Anda di halaman 1dari 17

MIOMA UTERI

dr.Bambang Widjanarko,SpOG

Fak.Kedokteran & Kesehatan UMJ

Mioma uteri adalah tumor jinak yang berasal dari sel otot
polos dan jaringan ikat uterus. Mioma uteri adalah
neoplasma yang paling sering terjadi dalam uterus.
Diperkirakan sekitar 45% wanita memiliki mioma pada usia
50 an namun sebagian besar bersifat asimptomatik.

GEJALA MIOMA UTERI

 Perdarahan haid berlebihan


 Nyeri panggul
 Rasa tidak enak pada abdomen bagian bawah
 Infertiliti

Perubahan menjadi ganas sangat jarang ( degenerasi sarkomatosa kira kira 1 : 1000 kasus
mioma uteri )

FAKTOR RESIKO

 Usia
 Ras
 Nulipara
 Riwayat keluarga
 Obesitas
 Pemberian pil kontrasepsi oral atau DMPA – depo medroksiprogesteron asetat dapat
mengurangi resiko

PATOGENESIS

Faktor yang mengawali terjadinya mioma uteri tidak diketahui secara pasti, namun
diketahui bahwa hormon steroid ovarium sangat mempengaruhi pertumbuhannya.

Mioma uteri jarang terjadi sebelum menarche kecuali bila ada stimulasi dari pemberian
hormon secara eksogen.

Mioma uteri membesar secara dramatik saat kehamilan.

Mioma uteri memiliki jumlah reseptor estrogen dan progesteron yang lebih banyak
dibandingkan dengan sel otot polos lain.
Estrogen memicu proliferasi sel otot polos dan progesteron meningkatkan produksi protein
yang mengganggu proses apoptosis ( “programmed cell death”)
Mioma uteri juga memiliki kandungan “growth Factor” yang lebih tinggi yang mampu
menstimulasi produksi fibronektin dan kolagen ( komponen utama matriks ekstraseluler
yang khas untuk mioma uteri ).

KARAKTERISTIK

Mioma uteri hampir selalu berbentuk bulat – berbatas tegas dengan sekitarnya, berwarna
putih , padat dan pada irisan melintang akan terlihat adanya lapisan lapisan yang
membentuknya.

Meskipun berbatas tegas, mioma uteri tidak memiliki kapsul , pseudocapsule terbentuk
akibat adanya otot polos perifer yang tertekan. Sejumlah pembuluh darah dan pembuluh
limfe menembus ‘pseudocapsule’ untuk memasok kebutuhan pembesaran tumor.

Perubahan degeneratif yang paling sering terlihat adalah ‘hyaline degeneration’ dimana
jaringan ikat dan otot polos diganti oleh jaringan hialin. Bila bahan hialin terurai akibat
gangguan pasokan pembuluh darah maka akan terjadi “cystic degeneration”

Pasca menopause sering terjadi “calcification”


Meski sangat jarang perubahan degenerasi yang dapat terjadi adalah “fatty degeneration“

Pada masa kehamilan, 5 – 10% penderita mioma akan mengeluh adanya rasa nyeri akibat
“red degeneration”

JENIS MIOMA UTERI

1. INTRAMURAL
2. SUBSEROSA
3. SUBMUKOSA
SIMPTOMATOLOGI

Sebagian besar tidak menunjukkan gejala dan tanda apapun

 Kecemasan pasien akibat merasa ada sesuatu dalam perutnya


 Nyeri panggul
 Rasa berat di abdomen bagian bawah
 Sakit punggung
 Gangguan miksi (akibat penekanan tumor pada kandung kemih )
 Retensio urine atau hidronefrosis akibat tekanantumor yang besar dalam rongga
panggul
 Menoragia ( pada jenis tumor intramural atau submukosa )
 Metroragia ( pada jenis mioma submukosa yang menyebabkan ulserasi pada
endometrium sekitar tumor )
 Perdarahan banyak dengan segala akibatnya : anemia, lesu, dispnea dan gagal
jantung kongestif
 Mioma uteri jarang menyebakan rasa nyeri yang hebat kecuali pada kasus
degenerasi merah ( infark ) yang sering terjadi pada masa kehamilan
 Dispareunia akibat inkarserasi
 Dismenorea sekunder
 Infertliti
 Abortus
TANDA

 Untuk tumor yang lebih besar dari 12 – 14 minggu, palpasi abdomen dapat
merasakan adanya masa dalam abdomen
 Untuk tumor submosa, palpasi abdomen tidak akan memberi hasil yang memadai
 Pada pemeriksaan bimanual, tumor subserosa atau intramural dapat diraba dengan
mudah pada pasien dengan dinding abdomen yang tidak terlampau tebal
 Bila gerakan dari masa tumor diikuti dengan gerakan servik maka diagnosa
cenderung pada mioma uteri

Transabdominal sagittal sonogram shows a heterogeneous but predominately hypoechoic posterior uterine fibroid.
More midline image obtained in the same patient as in Image 1 shows 2 markers that delineate the margins of the endometrial stripe.

DIAGNOSA BANDING

1. Sarkoma uteri
2. Inflamasi yang menyebabkan terbentuknya tumor panggul ( hidrosalping, abses tuba
)
3. Kista ovarium
4. Proses dalam usus
5. Keganasan kolon
6. Adenomiosis ( pembesaran uterus secara merata )

PENATALAKSANAAN

Pada umumnya, bila terdeteksi mioma uteri yang kecil maka dilakukan evaluasi tumor 6
bulan kemudian secara ultrasonografis, harus disingkirkan kemungkinan terjadinya
pertumbuhan cepat dari leiomiosarkoma

Intervensi diberikan sesuai dengan masalah klinik yang ada

Bila keluhan utama adalah menorrhagia maka dapat dilakukan aspirasi endometrial atau
kuretase fraksional untuk terapi dan menegakkan diagnosa.

PENATALAKSANAAN MEDIS

MENORAGIA pada sejumlah kasus dapat diatasi secara hormonal dengan memberikan
terapi progestin ( medroksiprogesteron asetat oral atau injelsi ), IUD levonorgestrel atau
metode kontrasepsi hormonal kombinasi dengan tujuan utama mengurangi jumlah darah
haid

Pemberian GnRH agonis diberikan untuk blokade steroidogenesis ovarium sehingga


menghambat proliferasi endometrium dan secara serempak memperkecil volume
miomterium dan leiomioma sehingga perdarahan diperkecil dan mengurangi hilangnya
darah saat operasi

Percobaan klinik dengan memberikan antiprogesteron receptor antagonis MIFEPRISTONE


(RU 486) berhasil mengurangi volume leiomioma sebanyak 50% dalam waktu 3 bulan.

Pemberian dengan dosis 5, 25 atau 50 mg / hari selama 6 bulan dapat menghentukan


endometriosis dan mengurangu ukuran mioma tanpa mengganggu densitas tulang seperti
yang terlihat pada terapi dengan GnRH agonis.

PEMBEDAHAN

Terapi pembedahan dilakukan pada kasus yang tidak memberikan respon terhadap terapi
medikamentosa
Bila pasien masih menghendaki agar uterus dipertahankan maka terapi pilihan adalah
miomektomi

Intervention for patients with leiomyomata not amenable to medical therapy*:

Clinical Non medical Comment


Presentation option
Desired fertility Embolization or Usually used for a
myomectomy limited number of
leiomyomata
Desired uterine Endometrial Embolization only
preservation or ablation or for limited number
poor surgical risk embolization of leiomyomata
No desired fertility Endometrial Hysterectomy s
or uterine ablation or definitive therapy
preservation hysterectomy
Rapidly growing Exploration More extensive
uterus ( double in laparotomy surgery if
size in 6 months ) abdominal maligancy
hysterectomy discovered

* Generally failed medical therapy or large ( more than 12 – 14 week’s gestaional size
uterus )

Rujukan :

1. Obstet Gynecol. 2006 Jun;107(6):1453-72.


2. Callen PW, ed. Ultrasonography in Obstetrics and Gynecology. 5th ed. Philadelphia,
Pa: Saunders Elsevier; 2007.
3. Huyck KL, Panhuysen CI, Cuenco KT, et al. The impact of race as a risk factor for
symptom severity and age at diagnosis of uterine leiomyomata among affected sisters.
Am J Obstet Gynecol. Feb 2008;198(2):168.e1-9. [Medline].
4. Kaminski P, Gajewska M, Wielgos M, et al Laparoscopic treatment of uterine
myomas in women of reproductive age. Neuro Endocrinol Lett. Feb 2008;29(1):163-
7. [Medline].
Penyakit Mioma Uteri
Posted by Mioma Uteri

Myoma Uteri atau yang lebih populer dikalangan masyarakat awam disebut dengan
myom. Dalam istilah kedokteran disebut juga adenomyosis atau fibroid atau leiomyoma.
Sekitar 30% operasi pengangkatan rahim dilakukan atas indikasi adanya myom pada rahim.
Myom termasuk jumor jinak dari otot rahim. Kejadian myom, sekitar 20% perempuan usia
produktif mengidap myom.

Kebanyakan myom uteri tumbuh tanpa menimbulkan keluhan atau gejala. Pada perempuan
lain mungkin mengeluh perdarahan menstruasi lebih banyak dari biasa, atau nyeri sewaktu
menstruasi, perasaan penuh dan ada tekanan pada rongga perut, atau keluhan anemi karena
kurang darah atau nyeri pada waktu berhubungan seksual, atau nyeri pada waktu bekerja.
Perempuan lain yang mengidap myom mengeluh susah hamil atau mudah keguguran.

Mioma Uteri

Pada myom yang klasik, uterus membesar merata, dan sekitar 80% perempuan yang
menderita myom uterus bertambah beratnya sampai 80 gram (berat normal uterus hanya
sekitar 50 gram). Pernah dilaporkan sampai ada uterus yang menderita myom dengan berat
lebih 200 gram.

Myom sering bersama-sama dengan kelainan uterus lain seperti endometriosis pada 11%
penderita dan 7% penderita myom juga menderita polip endometrium, hingga kondisi ini
mengacaukan diagnosa myom.

Myom sering kali ditemukan secara kebetulan. Berarti diagnosa ditegakkan bukan karena
berdasarkan gejala klinis, bahkan sering kali berdasarkan temuan pada rahim yang sudah di
angkat.

Diagnosa bisa saja ditegakkan berdasarkan keluhan klinik, dengan cara :

- Histerosalpingogram, dimana foto rontgen uterus diambil setelah rahim diisi dengan zat
medium. Kontras
- MRI (Magnetik Resonan Imaging), dilakukan bersama dengan penyuntikan kontras
Gadolinium.

Apabila diagnosa ini dilakukan oleh dokter ahli, maka keberhasilan mendiagnosa myom
adalah 90% benar.

Karena myom termasuk jenis tumor yang sering dijumpai, maka perlu mengadakan
pemeriksaan untuk mengevaluasi penderita yang mengalami perdarahan pervagina yang tidak
wajar. Kekeliruan juga sering terjadi pada pemeriksaan penderita yang mengeluh perdarahan
pervagina yang tidak wajar dimana pemeriksaan myom tidak ditemukan, hingga diberi obat
hormonal tetapi tidak efektif sehingga kadang-kadang dilakukan operasi pengangkatan rahim
(histerektomi) untuk mengatasi perdarahan.

Diagnosa myom dengan pemeriksaan USG atau MRI, atau lebih pasti, dengan pemeriksaan
kerok selaput lendir rahim (kuretase), antara lain :

- Pada beberapa wanita, fibroid pada uterus bisa menimbulkan perdarahan berat melalui
vagina

- Pada wanita lain, bisa menimbulkan keluhan rasa tidak nyaman di rongga panggul dan juga
menimbulkan gejala penekanan tumor pada pembuluh darah atau saraf sekitarnya. Sebaiknya
jangan langsung menghubungkan perdarahan melalui vagina dengan adanya pertumbuhan
fibroid atau myom. Dengan pemeriksaan USG (ultrasonograf) dan MRI (Magnetic
Resolution Imaging) serta biopsi jaringan selaput lendir rahim (endometrial) bisa mengetahui
penyebab perdarahan pervagina

- Hubungan myom dengan kemandulan dan kehamilan masih belum disepakati para ahli. Ada
yang mengatakan bahwa perempuan yang mengidap myom kurang subur karena ditemukan
lebih dari 17% penderita myom uteri baru hamil pada usia di atas 35 tahun.
MIOMA SUBMUKOSA (Submucosal Myoma)
Posted on June 6, 2009 by Yayan_Akhyar | Leave a comment

Authors : Aulia Rahman, S.Ked, Endang Sri Wahyuni, S.Ked, Nova Faradilla, S.Ked.
Fakultas Kedokteran Universitas Riau. 2009

—-

INTRODUCTION

—- Leiomyomas (also called myomas or fibroids) are benign tumors of the uterus and are
composed mainly of smooth muscle with some fibrous connective tissue elements. Myomas
are the most common pelvic tumors and one third of the hysterectomies performed annually
are for fibroids. Approximately 20% to 25% of women older than 35 years have a uterine
myoma. Myomas are usually asymptomatic, more common in black women than in white
women, rare before puberty, and usually shrink after menopause. They are estrogen-
dependent and may grow during estrogen replacement therapy (peri- and postmenopausal) or
during pregnancy. They are single or, more commonly, multiple tumors in the uterine corpus
(i.e., intramural, subserosal, or submucosal). They can be pedunculated and, on occasion,
involve the cervix, round ligament, or broad ligament. 1

LITERATURE

DEFINITION

Myomas are benign tumors derived from the smooth muscle cells of the myometrium. They
are the most common neoplasm of the uterus. but most are asymptomatic. However, myomas
can cause excessive uterine bleeding, pelvic pressure and pain, as well as infertility.2

EPIDEMIOLOGY

Estimates are that more than 45% of women have myomas by the fifth decade of life. They
are the primary indication for 200,000 to 300,000 hysterectomies in the United States each
year. Although myomas have the potential to grow to impressive sizes, their malignant
potential is minimal. Sarcomatous changes occur in less than 1 per 1000 uteri with fibroids. 2

RISK FACTOR

Risk factors for developing myomas include increasing age during the reproductive years,
ethnicity (African-American women have at least a 2- to 3-fold increased risk compared to
Caucasian women), nulliparity, and family history. The data are suggestive that higher body
mass index is associated with a greater risk of myomata. Oral contraceptive pills and depot
medroxyprogesterone acetate (DMPA) injections may be associated with reduced risk. 2

PATHOGENESIS

Factors that initiate myomas are not known, but ovarian sex steroids are important
for their growth. myomas rarely develop before menarche and seldom develop or enlarge
after menopause, unless stimulated by exogenous hormones. Myomas can also enlarge
dramatically ding pregnancy. Myomas have increased levels of estrogen and progesterone
receptors compared to other smooth muscle cells. Estrogen stimulates the proliferation of
smooth muscle cell, whereas provgesterone increases the production of proteins that interfere
with programmed cell death (or apoptosis). Myomas also have higher levels of growth factors
that stimulate the production of fibronectin and collagen, major components of the
extracellular matrix that characterizes these lesions. 2

→ Leave a comment

Posted in Kebidanan & Kandungan

Tagged kandungan, Kebidanan, Kedokteran, mioma submukosa, Mioma uteri, Myoma,


Referat, referat kedokteran, Submocosal, tumor rahim

MIOMA UTERI
Posted on October 4, 2008 by Yayan_Akhyar | 2 Comments

Authors : Yayan A. Israr, S.Ked, Lestari, S.Ked. Apriani Dewi, S.Ked. Tengku Anita,
S.Ked. Fakultas Kedokteran Universitas Riau. RSUD Arifin Achmad Pekanbaru. 2008.

Definisi

—Mioma uteri adalah neoplasma jinak yang berasal dari lapisan otot uterus dan jaringan ikat
yang menumpangnya, sehingga dalam kepustakaan juga dikenal istilah fibromioma,
leiomioma, ataupun fibroid. Mioma uteri adalah tumor jinak yang terutama terdiri dari sel-sel
otot polos, tetapi juga jaringan ikat. Sel-sel ini tersusun dalam bentuk gulungan, yang bila
membesar akan menekan otot uterus normal.1,3

Etiologi

—Penyebab dari mioma uteri belum diketahui secara pasti. Namun diduga ada beberapa
faktor yang berhubungan dengan pertumbuhan mioma uteri, antara lain : 4

1. Faktor hormonal

—Hormon estrogen dan progesteron berperan dalam perkembangan mioma uteri. Mioma
jarang timbul sebelum masa pubertas, meningkat pada usia reproduktif, dan mengalami
regresi setelah menopause. Semakin lama terpapar dengan hormon estrogen seperti obesitas
dan menarche dini, akan meningkatkan kejadian mioma uteri.
2. Faktor genetik

—Mioma memiliki sekitar 40% kromosom yang abnormal, yaitu adanya translokasi antara
kromosom 12 dan 14, delesi kromosom 7 dan trisomi dari kromosom 12

3. Faktor pertumbuhan

—Faktor pertumbuhan berupa protein atau polipeptida yang diproduksi oleh sel otot polos
dan fibroblas, mengontrol proliferasi sel dan merangsang pertumbuhan dari mioma.

Faktor Risiko

— Ada beberapa faktor resiko terjadinya mioma uteri, antara lain : 4,5

1. Umur

—Kebanyakan wanita mulai didiagnosis mioma uteri pada usia diatas 40 tahun.

2. Menarche dini

—Menarche dini ( < 10 tahun) meningkatkan resiko kejadian mioma 1,24 kali.

3. Ras

—Dari hasil penelitian didapatkan bahwa wanita keturunan Afrika-Amerika memiliki resiko
2,9 kali lebih besar untuk menderita mioma uteri dibandingkan dengan wanita Caucasian.

4. Riwayat keluarga

—Jika memiliki riwayat keturunan yang menderita mioma uteri, akan meningkatkan resiko
2,5 kali lebih besar.

5. Berat badan

—Dari hasil penelitian didapatkan bahwa resiko mioma meningkat pada wanita yang
memiliki berat badan lebih atau obesitas berdasarkan indeks massa tubuh.

6. Kehamilan

—Semakin besar jumlah paritas, maka akan menurunkan angka kejadian mioma uteri. 8

Klasifikasi

—Menurut letaknya, mioma uteri dapat di klasifikasikan sebagai : 1,3,6


1. Mioma submukosum: mioma berada di bawah endometrium dan menonjol ke dalam rongga
uterus. Mioma submukosum dapat tumbuh bertangkai, kemudian dilahirkan melalui saluran
servik (mioma geburt).
2. Mioma intramural: mioma terdapat di dinding uterus di antara serabut miometrium.
3. Mioma subserosum: mioma yang tumbuh keluar dinding uterus sehingga menonjol pada
permukaan uterus, diliputi oleh serosa. Mioma subserosum dapat tumbuh di antara kedua
lapisan ligamentum latum menjadi mioma intra ligamenter, selain itu mioma subserosum
dapat pula tumbuh menempel pada jaringan lain misalnya ke ligamentum atau omentum
dan kemudian membebaskan diri dari uterus, sehingga disebut wandering/parasitic fibroid.
4. Mioma pedunkulata : mioma yang melekat ke dinding uterus dengan tangkai yang bisa
masuk ke peritoneal atau cavum uteri.

Gambar 1. Klasifikasi mioma uteri7

— Continue reading →

→ 2 Comments

Posted in Kebidanan & Kandungan

Tagged fibroid, kandungan, Kebidanan, Kedokteran, leiomioma, Mioma uteri, Myoma,


Referat, referat kedokteran, tumor rahim, uterine myoma

Profil Penderita Mioma Uteri di RSUD Arifin Achmad Provinsi Riau periode
1 Januari-31 Desember 2006
Posted on April 25, 2008 by Yayan_Akhyar | 6 Comments

Author : Muzakir, S. Ked. Fakultas Kedokteran Universitas Riau. 2008.

-
ABSTRACT

The Profile of Fibroid Patients at RSUD Arifin Achmad of Riau Province

Period 1st January-31st December 2006

By

Muzakir

Background : Fibroid is a benign gynecologic tumor that is found the most. It is found in one
of four reproductive women. Most of them occurs asymptomatic. The clinical symptoms of
fibroid including bleeding, infertility, abortion, and pain. The definite etiology of fibroid is
not yet known for sure, but it has a relation with estrogen and the menstrual cycle. The
general standard therapy of fibroid with clinical symptoms is hysterectomy, and the women
who want to keep their fertility myomectomy could be a choice.

Objective : to know the profile of fibroid patients at RSUD Arifin Achmad of Riau Province
in period 1st January-31st December 2006 based on age, menarche, parity, body mass index,
chief complain, hemoglobin rate, types of fibroid, and therapies.

Design methods : the research is descriptive retrospective study. The materials of this
research was taken from the patients medical record with fibroid that were treated at the
gynecologic department of RSUD Arifin Achmad of Riau Province period1 st January-31st
December 2006. The data was analyzed manually and then displayed in a distribution
frequency tables.

Result and conclusion : from 52 samples only 37 could be used as samples for this research.
The most frequent incident was 45-49 years old patient which was 16 cases (43.24%).
Patients with 2-5 parity (multipara) in 16 cases (43.24%). Patients with 1-2 time of abortion
history of fibroid was found in 9 cases (24.32%) and abortion more than 3 times in 1 case
(2.71%). The most frequent chief complain were abdominal mass which were 17 cases
(45.95%) and abnormal bleeding of menstruation which were 16 cases (43.24%). Most
frequent hemoglobin rate were 7-10gr% and was found in 18 cases (48.64%). Total
hysterectomy was the most frequent therapy that was done which were 20 cases (54.05%).
Intramural fibroid was the most often kind that was found which were 21 cases (56.76%).

Keywords : fibroid, age, parity, abortion, chief complain, hemoglobin rate, total
hysterectomy, and intramural.

-
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Mioma uteri adalah tumor jinak ginekologi yang paling sering dijumpai, ditemukan satu dari
empat wanita usia reproduksi aktif (Robbins, 1997). Mioma uteri dikenal juga dengan istilah
leiomioma uteri, fibromioma uteri atau uterin fibroid, ditemukan sekurang-kurangnya pada
20%-25% wanita di atas usia 30 tahun. Laporan lain dari suatu studi melalui pemeriksaan
post mortem pada jenazah wanita menunjukkan angka kejadian mioma yang lebih tinggi
yaitu mencapai 50% atau lebih (Djuwantono, 2004).

Sebagian besar kasus mioma uteri adalah tanpa gejala, sehingga kebanyakan penderita tidak
menyadari adanya kelainan pada uterusnya. Diperkirakan hanya 20%-50% dari tumor ini
yang menimbulkan gejala klinik, terutama perdarahan menstruasi yang berlebihan,
infertilitas, abortus berulang, dan nyeri akibat penekanan massa tumor (Djuwantono, 2004).

Sampai saat ini penyebab pasti mioma uteri belum dapat diketahui secara pasti, namun dari
hasil penelitian diketahui bahwa pertumbuhan dan perkembangan mioma uteri distimulasi
oleh hormon esterogen dan siklus hormonal (Djuwantono, 2004).

Penelitian di Amerika Serikat yang dilakukan Schwartz, angka kejadian mioma uteri adalah
2-12,8 orang per 1000 wanita tiap tahunnya. Schwartz menunjukan angka kejadian mioma
uteri 2-3 kali lebih tinggi pada wanita kulit hitam dibanding kulit putih (Victory et-al, 2006).

Penelitian Ran Ok et-al di Pusan Saint Benedict Hospital Korea menemukan 17% kasus
mioma uteri dari 4784 kasus-kasus bedah ginekologi yang diteliti (Ran Ok et-al, 2007). Di
Indonesia mioma uteri ditemukan 2,39%-11,70% pada semua penderita ginekologi yang
dirawat (Joedosaputro, 2005). Menurut penelitian yang di lakukan Karel Tangkudung (1977)
di Surabaya angka kejadian mioma uteri adalah sebesar 10,30%, sebelumnya di tahun 1974 di
Surabaya penelitian yang dilakukan oleh Susilo Raharjo angka kejadian mioma uteri sebesar
11,87% dari semua penderita ginekologi yang dirawat (Yuad H, 2005).

Pengobatan mioma uteri dengan gejala klinik pada umumnya adalah tindakan operasi yaitu
histerektomi (pengangkatan rahim) atau pada wanita yang ingin mempertahankan
kesuburannya, miomektomi (pengangkatan mioma) dapat menjadi pilihan (Djuwantono,
2004).

Berdasarkan data dari ruang rawat inap Camar III (Penyakit Kandungan) RSUD Arifin
Achmad Propinsi Riau pada tahun 2004, mioma uteri menempati urutan ke lima dari sepuluh
penyakit Ginekologi terbanyak yaitu sebesar 7,04% (Bagian Obgin RSUD Arifin Achmad,
2005). Sedangkan pada tahun 2005, mioma uteri juga menempati urutan ke lima dari sepuluh
penyakit ginekologi terbanyak yaitu sebesar 8,03% (Bagian Obgin RSUD Arifin Achmad,
2006).

Berdasarkan uraian di atas, dimana kasus mioma uteri banyak dijumpai serta belum adanya
penelitian mengenai penderita mioma uteri di RSUD Arifin Achmad Propinsi Riau,
menimbulkan keinginan penulis untuk meneliti profil penderita mioma uteri di RSUD Arifin
Achmad Propinsi Riau periode 1 Januari-31 Desember 2006.

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, perumusan masalah dalam penelitian ini adalah
”Bagaimanakah Profil Penderita Mioma Uteri di RSUD Arifin Achmad Propinsi Riau
Periode 1 Januari-31 Desember 2006 ?”.

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui profil penderita mioma uteri di RSUD Arifin
Achmad Propinsi Riau periode1 Januari-31 Desember 2006.

1.3.2 Tujuan Khusus

Untuk mengetahui jumlah kasus mioma uteri di RSUD Arifin Achmad Propinsi Riau periode
1 Januari-31 Desember 2006 menurut usia penderita, mulai haid pertama kali (menarke),
melahirkan (paritas), kejadian abortus (keguguran), Indeks Massa Tubuh (IMT), keluhan
utama, kadar Hemoglobin (Hb), penatalaksanaan/terapi dan jenis mioma uteri.

→ 6 Comments

Posted in Penelitian

Tagged ginekologi, Mioma, Mioma uteri, Muzakir, Myoma, obstetri, Profil Penderita, RSUD
Arifin Achmad, Tumor, uterus

 DAFTAR ISI

Di bahwa ini adalah


semua Kontens (Posting) yang ada di Belibis A-17, silahkan click kontens
yang akan dilihat pada listing, dan jika berkenan untuk meninggalkan kritikan,
saran dan atau komentar lain :

Terima kasih,
-

Anda mungkin juga menyukai