Anda di halaman 1dari 21

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny.

A
DENGAN DIAGNOSA MEDIS HERPES GENETALIS
DI RUANG SAKURA (ISO)
DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH PRINGSEWU
TANGGAL 12 DESEMBER 2017

DISUSUN OLEH :

DEDI KURNIAWAN
DINI NUR HIDAYATI ASSMI
TITIK PURDIYANTI

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKes)


MUHAMADIYAH PRINGSEWU LAMPUNG
TAHUN AJARAN 2017-201
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah Swt. atas segala rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan makalah yang berjudul “ASUHAN KEPERAWATAN HERPES” tepat pada
waktunya .Makalah ini disusun untuk melengkapi serta memenuhi tugas kelompok mata kuliah
Sistem Integumen, yang telah diberian oleh dosen pembimbing dan penanggung jawab mata
kuliah.
Penyusunan makalah ini, penulis banyak mendapat tantangan dan hambatan akan tetapi dengan
bantuan dari berbagai pihak tantangan itu bisa teratasi. Olehnya itu, penulis mengucapkan terima
kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan
makalah ini, semoga bantuannya mendapat balasan yang setimpal dari Tuhan Yang Maha Esa.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan baik dari bentuk
penyusunan maupun materinya.Kritik konstruktif dari pembaca sangat penulis harapkan untuk
penyempurnaan makalah selanjutnya.
Akhir kata semoga makalah ini dapat memberikan manfaat kepada kita sekalian.

                                                                              Pringsewu , 12 Desember 2017

 Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Kulit  adalah organ yang sangat penting untuk mengetahui tingkat kesehatan seseorang.
Kecantikan seseorang secara fisik dapat dilihat dari kesehatan kulitnya. Kulit yang sehat
mencerminkan kebersihan, status gizi, status emosi/psikologis, juga kepribadian seseorang. Oleh
karena itu, kesehatan kulit/integumen perlu mendapat perhatian yang cukup besar.
Apabila kulit mengalami kelainan atau gangguan akan membawa dampak baik fisik
maupun psikologis pada penderita. Oleh karena itu, pemberian asuhan keperawatan yang tepat
sangat diperlukan.  Dalam makalah ini kami akan memaparkan beberapa contoh kelainan kulit
yaitu Herpes Simplex serta bagaimana penatalaksanaan kita sebagai perawat dalam merawat
pasien dengan kelainan kulit tersebut.

2. Tujuan
Tujuan Umum :
Agar mahasiswa-mahasiswi memahami asuhan keperawatan pada klien dengan herpes simplex.
Tujuan Khusus :
Agar mahasiswa-mahasiswi  mengerti, mengetahui, dan memahami isi tentang:
 Pengertian dari Herpes
 Penyebab dari Herpes
 Patofisiologi dari Herpes
 Manifestasi klinis dari Herpes
 Komplikasi dari Herpes
 Pencegahan dari Herpes
 Asuhan keperawatan herpes

1. DEFINISI
Herpes adalah radang kulit yang ditandai dengan pembentukan gelembung-gelembung
berkelompok. Gelembung-gelembung ini berisi air pada dasar peradangan.
Herpes simpleks adalah infeksi yang ditandai dengan episode berulang dari lepuhan-
lepuhan kecil dikulit atau selaput lendir, yang berisi cairan dan terasa nyeri  (Mahdiana, 2010
: 77).
Herpes simpleks adalah penyakit yang mengenai kulit dan mukosa, bersifat kronis dan
residif, disebabkan oleh virus herpes simplek / herpes virus hominis  (Rahariyani, 2008 : 45).

2. ETIOLOGI
Herpes zoster disebabkan oleh reaktivasi dari virus varicella zoster . virus varicella zoster
terdiri dari kapsid berbentuk ikosahedral dengan diameter 100 nm. Kapsid tersusun atas 162
sub unit protein–virion yang lengkap dengan diameternya 150–200 nm, dan hanya virion
yang terselubung yang bersifat infeksius. Infeksiositas virus ini dengan cepat dihancurkan
oleh bahan organic , deterjen, enzim proteolitik, panas dan suasana Ph yang tinggi
Herpes simpleks disebabkan oleh virus DNA. Herpes simpleks terdiri dari 2 tipe yaitu
a. Herpes simplek tipe I
Biasanya mengenai bibir, mulut, hidung, dan pipi. Bentuk herpes ini diperoleh dari
kontak dekat dengan anggota keluarga atau teman yang terinfeksi, melului ciuman,
sentuhan, atau memakai pakaian/handuk mandi bersama, dan tidak ditularkan melalui
hubungan seksual.
b. Herpes simpleks tipe II
Biasanya menginfeksi daerah genital dan didahului oleh hubungan seksual. Akan
tetapi, sesuai dengan perkembangan pola hubungan seksual, kasus ini dapat timbul
tanpa harus melalui hubungan seksual (Rahariyani, 2008 : 45).
Penyakit Herpes yang disebabkan oleh virus herpes simpleks tipe 1 adalah penyebab umum
untuk luka-luka demam (cold sore) di sekeliling mulut. Herpes simpleks-2 biasanya
menyebabkan herpes kelamin. Namun belakangan diketahui lagi, bahwa virus tipe 1 juga
dapat menyebabkan infeksi pada kelamin, begitu pula virus tipe 2 dapat menginfeksikan
daerah mulut melalui hubungan seks.

3. PATHWAYS
Herpes simplek virus (HSV) Kontak langsung kedalam
membran mukosa

HSV-1(kontak dengan air HSV-2(penularan secara


liur) seksual)

Infeksi primer (2-20 hari)

Lesi berbentuk
macula/papula

Pustula Rasa gatal &terbakar


Hipertermi

Demam Pecah menjadi ulkus Kerusakan integritas


kulit

Respon sistemik tubuh Genital Mata terinfeksi


(konjungtifitis)

Nyeri
Opatitis kecil pada
kornea
membentuk
Pria: glans penis, Wanita(vulva,
gambaran dendrit
batang penis dll kiltoris dan anus

Ulserai
Gangguan pada pola
seks

Jaringan parut
Ansietas dan kebutaan
yang nyata
Resiko mata
kering

Wanita hamil Struktur kulit


berubah ulkus

Jalan lahir bayi

Gangguan citra
tubuh
Resiko infeksi

4. KLASIFIKASI
Sebagian besar orang yang terkena penyakit herpes terlambat mengetahui jika dirinya
terinfeksi bahkan tidak sadar dapat menyebarkannya. Penularan penyakit herpes melalui
Infeksi herpes simpleks ditularkan dari orang ke orang melalui hubungan langsung dengan
daerah tubuh yang terinfeksi. Proses penularan bisa saja terjadi meski tak ada luka pada
penderita penyakit herpes yang terbuka.Penggolongan penyakit herpes didasarkan atas jenis
virus yang menginfeksi yaitu herpes simpleks dan herpes zoster.
a. Herpes simpleks terbagi 2 , yaitu virus herpes simpleks tipe I (HSV-I) dan herpes
simpleks virus tipe II (HSV-II). Herpes yang mengenai daerah mulut dan sekitarnya
adalah HSV-I (Herpes Labialis) sedangkan Herpes yang menginfeksi kulit didaerah
vagina merupakan HSV-II (Herpes Genitalis) yang penularannya melalui hubungan
seksual yang menimbulkan , gatal-gatal dan nyeri di daerah genital, dengan kulit dan
selaput lendir yang menjadi merah.
b. Herpes zoster disebabkan oleh virus Varicella zoster, yaitu virus yang juga menyebabkan
cacar air. Gejalanya khas, yaitu timbul gelembung-gelembung kecil, biasanya di daerah
punggung, hanya pada satu sisi, dan meliputi daerah persyarafan tertentu. Gelembung –
gelembung ini terasa nyeri dan dapat pecah sehingga mudah timbul infeksi oleh bakteri.
Penyakit ini bukan penyakit kelamin, dan dapat sembuh sempurna Penyakit Herpes yang
disebabkan oleh virus herpes simpleks tipe 1 adalah penyebab umum untuk luka-luka
demam (cold sore) di sekeliling mulut. Herpes simpleks-2 biasanya menyebabkan herpes
kelamin.
c. Namun belakangan diketahui lagi, bahwa virus tipe 1 juga dapat menyebabkan infeksi
pada kelamin, begitu pula virus tipe 2 dapat menginfeksikan daerah mulut melalui
hubungan seks. Penyakit Herpes genitalis berpotensi menyebabkan kematian pada bayi
yang terinfeksi. Bila seorang perempuan mempunyai herpes kelamin aktif disaat
melahirkan maka dianjurkan melahirkan dengan bedah caesar. Orang dengan herpes
simpleks aktif sebaiknya sangat hati-hati waktu berhubungan seks agar menghindari
infeksi HIV. Orang dengan HIV dan herpes simpleks bersama juga sebaiknya sangat hati-
hati waktu terjangkit herpes aktif. Pada waktu itu, viral load HIV-nya biasanya lebih
tinggi, dan hal ini dapat meningkatkan kemungkinan HIV ditularkan pada orang lain.

5. PATOFISIOLOGI
Herpes zoster bermula dari Infeksi primer dari VVZ (virus varisells zoster) ini pertama kali
terjadi di daerah nasofaring. Disini virus mengadakan replikasi dan dilepas ke darah sehingga
terjadi viremia permulaan yang sifatnya terbatas dan asimptomatik. Keadaan ini diikuti
masuknya virus ke dalam Reticulo Endothelial System (RES) yang kemudian mengadakan
replikasi kedua yang sifat viremianya lebih luas dan simptomatik dengan penyebaran virus ke
kulit dan mukosa. Sebagian virus juga menjalar melalui serat-serat sensoris ke satu atau lebih
ganglion sensoris dan berdiam diri atau laten didalam neuron. Selama antibodi yang beredar
didalam darah masih tinggi, reaktivasi dari virus yang laten ini dapat dinetralisir, tetapi pada
saat tertentu dimana antibodi tersebut turun dibawah titik kritis maka terjadilah reaktivasi
dari virus sehingga terjadi herpes zoster.
Patofisiologi herpes simpleks masih belum jelas, ada kemungkinan :
a. Infeksi primer akibat transmisi virus secara langsung melalui jalur neuronal dari perifer
ke otak melalui saraf Trigeminus atau Offactorius.
b. Reaktivitas infeksi herpes virus laten dalam otak.
c. Pada neonatus penyebab terbanyak adalah HSV-2 yang merupakan infeksi dari secret
genital yang terinfeksi pada saat persalinan.

6. MANIFESTASI KLINIS
Seperti yang telah dikemukakan diatas bahwa gejala herpes terkadang tidak menunjukkan
gejala sama sekali namun perlu dipahami bahwa jika seseorang terinfeksi herpes virus
memang kadang bersifat silent (tidak terasa) namun dalam melakukan interpretasi hasil
laboratorium juga perlu diwaspadai karena yang diukur adalah bukan kadar virusnya secara
secara langsung akan tetapi kadar antibodinya. Meskipun demikian kita dapat mengenali
gejala penyakit herpes sesaat setelah terinfeksi HSV, biasanya gejala awal ditandai dengan
suhu badan yang meningkat (demam) , kerongkongan kering dan terasa sakit, pusing,
kelelahan dan sebagainya seperti yang terjadi pada orang demam dan flu.
Hal itu terjadi karena sistim imun pada yang orang terinfeksi HSV tidak siap untuk
memerangi infeksi yang timbul. Setelah itu akan masuk ke tahap selanjutnya dengan
timbulnya rasa gatal yang panas disertai lepuhan-lepuhan kecil yang berderet-deret pada
permukaan kulit. Penyebaran herpes akan semakin cepat terutama jika sering digaruk dan
menimbulkan iritasi pada kulit atau menimbulkan luka.

7. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Pemeriksaan diagnostic pada Herpes zoster. Tes diagnostic ini untuk membedakan dari
impetigo, kontak dermatitis dan herps simplex :
a. Tzanck Smear : mengidentifikasi virus herpes tetapi tidak dapat membedakan herpes
zoster dan herpes simplex.
b. Kultur dari cairan vesikel dan tes antibody : digunakan untuk membedakan diagnosis
herpes virus
c. Immunofluororescent : mengidentifikasi varicella di sel kulit
d. Pemeriksaan histopatologik
e. Pemerikasaan mikroskop electron
f. Kultur virus
g. Identifikasi anti gen / asam nukleat VVZ (virus varisela zoster)
h. Deteksi antibody terhadap infeksi virus
Pemeriksaan penunjang untuk infeksi HSV (herpes simpleks virus dapat dilakukan secara
virologi maupun serologi, masing-masing contoh pemeriksaan tersebut adalah sebagai
berikut :
a. Virologi
1. Mikroskop cahaya. Sampel berasal dari sel-sel di dasar lesi, apusan pada
permukaan mukosa, atau dari biopsi, mungkin ditemukan intranuklear inklusi
(Lipschutz inclusion bodies). Sel-sel yang terinfeksi dapat menunjukkan sel yang
membesar menyerupai balon (ballooning) dan ditemukan fusi. Pada percobaan
Tzanck dengan pewarnaan Giemsa atau Wright, dapat ditemukan sel datia berinti
banyak dan badan inklusi intranuklear.
2. Pemeriksaan antigen langsung (imunofluoresensi). Sel-sel dari spesimen
dimasukkan dalam aseton yang dibekukan. Kemudian pemeriksaan dilakukan
dengan menggunakan cahaya elektron (90% sensitif, 90% spesifik) tetapi,
pemeriksaan ini tidak dapat dicocokkan dengan kultur virus.
3. PCR, Test reaksi rantai polimer untuk DNA HSV lebih sensitif dibandingkan
kultur viral tradisional (sensitivitasnya >95 %, dibandingkan dengan kultur yang
hanya 75 %). Tetapi penggunaannya dalam mendiagnosis infeksi HSV belum
dilakukan secara reguler, kemungkinan besar karena biayanya yang mahal.
4. Tes ini biasa digunakan untuk mendiagnosis ensefalitis HSV karena hasilnya yang
lebih cepat dibandingkan kultur virus.6
5. Kultur Virus, Kultur virus dari cairan vesikel pada lesi (+) untuk HSV adalah cara
yang paling baik karena paling sensitif dan spesifik dibanding dengan cara-cara
lain. HSV dapat berkembang dalam 2 sampai 3 hari. Jika tes ini (+), hampir 100%
akurat, khususnya jika cairan berasal dari vesikel primer daripada vesikel rekuren.
Pertumbuhan virus dalam sel ditunjukkan dengan terjadinya granulasi
sitoplasmik, degenerasi balon dan sel raksasa berinti banyak. Sejak virus sulit
untuk berkembang, hasil tesnya sering (-). Namun cara ini memiliki kekurangan
karena waktu pemeriksaan yang lama dan biaya yang mahal.
b. Serologi
Pemeriksaan serologi ini direkomendasikan kepada orang yang mempunyai gejala herpes
genital rekuren tetapi dari hasil kultur virus negatif, sebagai konfirmasi pada orang-orang
yang terinfeksi dengan gejala- gejala herpes genital, menentukan apakah pasangan
seksual dari orang yang terdiagnosis herpes genital juga terinfeksi dan orang yang
mempunyai banyak pasangan sex dan untuk membedakan dengan jenis infeksi menular
sexual lainnya. Sample pada pemeriksaan serologi ini diambil dari darah atau serum.

8. KOMPLIKASI
Pada Herpes genital infeksi yang terjadi pada kasus herpes genital disebabkan oleh virus
herpes simpleks atau sering disebut sebagai HSV. HSV dapat menular dan masuk ke dalam
tubuh melalui berbagai membran mukosa dalam tubuh, seperti mulut, kulit, dan kelamin.
Virus ini seringkali menetap di tubuh manusia dan suatu saat bisa aktif lagi. Saat virus ini
aktif, gejala-gejala herpes genital akan kembali muncul. Virus ini bisa kambuh antara empat
sampai lima kali pada dua tahun pertama sejak terinfeksi. Jenis herpes ini, umumnya akan
menginfeksi alat kelamin yang bisa terjadi pada pria dan wanita. Penyakit ini termasuk salah
satu infeksi menular seksual (IMS) karena umumnya ditularkan melalui hubungan seksual
(vagina, anal, dan oral). Herpes genital bisa dikenali dengan kemunculan luka melepuh
berwarna kemerahan dan terasa sakit di sekitar area kelamin. Luka ini bisa pecah dan
menjadi luka terbuka. Komplikasi yang mungkin bisa terjadi bersamaan dengan herpes
genital umumnya berupa penyakit infeksi menular seksual, inflamasi, infeksi pada bayi, dan
gangguan pada kandung kemih. Selengkapnya akan dijelaskan di bawah ini:
a. Infeksi Menular Seksual
Penderita herpes genital dengan luka terbuka memiliki risiko lebih tinggi untuk
menyebarkan atau tertular penyakit seksual lainnya, terutama jika berhubungan seksual
tanpa pengaman. Penularan paling parah adalah terjadinya komplikasi berupa HIV/AIDS.
b. Inflamasi atau Peradangan
Pada beberapa kasus, herpes genital bisa menyebabkan inflamasi atau peradangan di
saluran kemih. Pembengkakan yang terjadi bisa menutup jalur uretra selama beberapa
hari. Dalam kasus ini, kateter harus dimasukkan untuk menyedot isi kandung kemih.
Selain pada uretra, peradangan juga bisa terjadi pada bagian rektal. Inflamasi pada
dinding rektum ini lebih sering terjadi pada pria yang berhubungan seksual dengan pria
lainnya. Pada kasus yang sangat langka, virus herpes simpleks juga bisa mengakibatkan
meningitis atau radang pada selaput otak.
c. Pada Masa Kehamilan
Virus herpes simpleks atau HSV bisa menimbulkan masalah kehamilan. Virus ini bisa
ditularkan kepada bayi saat melahirkan. Jika infeksi HSV terjadi sebelum kehamilan,
kemungkinan penularan pada sang bayi sangatlah kecil. Pada beberapa bulan terakhir di
masa kehamilan, sang ibu akan melepaskan banyak antibodi pelindung kepada bayinya.
Antibodi inilah yang akan melindungi sang bayi dari berbagai mikroorganisme termasuk
HSV. Antibodi ini dapat bertahan pada saat melahirkan hingga beberapa bulan
setelahnya. Jika gejala herpes kembali muncul, obat asiklovir mungkin perlu dikonsumsi.
Tanyakan kepada dokter kandungan tentang penanganan yang Anda bisa dapatkan,
termasuk di dalamnya dosis dan aturan pakai obat tersebut. Jika Anda mengalami infeksi
pertama pada awal 3-6 bulan masa kehamilan, maka risiko infeksi menular pada bayi
akan meningkat, begitu juga dengan risiko keguguran. Oleh karena itu, asiklovir mungkin
perlu dikonsumsi. Virus herpes bisa menular saat proses persalinan. Jika infeksi pertama
terjadi di atas 6 bulan usia kehamilan, risiko penularan infeksi pada bayi sangat tinggi.
Hal ini terjadi karena tubuh sang ibu memerlukan waktu untuk menghasilkan antibodi
sebelum sang bayi dilahirkan. Untuk menghindarinya, perlu dilakukan operasi caesar.
Kelahiran normal akan membuat risiko penularan infeksi pada bayi meningkat 40 persen
lebih tinggi. Infeksi pada Bayi dalam Proses Persalinan Bagi bayi yang terinfeksi HSV
pada saat proses persalinan, infeksi yang terjadi bisa sangat berbahaya dan terkadang
mematikan. Kondisi ini dikenal sebagai neonatal herpes. Herpes yang terjadi pada saat
melahirkan ini dapat berdampak buruk kepada organ tubuh seperti pada mata, mulut, dan
kulit. Selain itu, otak dan sistem saraf lainnya juga bisa terkena dampak dari infeksi ini.
Pada kasus neonatal herpes yang parah, berbagai organ tubuh lainnya seperti paru-paru
dan hati juga bisa terserang hingga dapat menyebabkan kematian.
Sedangkan Pada Herpes Zoster, umumnya akan menginfeksi saraf dan kulit di sekitarnya.
Penyakit ini disebabkan oleh virus yang sama dengan virus penyebab cacar air, yaitu varisela
zoster. Virus varisela yang menetap di sekitar tulang belakang atau dasar dari tulang
tengkorak tubuh bahkan setelah cacar air sembuh, dapat kembali aktif di kemudian hari dan
menyebabkan herpes zoster. Alasan di balik virus varisela yang aktif kembali belum
diketahui secara pasti. Meski demikian, ada sejumlah faktor yang diduga memengaruhinya.
Faktor-faktor risiko tersebut meliputi: Herpes zoster tidak menular. Tetapi jika Anda belum
pernah terkena cacar air dan mengalami kontak langsung dengan penderita herpes zoster,
Anda dapat terinfeksi virus varisela zoster dan terkena cacar air. Pengidap herpes zoster juga
sebaiknya menghindari kontak dengan bayi yang baru lahir, ibu hamil, serta orang yang
memiliki sistem kekebalan tubuh yang lemah. Jika tidak diobati, herpes zoster dapat
menyebabkan beberapa komplikasi serius yang meliputi: Usia. Insiden penyakit ini
meningkat sejalan dengan bertambahnya umur penderita, umumnya dialami pasien berusia di
atas 50 tahun. Sistem kekebalan tubuh yang menurun, misalnya karena mengidap HIV/AIDS,
menggunakan obat steroid jangka panjang atau immunosupresan, maupun menjalani
kemoterapi. Mengalami stres secara fisik maupun emosional.
1. Neuralgia pasca-herpes atau postherpetic neuralgia.
Rasa nyeri yang parah ini dapat berlangsung selama berbulan-bulan bahkan bertahun-
tahun setelah ruam sembuh. Diperkirakan hanya sebagian kecil pengidap herpes zoster di
atas usia 50 tahun yang mengalami komplikasi ini.
2. Kebutaan.
Jika muncul di sekitar mata, herpes zoster dapat mengakibatkan peradangan pada saraf
mata, glaukoma, dan bahkan berujung pada kebutaan.
3. Gangguan pada saraf, misalnya inflamasi pada otak, masalah pada pendengaran, atau
bahkan keseimbangan tubuh.
4. Infeksi bakteri pada ruam atau lepuhan apabila kebersihannya tidak dijaga
kebersihannya. Bercak putih pada bekas ruam. Ruam herpes zoster dapat menyebabkan
kerusakan pigmen kulit dan terlihat seperti bekas luka.

9. PENCEGAHAN
Herpes bisa dicegah dengan :
1. Jalani pola hidup yang bersih dan higienis
2. Hindari penularan melalui ciuman, penggunaan handuk atau pisau cukur bersama
3. Menggunakan kondom saat melakukan hubungan seksual
4. Evaluasi, konsultasi, dan mengobati pasangan seksual dari individu yang terinfeksi

10. PENATALAKSANAAN MEDIS


Masalah pengobatan penyakit herpes, kita harus melihat tujuannya, apakah untuk mengatasi
infeksi akut atau ketika terjadi reaktifitasi saja. Bila ada gelembung pada daerah genital,
termasuk yang akut dan membutuhkan pengobatan segera. Pasien bisa diberikan Acyclovir
selama 7-10 hari dengan dosis 2X1000 mg atau 5X200 mg. Sedangkan kasus herpes
reaktivitasi bisa diberikan dengan dosis yang sama selama 5 hari.
Sementara untuk valasiklovir dapat diberikan 2X1000 mg pada fase akut atau 2X500 mg
pada fase reaktivasi. Selain itu penggunaan obat-obatan imunomodulator seperti IM-BOOST
umumnya ditujukan untuk memodulasi system imun untuk membantu percepatan
penyembuhan inveksi virus. (dr. Kanadi Sumapraja, SpOG,M.Sc) dan untuk perawatan
hindari menggaruk pada daerah yang terinfeksi dan membersihkan lukanya dengan air garam
dan menjaganya tetap kering.
Secara teori dalam penyembuhan dengan hijama atau yang sudah kami up gread dengan
konsep ODT (oxidant drainage therapy) seorang penderita penyakitHerpes ) adalah karena
adanya timbunan oxidant di daerah Kulit bisanya di daerah yang lembab seperti lipatan
ketiak,selangkangan dan daerah kelamin tapi kadang juga di kulit yang terbuka seperti di
kulit wajah atau punggung sehingga terjadi peradangan kulit yang ditandai dengan
pembentukan gelembung-gelembung berkelompok. Gelembung-gelembung ini berisi air
pada dasar peradangan kemudian daerah yang bergelembung ini akan timbul rasa nyeri yang
luarbiasa karena syaraf ujung megalami peradangan tertekan oleh oxidant.Dengan
dikeluarkan oxidant yang terkumpul dan menekan syaraf ujung dan rasa nyerin yang luar
biasa akibat herpes ini akan spontan hilang setelah terapi ODT (oxidant drainage therapy)

B. PENGKAJIAN DATA DASAR


1. Data Demografi
a. Identitas Pasien
Nama :
Usia :
Jenis kelamin :
Status perkawinan :
Pekerjaan :
Agama :
Pendidikan :
Suku :
Bahasa yang di gunakan :
Alamat rumah :
Tanggal masuk RS :
Diagnosa Medis :
b. Sumber informasi
Nama :
Usia :
Hubungan dengan pasien :
Pekerjaan :
Pendidikan :
Alamat rumah :
2. Riwayat kesehatan saat pengkajian/ Riwayat penyakit sekarang
1. Keluhan utama saat pengkajian :
Kaji keluhan yang paling di rasakan pasien saat di lakukan pengkajian meliputi
:penyebab, hal yang memperberat, hal yang memperingan, kualitas dan
kuantitasnya(skala), di manalokasi dan region dan penyebarannya, lama,
frekwensi, intensitas, dan sejak kapan terjadinya.
2. Keluhan penyerta
Merupakan keluhan yang menyertai keluhan utama
3. Riwayat kesehatan lalu :
Riwayat kesehatan lalu meliputi riwayat alergi, riwayat kecelakaan, riwayat
perawatan selama di rumah sakitmeliputi diagnose, waktu dan kondisi saat
pulang, riwayat penyakit berat/kronis yang pernah di derita, riwayat pengobatan
dan oprasi.
4. Riwayat kesehatan keluarga :
Ceritakan riwayat kesehatan yang ada di keluarga terkait dengan riwayat
kesehatan yang ada saat ini, faktor penyakit yang beresiko yang di derita pasien
dan penyakit yang ada pada anggota keluarga, gambarkan denogram dan
analisanya dengan baik minimal 3 generasi.
5. Riwayat psiko sosial spiritual
a. Psikologis
Gali riwayat psikologis pasien meliputi konsep diri yang terdiri dari(gambaran
diri, peran, harga diri, ideal diri, dan identitas). Konsep diri juga
merupakanpresepsi individu tentang fisik dan kepribadian (personality).
Konsep diri fisik meliputi sensasi tubuh dan gambaran tubuh sedangkan kosep
diri personal meliputi konsistensi, ideal diri dan moral etik spiritual.
Kecemasan atau ketakutan yang dialami dan fase kehilangan yang dirasakan.
Kaji support system (dukungan keluarga, lingkungan, dan fasilitas terhadap
penyakit yang sedang dialami), fungsi peran mengidentifikasi tentang
interaksi sosial tentang hubungan dengan orag lain.
b. Spiritual
Kaji system nilai kepercayaan yang mempengaruhi kondisi kesehatan saat
sebelum dan saat sakit. Kaji kesehatan spiritual, meliputi konsep klien
mengenai yang Maha Kuasa : apakah klien mempunyai sumber pengharapan,
kenyamanan, atau kekuatan?, kegiatan/ acara religious apakah yang penting
menurut klien?, apakah klien melihat hubungan antara kepercayaan
spiritualnya dengan kesehata atau situasi hidup saat ini?, apakah klien
melakukan acara ritual keagamaan yang dianutnya?, adakah kitab suci tulisan
religious dalam ruangan?
6. Pengetahuan pasien dan keluarga
Gali presepsi pasien dan keluarga tentang penyakit, prognosis, program
pengobatan, diet, dan perawatan.
7. Lingkungan
Berisi tentang kondisi rumah meliputi bagaimana kondisi kebersihannya, ada
tidaknya polusu dan yang membahayakan dari lingkungan rumah yang
mengancam kondisi sehat, yang selanjutnya adalah lingkungan pekerjaan di lihat
dari kebersihan, polusi, dan bahaya yang mengancam kondisi sehat.
8. Pola kebiasaan sehari- hari sebelum dan saat sakit:
Jabarkan pola kebiasaan sehari-hari dengan rinci meliputi pola sebelum dan saat
sakit.

1. Pola Pemenuhan Nutrisi & Cairan


 Pola Nutrisi
Kajilah pola pemenuhan nutrisi pasien meliputi asupan baik secara : oral,
enteral dan TPN kemudian frekwensi makan berapa x/hari, ceritakan
bagaimana nafsu makan pasien apakah baik atau kurang, jika kurang
jelaskan aklasannya, kaji diet apa yang di terima pasien sesuai dengan
penyakitnya, kaji makanan tambahan yang diberikan, kaji makanan apa
yang di sukai dan ada tidaknya alergi terhadap bahan makanan tertentu
ataupun pantangan, kaji kebiasaan makan pasien sebelum dan sesudah
makan, jumlah kalori/hari, kaji perubahan berat badan 3 bulan terakhir
apakah tetap, bertambah atau berkurang, jika “iya” berapa Kg, jelaskan
secara rinci.
Kaji MT= BB(Kg)
(TB)2
 Pola Cairan
Kaji bagaimana pola pemenuhan kebutuhan cairan pasien meliputi asupan
peroral, apa saja jenisnya, jumlah dan volume totalnya sama juga jika
pasien mendapat asupan enteral dan parenteral.
2. Pola Eliminasi
 Kaji bagaimana pola pemenuhan kebutuhan eliminasi pola buang air
kecil(BAK)
Meliputi (frekwensi perharinya, waktu, jumlah cc/hari, warna, bau,
keluhan yang berhubungan dengan BAK.
 Kaju pola BAB pasien meliputi frekwensi berapa kali/hari, waktu, warna,
bau, konsistensi, keluhan saat BAB, ada atau tidak peggunaan
laxative/obat pelancar untuk membantu proses defekasi.
3. Pola Personal Hygiene
Kaji kebiasaan mandi, oral hygiene, cucu rambut pengkajian meliputi frekwesi
dan waktunya dan kebersihannya.
4. Pola Istirahat & Tidur
Kaji kebutuhan pola istirahat & tidur pasien meliputi lama tidur dalam jam
perharinya siang dan malam hari, kebiasaan sebelum tidur/ penghatar tidur yang
biasa dilakukan pasien seperti minu obat tidur atau membaca buku.
5. Pola Aktivitas & Latihan
Pengkajian pola aktivitas & latihan meliputi jenis pekerjaan atau kegatan yang di
lakukan pasien .
6. Pola Kebiasaan yang mempengaruhi kesehatan
Kaji beberapa kebiasaan yang mempengaruhi kesehatan meliputi kebiasaan
merokok, minum minuman keras, dan ketergantungan obat.
3. Pengkajian Fisik ( Pengkajian Fokus)
a. PemeriksaanUmum
 Tekanandarah: 130/80mmHg, suhu: 35,9°C, nadi: 70x/menit , pernafasan
x/menit, TB/BB : cm & kg.
b. PemeriksaanFisikPersistem (SIstemneurologi):
Tingkat kesadaran :
Tingkat kesadaransecatakuantitatifdenganmenghitungskalaGlaslow Coma
Scale (GCS) : E : M: V:
Responmembukamata :
 Spontan 4
 Denganperintah 3
 Terhadapnyeri 2
 Takada 1
Respon verbal

 Orientasibaik 5
 Disorientasi 4
 Kata kata yang tidaktepat 3
 Suara yang tidakdapatdimengerti 2
 Tidakada 1
Responmotorik

 Mematuhiperintah 6
 Melokalisirnyeri 5
 Menariklengan (fleksi normal) 4
 Fleksi abnormal (kekakuandekortikasi 3
 Ekstensi abnormal ( kekuatandeserebrasi) 2
 Tidakadarespon 1Tingkat
kesadaransecarakuantitatif :composmentis, samnolen, stupor,
sampaidengankoma.
Fungsisarafselebral
Fungsiafektif :

Tingkahlaku/aktifitas :

Aktifitasmotoric :

Kebersihandiri :

Suasanahati :

Ekspresi yang tidakkonsistendengantingkahlaku :

Isi pokirwaham, halisinasi, arus piker, kebingungan :

Cara bicara :

Fungsikognitif :

orientasiterhadap orang, tempatdanwaktu :

kemampuanmengikutiperintah :

menghitung :

perhatiandankonsentrasi :

memutuskan :

memori (mengingat) :

Fungsiserebral yangspesifik

Integrasisensorik : visual agnosia, auditoriagnosia, taktilagnosia, spatial agnosia.

Integritas motoric (apraksia) :

Bagasa : aphasia (motoric, sensorik, global)

Fungsisarafkranial (N.1-XII)
Nervous olfaktorius (N.1) :
Nervous optikus (N.2) :

Nervous okulomotorius, troklearis, abdusen (N.3,4,6) :

Nervous trigeminus (N.5):

Nervous vasialis (N.7):

Nervous akustikus/vestibularis (N.8) :

Nervous glosovaringeus (N.9) :

Nervous hipoglosus (N.10) :

Tandatandapeningkatantekanan intracranial (PTIK)


Sakitkepalahebat :

Muntahproyektil :

Penurunantingkatkesadaran :

Papilla edema :

Perubahanpernafasan : perubahannadi :

Perubahantekanandarah : perubahan TD :

Fungsisaraf motoric :
Gaya berjalan :
Tonus otot :
Ukuranotot :

Kekuatanotot :

Fungsisarafsensorik :
Sarafsensorikperifer :

Raba/sentuhan :

Nyeri :

Suhu :
Rasa gatal/vibrasi :

Sensorikkortikal :

Stereognosis :

Two point discriminasi :

Graphestesia :

Reflekpatologis
ReflekBabinski :
Klonus :

Reflekfisiologi
reflek tendon bisep :
reflek tendon trisep :
reflek supinator :
reflek pronator :
reflek tendon lutut :
reflek tendon achiles :

Tandatandairitasi meningeal :
Kakukuduk :
Tandakering :
Brudzinsky’s1 :
Brudzinsky’s2 :
4. PEMERIKSAAN PENUNJANG
PemeriksaanDiagnostik :
1. X – ray :
2. EKG :
3. CT Scan :
4. Lain lain :
PemeriksaanLaboratorium :
Darah :
Urine :
CSS :
Lain lain :
PENATALAKSANAAN :
a. Penatalaksanaanmedis (therapy obat, operatifdan lain lain)
b. Penatalaksanaankeperawatan (saatpengkajian)

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN SESUAI DENGAN PRIORITAS


Diagnosa Keperawatan yang muncul pada pasien herpes adalah :
1. Nyeri b/d inflamasi jaringan
2. Resiko infeksi b/d pemajanan melalui kontak ( kontak langsung & tidak langsung)
3. Kerusakan Integritas Kulit b/d penurunan imunologis
4. Gangguan citra tubuh b/d perubahan penampilan, sekunder akibat penyakit herpes
simpleks

C. RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN


NamaPasie :
Dx. Medis :
Ruang :

No DX NOC NIC
1 Nyeri b/d  Pain level Pain Management
inflamasi  Pain control  Lakukan pengkajian
jaringan  Comfort level nyeri secara
      Kriteria Hasil : komprehensif ( lokasi,
- Mampu mengontrol karakteristik, durasi,
nyeri (tahu penyebab frekuensi,kualitas dan
nyeri, mampu faktor pesipitasi)
menggunakan teknik  Observasi reaksi non
nonfarmakologi untuk verbal dari
mengurangi nyeri, ketidaknyamanan
mencari bantuan)  Gunakan teknik
- Melaporkan bahwa komunikasi teraipetik
nyeri berkurang untuk mengetahui
dengan menggunakan pengalaman nyeri klien
manajemen nyeri  Kontrol lingkungan yang
- Mampu mengenali dapat mempengaruhi
nyeri ( skala nyeri seperti suhu
intensitas, frekuensi, ruangan, pencahayaan,
dan tanda nyeri) kebisingan
- Menyatakan rasa  Ajarkantentang
nyaman setelah nyeri teknik pernafasan /
berkurang relaksasi
 Berikan analgetik untuk
menguranggi nyeri
 Evaluasi keefektifan
kontrol nyeri
 Anjurkan klien untuk
beristirahat
 Kolaborasi dengan
dokter jika keluhan dan
tindakan nyeri tidak
berhasil
2 Resiko  Immune Status Infection Control
infeksi b/d  Knowledge : infection  Bersihkan lingkungan
pemajanan control setelah dipakai pasien
melalui  Risk control lain
kontak  Pertahankan teknik
( kontak Kriteria Hasil : isolasi
langsung & - Klien bebas dari tanda  Batasi pengunjung bila
tidak dan gejala infeksi perlu
langsung) - Mendeskripsikan  Instruksikan pengunjung
proses penularan untuk mencuci tangan
penyakit, faktor yang saat berkunjung dan
mempengaruhi setelah berkunjung
penularan serta meninggalkan pasien
pelaksanaannya  Gunakan sabun anti
- Menunjukkan mikroba untuk cuci
kemampuan untuk tangan
mencegah timbulnya  Cuci tangan sebelum dan
infeksi sesudah tindakan
- Jumlah leukosit dalam keperawatan
batas normal
 Gunakan baju, sarug
- Menunjukkan perilaku
tangan sebagai pelindung
hidup sehat
  Berikan terapi antibiotic
bila perlu

Infection Protection
 Monitor tanda dan gejala
infeksi iskemik dan local
 Monitor kerentanan
terhadap infeksi
 Berikan perawatan kulit
pada area epidema
 Inspeksi kulit dan
membrane mukosa
terhadap kemerahan,
panas, drainase
struksikan pasien untuk minum
antibiotic sesuai resep

3 Kerusakan  Tissue Integrity : Skin Pressure Management


integritas and Mocous Membranes  Anjurkan pasien
kulit b/d  Hemodyalisis akses menggunakan pakaian
perubahan yang longgar
imunologis Kriteria Hasil :  Hindari kerutan pada
- Integritas kulit yang tempat tidur
baik bisa  Jaga kebersihan kulit
dipertahankan agar tetap bersih dan
(sensasi, elastisitas, tetap kering
temperature, hidrasi,  Mobilisasi pasien
pigmentasi)  Monitor kulit akan
-  Tidak ada luka / lesi adanya kemerahan
pada kulit   Mandikan pasien dengan
- Perfusi jaringan baik sabun dan air hangat
- Menunjukkan
pemahaman dalam
proses perbaikan kulit
dan mencegah
terjadinya sedera
berulang
- Mampu melindungi
kulit dan
mempertahankan
kelembaban kulit dan
perawatan alami
4 Gangguan  Body image Body image enchancement
citra tubuh  Self esteem  Kaji secara verbal dan
b/d non verbal respon klien
perubahan Kriteria Hasil : terhadap tubuhnya
penampilan, - Body image positif  Monitor frekuensi
sekunder - Mampu mengkritik dirinya
akibat mengidentifikasi  Jelaskan tentang
penyakit kekuatan personal pengobatan, perawatan,
herpes - Mendeskripsikan kemajuan, dan prognosis
simpleks secara factual penyakit
perubahan fungsi  Dorong klien
tubuh mengungkapkan
- Mempertahankan perasaannya
interaksi sosial  Fasilitasi kontak dengan
individu lain dalam
kelompok kecil

Anda mungkin juga menyukai