Kelenjar parotis adalah bagian dari kelenjar air liur dan merupakan kelenjar
air liur terbesar yang letaknya berada di bagian dalam dan depan telinga. Kelenjar liur
atau kelenjar saliva adalah kelenjar yang menyekresikan cairan saliva, terbagi
menjadi dua golongan, yaitu mayor dan minor. Kelenjar saliva mayor terdapat tiga
pasang, yaitu kelenjar parotis, kelenjar submandibular, dan kelenjar sublingual.
Kelenjar parotis merupakan kelenjar liur utama yang terbesar dan menempati ruangan
didepan prosesus mastoid dan liang telinga luar.
Tumor parotis adalah tumor jinak rongga mulut yang timbul dari kelenjer
saliva minor atau mayor biasanya timbul pada kelenjer parotis submaksila dan
sublingual. Sel-sel pada tumor inti masih memiliki fungsi yang sama dengan asalnya.
(Arif mansoer, 2009).
Tumor parotis adalah tumor yang menyerang kelenjar liur parotis. Dari tiap 5
tumor kelenjar liur, 4 terlokalisasi di glandula parotis, 1 berasal dari kelenjar liur kecil
atau submandibularis dan 30 % adalah maligna. Disebutkan bahwa adanya perbedaan
geografik dan suku bangsa: pada orang Eskimo tumor ini lebih sering ditemukan,
penyebabnya tidak diketahui. Sinar yang mengionisasi diduga sebagai faktor etiologi.
2. ETIOLOGI
1) Genetik
Resiko kanker / tumor yang paling besar diketahui ketika ada kerabat utama
dari pasien dengan kanker / tumor diturunkan dominan autososom. Onkogen
merupakan segmen dna yang menyebabkan sel meningkatkan atau menurunkan
produk produk penting yang berkaitan dengan pertumbuhan dan difesiensi sel
.akibatnya sel memperlihatkan pertumbuhan dan penyebaran yang tidak terkendali
semua sifat sieat kanker fragmen fragmen genetic ini dapat merupakan bagian dari
virus virus tumor.
2) Idiopatik
Idiopatik adalah jenis yang paling sering dijumpai. Siklus ulserasi yang sangat
nyeri dan penyembuhan spontan dapat terjadi beberapa kali disdalam setahun. Infeksi
virus, defisiensi nutrisi, dan stress emosional, adalah factor etiologik yang umum.
3) Faktor Imunologis
3. MANIFESTASI KLINIS
a. Gejala
b. Tanda
Pada tumor benigna benjolan bisa digerakkan, soliter, dan keras. Namun, pada
pemeriksaan tumor maligna diperoleh benjolan yang terfiksasi , konsistensi keras,
dan cepat bertambah besar.
4. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Foto Polos
Foto polos sekarang jarang digunakan untuk mengevaluasi glandula salivatorius
mayor. Foto polos paling baik untuk mendeteksi adanya radioopaque ada
sialolithiasis, kalsifikasi, dan penyakit gigi. Foto madibula AP/Eisler, dikerjakan
bila tumor melekat tulang. Sialografi, dibuat bila ada diagnosa banding kista
parotis / submandibula. Foto toraks terkadang dilakukan untuk mencari metastase
jauh. Meskipun foto polos dapat diperoleh secara cepat dan relatif murah, namun
memiliki keterbatasan nilai klinis karena hanya dapat mengidentifikasi kalsifikasi
gigi. Sialolit atau kalsifkasi soft tissue lebih mudah diidentifikasi lebih mudah
diidentifikasi menggunakan USG dan CT Scan.8
USG
USG pada pemeriksaan penunjang berguna untuk evaluasi kelainan vaskuler dan
pembesaran jaringan lunak dari leher dan wajah, termasuk kelenjar saliva dan
kelenjar limfe. Cara ini ideal untuk membedakan massa yang padat dan kistik.
Kerugian USG pada daerah kepala dan leher adalah penggunaannya terbatas
hanya pada struktur superficial karena tulang akan mengabsopsi gelombang suara.
CT Scan
Gambaran CT tumor parotis adalah suatu penampang yang tajam dan pada
dasarnya mengelilingi lesi homogen yang mempunyai suatu kepadatan yang lebih
tinggi dibanding glandular tisssue. Tumor mempunyai intensitas yang lebih besar
ke area terang (intermediate brightness. Foci dengan intensitas signal rendah (area
gelap/radiolusen) biasanya menunjukkan area fibrosis atau kalsifikasi distropik.
Kalsifikasi ditunjukkan dengan tanda kosong (signal void) pada neoplasma
parotid sebagai tanda diagnosa.7
Pemeriksaan radiografi CT dan MRI berguna untuk membantu
menegakkan diagnosa pada penderita tumor parotid. Dengan CTI, deteksi tumor
77% pada bidang aksial dan 90% pada bidang aksial dengan CE CT.
Pemeriksaan Tumor parotis dengan CTI oleh radiolog untuk mengetahui
lokasi dan besar tumor, deteksi lesi, batas tumor, batas lesi, aspek lesi, kontras
antara lesi dengan jaringan sekitarnya, gambaran intensitas dari lesi, keberhasilan
pemakaian medium kontras, aspek lesi setelah injeksi medium kontras, deteksi
kapsul nya dan resorpsi tulang yang terjadi di sekitar lesi tersebut.8
Deteksi lesi dapat diklasifikasikan menjadi positif atau negatif. Pinggir lesi
dapat diklasifikasikan menjadi kurang jelas atau semuanya jelas. Batas lesi dapat
diklasifikasikan menjadi halus atau berlobus. Aspek lesi dapat diklasifikasikan
menjadi homogen atau tidak homogen. Kontras antara lesi dengan jaringan
sekitarnya dapat diklasifikasikan menjadi tinggi atau rendah. Gambaran intensitas
dari lesi dengan otot disebelah lesi diklasifikasikan kedalam empat kelompok:
tinggi, intrermediet, rendah, atau gabungan tinggi dengan rendah. Aspek lesi
terhadap injeksi medium kontras diklasifikasikan menjadi homogen, tidak
homogen dan perifer. Deteksi kapsulnya dan resorpsi tulang diklasifikasikan
menjadi positif atau negatif.8
MRI
Pemeriksaan MRI bisa membantu untuk membedakan massa parotis yang bersifat
benigna atau maligna. Pada massa parotis benigna, lesi biasanya memiliki tepi
yang halus dengan garis kapsul yang kaku. Namun demikian, pada lesi malignansi
dengan grade rendah terkadang mempunyai pseudokapsul dan memiliki gambaran
radiografi seperti lesi benigna.Lesi malignansi dengan grade tinggi memiliki tepi
dengan gambaran infiltrasi.
5. PENATALAKSANAAN
1) Penatalaksanaan medis
Penatalaksanaan medis untuk tumor parotis yaitu dengan tindakan ekstervasi
(pengangkatan) glandula submandibularis dan glandula sublingualis :
a. Tumor – tumor jinak : Eksis local yang luas dari seluruh kelenjer ludah
dengan sebagian daerah sekitarnya.
b. Tumor-tumor ganas : Disseksi kelenjer leher “en- bloc” dan eksisi luas
kedua kelenjer ludah, radioterapi. Massa tersendiri pada kelenjer saliva harus
dipertimbangkan sebagai suatu kemungkinan keganasan. Riwayat dan
pemeriksaan fisik memberikan tanda-tanda penting apakah suatu lesi kelenjer
saliva adalah keganasan. Resolusi lengkap dan trial terapeutik adekuat.
Aspirasi jarum halus dapat membantu untuk merencanakan bedah eksisi.
MRI memberikan informasi anatomi paling baik tentang ukuran tumor dan
penetrasi. Sialografi, atau injeksi bahan kontras ke dalam duktus stenson atau
Wharton, berguna untuk memperlihatkan perbedaan perubahan stenotik
kronis pada lesi-lesi limfoepitelial dari penyumbatan karena batu. 80% batu
kelenjer submandibular adalah radioopak. (Schwartz, 2000)
6. KOMPLIKASI
Komplikasi pasca operasi parotis
Sindrom Frey
Kelumpuhan saraf fasialis.
Fistula kelenjar liur.
2. Pola aktifitas-latihan
Klien mengeluhkan adanya kelemahan dan keletihan. Pada aktifitas ini
biasanya yang perlu diketahui adalah masalah, makan, minum, bak, bab,
personal hygine, istirahat dan tidur. Biasanya pada klien dengan tumor parotis
tidak terjadi keluhan pada saat beraktifitas karena kien tidak ada mengeluhkan
nyeri sebelum dilakukan operasi.
3. Pola Eliminasi
Biasanya pasien tidak terlalu mengalami masalah pada eliminasinya baik
BAB ataupun BAK.
4. Pola Nutrisi-Metabolik
Kebiasaan diet buruk (rendah serat, tinggi lemak, aditif bahan pengawet).
Anoreksia, mual/muntah.
d. Pemeriksaan Fisik
a) Keadaan Umum
Kaji bagaimana tingkat kesadaran klien.
Tingkat kesadaran berdasarkan GCS dengan kriteria :
Compos mentis
Somnolen
Stupor
Apatis
b) Pemeriksaan tanda-tanda vital
Tekanan darah, nadi, pernafasan, suhu
c) Pemeriksaan head to toe
1. Kepala : bagaimana bentuk kepala pasien, adanya oedema atau tidak, ada lesi
atau tidak, warna rambut, bentuk rambut, bersih atau tidak.
2. Wajah : Ada kemerahan atau tidak, adanya jerawat atau minyak pada muka.
3. Mata : I: apakah simetris kiri dan kanan, apakah ada kotoran atau tidak,
Konjungtiva : Anemis, Sklera ikterik atau tidak, Pupil Tidak dilatasi (isokor).
4. Hidung : I: apakah simetris atau tidak, ada sekret atau tidak ada, ada
pernafasan cuping hidung atau tidak
P: ada polip atau tidak,.
5. Mulut : I: lihat bagaimana kelembaban mukosa bibir, dan apakah pucat
atau tidak.
6. Telinga : I: simetris kiri dan kanan, apakah ada serumen atau tidak.
7. Leher : Pa: raba apakah ada pembesaran kelenjar tyroid (getah bening)
atau tidak, pembesaran vena jugularis (distensi vena jugularis) atau tidak.
8. Thorax
a. Paru – paru
Inspeksi : pergerakan dada simetris atau tidak
Palpasi : apakah ada nyeri saat ditekan atau tidak
Perkusi : apakah bunyi yang dihasilkan sonor atau tidak
Auskultasi : Tidak ada suara tambahan
b. Jantung
Inspeksi : normalnya :Ictus cordis tidak tampak
Palpasi : normalnya : Ictus cordis teraba pada ICS 4 – 5
midclavicula
Perkusi : Normalnya : Pekak
Auskultasi : Irama teratur dan tidak ada bunyi suara tambahan
9. Abdomen
a. Inspeksi : Tidak simetris, dan edema, striae
b. Palpasi : Nyeri tekan
c. Perkusi : Suara redup
d. Auskultasi : adanya Bising usus
10. Ekstremitas : apakah ada hambatan dalam beraktivitas atau tidak, ada
nyeri atau tidak, ada oedema atau tidak, ada kekakuan
atau tidak.
11. Integument : Normalnya : Turgor kulit baik, kulit tidak
kemerahan, terdapat bulu halus.
12.Genitalia: apakah genitalia bersih atau tidak, terpasang kateter atau tidak
PERUMUSAN DIAGNOSA NANDA, NOC, NIC
Melaporkan pengetahuan)
b. Pemberian analgesik
Aktifitas :
o Tentukan lokasi,
karakteristik,mutu dan
intensitas nyeri sebelum
mengobati klien
o Periksa order medis untuk obat
, dosis dan frekuensi yang
ditentukan
o Cek riwayat alergi obat
o Utamakan pemberian secara
IV
2 Ketidakseimbangan nutrisi
a. Nutritional Status: 1. Kaji status nutrisi
kurang dari kebutuhan
b. Nutritional Status : R/ pengkajian penting dilakukan
food and fluid intake untuk mengetahui status nutrisi
c. Nutritional status : pasien sehingga dapat
nutrient intake menentukan intervensi yang
d. Weight control diberikan
2. Monitor adanya penurunan
Setelah dilakukan berat badan
tindakan keperawatan R/ penurunan BB menandakan
selama….nutrisi kurang asupan makanan yang tidak
teratasi dengan terkontrol ataupun gangguan
Kriteria Hasil: pada penyerapan nutrisi
- Berat badan ideal 3.Berikan makanan yang terpilih
sesuai dengan tinggi (sudah dikonsultasikan dengan
badan ahli
- Mampu gizi) : diet pasien diabetes
mengidentifikasi mellitus
kebutuhan nutrisi R/ untuk membantu memenuhi
- Tidak ada tanda- kebutuhan nutrisi yang
tanda malnutrisi dibutuhkan pasien
- Tidak terjadi 4. Berikan informasi tentang
penurunan berat kebutuhan nutrisi
badan yang berarti R/ untuk menyesuaikan berapa
jumlah nutrisi yang dibutuhkan
pasien
5. Monitor pucat, kemerahan dan
kekeringan jaringan, konjungtiva
R/ kondisi tersebut menandakan
bahwa kekurangan kadar nutrisi
dan cairan pasien
6. Yakinkan diet yang dimakan
mengandung tinggi serat
R/ untuk mencegah konstipasi
EVALUASI
Evaluasi adalah perbandingan yang sistematik dan terencana tentang keresahan
klien dengan berdasar tujuan yang telah ditetapkan.
Dalam evaluasi tujuan tersebut terdapat 3 alternatif yaitu :
- Tujuan tercapai : Pasien menunjukkan perubahan dengan standar
yang telah ditetapkan.
- Tujuan tercapai : Pasien menunjukkan perubahan sebagai sebagian
sebagian sesuai dengan standar yang telah ditetapkan.
- Tujuan tidak : Pasien tidak menunjukkan perubahan dan kemajuan
tercapai sama sekali.
DAFTAR PUSTAKA
Baughman, Diane C. 2010. Keperawatan Medikal-Bedah ; Buku Saku untuk Brunner dan
Suddarth, EGC, Jakarta.
Johnson, Meridian Maas, & Sue Moorhead. 2013. Nursing Outcame Clasification.
Mosby. Philadelphia
Mansjoer, Arief. 2009. Kapita Selekta Kedokteran, Edisi 3, Media Aesculapius; Jakarta
Nurarif & Hardi Kusuma. 2015. Aplikasi Keperawatan berdasarkan Diagnosa Medis
NANDA NIC-NOC . Jogjakarta. Mediaction Publishing
Price & Wilson. 2013. Pathofisiologi Konsep Klinis Proses-proses Penyakit. Jakarta:
Penerbit EGC
PPNI. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. Tim Pokja SDKI PPNI.Jakarta.
Pamyxovirus
Meningoenseph
Masuk mulut/ hidung alitis, orkitis,
meningitis,
MK : Potensial ooforitis,
Virus menumpuk dalam tubuh Komplikasi nefritis,
miokarditis,
Poliferasi artritis
MK :
MK : Hipertermi
Ketidak- Viremia (virus ikut aliran darah) Di kelenjar Tiroiditis
Respon inflamasi tiroid
seimbangan Demam sistemik
nutrisi
Virus berdiam di kelenjar parotid
kurang dari
Panas Kemerahan
kebutuhan Neurisitis saraf Tinitus Tuli
tubuh Parotitis Proses infeksi pendengaran
Aliran Vasodilatasi sistem
Anoreksi darah mikrosirkulasi area
Respon inflamasi Peningkatan
a meningkat yang terinfeksi lokal IgG & IgM
Sakit Kaku Kelenjar parotid
otot membesar Bengkak Permeabilitas kapiler &
menelan
venul yang terinfeksi
MK : Gangguan Nyeri terhadap protein meningkat
Rasa Nyaman telinga
OLEH
1841312086
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS ANDALAS
2019