Anda di halaman 1dari 27

REFERAT

Pembimbing: dr.Arief Wibisono, Sp. B (K) Onk

KEPANITERAAN KLINIK ILMU BEDAH


RUMAH SAKIT UMUM PUSAT FATMAWATI
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF
HIDAYATULLAH JAKARTA
2023
Neoplasma kelenjar liur (C07-C08) adalah neoplasma jinak atau ganas
yang berasal dari sel epitel kelenjar liur, baik dari kelenjar liur mayor
(glandula parotis, glandula submandibula, dan glandula sublingual)
maupun minor yang tersebar di mukosa traktus aerodigestivus atas
(rongga mulut, rongga hidung, faring, dan laring) dan sinus paranasal.
EPIDEMIOLOGI
- Insiden tumor ini jarang dan mencakup 6% dari seluruh neoplasma regio
kepala dan leher
- Mayoritas neoplasma kelenjar liur adalah jinak dan hanya 20% yang
merupakan kasus ganas.
- Kelenjar liur major yang paling sering terkena ialah glandula parotis yaitu
70-80%
- Tumor kelenjar liur yang umum ditemukan adalah adenoma pleomorfik,
sedangkan keganasan yang paling umum adalah karsinoma
mukoepidemoid untuk kelenjar parotis (33%)
ETIOLOGI
Penyebab tumor kelenjar liur terutama kasus ganas belum diketahui

Faktor risiko
1. Radiasi
2. Paparan terhadap asbes, debu silika, dan nikel, pekerjaan di industri
kayu dan karet
3. Imunosupresi
4. Genetika
5. Kebiasaan merokok
PATOFISIOLOGI

1. Teori multiseluler: teori ini menyatakan bahwa tumor kelenjar liur berasal dari
diferensiasi sel-sel matur dari unit-unit kelenjar liur.
2. Basal reserve cell theory: Sel-sel basal dari saluran ekskretoris dan saluran
interkalasi berkembang menjadi unit saliva fungsional dan mampu
mengembangkan tumor.
KLASIFIKASI
A. Tumor Jinak
1. Adenoma Pleomorfik

- Tumor ini merupakan tumor kelenjar saliva jinak yang paling sering cerjadi
pada orang dewasa dan anak-anak.
- Dinamakan pleomorfik karena terbentuk dari sel-sel epitel dan jaringan ikat.
- Pertumbuhan tumor ini lambat, berbentuk bulat, dan konsistensinya lunak.
TUMOR
WARTHIN

Tumor ini paling sering terjadi pada pria usia 50-60 tahun dan ada hubunganya
dengan faktor resiko merokok. Tumor ini juga merupakan tumor yang paling
sering terjadi bilateral.
TUMOR GANAS
1.Mukoepidermoid karsinoma
- Tumor ini merupakan tumor kelenjar saliva ganas yang paling sering
ditemukan pada populasi dewasa dan anak-anak
- .Insidens kejadian paling tinggi didapat pada usia antara 30-40.
- Hampir 75% pasien mempunyai gejala pembengkakan yang asimtomatis, 13
% dengan rasa sakit, dan sebagian kecil lainnya dengan paralisis nervus fasialis
2. Karsinoma sel asini
Paling banyak berasal dari kelenjar parotis dan pertumbuhannya lambat. Tumor ini
berkapsul, merupakan suatu proliferasi sel-sel yang membentuk masa bulat, dengan
diameter kurang dari 3 cm
PROSEDUR
DIAGNOSTIK
a) Anamnesis dan pemeriksaan klinis
Kemungkinan tumor jinak:
 Adanya massa yang pertumbuhannya lambat dan tidak disertai nyeri
 Tidak terdapat paralisis nervus fasialis, glosofaringeus, vagus, asesorius,
hipoglosus dan pleksus simpatikus
 Pada pemeriksaan fisik: massa umumnya padat kenyal atau kistik, tidak
terfiksir, dan berbatas tegas
 Dapat didapatkan massa pada orofaring disertai disfagia (pada kasus tumor
parotis lobus profunda)
Kemungkinan tumor ganas:

 Massa dengan pertumbuhan lambat atau cepat dan dapat


disertai nyeri
 Pada pemeriksaan fisik: massa umumnya berkonsistensi
keras dan terfiksir serta berbatas tidak tegas
 Dapat ditemukan paralisis nervus fasialis,
glosofaringeus, vagus, asessorius, hipoglosus, dan
pleksus simpatikus
 Adanya keterlibatan kulit di atas massa
 Trismus
 Ditemukan pembesaran KGB servikal
 Adanya gejala metastasis jauh seperti sesak dan nyeri
tulang belakang
PEMERIKSAAN
PENUNJANG
 Fine-Needle Aspiration Biopsy
alat diagnostik utama untuk lesi kelenjar liur, tetapi peran FNAB dalam diagnosis penyakit
kelenjar liur jinak dan ganas masih menimbulkan kontroversi. Ini adalah prosedur yang
relatif tidak menimbulkan rasa sakit, memiliki sedikit komplikasi (penyemaian tumor
tampaknya tidak terjadi), dan dapat mencegah biopsi insisi atau eksisi yang tidak tepat dan
sering kali bernasib buruk pada massa parotis
 Ultrasonografi (USG): diindikasikan untuk seluruh kasus tumor
kelenjar liur parotis dan submandibula. Gambaran jinak:
Gambaran ganas:

o Lesi heterogen yang hipoekoik, tepi dan bentuk ireguler


o Adanya invasi lokal dan terdapat KGB
o Menghilangnya penyangatan akustik distal
o Adanya nekrosis sentral, peningkatan vaskularisasi, dan resistensi
vaskular intratumoral
o Untuk kasus tumor berderajat rendah: dapat ditemukan lesi kecil
(diameter)
STADIUM
KLINIS
TATALAKSANA
A. Resektabel
Tumor Primer
1. Kelenjar parotis
 Parotidektomi superfisialis: prosedur pengangkatan keseluruhan lobus superfisialis dengan preservasi
nervus fasialis. Merupakan prosedur untuk tumor parotis yang terletak di lobus superfisialis yang belum
menginfiltrasi nervus fasialis.
 Parotidektomi total: prosedur pengangkatan lobus superfisialis dan profunda dengan preservasi nervus
fasialis. Prosedur ini diindikasikan untuk kasus:
- Tumor dari lobus profunda tanpa gangguan fungsi nervus fasialis
- Tumor ganas derajat tinggi yang memiliki risiko metastasis
- Tumor ganas parotis dengan metastasis intraglandular atau KGB leher
- Tumor ganas parotis yang berasal dari lobus profunda
- Margin yang positif setelah dilakukan parotidektomi superfisialis.
 Parotidektomi radikal: prosedur sama dengan parotidektomi total namun dilakukan
pengangkatan nervus fasialis yang terlibat oleh tumor. Dilakukan bila secara
makroskopis saat operasi terdapat infiltasi ke trunkus fasialis.

 Parotidektomi radical extended: prosedur pengangkatan kedua lobus parotis dan


nervus fasialis serta struktur di luar parotis yang telah terinfiltrasi tumor yaitu kulit,
fossa infra temporal, mandibula, sendi temporomandibular dan tulang temporal
Terapi Adjuvant:
Radioterapi Diindikasikan untuk kasus:
1. Tumor ganas T3/T4
2. Margin operasi dekat atau positif
3. Adanya metastasis regional
4. Karsinoma adenoid kistik
5. Tumor ganas berderajat sedang atau tinggi
6. Tumor ganas lobus profunda
7. Adanya keterlibatan perineural
8. Tumor ganas rekuren
9. Terdapat residu tumor ganas
A. Tidak Resektabel

Tumor Primer

Bila memungkinkan, operasi dapat dipertimbangkan untuk tujuan paliatif yang dapat dilanjutkan
dengan radioterapi atau kemoradiasi. Regimen kemoterapi yang diberikan:

1. Untuk jenis adenokarsinoma, karsinoma adenoid kistik, karsinoma sel asinus, karsinoma ex
mixed tumor dapat diberikan regimen kombinasi adriamisin, 5FU dan sisplatin yang diulang
tiap 3 minggu. Alternatif lain adalah kombinasi siklofosfamid, adriamisin, 5FU dan sisplatin
yang diulang tiap 3 minggu
2. Untuk jenis karsinoma sel skuamosa maka dapat diberikan kombinasi metotreksate dan sisplatin
yang diulang tiap 3 minggu.
3. Untuk jenis karsinoma mukoepidermoid dapat diberikan kombinasi adriamisin, 5FU dan
sisplatin yang diulang tiap 3 minggu. Alternatif lain adalah kombinasi siklofosfamid, adriamisin
dan cisplatin atau kombinasi sisplatin, bleomisin, dan metotreksate.
KGB
Diberikan radioterapi atau kemoradiasi. Operasi dapat
dipertimbangkan untuk tujuan paliatif
 Penanganan nervus fasialis
- Nervus fasialis dapat dikorbankan bila intra operatif secara makroskopik
nervus telah terinfiltrasi tumor
- Bila fasilitas tersedia maka dapat dilakukan rekonstruksi nervus fasialis
(reanimasi saraf)
 Metastasis jauh
KOMPLIKASI
A. Sindroma Frey

Gustatory sweating saat parotidektomi terdapat pada 50 % pasien. Terjadi re-


inervasi silang pada system persarafan otonom kelenjar parotis yang terjadi setelah
dilakukan parotidektomi. Serat parasimpatis, yang dirangsang oleh bau dan rasa
dari makanan sekarang menginervasi kelenjar keringat dan pembuluh darah
melalui asetilkolin, lalu mengakibatkan keringatan dan kemerahan pada kulit di
atas area tersebut.

B. Paralisis/Paresis nervus fasialis

Kejadian paralisis/paresis nervus paresis setelah operasi tumor saliva jinak


biasanya kecil (<5%).
PROGNOSIS

Sesudah terapi adekuat pada tumor benigna terjadi residif lokal kurang dari
1% kasus. Namun, jika tumor benigna tidak diangkat secara luas, sering
timbul residif lokal.

Prognosis pada tumor maligna sangat tergantung pada histology, perluasan


lokal dan besarnya tumor dan jumlah metastasis kelenjar leher. Jika
sebelum penanganan tumor maligna telah ada kehilangan fungsi saraf, maka
prognosisnya lebih buruk. Ketahanan hidup 5 tahun kira-kira 5%, namun
hal ini masih tetap tergantung kepada histologinya
KESIMPULAN
Kelenjar parotis adalah kelenjar liur yang berpasangan, berjumlah 2. Kelenjar parotis
merupakan kelenjar liur yang terbesar. Tumor pada kelenjar liur relatif jarang terjadi,
persentasenya kurang dari 3% dari seluruh keganasan pada kepala dan leher. Keganasan pada
tumor kelenajar liur berkaitan dengan paparan radiasi, faktor genetik, dan karsinoma pada
dada. Sebagian besar tumor pada kelenjar liur terjadi pada kelenjar parotis, dimana 75% -
85% dari seluruh tumor berasal dari parotis dan 80% dari tumor ini adalah adenoma
pleomorphic jinak (benign pleomorphic adenomas).
Tumor ganas kelenjar liur paling sering Pada dewasa dapat berupa Karsinoma
mucoepidermoid Untuk terapi dilakukan reseksi tergantung dari stadiumnya. Terapi
tambahan berupa radiasi pasca operasi atau kemoterapi dapat diberikan dengan
mempertimbangkan resiko-resiko yang harus dihadapi nantinya.
DAFTAR PUSTAKA
1. Thielker J, Grosheva M, Ihrler S, Wittig A, Guntinas-Lichius O. Contemporary Management
of Benign and Malignant Parotid Tumors. Front Surg. 2018;5(May):1–17.

2. Skálová A, Hyrcza MD, Leivo I. Update from the 5th Edition of the World Health
Organization Classification of Head and Neck Tumors: Salivary Glands. Head Neck Pathol
[Internet]. 2022;16(1):40–53. Available from: https://doi.org/10.1007/s12105-022-01420-1
3. Grays Anatomy:The Anatomical Basis of Clinical Practice. USA: Elsevier, 2005: 515-518

4. Adams LG, Boies RL, Paparella MM. Dalam: Buku Ajar Penyakit THT , Ed.6. Jakarta: EGC,
1997: 305-319

5. PERABOI. Panduan Penatalaksanaan Kanker Peraboi 2020. 2020;115–57.

6. Briani Farida,Yohana Azhar,IGN Gunawan Wibisana, Dwi Hari Susilo. MANAJEMEN


TERKINI KANKER TIROID, ORAL, DAN KELENJAR SALIVA. Sagung Seto.2019
7. Shikhani A, Samara M, Allam C, et al. Primary lymphoma in the salivary glands:
report of five cases and review of the literature. Laryngoscope. Dec
1987;97(12):1438-42
8. Alvi Sirhan, Dorota Chudek, Faten Limaiem. Parotid Cancer. Available from:
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK538340/
9. Straif K, S K Weiland, M Bungers. Exposure to nitrosamines and mortality from
salivary gland cancer among rubber workers. Available from:
https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/10535801/
10. Dardick I, Jeans MT, Sinnott NM, Wittkuhn JF, Kahn HJ, Baumal R. Salivary gland
components involved in the formation of squamous metaplasia. Am J Pathol. 1985
Apr;119(1):33-43
11. Sreeja C, Shahela T, Aesha S, Satish MK. Taxonomy of salivary gland neoplasm. J
Clin Diagn Res. 2014 Mar;8(3):291-3.

Anda mungkin juga menyukai