LAPORAN PENDAHULUAN
I.
DASAR TEORI
1. DEFINISI
Histerektomi adalah tindakan operatif yang dilakukan untuk mengangkat
rahim, baik sebagian (subtotal) tanpa serviks uteri ataupun seluruhnya (total)
berikut serviks uteri (Prawirohardjo, 2001).
2.
ETIOLOGI
Alasan terbanyak dilakukan histerektomi karena Mioma uteri. Selain itu
permanen)
dimana
ia
tidak
ditemukan
kelainan
pada
sample
pemberian
terapi
hormonal
dapat
dipertimbangkan
dilakukan
3. INDIKASI
Histerektomi memang sesuatu yang sangat tidak diharapkan, terutama
bagi wanita yang masih mendambakan memiliki anak. Namun demikian,
seringkali dokter tidak memiliki pilihan lain untuk menangani penyakit secara
permanen selain dengan mengangkat rahim. Beberapa jenis penyakit yang
mungkin mengharuskan histerektomi antara lain:
a. Fibroids (tumor jinak yang tumbuh di dalam dinding otot rahim)
b. Kanker serviks, rahim atau ovarium
4. KLASIFIKASI
a. Histerektomi Abdominal Totalis
Ini merupakan suatu tipe Histerektomi yang sangat dan sering
dilakukan. Selama histerektomi abdominalis totalis, dokter-dokter sering
mengangkat uterus bersama servik sekaligus. Parut yang dihasilkan
dapat berbentuk horizontal atau vertikal, tergantung dari alasan prosedur
tersebut dilakukan dan ukuran atau luasnya area yang ingin di terapi.
Karsinoma ovarium dan uterus, endometriosis, dan mioma uteri yang
besar dapat dilakukan histerektomi jenis ini. Selain itu histerektomi jenis
ini dapat dilakukan pada kasus-kasus nyeri panggul, setelah melalui suatu
pemeriksaan serta evaluasi penyebab dari nyeri tersebut, serta kegagalan
terapi secara medikamentosa. Setelah dilakukan prosedur ini wanita tidak
dapat mengandung seorang anak. Maka dari itu metode ini tidak
dilakukan pada wanita usia reproduksi, kecuali pada kondisi-kondisi yang
sangat
serius
seperti
karsinoma.
Histerektomi
abdominal
totalis
atau penyebab yang tidak jelas. Dokter juga perlu melihat kembali
keadaan medis untuk memastikan tidak terjadinya resiko yang diinginkan
saat metode ini dilakukan, seperti jaringan parut yang luas (adhesi). Jika
wanita tersebut mempunyai resiko adhesi, atau ia mempunyai suatu
massa panggul yang besar, histerektomi secara abdominal sangatlah
cocok.
b. ADHESIOLISIS (PEMBEBASAN PERLENGKETAN)
Perlengketan pada organ kelamin wanita dapat disebabkan oleh
tiga hal,yakni infeksi, endometriosis, dan riwayat operasi organ perut.
Perlengketan ini sesungguhnya merupakan proses penyembuhan alami
tubuh untuk memperbaiki jaringan yang cedera atau terluka. Cedera atau
luka akibat operasi, infeksi maupun endometriosis ini diperbaiki dengan
membentuk jaringan baru di permukaan jaringan yang rusak. Jaringan
baru yang terbentuk inilah yang dapat menyebebkan lengketnya organ
tersebut dengan luka sayatan operasi atau dengan organ lain
disekitarnya. Pada sebagian orang perlengketan ini tidak menimbulkan
gejala. Apabila perlengketan ini menyebabkan tarikan, puntiran Atau
perubahan posisi dapat menimbulkan berbagai keluhan terutama nyeri.
Pada wanita, selain nyeri, Perlengketan ini dapat pula menimbulkan
infertility,terutama apabila perlengketan terjadi pada organ saluran telur.
Diagnosis perlengketan organ kelamin dalam wanita ini didasarkan pada
adanya factor resiko riwayat operasi perut (open surgery), infeksi,keluhan
nyeri serta pemeriksaan dalam yang mendukung adanya perlengketan
organ kelamin dalam. Namun demikian, seringkali perlengketan ini
dijumpai
tanpa
sengaja
diagnostik.Perlengketan
fisioterapi(misalnya
ini
Wurn
saat
dapat
dilakukan
tindakan
dihilangkan
technique)untuk
laparoskopi
dengan
melakukan
perlengketan
ringan,dan
pada
kondisi-kondisi
seperti
prolaps
uteri,
hiperplasi
yang
sangat
tinggi
dibanding
histerektomi
secara
abdominal.
d. HISTEREKTOMI VAGINAL DENGAN BANTUAN LAPAROSKOPI
Metode jenis ini sangat mirip dengan metode histerektomi secara
vaginal hanya saja ditambah dengan alat berupa laparoskopi. Sebuah
laparoskopi adalah suatu tabung yang sangat tipis dimana kita dapat
melihat didalamnya dengan suatu kaca pembesar di ujungnya. Pada
wanita-wanita tertentu penggunaan laparaskopi ini selama histerektomi
vaginal sangat membantu untuk memeriksa secara teliti kavum abdomen
selama operasi. Penggunaan laparoskopi pada pasien-pasien karsinoma
sangat baik bila dilakukan pada stadium awal dari kanker tersebut untuk
mengurangi
oovorektomi.
adanya
penyebaran
Dibandingkan
atau
dengan
jika
vaginalis
direncanakan
Histerektomi
suatu
atau
abdominal, metode ini lebih mahal dan lebih riskan terjadinya komplikasi,
pengerjaannya lama dan berhubungan dengan lamanya perawatan di
Rumah Sakit seperti pada vaginal histerektomi uterus tidak boleh terlalu
besar.
e. HISTEREKTOMI SUPRASERVIKAL
Supraservikal Histerektomi digunakan untuk mengangkat uterus
sementara serviks ditinggal. Serviks ini adalah suatu area yang dibentuk
oleh suatu bagian paling dasar dari uterus, dan berada di bagian akhir
HISTEREKTOMI RADIKAL
Prosedur ini melibatkan operasi yang luas dari pada histerektomi
abdominal totalis, karena prosedur ini juga mengikut sertakan
pengangkatan jaringan lunak yang mengelilingi uterus serta mengangkat
bagian atas dari vagina. Radikal histerektomi ini sering dilakukan pada
kasus-kasus karsinoma serviks stadium dini. Komplikasi lebih sering
terjadi pada histerektomi jenis ini dibandingkan pada histerektomi tipe
abdominal. Hal ini juga menyangkut perlukaan pada usus dan sistem
urinarius.
5. TINGKATAN HISTEREKTOMI
Histerektomi adalah bedah pengangkatan rahim (uterus) yang
sangat umum dilakukan. Ada beberapa tingkatan histerektomi, yaitu:
a.
b.
c.
nama
BILATERAL
TOTAL
ABDOMINAL
SALPHINGO
HISTEREKTOMY
OOPHORECTOMY
AND
(TAH-BSO):
TAH
BSO
merupakan
suatu
tindakan
pembedahan
untuk
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Begitu banyak teknik-teknik operasi pada tindakan histerektomi.
Prosedur operatif ideal pada wanita bergantung pada kondisi mereka
masing-masing. Namun jenis-jenis dari histerektomi ini dibicarakan pada
setiap pertemuan mengenai teknik apa yang dilakukan dengan
pertimbangan situasi yang bagaimana. Namun keputusan terakhir
dilakukan dengan diskusi secara individu antara pasien dengan dokterdokter yang mengerti keadaan pasien tersebut. Perlu diingat aturan
utama sebelum dilakukan tipe histerektomi, wanita harus melalui
beberapa test untuk memilih prosedur optimal yang akan digunakan :
a. Pemeriksaan
panggul
lengkap
(Antropometri)
termasuk
7. PROSEDUR HISTEREKTOMI
Histerektomi dapat dilakukan melalui sayatan di perut bagian
bawah atau vagina, dengan atau tanpa laparoskopi. Histerektomi lewat
perut dilakukan melalui sayatan melintang seperti yang dilakukan pada
operasi sesar. Histerektomi lewat vagina dilakukan dengan sayatan pada
vagina bagian atas. Sebuah alat yang disebut laparoskop mungkin
dimasukkan melalui sayatan kecil di perut untuk membantu pengangkatan
rahim lewat vagina. Histerektomi vagina lebih baik dibandingkan
histerektomi perut karena lebih kecil risikonya dan lebih cepat
pemulihannnya. Namun demikian, keputusan melakukan histerektomi
lewat perut atau vagina tidak didasarkan hanya pada indikasi penyakit
tetapi juga pada pengalaman dan preferensi masing-masing ahli bedah.
Histerektomi adalah prosedur operasi yang aman, tetapi seperti halnya
bedah besar lainnya, selalu ada risiko komplikasi. Beberapa diantaranya
adalah pendarahan dan penggumpalan darah (hemorrgage/hematoma)
pos operasi, infeksi dan reaksi abnormal terhadap anestesi.
8.
pembedahan
(contoh,
kanker,
prolaps,
disfungsi
menjalani
histerektomi
dapat
menunjukkan
reaksi
Ansietas
Jika histerektomi dilakukan untuk mengangkat tumor maligna ,
ansietas yang berhubungan dengan ketakutan adanya kanker dan
kematian menambah stres pada pasien dan keluarganya.
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
a. Ansietas berhubungan dengan diagnosis kanker, takut akan rasa nyeri,
kehilangan femininitas dan perubahan bentuk tubuh.
b. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan seksualitas,
fertilitas, dan hubungan dengan pasangan dan keluarga.
c. Nyeri berhubungan dengan pembedahan dan terapi tambahan lainnya.
d. Perubahan eliminasi urinarius berhubungan dengan trauma mekanis,
manipulasi bedah, adanya edema jaringan lokal, hematoma,paralisis
saraf.
e. Resiko tinggi terhadap konstipasi/diare berhubungan dengan faktor
fisik (bedah abdominal, dengan manipulasi usus, melemahkan otot
abdominal), nyeri/ketidaknyamanan abdomen atau area perineal,
perubahan masukan diet.
f. Resiko tinggi terhadap perubahan perfusi jaringan berhubungan
dengan hipovolemia, penurunan/penghentian aliran darah (kongesti
pelvis,
inflamasi
jaringan
pascaoperasi,
stasis
vena),
trauma
Auskultasi
bising
usus.
Perhatikan
distensi
abdomen,
adanya
mual/muntah.
b) Bantu pasien untuk duduk pada tepi tempat tidur dan berjalan.
c) Dorong pemasukan cairan adekuat; termasuk sari buah, bila pemasukan
per oral dimulai.
d) Berikan rendam duduk.
e) Kolaborasi dalam membatasi pemasukan oral sesuai indikasi.
f) Kolaborasi dalam pemberikan selang NG bila ada.
g) Kolaborasi pemberian cairan jernih/banyak dan dikembangkan menjadi
makanan halus sesuai toleransi.
h) Gunakan selang rektal; lakukan kompres hangat pada perut, bila tepat.
i) Berikan obat, contok pelumas feses, minyak mineral, laksatif sesuai
indikasi.
6. Resiko tinggi terhadap perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan
hipovolemia,
penurunan/penghentian
aliran
darah
(kongesti
pelvis,
Diskusikan
degan
lengkap
masalah
yang
diantisipasi
selama
seksual
berhubungan
dengan
perubahan
struktur
tak
adanya
irama
kontraksi
uterus
selama
orgasme;
DAFTAR PUSTAKA
Hacker dan Moore, Esensial Obstetri dan Ginekologi, Edisi 2, Jakarta:
Hipokrates,2001.
Manuaba, Dasar-Dasar Teknik Operasi Ginekologi, Jakarta: EGC,2004.
Marilynn, Doengoes, Rencana Asuhan Keperawatan, Edisi 3, Jakarta: EGC,
1999.
Brunner and Suddarth, Buku Ajar keperawatan Medical bedah, Edisi 8, Jakarta:
EGC,2002