Anda di halaman 1dari 19

Tugas Ilmiah

HISTEREKTOMI

Oleh:

Dr. Imam Zahari

PPDS OBGYN T3A

Pembimbing:

Dr. Yusra Septivera, SpOG

DEPARTEMEN OBSTETRI DAN GINEKOLOGI


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SYIAHKUALA
RUMAH SAKIT UMUM ZAINOEL ABIDIN
BANDA ACEH
2017
HISTEREKTOMI
1.1 Pendahuluan
Porro (1876) melakukan histerektomi pada kasus infeksi intrapartal berat tanpa mengeluarkan
janin dari dalam rahim. Usahanya ini berhasil mencegah kematian ibu sehingga pada tahun 1880
diakui para sarjana secara luas. Histerektomi segera setelah sectio sesarea dahulu semata-mata
dilakukan untuk mengurangi angka kematian ibu akibat perdarahan dan infeksi yang bersumber
dari rahim. 3
Histerektomi merupakan suatu tindakan penanganan untuk mengatasi kelainan atau gangguan
organ atau fungsi reproduksi yang terjadi pada wanita. Dengan demikian, tindakan ini
merupakan keputusan akhir dari penanganan kelainan atau gangguan berdasarkan hasil
pemeriksaan dokter. 2
Namun, tindakan ini sangat berpengaruh terhadap sistem reproduksi wanita. Diangkatnya rahim,
tidak atau dengan saluran telur atau indung telur akan mengakibatkan perubahan pada sistem
reproduksi wanita, seperti tidak bisa hamil, haid, dan perubahan hormon.2
Pada beberapa kasus dan biasanya pada kasus dengan penyulit perdarahan obstetric yang parah,
tindakan histerektomi pascapartum mungkin dapat menyelamatkan nyawa. Operasi dapat
dilakukan dengan laparotomi setelah pelahiran pervaginam, atau dilakukan bersamaan dengan
sesar (disebut histerektomi sesar).4
Sebagian besar histerektomi paripartum dilakukan untuk menghentikan perdarahan akibat atonia
uterus yang tak teratasi, perdarahan segmen bawah uterus yang berkaitan dengan insisi sesar atau
implantasi plasenta, laserasi pembuluh besar uterus, mioma besar, dysplasia serviks yang parah,
dan karsinoma insitu. Gangguan implantasi plasenta, termasuk plasenta previa dan berbagai
plasenta akreta yang sering berkaitan dengan sesar berulang, sekarang menjadi indikasi tersering
untuk histerektomi saesar.4
Pengahambat utama histerektomi sesarea adalah kehawatiran akan peningkatan pengeluaran
darah dan kemungkinan kerusakan kerusakan saluran kemih. Factor utama komplikasi
tampaknya adalah apakah operasi dilakukan secara elektif atau darurat. Morbiditas yang
berkaitan dengan histerektomi darurat secara substantive meningkat. Pengeluaran darah pada
umumnya banyak dan hal ini berkaitan dengan indikasi operasi. Jika dilakukan atas indikasi
perdarahan, pengeluaran darah hampir slalu besar. Memang, lebih dari 90 persen wanita yang
menjalani histerektomi pasca partum darurat membutuhkan tranfusi.4

1.2 Definisi
Istilah histerektomi berasal dari bahasa latin histeria yang berarti kandungan, rahim, atau uterus,
dan ectomi yang berarti memotong, jadi histerektomi adalah suatu prosedur pembedahan
mengangkat rahim yang dilakukan oleh ahli kandungan.5,6,7
Histerektomi adalah suatu prosedur operatif dimana seluruh organ dari uterus diangkat.
Histerektomi merupakan suatu prosedur non obstetrik untuk wanita di negara Amerika Serikat.
Histerektomi adalah bedah pengangkatan rahim (uterus) yang sangat umum dilakukan. namun
organ-organ lain seperti ovarium, saluran tuba dan serviks sangat sering dihapus sebagai bagian
dari operasi. Histeroktomi merupakan suatu tindakan penanganan untuk mengatasi kelainan atau
gangguan organ atau fungsi reproduksi yang terjadi pada wanita. Dengan demikian, tindakan ini
merupakan keputusan akhir dari penanganan kelainan atau gangguan berdasarkan hasil
pemeriksaan dokter. Namun tindakan ini sangat berpengaruh terhadap system reproduksi wanita.
Diangkatnya rahim, tidak atau dengan saluran telur atau indung telur akan mengakibatkan
perubahan pada system reproduksi wanita, seperti tidak bisa hamil, haid dan perubahan hormone.
Histerektomi adalah operasi pengangkatan kandungan (rahim,uterus) pada seorang wanita,
sehingga setelah menjalani ini dia tidak bisa lagi hamil dan mempunyai anak. Histerektomi
biasanya disarankan oleh dokter untuk dilakukan karena berbagai alasan. Alasan utamanya
dilakukan histerektomi adalah kanker mulut rahim atau kanker rahim. 5,6,7

1.3 Indikasi dan kontraindikasi.


1. Indikasi
a. Ruptur uteri
b. Perdarahan yang tidak dapat dikontrol dengan cara-cara yang ada, misalnya pada:
Atonia uteri
Afibrinogenemia atau hipofibrinogenemia pada solusio plasenta dan lainnya.
Couvelaire uterus tanpa kontraksi.
Arteri uterina terputus.
Plasenta inkreta dan perkreta.
Hematoma yang luas pada rahim.
c. Infeksi intrapartal berat.
d. Uterus miomatosus yang besar.
e. Kanker leher rahim.

2. Kontraindikasi
a) Atelektasis
b) Luka infeksi
c) Infeksi saluran kencing
d) Tromoflebitis
e) Embolisme paru-paru.
f) Terdapat jaringan parut, inflamasi, atau perubahan endometrial pada adneksa
g) Riwayat laparotomi sebelumnya (termasuk perforasi appendix) dan abses pada cul-de-sac
Douglas karenadiduga terjadi pembentukan perlekatan.

1.4 Tipe Histerekomi


a) Histerektomi parsial (subtotal)
Pada histerektomi jenis ini, rahimn diangkat, tetapi mulut rahim (serviks) tetap dibiarkan.
Oleh karena itu, penderita masih dapat terkena kanker mulut rahim sehingga masih perlu
pemeriksaan pap smear (pemeriksaan leher rahim) secara rutin. 5,6,7 2.
b) Histerektomi total
Pada histerektomi ini, rahim dan mulut rahim diangkat secara keseluruhan.5,6,7 Keuntungan
dilakukan histerektomi total adalah ikut diangkatnya serviks yang menjadi sumber terjadinya
karsinoma dan prekanker. Akan tetapi, histerektomi total lebih sulit daripada histerektomi
supraservikal karena insiden komplikasinya yang lebih besar.1
Operasi dapat dilakukan dengan tetap meninggalkan atau mengeluarkan ovarium pada satu
atau keduanya. Pada penyakit, kemungkinan dilakukannya ooforektomi unilateral atau
bilateral harus didiskusikan dengan pasien. Sering kali, pada penyakit ganas, tidak ada pilihan
lain, kecuali mengeluarkan tuba dan ovarium karena sudah sering terjadi mikrometastase.1
Berbeda dengan histerektomi sebagian, pada histerektomi total seluruh bagian rahim termasuk
mulut rahim (serviks) diangkat. Selain itu, terkadang histerektomi total juga disertai dengan
pengangkatan beberapa organ reproduksi lainnya secara bersamaan. Misalnya, jika organ
yang diangkat itu adalah kedua saluran telur (tuba falopii) maka tindakan itu disebut salpingo.
Jika organ yang diangkat adalah kedua ovarium atau indung telur maka tindakan itu disebut
oophor. Jadi, yang disebut histerektomi bilateral salpingo-oophorektomi adalah pengangkatan
rahim bersama kedua saluran telur dan kedua indung telur. Pada tindakan histerektomi ini,
terkadang juga dilakukan tindakan pengangkatan bagian atas vagina dan beberapa simpul
(nodus) dari saluran kelenjar getah bening, atau yang disebut sebagai histerektomi radikal
(radical hysterectomy).2 Ada banyak gangguan yang dapat menyebabkan diputuskannya
tindakan histerektomi. Terutama untuk keselamatan nyawa ibu, seperti pendarahan hebat yang
disebabkan oleh adanya miom atau persalinan, kanker rahim atau mulut rahim, kanker indung
telur, dan kanker saluran telur (falopi). Selain itu, beberapa gangguan atau kelainan
reproduksi yang sangat mengganggu kualitas hidup wanita, seperti miom atau endometriosis
dapat menyebabkan dokter mengambil pilihan dilakukannya histerektomi.2
c) Histerektomi dan salfingo-ooforektomi bilateral
Histerektomi ini mengangkat uterus, mulut rahim, kedua tuba falopii, dan kedua ovarium.
Pengangkatan ovarium menyebabkan keadaan penderita seperti menopause meskipun usianya
masih muda.5,6,7
d) Histerektomi radikal
Histerektomi ini mengangkat bagian atas vagina, jaringan dan kelenjar limfe disekitar
kandungan. Operasi ini biasanya dilakukan pada beberapa jenis kanker tertentu untuk bisa
menyelamatkan nyawa penderita.5,6,7

Gambar 1: Tipe Histerektomi

1.5 Cara Histerektomi


Histerektomi dapat dilakukan melalui 3 macam cara, yaitu:
a) Abdominal.
b) Vaginal dan
c) Laparoskopik.

Pilihan ini bergantung pada jenis histerektomi yang akan dilakukan, jenis penyakit yang
mendasari, dan berbagai pertimbangan lainnya. Histerektomi abdominal tetap merupakan pilihan
jika uterus tidak dapat dikeluarkan dengan metode lain. Histerektomi vaginal awalnya hanya
dilakukan untuk prolaps uteri tetapi saat ini juga dikerjakan pada kelainan menstruasi dengan
ukuran uterus yang relatif normal. Histerektomi vaginal memiliki resiko invasive yang lebih
rendah dibandingkan histerektomi abdominal. Pada histerektomi laparoskopik, ada bagian
operasi yang dilakukan secara laparoskopi (garry, 1998). 5,6,7

1.6 Pemeriksaan Diagnostik


a) USG Untuk menentukan jenis tumor, lokasi mioma, ketebalan endometrium dan keadaan
adnexa dalam rongg apelvis. Mioma juga dapat dideteksi dengan CT scan ataupun MRI,
tetapi kedua pemeriksaan itu lebih mahal dan tidak memvisualisasi uterus sebaik USG.
Untungnya leiomiosarkoma sangat jarang karena USG tidak dapat membedakannya
dengan mioma dan konfirmasinya membutuhkan diagnose jaringan.
b) Foto BNO/IVP pemeriksaan ini penting untuk menilai masaa di rongga pelvis serta
menilai fungsi ginjal dan perjalanan ureter
c) Histerografi dan histeroskopi untuk menilai pasien mioma submukosa disertai dengan
infertilitas.
d) Laparoskopi untuk mengevaluasi massa pada pelvis .
e) Laboratorium, darah lengkap, urine lengkap, gula darah, tes fungsi hati, ureum, kreatinin
darah.
f) Tes kehamilan D/K (dilatasi dan kuretase) pada penderita yang disertai perdarahan untuk
menyingkirkan kemungkinan patologi pada rahim (hyperplasia atau adenokarsinoma
endometrium). 5,6,7

1.7 Teknik Operasi


Histerektomi Pilihan teknik pembedahan tergantung pada indikasi pengangkatan uterus,
ukuran uterus, lebarnya vagina, dan juga kondisi pendukung lainnya. Lesi prekanker dari
serviks, uterus, dan kanker ovarium biasanya dilakukan histerektomi abdominal, sedangkan
pada leimioma uteri, dilakukan histerektomi abdominal jika ukuran tumor tidak
memungkinkan diangkat melalui histerektomi vaginal. 1
a) Histerektomi abdominal
Pengangkatan kandungan dilakukan melalui irisan pada perut, baik irisan vertikal
maupun horisontal (Pfanenstiel). Keuntungan teknik ini adalah dokter yang
melakukan operasi dapat melihat dengan leluasa uterus dan jaringan sekitarnya dan
mempunyai cukup ruang untuk melakukan pengangkatan uterus. Cara ini biasanya
dilakukan pada mioma yang berukuran besar atau terdapat kanker pada uterus.
Kekurangannya, teknik ini biasanya menimbulkan rasa nyeri yang lebih berat,
menyebabkan masa pemulihan yang lebih panjang, serta menimbulkan jaringan parut
yang lebih banyak.

Gambar 2: Langkah Langkah abdominal histeretomi


b) Histerektomi vaginal
Dilakukan melalui irisan kecil pada bagian atas vagina. Melalui irisan tersebut, uterus
(dan mulut rahim) dipisahkan dari jaringan dan pembuluh darah di sekitarnya
kemudian dikeluarkan melalui vagina. Prosedur ini biasanya digunakan pada
prolapsus uteri. Kelebihan tindakan ini adalah kesembuhan lebih cepat, sedikit nyeri,
dan tidak ada jaringan parut yang tampak.
c) Histerektomi laparoskopi
Teknik ini ada dua macam yaitu histeroktomi vagina yang dibantu laparoskop
(laparoscopically assisted vaginal hysterectomy, LAVH) dan histerektomi
supraservikal laparoskopi (laparoscopic supracervical hysterectomy, LSH). LAVH
mirip dengan histerektomi vagnal, hanya saja dibantu oleh laparoskop yang
dimasukkan melalui irisan kecil di perut untuk melihat uterus dan jaringan sekitarnya
serta untuk membebaskan uterus dari jaringan sekitarnya. LSH tidak menggunakan
irisan pada bagian atas vagina, tetapi hanya irisan pada perut. Melalui irisan tersebut
laparoskop dimasukkan. Uterus kemudian dipotongpotong menjadi bagian kecil agar
dapat keluar melalui lubang laparoskop. Kedua teknik ini hanya menimbulkan sedikit
nyeri, pemulihan yang lebih cepat, serta sedikit jaringan parut. Tindakan
pengangkatan rahim menggunakan laparoskopi dilakukan menggunakan anestesi
(pembiusan) umum atau total. Waktu yang diperlukan bervariasi tergantung beratnya
penyakit, berkisar antara 40 menit hingga tiga jam. Pada kasus keganasan stadium
awal, tindakan histerektomi radikal dapat pula dilakukan menggunakan laparoskopi.
Untuk ini diperlukan waktu operasi yang relatif lebih lama. Apabila dilakukan
histerektomi subtotal, maka jaringan rahim dikeluarkan menggunakan alat khusus
yang disebut morcellator sehingga dapat dikeluarkan melalui llubang 10 mm. Apabila
dilakukan histerektomi total, maka jaringan rahim dikeluarkan melalui vagina,
kemudian vagina dijahit kembali. Operasi dilakukan umumnya menggunkan empat
lubang kecil berukuran 5 10 mm, satu di pusar dan tiga di perut bagian bawah.
1.8 Prosedur Histerektomi
1.8.1 Persiapan Pre Operasi 1 hari sebelum operasi
1. Persiapan urogenital Dilakukan pengosongan kandung kemih dengan kateterisasi
nkandung kemih.
2. Obat-obat Premedikal Yaitu penyuntikan pengantar pada pendrita yang sudah ditentukan
oleh ahli bius
3. Bahan yang harus dibawa bersama pasien ke kamar operasi
Status klien
Hasil-hasil laboratorium
4. Persiapan psikologis
Pasien dan keluarga perlu diberi kesempatan bertanya mengenai fungsi reproduksi
dan seksnya.
Beri penjelasan tentang operasi histerektomi yang akan dilakukannya.
5. Hal-hal yang perlu diperhatikan
Cek gelang identitas
Lepas tusuk konde, wig, tutup kepala dengan mitella.
Lepaskan perhiasan, cincin dan jam tangan.
Bersihkan cat kuku Lepaskan kontak lens Alat bantu pendengaran dapat dipasang
bila pasien tidak dapat mendengarkan tanpa alat.
Pasang kaos kaki anti emboli bila pasien resiko tingi terhadap syok.
Ganti pakaian operasi
6. Transportasi ke kamar operasi Perawat menerima status pasien, memeriksa gelang
pengenal, menandatangani inform concent, pasien dilindungi dari kedinginan dengan
memberi selimut katun.

1.8.2 Persiapan Operasi


1. Inform Concent
Surat persetujuan kepada pasien dan keluarga mengenai pemeriksaan sebelum operasi,
alasan, tujuan, jenis operasi, keuntungan dan kerugian operasi.
2. Puasa Pada operasi kecil, tidak perlu ada perawatan khusus. Hanya perlu puasa beberapa
jam sebelum operasi dan makan makanan ringan yang mudah dicerna malam hari
sebelumnya Pada operasi besar, pada hari akan dilakukan operasi, pasien hanya
mendapatkan terapi cairan saja. Pada persiapan praoperatif penderita malnutrisi, juga
diberikan hiperalimentasi per oral atau intravena.
3. Persiapan usus, persiapan usus praoperatif berguna untuk hal-hal berikut:
a. Pengurangan isi gastrntestinal memberi ruang tambahan pada pelvis dan abdomen
sehingga memperluas lapangan operasi.
b. Pengurangan jumlah flora patgen pada usus menurunkan resiko infeksi
pascaoperasi Cedera usus saat pembedahan tidak selalu berhasil untuk dihindari,
terutama sering terjadi pada pasien yang menjalani operasi karsinoma,
endometriosis, penyakit peradangan pelvis, pasien dengan prosedur pembedahan
berulang atau penyakit peradangan usus.
4. Persiapan kulit Persiapan kulit disarankan untuk dilakukan pada are pembedahan, bukan
karena takut terjadi kontaminasi, akan tetapi lebih karea alasan teknis. Pasien dicukur
hanya pada area disekitar insisi. Pencukuran sebaiknya dilakukan segera sebelum operasi,
untuk mengurangi resiko infeksi pasca perasi. Membersihkan kulit dengan sabun
antiseptic pada malam hari sebelum operasi atau pagi hari dapat mengurangi frekuensi
infeksi luka pascaoperasi.
5. Persiapan vagina Apabila terdapat infeksi vagina, sebaiknya diterapi sebelum operasi.
Vaginosis bacterial dapat diterapi dengan metrodinazole atau krim klindamisin 2%. Pada
wanita pasca menopause dengan atrofi mucosa vagina, krim estrogen meningkatkan
penyembuhan luka setelah operasi vagina. Segera sebelum operasi, vagina dibersihkan
dengan larutan antisepsis, seperti iodine PVB, chlorhexidine atau octenidindil-
hydricloride.
6. Persiapan kandung kencing dan ureter Segera sebelum pemeriksaan di bawah
anestesi,kandung kencing dikosngkan dengan kateterisasi. Jik akan dilakukan operasi
denga durasi lama, sebelumnya dipasang kateter folley.

1.9 Efek Samping dan Komplikasi


1. Efek Samping
Efek samping yang utama dari histerektomi adalah bahwa seorang wanita dapat
memasuki masa menopause yang disebabkan oleh suatu operasi, walaupun ovariumnya
masih tersisa utuh. Sejak suplai darah ke ovarium berkurang setelah operasi, efek
samping yang lain dari histerektomi yaitu akan terjadi penurunan fungsi dari ovarium,
termasuk produksi progesterone.
Efek samping Histerektomi yang terlihat:
a. Perdarahan intraoperatif Biasanya tidak terlalu jelas, dan ahli bedah ginekologis
sering kali kurang dalam memperkirakan darah yang hilang (underestimate). Hal
tesebut dapat terjadi, misalnya, karena pembuluh darah mengalami retraksi ke luar
dari lapangan operasi dan ikatannya lepas.
b. Kerusakan pada kandung kemih Paling sering terjadi karena langkah awal yang
memerlukan diseksi untuk memisahkan kandung kemih dari serviks anterior tidak
dilakukan pada bidang avaskular yang tepat.
c. Kerusakan ureter Jarang dikenali selama histerektomi vaginal walaupun ureter
sering kali berada dalam resiko kerusakan. Kerusakan biasanya dapat dihindari
dengan menentukan letak ureter berjalan dan menjauhi tempat tersebut.
d. Kerusakan usus Dapat terjadi jika loop usus menempel pada kavum douglas,
menempel pada uterus atau adneksa. Walaupun jarang, komplikasi yang serius ini
dapat diketahui dari terciumnya bau feses atau melihat material fekal yang cair
pada lapangan operasi. Pentalaksanaan memerlukan laparotomi untuk perbaikan
atau kolostomi.
e. Penyempitan vagina yang luas Disebabkan oleh pemotongan mukosa vagina yang
berlebihan. Lebih baik keliru meninggalkan mukosa vagina terlalu banyak
daripada terlalu sedikit. Komplikasi ini memerlukan insisi lateral dan packing
atau stinit vaginal, mirip dengan rekonstruksi vagina.

2. Komplikasi
a. Hemoragik: Keadaan hilangnya cairan dari pembuluh darah yang biasanya terjadi
dengan cepat dan dalam jumlah yang banyak. Keadaan ini diklasifikasikan dalam
sejumlah cara yaitu, berdasarkan tipe pembuluh darah arterial, venus atau kapiler,
berdasarkan waktu sejak dilakukan pembedahan atau terjadi cidera primer, dalam
waktu 24 jam ketika tekanan darah naik reaksioner, sekitar 7-10 hari sesudah kejadian
dengan disertai sepsis sekunder, perdarahan bisa interna dan eksterna.
b. Thrombosis vena Komplikasi hosterektomi radikal yang lebih jarang terjadi tetapi
membahayakan jiwa adalah thrombosis vena dalam dengan emboli paru-paru, insiden
emboli paru-paru mungkin dapat dikurangi dengan penggunaan ambulasi dini,
bersama-sama dengan heparin subkutan profilaksis dosis rendah pada saat
pembedahan dan sebelum mobilisasi sesudah pembedahan yang memadai.
c. Infeksi Infeksi oleh karena adanya mikroorganisme pathogen, antitoksinnya didalam
darah atau jaringan lain membentuk pus.
d. Pembentukan fistula Saluran abnormal yang menghubungkan 2 organ atau
menghubungkan 1 organ dengan bagian luar. Komplikasi yang paling berbahaya dari
histerektomi radikal adalah fistula atau striktura ureter. Keadaan ini sekarang telah
jarang terjadi, karena ahli bedah menghindari pelepasan ureter yang luas dari
peritoneum parietal, yang dulu bisa dilakukan. Drainase penyedotan pada ruang
retroperineal juga digunakan secara umum yang membantu meminimalkan
infeksi.5,6,7
3. Pencegahan komplikasi
a. Pencegahan perlekatan Perlekatan dapat dicegah dengn cara manipulasi jaringan
secara lembut dan hemostasis yang seksama. Untuk mempertahankan integritas
serosa usus, pemasangan tampon dgunakan apabila usus mengalami intrusi
menghalangi lapangan pandang operasi. Untuk mencegah infeksi, darah harus
dievakuasi dari kavum peritonei. Hal ini dapat dilakukan dengan mencuci
menggunakan larutan RL dan melakukan reperitonealisasi defek serosa dengan
hati-hati.
b. Drainase Pada luka bersih (aseptic), pemasangan drain untuk mengevakuasi
cairan yang berasal dari sekresi luka dan darah berguna untuk mencegah infeksi.
Pada luka terinfeksi pemasangan drain dapat membantu evakuasi pus dan sekresi
luka dan menjaga luka tetap terbuka. System drainase ada yang bersiat pasif
(drainase penrose), aktif (drainase suction) da juga ada yang bersiat terbuka atau
tertutup.
c. Pencegahan thrombosis vena dalam dan emboli
i. Saat praoperasi, perlu dicari faktor resiko. Usahakan menurunkan berat
badan dan memperbaiki keadaan umum pasien sampai optimal.
Kontrasepsi oral harus dihentikan minimal empat minggu sebelum
operasi. Mobilisasi pasien dilakukan sedini mungkin dan diberikan terapi
fisik dan latihan paru.
ii. Upaya intraoperasi, dilakukan hemostasis yang teliti san pencegahan
infeksi. Selain itu, cegah juga hipoksia dan hipotensi selama pembiusan.
Hindari statis vena sedapat mungkin, terutama dengan memperhatikan
posisi kaki.
iii. Pada pascaoperasi, antikoagulasi farmkologis dan fisik dilanjutkan. Upaya
fisik meliputi mobilisasi dini pada 4-6 jam pertama pascaoperasi,
bersamaan dengan fisioterapi. Disamping itu bisa juga dnegan pemakaian
stocking ketat dan mengankat kaki.

1.10 Pemulihan dan Diet


Pasca Operasi Pemulihan dari operasi histerektomi biasanya berlangsung dua hingga enam
minggu. Selama masa pemulihan, pasien dianjurkan untuk tidak banyak bergerak yang dapat
memperlambat penyembuhan bekas luka operasi. Dari segi makanan, disarankan untuk
menghindari makanan yang menimbulkan gas seperti kacang buncis, kacang panjang, brokoli,
kubis dan makanan yang terlalu pedas. Seperti setelah operasi lainnya, makan makanan yang
kaya protein dan meminum cukup air akan membantu proses pemulihan.
DAFTAR PUSTAKA

1. Rasjidi, Imam. 2008. Manual Histerektomi. Jakarta: EGC


2. Kasdu, Dini. 2008. Solusi Problem Wanita Dewasa. Jakarta: Puspa Swara
3. Mochtar, Rustam. 1998. Sinopsis Obstetri. Jilid 2. Edisi 2. Jakarta: EGC.
4. Leveno, Kenneth J . 2009. Obstetric wiliam. Jakarta : EGC.
5. Bagian obstetri & gineekologi FK. Unpad. 1993. Ginekologi. Bandung : Elstar
6. Friedman, Borten, Chapin. 1998. Seri skema Diagnosa & penatalaksanaan Ginekologi Edisi 2.
Jakarta : Bina Rupa Aksara
7. Saifudin, Abdul Bari, dkk. 2001. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan
Neonatal. Jakarta : Ya
8. Yasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo & JNKKR-POGI.
9. Carpenito, Lynda Juall, 2000. Buku saku Keperawatan, edisi 8. EGC. Jakarta
10. http://jama.ama-assn.org/content/291/12/1526.full.pdf+html
11. http://www.nature.com/bjc/journal/v90/n9/full/6601763a.html

Anda mungkin juga menyukai