Anda di halaman 1dari 22

HISTREKTOMY

Disusun untuk memenuhi tugas keperawatan medikal bedah pre operatif

Disusun Oleh:
Kelompok VI

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN YOGYAKARTA
JURUSAN KEPERAWATAN
2012
HISTREKTOMY PADA MIOMA UTERI

1. Pengertian Histerektomi
Histerektomi berasal dari bahasa yunani yakni hystera yang berarti “rahim” dan
ektmia yang berarti “pemotongan”. Histerektomi berarti operasi pengangkatan rahim.
Beberapa keadaan yang memerlukan pengangkatan rahim :
1. Mioma uteri
2. Endometriosis berat dan Adenomiosis
3. Kanker mulut rahim dan badan rahaim
4. Kanker indung telur

Pelaksanaan histerektomi dengan pendekatan vaginal sebagai cara pengangkatan


kandungan untuk meningkatkan kualitas hidup perempuan dianggap lebih baik dibanding
dengan teknik yang lain. Para dokter bedah ginekologi mempunyai kewajiban memberikan
akses cara operasi yang paling baik yang bisa dilakukan dalam suasana klinis yang ada.
(Prof Dr dr H Ibnu Pranoto SpOG(K) SpAnd
‘Histerektomi Vaginal sebagai Cara Pengangkatan Kandungan untuk Meningkatkan
Kualitas Hidup Wanita’. dalam histerektomi maka jalan yang paling baik pendekatan
vaginal atau histerektomi vaginal yang merupakan rute primer paling baik.
Pelaksanaan itu dilanjutkan dengan kolporafi anterior, perineoplasti yang merupakan
operasi vaginoplasti dan memberikan kepuasan seksual bagi pasangan yang masih aktif.
Penggunaan metode histerektomi abdominal masih lebih banyak dibandingkan dengan
histerektomi vaginal, namun saat ini penggunaan metode histerektomi vaginal meningkat
karena beberapa keuntungan.
Histerektomi abdominal merupakan tindakan operasi yang invasif pada perempuan
dengan kelainan ginekologik. Prosedur terbaru yaitu histerektomi laparoskopik
memerlukan kemampuan operasi yang tinggi, sedang histerektomi vaginal tidak memiliki
luaran yang lebih buruk dan dinilai lebih aman.
1. Histerektomi adalah operasi pengangkatan kandungan (rahim, uterus) seorang wanita.
Dengan demikian, setelah menjalani histerektomi seorang wanita tidak mungkin lagi
untuk hamil dan mempunyai anak. Histerektomi biasanya dilakukan karena berbagai
alasan. Penyebab yang paling sering dilakukan histerektomi adalah adanya kanker
mulut rahim atau kanker rahim.
2. Operasi pengangkatan kandungan (histerektomi) merupakan pilihan berat bagi
seorang wanita. Pasalnya, tindakan medis ini menyebabkan kemandulan dan berbagai
efek lainnya. Oleh karena itu, histerektomi hanya dilakukan pada penyakit-penyakit
berat pada kandungan (uterus).
3. Banyak hal yang dapat 'memaksa' praktisi medis dan pasien untuk memilih tindakan
pengangkatan kandungan. Fibroid atau mioma merupakan salah satu penyebab
tersering. Penyebab lainnya adalah endometriosis, prolapsus uteri (uterus keluar
melalui vagina), kanker (pada uterus, mulut rahim, atau ovarium), perdarahan per
vaginam yang menetap, dan lain-lain.

2. Pengobatan atau test yang dilakukan untuk melaksanakan tindakan histerektomi


Untuk kasus-kasus nyeri pelvis, wanita biasanya tidak dianjurkan untuk di
histerektomi. Namun penggunaan laparaskopi atau prosedur invasif lainnya digunakan
untuk mencari penyebab dari nyeri tersebut. Pada kasus-kasus perdarahan abnormal
uterus, bila dibutuhkan tindakan histerektomi, wanita/pasien tersebut dibutuhkan suatu
sample dari jaringan uterus (biopsi endometrium). Untuk mengetahui ada tidaknya
jaringan karsinoma/pre karsinoma dari uterus tersebut. Prosedur ini sering disebut sample
endometriae. Pada wanita nyeri panggul/perdarahan percobaan pemberian terapi secara
medikamentosa sering diberikan sebelum dipikirkan dilaksanakan histerektomi.
Maka dari itu wanita pada stadium pre menopause (masih punya periode menstrual
reguler) yang mempunyai leiomioma dan menyebabkan perdarahan namun tidak
menyebabkan nyeri, terapi Hormonal lebih sering dianjurkan daripada tindakan
histerektomi. Jika wanita tersebut mempunyai perdarahan yang banyak sehingga
menyebabkan gangguan pada aktifitas sehari-hari, berlanjut menyebabkan anemia, dan
tidak mempunyai kelainan pada sampel endometriae, ia bisa dipertimbangkan untuk
dilakukan histerektomi.
Pada wanita menopause (yang tidak mengalami periode menstrual secara permanen)
dimana ia tidak ditemukan kelainan pada sample endometriumnya namun ia mempunyai
perdarahan abnormal yang persisten, setelah pemberian terapi hormonal dapat
dipertimbangkan dilakukan histerektomi. Penyesuaian dosis/tipe dari hormon juga
dibutuhkan saat diputuskan penggunaan terapi secara optimal pada beberapa wanita.
Teknik-teknik operasi pada tindakan histerektomi. Prosedur operatif ideal pada
wanita bergantung pada kondisi mereka masing-masing. Namun jenis-jenis dari
histerektomi ini dibicarakan pada setiap pertemuan mengenai teknik apa yang dilakukan
dengan pertimbangan situasi yang bagaimana. Namun keputusan terakhir dilakukan
dengan diskusi secara individu antara pasien dengan dokter-dokter yang mengerti keadaan
pasien tersebut.
Perlu diingat aturan utama sebelum dilakukan tipe histerektomi, wanita harus
melalui beberapa test untuk memilih prosedur optimal yang akan digunakan :
1. Pemeriksaan panggul lengkap (Antropometri) termasuk mengevaluasi uterus di
ovarium.
2. Papsmear terbaru.
3. USG panggul, tergantung pada temuan diatas.

3. Etiologi
Alasan terbanyak dilakukan histerektomi karena Mioma uteri.Mioma uteri adalah
neoplasma jinak yang berasal dariotot uterus dan jaringan ikat. Dalam kepustakaan disebut
juga Leimioma ,Fibromioma atau Fibroid. Selain itu adanya perdarahan uterus abnormal,
endometriosis, prolaps uteri (relaksasi pelvis) juga dilakukan histerektomi. Hanya 10 %
dari kasus histerektomi dilakukan pad a pasien dengan karsinoma. Makalah ini difokuskan
secara primer untuk penggunaan histerektomi non kanker, non emergency yang mana
melibatkan keputusan yang lebih menantang untuk wanita dan dokter-dokternya.
Fibrosis uteri (dikenal juga leiomioma) merupakan alasan terbanyak dilakukannya
histerektomi. Leiomioma merupakan suatu perkembangan jinak (benigna) dari sel-sel otot
uterus, namun etiologinya belum diketahui. Meskipun jinak dimana artinya tidak
menyebabkan/berubah menjadi kanker, leiomioma ini dapat menyebabkan masalah secara
medis, seperti perdarahan yang banyak, yang mana kadang-kadang diperlukan tindakan
histerektomi. Relaksasi pelvis adalah kondisi lain yang menentukan tindakan histerektomi.
Pada kondisi ini wanita mengalami pengendoran dari otot-otot penyokong dan jaringan
disekitar area pelvik. pengendoran ini dapat mengarah ke gejala-gejala seperti inkontensia
urine (Unintensional Loss of Urine) dan mempengaruhi kemampuan seksual. Kehilangan
urine ini dapat dicetuskan juga oleh bersin, batuk atau tertawa. Kehamilan mungkin
melibatkan peningkatan resiko dari relaksasi pelvis, meskipun tidak ada alasan yang tepat
untuk menjelaskan hal tersebut.
Histerektomi juga dilakukan untuk kasus-kasus karsinoma uteri/beberapa pre
karsinoma (displasia). Histerektomi untuk karsinoma uteri merupakan tujuan yang tepat,
dimana menghilangkan jaringan kanker dari tubuh. Prosedur ini merupakan prosedur dasar
untuk penatalaksanaan karsinoma pada uterus.
 Fibroid, yaitu tumor jinak rahim, terutama jika tumor ini menyebabkan
perdarahan berkepanjangan, nyeri panggul, anemia, atau penekanan pada
kandung kencing.
 Endometriosis, dimana dinding rahim bagian dalam seharusnya tumbuh di
rahim saja, tetapi ikut tumbuh di indung telur (ovarium), tuba Fallopi, atau
organ perut dan rongga panggul lainnya.
 Prolapsus uteri, yaitu keluarnya kandungan melalui vagina.

4. Bagaimana Histerektomi dilakukan ?


Biasanya, histerektomi dilakukan dengan suatu insisi (memotong melalui
dinding abdomen) abdominal histerektomi atau lewat vagina (vaginalis histerektomi).
Pilihan teknik ini tergantung pada jenis histerektomi yang akan dilakukan, jenis penyakit
yang mendasari, dan berbagai pertimbangan lain. Perawatan di Rumah Sakit biasanya
lebih lama abdominal histerektomi daripada vaginal histerektomi (4-6 hari rata-rata) dan
biaya juga lebih banyak. Prosedur ini lebih memakan waktu (sekitar 2 jam, kecuali uterus
tersebut berukuran lebih besar pada vaginal histerektomi ) justru lebih lama.

5. Type-type Histerektomi
1. Histerektomi parsial (subtotal).
Pada histerektomi jenis ini, kandungan diangkat tetapi mulut rahim (serviks)
tetap ditinggal. Oleh karena itu, penderita masih dapat terkena kanker mulut rahim,
sehingga masih perlu pemeriksaan Pap smear secara rutin.
2. Histerektomi Abdominal Totalis
Histerektomi abdominalis totalis adalah pengangkatan uterus, serviks, dan
ovarium. Prosedur ini dilakukan pada banyak kondisi selain kanker, termasuk
perdarahan uterus disfungsi, endometriosis, pertumbuhan nonmalignan dalam uterus,
serviks, dan adneksa, masalah-masalah relaksasi dan prolaps pelvis, dan cedera pada
uterus yang tidak dapat diperbaiki. Kondisi malignan membutuhkan histerektomi
abdomen total dan salpingo-ooferektomi bilateral (pengangkatan tuba fallopi dan
ovarium). (Smeltzer, 2001)
Histerektomi total, yaitu mengangkat kandungan termasuk mulut rahim.Ini
merupakan suatu tipe Histerektomi yang sangat dan sering dilakukan. Selama
histerektomi abdominalis totalis, dokter-dokter sering mengangkat uterus bersama
servik sekaligus. Parut yang dihasilkan dapat berbentuk horizontal atau vertikal,
tergantung dari alasan prosedur tersebut dilakukan dan ukuran atau luasnya area yang
ingin di terapi. Karsinoma ovarium dan uterus, endometriosis, dan mioma uteri yang
besar dapat dilakukan histerektomi jenis ini. Selain itu histerektomi jenis ini dapat
dilakukan pada kasus-kasus nyeri panggul, setelah melalui suatu pemeriksaan serta
evaluasi penyebab dari nyeri tersebut, serta kegagalan terapi secara medikamentosa.
Setelah dilakukan prosedur ini wanita tidak dapat mengandung seorang anak. Maka
dari itu metode ini tidak dilakukan pada wanita usia reproduksi, kecuali pada kondisi-
kondisi yang sangat serius seperti karsinoma. Histerektomi abdominal totalis
memperbolehkan operator mengevaluasi seluruh kavum abdomen serta panggul,
dimana sangat berguna pada wanita-wanita dengan karsinoma atau penyebab yang
tidak jelas.
3. Histerektomi Vaginalis (Schauta)
Prosedur ini dilakukan dengan cara mengangkat uterus melalui vagina.
Vaginal histerektomi ini merupakan suatu metode yang cocok hanya pada kondisi-
kondisi seperti prolaps uteri, hiperplasi endometrium, atau displasia servikal. Kondisi
ini dapat dilakukan apabila uterus tidak terlalu besar, dan tidak membutuhkan suatu
prosedur evaluasi operatif yang luas. Wanita diposisikan dengan kedua kaki terangkat
pada meja litotomi. wanita yang belum pernah mempunyai anak mungkin tidak
mempunyai kanalis vaginalis yang cukup lebar, sehingga tidak cocok dilakukan
prosedur ini. Jika wanita tersebut mempunyai uterus yang sangat besar, ia tidak dapat
mengangkat kakinya pada meja litotomi dalam waktu yang lama atau alasan lain
mengapa hal tersebut terjadi, dokter-dokter biasanya mengusulkan histerektomi secara
abdominalis. Secara keseluruhan histerektomi vaginal secara laparaskopi lebih mahal
dan mempunyai komplikasi yang sangat tinggi dibanding histerektomi secara
abdominal.
4. Histerektomi Vaginal dengan Bantuan Laparoskopi
Metode jenis ini sangat mirip dengan metode histerektomi secara vaginal
hanya saja ditambah dengan alat berupa laparoskopi. Sebuah laparoskopi adalah suatu
tabung yang sangat tipis dimana kita dapat melihat didalamnya dengan suatu kaca
pembesar di ujungnya. Pada wanita-wanita tertentu penggunaan laparaskopi ini
selama histerektomi vaginal sangat membantu untuk memeriksa secara teliti kavum
abdomen selama operasi. Penggunaan laparoskopi pada pasien-pasien karsinoma
sangat baik bila dilakukan pada stadium awal dari kanker tersebut untuk mengurangi
adanya penyebaran atau jika direncanakan suatu oovorektomi. Dibandingkan dengan
vaginalis Histerektomi atau abdominal, metode ini lebih mahal dan lebih riskan
terjadinya komplikasi, pengerjaannya lama dan berhubungan dengan lamanya
perawatan di Rumah Sakit seperti pada vaginal histerektomi uterus tidak boleh terlalu
besar. Dokter juga perlu melihat kembali keadaan medis untuk memastikan tidak
terjadinya resiko yang diinginkan saat metode ini dilakukan, seperti jaringan parut
yang luas (adhesi). Jika wanita tersebut mempunyai resiko adhesi, atau ia mempunyai
suatu massa panggul yang besar, histerektomi secara abdominal sangatlah cocok.
5. Histerektomi Supraservikal
Supraservikal Histerektomi digunakan untuk mengangkat uterus sementara
serviks ditinggal. Serviks ini adalah suatu area yang dibentuk oleh suatu bagian paling
dasar dari uterus, dan berada di bagian akhir (atas) dari kanalis vaginalis. Prosedur ini
kemungkinan tidak berkembang menjadi karsinoma endometrium terutama pada
bagian serviks yang ditinggal.
Wanita yang mempunyai hasil papsmear abnormal atau kanker pada daerah
serviks tidak cocok dilakukan prosedur ini. Wanita lain dapat melakukan prosedur ini
jika tidak ada alasan yang jelas untuk mengangkat serviks. Pada beberapa kasus
serviks lebih baik ditinggal seperti pada kasus-kasus endometriosis. Prosedur ini
merupakan prosedur yang sangat simple dan membutuhkan waktu yang singkat. Hal
ini dapat memberikan suatu keuntungan tambahan terhadap vagina, juga menurunkan
resiko terjadinya suatu protrusi lumen vagina (Vaginal prolaps).
6. Histerektomi Radikal (Weirtheim)
Histerektomi radikal adalah pengangkatan uterus, adneksa, vagina proksimal,
dan nodus limfe bilateral melalui insisi abdomen. (Smeltzer, 2001) 
Histerektomi radikal, dimana histerektomi diikuti dengan pengangkatan
bagian atas vagina serta jaringan dan kelenjar limfe di sekitar kandungan. Operasi ini
biasanya dilakukan pada beberapa jenis kanker tertentu. Prosedur ini melibatkan
operasi yang luas dari pada histerektomi abdominal totalis, karena prosedur ini juga
mengikut sertakan pengangkatan jaringan lunak yang mengelilingi uterus serta
mengangkat bagian atas dari vagina. Radikal histerektomi ini sering dilakukan pada
kasus-kasus karsinoma serviks stadium dini. Komplikasi lebih sering terjadi pada
histerektomi jenis ini dibandingkan pada histerektomi tipe abdominal. Hal ini juga
menyangkut perlukaan pada usus dan sistem urinarius.
7. Ooforektomi dan Salpingooforektomi (Pengangkatan Ovarium dan atau Tuba
Falopii )
Histerektomi dan salfingo-ooforektomi bilateral, yaitu pengangkatan uterus,
mulut rahim, kedua tuba fallopi, dan kedua ovarium. Pengangkatan ovarium
menyebabkan keadaan seperti menopause.Ooforektomi merupakan suatu tindakan
operatif mengangkat ovarium, sedangkan salpingooforektomi adalah pengangkatan
ovarium. Kedua metode ini dilakukan pada kasus-kasus : kanker ovarium, curiga
tumor ovarium atau kanker tuba falopii (jarang). Kedua metode ini juga dapat
dilakukan pada kasus-kasus infeksi atau digabungkan dengan histerektomi. Kadang-
kadang wanita dengan kanker ovarium atau payudara tipe lanjut dilakukan suatu
ooforektomi sebagai tindakan preventif atau profilaksis untuk mengurangi resiko
penyebaran dari sel-sel kanker tersebut. Jarang sekali terjadi kelainan secara familial.
6. Cara Melakukan Operasi Histerektomi
Sedangkan cara operasi histerektomi juga terbagi menjadi tiga jenis, yaitu:
1. Histerektomi abdominal, dimana pengangkatan kandungan dilakukan melalui irisan
pada perut, baik irisan vertikal maupun horisontal (Pfanenstiel). Keuntungan teknik
ini adalah dokter yang melakukan operasi dapat melihat dengan leluasa uterus dan
jaringan sekitarnya dan mempunyai cukup ruang untuk melakukan pengangkatan
uterus. Cara ini biasanya dilakukan pada mioma yang berukuran besar atau terdapat
kanker pada uterus. Kekurangannya, teknik ini biasanya menimbulkan rasa nyeri yang
lebih berat, menyebabkan masa pemulihan yang lebih panjang, serta menimbulkan
jaringan parut yang lebih banyak.
2. Histerektomi vaginal, dilakukan melalui irisan kecil pada bagian atas vagina. Melalui
irisan tersebut, uterus (dan mulut rahim) dipisahkan dari jaringan dan pembuluh darah
di sekitarnya kemudian dikeluarkan melalui vagina. Prosedur ini biasanya digunakan
pada prolapsus uteri. Kelebihan tindakan ini adalah kesembuhan lebih cepat, sedikit
nyeri, dan tidak ada jaringan parut yang tampak.
3. Histerektomi laparoskopi. Teknik ini ada dua macam yaitu histeroktomi vagina yang
dibantu laparoskop (laparoscopically assisted vaginal hysterectomy, LAVH) dan
histerektomi supraservikal laparoskopi (laparoscopic supracervical hysterectomy,
LSH). LAVH mirip dengan histerektomi vagnal, hanya saja dibantu oleh laparoskop
yang dimasukkan melalui irisan kecil di perut untuk melihat uterus dan jaringan
sekitarnya serta untuk membebaskan uterus dari jaringan sekitarnya. LSH tidak
menggunakan irisan pada bagian atas vagina, tetapi hanya irisan pada perut. Melalui
irisan tersebut laparoskop dimasukkan. Uterus kemudian dipotong-potong menjadi
bagian kecil agar dapat keluar melalui lubang laparoskop. Kedua teknik ini hanya
menimbulkan sedikit nyeri, pemulihan yang lebih cepat, serta sedikit jaringan parut.
Setelah histerektomi, siklus haid atau menstruasi akan berhenti dan wanita tidak dapat
lagi hamil. Jika pada histerektomi juga dilakukan pengangkatan ovarium (indung
telur), maka dapat timbul menopause dini.
Pada umumnya tindakan pengangkatan rahim ini dilakukan menggunakan teknik open
surgery, dengan membuat sayatan sekitar 15 cm pada dinding perut.
Namun saat ini tindakan tersebut dapat dilakukan dengan cara yang lebih baik, yakni
melalui vagina atau menggunakan laparoskopi. Kedua tindakan ini lebih baik
dibandingkan dengan open surgery karena waktu penyembuhan yang lebih cepat,
nyeri pasca operasi lebih ringan, serta tidak meninggalkan jaringan parut (bekas luka)
besar di peut. Pada operasi pengangkatan rahim melalui vagina bahkan tidak ada luka
sama sekali di perut. Laparoskopi memberi keuntungan dapat melihat keadaan organ
di sekitar rahim sehingga apabila didapatkan perlengketan atau kelainan pada organ
di sekitar rahim, lebih mudah untuk melakukan tindakan untuk memperbaikinya.

7. Penatalaksanaan Praoperatif
Histerektomi dengan bantuan laparoskopik dilakukan oleh beberapa dokter dengan
hasil yang sangat memuaskan dan pemulihan yang cepat. Metode ini hanya digunakan
untuk histerektomi vagina dan dilakukan sebagai prosedur rawat singkat atau bedah
ambulatori pada klien yang dipilih dengan sangat hati-hati. Klien menjalani hari
perawatan lebih singkat dan penurunan angka kejadian infeksi pascaoperatif.
Persiapan dokter untuk klien yang akan menjalani histerektomi sedikit berbeda
dengan klien yang akan menjalani laparoskopi. Biasanya, setengah bagian abdomen dan
region pubis serta perineal dicukur dengan sangat cermat dan dibersihakn dengan sabun
dan air (beberapa dokter bedah tidak mengharuskan pencukuran pada klien). Traktus
intestinal dan kandung kemih harus dikosongkan sebelum klien dibawa ke ruang operasi
untuk mencegah kontaminasi dan cedera yang tidak disengaja pada kandung kemih atau
traktus intestinal. Enema dan pengirigasi antiseptik biasanya diharuskan pada malam hari
sebelum hari pembedahan. Klien mendapat sedatif untuk memastikan tidur malam yang
baik. Medikasi praopeatif yang diberikan pada pagi hari pembedahan akan membantu
klien rileks. (Smeltzer, 2001) 
 

8. Penatalaksaan Intra Operasi


1. Persiapan Perawat
a. Perawat melihat jadwal operasi kemudian jenis operasi yang akan
dilakukan dan mengambil alat-alat yang akan digunakan sesuai dengan
jenis operasi.
b. Perawat membersihkan meja operasi dan memasang alasnya.
c. Menyiapkan set alat yang akan digunakan.
d. Menyiapkan AMHP dan tempat sampah
e. Menyiapkan mesine/monitor USG dan perlengkapannya
2. Persiapan Ruangan dan Alat
3. Persiapan ruangan dilakukan di OK

PERSIAPAN ALAT STERIL


NO NAMA JMLH FUNGSI
ALAT
1 set laparatomi kebidanan :
Skapel mess 1 Memegang
no 4 buah mess/pisau operasi

pinset 2 Memegang
chirurgis buah jaringan

Gunting 1 Memotong jaringan


jaringan buah
Gunting 1 Memotong benang
benang buah

klem arteri 6 Memegang


pean buah pembuluh darah/
bengkok mengklem jaringan
sblm dipotong

klem kocher 4 Memegang


bengkok buah jaringan

Klem 2 Memegang
Ovarium buah jaringan
Klem 1 Untuk disinfeksi
disinfeksi buah area operasi
Pinset 2 Memegang
anatomis buah jaringan

Hak kulit/hak 2 Membuka kulit


mobile buah /membuka area
operasi

Stil depper 2 Memegang kassa


buah untuk depper
Langen back 2 Menarik/membuka
besar buah area operasi

needle 2 Memegang jarum


holder buah benang

Duk klem 6 Memfiksasi duk


buah saat drapping

Satu set 1 set Untuk digunakan


linen steril tim agar tetap steril
dan drapping
daerah operasi

Kom kecil 2 Tempat alkohol


buah dan bethadine

Bengkok 1 Tempat NaCl 0,9%/


buah jaringan
Korentang 1 Mengambil bahan
buah steril

suction 1 Menghisap
buah perdarahan/cairan

Yankuer 1 Menghisap
buah perdarahan/cairan

Couter 1 Menghentikan
buah perdarahan

PERSIAPAN BAHAN MEDIS HABIS PAKAI DAN ALAT TIDAK STERIL


NO NAMA BAHAN JMLH FUNGSI

1. Alcohol 70% 100 CC Untuk disinfeksi area operasi


2. Bethadine 10% 100 CC Untuk disinfeksi area operasi
3. NaCl 0,9% 500 CC Untuk mencuci area operasi
4. Mess no 20 1 buah Untuk insisi operasi
5. Sarung tangan 4 psg Melindungi tangan tetap steril
6. steril 2 buah Untuk menjahit uterus
7. Benang catgut 2 buah Untuk menjahit peritoneum & otot
8. chromic no 2 1 buah Untuk menjahit uterus
9. Benang catgut 1 buah Untuk menjahit kulit
plain 0
10. Benang silk no 1 1 buah Menutup luka operasi stlh dijahit
11. Benang monosyn 3/0 Menutup luka operasi
12. cutting 1 buah Untuk absorbs reverse bleeding
13. Steril strape 1 buah Untuk menjahit peritoneum
14. Hypafix 1 buah Melindungi usus saat manipulasi
15. Spongostan 2 buah Untuk menjahit puncak vagina&
Benang catgut facia
16. chromic no 0
Kassa tampon 1 buah

steril @ 1 bh

Benang vicryl no 1
@ 1bh

Alat tidak steril:


1 buah
 Meja operasi
1 buah
 Meja mayo dan
1 buah
meja linen
2 buah
 Tempat
1 buah
sampah medis
1 buah
dan non medis
 Tempat
sampah tajam
 Tempat linen
kotor
 Tiang infus
 Lampu operasi
 Gunting plaster
 Tabung suction
LANGKAH KERJA
1. Lakukan cuci tangan secara steril, yang mana sebelum melakukan tindakan tersebut,
masker, topi operasi dan skort telah dipakai.
2. Setelah cuci tangan secara steril, pakailah jas bedah steril dan sarung tangan steril.
Dengan metode tertutup memasang sloop, karet, duk steril pada meja mayo kemudian
menata instrument.
3. Lakukan managemen asepsis intra operasi pada area yang akan dilakukan
pembedahan menggunakan cairan alcohol 70% dan betadin 10% dengan metode
melingkar dari medial ke lateral. Kemudian lakukan drapping dari bagian bawah, atas,
samping kanan dan kiri. Kemudian tutup dengan duk lubang besar.
4. Letakkan kauter dan selang suction pada sisi bawah area bedah.
5. Bantu operator pada saat dimulainya insisi. Pada saat ini perawat instrument
menyerahkan pinset chirurgis dan skapel mess pada operator, dan pinset
chirurgis/arteri klem kepada asisten operator.
6. Operator melakukan insisi bditempatkan di linea mediana dan berjalan dari batas atas
simphysis pubica sampai umbilicus. Dan saat terjadi perdarahan perawat instrument
membantu dengan stel depper dan kauter untuk menghentikan perdarahan.
7. Setelah lapisan subkutis, perawat instrument memberikan gunting dan klem untuk
membuka lapis demi lapis dari facia, otot hingga peritoneum.
8. Setelah eksplorasi abdomen, uterus dan adneksa dipaparkan dengan membalut
membalut usus dengan kassa gulung yang dibasahi dengan NaCl 0,9% keluar rongga
pelvis, dan ditarik ke arah kepala. Perawat instrument memberikan hak kepada asisten
operator, dan klem besar kepada operator untuk dipasangkan bilateral menyilang
ligmentum ovary dan isthmus tubae uterine supaya dapat mempertahankan tarikan
yang konstan tetapi lembut.
9. Lipatan servicovesical diidentifikasi. Ligamentum rotundum dextrum dipegang dengan 2 pean
yang ditempatkan dalam lipatan service vesical, ligamentum dipotong diantara 2 klem,
kemudian diikat/jahit, pada bagian yang di dalam menggunakan benang chromic no 2 dan pada
bagian uterus yang diambil menggunakan benang silk no 1.
10. Pemotongan ligamentum rotundum memaparkan 2 lapisan ligamentum latum. Bidang pemisah
itu tidak berdarah diantara lapisan-lapisan ini dibuka dengan gunting. Tarikan pada fundus uteri
dibuat konstan kea rah kepala. Setelah bidang pemisah ini dibentuk, flap peritoneum dipotong
melewati garis tengah dan dengan lipatan servikovesikal.

11. Ujung kaudal ligamentum rotundum yang telah dipotong diikat.


12. Flap vesika urinaria telah dibentuk melewati garis tengah dan bidang pemisah
ovasculer dipaparkan. Ligamentum rotundum sinistrum dirawat dengan cara yang
sama.
Flap vesica urinaria dibebaskan dengan pemotongan tajam atau tumpul dan dilakukan dengan
hati-hati supaya tidak melukai vesika urinaria, ligamentum supensi ovarii/ligamentum ovarium
dan tuba dirawat dengan melakukan tindakan klem, gunting, jahit dengan benang silk no 1 yang
diuterus dan benang catgut chromic no 2 untuk jaringan yang ditinggal. Parametrium kanan/kiri
dilakukan dengan cara yang sama. Plika recto uterine diperlakukan klem, gunting, jahit dimulai
dari ligamentum sakro uterine, para servikal kanan dan kiri pun dilakukan dengan klem, gunting,
jahit dengan benang silk no 1 dan chromic no 2.
13. Cerviks dipisahkan dari vesika urinaria dengan tekanan lembut ke bawah dan
pengupasan tumpul dengan menggunakan stelldepper yang kecil dan bulat. Langkah
ini dilanjutkan dalam bidang avaskuler yang tepat diantara vesika urinaria dan cervix
sampai operator bisa merasakan dinding anterior vagina dibawah servix.
14. Pembulh-pembuluh darah uterine di klem – gunting – jahit yang bertujuan untuk
mengontrol cabang uterine utama sebelum terpisah menjadi cabang asenden dan
desenden(servikal). Benang yang digunakan chromic no 2.

15. Klem ditempatkan dekat dan sejajar dengan cervix serta jaringan paraservikal, dipotong
dan diikat menggunakan benang chromic no 2. Ini dilanjutkan sampai seluruh bagian
servix uteri dibebaskan.
16. Klem ditempatkan pada tepi-tepi lateral vagina dibawah bagian servix yang menonjol
kedalam vagina, setelah itu tampon vagina dapat dilepas.
17. Tunggul/pangkal vagina ditutup dengan jahitan terputus atau jelujur. Selama langkah
ini, vesika urinaria harus dilindungi dengan menariknya kedepan. Pada proses menjahit
ini menggunakan benang vicryl no 1.

18. Setelah pungtum vagina dijahit, kemudian dilakukan reperitonisasi menggunakan benang catgut
plain no 0.
19. Melakukan pengecekan ulang seandainya masih ada perdarahan. Bila dinyatakan
aman, tampon kassa dikeluarkan dan dilakukan pencucian dengan cairan NaCl.
20. Melakukan penutupan luka operasi lapis demi lapis, lapisan peritoneum menggunakan
benang chromic no 0, otot dengan benang catgut plain no 0, lapisan facia dengan
benang vicryl no 1, subkutan dengan catgut plain no 0 dan kulit dengan monosyn no
3/0.
21. Membersihkan luka operasi dengan kassa basah dan kassa kering
22. Menutup luka operasi dengan steri strip dan kassa steril kemudian ditutup dengan
plester hypafik.
23. Melakukan dekontaminasi instrument dalam bak khusus dengan cairan hibicet dan
diberi label, kemudian dikirim ke CSSD.
GAMBAR INSTRUMEN
GAMBAR POSISI DAN DESINFEKSI HISTEREKTOMI

Anda mungkin juga menyukai