HISTEREKTOMI
Oleh:
Pembimbing:
1.2 Definisi
Istilah histerektomi berasal dari bahasa latin histeria yang berarti kandungan, rahim, atau uterus,
dan ectomi yang berarti memotong, jadi histerektomi adalah suatu prosedur pembedahan
mengangkat rahim yang dilakukan oleh ahli kandungan.5,6,7
Histerektomi adalah suatu prosedur operatif dimana seluruh organ dari uterus diangkat.
Histerektomi merupakan suatu prosedur non obstetrik untuk wanita di negara Amerika Serikat.
Histerektomi adalah bedah pengangkatan rahim (uterus) yang sangat umum dilakukan. namun
organ-organ lain seperti ovarium, saluran tuba dan serviks sangat sering dihapus sebagai bagian
dari operasi. Histeroktomi merupakan suatu tindakan penanganan untuk mengatasi kelainan atau
gangguan organ atau fungsi reproduksi yang terjadi pada wanita. Dengan demikian, tindakan ini
merupakan keputusan akhir dari penanganan kelainan atau gangguan berdasarkan hasil
pemeriksaan dokter. Namun tindakan ini sangat berpengaruh terhadap system reproduksi wanita.
Diangkatnya rahim, tidak atau dengan saluran telur atau indung telur akan mengakibatkan
perubahan pada system reproduksi wanita, seperti tidak bisa hamil, haid dan perubahan hormone.
Histerektomi adalah operasi pengangkatan kandungan (rahim,uterus) pada seorang wanita,
sehingga setelah menjalani ini dia tidak bisa lagi hamil dan mempunyai anak. Histerektomi
biasanya disarankan oleh dokter untuk dilakukan karena berbagai alasan. Alasan utamanya
dilakukan histerektomi adalah kanker mulut rahim atau kanker rahim. 5,6,7
2. Kontraindikasi
a) Atelektasis
b) Luka infeksi
c) Infeksi saluran kencing
d) Tromoflebitis
e) Embolisme paru-paru.
f) Terdapat jaringan parut, inflamasi, atau perubahan endometrial pada adneksa
g) Riwayat laparotomi sebelumnya (termasuk perforasi appendix) dan abses pada cul-de-sac
Douglas karenadiduga terjadi pembentukan perlekatan.
Pilihan ini bergantung pada jenis histerektomi yang akan dilakukan, jenis penyakit yang
mendasari, dan berbagai pertimbangan lainnya. Histerektomi abdominal tetap merupakan pilihan
jika uterus tidak dapat dikeluarkan dengan metode lain. Histerektomi vaginal awalnya hanya
dilakukan untuk prolaps uteri tetapi saat ini juga dikerjakan pada kelainan menstruasi dengan
ukuran uterus yang relatif normal. Histerektomi vaginal memiliki resiko invasive yang lebih
rendah dibandingkan histerektomi abdominal. Pada histerektomi laparoskopik, ada bagian
operasi yang dilakukan secara laparoskopi (garry, 1998). 5,6,7
2. Komplikasi
a. Hemoragik: Keadaan hilangnya cairan dari pembuluh darah yang biasanya terjadi
dengan cepat dan dalam jumlah yang banyak. Keadaan ini diklasifikasikan dalam
sejumlah cara yaitu, berdasarkan tipe pembuluh darah arterial, venus atau kapiler,
berdasarkan waktu sejak dilakukan pembedahan atau terjadi cidera primer, dalam
waktu 24 jam ketika tekanan darah naik reaksioner, sekitar 7-10 hari sesudah kejadian
dengan disertai sepsis sekunder, perdarahan bisa interna dan eksterna.
b. Thrombosis vena Komplikasi hosterektomi radikal yang lebih jarang terjadi tetapi
membahayakan jiwa adalah thrombosis vena dalam dengan emboli paru-paru, insiden
emboli paru-paru mungkin dapat dikurangi dengan penggunaan ambulasi dini,
bersama-sama dengan heparin subkutan profilaksis dosis rendah pada saat
pembedahan dan sebelum mobilisasi sesudah pembedahan yang memadai.
c. Infeksi Infeksi oleh karena adanya mikroorganisme pathogen, antitoksinnya didalam
darah atau jaringan lain membentuk pus.
d. Pembentukan fistula Saluran abnormal yang menghubungkan 2 organ atau
menghubungkan 1 organ dengan bagian luar. Komplikasi yang paling berbahaya dari
histerektomi radikal adalah fistula atau striktura ureter. Keadaan ini sekarang telah
jarang terjadi, karena ahli bedah menghindari pelepasan ureter yang luas dari
peritoneum parietal, yang dulu bisa dilakukan. Drainase penyedotan pada ruang
retroperineal juga digunakan secara umum yang membantu meminimalkan
infeksi.5,6,7
3. Pencegahan komplikasi
a. Pencegahan perlekatan Perlekatan dapat dicegah dengn cara manipulasi jaringan
secara lembut dan hemostasis yang seksama. Untuk mempertahankan integritas
serosa usus, pemasangan tampon dgunakan apabila usus mengalami intrusi
menghalangi lapangan pandang operasi. Untuk mencegah infeksi, darah harus
dievakuasi dari kavum peritonei. Hal ini dapat dilakukan dengan mencuci
menggunakan larutan RL dan melakukan reperitonealisasi defek serosa dengan
hati-hati.
b. Drainase Pada luka bersih (aseptic), pemasangan drain untuk mengevakuasi
cairan yang berasal dari sekresi luka dan darah berguna untuk mencegah infeksi.
Pada luka terinfeksi pemasangan drain dapat membantu evakuasi pus dan sekresi
luka dan menjaga luka tetap terbuka. System drainase ada yang bersiat pasif
(drainase penrose), aktif (drainase suction) da juga ada yang bersiat terbuka atau
tertutup.
c. Pencegahan thrombosis vena dalam dan emboli
i. Saat praoperasi, perlu dicari faktor resiko. Usahakan menurunkan berat
badan dan memperbaiki keadaan umum pasien sampai optimal.
Kontrasepsi oral harus dihentikan minimal empat minggu sebelum
operasi. Mobilisasi pasien dilakukan sedini mungkin dan diberikan terapi
fisik dan latihan paru.
ii. Upaya intraoperasi, dilakukan hemostasis yang teliti san pencegahan
infeksi. Selain itu, cegah juga hipoksia dan hipotensi selama pembiusan.
Hindari statis vena sedapat mungkin, terutama dengan memperhatikan
posisi kaki.
iii. Pada pascaoperasi, antikoagulasi farmkologis dan fisik dilanjutkan. Upaya
fisik meliputi mobilisasi dini pada 4-6 jam pertama pascaoperasi,
bersamaan dengan fisioterapi. Disamping itu bisa juga dnegan pemakaian
stocking ketat dan mengankat kaki.