat, gejala serebral persisten, status kesejahteraan
janin tidak terjamin atau kematian janin tanpa memandang usia kehamilan pada
ibu hamil dengan preeklampsia berat yang usia kehamilannya kurang dari 34
minggu. Bagi ibu hamil dengan preeklampsia berat pada usia kehamilan 34
minggu atau lebih, dan dengan kondisi ibu-janin yang tidak stabil tanpa
memandang usia kehamilan, direkomendasikan untuk dilakukan persalinan segera
setelah stabilisasi ibu.3
Profilaksis Kejang
12
GAMBAR 3 PENATALAKSANAAN PREEKLAMPSIA3
13
GAMBAR 4 MANAJEMEN EKSPEKTATIF PREEKLAMPSIA3
14
GAMBAR 5 PENATALAKSANAAN PREEKLAMPSIA BERAT3
15
GAMBAR 6 MANAJEMEN EKSPEKTATIF3
5. Sistem Rujukan
a. Tujuan
Tujuan dari manual rujukan khusus penyakit PEB ini adalah sebagai kendali
mutu dan biaya terhadap pengobatan yang diberikan pada pasien dengan
kondisi tersebut, sehingga mendapatkan pengobatan yang efektif dan efisien.
16
b. Kriteria Rujukan
17
c. Tata Cara Pelaksanaan Rujukan Kasus PEB
Sebelum dirujuk pada fasilitas kesehatan lain, maka pasien haruslah memenuhi
kriteria untuk dirujuk seperti yang tertera pada halaman sebelumnya, seperti
memiliki salah satu gejala dari pre eklamsia berat, seperti Tekanan darah yang
tinggi, Proteinuria 500 gr/24 jam atau ≥ 2+ dipstik maupun Edema, pandangan
kabur, nyeri di epigastrium atau nyeri pada kuadran kanan atas abdomen,
sianosis, adanya pertumbuhan janin yang terhambat.
Setelah kriteria terpenuhi maka petugas kesehatan di fasilitas primer harus
mengisi formulir administrasi rujukan sebanyak 2 rangkap yang berisi :
Pasien tidak perlu didampingi oleh tenaga medis apabila dirujuk ke poliklinik
dengan kondisi stabil, namun kondisi pasien PEB ini tidak stabil, maka pasien
wajib didampingi oleh tenaga medis dengan ambulan transport yang memadai,
setelah sebelumnya dokter menghubungi pihak rumah sakit tujuan, untuk
dipastikan pasien tersebut mendapatkan kamar.
18
Apabila rumah sakit tujuan penuh dan tidak memiliki ruang, maka dokter harus
mencarikan rumah sakit alternatif lain yang dirasa mampu menangani kasus
tersebut, tanpa memandang jaminan kesehatan yang digunakan.
19
DAFTAR PUSAKA
20