Anda di halaman 1dari 23

Paper

HISTEREKTOMI DAN KOLPORAFI


Paper ini di buat untuk melengkapi persyaratan mengikuti Kepaniteraan Klinik Senior di
Bagian Obstetri dan ginekologi RSU Haji Medan

Pembimbing:
dr. H. Muslich Perangin-angin, Sp.OG

Disusun Oleh:
Novrizal Muhammad Fadillah (20360015)

KEPANITRAAN KLINIK SENIOR SMF OBSTETRI DAN GINEKOLOGI RUMAH


SAKIT UMUM HAJI MEDAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS
MALAHAYATI
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena
berkat rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan proses
penyusunan paper ini dengan judul “Histerektomi dan Kolporafi”.
Penyelesaian paper ini banyak bantuan dari berbagai pihak, oleh karena itu
adanya kesempatan ini penulis menyampaikan rasa terimakasih yang sangat
tulus kepada dr. H. Muslich Perangin-angin, Sp.OG selaku pembimbing yang
telah banyak memberikan ilmu, petunjuk, nasehat dan memberi kesempatan
kepada kami untuk menyelesaikan paper ini.
Penulis menyadari bahwa paper ini tentu tidak lepas dari kekurangan
karena keterbatasan waktu, tenaga, dan pengetahuan penulis. Maka sangat
diperlukan masukan dan saran yang membangun. Semoga paper ini dapat
memberikan manfaat.

Medan, November 2021

Penulis
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Porro (1876) melakukan histerektomi pada kasus infeksi intrapartal
berat tanpa mengeluarkan janin dari dalam rahim. Usahanya ini berhasil
mencegah kematian ibu sehingga pada tahun 1880 diakui para sarjana
secara luas. Histerektomi segera setelah sectio sesarea dahulu semata-
mata dilakukan untuk mengurangi angka kematian ibu akibat perdarahan
dan infeksi yang bersumber dari rahim.
Histerektomi merupakan suatu tindakan penanganan untuk
mengatasi kelainan atau gangguan organ atau fungsi reproduksi yang
terjadi pada wanita. Dengan demikian, tindakan ini merupakan keputusan
akhir dari penanganan kelainan atau gangguan berdasarkan hasil
pemeriksaan dokter. Namun, tindakan ini sangat berpengaruh terhadap
sistem reproduksi wanita. Diangkatnya rahim, tidak atau dengan saluran
telur atau indung telur akan mengakibatkan perubahan pada sistem
reproduksi wanita, seperti tidak bisa hamil, haid, dan perubahan hormon.
Pada beberapa kasus dan biasanya pada kasus dengan penyulit
perdarahan obstetric yang parah, tindakan histerektomi pascapartum
mungkin dapat menyelamatkan nyawa. Operasi dapat dilakukan dengan
laparotomi setelah pelahiran pervaginam, atau dilakukan bersamaan
dengan sesar (disebut histerektomi sesar).
Sebagian besar histerektomi paripartum dilakukan untuk
menghentikan perdarahan akibat atonia uterus yang tak teratasi,
perdarahan segmen bawah uterus yang berkaitan dengan insisi sesar atau
implantasi plasenta, laserasi pembuluh besar uterus, mioma besar,
dysplasia serviks yang parah, dan karsinoma insitu. Gangguan implantasi
plasenta, termasuk plasenta previa dan berbagai plasenta akreta yang
sering berkaitan dengan sesar berulang, sekarang menjadi indikasi
tersering untuk histerektomi saesar.
Pengahambat utama histerektomi sesarea adalah kehawatiran akan
peningkatan pengeluaran darah dan kemungkinan kerusakan kerusakan
saluran kemih. Factor utama komplikasi tampaknya adalah apakah
operasi dilakukan secara elektif atau darurat. Morbiditas yang berkaitan
dengan histerektomi darurat secara substantive meningkat. Pengeluaran
darah pada umumnya banyak dan hal ini berkaitan dengan indikasi
operasi. Jika dilakukan atas indikasi perdarahan, pengeluaran darah
hampir slalu besar. Memang, lebih dari 90 persen wanita yang menjalani
histerektomi pasca partum darurat membutuhkan tranfusi.

1.2. Tujuan
Adapun tujuan dari penulisan paper ini untuk mengatahui dan
memahami tentang Histerektomi dan Kolporafi sebagai salah satu
pemenuhan tugas kepaniteraan Obstetri dan Gynekologi di Rumah Sakit
Umum Haji Medan Sumatra Utara.

1.3. Manfaat
Pada paper ini diharapkan dapat memberikan manfaat, sebagai
berikut :
1. Menambah ilmu pengetahuan mengenai Histerektomi dan Kolporafi.
2. Bahan referensi dan dijadikan informasi berkaitan Histerektomi dan
Kolporafi.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Histerektomi
2.1.1 Definisi
Istilah histerektomi berasal dari bahasa latin histeria yang berarti
kandungan, rahim, atau uterus, dan ectomi yang berarti memotong, jadi
histerektomi adalah suatu prosedur pembedahan mengangkat rahim yang
dilakukan oleh ahli kandungan. Histerektomi obstetrik adalah
pengangkatan rahim atas indikasi obstetrik.
Histerektomi adalah suatu prosedur operatif dimana seluruh organ
dari uterus diangkat. Histerektomi merupakan suatu prosedur non
obstetrik untuk wanita di negara Amerika Serikat. Histerektomi adalah
bedah pengangkatan rahim (uterus) yang sangat umum dilakukan. namun
organ-organ lain seperti ovarium, saluran tuba dan serviks sangat sering
dihapus sebagai bagian dari operasi.
Histeroktomi merupakan suatu tindakan penanganan untuk
mengatasi kelainan atau gangguan organ atau fungsi reproduksi yang
terjadi pada wanita. Dengan demikian, tindakan ini merupakan keputusan
akhir dari penanganan kelainan atau gangguan berdasarkan hasil
pemeriksaan dokter. Namun tindakan ini sangat berpengaruh terhadap
system reproduksi wanita. Diangkatnya rahim, tidak atau dengan saluran
telur atau indung telur akan mengakibatkan perubahan pada system
reproduksi wanita, seperti tidak bisa hamil, haid dan perubahan hormone.
Histerektomi adalah operasi pengangkatan kandungan
(rahim,uterus) pada seorang wanita, sehingga setelah menjalani ini dia
tidak bisa lagi hamil dan mempunyai anak. Histerektomi biasanya
disarankan oleh dokter untuk dilakukan karena berbagai alasan. Alasan
utamanya dilakukan histerektomi adalah kanker mulut rahim atau kanker
rahim.
2.1.2 Indikasi dan kontraindikasi
1. Indikasi
a. Ruptur uteri
b. Perdarahan yang tidak dapat dikontrol dengan cara-cara yang ada,
misalnya pada :
1) Atonia uteri
2) Afibrinogenemia atau hipofibrinogenemia pada solusio
plasenta dan lainnya.
3) Couvelaire uterus tanpa kontraksi.
4) Arteri uterina terputus.
5) Plasenta inkreta dan perkreta.
6) Hematoma yang luas pada rahim.
c. Infeksi intrapartal berat.
d. Pada keadaan ini biasanya dilakukan operasi Porro, yaitu uterus
dengan isinya diangkat sekaligus.
e. Uterus miomatosus yang besar.
f. Kematian janin dalam rahim dan missed abortion dengan
kelainan darah.
g. Kanker leher rahim.

2. Kontraindikasi
a. Atelektasis
b. Luka infeksi
c. Infeksi saluran kencing
d. Tromoflebitis
e. Embolisme paru-paru.
f. Terdapat jaringan parut, inflamasi, atau perubahan endometrial
pada adneksa
g. Riwayat laparotomi sebelumnya (termasuk perforasi appendix)
dan abses pada cul-de-sac Douglas karena diduga terjadi
pembentukan perlekatan.
2.1.3 Jenis-Jenis Histerektomi
1. Histerektomi parsial (subtotal)
Pada histerektomi jenis ini, rahimn diangkat, tetapi mulut rahim
(serviks) tetap dibiarkan. Oleh karena itu, penderita masih dapat
terkena kanker mulut rahim sehingga masih perlu pemeriksaan pap
smear (pemeriksaan leher rahim) secara rutin.
2. Histerektomi total
Pada histerektomi ini, rahim dan mulut rahim diangkat secara
keseluruhan. Keuntungan dilakukan histerektomi total adalah ikut
diangkatnya serviks yang menjadi sumber terjadinya karsinoma dan
prekanker. Akan tetapi, histerektomi total lebih sulit daripada
histerektomi supraservikal karena insiden komplikasinya yang lebih
besar. Operasi dapat dilakukan dengan tetap meninggalkan atau
mengeluarkan ovarium pada satu atau keduanya. Pada penyakit,
kemungkinan dilakukannya ooforektomi unilateral atau bilateral harus
didiskusikan dengan pasien. Sering kali, pada penyakit ganas, tidak
ada pilihan lain, kecuali mengeluarkan tuba dan ovarium karena
sudah sering terjadi mikrometastase.
Berbeda dengan histerektomi sebagian, pada histerektomi total
seluruh bagian rahim termasuk mulut rahim (serviks) diangkat. Selain
itu, terkadang histerektomi total juga disertai dengan pengangkatan
beberapa organ reproduksi lainnya secara bersamaan. Misalnya, jika
organ yang diangkat itu adalah kedua saluran telur (tuba falopii) maka
tindakan itu disebut salpingo. Jika organ yang diangkat adalah kedua
ovarium atau indung telur maka tindakan itu disebut oophor. Jadi,
yang disebut histerektomi bilateral salpingo-oophorektomi adalah
pengangkatan rahim bersama kedua saluran telur dan kedua indung
telur. Pada tindakan histerektomi ini, terkadang juga dilakukan
tindakan pengangkatan bagian atas vagina dan beberapa simpul
(nodus) dari saluran kelenjar getah bening, atau yang disebut sebagai
histerektomi radikal (radical hysterectomy).
Ada banyak gangguan yang dapat menyebabkan diputuskannya
tindakan histerektomi. Terutama untuk keselamatan nyawa ibu,
seperti pendarahan hebat yang disebabkan oleh adanya miom atau
persalinan, kanker rahim atau mulut rahim, kanker indung telur, dan
kanker saluran telur (falopi). Selain itu, beberapa gangguan atau
kelainan reproduksi yang sangat mengganggu kualitas hidup wanita,
seperti miom atau endometriosis dapat menyebabkan dokter
mengambil pilihan dilakukannya histerektomi.
3. Histerektomi dan salfingo-ooforektomi bilateral
Histerektomi ini mengangkat uterus, mulut rahim, kedua tuba
falopii, dan kedua ovarium. Pengangkatan ovarium menyebabkan
keadaan penderita seperti menopause meskipun usianya masih muda.
4. Histerektomi radikal
Histerektomi ini mengangkat bagian atas vagina, jaringan dan
kelenjar limfe disekitar kandungan. Operasi ini biasanya dilakukan
pada beberapa jenis kanker tertentu untuk bisa menyelamatkan nyawa
penderita.
Histerektomi dapat dilakukan melalui 3 macam cara, yaitu
abdominal, vaginal dan laparoskopik. Pilihan ini bergantung pada
jenis histerektomi yang akan dilakukan, jenis penyakit yang
mendasari, dan berbagai pertimbangan lainnya. Histerektomi
abdominal tetap merupakan pilihan jika uterus tidak dapat
dikeluarkan dengan metode lain. Histerektomi vaginal awalnya hanya
dilakukan untuk prolaps uteri tetapi saat ini juga dikerjakan pada
kelainan menstruasi dengan ukuran uterus yang relatif normal.
Histerektomi vaginal memiliki resiko invasive yang lebih rendah
dibandingkan histerektomi abdominal. Pada histerektomi
laparoskopik, ada bagian operasi yang dilakukan secara laparoskopi
(garry, 1998).
(Gambar Histerktomi)

2.1.4 Patofisiologi
 Pemeriksaan Diagnostik
1. USG
Untuk menentukan jenis tumor, lokasi mioma, ketebalan
endometrium dan keadaan adnexa dalam rongg apelvis. Mioma juga
dapat dideteksi dengan CT scan ataupun MRI, tetapi kedua
pemeriksaan itu lebih mahal dan tidak memvisualisasi uterus sebaik
USG. Untungnya leiomiosarkoma sangat jarang karena USG tidak
dapat membedakannya dengan mioma dan konfirmasinya
membutuhkan diagnose jaringan.
2. Foto BNO/IVP pemeriksaan ini penting untuk menilai masaa di
rongga pelvis serta menilai fungsi ginjal dan perjalanan ureter
3. Histerografi dan histeroskopi untuk menilai pasien mioma submukosa
disertai dengan infertilitas.
4. Laparoskopi untuk mengevaluasi massa pada pelvis
5. Laboratorium, darah lengkap, urine lengkap, gula darah, tes fungsi
hati, ureum, kreatinin darah.
6. Tes kehamilan
7. D/K (dilatasi dan kuretase) pada penderita yang disertai perdarahan
untuk menyingkirkan kemungkinan patologi pada rahim (hyperplasia
atau adenokarsinoma endometrium).

 Teknik Operasi Histerektomi


Pilihan teknik pembedahan tergantung pada indikasi pengangkatan
uterus, ukuran uterus, lebarnya vagina, dan juga kondisi pendukung
lainnya. Lesi prekanker dari serviks, uterus, dan kanker ovarium biasanya
dilakukan histerektomi abdominal, sedangkan pada leimioma uteri,
dilakukan histerektomi abdominal jika ukuran tumor tidak
memungkinkan diangkat melalui histerektomi vaginal.
1. Histerektomi abdominal
Pengangkatan kandungan dilakukan melalui irisan pada perut,
baik irisan vertikal maupun horisontal (Pfanenstiel). Keuntungan
teknik ini adalah dokter yang melakukan operasi dapat melihat
dengan leluasa uterus dan jaringan sekitarnya dan mempunyai cukup
ruang untuk melakukan pengangkatan uterus. Cara ini biasanya
dilakukan pada mioma yang berukuran besar atau terdapat kanker
pada uterus. Kekurangannya, teknik ini biasanya menimbulkan rasa
nyeri yang lebih berat, menyebabkan masa pemulihan yang lebih
panjang, serta menimbulkan jaringan parut yang lebih banyak.
2. Histerektomi vaginal
Dilakukan melalui irisan kecil pada bagian atas vagina. Melalui
irisan tersebut, uterus (dan mulut rahim) dipisahkan dari jaringan dan
pembuluh darah di sekitarnya kemudian dikeluarkan melalui vagina.
Prosedur ini biasanya digunakan pada  prolapsus uteri. Kelebihan
tindakan ini adalah kesembuhan lebih cepat, sedikit nyeri, dan tidak
ada jaringan parut yang tampak.
3. Histerektomi laparoskopi
Teknik ini ada dua macam yaitu histeroktomi vagina yang
dibantu laparoskop (laparoscopically assisted vaginal hysterectomy,
LAVH) dan histerektomi supraservikal laparoskopi (laparoscopic
supracervical hysterectomy, LSH). LAVH mirip dengan histerektomi
vagnal, hanya saja dibantu oleh laparoskop yang dimasukkan melalui
irisan kecil di perut untuk melihat uterus dan jaringan sekitarnya
serta untuk membebaskan uterus dari jaringan sekitarnya. LSH tidak
menggunakan irisan pada bagian atas vagina, tetapi hanya irisan pada
perut. Melalui irisan tersebut laparoskop dimasukkan. Uterus
kemudian dipotong-potong menjadi bagian kecil agar dapat keluar
melalui lubang laparoskop. Kedua teknik ini hanya menimbulkan
sedikit nyeri, pemulihan yang lebih cepat, serta sedikit jaringan
parut.
Tindakan pengangkatan rahim menggunakan laparoskopi
dilakukan menggunakan anestesi (pembiusan) umum atau total.
Waktu yang diperlukan bervariasi tergantung beratnya penyakit,
berkisar antara 40 menit hingga tiga jam. Pada kasus keganasan
stadium awal, tindakan histerektomi radikal dapat pula dilakukan
menggunakan laparoskopi. Untuk ini diperlukan waktu operasi yang
relatif lebih lama. Apabila dilakukan histerektomi subtotal, maka
jaringan rahim dikeluarkan menggunakan alat khusus yang disebut
morcellator sehingga dapat dikeluarkan melalui llubang 10
mm.Apabila dilakukan histerektomi total, maka jaringan rahim
dikeluarkan melalui vagina, kemudian vagina dijahit kembali.
Operasi dilakukan umumnya menggunkan empat lubang kecil
berukuran 5‐ 10 mm, satu di pusar dan tiga di perut bagian bawah.

 Prosedur Histerektomi
Histerektomi dapat dilakukan melalui sayatan di perut bagian bawah
atau vagina, dengan atau tanpa laparoskopi. Histerektomi lewat perut
dilakukan melalui sayatan melintang seperti yang dilakukan pada operasi
sesar. Histerektomi lewat vagina dilakukan dengan sayatan pada vagina
bagian atas. Sebuah alat yang disebut laparoskop mungkin dimasukkan
melalui sayatan kecil di perut untuk membantu pengangkatan rahim lewat
vagina.
Histerektomi vagina lebih baik dibandingkan histerektomi abdomen
karena lebih kecil risikonya dan lebih cepat pemulihannnya. Namun
demikian, keputusan melakukan histerektomi lewat perut atau vagina
tidak didasarkan hanya pada indikasi penyakit tetapi juga pada
pengalaman dan preferensi masing-masing ahli bedah.
Histerektomi adalah prosedur operasi yang aman, tetapi seperti
halnya bedah besar lainnya, selalu ada risiko komplikasi. Beberapa
diantaranya adalah pendarahan dan penggumpalan darah
(hemorrgage/hematoma) pos operasi, infeksi dan reaksi abnormal
terhadap anestesi.

 Efek Samping dan Komplikasi


 Efek Samping
Efek samping yang utama dari histerektomi adalah bahwa
seorang wanita dapat memasuki masa menopause yang disebabkan
oleh suatu operasi, walaupun ovariumnya masih tersisa utuh. Sejak
suplai darah ke ovarium berkurang setelah operasi, efek samping yang
lain dari histerektomi yaitu akan terjadi penurunan fungsi dari
ovarium, termasuk produksi progesterone.

 Efek samping Histerektomi yang terlihat :


a. Perdarahan intraoperatif

Biasanya tidak terlalu jelas, dan ahli bedah ginekologis sering


kali kurang dalam memperkirakan darah yang hilang
(underestimate). Hal tesebut dapat terjadi, misalnya, karena
pembuluh darah mengalami retraksi ke luar dari lapangan operasi
dan ikatannya lepas
b. Kerusakan pada kandung kemih

Paling sering terjadi karena langkah awal yang memerlukan


diseksi untuk memisahkan kandung kemih dari serviks anterior
tidak dilakukan pada bidang avaskular yang tepat.
c. Kerusakan ureter

Jarang dikenali selama histerektomi vaginal walaupun ureter


sering kali berada dalam resiko kerusakan. Kerusakan biasanya
dapat dihindari dengan menentukan letak ureter berjalan dan
menjauhi tempat tersebut.
d. Kerusakan usus

Dapat terjadi jika loop usus menempel pada kavum douglas,


menempel pada uterus atau adneksa. Walaupun jarang,
komplikasi yang serius ini dapat diketahui dari terciumnya bau
feses atau melihat material fekal yang cair pada lapangan operasi.
Pentalaksanaan memerlukan laparotomi untuk perbaikan atau
kolostomi
e. Penyempitan vagina yang luas
Disebabkan oleh pemotongan mukosa vagina yang berlebihan.
Lebih baik keliru meninggalkan mukosa vagina terlalu banyak
daripada terlalu sedikit. Komplikasi ini memerlukan insisi lateral
dan packing atau stinit vaginal, mirip dengan rekonstruksi
vagina.

 Komplikasi
a. Hemoragik
Keadaan hilangnya cairan dari pembuluh darah yang biasanya
terjadi dengan cepat dan dalam jumlah yang banyak. Keadaan ini
diklasifikasikan dalam sejumlah cara yaitu, berdasarkan tipe
pembuluh darah arterial, venus atau kapiler, berdasarkan waktu
sejak dilakukan pembedahan atau terjadi cidera primer, dalam
waktu 24 jam ketika tekanan darah naik reaksioner, sekitar 7-10
hari sesudah kejadian dengan disertai sepsis sekunder,
perdarahan bisa interna dan eksterna.
b. Thrombosis vena
Komplikasi hosterektomi radikal yang lebih jarang terjadi tetapi
membahayakan jiwa adalah thrombosis vena dalam dengan
emboli paru-paru, insiden emboli paru-paru mungkin dapat
dikurangi dengan penggunaan ambulasi dini, bersama-sama
dengan heparin subkutan profilaksis dosis rendah pada saat
pembedahan dan sebelum mobilisasi sesudah pembedahan yang
memadai.
c. Infeksi
Infeksi oleh karena adanya mikroorganisme pathogen,
antitoksinnya didalam darah atau jaringan lain membentuk pus.
d. Pembentukan fistula
Saluran abnormal yang menghubungkan 2 organ atau
menghubungkan 1 organ dengan bagian luar. Komplikasi yang
paling berbahaya dari histerektomi radikal adalah fistula atau
striktura ureter. Keadaan ini sekarang telah jarang terjadi, karena
ahli bedah menghindari pelepasan ureter yang luas dari
peritoneum parietal, yang dulu bisa dilakukan. Drainase
penyedotan pada ruang retroperineal juga digunakan secara
umum yang membantu meminimalkan infeksi.

 Pencegahan komplikasi

a. Pencegahan perlekatan

Perlekatan dapat dicegah dengn cara manipulasi jaringan secara


lembut dan hemostasis yang seksama. Untuk mempertahankan
integritas serosa usus, pemasangan tampon dgunakan apabila
usus mengalami intrusi menghalangi lapangan pandang operasi.
Untuk mencegah infeksi, darah harus dievakuasi dari kavum
peritonei. Hal ini dapat dilakukan dengan mencuci menggunakan
larutan RL dan melakukan reperitonealisasi defek serosa dengan
hati-hati
b. Drainase

Pada luka bersih (aseptic), pemasangan drain untuk


mengevakuasi cairan yang berasal dari sekresi luka dan darah
berguna untuk mencegah infeksi. Pada luka terinfeksi
pemasangan drain dapat membantu evakuasi pus dan sekresi luka
dan menjaga luka tetap terbuka. System drainase ada yang bersiat
pasif (drainase penrose), aktif (drainase suction) da juga ada yang
bersiat terbuka atau tertutup.
c. Pencegahan thrombosis vena dalam dan emboli
1) Saat praoperasi, perlu dicari faktor resiko. Usahakan
menurunkan berat badan dan memperbaiki keadaan umum
pasien sampai optimal. Kontrasepsi oral harus dihentikan
minimal empat minggu sebelum operasi. Mobilisasi pasien
dilakukan sedini mungkin dan diberikan terapi fisik dan
latihan paru.
2) Upaya intraoperasi, dilakukan hemostasis yang teliti san
pencegahan infeksi. Selain itu, cegah juga hipoksia dan
hipotensi selama pembiusan. Hindari statis vena sedapat
mungkin, terutama dengan memperhatikan posisi kaki.
3) Pada pascaoperasi, antikoagulasi farmkologis dan fisik
dilanjutkan. Upaya fisik meliputi mobilisasi dini pada 4-6
jam pertama pascaoperasi, bersamaan dengan fisioterapi.
Disamping itu bisa juga dnegan pemakaian stocking ketat dan
mengankat kaki.

 Penatalaksanaan
1. Preoperative
Setengah bagian abdomen dan region pubis serta perineal dicukur
dengan sangat cermat dan dibersihkan dengan sabun dan air (beberapa
dokter bedah tidak menganjurkan pencukuran pasien). Traktus
intestinal dan kandung kemih harus dikosongkan sebelum pasien
dibawa keruang operasi untuk mencegah kontaminasi dan cidera yang
tidak sengaja pada kandung kemih atau traktus intestinal. Edema dan
pengirigasi antiseptic biasanya diharuskan pada malam hari sebelum
hari pembedahan, pasien mendapat sedative. Medikasi praoperasi
yang diberikan pada pagi hari pembedahan akan membantu pasien
rileks.
2. Postoperative
Prinsip-prinsip umum perawatan pasca operatif untuk bedah
abdomen diterapkan, dengan perhatian khusus diberikan pada
sirkulasi perifer untuk mencegah tromboflebitis dan TVP (perhatikan
varicose, tingkatkan sirkulasi dengan latihan tungkai dan
menggunakan stoking.

 Pemulihan dan Diet Pasca Operasi


Pemulihan dari operasi histerektomi biasanya berlangsung dua
hingga enam minggu. Selama masa pemulihan, pasien dianjurkan
untuk tidak banyak bergerak yang dapat memperlambat penyembuhan
bekas luka operasi. Dari segi makanan, disarankan untuk menghindari
makanan yang menimbulkan gas seperti kacang buncis, kacang
panjang, brokoli, kubis dan makanan yang terlalu pedas. Seperti
setelah operasi lainnya, makan makanan yang kaya protein dan
meminum cukup air akan membantu proses pemulihan.

2.1.5 Definisi
 Kolporafi
Perbaikan dinding belakang vagina, atau disebut juga dengan
kolporafi posterior, adalah prosedur pembedahan untuk memperbaiki atau
memperkuat jaringan fasia antara rektum dan vagina. Istilah perineorafi
digunakan pada pembedahan badan perineum. Badan perineum (jaringan
penyokong di antara vagina dan pembukaan anus) menyokong dinding
belakang vagina. Perineum adalah area yang sering mengalami kerusakan
saat terjadi robekan jalan lahir pada proses persalinan. Seluruh perbaikan
sepanjang dinding belakang vagina ini ditujukan untuk memperkuat
perineum dan pada beberapa kasus juga dapat mengurangi diameter
permukaan vagina.

 Indikasi
Tujuan pembedahan adalah untuk menghilangkan gejala
penonjolan dan/atau kelemahan dinding belakang vagina dan juga untuk
memperbaiki dan menjaga fungsi saluran cerna tanpa menganggu fungsi
seksual.

 Metode Pembedahan
Pembedahan dapat dilakukan dengan menggunakan anestesi
umum, regional, atau anestesi lokal. Terdapat banyak cara untuk
memperbaiki dinding belakang vagina. Berikut ini adalah deskripsi
metode yang paling sering dilakukan.
 Sayatan dibuat pada garis tengah dinding belakang vagina mulai dari
mulut liang vagina hingga bagian terdekat puncak vagina.
 Jaringan permukaan vagina dipisahkan dari jaringan fasia di
bawahnya. Fasia yang lemah ini diperbaiki dengan benang jahit yang
dapat diserap oleh jaringan, dengan waktu penyerapan adalah 4
minggu hingga 5 bulan, tergantung jenis materi benang yang
digunakan.
 Badan perineum diperbaiki dengan menjahit otot-otot perineum
sehingga membentuk badan perineum yang baru.
 Kulit perineum dijahit dengan benang yang dapat diserap dalam 4-6
minggu sehingga tidak perlu dicabut kembali.
 Setelah tindakan operasi, dilakukan pemasangan kassa dalam vagina
untuk mencegah perdarahan dan dipasang kateter ke dalam kandung
kemih. Keduanya dilepas setelah 3-48 jam kemudian.
 Pada umumnya, pembedahan dinding belakang vagina
dikombinasikan dengan pembedahan lainnya seperti pengangkatan
rahim (histerektomi) melalui vaginal, perbaikan dinding depan vagina
atau pembedahan pada inkontinensia.

 Komplikasi
Berikut ini adalah komplikasi umum yang dapat terjadi setelah
pembedahan :
 Permasalahan anestesi
Pada pemberian anestesi modern dan alat pemantauan yang baik,
komplikasi pembiusan/ anestesi sangat jarang terjadi.
 Perdarahan
Perdarahan serius yang membutuhkan tranfusi darah sangat jarang
terjadi setelah pembedahan pada vagina (kurang dari 1 persen).
 Infeksi setelah pembedahan
Walaupun antibiotik diberikan sebelum pembedahan dan dilakukan
pula upaya-upaya lain untuk menjaga pembedahan tetap steril, namun
tetap terdapat kemungkinan kecil terjadi infeksi pada vagina atau
daerah panggul.
 Infeksi kandung kemih (sistitis)
Dapat terjadi pada 6% wanita yang menjalani pembedahan ini dan
umumnya pada penggunaan kateter. Gejala yang terjadi adalah rasa
terbakar atau tersengat saat berkemih, frekuensi berkemih menjadi
sering, dan kadang dapat ditemuai adanya darah pada urin. Sistitis
umumnya dapat ditangani dengan pemberian antibiotik.
Berikut adalah komplikasi lebih spesifik berhubungan
dengan pembedahan dinding belakang vagina :
 Konstipasi merupakan permasalahan umum yang terjadi setelah
pembedahan dan dokter anda akan memberikan resep obat pencahar
untuk mengatasi hal ini. Konsumsi makanan yang tinggi serat, dan
sering minum air putih akan dapat membantu mengatasi konstipasi.
Perlu diingat bahwa konstipasi juga dapat berperan menyebabkan
terjadinya prolaps dinding vagina belakang sehingga penting untuk
menghindari konstipasi.
 Beberapa wanita akan mengalami nyeri atau rasa tidak nyaman saat
senggama. Walaupun berbagai cara dilakukan untuk mengurangi efek
tersebut, namun hal ini kadang tidak dapat dihindari. Tapi pada
beberapa wanita justru akan merasakan senggama yang lebih nyaman
setelah prolaps teratasi.
 Kerusakan pada rektum selama pembedahan merupakan komplikasi
yang jarang terjadi.
BAB III

KESIMPULAN

Histerektomi berasal dari bahasa Yunani yakni hystera yang berarti


“rahim” dan ektmia yang berarti “pemotongan”. Histerektomi berarti operasi
pengangkatan rahim. Tindakan ini biasanya dilakukan untuk menangani penyakit
seperti kanker serviks, endometriosis, nyeri panggul kronis, hingga fibroid rahim.
Akibat dari tindakan histerektomi ini adalah wanita menjadi tidak mengalami
menstruasi dan tidak bisa hamil dan berarti tidak bisa pula mempunyai anak.
Selain mengangkat rahim, dokter juga terkadang sekaligus mengangkat indung
telur (ovarium) dan tuba falopi. Bila kedua ovarium diangkat, maka menopause
akan terjadi.
Perbaikan dinding belakang vagina, atau disebut juga dengan kolporafi
posterior, adalah prosedur pembedahan untuk memperbaiki atau memperkuat
jaringan fasia antara rektum dan vagina. Istilah perineorafi digunakan pada
pembedahan badan perineum. Badan perineum (jaringan penyokong di antara
vagina dan pembukaan anus) menyokong dinding belakang vagina. Perineum
adalah area yang sering mengalami kerusakan saat terjadi robekan jalan lahir pada
proses persalinan. Seluruh perbaikan sepanjang dinding belakang vagina ini
ditujukan untuk memperkuat perineum dan pada beberapa kasus juga dapat
mengurangi diameter permukaan vagina. Tujuan pembedahan adalah untuk
menghilangkan gejala penonjolan dan/atau kelemahan dinding belakang vagina
dan juga untuk memperbaiki dan menjaga fungsi saluran cerna tanpa menganggu
fungsi seksual.
DAFTAR PUSTAKA

1. American College of Obstetricians and Gynecologists. Committee Opinion


No. 444: Choosing the route of hysterectomy for benign disease. Obstet
Gynecol. 2009 (Reaffirmed 2011);114:1156-8. PMID: 20168127
www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/20168127. Diakses pada 20 Oktober
2021.
2. A. R, Khairiyatul. Kualitas Hidup Perempuan Yang Mengalami
Histerektomi Serta Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya Di Wilayah
DKI Jakarta : Study Grounded Theory. FK UI 2010. http://lib.ui.ac.id/file?
file=digital/20282870R.%20Khairiyatul%20Afiyah.pdf. Diakses pada 20
Oktober 2021.
3. Bagian obstetri & gineekologi FK. Unpad. 1993. Ginekologi. Bandung :
Elstar.
4. Carpenito, Lynda Juall, 2000. Buku saku Keperawatan, edisi 8. EGC.
Jakarta.
5. Friedman, Borten, Chapin. 1998. Seri skema Diagnosa &
penatalaksanaan Ginekologi Edisi 2. Jakarta : Bina Rupa Aksara.
6. Giudice LC. Clinical practice. Endometriosis. N Engl J Med. 2010 Jun
24;362(25):2389-98. PMID: 20573927
www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/20573927. Diakses pada 20 Oktober
2021.
7. NHS. Histerektomi (2020). https://www.nhs.uk/conditions/Histerektomi/.
Diakses pada 20 Oktober 2021.
8. Healthline. Histerektomi (2020).
https://www.healthline.com/health/Histerektomi. Diakses pada 20 Oktober
2021.
9. International Urogynaecology Association (IUGA) patient information
leaflet – Vaginal Hysterectomy for Prolapse at.
http://c.ymcdn.com/sites/www.iuga.org/resource/resmgr/Brochures/eng_h
ysterectomy.pdf. Diakses pada 20 Oktober 2021.
10. International Urogynecological Association. Perbaikan Dinding Belakang
Vagina Dan Badan Perineum. IUGA Office.
https://www.yourpelvicfloor.org/media/posterior-vaginal-wall-and-
perineal-body-repair-Indonesian-RV2.pdf. Diakses Pada 29 Oktober 2021.
11. Jones HW III. Gynecologic surgery. In: Townsend CM, Beauchamp RD,
Evers BM, Mattox KL, eds. Sabiston Textbook of Surgery. 19th ed.
Philadelphia, PA: Elsevier Saunders; 2012:chap 71. Diakses pada 20
Oktober 2021.
12. Medline Plus (2020). Histerektomi
https://medlineplus.gov/Histerektomi.html. Diakses pada 20 Oktober
2021.
13. Mayoclinic (2020). Abdominal Histerektomi
https://www.mayoclinic.org/tests-procedures/abdominal-Histerektomi/
about/pac-20384559. Diakses pada 20 Oktober 2021.
14. Royal College of Obstetricians and Gynaecologists Recovering Well
leaflet at.
https://www.rcog.org.uk/globalassets/documents/patients/patient-
information-leaflets/recovering-well/vaginal-hysterectomy.pdf. Diakses
pada 20 Oktober 2021.
15. Royal College of Obstetricians and Gynaecologists patient information
leaflet – Pelvic organ prolapse at.
https://www.rcog.org.uk/globalassets/documents/patients/patient-
information-leaflets/gynaecology/pi-pelvic-organ-prolapse.pdf. Diakses
pada 20 Oktober 2021.
16. Saifudin, Abdul Bari, dkk. 2001. Buku Acuan Nasional Pelayanan
Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo & JNKKR-POGI.

Anda mungkin juga menyukai