Pembimbing:
dr. H. Muslich Perangin-angin, Sp.OG
Disusun Oleh:
Novrizal Muhammad Fadillah (20360015)
Puji syukur kita panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena
berkat rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan proses
penyusunan paper ini dengan judul “Histerektomi dan Kolporafi”.
Penyelesaian paper ini banyak bantuan dari berbagai pihak, oleh karena itu
adanya kesempatan ini penulis menyampaikan rasa terimakasih yang sangat
tulus kepada dr. H. Muslich Perangin-angin, Sp.OG selaku pembimbing yang
telah banyak memberikan ilmu, petunjuk, nasehat dan memberi kesempatan
kepada kami untuk menyelesaikan paper ini.
Penulis menyadari bahwa paper ini tentu tidak lepas dari kekurangan
karena keterbatasan waktu, tenaga, dan pengetahuan penulis. Maka sangat
diperlukan masukan dan saran yang membangun. Semoga paper ini dapat
memberikan manfaat.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
1.2. Tujuan
Adapun tujuan dari penulisan paper ini untuk mengatahui dan
memahami tentang Histerektomi dan Kolporafi sebagai salah satu
pemenuhan tugas kepaniteraan Obstetri dan Gynekologi di Rumah Sakit
Umum Haji Medan Sumatra Utara.
1.3. Manfaat
Pada paper ini diharapkan dapat memberikan manfaat, sebagai
berikut :
1. Menambah ilmu pengetahuan mengenai Histerektomi dan Kolporafi.
2. Bahan referensi dan dijadikan informasi berkaitan Histerektomi dan
Kolporafi.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Histerektomi
2.1.1 Definisi
Istilah histerektomi berasal dari bahasa latin histeria yang berarti
kandungan, rahim, atau uterus, dan ectomi yang berarti memotong, jadi
histerektomi adalah suatu prosedur pembedahan mengangkat rahim yang
dilakukan oleh ahli kandungan. Histerektomi obstetrik adalah
pengangkatan rahim atas indikasi obstetrik.
Histerektomi adalah suatu prosedur operatif dimana seluruh organ
dari uterus diangkat. Histerektomi merupakan suatu prosedur non
obstetrik untuk wanita di negara Amerika Serikat. Histerektomi adalah
bedah pengangkatan rahim (uterus) yang sangat umum dilakukan. namun
organ-organ lain seperti ovarium, saluran tuba dan serviks sangat sering
dihapus sebagai bagian dari operasi.
Histeroktomi merupakan suatu tindakan penanganan untuk
mengatasi kelainan atau gangguan organ atau fungsi reproduksi yang
terjadi pada wanita. Dengan demikian, tindakan ini merupakan keputusan
akhir dari penanganan kelainan atau gangguan berdasarkan hasil
pemeriksaan dokter. Namun tindakan ini sangat berpengaruh terhadap
system reproduksi wanita. Diangkatnya rahim, tidak atau dengan saluran
telur atau indung telur akan mengakibatkan perubahan pada system
reproduksi wanita, seperti tidak bisa hamil, haid dan perubahan hormone.
Histerektomi adalah operasi pengangkatan kandungan
(rahim,uterus) pada seorang wanita, sehingga setelah menjalani ini dia
tidak bisa lagi hamil dan mempunyai anak. Histerektomi biasanya
disarankan oleh dokter untuk dilakukan karena berbagai alasan. Alasan
utamanya dilakukan histerektomi adalah kanker mulut rahim atau kanker
rahim.
2.1.2 Indikasi dan kontraindikasi
1. Indikasi
a. Ruptur uteri
b. Perdarahan yang tidak dapat dikontrol dengan cara-cara yang ada,
misalnya pada :
1) Atonia uteri
2) Afibrinogenemia atau hipofibrinogenemia pada solusio
plasenta dan lainnya.
3) Couvelaire uterus tanpa kontraksi.
4) Arteri uterina terputus.
5) Plasenta inkreta dan perkreta.
6) Hematoma yang luas pada rahim.
c. Infeksi intrapartal berat.
d. Pada keadaan ini biasanya dilakukan operasi Porro, yaitu uterus
dengan isinya diangkat sekaligus.
e. Uterus miomatosus yang besar.
f. Kematian janin dalam rahim dan missed abortion dengan
kelainan darah.
g. Kanker leher rahim.
2. Kontraindikasi
a. Atelektasis
b. Luka infeksi
c. Infeksi saluran kencing
d. Tromoflebitis
e. Embolisme paru-paru.
f. Terdapat jaringan parut, inflamasi, atau perubahan endometrial
pada adneksa
g. Riwayat laparotomi sebelumnya (termasuk perforasi appendix)
dan abses pada cul-de-sac Douglas karena diduga terjadi
pembentukan perlekatan.
2.1.3 Jenis-Jenis Histerektomi
1. Histerektomi parsial (subtotal)
Pada histerektomi jenis ini, rahimn diangkat, tetapi mulut rahim
(serviks) tetap dibiarkan. Oleh karena itu, penderita masih dapat
terkena kanker mulut rahim sehingga masih perlu pemeriksaan pap
smear (pemeriksaan leher rahim) secara rutin.
2. Histerektomi total
Pada histerektomi ini, rahim dan mulut rahim diangkat secara
keseluruhan. Keuntungan dilakukan histerektomi total adalah ikut
diangkatnya serviks yang menjadi sumber terjadinya karsinoma dan
prekanker. Akan tetapi, histerektomi total lebih sulit daripada
histerektomi supraservikal karena insiden komplikasinya yang lebih
besar. Operasi dapat dilakukan dengan tetap meninggalkan atau
mengeluarkan ovarium pada satu atau keduanya. Pada penyakit,
kemungkinan dilakukannya ooforektomi unilateral atau bilateral harus
didiskusikan dengan pasien. Sering kali, pada penyakit ganas, tidak
ada pilihan lain, kecuali mengeluarkan tuba dan ovarium karena
sudah sering terjadi mikrometastase.
Berbeda dengan histerektomi sebagian, pada histerektomi total
seluruh bagian rahim termasuk mulut rahim (serviks) diangkat. Selain
itu, terkadang histerektomi total juga disertai dengan pengangkatan
beberapa organ reproduksi lainnya secara bersamaan. Misalnya, jika
organ yang diangkat itu adalah kedua saluran telur (tuba falopii) maka
tindakan itu disebut salpingo. Jika organ yang diangkat adalah kedua
ovarium atau indung telur maka tindakan itu disebut oophor. Jadi,
yang disebut histerektomi bilateral salpingo-oophorektomi adalah
pengangkatan rahim bersama kedua saluran telur dan kedua indung
telur. Pada tindakan histerektomi ini, terkadang juga dilakukan
tindakan pengangkatan bagian atas vagina dan beberapa simpul
(nodus) dari saluran kelenjar getah bening, atau yang disebut sebagai
histerektomi radikal (radical hysterectomy).
Ada banyak gangguan yang dapat menyebabkan diputuskannya
tindakan histerektomi. Terutama untuk keselamatan nyawa ibu,
seperti pendarahan hebat yang disebabkan oleh adanya miom atau
persalinan, kanker rahim atau mulut rahim, kanker indung telur, dan
kanker saluran telur (falopi). Selain itu, beberapa gangguan atau
kelainan reproduksi yang sangat mengganggu kualitas hidup wanita,
seperti miom atau endometriosis dapat menyebabkan dokter
mengambil pilihan dilakukannya histerektomi.
3. Histerektomi dan salfingo-ooforektomi bilateral
Histerektomi ini mengangkat uterus, mulut rahim, kedua tuba
falopii, dan kedua ovarium. Pengangkatan ovarium menyebabkan
keadaan penderita seperti menopause meskipun usianya masih muda.
4. Histerektomi radikal
Histerektomi ini mengangkat bagian atas vagina, jaringan dan
kelenjar limfe disekitar kandungan. Operasi ini biasanya dilakukan
pada beberapa jenis kanker tertentu untuk bisa menyelamatkan nyawa
penderita.
Histerektomi dapat dilakukan melalui 3 macam cara, yaitu
abdominal, vaginal dan laparoskopik. Pilihan ini bergantung pada
jenis histerektomi yang akan dilakukan, jenis penyakit yang
mendasari, dan berbagai pertimbangan lainnya. Histerektomi
abdominal tetap merupakan pilihan jika uterus tidak dapat
dikeluarkan dengan metode lain. Histerektomi vaginal awalnya hanya
dilakukan untuk prolaps uteri tetapi saat ini juga dikerjakan pada
kelainan menstruasi dengan ukuran uterus yang relatif normal.
Histerektomi vaginal memiliki resiko invasive yang lebih rendah
dibandingkan histerektomi abdominal. Pada histerektomi
laparoskopik, ada bagian operasi yang dilakukan secara laparoskopi
(garry, 1998).
(Gambar Histerktomi)
2.1.4 Patofisiologi
Pemeriksaan Diagnostik
1. USG
Untuk menentukan jenis tumor, lokasi mioma, ketebalan
endometrium dan keadaan adnexa dalam rongg apelvis. Mioma juga
dapat dideteksi dengan CT scan ataupun MRI, tetapi kedua
pemeriksaan itu lebih mahal dan tidak memvisualisasi uterus sebaik
USG. Untungnya leiomiosarkoma sangat jarang karena USG tidak
dapat membedakannya dengan mioma dan konfirmasinya
membutuhkan diagnose jaringan.
2. Foto BNO/IVP pemeriksaan ini penting untuk menilai masaa di
rongga pelvis serta menilai fungsi ginjal dan perjalanan ureter
3. Histerografi dan histeroskopi untuk menilai pasien mioma submukosa
disertai dengan infertilitas.
4. Laparoskopi untuk mengevaluasi massa pada pelvis
5. Laboratorium, darah lengkap, urine lengkap, gula darah, tes fungsi
hati, ureum, kreatinin darah.
6. Tes kehamilan
7. D/K (dilatasi dan kuretase) pada penderita yang disertai perdarahan
untuk menyingkirkan kemungkinan patologi pada rahim (hyperplasia
atau adenokarsinoma endometrium).
Prosedur Histerektomi
Histerektomi dapat dilakukan melalui sayatan di perut bagian bawah
atau vagina, dengan atau tanpa laparoskopi. Histerektomi lewat perut
dilakukan melalui sayatan melintang seperti yang dilakukan pada operasi
sesar. Histerektomi lewat vagina dilakukan dengan sayatan pada vagina
bagian atas. Sebuah alat yang disebut laparoskop mungkin dimasukkan
melalui sayatan kecil di perut untuk membantu pengangkatan rahim lewat
vagina.
Histerektomi vagina lebih baik dibandingkan histerektomi abdomen
karena lebih kecil risikonya dan lebih cepat pemulihannnya. Namun
demikian, keputusan melakukan histerektomi lewat perut atau vagina
tidak didasarkan hanya pada indikasi penyakit tetapi juga pada
pengalaman dan preferensi masing-masing ahli bedah.
Histerektomi adalah prosedur operasi yang aman, tetapi seperti
halnya bedah besar lainnya, selalu ada risiko komplikasi. Beberapa
diantaranya adalah pendarahan dan penggumpalan darah
(hemorrgage/hematoma) pos operasi, infeksi dan reaksi abnormal
terhadap anestesi.
Komplikasi
a. Hemoragik
Keadaan hilangnya cairan dari pembuluh darah yang biasanya
terjadi dengan cepat dan dalam jumlah yang banyak. Keadaan ini
diklasifikasikan dalam sejumlah cara yaitu, berdasarkan tipe
pembuluh darah arterial, venus atau kapiler, berdasarkan waktu
sejak dilakukan pembedahan atau terjadi cidera primer, dalam
waktu 24 jam ketika tekanan darah naik reaksioner, sekitar 7-10
hari sesudah kejadian dengan disertai sepsis sekunder,
perdarahan bisa interna dan eksterna.
b. Thrombosis vena
Komplikasi hosterektomi radikal yang lebih jarang terjadi tetapi
membahayakan jiwa adalah thrombosis vena dalam dengan
emboli paru-paru, insiden emboli paru-paru mungkin dapat
dikurangi dengan penggunaan ambulasi dini, bersama-sama
dengan heparin subkutan profilaksis dosis rendah pada saat
pembedahan dan sebelum mobilisasi sesudah pembedahan yang
memadai.
c. Infeksi
Infeksi oleh karena adanya mikroorganisme pathogen,
antitoksinnya didalam darah atau jaringan lain membentuk pus.
d. Pembentukan fistula
Saluran abnormal yang menghubungkan 2 organ atau
menghubungkan 1 organ dengan bagian luar. Komplikasi yang
paling berbahaya dari histerektomi radikal adalah fistula atau
striktura ureter. Keadaan ini sekarang telah jarang terjadi, karena
ahli bedah menghindari pelepasan ureter yang luas dari
peritoneum parietal, yang dulu bisa dilakukan. Drainase
penyedotan pada ruang retroperineal juga digunakan secara
umum yang membantu meminimalkan infeksi.
Pencegahan komplikasi
a. Pencegahan perlekatan
Penatalaksanaan
1. Preoperative
Setengah bagian abdomen dan region pubis serta perineal dicukur
dengan sangat cermat dan dibersihkan dengan sabun dan air (beberapa
dokter bedah tidak menganjurkan pencukuran pasien). Traktus
intestinal dan kandung kemih harus dikosongkan sebelum pasien
dibawa keruang operasi untuk mencegah kontaminasi dan cidera yang
tidak sengaja pada kandung kemih atau traktus intestinal. Edema dan
pengirigasi antiseptic biasanya diharuskan pada malam hari sebelum
hari pembedahan, pasien mendapat sedative. Medikasi praoperasi
yang diberikan pada pagi hari pembedahan akan membantu pasien
rileks.
2. Postoperative
Prinsip-prinsip umum perawatan pasca operatif untuk bedah
abdomen diterapkan, dengan perhatian khusus diberikan pada
sirkulasi perifer untuk mencegah tromboflebitis dan TVP (perhatikan
varicose, tingkatkan sirkulasi dengan latihan tungkai dan
menggunakan stoking.
2.1.5 Definisi
Kolporafi
Perbaikan dinding belakang vagina, atau disebut juga dengan
kolporafi posterior, adalah prosedur pembedahan untuk memperbaiki atau
memperkuat jaringan fasia antara rektum dan vagina. Istilah perineorafi
digunakan pada pembedahan badan perineum. Badan perineum (jaringan
penyokong di antara vagina dan pembukaan anus) menyokong dinding
belakang vagina. Perineum adalah area yang sering mengalami kerusakan
saat terjadi robekan jalan lahir pada proses persalinan. Seluruh perbaikan
sepanjang dinding belakang vagina ini ditujukan untuk memperkuat
perineum dan pada beberapa kasus juga dapat mengurangi diameter
permukaan vagina.
Indikasi
Tujuan pembedahan adalah untuk menghilangkan gejala
penonjolan dan/atau kelemahan dinding belakang vagina dan juga untuk
memperbaiki dan menjaga fungsi saluran cerna tanpa menganggu fungsi
seksual.
Metode Pembedahan
Pembedahan dapat dilakukan dengan menggunakan anestesi
umum, regional, atau anestesi lokal. Terdapat banyak cara untuk
memperbaiki dinding belakang vagina. Berikut ini adalah deskripsi
metode yang paling sering dilakukan.
Sayatan dibuat pada garis tengah dinding belakang vagina mulai dari
mulut liang vagina hingga bagian terdekat puncak vagina.
Jaringan permukaan vagina dipisahkan dari jaringan fasia di
bawahnya. Fasia yang lemah ini diperbaiki dengan benang jahit yang
dapat diserap oleh jaringan, dengan waktu penyerapan adalah 4
minggu hingga 5 bulan, tergantung jenis materi benang yang
digunakan.
Badan perineum diperbaiki dengan menjahit otot-otot perineum
sehingga membentuk badan perineum yang baru.
Kulit perineum dijahit dengan benang yang dapat diserap dalam 4-6
minggu sehingga tidak perlu dicabut kembali.
Setelah tindakan operasi, dilakukan pemasangan kassa dalam vagina
untuk mencegah perdarahan dan dipasang kateter ke dalam kandung
kemih. Keduanya dilepas setelah 3-48 jam kemudian.
Pada umumnya, pembedahan dinding belakang vagina
dikombinasikan dengan pembedahan lainnya seperti pengangkatan
rahim (histerektomi) melalui vaginal, perbaikan dinding depan vagina
atau pembedahan pada inkontinensia.
Komplikasi
Berikut ini adalah komplikasi umum yang dapat terjadi setelah
pembedahan :
Permasalahan anestesi
Pada pemberian anestesi modern dan alat pemantauan yang baik,
komplikasi pembiusan/ anestesi sangat jarang terjadi.
Perdarahan
Perdarahan serius yang membutuhkan tranfusi darah sangat jarang
terjadi setelah pembedahan pada vagina (kurang dari 1 persen).
Infeksi setelah pembedahan
Walaupun antibiotik diberikan sebelum pembedahan dan dilakukan
pula upaya-upaya lain untuk menjaga pembedahan tetap steril, namun
tetap terdapat kemungkinan kecil terjadi infeksi pada vagina atau
daerah panggul.
Infeksi kandung kemih (sistitis)
Dapat terjadi pada 6% wanita yang menjalani pembedahan ini dan
umumnya pada penggunaan kateter. Gejala yang terjadi adalah rasa
terbakar atau tersengat saat berkemih, frekuensi berkemih menjadi
sering, dan kadang dapat ditemuai adanya darah pada urin. Sistitis
umumnya dapat ditangani dengan pemberian antibiotik.
Berikut adalah komplikasi lebih spesifik berhubungan
dengan pembedahan dinding belakang vagina :
Konstipasi merupakan permasalahan umum yang terjadi setelah
pembedahan dan dokter anda akan memberikan resep obat pencahar
untuk mengatasi hal ini. Konsumsi makanan yang tinggi serat, dan
sering minum air putih akan dapat membantu mengatasi konstipasi.
Perlu diingat bahwa konstipasi juga dapat berperan menyebabkan
terjadinya prolaps dinding vagina belakang sehingga penting untuk
menghindari konstipasi.
Beberapa wanita akan mengalami nyeri atau rasa tidak nyaman saat
senggama. Walaupun berbagai cara dilakukan untuk mengurangi efek
tersebut, namun hal ini kadang tidak dapat dihindari. Tapi pada
beberapa wanita justru akan merasakan senggama yang lebih nyaman
setelah prolaps teratasi.
Kerusakan pada rektum selama pembedahan merupakan komplikasi
yang jarang terjadi.
BAB III
KESIMPULAN