PENDAHULUAN
1
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa itu kajian memori?
2. Dimana memori disimpan?
3. Apa saja macam-macam memori?
4. Apa yang dimaksud pembentukan dan pemakaian memori?
5. Apa yang dimaksud memori dan hafalan?
6. Apa yang dimaksud proposisi dalam memori?
7. Bagaimana hubungan pikiran dan bahasa?
1.3 Tujuan
1. Untuk menjelaskan apa itu kajian memori
2. Untuk menjelaskan dimana memori disimpan
3. Untuk menjelaskan macam-macam memori
4. Untuk menjelaskan pembentukan dan pemakaian memori
5. Untuk menjelaskan memori dan hafalan
6. Untuk menjelaskan proposisi dalam memori
7. Untuk menjelaskan hubungan pikiran dan bahasa
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
Sebaliknya, memori panjang berlangsung harian, mingguan, bulanan, tahunan,
dan bahkan bisa seumur hidup.
Pada awal abad ke 20 psikolog Rusia Ivan pavlov mengajukan teorinya
yang kemudian dikenal sebagai classical conditioningsementara Edward
Thorndike dari amerika mengajukan operant, atau experimental ,
conditioningyang kemudian lebih dikenal sebagai trial-and-eror learning.
Pada eksperimen pavlov didapati bahwa anjing ternyata terdapat
mengasosiasikan dua peristiwa. Karena telah terbiasa untuk mendapat
makanan setelah bel dibunyikan, maka binatang itu mengeluarkan air liur pada
waktu mendengar bel, meskipun tidak ada makanan yang kemudian diberikan.
Pada eksperimen Thorndike, tikus dapat mengasosiasikan respon yang benar
dengan upah yang akan diterimanya. Dengan kata lain, binatang ternyata dapat
pula menyimpan informasi pada memorinya.
Landasan seperti inilah yang kemudian memunculkan berbagai reaksi
negarif karena aliran ini mengabaikan proses mental yang terjadi pada saat
kita memperoleh suatu informasi dan menyimpannya. Psikolog Inggris
Frederic C Bartlett (1886-1969) dapat dikatakan sebagai salah pelopor yang
mula-mula sekali menyatakan bahwa persepsi dan memori tergantung tidak
hanya pada lingkungan yang kasad mata tetapi juga pada struktur mental dari
orang yang mempersepsinya. Ide inilah yang kemudian melahirkan psikolog
kongnitif.
Psikolog kognitif mencoba mengikuti aliran informasi dari mata,telinga,
dan indera lain ke representasi internalnya di sel-sel yang saling terkait di
otak. Jadi, kalau kita melihat, misalnya, suatu tabrakan mobil, pada otak kita
muncul aktivitas terpola yang menanggapi peristiwa itu. Akan tetapi, sukar
sekali untuk membuktikan bagaimana proses itu terjadi. Karena itu, psikolog
kognitif harus bekerja sama dengan para biolog untuk dapat melihat
permasalahannya secara lebih jelas.
Pada pertengahan tahun 60-an, saat psikolog kognitif mulai muncul,
muncul pula minat dari para biologi untuk menangani kignisi, revolusi dalam
bidang biologi mencakup dua komponen: (a) komponen molekular (b)
komponen sisitem (Squire dan Kandel 1999: 7-8) orang-orang seperti Gregor
Mendel,William Bateson, dan Thomas H. Morgan menunjukkan bahwa ihwal
herediter (herediaty) diturunkan dari orangtua ke anak melalui gen (gene) dan
tiap gen berada pada suatu struktur berderet dari nukleus sel yang dinamakan
kromosom (chromosome). Penemuan ini kemudian membantu ilmuwan
mempelajari representasi internal dari proses-proses kognitif yang kompleks
pada otak manusia.
Komponen sistem pada revolusi biologi berkaitan dengan penempatan
elemen dari fungsi kognitif pada era-era tertentu di otak. Dengan peralatan
moderen seperti PET (positron emission tomography) kita dapat menelusuri
apa yang terjadi pada otak pada waktu kita belajar sesuatu dan mengingatnya.
4
Biologi memori kiki dapat diteliti pada dua tataran yang berbeda: tataran yang
mengenai sel syaraf dan molekul pada sel tadi, dan tataran mengenai struktur
otak.
5
konsep mengenai binatang ini sehingga akhirnya tersimpanlah konsep kupu-
kupu itu dimemorinya. Memori kata adalah memori yang mengaitkan konsep
dengan wujud bunyi dari konsep tersebut. Seseorang yang lupa nama suatu
benda gagal memanfaatkan memori kata.
Sementara itu, ada pula yang membagi memori menjadi memori
nondeklaratif dan deklaratif (Squire dan Kandel 1999). Memori nondeklaratif
berasal dari pengalaman tetapi terwujud dalam bentuk perubahan perilaku,
bukan rekoleksi terhadap peristiwa masa lalu. Berbeda dengan deklaratif,
memori nondeklaratif bersifat intingtif. Ingatan anjing dalam ekperimen
pavolv atau tikus dalam eksperimen Thorndike merupakan contoh dari
nondeklaratif.
Sementara itu, memori deklaratif adalah memori untuk peristiwa, fakta,
kata, musik-segala bentuk pengetahuan yang telah kita peroleh dalam hidup.
Bagaimana memori macam ini diperoleh ditentukan oleh berbagai faktor.
Pertama, unsur keseringan. Makin sering suatu peristiwa diulang, makin besar
kemungkinanya memoori untuk peristiwa itu akan tertanam. Hal ini tampak
dalam hal mempelajari suatu pelajaran. Kalau kita membaca satu bab dua atau
tiga kali, kemungkinannya adalah bahwa kita akan memahami dan mengingat
lebih baik apa yang tertulis dalam bab itu. Hal ini diperkuat lagi dengan sikap
kita. Makin positif sikap kita terhadap topik yang kita baca, makin kuat
memori itu akan tertanam.
Kedua, faktor relevansi. Suatu peristiwa yang dari segi si pengalaman
diraskan relevan akan sangat mengesan dan akan menumbuhkan memori yang
cukup lama, bahkan bisa seumur hidup. Dalam hal cinta, misalnya, orang
umumnya akan ingat siapa orang pertama yang dia cintai. Dalam hal ilmu
pengetahuan, orang biasanya juga kan ingat siapa guru yang paling dia
sukai,atau,paling dia benci.
Ketiga, faktor signifikansi. Suatu hal yang signifikan umumnya akan
diingat cukup lama. Peristiwa larinya Tommy Soeharto, misalnya, mungkin
saja tidak relevan dalam kehidupan si A atau si B, tetapi peristiwa itu sendiri
sangat signifikan dalam tata hukum indonesia. Karena itu, si A atau si B akan
mengingat peristiwa tersebut untuk jangka waktu yang lama.
Keempat, faktor gladi kotor. Seorang penyanyi mau tidak mau harus
melatih diri untuk menghafalkan kata-kata dalam lagu yang akan
dinyayikan.begitu pula seorang pembawa syair. Gladi kotor ini membuat
orang ingat tidak hanya isi lagu atau syair itu tetapi juga kata demi katanya.
Kelima, faktor keteraturan. Entitas yang ditata secara teratur akan lebih
mudah diingat dari pada yang diletakkan secara cak. Dalam suatu penelitian
mengenai permainan catur, pemain unggulan dapat mengingat posisi 26 dari
32 butir catur yang dimainkan tahun 1985 antara grandmaster Karpovdengan
kasparov. Akan tetapi, dengan butir-butir yang diletakkan secara acak, mereka
hanya dapat mengingat 3 sampai 4 posisi (Squire dan Kandel 1999: 73).
6
Dalam koleksi pustaka pribadi, kita juga akan dapat dengan cepat mencari
buku yang kita perlukan kalau tatanan buku itu mengikuti suatu sistem
tertentu, misalnya berdasarkan topiknya: sosiolinguistik di rak kanan atas,
psikolinguistik di bawahnya, fonetik di rak kiri atas dan seterusnya.
Psikolog seperti William James (1841-1910) membagi memori menjadi
dua kelompok besar: memori pendek dan memori panjang. Memori pendek
dibagi lagi menjadi dua sub-bagian: memori sejenak (immediate memory) dan
memori kerja (working memory). Dengan demikian, pembagian memori
menurut james adalah seperti berikut.
Sejenak
Pendek
Kerja
Memori
panjang
7
berbicara mengenai pengetahuan dunia yang semua orang memiliki
pengetahuan tersebut, maka ini adalah memori semantik. Memori episodi dan
semantik memiliki jangkauan yang sangat luas. Bermacam-macam informasi
yang visual, audio, verbal, spasial, dan sebagainya. Karena itu memori
episodik dan memori semantik sering dijadikan satu yang disebut memori
deklaratif (Tulving dan Lapage 2000 : 214).
Berdasarkan bukti-bukti linguistik, Chafe (1973) menganggap ada tiga
macam memori; memori permukaan (surface memory), memori dangkal
(shallow memory), dan memori dalam (deep memory). Kesadaran kita akan
sesuatu tergantung pada empat macam input. Pertama, kita sdar akan sesuatu
karena adanya persepsi sensori yang kita alami. Seperti saat kita melihat ad
anjing tertabrak mobil, maka peristiwa itu akan masuk ke dalam kesadaran
kita. Kedua, kesadaran ini kemudian bisa ditampung dalam memori
permukaan untuk beberapa saat setelah sebelumnya berada dalam kesadaran
kita. Ketiga, peristiwa ini kemudian dapat tersimpa dalam memori dangkal.
Informasi yang ada di memori dangkal ini dapat sewaktu-waktu dipanggil
dengn ketepatan yang masih cukup tinggi. Akhirnya, memori dangkal dapat
disimpan di memori dalam untuk disimpan dalam waktu yang panjang.
Memori semacam ini biasanya kurang akurat dibanding dengan macam-
macam memori yang lain. Makin lama disimpan, biasanya memori akan
makin kurang akurat wujudnya. Chafe menggambarkannya dalam bagan
beikut.
Consicousness
8
2.4 Pembentukan dan Pemakaian Memori
penyanyi yang harus menghafal tiap kata dalam lirik lagu yang akan Memori
dibentuk dan dipakai melalui tiga tahap; input, penyimpanan, dan output (Clark &
lark 1977 : 134-136; Engel 1999 : 5). Pada tahap input orang umumnya menerima
masukan, baik lisan maupun tulisan, kemudian memberi interpretasi tentang
masukan itu untuk memahaminya. Biasanya, orang memperhatikan maknanya,
bukan kata-katanya. Karena itu yang disimpan dalam memori bukan kata-kata
yang didenganatau dibaca tetapi isi dari keseluruhan kata-kata itu. Itulah sebabnya
saat ada seseorang yang harus menyatakan apa yang baru saja didengarnya maka
orang tersebut tidak akan memakai kata-kata yang persis dengan input yang
diterimanya. Penyataan ulang secara verbatim, yakni kata demi kata secara tepat,
hanya terjadi pada hal-hal khusus. Seperti seorang dibawakannya.
Tahap penyimpanan dimulai dengan proses menyimpan informasi pada
memori pendek. Ihwal yang dirasakan tidak perlu, atau hanya diperlukan
sementara hanya akan disimpan dalam memori pendek. Bila dirasakan perlu
dalam waktu lama, maka informasi itu akan dikirim ke memori panjang.
Memori panjang tidak menyimpan maka saja, kadang-kadang hafalam
verbatim juga disimpan di sana. Seperti orang yang dapat mengucapkan surat
al-Fatihah fasih, tetapi mereka tidak dapat berbicara bahasa arab.
Pada tahap output, ada dua cara yang dipakai; rekognisi (recognition) dan
rekol (recall). Rekognisi adalah proses pemanggilan memori dengan meminta
seseorang untuk merekognisi sesuatu yang telah diberikan padanya
sebelumnya. Misalnya seseorang diminta untuk menjawab apakah benda yang
ditunjukan padanya pernah dilihat sebelumnya.pada rekol orang diminta untuk
menyatakan sesuatu yang telah dia lihat atau dengar sebelumnya. Dia diminta
untuk menyebutkan nama benda yang telah diperlihatkan sebelumnya. Pada
umumnya, rekognisi lebih mudah dari pada rekol.
Baik rekognisi maupun rekol, orang memanfaatkan tiga informasi
eksternal (Clark & Clark 1977 : 136). Pertama, dengan memanfaatkan
pengetahuan tentang bahasa yang dimilikinya, orang menentukan mana yang
mungkin dan mana yang tidak. Kedua, orang memanfaatkan pula pengetahuan
tentang dunia. Ketiga, orang juga memanfaatkan tentang konvensi wacana.
9
Sebaliknya, hafalan akan menjadi memori dengan adanya suatu usaha khusus.
Seorang aktor harus mengulang-ulang naskah dialognya. Hafalan itu akan
tersimpan di memorinya.
Sesuatu akan mudah dihafalkan apabila bahan itu bermakna. Suatu kalimat
yang ngalor-ngidul tidak jelas akan sulit untuk dihafal. Suatu bahan juga akan
mudah dihafal jika bahan tersebut sesuai dengan gramatikal.
Kalimat (1) adalah yang paling mudah karena kalimat ini berbentuk
deklaratif biasa. Kalimat (2) lebih sukar dari kalimat sebelumnya karena ada
devariasi yang mengubahnya menjadi kalimat negtif. Kalimat (3) juga lebih
sukar seperti kalimat (2) hanya devariasinya berbeda, menggunakan kalimat
introgatif. Kalimat (4) adalah yang paling sukar karena disini ada dua
devariasi; devariasi negatif dan devariasi introgatif. Jumlah devariasi ini
menentukan derajat kesukaran dalam komprehensi.
Meski banyak mendapat sanggahan, TDC membantu kita menangani
kasus memori karena dalam TDC ini terkandung pengertian bahwa kalimat
dinyatakan sebagai preposisi dengan segala macam saling hubungnya.
Pertanyaan yang selalu muncul saat kita berbicara tentang pikiran dan
bahasa adalah bagaimana kaitannya antara pikiran dan bahasa. Pada masa lalu
orang banyak memperbincangkan ihwal ini adalah para filosof. Namun
diantara merek tidak pernah ada kesepakatan. Sebagian berpandangan bahwa
orang berpikir tidak memerlukan bahasa, sementara yang lain berpikir
sebaliknya. Filosof seperti Mueller (1887) berpandangan bahwa bahasa dan
pikiran tidak dapat dipisahkan. Sebaliknya, Sir Francis Galton menyanggah
pandangan ini.
Psikologi kemudian melakukan eksperimen untuk mengetahui lebih lanjut
masalah ini. Piaget (1924/55), misalnya, meneliti anak-anak untuk melihat
10
bagaimana bahasa terkait pikiran. Menurutnya ada dua modus pikiran; pikiran
terarah (directed) atau pikiran inteligen (intelligent) dan pikiran tak terarah
atau pikiran autistik (autistic).
Kenyataan bahwa anak berbicara dengan orang lain maupun dirinya
sendiri menimbulkan pertanyaan apakah ada derajat komunikasibilitas pada
anak. Piaget percaya bahwa itu ada dan dia menamakan bentuk tengah ini
sebagai pikiran egosentris dan bentuk bahasanya sebagai bahasa egosentris.
Sosialisasi dengan anak lain dan alam sekitar menurunkan derajat
egosentrisme. Makin besar sosialisasi itu, makin mengecil lah egosentri itu,
bahkan lama-lama bisa hilang.
Sementara itu psikolog Rusia Vygotsky (1962) berpandangan bahwa
ujaran egosentris tidak hilang tetapi mengalami transformasi genetik dan
berubah apa yang dia namakan inner speech. Hubungan antara inner speech
dan eksternal speech harus memanfaatkan bunyi karena ujaran hanya dapat
terwujud dengan bunyi fonetik. Namun, ini tidak berarti inner speech
hanyalah wujud batin dari external speech. Inner speech tetap merupakan
bentuk ujaran, yakni pikiran yang berkaitan dengan kata. bedanya adalah
bahwa external speech pikiran itu terwujud dalam kata, sedangkan dalam
inner speech kata-kata itu lenyap pada saat pikiran terbentuk.
Dengan singkat dapat dikatakan bahwa anak ketika sedang tumbuh,
berpikir yang terujarkan menjadi semakin kecil dan semakin dewasa, berpikir
tak lagi memakai kata yang diujarkan. Jarak yang makin jauh antara inner
speech dengan bunyi fonetik yang dipakai untuk mewakilinya mempercepat
proses berpikir.
11
produksi ujaran bersifat otomatis. Hal ini berbeda dengan fenomena-
fenomena lain yang umumnya disadari oleh si pengalaman. Kita dapat
dengan benar dan otomatis memakai kata mengawini seperti dalam
kalimat
(11) ahmad akan mengawini tutiek
Meskipun kita tidak sadar akan adanya aturan bahwa subjek untuk
mengawini haruslah seorang pria. Dalam bahasa inggris kita umumnya
mengatakan (12) dan bukan (13) tanpa mengetahui mengapa demikian
(12) how big is your house ?
(13) how small is your house ?
Hipotese sapir- whorf memunculkan kontroversi dalam dua hal. Pertama,
apakah benar bahwa srtuktur bahasa menentukan cara kita berfikir, dan bukan
malah sebaliknya? Bukanlah fikiran kita yang justru menentukan struktur bahasa?
Apakah bukan karena adanya padi, beras,menir,gabah, upo dsb. Itu yang membuat
kita lalu memilah-milah dunia kedalam kategori yang serinci seperti ini? Kata-
kata seperti padi, beras, gabah dsb. Itu muncul justru karena adanya fakta yang
merujuk kepada entitas-entitas itu.
Dengan memakai contoh padi dsb di atas, semula orang jawa memakai
pikiran mereka untuk mengkategorikan entitas ini menjadi 15 buah tetapi setelah
ke 15 rincian itu tercipta, mereka melihat dunia makanan berdasarkan 15 kategori
ini. Orang jawa tidak akan mengungkapkan pikiran mereka untuk kalimat 14 yang
diulang di sini, dengan kalimat 15
(14) iku upane jupuken
(15) iku segane jupuken
Karena bagi orang jawa upo (sebutir nasi yang, misalnya, jatuh dari piring ke
meja) itu berbeda dari sego “nasi”
Kontroversi kedua adalah dalam kaitannya dengan universal bahasa. Kalau
anak dapat memperoleh bahasa mana pun yang disuguhkan kepadanya, dan
strategi dalam pemerolehan itu sma bagi anak mana pun, pastilah ada sesuatu
yang sifatnya universal. Pada bahasa manapun ada kata-kata yang termasuk dalam
kategori nomina, dan ada yang termasuk verba. Pada bahasa man pun ada aturan
yang mengurutkan entitas yang universal ini . ihwal yang universal ini telah ada
12
pada manusia sejak lahir dan karenanya tidak perlu dipelajari. Yang perlu
dipelajari adalah bagaimana urutan itu dilakukan pada bahasa yang sedang
dipelajari anak- verba lalu nomina, atau nomina lalu verba dsb.
Dalam masalah salju untuk orang eskimo dan nasi untuk orang jawa
keuniversalnya terletak pada adanya entitas yang sama-sama diakui oleh siapa pun
bahwa itu adalah salju atau nasi. Yang membedakan orang eskimo dengan orang
jawa dan orang jawa dengan orang amerika adalah bahwa orang ekskimo merinci
salju itu dalam beberapa kategori,demikian juga orang jawa dengan orang amerika
dalam soal rincian nasi. Jasi, sebenarnya relativitas linguistik memiliki preposisi
akan adanya universal bahasa.
b. Kompleksitas dalam Ujaran dan Pikiran
Pada umumnya suatu pikiran kompleks dinyatakan dalam kalimat
yang kompleks pula. Begitu pula sebaliknya suatu kalimat yang komleks
umumnya mengungkapkan suatu pikiran yang kompleks pula.
Kompleksitas makna dalam kalimat yang kompleks ini muncul karena
dalam suatu kalimat yang kompleks selalu terdapat proposisi yang
jumlahnya lebih banyak. Proposisi-proposisi ini padat-padatkan dalam
kalimat dengan memakai piranti seperti penanda relatif yang yang dipakai
untuk menambah anak kalimat dapat diprpanjang tanpa batas dengan
memakai anak kalimat relatif selama kalimat tersebut berakhir dengan
sebuah nomina
Di samping itu, kompleksitas makna juga dapat terwujud dalam
bentuk yang lain0lain, salah satu di antaranya adalah apa yang dirujuk
dengan istilah markedness
Entitas, perbuatan, atau keadaan terbagi menjaadi dua kelompok
yang netral (unmarked) dan yang tak-netral (marked) perhatikan contoh-
contoh berikut uuntuk menjelaskan makna istilah ini
(16) How tall is your boyfriend?
(17) How short is your boyfried?
(18) Atma jaya mempunyai 12.000 mahasiswa
(19) Atma jaya mempunyai 5.000 mahasiwi
13
Kata tall pada (16) merupakan adjektiva yang merujuk pada pengertian yang
netral, yang tidak biasa terhadap para-anggapan apa pun. Dengan demikian kata
ini, kita dapat memberikan para penilaian terhadap tinggi badan orang itu. Nisa
saja, orang itu ternyata pendek. Akan tetapi , dengan memakai kata short pada
(17) kita telah memberikan pra-penilaian bahwa orang itu pendek kita hanya ingin
tahu severapa pendek orang itu
Kata mahasiswa pada (19) juga besifat netral dan mencakup baik pria
maupun wanita. Sebaliknya, mahasiswi pada (20) hanya mencakup kelompok
wanita saja. Hal-hal yang bersifat netral dan tidak biasa terhadap apa pun
dikatakan unmarked sedangkan yang tak-netral dinamakan marked
Kompleksitas dalam pikiran menyangkut konsep netral dan tak-netral
seperti ini. Dalam suatu percakapan yang lumrah, orang akan bertanya berapa
tinggi seseorang tanpa harus memikirkan dampak yang ditimbulkan aleh
pertanyaan itu. Akan tetapi, orang akan harus berfikir lebih lama untuk
menanyakan fakta yang sama apabila dia memilih kata short dan bukan tall
seperti pada (17)
Bahwa konsepp unmarkedness umumnya merujuk pada ihwal yang positif
tampak pada morfologi pila. Dalam bahasa inggris, kat-kata netral seperti happy
dan kid dapat dibuat negatif dengan menambahkan un:unhappy,unkid. Akan
tetapi, sebaliknya tidaklah mungkin . kita mempunyai kata sad dan rule sebagai
lawan dari happy dan kid, tetapi kita tidak menemukan kata-kata seperti “unsad
atau unrule”
14
BAB III
KESIMPULAN
Memori tergantung tidak hanya pada lingkungan yang kasad mata tetapi
juga pada struktur mental dari orang yang mempersepsinya. Ide inilah yang
kemudian melahirkan psikolog kongnitif.Psikolog kognitif mencoba
mengikuti aliran informasi dari mata,telinga, dan indera lain ke representasi
internalnya di sel-sel yang saling terkait di otak. Jadi, kalau kita melihat,
misalnya, suatu tabrakan mobil, pada otak kita muncul aktivitas terpola yang
menanggapi peristiwa itu. Akan tetapi, sukar sekali untuk membuktikan
bagaimana proses itu terjadi. Karena itu, psikolog kognitif harus bekerja sama
dengan para biolog untuk dapat melihat permasalahannya secara lebih jelas.
Penyanyi yang harus menghafal tiap kata dalam lirik lagu yang akan
Memori dibentuk dan dipakai melalui tiga tahap; input, penyimpanan, dan
output (Clark & lark 1977 : 134-136; Engel 1999 : 5). Pada tahap input orang
umumnya menerima masukan, baik lisan maupun tulisan, kemudian memberi
interpretasi tentang masukan itu untuk memahaminya. Biasanya, orang
memperhatikan maknanya, bukan kata-katanya. Karena itu yang disimpan
dalam memori bukan kata-kata yang didenganatau dibaca tetapi isi dari
keseluruhan kata-kata itu. Itulah sebabnya saat ada seseorang yang harus
menyatakan apa yang baru saja didengarnya maka orang tersebut tidak akan
memakai kata-kata yang persis dengan input yang diterimanya. Penyataan
ulang secara verbatim, yakni kata demi kata secara tepat, hanya terjadi pada
hal-hal khusus. Seperti seorang dibawakannya.
Tahap penyimpanan dimulai dengan proses menyimpan informasi pada
memori pendek. Ihwal yang dirasakan tidak perlu, atau hanya diperlukan
sementara hanya akan disimpan dalam memori pendek. Bila dirasakan perlu
dalam waktu lama, maka informasi itu akan dikirim ke memori panjang.
Memori panjang tidak menyimpan maka saja, kadang-kadang hafalam
verbatim juga disimpan di sana. Seperti orang yang dapat mengucapkan surat
al-Fatihah fasih, tetapi mereka tidak dapat berbicara bahasa arab.
15
DAFTAR RUJUKAN
Dardjiwidjojo, Soenjono. 2014. PSIKOLINGUISTIK. Jakarta: Yayasan Pustaka
Obor Indonesia.
16