HISTEREKTOMI
DI SUSUN OLEH :
AFLAH NINDYA A
NIA SAGITA
MAHARANI UTAMI B
TITIK PURDIYANTI
LINA NUR KHIFIVAH
RUDI HERDIYYAN
IIS LESTARI
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
B. Rumusan masalah
1. Apakah definsi dari histerektomi?
2. Apa sajakah indikasi dilakukannya histerektomi ?
3. Bagaimanakah pemeriksaan penunjung histerektomi ?
4. Apa saja komplikasi dari histerektomi?
5. Bagaimana penatalaksanaan histerektomi?
6. Bagaimana asuhan keperawatan ibu dengan tindakan histerektomi?
7. Bagaimana tindakan keperawatan preoprasi dan post oprasi pada histrektomi?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui definsi dari histerektomi
2. Untuk mengetahui indikasi dilakukannya histerektomi
3. Untuk mengetahui pemeriksaan penunjung histerektomi
4. Untuk mengetahui komplikasi dari histerektomi
5. Untuk mengetahui penatalaksanaan histerektomi
6. Untuk mengetahui asuhan keperawatan ibu dengan tindakan histerektomi
7. Untuk mengetahui tindakan keperawatan preoprasi dan post oprasi pada histrektomi
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
Histerektomi adalah suatu prosedur pembedahan mengangkat rahim yang dilakukan oleh
ahli kandungan.(Rasjidi, 2008).
Histerektomi adalah pengangkatan uterus melalui pembedahan paling umum dilakukan
untuk keganasan dan kondisi bkan keganasan tertentu (endometriosis tumor), untuk
mengontrol pendarahan yang mengancam jiwa, dan kejadian infeksi pelvis yang tidak
sembuh-sembuh atau rupture uterus yang tidak dapat diperbaiki. (Marylin 2008).
B. Indikasi Tindakan
Menurut Rasjidi (2008), indikasi histrerektomi adalah :
1. Leiomioma uteri
Merupakan indikasi histerektomi tersering, biasanya diindikasi kan pada uterus yang
berukuran 12-14 minggu atau lebih. Indikasi lain adalah jika terdapat peningkatan
ukuran tumor secara cepat pada wanita premenopause. Indikasi lainnya apabila
terdapat menometrorgia berat yang menyebabkan anemia, nyeri akibat torsi mioma,
dan penekanan pada pelvis.
2. Prolaps uteri
Jika timbul keluhan atau terdapat ulserasi pada permukaan uterus yang prolaps.
3. Keganasan
Ca endometrial uterus merupakan indikasi mutlak histerektomi. Indikasi lain adalah
hyperplasia endometrial dengan atipia, yang merupakan prekrusur dari keganasan
endometrial ca ovarium diatas stadium satu merupakan indikasi histerektomi.
4. Endometriosis
Terutama pada pasien yang sudah tidakmengharapkan kehamilan lagi .
5. Dysfunctional uterine bledding
Terutama pada pasien yang gagal di terapi secara hormonal .
6. Infeksi pelvis
Jarang di lakukan. Terutama dilakukan pada pasien yang sudah tidak menginginkan
kehamilan lagi /pada infeksi uterin puerperal yang tidak dapat di kontrol secara
konfersi
7. Masalah obstetric
Histerektomi diindikasikan kepada pasien yang mengalami prdarahan yang tidak
terkontrol setelah aborsi/seksio secarea atau infeksi
8. Pengangkatan ovarium
Jika keduaa ovarium perlu diangkat pada wanita usia lanjut sebaiknya di lakukan
pengangkatan uterus karena sudah tidak lagi memiliki fungsi dan beresiko
menimbulkan penyakit .
9. Nyeri pelvis kronis
Nyeri pelvis kronis saat pasien melokalisasi pada uterus jarang menjadi indikasi
histerktomi . hal tersebut sering kali merupakan masalah psikiatrik .
10. Tumor trofoblastik
Mola hidatidosa dan koriokarsinoma biasanya dapat berhasil diterapi dengan
kemoterapi. Akan tetapi jika terdapat peningkatan liter hCG persisten, histerektomi
dapat di pertimbangkan jika uterus di ketahui menjadi lokasi tumor persisten
C. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan panggul lengkap (Atropometri) termasuk mengevaluasi uterus di
ovarym.
2. USG
Untuk menentukan jenis tumor, lokasi mioma, ketebalan endometrium dan keadaan
adnexa dalam rongg apelvis.
3. Foto BNO/IVP
Pemeriksaan ini penting untuk menilai massa di rongga pelvis serta menilai fungsi
ginjal dan perjalanan ureter.
4. Histerografi dan histeroskopi
Dilakukan untuk menilai pasien mioma submukosa disertai dengan infertilitas.
5. Laporoskopi
Untuk mengevaluasi massa pada pelvis
6. Laboratorium
7. Tes kehamilan
(Kasdu, 2008)
D. Komplikasi
Komplikasi histerektomi menurut abrur (2011), adalah :
1. Syok
2. Perdarahan
3. Thrombosis vena protunda
4. Retensi urin
5. Infeksi luka post operasi
6. Sepsis
7. Embolisme pulmonal
8. Komplikasi gastrointestinal
E. Penatalaksanaan
1. Histerektomi abdominal
Pengangkatan kandungan dilakukan melalui irisan pada perut, baik irisan vertical
maupun horizontal (Pfanenstiel). Keuntungan teknik ini adalah dokter yang
melakukan operasi dapat melihat dengan leluasa uterus dan jaringan sekitarnya dan
mempunyai cukup ruang untuk melakukan pengangkatan uterus. Cara ini biasanya
dilakukan pada mioma yang berukuran besar atau terdapat kanker pada uterus.
Kekurangannya, teknik ini biasanya menimbulkan rasa nyeri yang lebih berat,
menyebabkan masa pemulihan yang lebih panjang, serta menimbulkan jaringan parut
yang lebih banyak.
2. Histerektomi vaginal
Dilakukan melalui irisan kecil pada bagian atas vagina. Melalui irisan tersebut, uterus
(dan mulut rahim) dipisahkan dari jaringan dan pembuluh darah di sekitarnya
kemudian dikeluarkan melalui vagina. Prosedur ini biasanya digunakan pada
prolapsus uteri. Kelebihan tindakan ini adalah kesembuhan lebih cepat, sedikit nyeri,
dan tidak ada jaringan parut yang tampak.
3. Histerektomi laparaskopi
Teknik ini ada dua macam yaitu histerektomi vagina yang dibantu laparaskop
(laparoscopically assisted vaginal hysterectomy, LAVH) dan histerektomi
supraservikal laparaskopi (laparoscopic supracervical hysterektomi, LSH). LAVH
mirip dengan histerektomi vagnal, hanya saja dibantu oleh laparaskop yang
dimasukkan melalui irisan kecil di perut untuk melihat uterus dan jarinagan
sekitarnya serta untuk membebaskan uterus dari jaringan sekitarnya. LSH tidak
menggunakan irisan pada bagian atas vagina, tetapi hanya irisan pada perut, melalui
irisan tersebut laparaskop dimasukkan. Uterus kemudian dipotong-potong menjadi
bagian kecil agar dapat melalui lubang laparaskop, kedua teknik ini hanya
menimbulkan sedikit nyeri, pemulihan yang lebih cepat, serta sedikit jaringan parut.
Menurut Doengoes (2010) diagnosa keperawatan pada pasien postoperasi histerektomi pada
kanker endometrium, sebagai berikut :
Intervensi Rasional
1. Perahatikan pola berkemih dan 1. Dapat mengindikasikan resensi
awasi keluaran urin urin bila berkemih dengan sering
2. Palpasi kandung kemih, selidiki dalam jumlah sedikit/kurang (<100
keluhan, ketidaknyamanan penuh, ml)
ketidakmampuan berkemih 2. Persepsi kandung kemih penuh,
3. Berikan tindakan berkemih rutin, distensi kandung kemih di atas
contoh privasi, posisi normal, simpisis pubis menunjukkan
aliran air pada baskom, retensi urin
penyiraman air hangat pada 3. Meningkatkan relaksasi otot pada
perineum perineal dan dapat mempermudah
4. Berikan perawatan kebersihan upaya berkemih
perineal dan perawatan kateter 4. Meningkatkan kebersihan
5. Kaji karateristik urin, perhatian menurunkan resiko ISK asenden
warna, kejernihan, bau 5. Retensi draenase vaginal, dan
kemungkinan adanya kateter
interminten/tak menetap
meningkatkan resiko infeksi,
khusus bila pasien mempunyai
jahitan parineal
Intervensi Rasional
1. Kaji nutrisi secara seksama 1. Mengidentifikasi kekurangan/
2. Auskultasi bising usus kebutuhan untuk membantu
3. Berikan penyuluhan tentang diit memilih intervensi
TKTP 2. Kembalinya fungsi usus
4. Beri makan dan minum dalam menunjukan kesiapan untuk
porsi sedikit tapi sering memulai makan lagi
5. Berikan lingkungan yang nyaman 3. Bertambahnya pengetahuan
saat makan dapat meningkatkan motivasi
6. Kelola pemberian diit TKTP pasien untuk makan
4. Mengurangi mual dan
meningkatkan pemasukan
5. Dapat mendukung keinginan
untuk makan
6. Member kebutuhan kalori
protein yang meningkat
5. Resiko tinggi terhadap disfungsi seksual berhubungan dengan perubahan struktur tubuh
/fungsinya, memendeknya kanul vaginal, perubahan kadar hormonik, perubahan libido,
kemungkinan perubahan pola respon seksual. Contoh tak ada irama kontraksi uterus
selama orgasme, ketidaknyamanan atau nyeri vaginal.
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam diharapkan pasien
memahami perubahan anatomi/ fungsi seksual pasangan dengan orang dekat.
Kriteria hasil :
1. Mendiskusinkan masalah tentang gambaran diri, peran seksual
pasangan dengan orang dekat
2. Mengidentifikasi kepuasan seksual yang diterima dan beberapa
alternative cara mengekspresikan seksual
Intervensi Rasional
1. Mendengarkan pertanyaan pasien / 1. Masalah seksual sering
orang terdekat tersembunyi sebagai pertanyaan
2. Kaji informasi pasien atau orang humor atau ungkapan yang
terdekat tentang anatomi atau gambling
fungsi seksual dan pengaruh 2. Menunjukan kesimpulan informasi
prosedur pembedahan / konsep yang mempengaruhi
3. Idntifikasi factor budaya/nilai dan pengambilan keputusan . harapan
adanya tahap berduka negative sehubungan dengan hasil
4. Dorong pasien untuk berbagi yang buruk .
pikiran /masalah dengan teman Perubahan kadar hormone
mempengaruhi libido dan
menurunkan kelumnakan vaginal
dapat koitus mungkin rasa
ketidaknyamanan atau nyeri
3. Dapat mempengaruhi kembalinya
kepuasan seksual
4. Komunikasi terbuka dapat
mengidentifikasi urea penyesuaian
masalah dan meningkatkan diskusi
resolusi
Intervensi Rasional
1. Perkirakan syok awal dan 1. Sedikit pasien yang benar-benar
ketidakyakinan setelah siap untuk realita perubahan yang
prosedur yang menimbulkan dapat terjadi
trauma 2. Pengetahuan tentang proses
2. Kaji pasien atau orang terdekat berduka memperkuat normalitas
terhadap berduka perasaan /reaksi terhadap apa yang
3. Dorong pengungkapan pikiran / dialami dan dappat membantu
maasalah dan penerimaan pasien menghadapi lebih efektif
ekspresi kesedihan , marah, dan dengana mereka
penolakan 3. Pasien merasa terukung
4. Kunjungi dengan sering dan mengekspresikan perasaan dengan
berikan kontak fisik dengan memahami bahwa konflik emosi
tepat atau sesuai kebutuhan yang dalam dan sering adalah
normal dan dialami prang lain
dalam situasi ini
4. Membantu mengurangi perasaan
isolasi dan diabaikan
G. Tindakan Keperawatan
1. Pre operasi
a. Persiapan urogenital
Dilakukan pengosongan kandung kemih dengan katerasisasi kandung kemih.
b. Puasa
c. Obat-obat premedical
Yaitu penyuntikan pengantar pada penderita yang sudah ditentukan oleh ahli bius.
d. Persiapan psikologis
Beri penjelasan tentang operasi yang akan dilakukan.
e. Persiapan vagina
Vagina dibersihkan.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Histerektomi adalah pengangkatan uterus melalui pembedahan paling umum dilakukan
untuk keganasan dan kondisi bkan keganasan tertentu (endometriosis tumor), untuk
mengontrol pendarahan yang mengancam jiwa, dan kejadian infeksi pelvis yang tidak
sembuh-sembuh atau rupture uterus yang tidak dapat diperbaiki
B. Saran
.
DAFTAR PUSTAKA
Kasdu, Dini. 2008. Solusi Problem Wanita Dewasa. Jakarta : Puspa Swara