Disusun Oleh:
Kelompok VI
1. Pengertian Histerektomi
Histerektomi berasal dari bahasa yunani yakni hystera yang berarti “rahim” dan
ektmia yang berarti “pemotongan”. Histerektomi berarti operasi pengangkatan rahim.
Beberapa keadaan yang memerlukan pengangkatan rahim :
1. Mioma uteri
2. Endometriosis berat dan Adenomiosis
3. Kanker mulut rahim dan badan rahaim
4. Kanker indung telur
3. Etiologi
Alasan terbanyak dilakukan histerektomi karena Mioma uteri.Mioma uteri adalah
neoplasma jinak yang berasal dariotot uterus dan jaringan ikat. Dalam kepustakaan disebut
juga Leimioma ,Fibromioma atau Fibroid. Selain itu adanya perdarahan uterus abnormal,
endometriosis, prolaps uteri (relaksasi pelvis) juga dilakukan histerektomi. Hanya 10 %
dari kasus histerektomi dilakukan pad a pasien dengan karsinoma. Makalah ini difokuskan
secara primer untuk penggunaan histerektomi non kanker, non emergency yang mana
melibatkan keputusan yang lebih menantang untuk wanita dan dokter-dokternya.
Fibrosis uteri (dikenal juga leiomioma) merupakan alasan terbanyak dilakukannya
histerektomi. Leiomioma merupakan suatu perkembangan jinak (benigna) dari sel-sel otot
uterus, namun etiologinya belum diketahui. Meskipun jinak dimana artinya tidak
menyebabkan/berubah menjadi kanker, leiomioma ini dapat menyebabkan masalah secara
medis, seperti perdarahan yang banyak, yang mana kadang-kadang diperlukan tindakan
histerektomi. Relaksasi pelvis adalah kondisi lain yang menentukan tindakan histerektomi.
Pada kondisi ini wanita mengalami pengendoran dari otot-otot penyokong dan jaringan
disekitar area pelvik. pengendoran ini dapat mengarah ke gejala-gejala seperti inkontensia
urine (Unintensional Loss of Urine) dan mempengaruhi kemampuan seksual. Kehilangan
urine ini dapat dicetuskan juga oleh bersin, batuk atau tertawa. Kehamilan mungkin
melibatkan peningkatan resiko dari relaksasi pelvis, meskipun tidak ada alasan yang tepat
untuk menjelaskan hal tersebut.
Histerektomi juga dilakukan untuk kasus-kasus karsinoma uteri/beberapa pre
karsinoma (displasia). Histerektomi untuk karsinoma uteri merupakan tujuan yang tepat,
dimana menghilangkan jaringan kanker dari tubuh. Prosedur ini merupakan prosedur dasar
untuk penatalaksanaan karsinoma pada uterus.
Fibroid, yaitu tumor jinak rahim, terutama jika tumor ini menyebabkan
perdarahan berkepanjangan, nyeri panggul, anemia, atau penekanan pada
kandung kencing.
Endometriosis, dimana dinding rahim bagian dalam seharusnya tumbuh di
rahim saja, tetapi ikut tumbuh di indung telur (ovarium), tuba Fallopi, atau
organ perut dan rongga panggul lainnya.
Prolapsus uteri, yaitu keluarnya kandungan melalui vagina.
5. Type-type Histerektomi
1. Histerektomi parsial (subtotal).
Pada histerektomi jenis ini, kandungan diangkat tetapi mulut rahim (serviks)
tetap ditinggal. Oleh karena itu, penderita masih dapat terkena kanker mulut rahim,
sehingga masih perlu pemeriksaan Pap smear secara rutin.
2. Histerektomi Abdominal Totalis
Histerektomi abdominalis totalis adalah pengangkatan uterus, serviks, dan
ovarium. Prosedur ini dilakukan pada banyak kondisi selain kanker, termasuk
perdarahan uterus disfungsi, endometriosis, pertumbuhan nonmalignan dalam uterus,
serviks, dan adneksa, masalah-masalah relaksasi dan prolaps pelvis, dan cedera pada
uterus yang tidak dapat diperbaiki. Kondisi malignan membutuhkan histerektomi
abdomen total dan salpingo-ooferektomi bilateral (pengangkatan tuba fallopi dan
ovarium). (Smeltzer, 2001)
Histerektomi total, yaitu mengangkat kandungan termasuk mulut rahim.Ini
merupakan suatu tipe Histerektomi yang sangat dan sering dilakukan. Selama
histerektomi abdominalis totalis, dokter-dokter sering mengangkat uterus bersama
servik sekaligus. Parut yang dihasilkan dapat berbentuk horizontal atau vertikal,
tergantung dari alasan prosedur tersebut dilakukan dan ukuran atau luasnya area yang
ingin di terapi. Karsinoma ovarium dan uterus, endometriosis, dan mioma uteri yang
besar dapat dilakukan histerektomi jenis ini. Selain itu histerektomi jenis ini dapat
dilakukan pada kasus-kasus nyeri panggul, setelah melalui suatu pemeriksaan serta
evaluasi penyebab dari nyeri tersebut, serta kegagalan terapi secara medikamentosa.
Setelah dilakukan prosedur ini wanita tidak dapat mengandung seorang anak. Maka
dari itu metode ini tidak dilakukan pada wanita usia reproduksi, kecuali pada kondisi-
kondisi yang sangat serius seperti karsinoma. Histerektomi abdominal totalis
memperbolehkan operator mengevaluasi seluruh kavum abdomen serta panggul,
dimana sangat berguna pada wanita-wanita dengan karsinoma atau penyebab yang
tidak jelas.
3. Histerektomi Vaginalis (Schauta)
Prosedur ini dilakukan dengan cara mengangkat uterus melalui vagina.
Vaginal histerektomi ini merupakan suatu metode yang cocok hanya pada kondisi-
kondisi seperti prolaps uteri, hiperplasi endometrium, atau displasia servikal. Kondisi
ini dapat dilakukan apabila uterus tidak terlalu besar, dan tidak membutuhkan suatu
prosedur evaluasi operatif yang luas. Wanita diposisikan dengan kedua kaki terangkat
pada meja litotomi. wanita yang belum pernah mempunyai anak mungkin tidak
mempunyai kanalis vaginalis yang cukup lebar, sehingga tidak cocok dilakukan
prosedur ini. Jika wanita tersebut mempunyai uterus yang sangat besar, ia tidak dapat
mengangkat kakinya pada meja litotomi dalam waktu yang lama atau alasan lain
mengapa hal tersebut terjadi, dokter-dokter biasanya mengusulkan histerektomi secara
abdominalis. Secara keseluruhan histerektomi vaginal secara laparaskopi lebih mahal
dan mempunyai komplikasi yang sangat tinggi dibanding histerektomi secara
abdominal.
4. Histerektomi Vaginal dengan Bantuan Laparoskopi
Metode jenis ini sangat mirip dengan metode histerektomi secara vaginal
hanya saja ditambah dengan alat berupa laparoskopi. Sebuah laparoskopi adalah suatu
tabung yang sangat tipis dimana kita dapat melihat didalamnya dengan suatu kaca
pembesar di ujungnya. Pada wanita-wanita tertentu penggunaan laparaskopi ini
selama histerektomi vaginal sangat membantu untuk memeriksa secara teliti kavum
abdomen selama operasi. Penggunaan laparoskopi pada pasien-pasien karsinoma
sangat baik bila dilakukan pada stadium awal dari kanker tersebut untuk mengurangi
adanya penyebaran atau jika direncanakan suatu oovorektomi. Dibandingkan dengan
vaginalis Histerektomi atau abdominal, metode ini lebih mahal dan lebih riskan
terjadinya komplikasi, pengerjaannya lama dan berhubungan dengan lamanya
perawatan di Rumah Sakit seperti pada vaginal histerektomi uterus tidak boleh terlalu
besar. Dokter juga perlu melihat kembali keadaan medis untuk memastikan tidak
terjadinya resiko yang diinginkan saat metode ini dilakukan, seperti jaringan parut
yang luas (adhesi). Jika wanita tersebut mempunyai resiko adhesi, atau ia mempunyai
suatu massa panggul yang besar, histerektomi secara abdominal sangatlah cocok.
5. Histerektomi Supraservikal
Supraservikal Histerektomi digunakan untuk mengangkat uterus sementara
serviks ditinggal. Serviks ini adalah suatu area yang dibentuk oleh suatu bagian paling
dasar dari uterus, dan berada di bagian akhir (atas) dari kanalis vaginalis. Prosedur ini
kemungkinan tidak berkembang menjadi karsinoma endometrium terutama pada
bagian serviks yang ditinggal.
Wanita yang mempunyai hasil papsmear abnormal atau kanker pada daerah
serviks tidak cocok dilakukan prosedur ini. Wanita lain dapat melakukan prosedur ini
jika tidak ada alasan yang jelas untuk mengangkat serviks. Pada beberapa kasus
serviks lebih baik ditinggal seperti pada kasus-kasus endometriosis. Prosedur ini
merupakan prosedur yang sangat simple dan membutuhkan waktu yang singkat. Hal
ini dapat memberikan suatu keuntungan tambahan terhadap vagina, juga menurunkan
resiko terjadinya suatu protrusi lumen vagina (Vaginal prolaps).
6. Histerektomi Radikal (Weirtheim)
Histerektomi radikal adalah pengangkatan uterus, adneksa, vagina proksimal,
dan nodus limfe bilateral melalui insisi abdomen. (Smeltzer, 2001)
Histerektomi radikal, dimana histerektomi diikuti dengan pengangkatan
bagian atas vagina serta jaringan dan kelenjar limfe di sekitar kandungan. Operasi ini
biasanya dilakukan pada beberapa jenis kanker tertentu. Prosedur ini melibatkan
operasi yang luas dari pada histerektomi abdominal totalis, karena prosedur ini juga
mengikut sertakan pengangkatan jaringan lunak yang mengelilingi uterus serta
mengangkat bagian atas dari vagina. Radikal histerektomi ini sering dilakukan pada
kasus-kasus karsinoma serviks stadium dini. Komplikasi lebih sering terjadi pada
histerektomi jenis ini dibandingkan pada histerektomi tipe abdominal. Hal ini juga
menyangkut perlukaan pada usus dan sistem urinarius.
7. Ooforektomi dan Salpingooforektomi (Pengangkatan Ovarium dan atau Tuba
Falopii )
Histerektomi dan salfingo-ooforektomi bilateral, yaitu pengangkatan uterus,
mulut rahim, kedua tuba fallopi, dan kedua ovarium. Pengangkatan ovarium
menyebabkan keadaan seperti menopause.Ooforektomi merupakan suatu tindakan
operatif mengangkat ovarium, sedangkan salpingooforektomi adalah pengangkatan
ovarium. Kedua metode ini dilakukan pada kasus-kasus : kanker ovarium, curiga
tumor ovarium atau kanker tuba falopii (jarang). Kedua metode ini juga dapat
dilakukan pada kasus-kasus infeksi atau digabungkan dengan histerektomi. Kadang-
kadang wanita dengan kanker ovarium atau payudara tipe lanjut dilakukan suatu
ooforektomi sebagai tindakan preventif atau profilaksis untuk mengurangi resiko
penyebaran dari sel-sel kanker tersebut. Jarang sekali terjadi kelainan secara familial.
6. Cara Melakukan Operasi Histerektomi
Sedangkan cara operasi histerektomi juga terbagi menjadi tiga jenis, yaitu:
1. Histerektomi abdominal, dimana pengangkatan kandungan dilakukan melalui irisan
pada perut, baik irisan vertikal maupun horisontal (Pfanenstiel). Keuntungan teknik
ini adalah dokter yang melakukan operasi dapat melihat dengan leluasa uterus dan
jaringan sekitarnya dan mempunyai cukup ruang untuk melakukan pengangkatan
uterus. Cara ini biasanya dilakukan pada mioma yang berukuran besar atau terdapat
kanker pada uterus. Kekurangannya, teknik ini biasanya menimbulkan rasa nyeri yang
lebih berat, menyebabkan masa pemulihan yang lebih panjang, serta menimbulkan
jaringan parut yang lebih banyak.
2. Histerektomi vaginal, dilakukan melalui irisan kecil pada bagian atas vagina. Melalui
irisan tersebut, uterus (dan mulut rahim) dipisahkan dari jaringan dan pembuluh darah
di sekitarnya kemudian dikeluarkan melalui vagina. Prosedur ini biasanya digunakan
pada prolapsus uteri. Kelebihan tindakan ini adalah kesembuhan lebih cepat, sedikit
nyeri, dan tidak ada jaringan parut yang tampak.
3. Histerektomi laparoskopi. Teknik ini ada dua macam yaitu histeroktomi vagina yang
dibantu laparoskop (laparoscopically assisted vaginal hysterectomy, LAVH) dan
histerektomi supraservikal laparoskopi (laparoscopic supracervical hysterectomy,
LSH). LAVH mirip dengan histerektomi vagnal, hanya saja dibantu oleh laparoskop
yang dimasukkan melalui irisan kecil di perut untuk melihat uterus dan jaringan
sekitarnya serta untuk membebaskan uterus dari jaringan sekitarnya. LSH tidak
menggunakan irisan pada bagian atas vagina, tetapi hanya irisan pada perut. Melalui
irisan tersebut laparoskop dimasukkan. Uterus kemudian dipotong-potong menjadi
bagian kecil agar dapat keluar melalui lubang laparoskop. Kedua teknik ini hanya
menimbulkan sedikit nyeri, pemulihan yang lebih cepat, serta sedikit jaringan parut.
Setelah histerektomi, siklus haid atau menstruasi akan berhenti dan wanita tidak dapat
lagi hamil. Jika pada histerektomi juga dilakukan pengangkatan ovarium (indung
telur), maka dapat timbul menopause dini.
Pada umumnya tindakan pengangkatan rahim ini dilakukan menggunakan teknik open
surgery, dengan membuat sayatan sekitar 15 cm pada dinding perut.
Namun saat ini tindakan tersebut dapat dilakukan dengan cara yang lebih baik, yakni
melalui vagina atau menggunakan laparoskopi. Kedua tindakan ini lebih baik
dibandingkan dengan open surgery karena waktu penyembuhan yang lebih cepat,
nyeri pasca operasi lebih ringan, serta tidak meninggalkan jaringan parut (bekas luka)
besar di peut. Pada operasi pengangkatan rahim melalui vagina bahkan tidak ada luka
sama sekali di perut. Laparoskopi memberi keuntungan dapat melihat keadaan organ
di sekitar rahim sehingga apabila didapatkan perlengketan atau kelainan pada organ
di sekitar rahim, lebih mudah untuk melakukan tindakan untuk memperbaikinya.
7. Penatalaksanaan Praoperatif
Histerektomi dengan bantuan laparoskopik dilakukan oleh beberapa dokter dengan
hasil yang sangat memuaskan dan pemulihan yang cepat. Metode ini hanya digunakan
untuk histerektomi vagina dan dilakukan sebagai prosedur rawat singkat atau bedah
ambulatori pada klien yang dipilih dengan sangat hati-hati. Klien menjalani hari
perawatan lebih singkat dan penurunan angka kejadian infeksi pascaoperatif.
Persiapan dokter untuk klien yang akan menjalani histerektomi sedikit berbeda
dengan klien yang akan menjalani laparoskopi. Biasanya, setengah bagian abdomen dan
region pubis serta perineal dicukur dengan sangat cermat dan dibersihakn dengan sabun
dan air (beberapa dokter bedah tidak mengharuskan pencukuran pada klien). Traktus
intestinal dan kandung kemih harus dikosongkan sebelum klien dibawa ke ruang operasi
untuk mencegah kontaminasi dan cedera yang tidak disengaja pada kandung kemih atau
traktus intestinal. Enema dan pengirigasi antiseptik biasanya diharuskan pada malam hari
sebelum hari pembedahan. Klien mendapat sedatif untuk memastikan tidur malam yang
baik. Medikasi praopeatif yang diberikan pada pagi hari pembedahan akan membantu
klien rileks. (Smeltzer, 2001)
pinset 2 Memegang
chirurgis buah jaringan
Klem 2 Memegang
Ovarium buah jaringan
Klem 1 Untuk disinfeksi
disinfeksi buah area operasi
Pinset 2 Memegang
anatomis buah jaringan
suction 1 Menghisap
buah perdarahan/cairan
Yankuer 1 Menghisap
buah perdarahan/cairan
Couter 1 Menghentikan
buah perdarahan
steril @ 1 bh
Benang vicryl no 1
@ 1bh
15. Klem ditempatkan dekat dan sejajar dengan cervix serta jaringan paraservikal, dipotong
dan diikat menggunakan benang chromic no 2. Ini dilanjutkan sampai seluruh bagian
servix uteri dibebaskan.
16. Klem ditempatkan pada tepi-tepi lateral vagina dibawah bagian servix yang menonjol
kedalam vagina, setelah itu tampon vagina dapat dilepas.
17. Tunggul/pangkal vagina ditutup dengan jahitan terputus atau jelujur. Selama langkah
ini, vesika urinaria harus dilindungi dengan menariknya kedepan. Pada proses menjahit
ini menggunakan benang vicryl no 1.
18. Setelah pungtum vagina dijahit, kemudian dilakukan reperitonisasi menggunakan benang catgut
plain no 0.
19. Melakukan pengecekan ulang seandainya masih ada perdarahan. Bila dinyatakan
aman, tampon kassa dikeluarkan dan dilakukan pencucian dengan cairan NaCl.
20. Melakukan penutupan luka operasi lapis demi lapis, lapisan peritoneum menggunakan
benang chromic no 0, otot dengan benang catgut plain no 0, lapisan facia dengan
benang vicryl no 1, subkutan dengan catgut plain no 0 dan kulit dengan monosyn no
3/0.
21. Membersihkan luka operasi dengan kassa basah dan kassa kering
22. Menutup luka operasi dengan steri strip dan kassa steril kemudian ditutup dengan
plester hypafik.
23. Melakukan dekontaminasi instrument dalam bak khusus dengan cairan hibicet dan
diberi label, kemudian dikirim ke CSSD.
GAMBAR INSTRUMEN
GAMBAR POSISI DAN DESINFEKSI HISTEREKTOMI