Anda di halaman 1dari 11

APORAN PENDAHULUAN BAYI BERAT BADAN LAHIR RENDAH (BBLR)

LAPORAN PENDAHULUAN
BAYI BERAT BADAN LAHIR RENDAH (BBLR)
KONSEP MEDIS
A. DEFINISI

Bayi berat badan lahir rendah (BBLR) adalah bayi baru lahir yang berat badan lahirnya
pada saat kelahiran kurang dari 2500 gram.(WHO,1961) dahulu neonatus dengan berat badan
lahir kurang dari 2500 gram atau sama dengan 2500 gram disebut premature. Pada tahun 1961
oleh WHO semua bayi yang baru lahir dengan berat lahir kurang dari 2500 gram disebut Low
Birt Weight Infants (BBLR). Berdasarkan pengertian diatas maka bayi dengan berat badan lahir
rendah dapat dibagi menjadi 2 golongan :

1. Prematuritas Murni

Bayi lahir dengan umur kehamilan kurang dari 37 minggu dan mempunyai berat badan sesuai
dengan berat badan untuk masa kehamilan atau disebut Neonatus kurang bulan sesuai masa
kehamilan(NKBSMK).

2. Dismaturitas

Bayi dengan berat badan kurang dari berat badan seharusnya untuk masa kehamilan dismatur
dapat terjadi dalam preterm,term,dan post term. Dismatur ini dapat juga Neonatus kurang bulan –
kecil untuk masa kehamilan (NKB-KMK). Neonatus cukup bulan kecil masa kehamilan (NCB-
KMK),Neonatus lebih bulan-kecil Masa Kehamilan (NLB-KMK).

A. ETIOLOGI

1. Faktor Ibu

a. Toksemia gravidarum, yaitu preeklampsi dan eklampsi.


b. Kelainan bentuk uterus (mis. Uterus bikornis,inkompeten serviks).
c. Tumor (mis. Mioma uteri,sistoma).
d. Ibu yang menderita penyakit antara lain : akut dengan gejala panas tinggi (mis. Tifus
abdominalis,malaria). Kronis (mis.TBC,penyakit jantung,gromeluronefritis kronis).
e. Trauma pada masa kehamilan antara lain: fisik (mis.jatuh).Psikologis (mis.stres).
f. Usia ibu pada waktu hamil kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun.
g. Plasenta antara lain plasenta previa,solusio plasenta.

2. Factor Janin

a. Kehamilan ganda,

b. Hidramnion,

c. Ketuban pecah dini,

d. Cacat bawaan,

e. Infeksi (mis. Rubeolla, sifilis,toksoplasmosis),

f. Insufisiensi plasenta,

g. Inkompatibilitas darah ibu dan janin(factor Rhessus, golongan darah ABO). Faktor Plasenta

adalah Plasenta previa dan solusio plasenta.

Tidak diketahui

3. PATOFISIOLOGI
Secara umum bayi BBLR ini berhubungan dengan usia kehamilan yang belum cukup bulan
(premature) disamping itu juga disebabkan dismaturitas. Artinya bayi lahir cukup bulan (usia
kehamilan 38 minggu),tapi berat badan (BB) lahirnya lebih kecil ketimbang masa
kehamilanya,yaitu tidak mencapai 2500 gram. Biasanya hal ini terjadi karena adanya gangguan
pertumbuhan bayi sewaktu dalam kandungan yang disebabkan oleh penyakit ibu seperti adanya
kelainan plasenta, infeksi, hipertensi dan keadaan-keadaan lain yang menyebabkan suplai
makanan ke bayi jadi berkurang.

Gizi yang baik diperlukan seorang ibu hamil agar pertumbuhan janin tidak mengalami
hambatan,dan selanjutnya akan melahirkan bayi dengan berat normal. Dengan kondisi kesehatan
yang baik, system reproduksi normal,tidak menderita sakit, dan tidak ada gangguan gizi pada
masa pra hamil maupun saat hamil, ibu akan melahirkan bayi lebih besar dan lebih sehat
daripada ibu dengan kondisi kehamilan yang sebaliknya. Ibu dengan kondisi kurang gizi kronis
pada masa hamil sering melahirkan bayi BBLR,vitalitas yang rendah dan kematian yang
tinggi,terlebih lagi bila ibu menderita anemia.

Anemia dapat didefinisikan sebagai kondisi dengan kadar HB berada di bawah normal. Anemia
defisiensi besi merupakan salah satu gangguan yang paling sering tyerjadi selama masa
kehamilan. Ibu hamil umumnya mengalami deplesi besi sehingga hanya memberi sedikit besi
kepada janin yang dibutuhkan untuk metabolisme besi yang normal. Selanjutnya mereka akan
menjadi anemia pada saat kadar hemoglobin ibu turun sampai di bawah 11 gr/dl selama trimester
III. Kekurangan zat besi dapat menimbulkan gangguan atau hambatan pada pertumbuhan janin
baik sel tubuh maupun sel otak. Anemia gizi dapat mengakibatkan kematian janin didalam
kandungan,abortus,cacat bawaan,BBLR,anemia pada bayiyang dilahirkan,hal ini menyebabkan
morbiditas dan mortalitas ibu dan kematian perinatal secara bermakna lebih tinggi. Pada ibu
hamil yang menderita anemia berat dapat meningkatkan resiko morbiditas maupun mortalitas ibu
dan bayi, kemungkinan melahirkan bayi BBLR dan premature juga lebih besar.

4. TANDA DAN GEJALA KLINIS

a. Umur kehamilan sama dengan atau kurang dari 37 minggu.


b. Berat badan sama dengan atau kurang dari 2500 gram.
c. Panjang badan sama dengan atau kurang dari 46 cm.
d. Kuku panjangnya belum melewati ujung jari.
e. Batas dahi dan rambut kepala tidak jelas.
f. Lingkar kepala sama dengan atau kurang 33 cm.
g. Lingkar dada sama dengan atau kurang dari 30 cm.
h. Rambut lanugo masih banyak.
i. Jaringan lemak subkutan tipis atau kurang.Tulang rawan daun telinga belum sempurna
pertumbuhannya, sehingga seolah-olah tidak teraba tulang rawan daun telinga.
j. Tumit mengkilap,telapak kaki halus.
k. Alat kelamin pada bayi laki-laki pigmentasi dan rugae pada skrotum kurang. Testis
belum turun kedalam skrotum,untuk bayi perempuan klitoris menonjol,labia minora
belum tertutup oleh labia mayora.
l. Tonus otot lemah, sehingga bayi kurang aktif dan pergerakanya lemah.
Fungsi saraf yang belum atau kurang matang, mengakibatkan reflex isap, menelan dan
batuk masih lemah atau tidak efektif, dan tangisnya lemah.

m. Jaringan kelenjar mamae masih kurang akibat pertumbuhan otot dan jaringan lemak
masih kurang.
n. Verniks kaseosa tidak ada atau sedikit.
5. KOMPLIKASI
1. Sindroma distress respiratorik idiopatik

Terjadi pada 10 % bayi kurang bulan. Nampak konsolidasi paru progresif akibat
kurangnya surfaktan yang menurunkan tegangan permukaan di alveoli dan mencegah kolaps.
Pada waktu atau segera setelah lahir bayi akan mengalami :

a. Rintihan waktu inspirasi


b. Napas cuping hidung.
c. Kecepatan respirasi lebih dari 70/menit.
d. Tarikan waktu inspirasi pada sternum (tulang dada).
e. Nampak gambaran sinar-X dada yang khas bronkogrm udara dan pemeriksaan gas darah
f. Kadar oksigen arteri menurun
g. Konsentrasi CO2 meningkat
h. Asidosis metabolic
Pengobatan dengan oksigen yang dilembabkan, antibiotika,bikarbonas intravena dan
makanan intravena. Mungkin diperlukan tekanan jalan positif berkelanjutan
menggunakan pipa endotrakea. Akhirnya dibutuhkan pernapasan buatan bila timbul gagal
napas dengan pernapasan tekanan positif berkelanjutan

.2. Takipnea selintas pada bayi baru lahir

Paru sebagian bayi kurang bulan dan bahkan bayi cukup bulan tetap edematosus untuk beberapa
jam setelah lahir dan menyebabkan takipnea. Keadaan ini tidak berbahaya, biasanya tidak
menyebabkan tanda- tanda distress respirasi lain dan membaik kembali 12-24 jam setelah lahir.
Perdarahan intraventrikular terjadi pada bayi kurang bulan yang biasanya lahir normal.
Perdarahan intraventrikular dihubungkan dengan sindroma distress respiratori idiopatik dan
nampaknya berhubungan dengan hipoksia pada sindroma distress respirasi idiopatik. Bayi lemas
dan mengalami serangan apnea.

3. Fibroplasias Retrorental

Oksigen konsentrasi tinggi pada daerah arteri berakibat pertumbuhan jaringan serat atau fibrosa
dibelakang lensa dan pelepasan retina yang menyebabkan kebutaan. Hal ini dapat dihindari
dengan menggunakan konsentrasi oksigen di bawah 40% (kecuali bayi yang membutuhkan lebih
dari 40 %).sebagian besar incubator mempunyai control untuk mencegah konsentrasi oksigen
naik melebihi 40% tetapi lebih baik menggunakan pemantau oksigen perkutan yang saat ini
mudah didapat untuk memantau tekanan oksigen arteri bayi

.4. Serangan Apnea


Serangan apnea disebabkan ketidak mampuan fungsional pusat pernapasan atau ada hubunganya
dengan hipoglikemi atau perdarahan intracranial. Irama pernapasan bayi tak teratur dan diselingi
periode apnea. Dengan mengunakan pemantau apnea dan memberikan oksigen pada bayi dengan
pemompaan segera bila timbul apnea sebagian besar bayi akan dapat bertahan dari serangan
apnea, meskipun apnea ini mungkin berlanjut selama beberapa hari atau mingu. Perangsang
pernapasan seperti aminofilin mungkin bermanfaat.

5. Enterokolitis Nekrotik

Keadaan ini timbul terutama pada bayi kurang bulan dengan riwayat asfiksia. Dapat juga terjadi
setelah transfuse tukar. Gejalanya : kembung, muntah, keluar darah dari rectum dan berak cair,
syok usus dan usus mungkin mengalami perforasi. Pengobatan diberikan pengobatan gentamisin
intravena, kanamisin oral. Hentikan minuman oral dan berikan pemberian makanan intravena.
Mungkin diperlukan pembedahan.

PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK

1. Jumlah sel darah putih : 18.000/mm3, netrofil meningkat sampai 23.000-


24.000/mm3,haripertama setelah lahir (menurun bila ada sepsis).
2. Hematokrit (ht) : 43%-61% (peningkatan sampai 65% atau lebih menandakan
polisitemia,penurunan kadar menunjukkan anemia atau hemoragic prenatal/perinatal).
3. Hemoglobin (Hb) : 15-20 gr/dl (kadar lebih rendah berhubungan dengan anemia atau
hemolisis berlebihan.
4. Bilirubin total : 6 mg/dl pada hari pertama kehidupan, 8 mg/dl 1-2 hari, dan 12 mg/dl
pada 3-5 hari.
5. Destrosix : tetes glukosa pertama selama 4-6 jam pertama setelah kelahiran rata-rata 40-
50 mg/dl meningkat 60-70 mg/dl pada hari ketiga.
6. Pemantauan elektrolit ( Na,K,Cl) : biasanya dalam batas normal pada awalnya.
7. Pemeriksaan analisa gas darah.

PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan pertumbuhan dan perkembangan janin intra uterine serta menemukan
gangguan pertumbuhan misalnya dengan pemeriksan ultra sonografi.
2. Memeriksa kadar gula darah(true glucose) dengan dextrostik atau labopratorium kalau
hipoglikemi perlu diatasi.
3. Pemeriksaan hematokrit dan mengobati hiperviskositasnya.
4. Bayi membutuhkan lebih banyak kalori dibandingkan dengan bayi SMK.
5. Melakukan tracheal – washing pada bayi yang diduga akan menderita aspirasi
mekonium.
6. Sebaiknya setiap jam dihitung frekwensi pernafasan dan bila frekwensi lebih dari
60x/menit dibuat foto thorax.

7. PENATALAKSANAAN

Mengingat belum sempurnanya kerja alat-alat tubuh yang perlu untuk perumbuhan dan
perkembangan serta penyesuaian diri dengan lingkungan hidup diluar uterus maka perlu

diperhatikan pengaturan suhu lingkungan, pemberian makanan dan bila perlu oksigen, mencegah
infeksi serta mencegah kekurangan vitamin dan zat besi.

1. Pengaturan suhu badan bayi prematuritas/BBLR

Bayi premature dengan cepat akan kehilangan panas badan dan menjadi hipotermia, karena pusat
pengaturan panas badan belum berfungsi dengan baik,metabolismenya rendah dan permukaan
badan relatif luas oleh karena itu bayi prematuritas harus dirawat di dalam incubator sehinga
panas badanya mendekati dalam rahim. Bila bayi dirawat dalam incubator maka suhu bayi
dengan berat badan, 2 kg adalah 35 derajat celcius dan untuk bayi dengan berat badan 2-2,5 kg
adalah 33-34 derajat celcius. Bila incubator tidak ada bayi dapat dibungkus dengan kain dan
disampingnya ditaruh botol yang berisi air panas, sehingga panas badannya dapat dipertahankan.

2. Nutrisi

Alat pencernaan bayi premature masih belum sempurna, lambung kecil, enzim pencernaan
belum matang, sedangkan kebutuhan protein 3-5 gr/kg BB dan kalori 110 kal/kg BB sehingga
pertumbuhanya dapat meningkat. Pemberian minum bayi sekitar 3 jam setelah lahir dan
didahului dengan menghisap cairan lambung. Reflex menghisap masih lemah, sehingga
pemberian minum sebaiknya sedikit demi sedikit, tetapi frekwensi yang lebih sering. ASI
merupakan makanan yang paling utama, sehingga ASI lah yang paling dahulu diberikan. Bila
factor menghisapnya kurang maka ASI dapat diperas dan diminumkan dengan sendok perlahan-
lahan atau dengan memasang sonde menuju lambung. Permulaan cairan diberikan sekitar 50-60
cc/kg BB/hari dan terus dinaikkan sampai mencapai sekitar 200 cckg BB/hari.

3. Menghindari infeksi

Bayi prematuritas mudah sekali terkena infeksi, karena daya tahan tubuh yang masih lemah,
kemampuan leukosit masih kurang dan pembentukan antibody belum sempurna. Oleh karena itu,
upaya preventif sudah dilakukan sejak pengawasan antenatal sehingga tidak terjadi
persalinan prematuritas (BBLR). Dengan demikian perawat dan pengawasan bayi prematuritas
secara khusus dan terisolasi dengan baik.

KONSEP PROSES KEPERAWATAN


Dalam melaksanakan proses keperwatan, harus berpedoman kepada komponen –
komponen dasar dalam proses keperawatan yang terdiri dari tahap demi tahap yaitu :
pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi. masing –
masing komponen saling berkesinambungan.
Adapun proses keperawatan sebagai berikut :
1.pengkajian
pengkajian adalah awal dan landasan dari proses keperawatan yang mencakup proses
pengumpulan informasi tentang status kesehatan klien secara sistematis dan terus menerus yang
meliputi unsure bio, psiko, sosio, dan spiritual secara menyeluruh dari mulai klien masuk rumah
sakit.
Hal – hal yang perlu dikaji pada klien dengan BBLR adalah :
a. Biodata
1. Identitas bayi
2. Identitas ibu
3. Identitas Ayah
4. Riwayat kelahiran yang lalu
5. Status gravid
6. Riwayat persalinan sekarang
7. Keadaan bayi saat lahir
8. Keluhan utama bayi atau riwayat keluhan utama
9. Pengkajian fisik
b. Analisa data
c. Diagnosa keperawatan berdasarkan prioritas masalah
d. Asuhan keperawatan
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah suatu pernyataan yang menjelaskan
respon (status kesehatan atau resiko perubahan pola) dari individu.Dimana perawat
dapat mengidentifikasi dan memberikan intervensi
secara pasti untuk menjaga status kesehatan menurunkan, membatasi, mencegah dan
merubah.

Masalah diagnosa keperawatan yang mungkin timbul pada bayi dengan BBLR

a. Potensial terjadi infeksi berhubungan dengan kurangnya daya tahan tubuh.


b. Nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan belum matang organ –
organ pencernaan
c. Potensial hipotermi berhubungan dengan belum matangnya organ pengatur suhu tubuh.
d. Gangguan pola nafas berhubungan dengan belum matangnya organ pernafasan
Perencanaan / Intervensi Keperawatan

Perencanaan disesuaikan dengan masalah yang ada, membahas tindakan yang akan
dilakukan pada bayi BBLR /
Prematur sesuai dengan kebutuhan, antara lain memungkinkan masalah yang timbul pada
bayi dengan BBLR / Prematur :

Diagnosa keperawatan yang muncul :

a. Termoregulasi tidak efektif berhubungan dengan perkembangan system saraf pusat


imaturitas.
Intervensi Rasional

Mandiri Mandiri
1. Observasi tanda – tanda vital suhu 1. Hipotermia membuat bayi cenderung
badan. pada stress dingin .
2. Tempatkan bayi pada penghangat, 2.Mempertahankan lengkungan termonetral
incubator dan di bawah lampu pijar. membantu mencegah stress dingin.
3. Ganti pakaian / alat tenun tempat tidur 3.Menurunkan kehilangan suhu melalui
bila basah. evaporasi.
4. Perhatikan adanya takipnoe atau apnoe 4.Tanda-tanda ini menandakan stress
dan sianosis. dingin, yang meningkatkan konsumsi
5. Pantau suhu bayi bila keluar dari oksigen dan kalori serta membuat bayi
cederung pada asidosis.
lingkuangan hangat.
5. Kontak diluar tempat tidur khususnya
Kolaborasi
dengan orang tua, mungkin singkat saja
6. Berikan obat – obatan sesuai dengan
bila dimungkinkan, untuk mencegah stress
indikasi.
dingin.

Kolaborasi
6. Membantu mencegah kejang berkenaan
dengan perubahan fungsi SSP yang
disebabkan oleh hipertermia.

b. Resiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan usia dan berat badan
extreme (premature, dibawah 2.500 grm).
Intervensi Rasional
Mandiri Rasional

1.Timbang berat badan tiap hari. 1. Berat badan adalah indicator paling

2.Bandingkan masukan dan haluaran sensitive dari keseimbangan cairan.


caiaran setiap sip dan keseimbangan 2. Haluaran harus 1-3 ml / kg BB,
kumulatif setiap periode 24 jam. sementara kebutuhan terapi cairan kira –

3. Evaluasi turgor kulit, membrane mukosa, kira 80 – 100 ml / kg BB / hari.


keadaan fontanel anterior. 3. Cadangan cairan dibatasi pada bayi

4. Berikan ASI/PASI tiap 2 jam sebanyak praterm.


35 cc lewat sonde. 4. Pemberian ASI/PASI tiap 2 jam dapat
memenuhi kebutuhan caiarn dalam tubuh
Kolaborasi
bayi.
5. Pantau pemeriksaan laboratorium sesuai
indikasi : Ht. Kolaborasi.

5. Deidrasi meningkatkan kadar Ht diatas


nilai normal (45 – 53%).

c. Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan prosedur invasi


Intervensi Rasional

Mandiri
1. tingkatkan cara mencuci tangan 1. Mencuci tangan adalah praktek yang
pada staf \, orang tua, dan pekerja paling penting untuk mencegah
lainnya. kontaminasi silang serta mengontrol
2. Gunakan anti septic sebelum infeksi dalam ruang perawatan.
membantu dalam prosedur invansi. 2. Mencegah terjadinya infeksi nosokomial
3. Kaji bayi atas tanda-tanda infeksi
seperti ketidak stabilan suhu, dari prosedur invasi.
takipnea. 3. Bermanfaat dalam mendiagnosis infeksi,
4. Lakukan perawatan tali pusat sesuai suhu tubuh sendiri merupakan indicator
dengan prosedur. dari adanya infeksi.
5. Gunakan antiseptic selama
penghisapan, pemasangan OGT dll. 4. Penggunaan alcohol local dan berbagai
6. Pantau bayi erhadap tanda-tanda anti mikroba yang membantu mencegah
infeksi. kolonisasi.
5. Menurunkan kesempatan untuk
Kolaborasi
masuknya bakteri yang dapat
7. Pantau pemeriksaan laboratorium sesuai mengakibatkan infeksi pernafasan.
indikasi : jumlah trombosit

6. Awitan lanjut penyakit dapat terjadi


secepat mungkin pada hari ke lima.

Kolaborasi
7. Sepsis menyebakan jumlah trombosit
menurun tetapi pada bayi pra term rentan
trombosit normal mungkin hanya 60.000.
mm3

4. Pelaksanaan
Pelaksanaan adalah proses dari keperawatan oleh perawat, klien serta keluarga. Dal
am tindakannya implementasi dilaksanakan sesuai rencana setelah dilakukan keterampilan y
ang dilakukan dengan
cermat dan efesien pada situasi yang tepat dengan melindungi keamanan fisik dan psikolo
gis serta mendokumentasikan intervensi dan respon klien baik secara tertulis maupun lisan
untuk kelanjutan asuhan keperawatan.
5. Evaluasi
Evaluasi adalah bagian akhir dari proses keperawatan untuk mengevakuasi semua ta
hapan keperawatan seperti diagnosis, yaitu baik aktual maupun potensial apakah tujuan su
dah tercapai atau belum dan menggambarkan fokus spesifik untuk masalah yang ada dan
apakah sesuai serta dapat diterima oleh klien.

Anda mungkin juga menyukai