Anda di halaman 1dari 25

KELOMPOK 2

NYERI PANGGUL (PELVIS)


DEGENERATING UTERINE FIBROID
Definisi
Mioma uteri adalah neoplasma jinak berasal dari otot uterus, yang dalam kepustakaan ginekologi juga
terkenal dengan istilah-istilah f ib rimioma uteri, leiomyoma uteri atau uterine f ib roid. Mioma uteri adalah
tumor jinak uterus yang berbatas tegas yang terdiri dari otot polos dan jaringan fibrosa

Etiologi
Terjadinya mioma uteri itu tergantung pada sel-sel otot imatur yang terdapat pada cell nest yang
selanjutnya dapat dirangsang terus menerus oleh estrogen. Estrogen sebagai faktor etiologi, karena
1. Mioma uteri sering kali tumbuh lebih cepat pada masa hamil
2. Neoplasma ini tidak pernah ditemukan sebelum monarche
3. Mioma uteri biasanya mengalami atrofi sesudah menopause
4. Hiperplasia endometriumsering ditemukan bersama dengan mioma


Jenis Mioma Uteri

01 02
Mioma submukosa Mioma intramural

M i o ma d i u teru s d ap at
berasal dari serviks uteri dan
selebihnya adalah dari korpus
uteri. Menurut tempatnya di 03 04
uterus dan menurut arah
p e r t u m b u h a n n y a , m a ka
mioma uteri dibagi 4 jenis Mioma subserosa M i o m a
antara lain : intraligamenter
Manifestasi Klinis

1. Perdarahan tidak normal 2. Rasa nyeri pada pinggang dan perut


bagian bawah

P erd a ra h a n i n i sern g
bersifat hipermenore

3. Tanda-tanda penekanan 4. Infertilitas dan abortus

Te rd a p a t t a n d a - t a n d a I nferti l i tas b i sa teraj d i j i ka


p en ekan an terg an tu n g d ari mioma intramural menutup atau
besar dan lokasi mioma uteri. menekan po rs i ntersti si ali s
Tekanan bisa terjadi pada tubae; mioma submukosum
traktus urinarius, pada usus, dan memudahkan terjadinya abortus.
p ad a p emb u lu h - p emb u lu h
darah.
Pemeriksaan Penunjang

1. Laporoskopi : untuk mengetahui ukuran dan lokasi tumor


2. USG abdominal dan transvaginal
3. Biopsi : untuk mengetahui adanya keganasan
4. Dilatasi serviks dan kuretase akan mendeteksi adanya f ibroid
subserous.

Penatalaksanaan

1. Pada mioma kecil dan tidak menimbulkan keluhan, tidak


diberikan terapi hanya diobservasi tiap 3 – 6 bulan untuk
menilai pembesarannya. Mioma akan lisut setelah menopause
2. Radioterapi
3. Pemberian GnRH agonis selama 6 minggu
4. Miomektomi dengan atau tanpa histerektomi bila uterus
melebihi seperti kehamilan 12 – 14 minggu
5. Estrogen untuk pasien setelah menopause dan observasi setiap
6 minggu.

ECTOPIC PREGNANCY
Definisi
Kehamilan ektopik adalah implantasi embrio di luar rongga rahim yang paling sering terjadi di tuba
falopi. Kerusakan tuba falopi, biasanya akibat peradangan, menyebabkan disfungsi tuba yang dapat
menyebabkan retensi oosit atau embrio. Kehamilan ektopik dapat mengalami abortus atau rupture apabila
massa kehamilan berkembang melebihi kapasitas ruang implantasi dan peristiwa ini disebut sebagai kehamilan
ektopik terganggu

Faktor Resiko
Riwayat kehamilan ektopik sebelumnya, penyakit radang panggul, operasi tuba, kegagalan alat
kontasepsi, abnormalitas zigot, faktor ovarium dan merokok atau keterpaparan asap rokok.


Manifestasi Klinis
nyeri panggul tetapi tidak semua kehamilan ektopik bermanifestasi dengan nyeri.
Bisa terjadi ketidaknyamanan perut,
mual dan muntah,
sinkop, pusing,
perdarahan vagina.

Diagnosis Banding
Diagnosis banding yang penting untuk dipertimbangkan pada kehamilan ektopik adalah
torsio ovarium, abses tuba-ovarium, apendisitis, hemorrhagic corpus luteum, ruptur kista ovarium,
ancaman keguguran, keguguran tidak lengkap, penyakit radang panggul, dan batu ureter

Penatalaksanaan
Pemberian metotreksat intramuskular atau operasi laparoskopi. .
Pasien dengan tingkat hCG yang relatif rendah akan diberikan metotreksat dosis tunggal.
Pasien dengan tingkat hCG yang lebih tinggi mungkin memerlukan rejimen dua dosis.

Indikasi Bedah :
indikasi perdarahan intraperitoneal, gejala yang menunjukkan ruptur massa ektopik yang
sedang berlangsung, atau ketidakstabilan hemodinamik

Algoritma
tatalaksana
ADENOMYOSIS
Definisi
Adenomiosis adalah keadaan dimana adanya endometrium ektopik didalam
myo metrium, sangat mirip dengan endo metrio sis, dimana letak ekto pik
endometrium diluar dari rongga Rahim. Keduanya disebabkan oleh ektopik
endometrium.

Faktor resiko
46-50 thn
Prosedur kuretasi dan dilatasi dapat menggangu endometrial miometrial interface
(EMI) dan memfasilitasi invasi, implantasi, penanaman, dan pembentukan koloni
endometrium di dalam dinding miometrium, meningkatkan risiko adenomiosis.


Manifestasi klinis Tatalaksana
• Terapi hormonal
• Perdarahan Uterus Abnormal Obat hormonal yaitu
Dikeluhkan perdarahan banyak, Gonadotrophin Relesing Hormone
b erhu b u ngan d engan b eratnya ag o n i st (Gn R H a) , yan g d ap at
pro ses adeno mi o si s. Perdarhan dikombinasikan dengan terapi
ireguler relatif jarang, hanya terjadi operatif
10 % wanita dengan adenomiosis
• Asimtomatis • Terapi Operatif
Di temu kan ti d ak sen g aj a histerektomi, indikasi operasi
(pemeriksaan abdomen atau pelvis; antara lain ukuran adenomiosin
USG transvaginal atau MRI; bersama leb i h d ari 8 c m , g ej al a y an g
dengan patologi lain) progresif seperti perdarahan yang
• D i s m e n o re a > 5 0 % w a n i t a semakin banyak dan infertilitas
dengan adenomiosis lebih ddari 1 tahun walaupun telah
m e n d a p a t t e ra p i h o r m o n a l
konvensional
Algoritma
tatlaksana
OVARIAN TORSION
Definisi
Torsi ovarium juga disebut sebagai torsi adneksal. Keadaan ini terjadi ketika ovarium
memutar disekitar ligamen yang menahannya di tempat tersebut. Putaran ini memotong aliran
darah keovarium dan tuba fallopi, yang menyebabkan rasa sakit yang parah karena ovarium tidak
menerima cukup darah. Jika pembatasan darah berlanjut terlalu lama dapat menyebabkan
kematian jaringan yang berakibat kepada hilangnya ovarium.

Faktor resiko
1. Lebih dari 80% pasien dengan torsi ovarium memiliki massa ovarium 5 cm atau lebih besar
2. Usia 20-40 tahun
3. Tumor jinak dan ganas dalam torsi ovarium
4. Torsi ovarium dalam kehamilan

Tanda dan Gejala
1. Nyeri panggul akut

2. Mual, muntah, kehilangan nafsu makan

3. Pendarahan vagina yang sangat berat

4. Demam

5. Perubahan waktu menstruasi

6. Perubahan buang air besar

7. Buang air kecil yang lebih sering

8. Kenaikan berat badan


Penegakkan diagnosis Tatalaksana

1. US G tran s- vag i n al, yan g m el i b atkan


memasukkan probe ultrasound kecil ke dalam
Operasi : ada 2
vagina.

USG perut, yang menggunakan probe


prosedur bedah yaitu
2.

ultrasound di bagian luar perut. laparo sko pi dan


3. Tes pencitraan lainnya, seperti CT scan atau MRI laparotomy
scan.

4. Tes penghitungan darah lengkap, atau CBC,


yang dapat mengukur jumlah sel darah putih
dalam tubuh.
Ovarian Cyst Rupture (Kista Ovarium Ruptur/Pecah)

Terbentuknya kista normal, yang terjadi pada wanita usia remaja dan dewasa
muda yang dikenal dengan kista fungsional. Setelah masa ovulasi kista
fungsional ini akan menyusut. Namun, kista juga dapat berkembang menjadi
semakin besar dan menyebabkan kista pecah (ruptur).
Kista ovarium terpelintir atau pecah adalah suatu kondisi kegawadaruratan
yang perlu penanganan segera. Hal ini dikarenakan dapat menyebabkan
kehilangan organ ovarium dan mengancam nyawa.


Etiologi & Faktor resiko
Ruptur kista ovarium memiliki etiologi yang tidak jelas, terdapat faktor risiko yang diketahui. Ini
termasuk trauma perut dan terapi antikoagulasi.Kondisi ini paling sering terjadi pada wanita usia
reproduksi 18-35 tahun.

Manifestasi klinis
Pasien sering datang dengan gejala nyeri perut yang akut, biasanya selama aktivitas fisik yang berat,
seperti olahraga atau hubungan seksual. Gejala terkait lainnya termasuk yang berikut ini:
 Pendarahan vagina
 Mual dan / atau muntah
 Kelemahan
 Syncope
 Nyeri bahu
 Keruntuhan peredaran darah
Pemeriksaan fisik

1. Tanda-tanda vital biasanya dalam kisaran normal.


2. Temuan f isik dapat berkisar dari nyeri perut bawah unilateral ringan hingga perut
akut dengan nyeri parah, guarding, rebound, dan tanda-tanda peritoneal.
3. Demam ringan kadang-kadang diamati
4. Massa adneksa dapat teraba, meskipun tidak adanya temuan tersebut pada
pemeriksaan tidak memiliki nilai diagnostik karena banyak kista mengalami
dekompresi setelah ruptur.
5. Perubahan ortostatik konsisten dengan perdarahan yang cukup besar.
Penatalaksanaan
 Asetaminofen,
A set amin o fen ad al ah o b at p il ih an u n t u k nyer i p ad a p asien d en g an h ip er sen sit ivit as yan g
didokumentasikan terhadap aspirin atau obat antiinf lamasi nonsteroid; mereka dengan penyakit GI bagian
atas; atau mereka yang menggunakan antikoagulan oral.
 Narkotika atau Morfin Sulfat
Morfin sulfat adalah obat pilihan untuk analgesia narkotik, karena efeknya yang andal dan dapat diprediksi,
prof il keamanan, dan kemudahan reversibilitas dengan nalokson. Pemberian intravena dapat diberikan
dengan beberapa cara dan biasanya dititrasi sampai efek yang diinginkan diperoleh
Untuk nyeri kronis yang parah yang tak kunjung sembuh dari terapi alternatif, morf in sulfat pelepasan
langsung dan pelepasan lama mungkin diperlukan. Arymo ER adalah formulasi pencegah penyalahgunaan
morfin sulfat.
 Analgesik pilihan.
 Obat antiinflamasi nonsteroid (NSAID


TUBOOVARIUM ABSES
Abses tubo ovarium adalah pembengkakan yang terjadi pada tuba ovarium yang ditandai dengan radang bernanah,
baik disalah satu tuba ovarium atau keduanya. Terjadi akibat infeksi pelvis puerperalis maupun dari penyebaran ke
ovarium organisme-organisme piogenik.

Etiologi & Faktor Resiko


Abses tubo ovarium disebabkan oleh infeksi bakteri seperti Streptococcus, E.Coli, spesies Bacteroides, spesies
Prevotella, spesies Peptostreptococcuss.
Faktor resiko yang terkait adalah :
1. Pasangan seksual multiple
2. Riwayat penyakit peradangan panggul
3. Penggunaan alat kontrasepsi dalam Rahim (AKDR)
4. Riwayat penyakit gonorrhea dan chlamidia.



Manifestasi Klinis Pemeriksaan Penunjang

1. Pemeriksaan laboratorium :
1. Mengalami syok sepsis leukopenia/leukositosis. Hasil
2. Onset 2 minggu setelah urinalisis menunjukan adanya
menstruasi dengan nyeri pyuria tanpa bacteriuria, LED
minimal 64mm/h
panggul dan perut 2. USG : dilakukan baik secara
3. Mual, muntah, demam,takikardi transvaginal atau
4. Nyeri tekan abdomen transabdominal.
3. Kuldosentesis : cairan
kuldosentesis pada wanita
dengan ATO yang tidak rupture
memperlihatkan gambaran
reaction fluid
Penegakkan Diagnosis Tatalaksana
a. Cu ri g a ATO u tu h tan p a g ej ala : d o ksi kl i n
2x/100mg/hari selama 1 minggu atau ampisilin
Adanya gejala dan dapat
4x500mg/hari, selama 1 minggu. Bila massa tak
disertai adanya :
mengecil selama 14 hari atau membesar dapat
- Riwayat infeksi pelvis
dapat kemungkinan untuk laparotomi.
- Adanya massa adnexa,
b. ATO utuh dengan gejala : rujuk RS, tirah baring
biasanya lunak
dengan po sisi “semi fowler”. Observasi TTV,
- Produksi pus dari
p ro d u ksi u ri n e, p eri ksa l i n g kar ab d o men ,
kuldesintesis pada rupture
p em b eri an an ti b i o ti ka m assi f. Ji ka p erlu
di lanj utkan laparo to mi , SO uni lateral, atau
pengangkatan seluruh organ genitaliainterna.
c. ATO yang pec ah merupakan kasus darurat :
dilakukan laparotomi pasang drain kultur nanah,
s e t e l a h d i l a ku ka n l a p a ro t o m i d i b e ri ka n
sefalosporin generasi III dan metronidazole 2x1gr
selama 7 hari.
Daftar Pustaka
1. International Journal of Reproduction, Contraception, Obstetrics and Gynecology Bhuyar S et al. Int J
Reprod Contracept Obstet Gynecol. 2017 Jan;6(1):292-294AUTHOR (YEAR). Title of the publication.
Publisher
2. Hendarto, H. Endometriosis Dari Aspek Teori Sampai penanganan Klinis. Edisi 1; Pusat Penerbitan dan
Percetakan Unair: 2015AUTHOR (YEAR). Title of the publication. Publisher
3. Sun.Wei Guo. The Pathogenesis of Adenomyosis vis-a-vis Endometriosis:2020.9,485;
doi:10.3390/jcm9020485

4. Zeev Shoham. Journal of fertilization: in vitro-IVF-worldwide, reproductive medicine, genetics & stem cell
biology. Open access freely available online. Vol 8. Iss 2 No:e 102

5. Ci Huang, Mun-Kun Hong, Dh-Ching Ding. A review of ovary tosion. Wolters Kluwer-Medknow. 29(3):143
-147. 2017

6. Savaris Rf, Fuhrich DG, Duarte RV. Antibiotic theraphy for pelvic inflamatorry disease(Review). Cochrane
Library. Wiley.2017

7. I Gede Sastra Wint, Musa Taufiq. Pelvic inflammatory disease (PID) management in COVID-19 pandemic era.
Indonesian journal of obstetrics & ginecology science. 2019

8. https://emedicine.medscape.com/article/253620-overview

9. https://obgyn.onlinelibrary.wiley.com/doi/10.1111/tog.12447
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai