Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Bahasa merupakan media berkomunikasi. Dengan bahasa manusia dapat
menyampaikan gagasan atau pendapatnya kepada manusia yang lain. bahasa
yang digunakan manusia adalah bahasa tutur yang tentunya membutuhkan
mitra tutur dalam menyampaikan sesuatu. Salah satu hal yang sangat
menakjubkan dalam penggunaan bahasa adalah kecepatan orang menanggapi
makna kata maupun kecepatan dia dalam mengucapkannya. Hal ini memang
menakjubkan karena jumlah kosakata yang dimiliki oleh orang dewasa luar
biasa besarnya (Dardjowidjojo, 2014:161).
Kecepatan orang dalam menanggapi kata maupun kecepatan dalam
mengucapkannya menjadi suatu hal yang perlu diperhatikan. Kecepatan
tersebut dikarenakan adanya leksikon mental yang terorganisasi secara rapi.
Selain itu, penyusunannya juga memanfaatkan kesamaan bunyi. Perlu
diketahui bahwa manusia mempunyai blackbox di dalam otaknya yang
berfungsi untuk menyimpan banyak kosakata yang biasa digunakan ataupun
pernah didengar maupun dibaca. Sebutan lain untuk blackbox tersebut
Language Acquisition Device (LAD). Dengan alat ini setiap orang dapat
memperoleh bahasa apa saja serta ditentukan oleh faktor lain yang turut
mempengaruhinya (Prasetyoningsih, 2013:9).
Manusia diberikan kelebihan dengan mempunyai bahasa. Dengan
demikian manusia akan dapat berkomunikasi dan berinteraksi dengan
menggunakan bahasa dengan berbagai penyimpanan kata. Selain itu juga
faktor yang mempengaruhi penyimpanan kata. Dalam hal ini, seorang manusia
tentu mempunyai alat perekam dan pengingat yang biasanya disebut memori.
Maka dalam makalah ini akan membahas mengenai hal tersebut.

1
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa itu kajian memori?
2. Dimana memori disimpan?
3. Apa saja macam-macam memori?
4. Apa yang dimaksud pembentukan dan pemakaian memori?
5. Apa yang dimaksud memori dan hafalan?
6. Apa yang dimaksud proposisi dalam memori?
7. Bagaimana hubungan pikiran dan bahasa?
1.3 Tujuan
1. Untuk menjelaskan apa itu kajian memori
2. Untuk menjelaskan dimana memori disimpan
3. Untuk menjelaskan macam-macam memori
4. Untuk menjelaskan pembentukan dan pemakaian memori
5. Untuk menjelaskan memori dan hafalan
6. Untuk menjelaskan proposisi dalam memori
7. Untuk menjelaskan hubungan pikiran dan bahasa

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Sekilas Tentang Kajian Memori


Sampai dengan abad ke 19, studi tentang memori kebanyakan dilakukan
oleh para ahli filsafat. Akan tetapi, pada abad ke 20 secara gradual fokus
penelitian beralih ke studi yang sifatnya eksperimental yang mula-mula
dilakukan oleh para psikolog tetapi kemudian juga oleh para biolog. Dari segi
psikolog pertanyaan yang muncul adalah, antara lain, bagaimana memori itu
bekerja, dan apakah ada bermacam-macam memori? Dari segi pandangan ahli
biologi pertanyaannya adalah, antara lain, bagian otak mana yang telah kita
pelajari? Di mana kami menyimpan apa yang telah kita pelajari? Baik
psikologi maupun biologi tidak akan dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan
ini secara sendiri-sendiri. Karena itu, perpaduan kedua disiplin ilmu ini
memberikan harapan untuk dapat menyajikan gambaran yang lebih memadai
mengenai bagaimana otak kita belajar mengingat (Squire dan Kandel 1999)
Sejak Socrates pertama-tama menyatakan bahwa manusia memiliki bekal
kodrati waktu lahir, orang bertanya-tanya bagaimna manusia memperoleh
informasi yang baru di dunia ini dan bagaimana informasi ini disimpan dalam
memori? Para ahli filsafat menjawabnya dengan tiga cara: introspeksi, analisis
yang logis, dan argumentasi. Masalah dengan metode ini adalah bahwa
hasilnya bersifat spekulatif sehingga tidak membawa kita ke fakta yang dapat
disetujui secara bersama.
Menjelang pertengahan abad ke 19 keberhasilan ilmu eksperimental di
bidang fisika dan kimia mulai menarik perhatian mereka yang berkecimpung
dalam bidang perilaku (behavior) dan minda. Eksplorasi filosofis secara
perlahan relah digantikan dengan studi empirikal oleh kelompok yang
kemudian dikenal dengan nama psikolog eksperimental yang dipelopori oleh
ahli psikolog Jerman Herman Ebbinghaus (1850-1909). Dialah yang pertama-
tama berhasil membawa studi tentang memori ke laboratorium ((Squire dan
Kandel 1999: 3-4) untuk dipelajari secara objektif dan kuantitatif. Dari
penelitiannya muncul adanya dua macam memori : memori yang hidup
singkat dan memori yang hidup lam. Dia dapati pula bahwa pengulangan
membuat memori lebih panjang.
Psikolog Amerika William James tahun 1890-an kemudian
mengembangkannya lebih lanjut dengan lebih menajamkan perbedaan antara
memori jangka pendek (disingkat: memori pendek, short-term memory)
dengan memori jangka panjang (memori panjang, long-term memory).
Memori pendek hanya berlangsung beberapa detik atau menit seperti kalau
kita melihat nomor tilpon di buku lalu memakai nomor itu untuk menilpon.

3
Sebaliknya, memori panjang berlangsung harian, mingguan, bulanan, tahunan,
dan bahkan bisa seumur hidup.
Pada awal abad ke 20 psikolog Rusia Ivan pavlov mengajukan teorinya
yang kemudian dikenal sebagai classical conditioningsementara Edward
Thorndike dari amerika mengajukan operant, atau experimental ,
conditioningyang kemudian lebih dikenal sebagai trial-and-eror learning.
Pada eksperimen pavlov didapati bahwa anjing ternyata terdapat
mengasosiasikan dua peristiwa. Karena telah terbiasa untuk mendapat
makanan setelah bel dibunyikan, maka binatang itu mengeluarkan air liur pada
waktu mendengar bel, meskipun tidak ada makanan yang kemudian diberikan.
Pada eksperimen Thorndike, tikus dapat mengasosiasikan respon yang benar
dengan upah yang akan diterimanya. Dengan kata lain, binatang ternyata dapat
pula menyimpan informasi pada memorinya.
Landasan seperti inilah yang kemudian memunculkan berbagai reaksi
negarif karena aliran ini mengabaikan proses mental yang terjadi pada saat
kita memperoleh suatu informasi dan menyimpannya. Psikolog Inggris
Frederic C Bartlett (1886-1969) dapat dikatakan sebagai salah pelopor yang
mula-mula sekali menyatakan bahwa persepsi dan memori tergantung tidak
hanya pada lingkungan yang kasad mata tetapi juga pada struktur mental dari
orang yang mempersepsinya. Ide inilah yang kemudian melahirkan psikolog
kongnitif.
Psikolog kognitif mencoba mengikuti aliran informasi dari mata,telinga,
dan indera lain ke representasi internalnya di sel-sel yang saling terkait di
otak. Jadi, kalau kita melihat, misalnya, suatu tabrakan mobil, pada otak kita
muncul aktivitas terpola yang menanggapi peristiwa itu. Akan tetapi, sukar
sekali untuk membuktikan bagaimana proses itu terjadi. Karena itu, psikolog
kognitif harus bekerja sama dengan para biolog untuk dapat melihat
permasalahannya secara lebih jelas.
Pada pertengahan tahun 60-an, saat psikolog kognitif mulai muncul,
muncul pula minat dari para biologi untuk menangani kignisi, revolusi dalam
bidang biologi mencakup dua komponen: (a) komponen molekular (b)
komponen sisitem (Squire dan Kandel 1999: 7-8) orang-orang seperti Gregor
Mendel,William Bateson, dan Thomas H. Morgan menunjukkan bahwa ihwal
herediter (herediaty) diturunkan dari orangtua ke anak melalui gen (gene) dan
tiap gen berada pada suatu struktur berderet dari nukleus sel yang dinamakan
kromosom (chromosome). Penemuan ini kemudian membantu ilmuwan
mempelajari representasi internal dari proses-proses kognitif yang kompleks
pada otak manusia.
Komponen sistem pada revolusi biologi berkaitan dengan penempatan
elemen dari fungsi kognitif pada era-era tertentu di otak. Dengan peralatan
moderen seperti PET (positron emission tomography) kita dapat menelusuri
apa yang terjadi pada otak pada waktu kita belajar sesuatu dan mengingatnya.

4
Biologi memori kiki dapat diteliti pada dua tataran yang berbeda: tataran yang
mengenai sel syaraf dan molekul pada sel tadi, dan tataran mengenai struktur
otak.

2.2 Di Mana Memori Disimpan


Mengenai daerah di mana memori disimpan, para ahli berbeda pendapat.
Orang yang banyak disebut sebagai pelopor mengenai tempat memori di otak
adalah Karl Lashley (1890-1958), psikolog di Universitas Harvard. Dari
penelitiannya terhadap tikus pada tahun 20-an. Dia dapati bahwa memori tidak
berada pada suatu titiik atau daerah tertentu di otak. Banyak bagaian dari otak
yang terlibat. Donald O. Hebb, Universitas McGill, mendapati bahwa bagian-
bagian ini mempunyai fungsi yang berbeda-beda, meskipun semuanya
menompang penyimpanan memori secara utuh.
Penelitian dengan mengoperasi otak pasien yang hanya mendapat anastesi
lokal (dan karenanya pasien ini sadar) yang dilakukan oleh ahli bedah syaraf
Wilder Penfield menunjukkan bahwa lobe temporal tampaknya merupakan
daerah di mana memori disimpan. Alat elektronik dengan voltase rendah yang
ditusuk-tusukkan pada otak menunjukkan bahwa bila bagian tertentu dari lobe
temporal ditusuk, khususnya di sekitar daerah hippocampus, si pasien tidak
dapat mengingat benda apa yang ditunjukkan kepadanya. Hal seperti ini tidak
terjadi bila yang ditusuk adalah lobe lain seperti lobe parietal atau lobe frontal.
Bahwa memori tidak terletak pada satu tempat di otak juga dikemukakan
oleh ahli-ahli. Dengan memakai alat PET Tulving dan Lepage (2000)
menunjukkan bahwa memori memang tidak berada di suatu tempat khusus di
otak. Penemuan baru yang menarik dari penelitian yang dilakukan oleh Kapur
dkk (1996) dan Cabeza dkk (1997) adalah bahwa penyimpanan memori dan
retrival memori tidak berada pada tempat yang sama. Mereka dapati bahwa
penyimpanan memori dilakukan oleh hemisfir kiri, khususnya di konteks
prafrontal, konteks cingulate anterior, dan girus parahippocampal. Sementara
itu, retrival memori dilakukan oleh hemisfir kanan pada tiga daerah yang sama
ini. Pola ini kemudian dikenal dengan nam HERA (hesmispheric
encoding/retrival asymmerty)

2.3 Macam-Macam Memori


Memori tidak hanya satu macam. Penfield dan Roberts (1959- 228-230)
menyebutkan adanya memori pengalaman, memori konseptual, dan memori
kata. Memori pengalaman adalah memori yang berkaitan dengan ihwal-ihwal
di masa lalu. Makkin bermakna suatu pengalaman, makin lama memori itu
disimpan dan diingat. Memori konseptual adalah memori yang dipakai untuk
membangun suatu konsep berdasarkan fakta-fakta yang masuk. Setelah anak
diperkenalkan dengan konsep kupu-kupu, misalnya, dan kemudian melihat
gambar kupu-kupu atau kupu-kupu yang lain, maka si anak akan membangun

5
konsep mengenai binatang ini sehingga akhirnya tersimpanlah konsep kupu-
kupu itu dimemorinya. Memori kata adalah memori yang mengaitkan konsep
dengan wujud bunyi dari konsep tersebut. Seseorang yang lupa nama suatu
benda gagal memanfaatkan memori kata.
Sementara itu, ada pula yang membagi memori menjadi memori
nondeklaratif dan deklaratif (Squire dan Kandel 1999). Memori nondeklaratif
berasal dari pengalaman tetapi terwujud dalam bentuk perubahan perilaku,
bukan rekoleksi terhadap peristiwa masa lalu. Berbeda dengan deklaratif,
memori nondeklaratif bersifat intingtif. Ingatan anjing dalam ekperimen
pavolv atau tikus dalam eksperimen Thorndike merupakan contoh dari
nondeklaratif.
Sementara itu, memori deklaratif adalah memori untuk peristiwa, fakta,
kata, musik-segala bentuk pengetahuan yang telah kita peroleh dalam hidup.
Bagaimana memori macam ini diperoleh ditentukan oleh berbagai faktor.
Pertama, unsur keseringan. Makin sering suatu peristiwa diulang, makin besar
kemungkinanya memoori untuk peristiwa itu akan tertanam. Hal ini tampak
dalam hal mempelajari suatu pelajaran. Kalau kita membaca satu bab dua atau
tiga kali, kemungkinannya adalah bahwa kita akan memahami dan mengingat
lebih baik apa yang tertulis dalam bab itu. Hal ini diperkuat lagi dengan sikap
kita. Makin positif sikap kita terhadap topik yang kita baca, makin kuat
memori itu akan tertanam.
Kedua, faktor relevansi. Suatu peristiwa yang dari segi si pengalaman
diraskan relevan akan sangat mengesan dan akan menumbuhkan memori yang
cukup lama, bahkan bisa seumur hidup. Dalam hal cinta, misalnya, orang
umumnya akan ingat siapa orang pertama yang dia cintai. Dalam hal ilmu
pengetahuan, orang biasanya juga kan ingat siapa guru yang paling dia
sukai,atau,paling dia benci.
Ketiga, faktor signifikansi. Suatu hal yang signifikan umumnya akan
diingat cukup lama. Peristiwa larinya Tommy Soeharto, misalnya, mungkin
saja tidak relevan dalam kehidupan si A atau si B, tetapi peristiwa itu sendiri
sangat signifikan dalam tata hukum indonesia. Karena itu, si A atau si B akan
mengingat peristiwa tersebut untuk jangka waktu yang lama.
Keempat, faktor gladi kotor. Seorang penyanyi mau tidak mau harus
melatih diri untuk menghafalkan kata-kata dalam lagu yang akan
dinyayikan.begitu pula seorang pembawa syair. Gladi kotor ini membuat
orang ingat tidak hanya isi lagu atau syair itu tetapi juga kata demi katanya.
Kelima, faktor keteraturan. Entitas yang ditata secara teratur akan lebih
mudah diingat dari pada yang diletakkan secara cak. Dalam suatu penelitian
mengenai permainan catur, pemain unggulan dapat mengingat posisi 26 dari
32 butir catur yang dimainkan tahun 1985 antara grandmaster Karpovdengan
kasparov. Akan tetapi, dengan butir-butir yang diletakkan secara acak, mereka
hanya dapat mengingat 3 sampai 4 posisi (Squire dan Kandel 1999: 73).

6
Dalam koleksi pustaka pribadi, kita juga akan dapat dengan cepat mencari
buku yang kita perlukan kalau tatanan buku itu mengikuti suatu sistem
tertentu, misalnya berdasarkan topiknya: sosiolinguistik di rak kanan atas,
psikolinguistik di bawahnya, fonetik di rak kiri atas dan seterusnya.
Psikolog seperti William James (1841-1910) membagi memori menjadi
dua kelompok besar: memori pendek dan memori panjang. Memori pendek
dibagi lagi menjadi dua sub-bagian: memori sejenak (immediate memory) dan
memori kerja (working memory). Dengan demikian, pembagian memori
menurut james adalah seperti berikut.

Sejenak

Pendek

Kerja

Memori

panjang

Sesuai dengan namanya, memori pendek menunjukkan pada macam


memori yang menahan informasi secara temporer sampai memori itu dilupakan
atau dimasukkan ke dalam memori panjang. Memori pendek yang sejenak
merujuk pada informasi yang dapat ditahan pada saat informasi itu diperoleh
sehingga fokus perhatian ada pada alair pikiran yang sedang melaju. Kapasitas
memori seperti ini sangat terbats ia hanya dapat menahan sekitar tujuh dijit angka
atau ihwal. Inilah pula sebabnya mengapa nomor telpon di kebanyakan negara
adalah maksimal tujuh angka. Memori pendek yang sejenak juga tidak tahan lama,
maksimal 30 detik. Namun memori pendek dapat diperpanjang sejenak menjadi
memori kerja dengan adanya pengulangan. Misalnya seperti saat ingin menelpon
seseorang, maka untuk menuliskan nomor telpon orang yang dituju seseorang
akan mengulang-ulang menyebutkan angka-angkanya. Memori pendek dan
memori kerja sering kali dijadikan satu menjadi memori pendek saja.

Tuvling dan Lapage (2000) membagi memori menjadi dua kelompok


besar ; memori proskopik (non-episodik) dan memori palinskopik (episodik).
Pada memori proskopik, pengalaman pada suatu waktu dimanfaatkan untuk
menangani kasus di masa depan. Misal anak kecil yang jarinya terbakar
karena korek api akan menghindar atau lebih berhati-hati dengan benda itu
lagi.
Meori paliskopik atau episodik tidak merujuk ke masa depan tetap ke
masa lalu yang bersifat individual. Setiap orang memiliki pengalaman hidupna
sendiri. Memori episodik perlu dibedakan dengan memori semantik. Jika

7
berbicara mengenai pengetahuan dunia yang semua orang memiliki
pengetahuan tersebut, maka ini adalah memori semantik. Memori episodi dan
semantik memiliki jangkauan yang sangat luas. Bermacam-macam informasi
yang visual, audio, verbal, spasial, dan sebagainya. Karena itu memori
episodik dan memori semantik sering dijadikan satu yang disebut memori
deklaratif (Tulving dan Lapage 2000 : 214).
Berdasarkan bukti-bukti linguistik, Chafe (1973) menganggap ada tiga
macam memori; memori permukaan (surface memory), memori dangkal
(shallow memory), dan memori dalam (deep memory). Kesadaran kita akan
sesuatu tergantung pada empat macam input. Pertama, kita sdar akan sesuatu
karena adanya persepsi sensori yang kita alami. Seperti saat kita melihat ad
anjing tertabrak mobil, maka peristiwa itu akan masuk ke dalam kesadaran
kita. Kedua, kesadaran ini kemudian bisa ditampung dalam memori
permukaan untuk beberapa saat setelah sebelumnya berada dalam kesadaran
kita. Ketiga, peristiwa ini kemudian dapat tersimpa dalam memori dangkal.
Informasi yang ada di memori dangkal ini dapat sewaktu-waktu dipanggil
dengn ketepatan yang masih cukup tinggi. Akhirnya, memori dangkal dapat
disimpan di memori dalam untuk disimpan dalam waktu yang panjang.
Memori semacam ini biasanya kurang akurat dibanding dengan macam-
macam memori yang lain. Makin lama disimpan, biasanya memori akan
makin kurang akurat wujudnya. Chafe menggambarkannya dalam bagan
beikut.

Consicousness

Perception Surface Shallow Deep


memory memory memory

8
2.4 Pembentukan dan Pemakaian Memori
penyanyi yang harus menghafal tiap kata dalam lirik lagu yang akan Memori
dibentuk dan dipakai melalui tiga tahap; input, penyimpanan, dan output (Clark &
lark 1977 : 134-136; Engel 1999 : 5). Pada tahap input orang umumnya menerima
masukan, baik lisan maupun tulisan, kemudian memberi interpretasi tentang
masukan itu untuk memahaminya. Biasanya, orang memperhatikan maknanya,
bukan kata-katanya. Karena itu yang disimpan dalam memori bukan kata-kata
yang didenganatau dibaca tetapi isi dari keseluruhan kata-kata itu. Itulah sebabnya
saat ada seseorang yang harus menyatakan apa yang baru saja didengarnya maka
orang tersebut tidak akan memakai kata-kata yang persis dengan input yang
diterimanya. Penyataan ulang secara verbatim, yakni kata demi kata secara tepat,
hanya terjadi pada hal-hal khusus. Seperti seorang dibawakannya.
Tahap penyimpanan dimulai dengan proses menyimpan informasi pada
memori pendek. Ihwal yang dirasakan tidak perlu, atau hanya diperlukan
sementara hanya akan disimpan dalam memori pendek. Bila dirasakan perlu
dalam waktu lama, maka informasi itu akan dikirim ke memori panjang.
Memori panjang tidak menyimpan maka saja, kadang-kadang hafalam
verbatim juga disimpan di sana. Seperti orang yang dapat mengucapkan surat
al-Fatihah fasih, tetapi mereka tidak dapat berbicara bahasa arab.
Pada tahap output, ada dua cara yang dipakai; rekognisi (recognition) dan
rekol (recall). Rekognisi adalah proses pemanggilan memori dengan meminta
seseorang untuk merekognisi sesuatu yang telah diberikan padanya
sebelumnya. Misalnya seseorang diminta untuk menjawab apakah benda yang
ditunjukan padanya pernah dilihat sebelumnya.pada rekol orang diminta untuk
menyatakan sesuatu yang telah dia lihat atau dengar sebelumnya. Dia diminta
untuk menyebutkan nama benda yang telah diperlihatkan sebelumnya. Pada
umumnya, rekognisi lebih mudah dari pada rekol.
Baik rekognisi maupun rekol, orang memanfaatkan tiga informasi
eksternal (Clark & Clark 1977 : 136). Pertama, dengan memanfaatkan
pengetahuan tentang bahasa yang dimilikinya, orang menentukan mana yang
mungkin dan mana yang tidak. Kedua, orang memanfaatkan pula pengetahuan
tentang dunia. Ketiga, orang juga memanfaatkan tentang konvensi wacana.

2.5 Memori dan Hafalan

Hafalan juga termasuk memori tetapi prosesnya berbeda. Memori bisa


terbentuk tanpa suatu usaha khusus untuk kita dapat memperolehnya. Ketika
seseorang bercerita tentang kejadian tadi pagi yang dialaminya, maka memori
akan terbentuk dengan sendirinya hanya dengan mendengarkannya.

9
Sebaliknya, hafalan akan menjadi memori dengan adanya suatu usaha khusus.
Seorang aktor harus mengulang-ulang naskah dialognya. Hafalan itu akan
tersimpan di memorinya.
Sesuatu akan mudah dihafalkan apabila bahan itu bermakna. Suatu kalimat
yang ngalor-ngidul tidak jelas akan sulit untuk dihafal. Suatu bahan juga akan
mudah dihafal jika bahan tersebut sesuai dengan gramatikal.

2.6 Proposisi dalam Memori

Seperti yang dinyatakan sebelumnya, yang disimpan dalam memori


bukanlah kata tapi makna. George Miller (1962) mengajukan teori yang
dikenal dengan nama Theory Of Derivasional Complxity, TDC. Menurut teori
ini, mudah tidaknya suatu kalimat dipahami ditentukan oleh jumlah derivasi
yang dilalui kalimat itu. Perhatikan kalimat kalimat berikut :

(1) Bhita bought a new pair of shoes


(2) Bhita didn’t buy a new pair of shoes
(3) Did Bhita buy a new pair of shoes?
(4) Didn’t Bitha buy a new pair of shoes?

Kalimat (1) adalah yang paling mudah karena kalimat ini berbentuk
deklaratif biasa. Kalimat (2) lebih sukar dari kalimat sebelumnya karena ada
devariasi yang mengubahnya menjadi kalimat negtif. Kalimat (3) juga lebih
sukar seperti kalimat (2) hanya devariasinya berbeda, menggunakan kalimat
introgatif. Kalimat (4) adalah yang paling sukar karena disini ada dua
devariasi; devariasi negatif dan devariasi introgatif. Jumlah devariasi ini
menentukan derajat kesukaran dalam komprehensi.
Meski banyak mendapat sanggahan, TDC membantu kita menangani
kasus memori karena dalam TDC ini terkandung pengertian bahwa kalimat
dinyatakan sebagai preposisi dengan segala macam saling hubungnya.

2.7 Pikiran dan Bahasa

Pertanyaan yang selalu muncul saat kita berbicara tentang pikiran dan
bahasa adalah bagaimana kaitannya antara pikiran dan bahasa. Pada masa lalu
orang banyak memperbincangkan ihwal ini adalah para filosof. Namun
diantara merek tidak pernah ada kesepakatan. Sebagian berpandangan bahwa
orang berpikir tidak memerlukan bahasa, sementara yang lain berpikir
sebaliknya. Filosof seperti Mueller (1887) berpandangan bahwa bahasa dan
pikiran tidak dapat dipisahkan. Sebaliknya, Sir Francis Galton menyanggah
pandangan ini.
Psikologi kemudian melakukan eksperimen untuk mengetahui lebih lanjut
masalah ini. Piaget (1924/55), misalnya, meneliti anak-anak untuk melihat

10
bagaimana bahasa terkait pikiran. Menurutnya ada dua modus pikiran; pikiran
terarah (directed) atau pikiran inteligen (intelligent) dan pikiran tak terarah
atau pikiran autistik (autistic).
Kenyataan bahwa anak berbicara dengan orang lain maupun dirinya
sendiri menimbulkan pertanyaan apakah ada derajat komunikasibilitas pada
anak. Piaget percaya bahwa itu ada dan dia menamakan bentuk tengah ini
sebagai pikiran egosentris dan bentuk bahasanya sebagai bahasa egosentris.
Sosialisasi dengan anak lain dan alam sekitar menurunkan derajat
egosentrisme. Makin besar sosialisasi itu, makin mengecil lah egosentri itu,
bahkan lama-lama bisa hilang.
Sementara itu psikolog Rusia Vygotsky (1962) berpandangan bahwa
ujaran egosentris tidak hilang tetapi mengalami transformasi genetik dan
berubah apa yang dia namakan inner speech. Hubungan antara inner speech
dan eksternal speech harus memanfaatkan bunyi karena ujaran hanya dapat
terwujud dengan bunyi fonetik. Namun, ini tidak berarti inner speech
hanyalah wujud batin dari external speech. Inner speech tetap merupakan
bentuk ujaran, yakni pikiran yang berkaitan dengan kata. bedanya adalah
bahwa external speech pikiran itu terwujud dalam kata, sedangkan dalam
inner speech kata-kata itu lenyap pada saat pikiran terbentuk.
Dengan singkat dapat dikatakan bahwa anak ketika sedang tumbuh,
berpikir yang terujarkan menjadi semakin kecil dan semakin dewasa, berpikir
tak lagi memakai kata yang diujarkan. Jarak yang makin jauh antara inner
speech dengan bunyi fonetik yang dipakai untuk mewakilinya mempercepat
proses berpikir.

a. Universal versus Relativitas


Dengan pengertian bahwa bahasa dan pikiran itu saling terkait,
dengan telah lama pula memperbincangkan pengarus bahasa terhadap
pikiran, atau sebaliknya. Pemikiran itu dimulai di jerman pada abad ke 18
terutama oleh John Herder (Clark Dan Clark 1977:516: lucy: 1)
dilanjutkan dijerman pada abad ke 19 oleh orang-orang seperti willem von
humbold, dan kemudian dikembangkan lebih lanjut di amerika oleh Franz
Boas, Benjamin L, Worf, Dan Edward Sapir
Bos memberikan tiga argumen untuk mendukung hipotese ini,
pertama, bahasa mengklasifikasi pengalaman. Pengalaman manusia itu
tidak ada batasnya. Kedua, bahasa yang berbeda-beda mengkalasifikasi
pengaalaman dengan cara yang berbeda-beda pula. Ketiga, fenomina
linguistik itu umumnya bersifat taksadar (unconscious), mungkin karena

11
produksi ujaran bersifat otomatis. Hal ini berbeda dengan fenomena-
fenomena lain yang umumnya disadari oleh si pengalaman. Kita dapat
dengan benar dan otomatis memakai kata mengawini seperti dalam
kalimat
(11) ahmad akan mengawini tutiek
Meskipun kita tidak sadar akan adanya aturan bahwa subjek untuk
mengawini haruslah seorang pria. Dalam bahasa inggris kita umumnya
mengatakan (12) dan bukan (13) tanpa mengetahui mengapa demikian
(12) how big is your house ?
(13) how small is your house ?
Hipotese sapir- whorf memunculkan kontroversi dalam dua hal. Pertama,
apakah benar bahwa srtuktur bahasa menentukan cara kita berfikir, dan bukan
malah sebaliknya? Bukanlah fikiran kita yang justru menentukan struktur bahasa?
Apakah bukan karena adanya padi, beras,menir,gabah, upo dsb. Itu yang membuat
kita lalu memilah-milah dunia kedalam kategori yang serinci seperti ini? Kata-
kata seperti padi, beras, gabah dsb. Itu muncul justru karena adanya fakta yang
merujuk kepada entitas-entitas itu.
Dengan memakai contoh padi dsb di atas, semula orang jawa memakai
pikiran mereka untuk mengkategorikan entitas ini menjadi 15 buah tetapi setelah
ke 15 rincian itu tercipta, mereka melihat dunia makanan berdasarkan 15 kategori
ini. Orang jawa tidak akan mengungkapkan pikiran mereka untuk kalimat 14 yang
diulang di sini, dengan kalimat 15
(14) iku upane jupuken
(15) iku segane jupuken
Karena bagi orang jawa upo (sebutir nasi yang, misalnya, jatuh dari piring ke
meja) itu berbeda dari sego “nasi”
Kontroversi kedua adalah dalam kaitannya dengan universal bahasa. Kalau
anak dapat memperoleh bahasa mana pun yang disuguhkan kepadanya, dan
strategi dalam pemerolehan itu sma bagi anak mana pun, pastilah ada sesuatu
yang sifatnya universal. Pada bahasa manapun ada kata-kata yang termasuk dalam
kategori nomina, dan ada yang termasuk verba. Pada bahasa man pun ada aturan
yang mengurutkan entitas yang universal ini . ihwal yang universal ini telah ada

12
pada manusia sejak lahir dan karenanya tidak perlu dipelajari. Yang perlu
dipelajari adalah bagaimana urutan itu dilakukan pada bahasa yang sedang
dipelajari anak- verba lalu nomina, atau nomina lalu verba dsb.
Dalam masalah salju untuk orang eskimo dan nasi untuk orang jawa
keuniversalnya terletak pada adanya entitas yang sama-sama diakui oleh siapa pun
bahwa itu adalah salju atau nasi. Yang membedakan orang eskimo dengan orang
jawa dan orang jawa dengan orang amerika adalah bahwa orang ekskimo merinci
salju itu dalam beberapa kategori,demikian juga orang jawa dengan orang amerika
dalam soal rincian nasi. Jasi, sebenarnya relativitas linguistik memiliki preposisi
akan adanya universal bahasa.
b. Kompleksitas dalam Ujaran dan Pikiran
Pada umumnya suatu pikiran kompleks dinyatakan dalam kalimat
yang kompleks pula. Begitu pula sebaliknya suatu kalimat yang komleks
umumnya mengungkapkan suatu pikiran yang kompleks pula.
Kompleksitas makna dalam kalimat yang kompleks ini muncul karena
dalam suatu kalimat yang kompleks selalu terdapat proposisi yang
jumlahnya lebih banyak. Proposisi-proposisi ini padat-padatkan dalam
kalimat dengan memakai piranti seperti penanda relatif yang yang dipakai
untuk menambah anak kalimat dapat diprpanjang tanpa batas dengan
memakai anak kalimat relatif selama kalimat tersebut berakhir dengan
sebuah nomina
Di samping itu, kompleksitas makna juga dapat terwujud dalam
bentuk yang lain0lain, salah satu di antaranya adalah apa yang dirujuk
dengan istilah markedness
Entitas, perbuatan, atau keadaan terbagi menjaadi dua kelompok
yang netral (unmarked) dan yang tak-netral (marked) perhatikan contoh-
contoh berikut uuntuk menjelaskan makna istilah ini
(16) How tall is your boyfriend?
(17) How short is your boyfried?
(18) Atma jaya mempunyai 12.000 mahasiswa
(19) Atma jaya mempunyai 5.000 mahasiwi

13
Kata tall pada (16) merupakan adjektiva yang merujuk pada pengertian yang
netral, yang tidak biasa terhadap para-anggapan apa pun. Dengan demikian kata
ini, kita dapat memberikan para penilaian terhadap tinggi badan orang itu. Nisa
saja, orang itu ternyata pendek. Akan tetapi , dengan memakai kata short pada
(17) kita telah memberikan pra-penilaian bahwa orang itu pendek kita hanya ingin
tahu severapa pendek orang itu
Kata mahasiswa pada (19) juga besifat netral dan mencakup baik pria
maupun wanita. Sebaliknya, mahasiswi pada (20) hanya mencakup kelompok
wanita saja. Hal-hal yang bersifat netral dan tidak biasa terhadap apa pun
dikatakan unmarked sedangkan yang tak-netral dinamakan marked
Kompleksitas dalam pikiran menyangkut konsep netral dan tak-netral
seperti ini. Dalam suatu percakapan yang lumrah, orang akan bertanya berapa
tinggi seseorang tanpa harus memikirkan dampak yang ditimbulkan aleh
pertanyaan itu. Akan tetapi, orang akan harus berfikir lebih lama untuk
menanyakan fakta yang sama apabila dia memilih kata short dan bukan tall
seperti pada (17)
Bahwa konsepp unmarkedness umumnya merujuk pada ihwal yang positif
tampak pada morfologi pila. Dalam bahasa inggris, kat-kata netral seperti happy
dan kid dapat dibuat negatif dengan menambahkan un:unhappy,unkid. Akan
tetapi, sebaliknya tidaklah mungkin . kita mempunyai kata sad dan rule sebagai
lawan dari happy dan kid, tetapi kita tidak menemukan kata-kata seperti “unsad
atau unrule”

14
BAB III
KESIMPULAN
Memori tergantung tidak hanya pada lingkungan yang kasad mata tetapi
juga pada struktur mental dari orang yang mempersepsinya. Ide inilah yang
kemudian melahirkan psikolog kongnitif.Psikolog kognitif mencoba
mengikuti aliran informasi dari mata,telinga, dan indera lain ke representasi
internalnya di sel-sel yang saling terkait di otak. Jadi, kalau kita melihat,
misalnya, suatu tabrakan mobil, pada otak kita muncul aktivitas terpola yang
menanggapi peristiwa itu. Akan tetapi, sukar sekali untuk membuktikan
bagaimana proses itu terjadi. Karena itu, psikolog kognitif harus bekerja sama
dengan para biolog untuk dapat melihat permasalahannya secara lebih jelas.

Penyanyi yang harus menghafal tiap kata dalam lirik lagu yang akan
Memori dibentuk dan dipakai melalui tiga tahap; input, penyimpanan, dan
output (Clark & lark 1977 : 134-136; Engel 1999 : 5). Pada tahap input orang
umumnya menerima masukan, baik lisan maupun tulisan, kemudian memberi
interpretasi tentang masukan itu untuk memahaminya. Biasanya, orang
memperhatikan maknanya, bukan kata-katanya. Karena itu yang disimpan
dalam memori bukan kata-kata yang didenganatau dibaca tetapi isi dari
keseluruhan kata-kata itu. Itulah sebabnya saat ada seseorang yang harus
menyatakan apa yang baru saja didengarnya maka orang tersebut tidak akan
memakai kata-kata yang persis dengan input yang diterimanya. Penyataan
ulang secara verbatim, yakni kata demi kata secara tepat, hanya terjadi pada
hal-hal khusus. Seperti seorang dibawakannya.
Tahap penyimpanan dimulai dengan proses menyimpan informasi pada
memori pendek. Ihwal yang dirasakan tidak perlu, atau hanya diperlukan
sementara hanya akan disimpan dalam memori pendek. Bila dirasakan perlu
dalam waktu lama, maka informasi itu akan dikirim ke memori panjang.
Memori panjang tidak menyimpan maka saja, kadang-kadang hafalam
verbatim juga disimpan di sana. Seperti orang yang dapat mengucapkan surat
al-Fatihah fasih, tetapi mereka tidak dapat berbicara bahasa arab.

15
DAFTAR RUJUKAN
Dardjiwidjojo, Soenjono. 2014. PSIKOLINGUISTIK. Jakarta: Yayasan Pustaka
Obor Indonesia.

16

Anda mungkin juga menyukai