2. Anatomi Relevan
Laring terdiri dari 3 bagian: glotis, supraglotis dan subglotis.
Hal ini didasarkan dari perkembangan embrional dan perbedaan pola limfatik.
Laring terdiri dari 4 kartilago: krikoid, epiglotis, aritenoid dan tiroid. Pada glotis
terdapat pita suara (plika vokalis). Supraglotis terdiri dari epiglotis, pita
suara palsu dan lipatan ariepiglotis. Lipatan ini merupakan pembatas
antara endolaring dan hipofaring. Subglotis terdapat di bawah laring dan
berbatasan dengan tepi sefalis kartilago krikoid.
Pembuluh limfe di laring supraglotis sangat banyak dan hal ini
menyebabkan mudahnya terjadi metastasis di daerah ini. Drainase limfe terjadi
secara lateral dan superior ke nodus limfe servikal. Pembuluh limfe dari
laring infraglotik drainase terjadi secara lateral dan inferior ke nodus limfe
servikal. Glotis unik karena hanya memiliki sedikit bahkan tidak ada drainase
limfatik. Drainase limfatik juga unik karena antara kanan dan kiri mandiri satu
sama lain dan tidak berhubungan.
3. Patologi
Lebih dari 95% dari keganasan laring primer adalah karsinoma sel
skuamosa. Kanker yang mungkin terjadi lainnya adalah sarkoma,
adenokarsinoma, tumor neuroendokrin dan lainnya. Karsinoma sel skuamosa
laring merupakan seperempat dari seluruh karsinoma sel skuamosa di kepala
dan leher. 50% kasus kanker ini tidak bermetastasis, 25% menyebar secara
lokal, dan 15% bermetastasis ke jaringan lain yang jauh. Terkadang karsinoma
sel skuamosa di tempat ini berasal dari daerah lain (tumor sekunder).
4. Perjalanan Penyakit
Karena setiap bagian laring unik dan mempunyai karakterisitik
masing- masing, perjalanan penyakit kanker tidak sama satu sama lain. Pada
supraglotis, lesi umumnya menyebar secara lokal. Jika bermula dari epiglotis
akan menyebar ke pita suara palsu dan ke ventrikel, juga dapat ke arah
belakang ke ruang paraglotis dan akhirnya ke struktur leher lainnya. Sebagian
besar kanker supraglotis terjadi di epigloits. Jika bermula dari bagian
atas epiglotis umumnya bersifat eksofitik, jika terjadi di daerah bawah
endofitik atau ulseratif. Karena hal ini, terkadang tumor sudah menyebar luas
dalam jaringan walaupun jika dilihat dari luar tampak terlokalisasi. Hal
ini dipermudah karena kanker ini mempunyai kemampuan untuk
menghancurkan kartilago epiglotis, akan tetapi herannya tidak pernah
merusak kartilago tiroid.
Karena adanya jaringan limfatik yang luas di supralaring, karsinoma
sering bermetastasis ke nodus limfe servikal dan menyebabkan tingginya
angka kegagalan pengobatan. Insiden metastasis ini 23%-50% pada saat
diagnosis pertama kali ditegakkan. 63% kasus kanker T1, 70% dari T2,
79% dari T3, and 73% dari T4 menunjukkan adamnya metastasis.
Kanker di bagian glotias merupakan karsinoma yang paling
banyak ditemukan. Walaupun terdiferensiasi baik namun sering
menunjukkan pola pertumbuhan infiltratif. Karena drainase limfatik yang
sangat rendah di glotis, metastasis dini dari kanker glotis jarang terjadi.
Kanker di glotis sering menyebar ke daerah leher lainnya, juga dapat menyebar
ke kartilago.
Karisnoma dari laring subglotis jarang terjadi, hanya sekitar 1%-8%
dari seluruh kanker laring. Lesi ini cenderung terdiferensiasi buruk dan
menunjukkan pola infiltratif yang tida dibatasi oleh batas jaringan. Tumor ini
dapat menyebar hingga ke trakea. Insidensi metastasis kanker ini dilaporkan
berkisar 20%-30%.
5. Penatalaksanaan
Dapat berupa bedah atau radioterapi, dengan hasil yang tidak jauh
berbeda maupun digabungkan. Kontrol lokal sangat baik walalupun resiko
rekurensi dapat tinggi akibat dari metastasis yang tidak terdeteksi. Karena
bedah dapat mengganggu struktur dan fungsi dari laring, kemoterapi dapat
dilirik untuk digunakan sebagai terapi untuk mempertahankan fungsi
laring. Regimen berbasis cisplatin dan flurourasil adalah yang paling
banyak digunakan dan memebrikan hasil yang cukup baik.
2. Perjalanan Penyakit
Tumor malignan dari kelenjar liur mayor merupakan sebuah
kumpulan penyakit heterogenik, 3 situs utama dan setidaknya 8 pola histologis
berbeda telah diidentifikasi untuk kelompok kanker yang tidak umum ini.
Sebagian besar pasien dengan tumor jinak, mempunyai keluhan dan
gejala berupa pembengkakan asimptomatis di bibir atau di kelenjar parotid,
submandibular atau sublingual. Tanda-tanda neurologis seperti kesebalan
(numbness) pada mukosa atau lidah, yang disertai dengan massa di lantai
mulut umumnya menandakan keganasan. Jika disertai dengan massa di bibir,
bibir bawah yang sebal-sebal dapat berasal dari tumor yang mengganggu
nervus trimental. Kelemahan nervus fasialis yang dihubungkan dengan massa
parotid atau submandibular menandakan adanya prognosis yang buruk,
karena normalnya jika tumor parotid benigna tidak akan sampai
mengganggu nervus fasialis. Oleh akrena itu jika ada tanda-tanda defisit
neurologis umumnya dihubungkan dengan adanya suatu malignansi
(keganasan). Sebagian besar tumor parotid, baik benigna maupun maligna
ditandai dengan massa asimptomatis di kelenjar.
3. Pentalaksanaan
Semua tumor yang berasal dari kelenjar liur umumnya dilakukan eksisi
bedah, dan jika perlu membuang kelenjar yang terkena. Kontrol lokal
setelah operasi umumnya baik dan demikian juga dengan prognosisnya.
Beberapa penelitian menunjukkan radioterapi tidak memberikan hasil yang
lebih baik jika dibandingkan dengan bedah untuk kasus tumor benigna dan
mungkin mempunyai manfaat klinis yang lebih baik jika digunakan untuk
penatalaksanaan metastasis kanker kelenjar liur.