Anda di halaman 1dari 14

Resume Instrumentasi Teknik

Total Abdominal Hysterectomy (TAH) dan Salfingo Oofaringektomy Dekstra (SOD)


Pada Pasien Dengan Gravida Mola Infasif
Di Ok 5 (Bedah Obgyn)

OLEH:
DIAN AGUS M.

INSTALASI BEDAH SENTRAL


RUMAH SAKIT SAIFUL ANWAR MALANG
2015
Resume Instrumentasi Teknik
Total Abdominal Hysterectomy (TAH) dan Salfingo Oofaringektomy Dekstra (SOD)
Pada Pasien Dengan Gravida Mola Infasif

I. Definisi
Histerektomi adalah pengangkatan uterus dengan cara pembedahan (Hickey &
Lumsden, 2000). Histerektomi adalah salah satu tindakan pembedahan tersering di area
ginekologi dan merupakan tindakan pembedahan besar tersering di Amerika Serikat (Rock
& Jones III, 2008).
Histerektomi adalah suatu prosedur pembedahan mangangkat rahim yang dilakukan
oleh ahli kandungan .dikatakan histerektomi total jika prosedir pembedahan mengangkat
seluruh rahim termasuk servik/mulut rahim,korpus dan fundus uteri. Dikatakan histerektomi
parsial jika prosedur pembedahan mengangkat Rahim,tetapi meninggalkan servik uteri atau
mulut rahim. Dalam prosedur pembedahan tersebut dapat dikerjakan juga pengangkatan
ovarium dan tuba fallopi

II. Jenis - Jenis Histerektomi


a. Histerektomi subtotal (parsial). Pada tingkatan histerektomi ini yang diangkat hanya
rahim saja, sedangkan serviks (mulut rahim), tuba falopi (saluran yang menghubungkan
rahim dengan ovarium), dan ovarium dibiarkan apa adanya. Dengan operasi yang
demikian ini, si wanita masih bisa mengalami kanker mulut rahim, karena itu perlu
pemeriksaan rutin terhadap leher rahim.
b. Histerektomi total. Tingkatan histerektomi ini mengharuskan pengangkatan rahim dan
mulut rahim, sedangkan tuba falopi dan ovarium tidak diangkat.
c. Histerektomi total dan salpingo-ooforektomi bilateral. Pada tingkatan histerektomi ini
rahim, serviks, tuba falopi, dan ovarium diangkat.
d. Histerektomi radikal. Tingkatan histerektomi ini mengangkat rahim, kelenjar limfe
(getah bening) di sekitar rahim dan uterus, serviks, bagian atas vagina, dan sedikit
jaringan lunak dari dalam panggul.

III. Indikasi

 Fibroids (tumor jinak yang tumbuh di dalam dinding otot rahim)


 Kanker serviks, rahim atau ovarium
 Endometriosis, kondisi berupa pertumbuhan sel endometrium di bagian lain dari rahim
 Adenomyosis, kelainan di mana sel endometrium tumbuh hingga ke dalam dinding
rahim (sering juga disebut endometriosis interna)
 Prolapsis uterus, kondisi di mana rahim turun ke vagina karena ligamen yang kendur
atau kerusakan pada otot panggul bawah
 Inflamasi Pelvis karena infeksi

IV. Macam – macam operasi Histerektomi


1. Histerektomi abdominal, dimana pengangkatan kandungan dilakukan melalui irisan
pada perut, baik irisan vertikal maupun horisontal (Pfanenstiel). Keuntungan teknik ini
adalah dokter yang melakukan operasi dapat melihat dengan leluasa uterus dan jaringan
sekitarnya dan mempunyai cukup ruang untuk melakukan pengangkatan uterus. Cara
ini biasanya dilakukan pada mioma yang berukuran besar atau terdapat kanker pada
uterus. Kekurangannya, teknik ini biasanya menimbulkan rasa nyeri yang lebih berat,
menyebabkan masa pemulihan yang lebih panjang, serta menimbulkan jaringan parut
yang lebih banyak.
2. Histerektomi vaginal, dilakukan melalui irisan kecil pada bagian atas vagina. Melalui
irisan tersebut, uterus (dan mulut rahim) dipisahkan dari jaringan dan pembuluh darah
di sekitarnya kemudian dikeluarkan melalui vagina. Prosedur ini biasanya digunakan
pada  prolapsus uteri. Kelebihan tindakan ini adalah kesembuhan lebih cepat, sedikit
nyeri, dan tidak ada jaringan parut yang tampak.
3. Histerektomi laparoskopi. Teknik ini ada dua macam yaitu histeroktomi vagina yang
dibantu laparoskop (laparoscopically assisted vaginal hysterectomy, LAVH) dan
histerektomi supraservikal laparoskopi (laparoscopic supracervical hysterectomy,
LSH). LAVH mirip dengan histerektomi vagnal, hanya saja dibantu oleh laparoskop
yang dimasukkan melalui irisan kecil di perut untuk melihat uterus dan jaringan
sekitarnya serta untuk membebaskan uterus dari jaringan sekitarnya. LSH tidak
menggunakan irisan pada bagian atas vagina, tetapi hanya irisan pada perut. Melalui
irisan tersebut laparoskop dimasukkan. Uterus kemudian dipotong-potong menjadi
bagian kecil agar dapat keluar melalui lubang laparoskop. Kedua teknik ini hanya
menimbulkan sedikit nyeri, pemulihan yang lebih cepat, serta sedikit jaringan parut.

V. Teknik Histerektomi Abdominal

Total abdominal histerektomi adalah pengangkatan uterus dan cerviks tanpa


ovarium dan tuba fallopi, jenis ini dilakukan pada kasus karcinoma ovarium dan uterus,
endomtriosis, mioma uteri yang besar, kasus kasus nyeri panggul serta kegagalan terapi
medikamentosa, tehnik ini paling banyak dilakukan. Dibanding dengan metode lainnya,
histerektomi abdominal lebih mudah dan luas melihat medan operasi, tetapi berkaitan
dengan periode infeksi dan demam yang lebih lama, masa mondok yang lebih lama, serta
kehilangan darah yang lebih banyak. Selain itu infeksi luka operasi pada dinding abdomen
juga lebih besar (Johnson, et al., 2008; Pranoto, 2006). Histerektomi abdominal memiliki
risiko ileus yang lebih tinggi secara signifikan dibandingkan dengan pendekatan
histerektomi yang lain. Cidera usus dan emboli paru terjadi sekitar 1% sedangkan pada
histerektomi vaginal hal tersebut tidak pernah terjadi (Harmanli, 2004). Pada teknik
total abdominal histerektomi ini dilakukan dengan membuat sayatan melintang dibuat
melalui dinding perut, biasanya diatas tulang kemaluan, dekat dengan garis rambut atas
individu panggul lebih rendah mirip seperti yang dilakukan pada operasi sesar. Teknik
total abdominal histerektomi ini memungkinkan memberikan akses terbesar bagi dokter
bedah untuk mengetahui struktur reproduksi pasien dan biasanya dilakukan penghapusan
saluran reproduksi. Waktu pemulihan untuk total abdominal histerektomi adalah 4-6
minggu dan kadang-kadang bisa lebih lama karena kebutuhan proses untuk menembus
dinding perut. Secara historis, masalah terbesar dengan teknik ini adalah infeksi, tetapi
pada teknik ini sorang dokter dapat mengeksplorasi rongga perut dan melakukan operasi
yang rumit (komplikasi).
VI. Mola Hidatidosa
a. Pengertian
Mola hidatidosa atau hamil anggur kehamilan abnormal berupa tumor jinak
yang terbentuk akibat kegagalan pembentukan janin. Bakal janin tersebut dikenal
dengan istilah mola hidatidosa. Istilah hamil anggur digunakan karena bentuk bakal
janin tersebut mirip dengan gerombolan buah anggur.
Mola hidatidosa juga dapat didefinisikan sebagai penyakit yang berasal dari
kelainan pertumbuhan calon plasenta (trofoblas plasenta) dn disertai dengan
degenerasi kistik villi serta perubahan hidropik. Trofoblas adalah sel pada bagian
tepi ovum (sel telur) yang telah dibuahi dan nantinya akan melekat di dinding rahim
hingga berkembang menjadi plasenta serta membran yang member makan hasil
pembuahan

b. Etiologi
Penyebab penyakit ini belum diketahui pasti, namun dapat terjadi karena :
1. Tidak ada buah kehamilan (agenesis) atau ada perubahan (degenerasi) system
aliran darah terhadap buah kehamilan, pada usia kehamilan 3 – 4 minggu
2. Aliran darah yang terus berlangsung tanpa bakal janin, sehingga terjadi
peningkatan produksi cairan sel trofoblas
3. Kelainan substansi kromosom
4. Kekurangan gizi

c. Tanda dan Gejala


Pada mulanya gejala mola hidatidosa atau hamil anggur mirip dengan gejala
kehamilan normal, seperti terlambat haid, mual, tes kehamilan positif, dan muntah.
Namun pada penderita hamil anggur, gejala awal tersebut diawali dengan lebih
berat. Tanda – tanda lainnya adalah tidak ada gerakan janin, rahim lebih besar dari
umur kehamilan, dan keluar gelembung cairan mirip buah anggur bersamaan
dengan perdarahan.

d. Klasifikasi
1. Mola hidatidosa lengkap
Mola hidatidosa lengkap apabila villi hidropik, tidak ada janin dan membran,
kromosom maternal haploid dan paternal 2 haploid
2. Mola hidatidosa parsial
Mola hidatidosa parsial apabila janin tidak teridentifikasi, campuran villi
hidropik dan normal, kromosom paternal diploid
3. Mola hidatidosa invasif
Mola hidatidosa invasive apabila korioadenoma destruen, menginvasi
miometrium, terdiagnosis 6 bulan pasca evakuasi mola

e. Pemeriksaan dan Pengobatan


Pemeriksaan terhadap penyakit iniapat dilakukan dengan HCG (human
chorionic gonadotrophin) urin atau serum untuk pemeriksaan kehamilan, USG, dan
uji sonde. Untuk wanita yang masih ingin punya anak, pengobatan dapat dilakukan
dengan membersihkan rahim (kuret). Sedangkan untuk wanita yang tidak ingin
punya anak lagi, pengobatan dapat dilakukan dengan pengangkatan rahim.

VII. Tujuan Instrumentasi


1. Untuk mengatur alat secara sistematis dimeja instrument/mayo
2. Memperlancar handling instrument
3. Mempertahankan kesterilan alat – alat instrument selama operasi berlangsung

VIII. Persiapan:
a. Ruangan
1. Menata ruangan dan mengatur penempatan kursi, mesin couter, mesin suction,
meja instrumen, troley waskom, meja mayo.
2. Memastikan mesin suction, dan mesin yang lain dalam keadaan baik.
3. Menyiapkan bahan habis pakai.
4. Memberi alas perlak, linen dan upad pada meja operasi.

b. Pasien
1. Persetujuan tindakan operasi
2. Pasien diposisikan supinasi.
3. Pasien dilakukan spinal anastesia.
4. Menanggalkan semua perhiasan yang digunakan pasien (bila ada)
5. Persiapan psikologis pasien.

c. Alat
 Alat non steril
1. Meja operasi : 1 buah
2. Lampu operasi : 2 buah
3. Mesin suction : 1 buah
4. Troli waskom : 2 buah
5. Standart infus : 1 buah
6. Mesin ESU : 1 buah
7. Meja mayo : 1 buah
8. Meja instrument : 1 buah
9. Tempat sampah medis : 2 buah
10. Gunting verban : 1 buah
11. Deken duk : 1 buah
12. Alas tangan pasien : 2 buah

 Alat Steril
a. Instrumen Dasar
1. Desinfeksi klem 1 buah
2. Duk klem 5 buah
3. Pincet chirrurgie 2 buah
4. Pincet anatomis / manis 2 / 1 buah
5. Hand Vat Mess No 4 1 buah
6. Mosquito klem 1 buah
7. Klem manis 1 buah
8. Klem kocker bengkok 2 buah
9. Klem pean bengkok kecil 2 buah
10. Klem pean bengkok panjang 4 buah
11. Gunting kasar bengkok 1 buah
12. Gunting metzenbaum 1 buah
13. Gunting benang lurus 1 buah
14. Naldfoerder. 2 buah
15. Peritoneum klem 4 buah
16. Langenbeck 1 buah

b. Instrumen Tambahan

1. Ring tang / uterus klem 2 buah


2. Timan besar 1 buah
3. Klem hysterectomy bengkok / lurus 2 / 2 buah
4. Hak laparatomy (Ridchacson) 1 buah
5. Klem 900 2 buah
6. Spatel lidah 1 buah
7. Canule suction 1 buah

c. Alat Penunjang
1. Waskom Besar 1 buah
2. Kom besar / cucing 1/1 buah
3. Slang suction 1 buah
4. Handpeace ESU 1 buah
5. Bengkok 2 buah

d. Set Linen

1. Sarung meja mayo 1 buah


2. Duk besar (panjang) 4 buah
3. Duk kecil 4 buah
4. Duk tanggung (tebal) 3 buah
5. Baju operasi 6 buah
6. Handuk tangan 5 buah

e. Bahan Habis Pakai


 Persiapan Kasa
1. Kasa kecil 30 buah
2. Kasa deppers 10 buah
3. Kasa besar 5 buah

 Persiapan Benang
1. T-vio Plain no. 1 1 buah
2. T-vio Silk no. 1 1 buah
3. T-vio Vicril no. 0 3 buah
4. T-vio Vicril no. 1 1 buah
5. Monocyn 3 – 0 1 buah

 Persiapan lain – Lain


1. Mess No 22 1 buah
2. Hand Scoon Steril 5 pasang
3. Spuit 10 cc 1 buah
4. NS. 0,9 % 1L 1 liter
5. Sofratule 1 buah
6. Hypafix (10 x 20 Cm ) 1 buah
7. Betadine 10 % 100 cc
8. Alkohol 10 cc
9. Spongostan 1 buah
10. Folley Chateter no 16 1 buah
11. Uro bag 1 buah
12. Under pad steril 3 buah
13. Under pad tidak steril 1 buah

IX. TEHNIK INSTRUMENT


1. Pasien datang, cek kelengkapan pasien.
2. Sign In
 Konfirmasi identitas pasien.
 Konfirmasi apakah pasien sudah tahu dengan tindakan yang akan dilakukan.
 Ada persetujuan tindakan kedokteran dan sudah di tandatangannya.
 Penandaan lokasi operasi.
 Tanyakan pada pasien apakah ada riwayat alergi obat dan makanan.
 Tanyakan pada perawatan asthesi apakah mesinanasthesi dan pulse oksimetri
berfungsi dengan baik.
 Tanyakan juga persiapan obat-obat anasthesi dan factor penyulit.
 Tanyakan kepada operator mengenai resiko perdarahan
3. Menulis identitas pasien di buku register dan buku kegiatan.
4. Bantu memindahkan pasien ke meja operasi yang sudah diberi under pad on di
bawah area operasi pasien.
5. Atur posisi pasien supine
6. Setelah dilakukan pembiusan SAB, pasang folley catheter no 16 beserta urobag lalu
fiksasi dengan cairan aquadest dalam spuit 10cc
7. Perawat sirkuler memasang plat diathermy pada kaki pasien
8. Perawat instrument melakukan scrabing, gowning, dan gloving
9. Memakaikan baju operasi dan handscoon steril kepada operator dan asisten operator
yang telah scrabing bedah.
10. Perawat sirkuler membersihkan area operasi dengan cairan antiseptic lalu
dikeringkan dengan duk steril
11. Berikan desinfeksik lem, betadine dalam cucing dan depers kepada asisten/operator
untuk desinfeksi area operasi.
12. Pasang under pad steril dibawah area insisi.
13. Drapping dengan duk sedang untuk bagian bawah dan atas sedangkan duk panjang
untuk bagian samping kiri dan kanan difiksasi dengan duk klem4penjuru, dan duk
kecil diatas simpisis.
14. Pasang selang suction dan handpiece ESU dan difiksasi dengan duk klem, cek
fungsi kelayakan alat.
Time Out
 Konfirmasi nama pasien, umur, ruangan atau bangsal, diagnosa, jenis tindakan,
tim operasi, antibiotic proflaksis, lama operasi dan antisipasi kejadian diluar
rencana tindakan
 Konfirmasi perhatian khusus pada anestesi
 Konfirmasi kesterilan instrument, perhatian khusus pada instrument dan jumlah
istrumen (39), kassa (30), deppers (10), big kassa (5).
 Konfirmasi apakah butuh pemeriksaan radiologi
15. Berikan pincet chirrurgis kepada operator untuk menandai dan cek reaksi anestesi
(tes pain) di area insisi.
16. Berikan hand vat mess dan mess no 22 kepada operator untuk melakukan insisi
pada daerah yang sudah ditandai
17. Berikan pinset chirurgis dan kassa kering kepada asiten untuk rawat perdarahan
dengan couter
18. Perdalam insisi hingga tampak fasia, dan facia sedikit diinsisi + 2 cm
19. Fasia dijepit dengan pincet chirrurgie dan berikan gunting kasar kepada operator
untuk memperlebar area operasi.
20. Berikan langenbeck kepada asisten untuk membantu operator membuka lapangan
operasi
21. Kemudian otot dibuka secara tumpul dengan bokong pinset hingga tampak
peritonium
22. Berikan dobel pincet anatomi dan gunting metzenbaum kepada operator untuk
membuka peritonium.
23. Setelah peritoneum terbuka, operator melakukan eksplorasi dan didapatkan :
a. Uterus : tampak membesar dengan diameter + 10 cm
b. Ovarium (d) : bentuk normal, namun kesannya keras dan tidak sehat
c. Tuba (d) : normal
d. Ovarium (s) : normal
e. Tuba (s) : normal
f. Tidak ada perlengketan dengan jaringan sekitar
g. Operatoe memutuskan untuk melakukan tindakan Total Abdominal
Histerektomy (TAH) dan Salpingo Oofarektomy Dekstra (SOD)
24. Berikan hak laparatomi (Richardson) kepada asisten untuk memperluas lapang
pandang operasi
25. Berikan operator kassa besar lembab untuk menyingkirkan atau mengamankan usus.
26. Berikan dua klem panjang pada operator untuk menjepit ligamentum rotundum dan
berikan handpiece ESU untuk memotong rotundum. Lakukan hal yang sama pada
contra lateral.
27. Operator melakukan bleder flap berikan metzemboum dan pinset sirurgis pada
operator dan pinset anatomis pada asisten.
28. Operator membuka ruang pada vesika, disusuri kearah bawah vesika urinaria
dengan menggunakan venster/ring klem berisi still deppers
29. Operator melakukan tunnel avaskuler diatas ligamentum infendibulum pelvica,
berikan dua klem panjang untuk menjepit ligamentum provium dan tuba falopi,
setelah itu berikan gunting kasar untuk memoting jaringan tersebut. (untuk bagian
kanan dilakukan salpingo ooforektomy)
30. Berikan naldfoeder berisi T-vio vicril 0 kepada operator untuk melakukan jahitan
pada sisi yang ditinggal, serta berikan T-vio silk 1 untuk jahitan pada sisi yang
dibuang lakukan serupa pada sisi kontralateral.
31. Berikan 2 buah klem histerectomi bengkok kepada operator untuk menjepit vasa
uterine/arteri uterina lalu dipotong dengan gunting kasar diantara 2 klem.
32. Berikan naldfoeder serta vicril 0 kepada operator untuk ligasi jaringan dan silk 1
untuk jahitan pada isi yang dibuang, lakukan hal yang sama pada sisi kontra lateral.
33. Berikan 2 buah klem histerektomy untuk menjepit ligamentum sacrocervicalis dan
pubocervicalis sampai setinggi portio lalu dipotong diantara 2 klem dengan gunting
kasar,
34. Berikan naldfoeder serta vicril 0 untuk ligasi jaringan dan silk 1 untuk jahitan pada
isi yang dibuang .
35. Berikan gunting kasar pada operator untuk melakukan pemotongan dibawah portio.
(antara porsio dan vagina)
36. Tampak stoma vagina, berikan klem kockher kepada asisten dan operator untuk
menjepit tepi stoma agar tidak retraksi kebawah.
37. Berikan kassa alcohol dan pincet anatomi kepada operator untuk desinfeksi liang
vagina.
38. Berikan naldfoeder berisi vicril 0 dan pincet chirrurgis kepada operator untuk
menjahit sudut kanan dan kiri pada stoma vagina dilanjutkan dengan menutup stoma
dengan jahitan veston.
39. Berikan klem pean bengkok dan gunting benang kepada asisten
40. Evaluasi dan rawat perdarahan berikan pinset cantik, couter dan stel depres pastikan
tidak ada perdarahan aktif.
41. Kassa besar dikeluarkan dari rongga peritoneum dan pastikan tidak ada yang
tertinggal. (inventarisasi kassa dan alat).
42. Berikan empat peritonium klem kepada operator untuk menjepit empat penjuru
peritonium.
43. Berikan NS 0,9% dan steel deppers kepada operator untuk mencuci peritoneum
44. Berikan suction kepada asisten untuk menghisap cairan di rongga peritonium.
45. Berikan spongostan dan pincet anatomi kepada operator untuk diletakkan distoma
vagina yang dipotong.
Sign out
 Mencocokan jenis tindakan
 Kecocokan jumlah instrument (39), kassa (30), deppers (10), kassa besar (5),
jarum sebelum dan sesudah operasi
 Label pada specimen (jika ada)
 Permasalahan pada alat – alat yang digunakan
 Serta perhatian khusus pada saat di RR.
46. Berikan naldfoeder serta plain 1 round dan pinset anatomi kepada operator untuk
menjahit peritoneum dilanjutkan hingga otot
47. Berikan klem pean bengkok, spatel lidah dan gunting benang kepada asisten serta
kassa kering
48. Berikan klem kocher kepada operator dan langenbeck kepada asisten untuk fiksasi
sudut fasia
49. Berikan naldfoeder serta vicril 1 round dengan pinset chirurgis kepada operator
untuk menjahit sudut facia, lalu jahitan dilanjutkan disudut facia lainnya dengan
jahitan veston
50. Berikan klem pean bengkok dan gunting benang serta kassa kering kepada asisten
51. Berikan kassa basah kepada operator untuk mencuci lapangan operasi lalu
dikeringkan dengan kassa kering
52. Facia tertutup rapat, berikan naldfoeder serta plain 1 dengan pinset chirurgis kepada
operator untuk menjahit lemak.
53. Berikan naldfoeder serta monosyn 3-0 cutting dengan pinset sirurgis kepada
operator untuk menjahit kulitsecara subkutikuler.
54. Luka operasi dibersihkan dengan kasa basah lalu keringkan dengan kasa kering
55. Berikan sufratule dan tutup dengan kasa kering dan hypafix.
56. Pasien diposisikan litotomi, asisten operasi mengambil kasa di liang vagina.
57. Cek kelengkapan alat dan penggunaan depo farmasi
58. Lakukan dekontaminasi dengan merendam instrument dilarutan enzimatik deterjen
selama 15 menit
59. Kemudian disikat dan dicuci dengan air mengalir dan keringkan
60. Instrumen di set seperti semula dan siap untuk di sterilkan kembali
61. Operasi selesai
62. Rapikan dan bersihkan lingkungan.

Malang, 17 November 2015


Pembimbing OK 4

( Khusnul Hidayati, SST )

DAFTAR PUSTAKA
Anonimus, 2010. www.tempo.co.id.internet
Sjamjuhidayat&Wim de jong,. 2005. Buku Ajar IlmuBedah.Edisi 2. Jakarta: EGC.
(www. Infomedika. htm, 2004).

Anda mungkin juga menyukai