Anda di halaman 1dari 63

BAB I

PEDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sasaran pembangunan kesehatan di Indonesia antara lain adalah

terselenggaranya pelayanan kesehatan yang semakin bermutu dan merata.

Dalam upaya pencapaian sasaran ini, maka di tetapkan peningkatan mutu

pelayanan rumah sakit. Pelayanan rumah sakit yang bermutu adalah pelayanan

kesehatan yang dapat memuaskan pemakai jasa yaitu pasien. Tingkat

kepuasan pasien bersumber dari faktor yang relatif spesifik seperti sistem

pelayanan rumah sakit, pelayanan pendukung dan petugas kesehatan (

Utomo,2003).

Salah satu indikator pelayanan rumah sakit adalah kinerja petugas

kesehatan. Kepatuhan petugas dalam melaksanakan tugasnya dipengaruhi

oleh dua faktor, yaitu faktor internal dan faktor external individu. Faktor internal

meliputi kemampuan, ketrampilan, lama kerja, umur, jenis kelamin, sikap dan

motivasi. Sedangkan faktor external adalah sarana dan prasarana, imbalan dan

kepemimpinan (Gipson, 2002).

Perawat sebagai salah satu tenaga kesehatan yang ada di rumah sakit,

memegang peranan yang sangat penting, salah satu upaya yang dapat

dilakukan oleh perawat adalah meningkatkan mutu asuhan keperawatan secara

komprehensif meliputi bio-psiko-sosio-spiritual yang ada dalam diri manusia

(Utomo, 2003).

1
Tindakan operasi pembedahan, baik elektif maupun emergengency

adalah peristiwa kompleks dan menegangkan. Kebanyakan prosedur bedah

dilakukan di kamar operasi rumah sakit, meskipun beberapa prosedur yang

lebih sederhana tidak memerlukan hospitalisasi dan dilakukan di klinik-klinik

bedah dan unit bedah ambulatory. Sejalan dengan perkembangan tehnologi

yang kian maju, prosedur tindakan pembedahanpun mengalami perkembangan

yang sangat pesat, dimana perkembangan tehnologi muntakhir telah

mengarahkan pada penggunaan prosedur bedah yang lebih kompleks dengan

penggunaan tehnik-tehnik bedah mikro (micro surgery technigues) atau

penggunaan tehnik laser, peralatan bay pass yang lebih canggih dan peralatan

monitor yang lebih sensitif .Kemajuan dalam bidang tehnik pembedahan dan

tehnik anestesi tentunya harus diikuti oleh peningkatan kemampuan masing-

masing personel (terkait dengan tehnik dan juga komunikasi psikologis)

sehingga out come yang diharapkan dari pasien bisa tercapai. Perubahan tidak

hanya terkait dengan hal-hal tersebut diatas, namun juga diikuti oleh perubahan

pada pelayanan. Untuk pasien-pasien dengan kasus - kasus tertentu misalnya

hernia, pasien dapat mempersiapkan diri dengan menjalani pemeriksaan

diagnostik dan persiapan pra operasi lain sebelum masuk rumah sakit.

Kemudian jika waktu pembedahannya telah tiba, maka pasien bisa langsung

mendatangi rumah sakit untuk dilakukan prosedur pembedahan sehingga akan

mempersingkat waktu perawatan di rumah sakit (Majid,dkk, 2011)

Keperawatan perioperatif merupakan istilah yang digunakan untuk

menggambarkan keragaman fungsi keperawatan yang berkaitan dengan

pengalaman pembedahan pasien. Istilah perioperatif adalah suatu istilah

gabungan yang mencakup tiga fase pengalaman pembedahan yaitu: pre, intra

2
dan post operative phase. Masing-masing fase dimulai pada waktu tertentu dan

berakhir pada waktu pula dengan urutan peristiwa yang membentuk

pengalaman bedah dan masing-masing mencakup rentang perilaku dan

aktivitas keperawatan yang luas yang dilakukan oleh perawat dengan

menggunakan proses keperawatan dan standart praktek keperawatan. Di

samping itu, kegiatan perawat perioperatif juga memerlukan dukungan dari tim

kesehatan lain yang berkompeten dalam perawatan pasien sehingga kepuasan

pasien dapat tercapai sebagai suatu bentuk pelayanan prima. Faktor-faktor

penting yang terkait dalam pembedahan, yaitu penyakit pasien, jenis

pembedahan yang dilakukan dan faktor pasien sendiri.

Keperawatan pra operasi merupakan tahap awal dari keperawatan

perioperatif. Kesuksesan tindakan pembedahan secara keseluruhan sangat

tergantung pada fase ini. Hal ini disebabkan karena fase ini merupakan awalan

yang menjadi landasan untuk kesuksesan tahapan-tahapan berikutnya

(Majid,dkk, 2011).

Hernia merupakan protrusi atau penonjolan isi suatu rongga melalui

defek atau bagian lemah dari dinding rongga bersangkutan. Berdasarkan

terjadinya, hernia dibagi atas hernia bawaan atau kongenital dan hernia

dapatan atau akuisita. Contoh hernia bawaan adalah hernia omphalokel yang

terjadi karena sewaktu bayi lahir tali pusatnya tidak berobliterasi (menutup) dan

masih terbuka. Pada usia lanjut jaringan penyangga makin melemah sehingga

lebih cenderung menderita hernia inguinalis medialis. Pekerjaan angkat berat

yang dilakukan dalam jangka waktu lama juga dapat melemahkan dinding

perut. Tekanan intraabdomen yang meninggi secara kronik, seperti batuk

kronik, hipertropi prostat, konstipasi, dan asites, sering disertai hernia inguinalis.

3
Insiden hernia inguinalis pada bayi dan anak antara 1% sampai dengan

2%. Kemungkinan terjadi pada hernia pada sisi kanan 60%, sisi kiri 20-25% dan

bilateral 15%. Kejadian hernia bilateral pada anak perempuan dibandingkan

laki-laki kira-kira sama (10%) walaupun frekuensi prosessus vaginalis yang

tetap terbuka lebih tinggi daripada perempuan. Insiden hernia meningkat

dengan bertambahnya umur mungkin karena meningkatnya penyakit yang

meninggikan tekanan intra abdomen dan berkurangnya kekuatan jaringan

penunjang (Samsuhidayat & Jong, 2003)

Hernioplasty metode prosthesis mesh adalah suatu teknik operasi

dengan menempatkan prosthesis mesh atau bahan sintetic non absorbable

yang berbentuk jaring-jaring dengan ukuran 5 x 10 cm yang di tempatkan di

tengah-tengah antara muskulus obliqus internus abdominalis dengan muskulus

transversus abdominalis (defek) kemudian dijahitkan pada ligamentum paopart,

ligamentum lakunare dan aponeurosis muskulus transversus dengan benang

nylon no 2/0 non absorbable.

Berdasarkan catatan medis operasi di RSUD Bantul, di Instalasi Bedah

Sentral insidensi operasi hernia inguinalis sejak bulan Februari sampai dengan

Maret tahun 2012 di dapatkan jumlah operasi dengan kasus hernia inguinalis

sejumlah 30 orang. Dari jumlah tindakan operasi dengan kasus hernia ingunalis

yang selama ini di lakukan, 18 orang dengan tindakan operasi hernioplasty

menggunakan prothesis mesh pasien yang mengalami hernia inguinalis

bilateral, residif/recurensi 12 orang dengan tindakan operasi hernioplasty

menggunakan metode Bassini.

Dari latarbelakang insiden terjadinya penyakit Hernia Inguinalis diatas

maka peran perawat sangat dibutuhkan guna meningkatkan asuhan

4
keperawatan guna menanggulangi respon penderita dari manifestasi klinik

proses penyakit tersebut. Sehubungan dengan hal tersebut maka penulis turut

serta dalam memberikan asuhan keperawatan dengan judul “ Asuhan

Keperawatan Perioperatif Pada Tn” A” dengan Hernia Inguinalis Lateralis

Dextra yang dilakukan Tindakan Operasi Herniotomi dengan metode Prothesis

Mesh di Instalasi Bedah Sentral RSUD Bantul Yogyakarta .

B. Rumusan Masalah

“ Bagaimana Asuhan Keperawatan Perioperatif Pada Tn” A” dengan

Hernia Inguinalis Lateralis Dextra yang dilakukan Tindakan Operasi Herniotomi

dengan metode Prothesis Mesh di Instalasi Bedah Sentral RSUD Bantul” ?

C. Ruang Lingkup

Asuhan Keperawatan pada kasus ini meliputi pre,intra,dan post

operasi Herniotomi yang dikerjakan di IBS RSUD Bantul pada tanggal 07

Januari 2013 .

D. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Mampu memberikan asuhan keperawatan pada klien pre-intra-post

Hernia Inguinalis Lateralis Dextra Residif yang dilakukan tindakan operasi

herniotomi dengan metode prothesis mesh di IBS RSUD Bantul pada tanggal

07 Januari 2013 dengan menggunakan pendekatan proses keperawatan

secara menyeluruh.

5
2. Tujuan Khusus

a. Mampu melakukan pengkajian pada klien pre-intra-post operasi Hernia

Inguinalis Lateralis Dextra Residif dengan tindakan hernioplasty metode

prothesis mesh.

b. Mampu merumuskan diagnose keperawatan pada klien pre-intra-post

operasi Hernia Inguinalis Lateralis Dextra Residif dengan tindakan

hernioplasty metode prothesis mesh.

c. Mampu menyusun rencana keperawatan berdasarkan prioritas masalah

klien.

d. Mampu melakasankan tindakan keperawatan sesuai rencana yang

ditetapakan.

e. Mampu melakukan prosedur keperawatan khusus pada klien pre-intra-post

operasi Hernia Inguinalis Lateralis Dextra Residif dengan tindakan

hernioplasty metode prothesis mesh.

f. Mampu melakukan evaluasi terhadap tindakan keperawatan yang telah

dilakukan.

g. Mampu melakukan dokumentasi proses keperawatan dengan benar.

E. Manfaat Penelitian

a. Profesi Keperawatan

Menambah wawasan dan pengatahuan dibidang keperawatan yang dapat

di terapkan pada pasien terutama yang akan di lakukan pembedahan.

b. Institusi Pendidikan Keperawatan

6
Diharapkan dapat menambah wawasan dan pengetahuan dan bahan

bacaan bagi mahasiswa.

c. Bagi Penulis

Menambah wawasan, pengalaman dan menambah pengetahuan dalam

memberikan Asuhan Keperawatan pada klien Hernia Inguinalis Lateralis

Dextra Residif dengan tindakan Hernioplasty metode Prothesis Mesh di

IBS RSUD Bantul pada tanggal 07 Januari 2013.

7
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. URAIAN TEORITIS

1. Hernia Inguinalis

a. Pengertian

Hernia berasal dari kata latin yang berarti rupture. Hernia

didefinisikan penonjolan isi perut dari rongga abnormal melalui suatu defek

pada fascia dan muskulo aponeuretik dinding perut baik secara konginetal

atau di dapat yang memberi jalan keluar pada setiap alat tubuh selain

yang biasa melalui dinding tersebut (Mansjoer, 2002).

Hernia adalah protusi abnormal organ, jaringan atau bagian organ

melalui struktur yang secara normal berisi bagian dari organ tersebut

Hernia adalah produksi atau penonjolan isi suatu rongga melalui defek atau

bagian lemah dari dinding rongga bersangkutan. Pada hernia abdomen isi

perut menonjol melalui defek atau bagian-bagian lemah dari lapisann

muskular aponeurotik dinding perut (Sjamsuhidayat, Jong, 2004).

Hernia inguinalis merupakan penonjolan isi perut dari rongga yang

normal melalui suatu defect pada fascia dan muskulo aponeurotik dinding

perut , baik secara konginetal atau didapat yang memberi jalan keluar pada

setiap alat tubuh selain melalui dinding tersebut. Lobang itu dapat timbul

karena lobang embrional yang tidak menutup atau melebar, akibat tekanan

rongga perut yang meninggi.

Bagian - bagian dari hernia yaitu; kantong hernia, isi hernia, pintu

hernia, leher hernia. Pada hernia abdominalis biasanya adalah peritoneum

8
parietalis, tetapi tidak semua hernia mempunyai kantong, seperti hernia

incisionalis, adipose, intersisialis. Kemudian isi hernia yang didalamnya

terdapat organ atau jaringan yang keluar melalui kantong hernia, biasanya

hernia inguinalis berupa usus, omentum. Lalu pintu hernia, yang

didalamnya terdapat bagian LMR (Locus Minoris Resistent) yang dilalui

kantong hernia. Selanjutnya leher hernia yaitu bagian tersempit kantong

hernia yang sesuai pintu hernia.

Berdasarkan terjadinya, hernia terbagi menjadi hernia bawaan atau

konginetal dan hernia dapatan atau akuisita. Menurut gejalanya, hernia

dapat dibedakan antara: reponibel, ireponibel, inkarserata, strangulata.

Hernia reponibel adalah suatu hernia dengan isi hernia yang bisa keluar

masuk dari rongga abdomen ke kantong hernia dan sebaliknya, sedangkan

pada hernia ireponibel, isi hernia tidak bisa masuk atau dimasukkan ke

dalam rongga abdomen.

Hernia inkarserata adalah hernia ireponibel ditambah jepitan usus

sehingga memberikan tanda-tanda ileus obstruksi. Dan hernia strangulata

adalah hernia ireponibel ditambah dengan tanda-tanda gangguan sirkulasi

lokal daerah hernia karena ada iskemi atau nekrosis dari isi hernia, disini

benjolan akan terasa sakit, tegang, edema atau bahkan tanda infeksi.

Berdasarkan isinya yaitu hernia adipose yang di dalamnya

merupakan jaringan lemak. Berdasarkan letak atau lokasinya yaitu,

diafragma, inguinalis, umbilikalis, femoralis, perineal, ventral, dan scrotalis.

9
b. Etiologi

Hernia inguinalis dapat bersifat konginetal ataupun didapat, dan

biasanya terdapat riwayat hernia pada keluarga. Kebanyakan hernia lipat

paha bersifat genetik. Hernia dapat dijumpai pada setiap usia. Lebih

banyak pada laki-laki ketimbang pada perempuan. Berbagai faktor

penyebab berperan pada pembentukan pintu masuk hernia pada anulus

internus yang cukup lebar sehingga dapat dilalui oleh kantong dan isi

hernia. Selain itu, diperlukan pula faktor yang dapat mendorong isi hernia

melewati pintu yang sudah terbuka cukup lebar itu. Pada orang yang sehat,

ada tiga mekanisme yang dapat mencegah terjadinya hernia inguinalis,

yaitu kanalis inguinalis yang berjalan miring, adanya struktur muskulus

obliqus internus abdominis yang menutup annulus inguinalis internus ketika

berkontraksi, dan adanya fasia tranversa yang kuat yang menutupi

trigonum Hasselbach yang umumnya hampir tidak berotot.

Faktor yang dipandang berperan kausal adalah adanya prosesus

vaginalis yang terbuka, peninggian tekanan di dalam rongga abdomen, dan

kelemahan otot dinding perut karena usia.

Tekanan intra abdomen yang meninggi secara kronik, seperti batuk

kronik, hipertropi prostat, konstipasi, dan asites, sering disertai hernia

inguinalis (syamsuhidayat, Jong Ed.2.2004)

Hernia inguinalis menurut sifatnya terbagi menjadi dua antara lain:

1) Hernia inguinalis yang bersifat kongenital

Kanalis inguinalis adalah kanal yang normal pada fetus. Pada bulan

ke-8 kehamilan, terjadi desensus testis melalui kanal tersebut.

Penurunan testis tersebut akan menarik peritoneum kedaerah skrotum

10
sehingga terjadi penonjolan peritoneum yang disebut dengan prosesus

vaginalis peritonei. Pada bayi yang sudah lahir, umumnya prosesus ini

sudah mengalami obliterasi sehingga isi perut tidak dapat melalui

kanal tersebut. Namun dalam beberapa hal, sering kali kanalis ini tidak

menutup. Karena testis kiri turun lebuh dahulu, maka kanalis inguinalis

kanan lebih sering terbuka. Bila kanalis kiri terbuka biasanya yang

kanan juga terbuka. Dalam keadan normal, kanalis yang terbuka ini

akan menutup pada usia 2 bulan. Bila prosesus terbuka terus ( karena

tidak mengalami obliterasi ), akan timbul hernia inguinalis lateralis

kongenital.

2) Hernia inguinalis yang di dapat (akuisita)

a) annulus inguinalis internus yang cukup lebar sehingga dapat dilalui

oleh kantong dan isi hernia.

b) Peninggian tekanan intraabdomen kronik yang dapat mendorong isi

hernia melewati melewati annulus internus yang cukup lebar,

seperti batuk kronik, pekerjaan mengangkat benda berat, hipertrofi

prostat, konstipasi, dan asites. Peninggian tekanan intra abdomen

juga dapat membuka kembali kanalis inguinalis.

c) kelemahan otot dinding perut karena usia. Sehingga insiden hernia

meningkat dengan bertambahnya umur, mungkin karena

meningkatnya penyakit yang meninggikan tekanan intra abdomen

dan jaringan penunjang berkurang kekuatannya.

11
Pada orang yang sehat ada tiga mekanisme yang dapat mencegah

terjadinya hernia inguinalis, yaitu kanalis inguinalis yang berjalan miring,

adanya struktur m.obligus internus abdominalis yang menutup annulus

inguinalis internus ketika berkontraksi, dan adanya facia transfersa yang

kuat yang menutupi trigonum Hasselbach yang umumnya hampir tidak

berotot. Gangguan pada mekanisme ini dapat menyebabkan terjadinya

hernia.

Dalam keadaan relaksasi otot dinding perut, bagian yang membatasi

annulus internus turut kendur. Pada keadaan ini tekanan intra abdomen

tidak tinggi dan kanalis inguinalis berjalan lebih vertikal. Sebaliknya bila otot

dinding perut berkontraksi, kanalis inguinalis berjalan lebih transversal dan

annulus inguinalis tertutup sehingga dapat mencegah masuknya usus

kedalam kanalis unguinalis. Kelemahan otot dinding perut antara lain

terjadi akibat kerusakan n.iliofemoralis dan n.ilioinguinalis setelah

apendektomi (Thorex, 2002).

c. Anatomi dan fisiologi

Otot-otot dinding perut dibagi empat yakni musculus rectus

abdominis, musculus, obliqus abdominis internus, musculus transversus

abdominis. Kanalis inguinalis timbul akibat descensus testiculorum, dimana

testis tidak menembus dinding perut melainkan mendorong dinding ventral

perut ke depan. Saluran ini berjalan dari kranio-lateral ke medio-kaudal,

sejajar ligamentum inguinalis, panjangnya : + 4 cm. Kanalis inguinalis

dibatasi di kraniolateral oleh anulus inguinalis internus yag merupakan

bagian terbuka dari fasia transversalis dan aponeurosis muskulus

12
transversus abdominalis di medial bawah, di atas tuberkulum pubikum.

Kanal ini dibatasi oleh annulus eksternus.Bagian atap ialah aponeurosis

muskulus obligus eksternus dan didasarnya terdapat ligamentum inguinal.

Kanal berisi tali sperma serta sensitibilitas kulit regio inguinalis, skrotum

dan sebagian kecil kulit, tungkai atas bagian proksimedial.

Annulus inguinalis interna adalah suatu lubang berbentuk oval pada

fascia transversalis, terletak sekitar 3 cm di atas ligamentum inguinalis,

pertengahan antara SIAS dan symphisis pubis. Di sebelah medial annulus

interna terdapat av. epigastrika inferior. Pinggir annulus merupakan origo

fascia spermatica interna pada pria atau pembungkus bagian dalam

ligamen rotundum rotundum uteri pada wanita.

Annulus inguinalis externa merupakan defek berbentuk segitiga

(Hesselbach’s triangle) pada aponeurosis m. obliquus externus abdominis

dan dasarnya dibentuk oleh crista pubica. Pinggir annulus merupakan origo

fascia spermatica externa. Batas lateral adalah arteri epigastrika inferior,

batas medial adalah m. rectus abdominis bagian lateral, dan batas inferior

adalah ligamen inguinalis.

Kanalis inguinalis dibentuk atas dinding anterior, posterior, superior,

dan inferior. Dinding anterior dibentuk oleh aponeurosis m. obliquus

eksternus abdominis yang diperkuat pada 1/3 lateral oleh serabut-serabut

m. obliqus internus abdominis. Seluruh panjang dinding ligamentum

inguinalis, sedangkan atapnya dibentuk oleh m. obliqus internus

abdominalis dan m.transversus abdominalis (Brunner & Suddarth, 2009)

13
Gambar:2.1 Hesselbach’s triangele/trigonum hesselbach (Brunner and

Suddarth, 2009).

1. Anatomi Regio Inguinal

Regio inguinal merupakan batas bawah abdomen dengan fungsi

yang terdiri atas lapisan miopaneurotis. Penamaan struktur anatomi di

daerah ini banyak memakai nama penemunya sebagai pengakuan atas

kontribusi mereka. Dalam bukunya Skandalakis ( 2002), dinding

abdomen pada dasar inguinal terdiri dari susunan multi laminer dan

seterusnya. Pada dasarnya inguinal terbentuk duastruktur anatomi yaitu:

a. Anatomi Kanalis Inguinalis terdiri dari:

1) Kulit (kutis).

2) Jaringan sub kutis (Camper’s dan Scarpa’s) yang berisikan lemak.

Fasia ini terbagi dua bagian, superfisial (Camper) dan profundus

(Scarpa). Bagian superfisial meluas ke depan dinding abdomen dan turun

ke sekitar penis, skrotum, perineum, paha, bokong. Bagian yang

profundus meluas dari dinding abdomen ke arah penis (Fasia Buck).

14
3) Innominate fasia (Gallaudet) : lapisan ini merupakan lapisan superfisial

atau lapisan luar dari fascia muskulus obliqus eksternus. Sulit dikenal dan

jarang ditemui.

4) Apponeurosis muskulus obliqus eksternus, termasuk ligamentum

inguinale (Poupart) merupakan penebalan bagian bawah aponeurosis

muskulus obliqus eksternus. Terletak mulai dari SIAS sampai ke ramus

superior tulang pubis., Lakunare (Gimbernat) merupakan paling bawah

dari ligamentum inguinale dan dibentuk dari serabut tendon obliqus

eksternus yang berasal dari daerah SIAS. Ligamentum ini membentuk

sudut kurang dari 45 derajat sebelum melekat pada ligamentum pektineal.

Ligamentum ini membentuk pinggir medial kanalis femoralis dan Colle’s.

Ligamentum ini dibentuk dari serabut aponeurosis yang berasal dari crus

inferior cincin externa yang meluas ke linea alba.

5) Spermatik kord pada laki-laki, ligamen rotundum pada wanita

6) Muskulus transversus abdominis dan aponeurosis muskulus

obliqus internus,falx inguinalis (Henle) dan konjoin tendon

7) Fascia transversalis dan aponeurosis yang berhubungan dengan

ligamentum pectinea (Cooper), iliopubic tract, falx inguinalis dan fasia

transversalis.

8) Preperitoneal connective tissue dengan lemak 

15
9) P e r i t o n e u m parietale

Gambar struktur anatomi hernia inguinalis lateralis dan medialis pada pria

(skandalakis: atlas of surgical anatomy for general surgeons, 2002)

16
Gambar : anatomi dinding canalis inguinalis dan cincin inguinalis superficialis

(Skandalakis: atlas of surgical anatomi for general surgeons, 2002)

17
d. Klasifikasi Hernia Inguinalis

Klasifikasi hernia inguinalis menurut Thorex terdiri dari:

1) Hernia inguinalis dapat langsung (direct) yaitu kantong hernia yang

menonjol secara langsung melalui dasar kanalis inguinalis, medial

terhadap pembuluh epigastrika inferior, dan jarang turun kearah skrotum.

Kantong hernia inguinalis direk berasal dari dasar kanalis inguinalis, yaitu

segitiga Hesselbach; menonjol secara langsung dan kantong hernia ini

tidak mengandung aponeurosis otot obliqus eksternus.

2) Hernia inguinalis tidak langsung (indirect). Kantong dari hernia inguinalis

indirect berjalan melalui anulus inguinalis profunda, lateral terhadap

pembuluh epigastrika inferior, dan akhirnya kearah skrotum. Kantong

hernia indirek sebenarnya adalah suatu prosesus vaginalis yang

berdilatasi secara persisten.

3) Hernia femoralis hampir selalu terlihat  sebagai massa yang irredusibel,

meskipun kantongnya makin kosong, karena lemak dan kelenjar limfe dari

kanalis femoralis melingkari kantong. Kelenjar limfe tunggal yang

membesar dapat meniru hernia femoralis dengan cepat. Kantong hernia

femoralis berasal dari kanalis femoralis melalui suatu defek pada sisi

medial sarung femoralis (femoral sheath). Kanalis femoralis berisi satu

atau dua kelenjar limfe, yang tersebar disebut dengan Cloquet.

yang jarang, hernia ini sedemikian besarnya sehingga mendesak keluar

melalui anulus superfisialis dan turun ke dalam skrotum. Kantong hernia

femoralis berasal dari kanalis femoralis melalui suatu defek pada sisi medial

sarung femoralis (femoral sheath). Kanalis femoralis berisi satu atau dua

kelenjar limfe, yang tersebar disebut dengan Cloquet.

18
Perbedaan poin-poin diagnostik ditabulasikan dikolom berikut ini :

Tabel Perbedaan HIL dan HIM ( Thorek, M.D,2003).

Hernia Inguinalis Hernia Inguinalis


Lateralis Medialis
Embriologic Diperoleh

Hernia pada pria usia 50 th Hernia pada pria usia lebih dari 50th
kebawah (50th keatas)
Muncul perlahan Muncul dengan cepat

Menghilang perlahan Menghilang dengan cepat


(pengecilan spontan)
Mungkin akan menjadi scrotalis Tidak scrotal
Mungkin strangulata Strangulasi sangat jarang

Impuls menyentuh pinggir dalam Impuls menyentuh pulp (daging buah)


pemeriksaan jari dalam pemeriksaan jari

Gambar :sebelah kiri adalah hernia inguinalis direct sedangkan sebelah

kanan adalah hernia inguinalis indirect , buku surgical diagnosis oleh Thorek,

2003

19
e. Patofisiologi

Hernia inguinalis dapat terjadi karena kongenital atau karena sebab

yang didapat. Insiden hernia meningkat dengan bertambahnya umur karena

meningkatnya penyakit yang meninggikan tekanan intra abdomen dan jaringan

penunjang berkurang kekuatannya. Dalam keadaan relaksasi, otot dinding

perut bagian yang membatasi anulus internus turut kendur. Pada keadaan ini

tekanan intra abdomen tidak tinggi dan kanalis inguinalis berjalan lebih vertikal.

Bila otot dinding perut berkontraksi kanalis inguinalis berjalan lebih transversal

dan anulus inguinalis tertutup sehingga dapat mencegah masuknya usus ke

dalam kanalis inguinalis. Pada orang dewasa kanalis tersebut sudah tertutup,

tetapi karena kelemahan daerah tersebut maka akan sering menimbulkan

hernia yang disebabkan keadaan peningkatan tekanan intra abdomen.

Ligamentum gubernaculum turun pada tiap sisi abdomen dari pole inferior

gonad ke permukaan interna labial/scrotum. Gubernaculum akan melewati

dinding abdomen yang mana pada sisi bagian ini akan menjadi kanalis

inguinalis. Processus vaginalis adalah evaginasi diverticular peritoneum yang

membentuk bagian ventral gubernaculums bilateral. Pada pria testis awalnya

retroperitoneal dan dengan processus vaginalis testis akan turun melewati

kanalis inguinalis ke scrotum dikarenakan kontraksi gubernaculum. Pada sisi

sebelah kiri terjadi penurunan terlebih dahulu sehingga ,yang tersering hernia

inguinalis lateralis angka kejadiannya lebih banyak pada laki-laki dan yang

paling sering adalah yang sebelah kanan. Pada wanita ovarium turun ke pelvis

dan gubernaculum bagian inferior menjadi ligamentum rotundum yang mana

melewati cincin interna ke labia majus. Processus vaginalis normalnya

menutup, menghapuskan perluasan rongga peritoneal yang melewati cincin

20
interna. Pada pria kehilangan sisa ini akan melekatkan testis yang dikenal

dengan tunika vaginalis. Jika processus vaginalis tidak menutup maka hidrokel

atau hernia inguinalis lateralis akan terjadi. Sedangkan pada wanita akan

terbentuk kanal Nuck. Akan tetapi tidak semua hernia ingunalis disebabkan

karena kegagalan menutupnya processus vaginalis dibuktikan pada 20%-30%

autopsi yang terkena hernia ingunalis lateralis proseccus vaginalisnya menutup.

f. Gejala dan tanda klinik hernia inguinalis

Gejala dan tanda hernia banyak ditentukan oleh keadaan isi hernia.

Pada hernia reponibel keluhan satu-satunya adalah adanya benjolan di lipat

paha yang muncul pada waktu berdiri, batuk, bersin , atau mengedan, dan

menghilang setelah berbaring. keluhan nyeri jarang dijumpai ; kalau ada

biasanya dirasakan di daerah epigastrium atau paraumbilikal berupa nyeri

visceral karena regangan pada mesenterium sewaktu satu segmen usus

halus masuk ke dalam kantong hernia. Nyeri yang disertai mual atau muntah

baru timbul kalau terjadi inkarserasi karena ileus atau strangulasi karena

nekrosis atau gangren. Tanda klinis pada pemeriksaan fisik bergantung  pada

isi hernia. Pada inspeksi saat pasien mengedan, dapat dilihat hernia inguinalis

latelaris muncul sebagai penonjolan di regio inguinalis yang berjalan dari

lateral atas ke medial bawah. Kantong hernia yang kosong kadang dapat

diraba pada funikulus spermatikus sebagai gesekan dari dua lapis kantong

yang memberikan sensasi gesekan dua permukaan sutera. Tanda ini disebut

tanda sarung tangan sutera, tetapi umumnya tanda ini sukar ditentukan. Kalau

kantong hernia berisi organ, tergantung isinya, pada palpasi mungkin teraba

usus ,omentum (seperti karet), atau ovarium. Dengan jari telunjuk atau jari

kelingking  , pada anak dapat dicoba mendorong isi hernia dengan menekan

21
kulit skrotum melalui annulus eksternus sehingga dapat ditentukan apakah isi

hernia dapat direposisi atau tidak. Hernia dapat direposisi , pada waktu jari

masih berada dalam annulus eksternus, pasien diminta mengedan. Kalau

ujung jari menyentuh hernia , berarti hernia ingunalis lateralis, dan kalau

bagian sisi jari yang menyentuhnya, berarti hernia inguinalis medialis. Isi

hernia pada bayi perempuan, yang teraba seperti sebuah massa padat

biasanya terdiri atas ovarium. Diagnosis ditegakkan atas dasar benjolan yang

dapat direposisi atau jika tidak dapat direposisi, atas dasar tidak adanya

pembatasan jelas di sebelah cranial  dan adanya hubungan ke cranial melalui

annulus eksternus.

g. Manifestasi klinik hernia inguinalis

1) Tampak benjolan kantong scrotum

2) Bila isinya terjepit akan menimbulkan perasaan sakit ditempat itu disertai

perasaan mual.

3) Bila terjadi hernia inguinalis strangulata perasaan sakit akan bertambah

hebat serta kulit diatasnya menjadi merah dan panas.

4) Obstruksi usus yang ditandai dengn dan muntah, nyeri abdomen seperti

kram distensi abdomen.

5) Terdengar bising usus pada benjolan

6) Kembung

7) Perubahan pola eliminasi BAB, gelisah.

8) Dehidrasi

9) Hernia biasanya terjadi/ tampak diatas area yang terkena pada saat

pasien berdiri atau mengejan.

22
h. Komplikasi

Komplikasi hernia tergntung pada keadaan yang dialami oleh isi hernia.

Terjadinya perlekatan antara isi hernia dengan dinding kantong hernia

sehingga isi hernia tidak dapat dimasukan kembali. Isi hernia dapat tertahan

dalam kantong hernia pada hernia ireponibilis; ini terjadi dapat terjadi kalau isi

hernia terlalu besar; misalnya terdiri atas omentum, organ ekstraperitonial

atau merupakan hernia inkarserata (akreta).Dapat pula isi hernia tercekik oleh

cincin hernia sehingga terjadi hernia strangulata yang menimbulkan gejala

obstruksi usus, odema, dan transudasi kedalam kantong hernia. Timbulnya

odema oleh karena jepitan pada cincin hernia

makin bertambah sehingga akhirnya peredaran darah jaringan terganggu.

Oleh karena adanya hambatan vascularisasi maka isi hernia menjadi nekrosis

dan kantong hernia akan berisi transudat berupa cairan serosanguinus. Kalau

isi hernia terdiri atas usus, dapat terjadi perforasi yang akhirnya dapat

menimbulkan abces lokal, fistel atau peritonitis jika terjadi ada hubungan

dengan rongga perut.

i. Penatalaksanaan hernia inguinalis

1) Pengobatan konservatif

Pengobatan konservatif, terbatas pada tindakan melakukan reposisi dan

pemakaian penyangga atau penunjang untuk mempertahankan isi hernia

yang telah di reposisi. Reposisi tidak dilakukan pada hernia inguinalis

strangulate, kecuali pada pasien anak – anak. Reposisi dilakukan secara

bimanual. Tangan kiri memegang isi hernia membentuk corong sedangkan

tangan kanan mendorongnya kearah cincin hernia dengan tekanan lambat

tapi menetap sampai terjadi reposisi. Pada anak – anak inkarserasi lebih

23
sering terjadi pada umur dibawah 2 tahun. Reposisi spontan lebih sering dan

sebaliknya gangguan vitalitas isi hernia jarang terjadi dibandingkan dengan

orang dewasa. Hal ini disebabkan oleh cincin hernia yang lebih elastis pada

anak – anak. Reposisi dilakukan dengan menidurkan anak dengan pemberian

sedative dan kompres es diatas hernia. Bila usaha repoisisi ini berhasil anak

disiapkan untuk operasa berikutnya. Jika reposisi hernia tidak berhasil dalam

waktu 6 jam harus dilakukan operasi segera.

2) Pengobatan dengan operatif

Pengobatan operatif merupakan satu – satunya pengobatan hernia

inguinalis yang rasional. Indikasi operasi sudah ada begitu diagnosis

ditegakan. Untuk memperoleh keberhasilan maka faktor – faktor yang

menimbulkan terjadinya hernia harus dicari dan diperbaiki (batuk kronik,

prostate, tumor, asites, dll) dan defek yang ada direkonstruksi dan

diaproksimasi tanpa tegangan.

Semua pasien hernia inguinalis dapat dilakukan pembedahan, kecuali

bila terdapat kontra indikasi karena : a) Hernia yang sangat besar, b) Usia

yang lanjut, c) Keadaan umum yang jelek, d) Faktor- faktor yang dapat

menyebabkan timbulnya tekanan intra- abdominal yang seperti; peradangan

saluran pernafasan, obstipasi, gangguan miksi, asites dan tumor.

Hernia ingunalis lateralis yang dijumpai pada usia lanjut, perlu

pemeriksaan yang menyeluruh untuk melihat kemungkinan penyebab

langsung atau tidak langsung dari hernia inguinalis lateralis. Hernia inguinalis

lateralis pada bayi dan anak-anak, pembedahan dilakukan sedini mungkin

setelah diagnoase ditegakkan. Bila terdapat undescensus testis, di mana

diperlukan orcidhopexy, herniotomi dapat sampai uisa 3-5 tahun untuk

24
memberi kesempatan testis turun secara spontan. Orchidopexy dilakukan

pada usia berapa saja apabila terdapat bahaya timbulnya incarserata. Bila

timbul incarserata, ditunda pembedahan hanya sampai keseimbangn cairan

dan elektrolit dipenuhi dengan pemberian infus dan pemasangan pipa

lambung.

Prinsip tindakan operasi pada pasien hernia meliputi tahap-tahap

sebagai berikut antara lain: Herniotomi adalah operasi hernia yang terdiri dari

operasi herniotomi, herniorraphy dan hernioplasty. Herniotomi adalah tindakan

membuka kantong hernia, memasukan kembali isi kantong hernia ke rongga

abdomen. Herniorraphy adalah tindakan memotong dan mengikat kantong

hernia setelah isi hernia dimasukan kerongga abdomen. Hernioplasty adalah

tindakan operasi untuk memperkecil annulus inguinalis internus dan

memperkuat daerah defek (dinding belakang kanalis inguinalis) misalnya

pada hernia inguinalis, tindakannya adalah mempersempit cincin inguinal

interna dan memperkuat dinding posterior kanalis inguinalis.

Tehnik Operasi Herniotomi

Tindakan operasi hernioplasty metode prothesis mesh dengan hernioplasty

metode Bassini pada pasien hernia inguinalis sebagai berikut :

1) Hernioplasty dengan metode Bassini :

a) Pasien sudah dalam kondisi anestesi

b) Posisi pasien supinasi di meja operasi

c) Desinfeksi lapangan pembedahan. Tutup dengan kain steril

d) Irisan 4 cm medial spina iliaca superior anterior (sias) sampai

tuberkulum pubikum.Irisan diperdalam sampai aponeudengan rosis

25
muskulus obligus ekternus dan perdarahan dirawat. Tampak crus medial

danlateralis yangn merupakan anulus ekternus

e) Aponeurosis moe. Dibuka kecil denngan pisau dan batuan pincet n

anatomnis dan gunting dibuka lebih lanjut ke kranial sampai anulus

internus dan ke kaudal sampai membuka anulus ekternus.Hati- hati

jangan sampai melukai N. Ilio inguinalis dan N. Ilio hipogastrik. N ilio

inguinal paling sering terpotong dekat anulus eksternus.

f) Dengan menjepit aponeurosis moe, dengan kocher, aponeurosis moe,

dibebaskan, dari dasar ke lateral sampai tampak ke ligamentum

inguinalis poupart dan ke medial sampai konjoint tendon (muskulus

obligus internus dan transversus).N. ilio inguinal dapat disingkirkan ke

lateral.

g) Funikulus spermatikus di bebaskan dan di pasang teugel.

h) Dengan bantuan 2 pincet chirurgis muskulus kresmater dibuka untuk

mencapai kantong hernia yang terletak di sebelah medial funikulus

spermatikus. Biasanya kantong hernia mudah dibedakan dari jaringan

sekitarnya karena warna yang putih.

i) Dengan bantuan 2 pincet chirurgis dan gunting kantong dibuka. Setelah

ekplorasi kantong, hernia, isi dikembalikan ke dalam rongga abdomen.

Dengan memasukan jari ke dua tangan kiri ke dalam lobang dan sedikit

tarikan, kantong dibebaskaan secara tumpul dan tajam. Sebaiknya vas

deferen dan pembuluh darah di pisahkan secara tajam.

j) Kantong hernia dbebaskan seproksimal mungkin samapi tampak

jaringan lemak pre-peritonial. Kantong di plintir dan diikat dengan

26
benang catgut cromic 1. Bila mulut kantong, proksimal lebar, dapat

ditutup dengan tabakzaknaad. Kemudian kantong hernia dipotong

k) Ujung proksimal kantong hernia dapat digunting pada muskulus obliqus

internus dan tranversus abdominis dengan bantuan sonde kocher.

l) Herniorafi bertujuan memperkuat dinding posterior kanalis inguinalis.

Tehnik yang paling sering digunakan adalah plastik Bassini. Plastik

Bassini dilakukan dengan menjahit konjoin tendon dengan ligamentum

inguinalis pouparti dengan bahan non absorbable (silk, ethilon, nylon) no

1. Jahitan 1 dilakukan pada konjoin tendon dengan perios tuberkulum

pubikum. Jahitan II berjarak 1 cm. Dari jahitan 1 dengan menjahit

konjoin tendon dan ligamentum inguinalis. Kedalaman menjahit konjoin

tendon ditentukan dengan menekan tepi konjoin tendon dengan jari

telunjuk tangan kiri. Demikian pula dengan jahitan III, dan IV dst.

Dengan demikianmasing- masing berjarak 1 cm, sampai meninggalkan

annulus internus cukup dilewati 1 jari.

m) Funikulus spermatikus diletakan kembali pada dasar yang baru ini N.

Ilio inguinalis di bebaskan kembali. Aponeurosis MOE, dijahit kembali

dengan catgut cromic no 1 secara simpul atau dexon no 1 secara

delujur. Lemak dijahit dengan catgut plain 0 secara simpul. Kulit dijahit

dengan silk no 2/0 secara simpul (Wibowo, 2008).

27
Gambar: 2.5 penampang hernioplasty metode Bassini (Wibowo, 2008)

2) Hernioplasty dengan metode prothesis Mesh

a) Pasien sudah dalam kondisi anestesi

b) Posisi pasien supinasi di meja operasi

c) Desinfeksi lapangan pembedahan. Tutup dengan kain steril

d) Irisan 4 cm medial spina iliaca superior anterior (sias) sampai tuberkulum

pubikum.Irisan diperdalam sampai aponeurosis muskulus obligus

ekternus dan perdarahan dirawat. Tampak crus medial dan lateralis

yangn merupakan anulus ekternus .

e) Aponeurosis moe. Dibuka kecil denngan pisau dan batuan pincet n

anatomnis dan gunting dibuka lebih lanjut ke kranial sampai annulus

internus dan ke kaudal sampai membuka anulus ekternus.Hati- hati

jangan sampai melukai N. Ilio inguinalis dan N. Ilio hipogastrik. N ilio

inguinal paling sering terpotong dekat anulus eksternus.

28
f) Dengan menjepit aponeurosis moe, dengan kocher, aponeurosis moe,

dibebaskan, dari dasar ke lateral sampai tampak ke ligamentum

inguinalis poupart dan ke medial smpai konjoint tendon (muskulus

obligus internus dan transversus).N. ilio inguinal dapat disingkirkan ke

lateral.

g) Funikulus spermatikus di bebaskan dan di pasang teugel.

h) Dengan bantuan 2 pincet chirurgis muskulus kresmater dibuka untuk

mencapai kantong hernia yang terletak di sebelah medial dari jaringan

sekitarnya karna warna yang putih.

i) Dengan bantuan 2 pincet chirurgis dan gunting kantong dibuka. Setelah

ekplorasi kantong, hernia, isi dikembalikan ke dalam rongga abdomen.

Dengan memasukan jari ke dua tangan kiri ke dalam lobang dan sedikit

tarikan, kantong dibebaskan secara tumpul dan tajam. Sebaiknya vas

deferen dan pembuluh darah dipisahkan secara tajam.

j) Kantong hernia dbebaskan seproksimal mungkin samapi tampak

jaringan lemak pre-peritonial. Kantong diplintir dan diikat dengan benang

catgut cromic 1. Bila mulut kantong, proksimal lebar, dapat ditutup

dengan tabakzaknaad. Kemudian kantong hernia dipotong.

k) Ujung proksimal kantong hernia dapat digunting pada muskulus obligus

internus dan tranversus abdominalis dengan bantuan sonde kocher.

l) Protesis mesh ditempatkan ditengah- tengah antara muskulus obligus

internus abdominalis dengan muskulus tranversus abdominalis (defek)

kemudian dijahitkan pada ligamentum paopart, ligamentum lacunare,

dan aponeurosis muskulus tranversus dengan benang nylon no 2/0 non

absorbable (Wibowo, 2008).

29
Gambar: 2.5 penampang Hernioplastik dengan protesis mesh

Gambar : 2.6. penampang hernioplastik dengan protesis mesh (Wibowo,


2008)

a. Fokus pengkajian (Doenges,2000)

30
Adapun data-data yang menjadi data fokus dari hernia, adalah sebagai berikut:

1 Aktifitas dan istirahat

Gejala: Kelemahan, riwayat pekerjaan yang perlu mengangkat beban berat,

tidak mampu melakukan aktivitas yang biasanya dilakukan.

Tanda: Gangguan dalam berjalan, kelemahan ambulasi.

2 Eliminasi

Gejala : konstipasi, tidak dapat flatus

Tanda : Adanya retensi urine atau inkontinentia urine

3 Makanan atau cairan

Gejala : hilangnya nafsu makan, mual, muntah.

Tanda : BB turun, dehidrasi, lemah otot.

4 Nyeri atau kenyamanan

Gejala : Nyeri tekan pada kuadran kanan bawah/ inguinal , semakin

memburuk dengan adanya batuk, bersin, mengangkat berat,

defikasi, nyeri tak ada hentinya, atau ada episode nyeri yang lebih

berat secara intermiten.

Tanda : perubahan cara berjalan, nyeri tekan abdomen.

5 Keamanan

Gejala : Peningktan suhu tubuh 39,sampai 39 o C.

Adapun data-data yang harus dikaji pasca operasi hernia adalah sebagai berikut:

2. Sistem pernafasan

a) Potensi jalan nafas

b) Perubahan pernafasan(rata-rata,pola,dan kedalaman)

c) Respirasi rate< 10x/menit.

d) Auskultasi paru: keadekuatan ekpansi paru, dan kesimtrisan.

31
e) Inspeksi : ppergrakan dinding dada, pengunaan otot bantu pernafasan

diafragma, retraksi sternal.

3. Sistem Kardiofaskuler

a) Sirkulasi darah

b) Nadi dan suara jantung dikaji setiap 15’ (4x) ,30’(4), 2jam(4) dan setiap

jam selama dua hari jika kondisi stabil.

c) Kaji sirkulasi perifer (kualitas denyut, warna temperatur,dan ukuran

ekstremitas)

4. Keseimbangan cairan dan elektrolit

a) Inspeksi membran mukusa (warna dan kelembaban, turgor kulit, dan

balitan)

b) Kaji intake dan out put

c) Monitor cairan intra vena dan tekanan darah.

5. Sistem persyarafan

Kaji fungsi cerebral,dan tingkat kesadaran, kaji kekuatan otot dan koordinasi

6. Sistem perkemihan

a) Kontrol volunter fungsi perkemihan kembli setelah 6-8 jam pasca

anestesi.

b) Kaji adanya retensi urine.

c) Dower kateter( kaji warna,jumlah urine,output urine , 30ml/jam)

7. Sistem gastrointestinal

a) Mual, muntah

b) Kaji peristaltik

32
c) Insersi NGT intra operatif dengan drainase lambung( untuk memonitor

perdarahan, mencegah obsruksi usus, irigasi atau pemberian obat,

jumlah, warna konsistensi isi lambung tiap 6-8 jam.

8. Sistem integumen

a) Kaji faktor infeksi luka

b) Distensi dari oedem /paralitik usus.

c) Tekanan pada daaerah luka

d) Dehisensi

e) Eviserasi

9. Drain dan balutan

Semua drain dan balutan dikaji setiap 15” pada saat diruang post anesthesi

meliputi jumlah, warna konsistensi, dan bau cairan drian .

10. Pengkajian nyeri

a) Kaji tanda fisik dan emosi (peningkatan dan tekanan darah, hipertensi,

diaporesis, gelisah)

b) Kaji kualitas nyeri sebelum dan sesudah pembeerian analgetik.

b. Diagnose Keperawatan (NANDA ;20110)

1. Nyeri akut b/d diskontinuitas jaringan akibat tindakan pembedahan.

2. Resiko kukuragan volume cairan b/d hemorragi

3. Resiko infeksi b/d prosedur infasif tindakan pembedahan

4. Resiko cedera perioperatif b/d gangguan persepsi sensori akibat efek

anestesi dan tindakan pembedahan.

5. Cemas b/d krisis situasional status kesehatan

6. Kurang pengetahuan b/d kurangnya informasi

c. Fokus Intervensi (NANDA NIC NOC:2008)

33
1. Dx 1: Nyeri akut b/d diskontinuitas jaringan akibat tindakan pembedahan
NOC dan indikator

2. Dx 2: Resiko kukuragan volume cairan b/d hemorragi


NOC dan Indikator NIC dan Indikator
NOC Mengontrol perdarahan. NIC , Mencegah perdarahan
Setelah dilakukan tindakan Aktivitas:
keperawatan selama 1x15 ‘, 1. Pantau TTV sesering mungkin .
perdarahan dapat terkontrol.Dengan perhatikan peningkatan nadi,
indikator: perubahan tekanan darah.
 Tidak terdapat perdarahan yang 2. Palpasi nadi perifir ,evaluasi,
berarti (tidak lebih dari turgor kulit, dan status
setengah total volume darah membrane mukosa.
dalam tubuh.) 3. Perhatikan adanya edema.
 Tanda-tanda vital dalam batas 4. Pantau dan haluaran.
normal 5. Pantau suhu tubuh
6. Pantau ulang penyebab dari
pembedahan dan
kemungkinan efek samping
pada keseimbangan cairan.
7. Kolaborasi pemberian cairan,
darah, albumin, elektrolit
sesuai indikasi.

34
3. Resiko infeksi b/d prosedur infasif tindakan pembedahan
NOC dan Indikator NIC dan Aktivitas
NOC: Kontrol infeksi dan kontrol resiko. NIC: Perlindungan terhdap infeksi:
Setelah dilakukan tindakan keperawtan 1. Siapkan alat dan buka
selama 1x60’, diharapkan pasien instrument dengan tehnik steril:
terbebas dari infeksi dengan indikator:  Alat tenun
 Bebas dari tanda-tanda dan gejala  Alat dan bahan habis pakai
infeksi: rubor, kalor,dolor, tumor  Set operasi hernia
dan fungtio laesa. 2. Cuci tangan steril sebelum
memulai tindakan
pembedahan.
3. Gunakan gaun steril dan sarung
tangan steril.
4. Desinfeksi pasien pada area
operasi.
5. Tutup sekitar area operasi
dengan duk steril.
6. Kolaborasi dengan tiem bedah
dalam membantu melakukan
tindakan pembedahan.
7. Pertahankan kesterilitasan.
8. Desinfeksi area pembedahan.
9. Balut area pembedahan.
10. Monitor tanada dan gejala
infeksi.
4. Dx 4: Resiko cedera perioperatif b/d gangguan persepsi sensori akibat efek
anestesi dan tindakan pembedahan
NOC dan Indikator NIC dan Aktivitas
NOC : Kontrol resiko. Selama NIC : Surgical assistence
dilakukan tindakan operasi selama 1. Antisipasi gerakan dari IV line
2x75’, resiko cidera dapat ataupun selang pada saat
dikontrol .Dengan indikator tidak pemindahan klien kemeja
terjadi injury. operasi.
2. Letakan negative plat pada
possisi dan pada tempat yang
tepat.
3. Jaga posisi klien tetap stabil
selama dilakukan tindakan
operasi.
4. Optimalkan circulating nurse
selama jalanya operasi.
5. Tentukan peralatan dan
instrument yang diperlukan
untuk tindakan pembedahan.
6. Susun instrument sesuai

35
penggunaan
7. Hitung jumlah instrument, AMHP
dan BMHP yang akan
digunakan.
8. Posisikan instrument dekat
dengan area tindakan
9. Pastikan kembali jumlah
penggunaan instument, AMHP
dan BMHP setelah operasi
selesai.
10. Bantu pindahkan pasien dengan
aman ke brancard untuk dibawa
RR.

5. Dx 5: Cemas b/d krisis situasional status kesehatan


NOC: Kontrol kecemasan dan NIC: Penurunan kecemasan
koping . Setelah dilakukan tindakan Pengurangan cemas;
keperawatan selama 1x30’, 1. Gunakan pendekatan yang
diharapkan pasien mampu menenangkan.
mengontrol tingkat kecemasan 2. Jelaskan semua prosedur dan
dengan indikator: apa yang dirasakan selama
1. Menunjukan tehnik untuk prosedur.
mengontrol cemas. 3. Berikan informasi yang faktual
2. TTV dalam batas normal tentang diagnose dan tindakan
3. Expresi wajah tenang. pronosis.
4. Dengarkan keluhan pasien
dengan penuh perhatihan.
5. Indentifikasi tingkat kecemasan
6. Beri posisi yang nyaman
7. Motivasi klien
8. Instruksiakn pasien untuk
menggunakan tehnik relaksasi

6. Dx 6: Kurang pengetahuan b/d kurangnya informasi


NOC dan Indikator NIC dan Aktivitas
NOC: Pengetahuan tentang NIC: Pengetahuan tentang penyakit.
pengobatan dan perawatan. Setelah Aktivitas:
diberikan penjelasan selama 1x7’, 1. Kaji pengetahuan klien tentng
pasien mengerti proses pengobatan penyakit.
dan perawatan yang diberikan. 2.Jelaskan tentang program
Dengan indikator: pengobtan dan alternatif
1. Menjelaskan kembali tentang pengobatan.
penyakit yang diderita pasien. 3.Diskusikan perubahan gaya hidup
2. Mengenal kebutuhan perawatan yang mungkin yang digunakan
dan pengobtn tanpa rasa untuk mencegah komplikasi.
cemas. 4.Diskusikan tentang terapi dan
pihanya.
5.Observasi kemungkinan sumber
yang biasa digunakan.

36
6.Tanyakan kembali kepada pasien
tentang penyakit, prosedur
perawatan, dan pengobatan

37
BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN

A. Asuhan Keperawatan Pre-Operatif Herniotomi


1. Pengkajian Keperawatan
Tanggal pengkajian : 07 Januari 2013
Tempat : IBS RSUD BAntul
Jam : 10.00 WIB

Identitas
Nama : Tn A
Umur : 78 TH
Jenis kelamin : laki-laki
Penanggung jawab : Ny S
Agama : Islam
Suku/bangsa : Jawa / Indonesia
Pekerjaan : Wiraswasta
Pendidikan : SMU

No cm : 196634
Diagnosa medis : Hernia Inguinalis lateralis D Residif
Tanggal masuk RSUP : 6 Januari 2013
Alamat : Srandakan Bantul.
Jenis Operasi : Hernia Repair
Jenis Anestesi : Regional Anestesi

38
a. Riwayat kesehatan
1. Keluhan utama
Klien mengatakan dilipat paha sebelah kanan ada benjolan lagi bila
untuk batuk, mengejan, dan mangangkat beban dan merasakan tidak
nyaman, merasa takut walaupun sudah pernah menjalani operasi
usus buntu.
2. Riwayat Penykit Sekarang
Kurang lebih dua bulan sebelum masuk RS, klien merasakan ada
benjolan lagi pada daerah selangkangan sebelah kanan. Benjolan
tersebut dapat keluar masuk kembali, jika klien beristirahat benjolan
tersebut masih bisa masuk lagi dan tidak tampak, tetapi jika klien
mengangkat beban berat atau untuk mengejan benjolan muncul lagi.
3. Riwayat Penyakit Dahulu
Klien mengatakan sudah pernah menderita penyakit yang sama dan
sudah pernah menjalani operasi dua tahun yang lalu dengan penyakit
yang sama ini untuk yang kedua kali.
4. Riwayat Penyakit Keluarga
Dalam keluarga tidak ada yang mempunyai riwayat penyakit
menurun dan tidak ada yang memiliki riwayat penyakit menular.
Keluarga juga tidak ada yang menderita penyakit yang sama klien.
b. Pola kebiasaan
1. Nutrisi
Sebelum sakit:
Dirumah pasien makan nasi lunak3x/hari pagi, siang dan sore. Minum
5 gelas sehari dengan jenis air putih dan susu .
Selama sakit :
pasien makan nasi lunak , sayur, buah 3x/hari. Minum 5 gelas sehari
dengan jenis air putih dan susu .
2. Eliminasi
BAK
Sebelum sakit:

39
Tidak ada keluhan,frekuensi 6x sehari, warna kuning jernih
Selama sakit :
Tidak ada keluhan ,frekuensi 6x sehari,warna kuning jernih.
BAB
Sebelum sakit :
1x sehari dengan konsistensi lembek.
Selama dirumah sakit :
1x sehari dengan konsistensi lembek.
3. Aktifitas
Pasien mengatakan dalam keseharianya ia mampu melakukan
perawatan diri(ADL)
4 . Pola tidur
Sebelum sakit : Klien tidur dengan frekuensi 8jam setiap harinya, klien
tidak mengalami gangguan untuk istirahat dan tidunya.
Selama sakit: Untuk istirahat dan tidur agak kurang karena memikirkan
kapan tindakan operasinya.
5. Pola Kognitif
Sebelum sakit: Dalam keseharianya klien mudah bergaul dengan
masyarakat sekitarnya.
Selama sakit: selama proses anamnesis klien dapatmenjawab
pertanyaan dengan baik dengan bahasa jawa.
6. Pola Konsep diri
Sebelum sakit : Klien berperan sebagai kepala keluarga dan
menjalankan peranya dengan baik.
Selama sakit: selama menjalani opearasi tidak dapaat menjalankan
tugas dan pernya dengan maxsimal.
7. Pola Koping
Sebelum sakit : Klien berperan kepala rumah tangga
Selama sakit : Klien menerima kenyataan ini, klien merasa cemas
akan tindakan operasinya, karena sudah dua kali operasi.
8. Pola Nilai dan kepercayaan

40
Sebelum sakit: klien beragama islam, dan menjalankan sholat lima
waktu.
Selama sakit : klien masih bisa menjalankan sholat walaupun dengan
berbaring ditempat tidur.

C. Pemeriksaan fisik
1.Keadaan umum
a) Kesadaran :CM
b) Nyeri : tidak ada
c) Status gizi : baik
d) BB : 78kg, TB ; 160cm
2.Sistem persepsi sensori
a) Pendengaran : normal
b) Penglihatan : normal
c) Konjubgtiva : tidak anemis
d) Sklera mata : tidak ikterik
e) Pupil : isokor
3.Sistem pernafasan
a) Hidung : bersih
b) Respirasi :20x/menit
c) Irama : teratur
d) Suara nafas : vesikuler
e) Dada : simetris, tidak ada retraksi dinding dada
4. Sistem kardiovaskuler
a) TD : 130/80mmhg
b) Nadi : 84x/m
c) Irama : reguler
d) EKG : Irama ritmia normal
5.THT
Telinga : kanan-kiri simetris,tidak terdapat serumen.
Hidung : tidak terdapat secret.

41
Tenggorok : normal,tidak terdapat peradangan.
Palatum : normal
6. Abdomen :tidak teraba adanya massa,bentuk datar.

7. Muskulo skletal
a) Tangan kiri terpasang infus RL, kedua tangan dan kaki normal
b) Kekuatan otot normal
8. Integument
a) Warna kulit : sawo matang
b) Turgor kulit : baik

9. Perkemihan
BAK lancar terpasang dower kateter no 16 fr warna urine kas
Genitalia tak ada kelainan
D. Pemeriksaan penunjang
a. Laboratorium
Tanggal 07 Januari 2013
WBC : 9,8 g/dl
RBC : 4,91 uL
H6B : 11,9 g/dl
PLT : 474 g/dl
Albumen : 4,2 g/dl
Croatinin : 4,02 g/dl
Kalium : 4,71
Clorida : 107,6 mmol/L
Natrium : 136,6 mmol/L
RDW : 17,6 H%
LED : 8 mm/j
HBSag : Negatif
b. Radiologi
Pulma dan besar cor tak tampak kelainan.

42
E. Persiapan operasi
a. Pasien puasa 8 jam
b. Informed consent tindakan medis dan anastesi
c. Baju, selimut, dan topi kamar operasi dipakai
d. Status pasien dan formulir bahan medis habis pakai
e. Hasil pemeriksaan EKG dan laboratorium
f. Pasien dibawa ke kamar operasi
1. Analisa Data

Tgl/jam Data Fokus Etiologi Problem


07 Januari DS: Klien mengatakan Krisis situasional: Cemas
2013 sudah siap menjalani rencana pembedahan
09.30 wib operasi tetapi masih merasa
takut
DO:
 KU baik
 TD: 130/80 mmHg
 N: 84x/m
 RR : 20x/m
 Extrimitas teraba dingin
 Expresi wajah tegang
 Klien sering
menanyakan tentang
operasinya

2. Diagnose Keperawatan
a. Cemas berhubungan dengan krisis situasional ; rencana pembedahan

3. Perencanaan
No Diagnosa NOC dan indikator NIC dan Aktivitas
1 NOC: Kontrol kecemasan NIC:Penurunan kecemasan
dan koping . Setelah Pengurangan cemas;
Cemas dilakukan tindakan 1. Gunakan pendekatan
berhubungan keperawatan selama 1x30’, yang menenangkan.
diharapkan pasien mampu 2. Jelaskan semua
dengan krisis
mengontrol tingkat prosedur dan apa yang
situasional ; kecemasan dengan indikator: dirasakan selama
rencana 1. Menunjukan tehnik untuk prosedur.
pembedahan mengontrol cemas. 3. Berikan informasi yang
2. TTV dalam batas normal faktual tentang
3. Expresi wajah tenang diagnose dan tindakan

43
pronosis.
4. Dengarkan keluhan
pasien dengan penuh
perhatihan.
5. Indentifikasi tingkat
kecemasan
6. Beri posisi yang
nyaman
7. Motivasi klien
8. Instruksiakn pasien
untuk menggunakan
tehnik relaksasi

4. Pelaksanaan dan Evaluasi


No Tgl/jam Implementasi Evaluasi
1 07 Januari 2013 1. Menggunakan tehnik S. Pasien mengatakan siap
10.30 Wib pendekatan yang menjalani operasi namun
menenangkan. masih merasa takut.
2. Memberikan penjelasan O: Pasien tamapak gelisah
tentang semua prosedur .Extrimitas teraba dingin
dan apa yang dirasakan . Expresi wajah tampak
selama prosedur tegang.
3. Memberikan informasi A. Masalah kecamasan
yang faktua tentang teratasi sebagian
diagnosis dan tindakan P. Lanjutkan intervensi
prognosis diruangan.
4. Mendengarkan keluhan
pasien dengan penuh
perhatian.
5. Melakukan indentifikasi
tingkat kecemasan
6. Memberikan posisi yang
nyaman.
7. Memberikan motivasi pada
passien.
8. Memberikan instruksi
pasien untuk
menggunakan
menggunakan relaksasi.

44
Asuhan keperawatan intra operatif
1. Pengkajian

Pengkajian dilakukan di OK 2 IBS RSUD BantulYogyakarta jam 09.30

Nama : Tn. A

Umur : 78 TH

J. kelamin : Laki-laki

Diagnosa : Hernia Innguinalis lateralis residif

Tindakan yang akan dilakukan : Herniotomi dengan prothesis mesh

a) Persiapan perawat

– Perawat sirkuler bertugas mempersiapkan alat dan bahan serta

melakukan kegiatan yang bersifat non steril.

– Perawat instrumen (scrubbing) bertugas mempersiapkan

instrumen dan melakukan kegiatan yang bersifat steril dan

membantu operator.

b) Persiapan alat

– Alat non steril :

1. Meja operasi

2. Meja mayor dan meja linen

3. Mesin diathermy

4. Tempat sampah medis dan non medis

5. Waskom berisi larutan saflon

6. Meja operasi

7. Tempat sampah benda tajam

8. Tempat linen kotor

45
9. Tiang infus

10. Lampu operasi

11. Lampu kepala operator

12. Alas kaki (sandal/sepatu)

13. Gunting plester

– Alat steril :

1. Doek klem 5 buah

2. Gunting jaringan 1 buah

3. Kauter

4. Bengkok

5. Korentang

6. Set Hernia:

a) Scapel mess no 4 : 1

b) Duk klem : 5 buah

c) Pincet ant : 2 buah

d) Pincet Cirurgi : 2 buah

e) Pean : 6 buah

f) Kocher : 4 buah

g) Kateter nelaton : 1 buah

h) Langen back : 2 buah

i) Medle dorf : 2 buah

j) Gunting jaringan : 1 buah

k) Gunting benang : 1 buah

l) Nedle holder : 1 buah

m) Sonde : 1 buah

46
Alat BMHP dan AMHP:

1. Sarung tangan : 4 buah

2. Mess no 20 : 1buah

3. Alkohol 70% : 100cc

4. Betadin 10% : 100cc

5. Nacl 0,9% :1btl

6. Kasa steril : 20 buah

7. Catgut chrom no 0: 2 buah

8. Catgut Plain no 2/0: 1buah

9. Ethilon no 3/0 : 1buah

10. Surgical Mesh : 1buah

11. Proline no 2/0 :1buah

12. Sufratul : 1buah

13. Hipavik :5x10cm

c) Persiapan Pasien

1. Pasien dipindahakan dari bracard ke meja operasi

2. Posisikan pasien tidur supinasi

3. Pasien dalam kondisi anestesi

4. Pasang Dower kateter no 16 fr

5. Pasang ground dikaki

d) Prosedur Operasi

1. Pasien sudah dalam kondisi anestesi

2. Posisi pasien supinasi di meja operasi

3. Desinfeksi lapangan pembedahan. Tutup dengan kain steril

47
4. Irisan 4 cm medial spina iliaca superior anterior (sias) sampai

tuberkulum pubikum.Irisan diperdalam sampai aponeurosis

muskulus obligus ekternus dan perdarahan dirawat. Tampak crus

medial dan lateralis yangn merupakan anulus ekternus .

5. Aponeurosis moe. Dibuka kecil denngan pisau dan batuan pincet

n anatomnis dan gunting dibuka lebih lanjut ke kranial sampai

annulus internus dan ke kaudal sampai membuka anulus

ekternus.Hati- hati jangan sampai melukai N. Ilio inguinalis dan

N. Ilio hipogastrik. N ilio inguinal paling sering terpotong dekat

anulus eksternus.

6. Dengan menjepit aponeurosis moe, dengan kocher, aponeurosis

moe, dibebaskan, dari dasar ke lateral sampai tampak ke

ligamentum inguinalis poupart dan ke medial smpai konjoint

tendon (muskulus obligus internus dan transversus).N. ilio

inguinal dapat disingkirkan ke lateral.

7. Funikulus spermatikus di bebaskan dan di pasang teugel.

8. Dengan bantuan 2 pincet chirurgis muskulus kresmater dibuka

untuk mencapai kantong hernia yang terletak di sebelah medial

dari jaringan sekitarnya karna warna yang putih.

9. Dengan bantuan 2 pincet chirurgis dan gunting kantong dibuka.

Setelah ekplorasi kantong, hernia, isi dikembalikan ke dalam

rongga abdomen. Dengan memasukan jari ke dua tangan kiri ke

dalam lobang dan sedikit tarikan, kantong dibebaskan secara

tumpul dan tajam. Sebaiknya vas deferen dan pembuluh darah

dipisahkan secara tajam.

48
10. Kantong hernia dbebaskan seproksimal mungkin samapi tampak

jaringan lemak pre-peritonial. Kantong diplintir dan diikat dengan

benang catgut cromic 1. Bila mulut kantong, proksimal lebar,

dapat ditutup dengan tabakzaknaad. Kemudian kantong hernia

dipotong.

11. Ujung proksimal kantong hernia dapat digunting pada muskulus

obligus internus dan tranversus abdominalis dengan bantuan

sonde kocher.

12. Protesis mesh ditempatkan ditengah- tengah antara muskulus

obligus internus abdominalis dengan muskulus tranversus

abdominalis (defek) kemudian dijahitkan pada ligamentum

paopart, ligamentum lacunare, dan aponeurosis muskulus

tranversus dengan benang nylon no 2/0 non absorbable

(Wibowo, 2008).

Gambar: 2.5 penampang Hernioplastik dengan protesis mesh

49
Gambar : 2.6. penampang hernioplastik dengan protesis mesh (Wibowo,
2008)

e) Evaluasi

1. Operasi berlangsung selama kurang lebih 1jam 30 menit,dari pukul

10.00wib – 11.30 WIB

2. Panjang luka incici di inguinal 10 cm

3. Jumlah instrument yang digunakan lengkap, tidak ada yang

tertinggal didalam area pembedahan

4. Benang yang digunakan:

a) Cromic no 0 :2

b) Proline 2/0 : buah

c) Plain 2/0 : 1buah

d) Ethilon 3/0 : 1buah

5. Tidak terjadi resiko perdarahan selama operasi berjalan. Jumlah

urine sebelum operasi 50cc,setelah operasi 100cc.

6. Menjaga kebersihan ruangan sebelum dan sesudah operasi

50
1. Analisa Data
Tgl/jam Data Fokus Etiologi Problem

07 DS Prosedur invasif: Resiko infeksi


Januari DO : Dilakukan insisi pada sterilitas tindakan
2013 klien didaerah inguinal pembedahan.
10.30 dextra sepanjang 10 cm.
Dilakukan regional anestesi
Terpasang infus ditangan
kiri
Terpasang dower kateter
no 16 fr
Dilakukan tindakan Resiko injury
07 DS. prosedur
Januari DO: Terpasang infus pembedahan
2013 ditangan kiri. Terpasang
10.30 dower kateter no 16 fr.
Klien terbaring dimeja
operasi dengan posisi
supinasi.
Dilakukan tindakan
pembedahan /operasi

2. Diagnose Keperawatan
a) Resiko infeksi b/d prosedur infasif tindakan pembedahan
b) Resiko injury b/d efek anestesi dan tindakan pembedahan

51
3. Perencanaan
No Diagnose NOC dan Indikator NIC dan Aktivitas
1 Resiko infeksi b/d NOC: Kontrol infeksi dan NIC: Perlindungan
prosedur kotrol resiko. Selama terhadap infeksi;
tindakan dilakukan tindakan 1. Siapkan alat dan
pembedahan pembedahan selama buka instrument
2x75menit tidak terjadi dengan tehnik
tranmisi agen infeksi, steril.
dengan indikator: 2. Cuci tangan steril
Bebas dari tanda-tanda sebelum tindakan
dan gejala infeksi; pembedahan.
rubor,kalor,dolor,funetio 3. Gunakan gaun dan
laesa. sarung tangan
ssecara steril.
4. desinfeksi area
kulit yang akan
dioperasi.
5. Draping dengan
duk steril
6. Pertahankan
kesterilitasan
2 sampai tindakan
Resiko injury b/d operasi selesai
dilakukan 7. Tutup luka secara
tindakan NOC: kotrol resiko; steril
pembedahan selama dilakukan
tindakan pembedahan NIC: Surgical
selama 2x75menit, resiko assistent
cidera dapat dikontrol. 1. Antisipasi gerakan
Dengan indikator tidak dari IV line atau
terjadi injury. alat invasif saat
pemindahan
pasien
2. Letakan ground
pada sisi yang
aman
3. Jagaposisi pasien
tetap stabil
selama tindakan
operasi
4. Optimalkan
sirkulating nurse
selama jalannya
operasi.
5. Tentukan peralatan
dan instrument
yang dipakai.
6. Hitung alat dan
instrument

52
sebelum dan
sesudah tindakan
operasi
7. Posisikan
instrument dekat
dengan area
tindakan.
8. Pastikan jumlah
alat dan BMHP
setelah operasi
9. Bantu pemindahan
pasien diRR.

4. Pelaksanaan
NO Tgl/jam Implementasi Evaluasi
1 07 1. Menyiapkan alat dan buka S.
Januari instrument dengan tehnik O : Area operasi,
2013 steril. instrument,dan tiem
09.30- 2. Mencuci tangan steril sebelum operasi tetap steril
10.30Wib tindakan pembedahan. hingga operasi selesai.
3. Menggunakan gaun dan - Tehnik sterIl tetap
sarung tangan ssecara steril. dipertahankan
4. Mendesinfeksi area kulit yang selama
akan dioperasi. intraoperatif.
5. Draping dengan duk steril - Luka tertutup bersih,
6. Mempertahankan tetap steril.
kesterilitasan sampai A. Masalah resiko
tindakan operasi selesai infeksi teratasi
7. Menutup luka secara steril sebagian
P.Lanjutkan intervensi
oleh perawat
07-1- bangsal
2013
1. Mengantisipasi gerakan dari
IV line atau alat invasif saat S.
pemindahan pasien O: Tidak terjadi injury
2. Meletakan ground pada sisi pada pasien
yang aman selama prosedur
3. Menjagaposisi pasien tetap operasi.
stabil selama tindakan operasi -Jumlah instrument
4. Mengoptimalkan sirkulating lengkap, tidak alat
nurse selama jalannya atau kasa yang
operasi. tertinggal didalam
5. Menentukan peralatan dan tubuh pasien.
instrument yang dipakai. A. Masalah resiko
6. Menghitung alat dan injury teratasi
instrument sebelum dan sebagian.
sesudah tindakan operasi P. Lanjutkan
7. Memposisikan instrument intervensi oleh

53
dekat dengan area tindakan. perawat bangsal
8. Memastikan jumlah alat dan
BMHP setelah operasi
9. Membantu pemindahan
pasien diRR.

54
Asuhan Keperawatan Post Operasi

1. Pengkajian
Dilakukan tanggal 07 Januari 2013, pukul 11 .30 wib setelah dilakukan
tindakan operasi, didapatkan data sebagai berikut:
a) Keadaan Umum baik
b) Kesadaran : compos mentis
c) Respirasi : 20x/menit
d) Tekanan darah : 130/90mmHg
e) Nadi : 80x/menit
f) Saturasi : 100%
g) Nyeri : pasien merasakan sakit pada luka operasinya
seperti di tusuk-tusuk, skala nyeri 5
h) Adanya luka jahitan post operasi herniotomi panjang 10 cm dilipat
paha sebelah kanan
i) Tidak ada rembesan darah di daerah luka operasi yang ditutup kasa
dengan hepavix

j) Bromed scale

Kriteria Nilai

Gerakan penuh dari tungkai 0

Tidak mampu mengextensikan tungkai 1

Tidak mampu memflexikan lutut 2

Tidak mampu memflexikan pergelangan kaki 3

55
1. Analisa Data

Tgl/jam Data Fokus Etiologi Problem


07-1-2013 DS: Klien mengatakan Diskontuinitas Nyeri(akut)
11.45wib luka operasinya terasa jaringan akibat
nyeri tindakan operasi
P: Luka post operasi
hernia
Q: Seperti ditusuk-
tusuk
R: Perut sebelah kiri
S: 4
T: hilang timbul
DO: TD :
130/80mmHg
-Nadi : 80x/menit
- RR : 20x/menit
- Pasien tampak
mringis menahan sakit
- Terdapat luka jahitan
post operasi dilipat
paha kanan

07-1-2013 DS: Klien mengatakan Efek dari Resiko cidera


11.45 wib area pinggang tindakan
sampai dengan kaki samping
masih terasa kaku. anestesi
DO: Klien masih
dalam pengaruh
anestesi.
- Saat diminta
mengangkat
tungkai sedikit
demi sedikit klien
bisa

2. Diagnose Keperawatan
a) Nyeri berhubungan dengan diskontuinitas jaringan akibat tindakan
operasi
b) Resiko cidera berhubungan dengan kondisi post operasi/obat
anestesi

3. Perencanaan
No Diagnose NOC dan Indikator NIC dan Aktivitas
1 Nyeri (akut) b/d NOC: Menegement 1. Monitor TTV
diskontuinitas nyeri 2.Lakukanpengkajian

56
jaringan akibat Setelah dilakukan nyeri secara
tindakan operasi tindakan keperawatan komprehensif
selama 1x30menit termasuk
diharapkan pasien lokasi,karakter,
mampu mengontrol durasi, frekuensi,
nyeri dan kualitas dan faktor
meningkatkan presipitasi.
kenyamanan dengan 3. Observasi reaksi
indikator: non verbal
1. Melaporkan 4. Evaluasi
frekuensi dan pengalaman nyeri
lamanya nyeri masa lalu
2. Mengenal faktor 5. Beri informasi yang
penyebab nyeri akurat untuk
3. Nyeri dapat mengurangi rasa
terkontrol nyeri.
6. Ajarkan tehnik
distraksi relaksasi.

2 Resiko cidera b/d NOC: Kontrol resiko. 1. Ciptakan


kondisi post Setelah dilakukan lingkungan yang
operasi tindakan keperawatan aman bagi pasien.
selama 1x30menit, 2. Identifikasi
diharapkan tidak terjadi kebutuhan rasa
injury dan kondisi klien aman bagi pasien
dapat stabil 3. Jauhkan
lingkungan
dan peralatan
yang mengancam

4. Jauhkan obyek
yang berbahaya
dari lingkungane

4. Pelaksnaan

No Tgl/jam Implementasi Evaluasi


1 07-1- 1. Memoonitor TTV S: Klien mengatakan luka
2013 2.melakukan pengkajian operasinya masih terasa nyeri
11.20 nyeri secara seperti ditusuk-tusuk,nyeri
wib komprehensif hilang timbul (ringan)
termasuk DO: TD : 130/80mmHg
lokasi,karakter, durasi, -Nadi : 80x/menit
frekuensi, kualitas dan - RR : 20x/menit
faktor presipitasi. - Pasien tampak mringis
3. Mengobservasi reaksi menahan sakit

57
non verbal - Terdapat luka jahitan post
4. melakukan evaluasi operasi dilipat paha kanan
pengalaman nyeri
masa lalu
5. Memberikan informasi
yang akurat untuk
mengurangi rasa
nyeri.
6. Mengajarkan tehnik
distraksi relaksasi
2 07-1- 5. Menciptakan DS: Klienmengatakan area
2013 lingkungan yang pinggang sampai dengan kaki
11.45 aman bagi pasien. masih terasa berat.
6. Mengidentifikasi DS: Klien masih dalam
kebutuhan rasa aman pengaruh anestesi
bagi pasien Saat diminta mengangkat
7. Menjauhkan tungkai sedikit demi sedikit
lingkungan O: Pasien sadar penuh tetapi
dan peralatan yang masih tetapi masih tampak
mengancam. lemah.
- Jauhkan obyek yang A. Masalah teratasi
berbahaya dari sebagian
lingkungane. B. Lanjutkan dibangsal

58
BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

1. Asuhan keperawatan Perioperatif dengan tindakan Hernia Ripair dengan

metode hernioplasty protesis mesh dilakukan secara yang meliputi

keperawatan pre, intra, dan post operatif.

2. Asuhan keperawatan tersebut dilakukan melalui berbagai tahapan kegiatan

yang meliputi: pengkajian,diagnose, perencanaan, pelaksanaan, dan

evaluasi.

3. Pelaksanaan asuhan keperawatan ini dilakukan dengan pendekatan yang

melibatkan berbaagi disiplin ilmu kesehatan dan keperawatan serta

kerjasama yang baik diantara mereka.

B. Saran

1. Diharapkan bagi Rumah Sakit untuk meningkatkan mutu pelayanan

kepada costumer sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan. Dan

hendaknya meningkatkan mutu pemeliharaan dan pengadaan alat-alat

kesehatandemi mendukung jalanya tindakan operasi di IBS RSUP

DR.Sardjito.

2. Bagi perawat diharapkan meningkatkan kemampuan, pengetahuan dan

kerjasam antar tiem dalam melakukan asuhan keperawatan kepada klien

dan melakukan pendokumentasian Askep secara akurat dan penuh

tanggung jawap.

59
ASUHAN KEPERAWATAN PERIOPERATIF PADA KLIEN Tn. “A” DENGAN
HERNIA INGUINALIS LATERALIS DEXTRA RESIDIF DENGAN
TINDAKAN HERNIOPLASTY METODE PROTESIS MESH
DI INSTALASI BEDAH SENTRAL RSUD BANTUL
YOGYAKARTA

Disusun untuk memenuhi ketententuan melakukan kegiatan praktek klinik


keperawatan perioperatif I sebagai Persyaratan Mencapai Derajat Diploma
IV Keperawatan Medikal Bedah

Disusun Oleh :

KELOMPOK IV

KEMENTERIAN KESEHATAN RI
POLITEHNIK KESEHATAN KEMENKES YOGYAKARTA
JURUSAN KEPERAW

ATAN
2012

60
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL. ...........................................................i

LEMBAR PENGESAHAN ................................................ii

DAFTAR ISI. .................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN

B. Latar Belakang ......................................1

C. Batasan dan Perumusan Masalah .................2

D. Tujuan……………........................................2

E. Manfaat….. .................................................3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Difinisi……. .................................................4

B. Anatomi Fisiologi.......................................4

C. Patofisiologi……….......................................6

D. Laparaskopik Apendektomi ……………… 7

E. Masalah yang Mungkin muncul . ................10.

F. Asuhan Keperawatan. ...........................12

BAB III ASUHAN KEPERAWATAN

A. Asuhan Keperawatan Pre- Operatif

1. Pengkajian...........................................................22

2. Diagnose Keperawatan.........................................28

3. Perencanaan........................................................28

4. Pelaksanaan........................................................29

5. Evaluasi..............................................................29

B. Asuhan Keperawatan Intra- Operatif

1..Pengkajian.........................................................30

61
2. Diagnose Kperawatan......................................36

3. Perencanaan...................................................38

4. Pelaksanaan...................................................57

5. Evaluasi.........................................................38

C. Asuhan Keperawatan Post- Operatif

1. Pengkajian.....................................................39

2. Diagnose Kperawatan.....................................61

3. Perencanaan..................................................41

4. Pelaksanaan..................................................42

5. Evaluasi........................................................42

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan.................................................. 44

B. Saran........................................................... 44

DAFTAR PUSTAKA

PenatalaksanaanHernia

BAB III ASUHAN KEPERAWATAN

D. Asuhan Keperawatan Pre-Intra-Post Operatif

6. Pengkajian

7. Diagnose Kperawatan

8. Perencanaan

9. Pelaksanaan

10. Evaluasi

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN

62
C. Kesimpulan

D. Saran

DAFTAR PUSTAKA

63

Anda mungkin juga menyukai