Anda di halaman 1dari 18

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Histerektomi adalah suatu prosedur pembedahan mengangkat rahim yang
dilakukan oleh ahli kandungan.(Rasjidi, 2008)
Sebagaian besar histerektomi pasca partum dilakukan untuk menghentikan
perdarahan akibat atau nia uterus yang tak teratasi. Perdarahan segmen bawah uterus
yang berkaitan dengan insisi sesar atau implantasi plasenta. Gangguan implantasi
plasenta termasuk plasenta previa dan berbagai plasenta akreta yang sering berkaitan
dengan sesar ulang, sekarang menjadi gejala tersering untuk histerektomi. (Mochtar.
2000)
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Nagib (2001) ditemukan data pasien
selama 3 tahun sebanyak 1997 pasien, dengan 129 kasus (6,5%) pasien dengan
histerektomi abdominal atas indikasi benign. Tindakan histerektomi atas indikasi benign
dilakukan karena keluhan obstruksi traktus urinarius, pendarahan yang berlebihan
(menorrhagia), adhenomiosis, mioma uteri pendarahan diantara 2 siklus haid
(metrorrhagia) dan ukuran uterus membesar seperti umur kehamilan 12-14 minggu
(Schorge, et al., 2008).

B. Rumusan masalah
1. Apakah definsi dari histerektomi?
2. Apa sajakah indikasi dilakukannya histerektomi ?
3. Bagaimanakah pemeriksaan penunjung histerektomi ?
4. Apa saja komplikasi dari histerektomi?
5. Bagaimana penatalaksanaan histerektomi?
6. Bagaimana asuhan keperawatan ibu dengan tindakan histerektomi?
7. Bagaimana tindakan keperawatan preoprasi dan post oprasi pada histrektomi?

1
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui definsi dari histerektomi
2. Untuk mengetahui indikasi dilakukannya histerektomi
3. Untuk mengetahui pemeriksaan penunjung histerektomi
4. Untuk mengetahui komplikasi dari histerektomi
5. Untuk mengetahui penatalaksanaan histerektomi
6. Untuk mengetahui asuhan keperawatan ibu dengan tindakan histerektomi
7. Untuk mengetahui tindakan keperawatan preoprasi dan post oprasi pada histrektomi

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi
Histerektomi adalah suatu prosedur pembedahan mengangkat rahim yang
dilakukan oleh ahli kandungan.(Rasjidi, 2008).
Histerektomi adalah pengangkatan uterus melalui pembedahan paling umum
dilakukan untuk keganasan dan kondisi bkan keganasan tertentu (endometriosis tumor),
untuk mengontrol pendarahan yang mengancam jiwa, dan kejadian infeksi pelvis yang
tidak sembuh-sembuh atau rupture uterus yang tidak dapat diperbaiki. (Marylin 2008).

B. Indikasi Tindakan
Menurut Rasjidi (2008), indikasi histrerektomi adalah :
1. Leiomioma uteri
Merupakan indikasi histerektomi tersering, biasanya diindikasi kan pada uterus yang
berukuran 12-14 minggu atau lebih. Indikasi lain adalah jika terdapat peningkatan
ukuran tumor secara cepat pada wanita premenopause. Indikasi lainnya apabila
terdapat menometrorgia berat yang menyebabkan anemia, nyeri akibat torsi mioma,
dan penekanan pada pelvis.
2. Prolaps uteri
Jika timbul keluhan atau terdapat ulserasi pada permukaan uterus yang prolaps.
3. Keganasan
Ca endometrial uterus merupakan indikasi mutlak histerektomi. Indikasi lain adalah
hyperplasia endometrial dengan atipia, yang merupakan prekrusur dari keganasan
endometrial ca ovarium diatas stadium satu merupakan indikasi histerektomi.
4. Endometriosis
Terutama pada pasien yang sudah tidakmengharapkan kehamilan lagi .
5. Dysfunctional uterine bledding
Terutama pada pasien yang gagal di terapi secara hormonal .
6. Infeksi pelvis

3
Jarang di lakukan. Terutama dilakukan pada pasien yang sudah tidak menginginkan
kehamilan lagi /pada infeksi uterin puerperal yang tidak dapat di kontrol secara
konfersi
7. Masalah obstetric
Histerektomi diindikasikan kepada pasien yang mengalami prdarahan yang tidak
terkontrol setelah aborsi/seksio secarea atau infeksi
8. Pengangkatan ovarium
Jika keduaa ovarium perlu diangkat pada wanita usia lanjut sebaiknya di lakukan
pengangkatan uterus karena sudah tidak lagi memiliki fungsi dan beresiko
menimbulkan penyakit .
9. Nyeri pelvis kronis
Nyeri pelvis kronis saat pasien melokalisasi pada uterus jarang menjadi indikasi
histerktomi . hal tersebut sering kali merupakan masalah psikiatrik .
10. Tumor trofoblastik
Mola hidatidosa dan koriokarsinoma biasanya dapat berhasil diterapi dengan
kemoterapi. Akan tetapi jika terdapat peningkatan liter hCG persisten, histerektomi
dapat di pertimbangkan jika uterus di ketahui menjadi lokasi tumor persisten

C. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan panggul lengkap (Atropometri) termasuk mengevaluasi uterus di
ovarym.
2. USG
Untuk menentukan jenis tumor, lokasi mioma, ketebalan endometrium dan keadaan
adnexa dalam rongg apelvis.
3. Foto BNO/IVP
Pemeriksaan ini penting untuk menilai massa di rongga pelvis serta menilai fungsi
ginjal dan perjalanan ureter.
4. Histerografi dan histeroskopi
Dilakukan untuk menilai pasien mioma submukosa disertai dengan infertilitas.
5. Laporoskopi
Untuk mengevaluasi massa pada pelvis

4
6. Laboratorium
7. Tes kehamilan
(Kasdu, 2008)

D. Komplikasi
Komplikasi histerektomi menurut Abrur (2011), adalah :
1. Syok
2. Perdarahan
3. Thrombosis vena protunda
4. Retensi urin
5. Infeksi luka post operasi
6. Sepsis
7. Embolisme pulmonal
8. Komplikasi gastrointestinal

E. kanker Penatalaksanaan
1. Histerektomi abdominal
Pengangkatan kandungan dilakukan melalui irisan pada perut, baik irisan vertical
maupun horizontal (Pfanenstiel). Keuntungan teknik ini adalah dokter yang
melakukan operasi dapat melihat dengan leluasa uterus dan jaringan sekitarnya dan
mempunyai cukup ruang untuk melakukan pengangkatan uterus. Cara ini biasanya
dilakukan pada mioma yang berukuran besar atau pada terdapat uterus.
Kekurangannya, teknik ini biasanya menimbulkan rasa nyeri yang lebih berat,
menyebabkan masa pemulihan yang lebih panjang, serta menimbulkan jaringan parut
yang lebih banyak.
2. Histerektomi vaginal
Dilakukan melalui irisan kecil pada bagian atas vagina. Melalui irisan tersebut, uterus
(dan mulut rahim) dipisahkan dari jaringan dan pembuluh darah di sekitarnya
kemudian dikeluarkan melalui vagina. Prosedur ini biasanya digunakan pada
prolapsus uteri. Kelebihan tindakan ini adalah kesembuhan lebih cepat, sedikit nyeri,
dan tidak ada jaringan parut yang tampak.

5
3. Histerektomi laparaskopi
Teknik ini ada dua macam yaitu histerektomi vagina yang dibantu laparaskop
(laparoscopically assisted vaginal hysterectomy, LAVH) dan histerektomi
supraservikal laparaskopi (laparoscopic supracervical hysterektomi, LSH). LAVH
mirip dengan histerektomi vagnal, hanya saja dibantu oleh laparaskop yang
dimasukkan melalui irisan kecil di perut untuk melihat uterus dan jarinagan
sekitarnya serta untuk membebaskan uterus dari jaringan sekitarnya. LSH tidak
menggunakan irisan pada bagian atas vagina, tetapi hanya irisan pada perut, melalui
irisan tersebut laparaskop dimasukkan. Uterus kemudian dipotong-potong menjadi
bagian kecil agar dapat melalui lubang laparaskop, kedua teknik ini hanya
menimbulkan sedikit nyeri, pemulihan yang lebih cepat, serta sedikit jaringan parut.

F. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
Pengkajian adalah langkah awal dalam melakukan asuhan keperawatan secara
keseluruhan. Pengkajian terdiri dari 3 tahapan yaitu :pengumpulan data,
pengelompokan data atau analisa data, perumusan diagnose keperawatan
(Depkes 2008)
a. Pengumpulan Data
Pengumpuan data merupakan kegiatan dalammenghimpun informasi(data-
data)dari klien. Data yang di dapat dikumpulkan pada klien sesudah
pembedahanTotal Abdominal Hystrerektomy and Bilateral Salphingo
Ophorectomy (TAH-BSO).
b. Keluhan utama
Keluhan yang timbul pada hamper tiap jenis oprasi adalah rasa nyeri karena
terjadi torehant tarikan, manipulasi jaringan organ. Rasa nyeri setelah bedah
biasanya berlangsung 24-48 jam.
Adapun yang perlu di kaji pada nyeri tersebut adalah :
1) Lokasi nyeri
2) Intensitas nyeri
3) Waktu dan durasi

6
4) Kwalitas nyeri
c. Riwayat reproduksi
1) Haid
Di kaji tentang riwayat menarch dan haid terakhir.
2) Hamil dan persalinan
Jumlah kehamilan dan jumlah anak yang hidup,mempengaruhi psikologi
klien dan keluarga terhadap hilangnya kewanitaan.
d. Data psikologi
Pengangkatan organ reproduksi dapat sangat berpengaruh terhadap emosional
klien dan diperolehkan waktu untuk memulai perubahan yang terjadi. Organ
reproduksi merupakan komponen kewanitaan, wanita melihat sisi menstruasi
sebagai lambing feminitas, sehingga berhentinya mmenstruasu bisa
dirasakansebagai hilangnya perasaan kewanitaan.
Perasaan : seksualitas dalam arti berhubungan seksual terhalangi. Beberapa
wanita merasa cemas bahwa hubungan seksualitas terhalangi atau hilangnya
kepuasan. Pengetahuan klien tentang dampak yang akan terjadi sangat perlu
persiapan psikologi klien.
e. Tingkat kesadaran
Tingkat kesadaran sibuktikan melalui pertanyaan sederhana yang harus dijawab
oleh klien atau di suruh untuk melakukan perintah. Variasi tingkat kesadaran
dimulai dari siuman sampai ngantuk, harus diobservasi dan penurunan tingkat
kesadaran dimulai dari siuman sampai ngantuk, harus diobservasi, dan harus
dioprasii penurunan darah tinggi dan penurunan tingkat kesadaran merupakan
gejala syok
f. Status urinary
Retensi urin paling umum terjadi setelah pemedahn ginekologi, setelah
pembedahan ginekologi, klien yang hidrasinya baik biasanya, kencing setelah
setelah 6 -8 jam setelah pembedahan . jumlah output yang sedikit aakibat
kehilangan vairan tubuh saatt oprasi, muntah akibat anastesi.

7
2. Diagnosa keperawatan
Menurut Doengoes (2008) diagnosa keperawatan pada pasien histerektomi, sebagai
berikut :
a. Gangguan harga diri berhubungan dengan ketidakmampuan memiliki anak,
perubahan feminitas, efek hubungan seksual.
b. Perubahan eliminasi urinarius (retensi) berhubungan dengan trauma mekanis,
perubahan manipulasi bedah adanya edema jaringan lokal, hematoma, gangguan
sensor/motor, paralisis saraf, eliminasi urinarius (retensi) berhubungan dengan
trauma mekanis.
c. Resiko tinggi terhadap konstipasi/diare berhubungan dengan faktor bedah
abdominal dengan manipulasi usus, melemahkan otot abdominal.
d. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
perjalanan penyakit.
e. Resiko tinggi terhadap disfungsi seksual berhubungan dengan perubahan struktur
tubuh/fungsinya, memendeknya kanal vaginal, perubahan kadar harmonic,
perubahan libido, kemungkinan perubahan pola respon seksual, contoh tak ada
irama konstraksi uterus selama orgasme, ketidaknyamanan/nyeri vaginal.
f. Berduka berhubungan dengan kehilangan yang diantisipasi dan kesejahteraan
fisiologis.
g. Resiko terhadap infeksi yang berhubungan dengan intervensi pembedahan.
h. Resiko terhadap ketidakefektifan penatalaksanaan program terapeutik yang
berhubungan dengan ketidakcukupan pengetahuan tentang insisi/parienal, tanda-
tanda komplikasi, pembatasan aktivitas, kehilangan menstruasi, terapi hormin,
dan perawatan tindak lanjut.
i. Nyeri berhubungan dengan pembedahan dan terapi tambahan lainnya.

3. Rencana tindakan
Menurut Doengoes (2008), rencana tindakan keperawatan pada pasien postoperasi
histerektomi pada kanker endometrium, sebagai berikut :
a. Gangguan harga diri berhubungan dengan ketidakmampuan memiliki anak,
perubahan feminitas, efek hubungan seksual.

8
Tujuan : setelah dilakukan keperawatan selama 1x24 jam diharapkan klien
mampu menyatakan masalah dan menunjukkan yang sehat untuk menghadapinya.
kriteria hasil : Menyatakan penerimaan diri pada situasi dan adaptasi terdapat
perubahan pada citra tubuh.

Intervensi Rasional
1. Berikan waktu untuk 1. Memberikan minat dari
mendengar masalah dan perhatian : memberikan
ketakutan pasien dan orang kesempatan untuk
terdekat. Diskusikan persepsi memperbaiki kesalahan
diri pasien sehubungan dengan kosep, contoh : wanita takut
antisipasi perubahan dan pola kehilangan kewanitaan dan
hidup seksualitasnya peningkatan
2. Kaji stress emosi pasien, berat badan dan perubahan
identifikasi kehilangan pada tubuh karena menopause
pasien/orang terdekat. Dorong 2. Perawat perlu menyadari
pasien untuk mengekspresikan apakah arti tindakan ini
dengan tepat terhadap pasien untuk
3. Memberikan informasi akurat, menghindari tindakan
kuatkan informasi yang kurang hati-hati atau terlalu
diberikan sebelumnya menyendiri. Wanita merasa
4. Ketahui kekuatan individu dan takut atas bebas. Ia merasa
identivikasi perilaku koping tak mampu memenuhi
positif sebelumnya reproduksi dan mengalami
5. Berikan lingkungan terbuka kehilangan
pada pasien untuk 3. Memberikan kesempatan
mendiskusikan msalah kepada pasien untuk
seksualitas bertanya dan mengasimilasi
6. Perhatikan perilaku menarik informasi
diri, menganggap penolakan,
atau terlalu mempermasalahkan
perubahan actual yang ada

9
b. Perubahan eliminasi urinarius (retensi) berhubungan dengan trauma mekanis,
perubahan manupulasi bedah adanya edema jaringan lokal, hematoma, gangguan
sensor/motor, paralisis saraf, eliminasi urinarius (retensi) berhubungan dengan
trauma mekanis.
Tujuan : setelah di lakukan asuhan keperawatan selama 2x24 jam di harapkan
tidak terjadi retensiurin
Kriteria hasil : - klien mampu bak dengan normal

Intervensi Rasional
1. Perahatikan pola berkemih dan 1. Dapat mengindikasikan resensi
awasi keluaran urin urin bila berkemih dengan sering
2. Palpasi kandung kemih, selidiki dalam jumlah sedikit/kurang (<100
keluhan, ketidaknyamanan penuh, ml)
ketidakmampuan berkemih 2. Persepsi kandung kemih penuh,
3. Berikan tindakan berkemih rutin, distensi kandung kemih di atas
contoh privasi, posisi normal, simpisis pubis menunjukkan
aliran air pada baskom, retensi urin
penyiraman air hangat pada 3. Meningkatkan relaksasi otot pada
perineum perineal dan dapat mempermudah
4. Berikan perawatan kebersihan upaya berkemih
perineal dan perawatan kateter 4. Meningkatkan kebersihan
5. Kaji karateristik urin, perhatian menurunkan resiko ISK asenden
warna, kejernihan, bau 5. Retensi draenase vaginal, dan
kemungkinan adanya kateter
interminten/tak menetap
meningkatkan resiko infeksi,
khusus bila pasien mempunyai
jahitan parineal

c. Resiko tinggi terhadap konstipasi/diare berhubungan dengan faktor bedah


abdominal dengan manipulasi usus, melemahkan otot abdominal.

10
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam diharapkan
pasien dapat mempertahankan pola eliminasi biasa
Kriteria hasil : menunjukkan bunyi usus/aktivitas peristaltik aktif

Intervensi Rasional
1. Auskultasi bising usus perhatikan 1. Indicator adanya/perbaikan ilcus,
distensi abdomen adanya mempengaruhi pilihan intervensi
mual/muntah 2. Ambulasi dini membantu
2. Bantu pasien untuk duduk pada merangsang fungsi intestinal, dan
tepi tempat tidur dan berjalan mengembalikan peristaltic
3. Dorong pemasukan cairan adekuat 3. Meningkatkan pelunakan faces
4. Berikan rendah duduk dapat membantu merangsang
5. Batasi pemasukan oral sesuai peristaltic
indikasi 4. Meningkatkan relaksasi otot
6. Perhatikan selang NGT bila ada meminimalkan ketidaknyamanan
7. Berikan cairan jernih/banyak dan 5. Mencegah mual/muntah sampai
dikembangkan makanan halus peristaltic kembali (2-3) hari
sesuai dengan toleransi 6. Mungkin dipasang pada
8. Gunakan selang rektal, lakukan pembedahan untuk dikompresi
kompres hangat pada perut, bila lambung
tepat
9. Berikan obat, contoh pelunak
feses, minyak mineral, laksatif
sesuai indikasi

d. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan


pejalanan penyakit.
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam diharapkan
kebutuhan nutrisi pada pasien terpenuhi
Kriteria hasil :
1. pasien mengatakan nafsu makan bertambah
2. Pasien mampu menghabiskan 1 porsi makan

11
3. Konjungtiva merah muda, mukosa bibir lembab, turgor kulit baik
4. Pasien dan keluarga mengerti tentang diit TKTP
5. Hb : 12-14 g/dl, Alb : 3,4-5,5 g/dl, Hmt : 37-47%

Intervensi Rasional
1. Kaji nutrisi secara seksama 1. Mengidentifikasi kekurangan/
2. Auskultasi bising usus kebutuhan untuk membantu
3. Berikan penyuluhan tentang diit memilih intervensi
TKTP 2. Kembalinya fungsi usus
4. Beri makan dan minum dalam menunjukan kesiapan untuk
porsi sedikit tapi sering memulai makan lagi
5. Berikan lingkungan yang nyaman 3. Bertambahnya pengetahuan
saat makan dapat meningkatkan motivasi
6. Kelola pemberian diit TKTP pasien untuk makan
4. Mengurangi mual dan
meningkatkan pemasukan
5. Dapat mendukung keinginan
untuk makan
6. Member kebutuhan kalori
protein yang meningkat

e. Resiko tinggi terhadap disfungsi seksual berhubungan dengan perubahan struktur


tubuh /fungsinya, memendeknya kanul vaginal, perubahan kadar hormonik,
perubahan libido, kemungkinan perubahan pola respon seksual. Contoh tak ada
irama kontraksi uterus selama orgasme, ketidaknyamanan atau nyeri vaginal.
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam diharapkan
pasien memahami perubahan anatomi/ fungsi seksual pasangan dengan orang
dekat.
Kriteria hasil :
1. Mendiskusinkan masalah tentang gambaran diri, peran seksual pasangan
dengan orang dekat

12
2. Mengidentifikasi kepuasan seksual yang diterima dan beberapa alternative
cara mengekspresikan seksual

Intervensi Rasional
1. Mendengarkan pertanyaan pasien / 1. Masalah seksual sering
orang terdekat tersembunyi sebagai pertanyaan
2. Kaji informasi pasien atau orang humor atau ungkapan yang
terdekat tentang anatomi atau gambling
fungsi seksual dan pengaruh 2. Menunjukan kesimpulan informasi
prosedur pembedahan / konsep yang mempengaruhi
3. Idntifikasi factor budaya/nilai dan pengambilan keputusan . harapan
adanya tahap berduka negative sehubungan dengan hasil
4. Dorong pasien untuk berbagi yang buruk .
pikiran /masalah dengan teman Perubahan kadar hormone
mempengaruhi libido dan
menurunkan kelumnakan vaginal
dapat koitus mungkin rasa
ketidaknyamanan atau nyeri
3. Dapat mempengaruhi kembalinya
kepuasan seksual
4. Komunikasi terbuka dapat
mengidentifikasi urea penyesuaian
masalah dan meningkatkan diskusi
resolusi

f. Berduka berhubungan dengan kehilangan yang diantisipasi dan kesejahteraan


fisiologis
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam diharapkan
pasien pasien dan keluarga dapat menerima kondisi yang terjadi
Kriteria hasil :
1. Melanjutkan aktivitas kehidupan normal melihat kearah atau merencanakan
masa depan

13
Intervensi Rasional
1. Perkirakan syok awal dan 1. Sedikit pasien yang benar-benar
ketidakyakinan setelah siap untuk realita perubahan yang
prosedur yang menimbulkan dapat terjadi
trauma 2. Pengetahuan tentang proses
2. Kaji pasien atau orang terdekat berduka memperkuat normalitas
terhadap berduka perasaan /reaksi terhadap apa yang
3. Dorong pengungkapan pikiran / dialami dan dappat membantu
maasalah dan penerimaan pasien menghadapi lebih efektif
ekspresi kesedihan , marah, dan dengana mereka
penolakan 3. Pasien merasa terukung
4. Kunjungi dengan sering dan mengekspresikan perasaan dengan
berikan kontak fisik dengan memahami bahwa konflik emosi
tepat atau sesuai kebutuhan yang dalam dan sering adalah
normal dan dialami prang lain
dalam situasi ini
4. Membantu mengurangi perasaan
isolasi dan diabaikan

G. Tindakan Keperawatan
1. Pra operasi
Pemeriksaan pra operasi ini ditujukan untuk memeriksa apakah ada faktor resiko bagi
anda untuk menjalani operasi sederhana ini, misalnya resiko pemanjangan waktu
pembekuan darah yang menjadi faktor resiko untuk terjadinya perdarahan abnormal.
dapun pemeriksaan yang dilakukan berupa :
a. Menerangkan kepada penderita dan keluarganya alasan dilakukan operasi dan
memberikan pengertian serta kekuatan mental kepada mereka dalam menghadapi
keadaan ini. Diterangkan pula bahwa operasi untuk operasi ini diperlukan izin /
persetujuan dari penderita dan keluarganya.
b. Anamnesis

14
Menanyakan riwayat penyakit dahulu berupa darah tinggi, kencing manis,
penyakit jantung, alergi atau kondisi lain yang berhubungan dengan operasi.
c. Pemeriksaan panggul lengkap (Antropometri) termasuk mengevaluasi uterus di
ovarium
d. Melakukan pengosongan kandung kencing dengan kateter.
e. Mengosongkan isi rectum.
f. Tentukan daerah yang akan dicukur, sebaiknya pencukuran dilakukan langsung
sebelum pembedahan. Mencukur rambut pubis daerah genetalia eksterna dan
rambut daerah dinding perut pada operasi perabdominam.
g. Melakukan suci hama daerah operasi :
1) Daerah genetalia eksterna dan vagina dengan memakai larutan asam pikrin,
larutan betadine, larutan savlon dan sebagainya.
2) Daerah dinding perut dengan larutan betadine, larutan iodium atau larutan
savlonlalu dicuci lagi dengan latutan alcohol.
Jangan lupa bahwa penderita akan NPO sekitar 8 jam sebelum pembedahan.
Pemberian obat obatan selama itu harus diberikan secara IV atau IM.
Antibiotika harus diberikan sebelum pembedahan bilamana itu digunakan
sebagai profilaksis melawan peradangan.
h. Pemeriksaan darah lengkap (harus diambil untuk test pada pagi hari sebelum
pembedahan). Darah harus dicocokan dengan penderita bila mana akan dilakukan
transfuse. Komponen darah (misal trombosit) harus disiapkan terlebih dahulu.
i. Penderita tidak boleh makan makanan padat selama 12 jam dan minum cairan
selama 8 jam sebelum pembedahan.
j. Pemberian cairan intravena sebelum pembedahan tidak diperlukan pada berbagai
kasus, tetapi pada penderita lanjut usia atau pada penderita yang lemah.
k. Lain – lain
CT scan untuk melihat ukuran dan lokasi tumor serta penyebarannya.
2. Post Operasi
Tujuan perawatan pasca operasi adalah pemulihan kesehatan fisiologi dan psikologi
wanita kembali normal.
a. Monitor kesadaran, tanda-tanda vital, intake dan output

15
b. Observasi dan catat sifat darai drain (warna, jumlah) drainage. Dalam mengaturan
dan menggerakan posisi pasien harus hati-hati, jangan sampai drain tercabut.
c. Pemberian obat analgesic
d. Diet dan kebutuhan nutrisi.
e. Perawatan luka operasi secara steril.
(Adachi, 2007)

16
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Histerektomi adalah pengangkatan uterus melalui pembedahan paling umum
dilakukan untuk keganasan dan kondisi bkan keganasan tertentu (endometriosis tumor),
untuk mengontrol pendarahan yang mengancam jiwa, dan kejadian infeksi pelvis yang
tidak sembuh-sembuh atau rupture uterus yang tidak dapat diperbaiki.
Menurut rasjidi (2008), indikasi histrerektomi adalah : Leiomioma uteri, prolaps
uteri, keganasan, endometriosis, dysfunctional uterine bledding, infeksi pelvis, masalah
obstetric, pengangkatan ovarium, nyeri pelvis kronis dan tumor trofoblastik.
Menurut Doengoes (2008) diagnosa keperawatan pada pasien histerektomi,
sebagai berikut :
1. Gangguan harga diri berhubungan dengan ketidakmampuan memiliki anak,
perubahan feminitas, efek hubungan seksual.
2. Perubahan eliminasi urinarius (retensi) berhubungan dengan trauma mekanis,
perubahan manipulasi bedah adanya edema jaringan lokal, hematoma, gangguan
sensor/motor, paralisis saraf, eliminasi urinarius (retensi) berhubungan dengan trauma
mekanis.
3. Resiko tinggi terhadap konstipasi/diare berhubungan dengan faktor bedah abdominal
dengan manipulasi usus, melemahkan otot abdominal.

B. Saran
Penulis tahu bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna. Maka dari itu penulis
mengharapkan saran dan kritik yang membangun agar bisa membuat makalah yang lebih
baik untuk kedepannya.
Penulis berharap dengan adanya makalah ini pembaca dan khususnya penulis
dapat mempelajari isi dari makalah, agar lebih meningkatkan wawasan dan pengetahuan
mengenai asuhan keperawatan ibu dengan tindakan histerektomi .

17
DAFTAR PUSTAKA

Kasdu, Dini. 2008. Solusi Problem Wanita Dewasa. Jakarta : Puspa Swara

Manuaba. 2004. Dasar-dasar Teknik Operasi. Jakarta : EGC

Marilynn, Doengoes. 2008. Rencana Asuhan Keperawatan, Edisi 3, Jakarta : EGC

Rasjidi, Imam. 2008. Manual Histerektomi. Jakarta: EGC

18

Anda mungkin juga menyukai