Anda di halaman 1dari 6

A.

Neoplasma pada Laring


1. Epidemiologi
Secara epidemiologis kanker ini terjadi paling banyak pada orang
usia pertengahan puncaknya pada dekade keenam dengan riwayat perokok
berat atau mengkonsumsi alkohol rutin. Rasio laki-laki dengan wanita adalah
5:1. Faktor etiologis yang dikaitkan dengan kanker ini adalah penyalahgunaan
suara (vocal abuse), laringitis kronis, faktor diet, refluks lambung kronik dan
pajanan terhadap debu kayu, asbes dan radiasi. Namun faktor terpenting adalah
efek karsinogenik pada laring yang diakibatkan oleh rokok. Tampaknya
virus papiloma manusia juga memainkan peranan penting juga dalam proses
terbentuknya kanker.

2. Anatomi Relevan
Laring terdiri dari 3 bagian: glotis, supraglotis dan subglotis.
Hal ini didasarkan dari perkembangan embrional dan perbedaan pola limfatik.
Laring terdiri dari 4 kartilago: krikoid, epiglotis, aritenoid dan tiroid. Pada glotis
terdapat pita suara (plika vokalis). Supraglotis terdiri dari epiglotis, pita
suara palsu dan lipatan ariepiglotis. Lipatan ini merupakan pembatas
antara endolaring dan hipofaring. Subglotis terdapat di bawah laring dan
berbatasan dengan tepi sefalis kartilago krikoid.
Pembuluh limfe di laring supraglotis sangat banyak dan hal ini
menyebabkan mudahnya terjadi metastasis di daerah ini. Drainase limfe terjadi
secara lateral dan superior ke nodus limfe servikal. Pembuluh limfe dari
laring infraglotik drainase terjadi secara lateral dan inferior ke nodus limfe
servikal. Glotis unik karena hanya memiliki sedikit bahkan tidak ada drainase
limfatik. Drainase limfatik juga unik karena antara kanan dan kiri mandiri satu
sama lain dan tidak berhubungan.

3. Patologi
Lebih dari 95% dari keganasan laring primer adalah karsinoma sel
skuamosa. Kanker yang mungkin terjadi lainnya adalah sarkoma,
adenokarsinoma, tumor neuroendokrin dan lainnya. Karsinoma sel skuamosa
laring merupakan seperempat dari seluruh karsinoma sel skuamosa di kepala
dan leher. 50% kasus kanker ini tidak bermetastasis, 25% menyebar secara
lokal, dan 15% bermetastasis ke jaringan lain yang jauh. Terkadang karsinoma
sel skuamosa di tempat ini berasal dari daerah lain (tumor sekunder).
4. Perjalanan Penyakit
Karena setiap bagian laring unik dan mempunyai karakterisitik
masing- masing, perjalanan penyakit kanker tidak sama satu sama lain. Pada
supraglotis, lesi umumnya menyebar secara lokal. Jika bermula dari epiglotis
akan menyebar ke pita suara palsu dan ke ventrikel, juga dapat ke arah
belakang ke ruang paraglotis dan akhirnya ke struktur leher lainnya. Sebagian
besar kanker supraglotis terjadi di epigloits. Jika bermula dari bagian
atas epiglotis umumnya bersifat eksofitik, jika terjadi di daerah bawah
endofitik atau ulseratif. Karena hal ini, terkadang tumor sudah menyebar luas
dalam jaringan walaupun jika dilihat dari luar tampak terlokalisasi. Hal
ini dipermudah karena kanker ini mempunyai kemampuan untuk
menghancurkan kartilago epiglotis, akan tetapi herannya tidak pernah
merusak kartilago tiroid.
Karena adanya jaringan limfatik yang luas di supralaring, karsinoma
sering bermetastasis ke nodus limfe servikal dan menyebabkan tingginya
angka kegagalan pengobatan. Insiden metastasis ini 23%-50% pada saat
diagnosis pertama kali ditegakkan. 63% kasus kanker T1, 70% dari T2,
79% dari T3, and 73% dari T4 menunjukkan adamnya metastasis.
Kanker di bagian glotias merupakan karsinoma yang paling
banyak ditemukan. Walaupun terdiferensiasi baik namun sering
menunjukkan pola pertumbuhan infiltratif. Karena drainase limfatik yang
sangat rendah di glotis, metastasis dini dari kanker glotis jarang terjadi.
Kanker di glotis sering menyebar ke daerah leher lainnya, juga dapat menyebar
ke kartilago.
Karisnoma dari laring subglotis jarang terjadi, hanya sekitar 1%-8%
dari seluruh kanker laring. Lesi ini cenderung terdiferensiasi buruk dan
menunjukkan pola infiltratif yang tida dibatasi oleh batas jaringan. Tumor ini
dapat menyebar hingga ke trakea. Insidensi metastasis kanker ini dilaporkan
berkisar 20%-30%.

5. Penatalaksanaan
Dapat berupa bedah atau radioterapi, dengan hasil yang tidak jauh
berbeda maupun digabungkan. Kontrol lokal sangat baik walalupun resiko
rekurensi dapat tinggi akibat dari metastasis yang tidak terdeteksi. Karena
bedah dapat mengganggu struktur dan fungsi dari laring, kemoterapi dapat
dilirik untuk digunakan sebagai terapi untuk mempertahankan fungsi
laring. Regimen berbasis cisplatin dan flurourasil adalah yang paling
banyak digunakan dan memebrikan hasil yang cukup baik.

B. Neoplasma dari Kelenjar Liur Mayor


1. Patologi
Penyebab kanker kelenjar liur sampai saat ini belum diketahui dengan
pasti. Beberapa faktor etiologi seperti radiasi, genetik, dan inhalasi serbuk kayu
kronik telah dihubungkan dengan kanker kelenjar liur tertentu walalupun masih
berupa dugaan.
Sebagian besar neoplasma kelenjar liur adalah benigna.
Tidaklah mengherankan jika sebagian besar tumot yang terjadi di parotid adalah
jinak.
Adapun tumor jinak yang sering ditemukan antara lain adalah
adenoma pleomorfik yang merupakan tumor kelenjar liur yang paling sering
terjadi. Selain itu, tumor jinak lain yang mungkin terjadi adalah: kistadenoma
papiler limfomatosa atau dikenal juga dengan nama tumor Warthin yang sering
terjadi pada orang tua. Selain itu terdapat juga adenoma monomorfik dan
lesi limfoepitelial benigna yang insidensnya mulai meningkat terutama pada
penderita HIV.
Sedangkan untuk karsinoma ganas yang dapat timbul pada kelenjar liur
mayor, pada kelenjar parotis yang paling umum adalah karsinoma
mukoepidermoid, sedangkan untuk kelenjar submandibular adalah karsinoma
adenoid kistik. Karsinoma lain yang dapat terdapat di kelenjar liur mayor
adalah karsinoma sel asinar, adenokarsinoma, karsinoma sel skuamosa dan
tumor malignan campuran, walaupun beberapa karsinoma dari jaringan lain
dapat saja timbul di kelenjar liur mayor.

2. Perjalanan Penyakit
Tumor malignan dari kelenjar liur mayor merupakan sebuah
kumpulan penyakit heterogenik, 3 situs utama dan setidaknya 8 pola histologis
berbeda telah diidentifikasi untuk kelompok kanker yang tidak umum ini.
Sebagian besar pasien dengan tumor jinak, mempunyai keluhan dan
gejala berupa pembengkakan asimptomatis di bibir atau di kelenjar parotid,
submandibular atau sublingual. Tanda-tanda neurologis seperti kesebalan
(numbness) pada mukosa atau lidah, yang disertai dengan massa di lantai
mulut umumnya menandakan keganasan. Jika disertai dengan massa di bibir,
bibir bawah yang sebal-sebal dapat berasal dari tumor yang mengganggu
nervus trimental. Kelemahan nervus fasialis yang dihubungkan dengan massa
parotid atau submandibular menandakan adanya prognosis yang buruk,
karena normalnya jika tumor parotid benigna tidak akan sampai
mengganggu nervus fasialis. Oleh akrena itu jika ada tanda-tanda defisit
neurologis umumnya dihubungkan dengan adanya suatu malignansi
(keganasan). Sebagian besar tumor parotid, baik benigna maupun maligna
ditandai dengan massa asimptomatis di kelenjar.

3. Pentalaksanaan
Semua tumor yang berasal dari kelenjar liur umumnya dilakukan eksisi
bedah, dan jika perlu membuang kelenjar yang terkena. Kontrol lokal
setelah operasi umumnya baik dan demikian juga dengan prognosisnya.
Beberapa penelitian menunjukkan radioterapi tidak memberikan hasil yang
lebih baik jika dibandingkan dengan bedah untuk kasus tumor benigna dan
mungkin mempunyai manfaat klinis yang lebih baik jika digunakan untuk
penatalaksanaan metastasis kanker kelenjar liur.

C. Neoplasma dari Kelenjar Liur Minor


Tumor kelenjar liur minor dapat terjadi pada semua kelompok usia dan
tidak punya predileksi pada jenis kelamin tertentu. Kelenjar ini terdaipat
diberbagai tempat di traktus aerodigestif atas, jadi tumor kelenjar liur minor dapat
terjadi di manapun di kepala dan leher; akan tetapi, palatum adalah tempat paling
umum untuk lesi benigna dan maligna. Dalam kasus yang jarang kelenjar
liur minor ektopik dapat menyebabkan tumor di berbagai lokasi di area telinga
tengah atau tiroid.
Antara 65%-88% dari tumor kelenjar liur minor adalah malignan.
Karsinoma adenoid kistik adalah tipe histologi paling umum, sebanyak 55% kasus
pasien. Akan tetapi, tipe lainnya termasuk karsinoma mukoepidermoid,
adenokarsinoma, tumor malignan campuran, dan karsinoma anaplastik. Tumor
kelenjar liur minor cenderung terdapat sebagai massa submukosa yang tidak
nyeri dan terdapat selama bertahun- tahun tanpa perubahan.
Semua massa submukosa di kepala atau leher harus dinggap sebagai
tumor tumor kelenjar liur minor sampai dibuktikan bukan. Kanker dapat
menyebar ke jaringan sekitarnya termasuk tulang dan saraf. Tumor di dasarmulut
dan lidah dapat menyebar hingga ke leher dan mandibula. Karsinoma adenoid
kistik dapat tumbuh berbarengan dengan ruang perineural dan menyebar hingga
jauh sepanjang jalur saraf. Karsinoma adenoid kistik juga dapat menyebar melalui
kanal Havers di tulang.
Kurang dari 20% pasien dengan kanker kelenjar liur minor
mempunyai metastasis nodus limfe. Seperti tumor kelenjar liur mayor, insidens
metastasis nodul limfe sebanding dengan ukuran dan besarnya tumor.
Bedah adalah pilihan utama untuk pengobatan tumor kelenjar liur
minor. Karena enukleasi biasa sering mengakibatkan angka rekurensi melebihi
93%, maka perlu dilakukan eksisi luas atau eksisi regional, bahkan jika harus
membuang tulang sekalipun. Efektivitas radioterapi untuk tumor kelenjar liur ini
belum meberikan hasil yang cukup memuaskan dan seringkali hanya menjadi
terapi adjuvan dengan kemoterapi dalam keadaan tertentu sehabis operasi.

Anda mungkin juga menyukai