Anda di halaman 1dari 43

ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY.

I DENGAN SEKSIO SESARIA


DENGAN INDIKASI CPD
DI LANTAI I OBSTETRI
RSPAD

Disusun Oleh :
Kelompok X
Gunarto
Bunnadi
Citra Permata Sari
Duri Puspita Sari
Eka Nadia
Giskha Mutiara
Mukhtar Lutfi
Nia Aprilia
Siti Muaisyah

RUMAH SAKIT PUSAT ANGKATAN DARAT GATOT SOEBROTO


AKADEMI KEPERAWATAN
JAKARTA
2008

1
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang begitu pesat

sehingga berpengaruh pada lingkungan sekitar dan gaya hidup manusia yang tidak

teratur, perubahan ini juga berpengaruh pada kesehatan seseorang seperti kehamilan

dengan CPD atau panggul sempit untuk mengatasi kehamilan ini yaitu dengan

tindakan seksio sesaria.

Seksio sesaria merupakan suatu perubahan yang dapat melahirkan anak lewat insisi

pada dinding abdomen dan uterus. Indikasi dilakukan seksio sesaria terdiri dari

indikasi absolut dan relatif. Indikasi absolut adalah keadaan yang membuat kelahiran

lewat jalan lahir tidak mungkin terlaksana seperti panggul sempit, tumor yang

menyumbat, sedangkan indikasi relatif yaitu kelahiran lewat vagina bisa terlaksana

tetapi keadaan tersebut bisa beresiko tinggi bagi ibu, anak ataupun keduanya.

Badan kesehatan dunia memperkirakan bahwa angka persalinan dengan bedah

sesaria adalah sekitar 10% sampai 15%. Dari semua proses persalinan dinegara-

negara berkembang dibandingkan dengan 20% di Britania raya dan 23% di Amerika

serikat, sedangkan Kanada pada tahun 2003 memiliki angka 21% untuk

dilakukannya persalinan dengan tindakan bedah besar. ( www.wikipedia.com )

Di Indonesia khususnya di rumah sakit Dr. Cipto Mangunkusumo, dari mulai tahun

1971 sampai dengan tahun 1975 yang dilakukan seksio sesaria sekitar 90%.

Sedangkan di Medan yaitu Rumah Sakit Dr. Pringadi, kelahiran seksio sesaria

meningkat dari 2,5% menjadi 10% pada tahun 1968-1981.

2
Berdasarkan pencatatan dan pelaporan yang diperoleh dari catatan register diruangan

perawatan lantai I obstetri RSPAD Gatot Soebroto selama 3 bulan terakhir, terhitung

dari bulan april 2008 sampai dengan juni 2008 jumlah klien yang dirawat di

perawatan lantai I obstetri lantai dengan post partum sebanyak 487 orang.

Sedangkan klien yang dilakukan seksio sesaria sebanyak 82 orang (16,83%) dan

yang dilakukan seksio atas indikasi panggul sempit 5 orang (6,1%).

Dari berbagai masalah tersebut maka diperlukan peran perawat yang lebih

komprehensip meliputi aspek promotif yaitu dengan memberikan penkes, aspek

preventif yaitu mencegah supaya klien berhati-hati dalam beraktivitas, aspek kuratif

yaitu memberikan obat sesuai dengan program dan melakukan tindakan sesuai

rencana keperawatan, dan aspek rehabilitatif yaitu melakukan perubahan posisi yang

bisa dilakukan oleh klien.

Berdasarkan uraian diatas penulis ingin mengetahui bagaimana asuhan keperawatan

pada klien post seksio sasaria dengan CPD atau panggul sempit dengan

menggunakan pendekatan proses keperawatan.

B. Tujuan Penulis

1. Tujuan Umum

Agar penulis mendapat penjelasan nyata dalam memberikan asuhan keperawatan

pada klien post seksio sesaria dengan indikasi CPD atau panggul sempit diruang

perawatan lantai I RSPAD Gatot Soebroto dengan menggunakan proses

keperawatan.

3
2. Tujuan Khusus

a. Mampu melakukan pengkajian pada klien post seksio sesaria dengan

indikasi CPD.

b. Mampu menganalisa data yang ditemukan pada klien post seksio disaria

untuk merumuskan diagnosa.

c. Membuat rencana keperawatan pada klien post seksio sesaria dengan

indikasi CPD.

d. Mengevaluasi asuhan keperawatan pada klien post seksio dengan indikasi

CPD.

e. Mengevaluasi asuhan keperawatan pada klien post seksio sesaria indikasi

CPD.

f. Membuat pendokumentasian pada klien post seksio sesaria atas indikasi

CPD.

g. Mengindentifikasi adanya kesenjangan asuhan keperawatan antara teori

dan kasus

h. Mengindentifikasi faktor menunjang dan penghambat serta alternatif

penyelesaiannya dalam memberikan asuhan keperawatan pada setiap langkah

proses keperawatan.

C. Ruang Lingkup

Penulisan makalah ini merupakan pembahasan Asuhan Keperawatan pada klien Ny.

I dengan post seksio sesaria dengan indikasi diruang perawatan lantai I Obstetri

RSPAD Gatot Soebroto yang dilaksanakan pada tanggal 6-8 Agustus 2008 selama

3 hari.

4
D. Metode Penulisan

Metode yang digunakan adalah

1. Metode Deskriptif, studi kasus dengan pendekatan proses keperawatan

dan teknik yang digunakan dalam pengumpulan data dengan cara wawancara,

angket, observasi dan pemeriksaan fisik. sumber data adalah primer yaitu

diperoleh langsung dari klien sedangkan data sekunder diperoleh dari keluarga,

tenaga kesehatan, dokumen hasil pemeriksaan penunjang lainnya.

2. Studi kepustakaan yaitu mempelajari buku sumber yang berhubungan

dengan Asuhan Keperawatan pada klien dengan post seksio sesaria tanpa

indikasi.

E. Sistimatika Penulisan

Bab Satu : pendahuluan terdiri dari latar belakang, tujuan penulisan, ruang lingkup,

metode penulisan, dan sistimatika penulisan. Bab Dua : tinjauan teori yang terdiri

dari pengertian, patofisiologi, penatalaksanaan, pengkajian, diagnosa keperawatan,

perencanaan. Bab tiga : tinjuan kasus terdiri dari pengkajian, diagnosa keperawatan,

perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi.Bab Empat : pembahasan yang terdiri dari

pengkajian, diagnosa keperawatan, perencaan, pelaksanaan, dan evaluasi. Bab

Lima : penutup yaitu kesimpulan dan saran.

5
BAB II

TINJAUAN TEORI

Pada bab ini penulis akan menguraikan tinjuan teori asuhan keperawatan pada klien

dengan post seksio sesaria tanpa indikasi meliputi pengertian, patofisiologi,

penatalaksanaan, pengkajian, diagnosa keperawatan dan perencanaan.

A. Pengertian

Seksio sesaria adalah Suatu tindakan untuk melahirkan bayi dengan berat badan

diatas 5000 gram, melalui sayatan pada dinding uterus yang masih utuh. ( intact ).

( Sarwono Prawihardjo.)

Seksio sesaria adalah proses persalinan dengan melalui pembedahan dinding irisan

dilakukan di perut ibu (laporatomi) dan rahim (histerektomi) untuk mengeluarkan

bayi (www.indomedia.com.2007)

Seksio sesaria adalah alternatif dari kelahiran vagina bila keamanan ibu dan janin

terganggu (Doenges, 2001).

Dari ketiga pengertian diatas, maka penulis mengambil kesimpulan bahwa seksio

sesario adalah perubahan untuk melahirkan janin melalui insisi dinding abdomen dan

dinding uterus dan merupakan salah satu alternatif dari kelahiran bila keamanan ibu

dan janin terganggu.

6
CPD atau panggul sempit adalah keadaan dimana kepala bayi atau ukuran tubuh bayi

lebih besar daripada luas panggul ibu sehingga dalam proses persalinan, bayi tidak

mungkin dapat melewati panggul ibu ( www.balitaanda.indoglobal.com, 2008 )

CPD atau panggul sempit adalah keadaan dimana conjungata vera kurang dari 10 cm

atau kalau diameter transversa kurang dari 12 cm ( www.depkes.com, 2008 )

Dari kedua pengertian di atas dapat di simpulkan bahwa seksio sesario adalah

perubahan untuk melahirkan janin melalui insisi dinding abdomen dan dinding

uterus dan merupakan salah satu alternatif dari kelahiran bila keamanan ibu dan

janin terganggu.

B. Patofisiologi

Seksio sesario merupakan suatu perubahan yang dapat melahirkan anak lewat insisi

pada dinding abdomen dan uterus. Indikasi saksio sesaria terdiri dari indikasi absolut

dan relatif . Dimana absolut adalah keadaan yang membuat kelahiran lewat jalan

lahir tidak mungkin terlaksana seperti panggul sempit, Tumor yang menyumbat dan

indikasi relatif adalah kelahiran lewat vagina bisa terlaksana tetapi keadaan tersebut

bisa beresiko tinggi bagi ibu, anak ataupun kedua-duanya.

Tipe operasi seksio sesaria dapat dilakukan melalui seksio sesaria transperitonealis

dimana dari 2 jenis yaitu :

1. Seksio sesaria ismika / propunda adalah dengan sayatan

melintang pada segmen bawah rahim, kira-kira 10 cm, keuntungannya adalah

menjahit luka lebih mudah, menutup luka dengan repetonialisasi yang baik,

7
overloping dari peritonoel flep baik untuk menahan penyebaran dan isi uterus

kerongga peritonium. perubahan kurang dibandingkan dengan cara klasik.

Kerugiannya adalah luka bisa melebar kiri dan kanan mampu kebawah sehingga

dapat menyebabkan uterina putus menyebabkan perdarahan yang banyak dan

keluhan pada dinding kemih post operasi.

2. Seksio sesaria klasik / korporal adalah sayatan memanjang

pada kerpus uteri kira-kira 10 cm. Keuntungannya: mengeluarkan janin lebih

cepat, dan sayatan bisa diperpanjang secara proximal dan distal. Kerugiannya

adalah infeksi mudah menyebar intra abdominal karena masih ada

repetonealisasi yang baik dan untuk persalinan berikutnya sering terjadi reptur

uteri spontan.

Apabila seksio sesaria tidak dilakukan dengan baik dapat menimbulkan

komplikasi yaitu puerperal dimana komplikasi ini bersifat ringan atau berat

seperti peritonitis, sepsis dsb. Pendarahan bisa banyak timbul pada waktu

pembedahan jika cabang arteri uterina ikut terbuka dan keluhan kandung kemih

bila repritonialisasi terlalu tinggi. Suatu komplikasi yang baru kemudian tampak

ialah kurang kuatnya perut pada dinding uteri, sehingga berkaitan berikutnya bisa

terjadi reptur uteri. Partus lama ketuban pecah dini dapat terjadi infeksi

intrapartum. ( Prof.Dr.Rustam mochtar, MPH ).

8
C. Penatalaksanaan

Penatalaksanaan pada klien post seksio sesaria terdiri dari penatalaksanaan medis

dan penatalaksanaan keperawatan dan pengaturan diet.

1. Penatalaksanaan medis ( Menurut Susan martin Tuker dkk) adalah :

a. Analgesik, meperidin 75 – 100 mg –IM paling sering 3 jam sesuai

kebutuhan.

b. Morfin sulfat 10- 15 mg dengan pemberian yang sama.

c. Pemberian narkotik biasanya disertai emetik- prometazim 25 mg.

d. Terapi cairan dan makanan.

e. Pemeriksaan laboratorium seperti hemoglobin, hematokrit.

2. Penatalaksanaan keperawatan ( menurut Bobak, 2004 ) :

a. Pemulihan dari efek anestesi.

b. Pertahankan kepatenan jalan nafas.

c. Pertahankan posisi klien atur posisi untuk mencegah aspirasi.

d. Ukur TTV setiap 15 menit selama 1-2 jam atau sampai klien stabil.

e. Kaji kondisi balutan insisi, fundus dan jumlah lokea.

f. Observasi masukan dan haluaran.

g. Melatih gerakan kaki.

h. Berikan obat-oabat untuk mengatasi nyeri.

i. Perawatan perineum, payudara, vulva hygene.

j. Kaji bunyi napas, bising usus, tanda homans, elminasi urine dan defekasi.

k. Berikan informasi dan bantuan dalam melakukan perawatan bayi.

9
D. Pengkajian

Menurut Doengos 2001, diperoleh data sebagai berikut :

1. Pengkajian dasar data klien. Tinjau ulang catatan pranatal dan intra operatif dan

adanya indikasi untuk kelahiran sesaria.

2. Sirkulasi : Hipertensi, pendarahan vagina mungkin ada

3. Integritas Ego

Dapat menunjukkan prosedur yang diantisipasi sebagai tanda kegagalan dan atas

replesi negatif pada kemampuan sebagai wanita

4. Makanan dan cairan

Nyeri, epigastrik, gangguan penglihatan, edema (tanda-tanda dipertasi karena

kehamilan ).

5. Nyeri / ketidak nyaman

Distosia, persalinan lama atas disfungsional, kegagalan indikasi nyeri tekan

uterus mungkin ada.

6. Keamanan

Penyakit hubungan seksual aktif (misl herpes). Inkompabilitas Rh yang berat,

adanya komplikasi ibu seperti hipertensi karena kehamilan, diabetes, penyakit

ginjal, atau jantung, infeksi, asenden, trauma abdomen, pranatal, prolaps tali

pusat, distres janin, ancaman kelahiran janin prematur, presentasi dukung dengan

versi sefalik eksternal yang tidak berhasil, ketuban telah pecah selama 24 jam

atau lebih lama.

7. Seksualitas

10
CPA, kehamilan multiple atas gestasi. Melahirkan sesaria sebelumnya bedah

uterus servik sebelumnya, tumor atau Neoplasma yang menghambat pervis atau

janin lahir.

8. Pemeriksaan diagnostik

Jumlah darah lengkap, hemoglobin atau hemotoksit (HB/HT). Mengkaji

perubahan dari keadaan praoperasi dan mengevaluasi efek kehilangan darah pada

pendarahan.

Urinalisis : kultur urine, darah, vaginal dan lokhia : pemeriksaan tambahan

didasarkan pada kebutuhan individual.

Palvimetri : menentukan CPD

Amniosentesis : mengkaji maturasi pada janin

Ultrasonografi : melokalisasi plasenta yaitu menentukan kedudukan,

pertumbuhan dan prentase janin.

Test stress kontraksi atau tes nonstress yaitu mengkaji respon janin terhadap

gerakan atau stress dari pola kontraksi uterus.

Penentuan elektronik kontiniu yaitu memastikan selalu janin atas aktivitas uterus.

9. kelahiran sesaria dapat atau mungkin tidak direncanakan, mempengaruhi

kesiapan dan pemahaman klien terhadap prosedur.

E. Diagnosa Keperawatan

Menurut Doenges 2001 adalah sebagai berikut :

1. Nyeri (akut) b.d trauma pembedahan, efek-efek anastesi, efek-efek hormonal,

distensi kandung kemih/ abdomen .

11
2. Ansietas b.d krisis situasi, ancaman pada konsep diri, transmisi atau kontak

interpersonal, kebutuhan tidak terpenuhi.

3. harga diri rendah situasional b.d merasa gagal dalam pristiwa kehidupan.

4. Resiko tinggi terhadap cedera b.d efek-efek anastesi, trauma jaringan.

5. Risiko tinggi terhadap infeksi b.d prosedur invasif, insisi pembedahan,

penurunan hemoglobin, pecah ketuban.

6. Ketidak berdayaan b.d interaksi interpersonal, keputusasaan gaya hidup, aturan

yang berhubungan dengan penyakit.

7. Kurang pengetahuan b.d kurang pemajanan informasi, kesalahan interpretasi.

8. Risiko tinggi terhadap pertukaran gas b.d perubahan aliran darah ke plasenta.

9. Risiko tinggi terhadap penurunan curah jantung b.d penurunan aliran balik

vena, perubahan tahanan vaskuler sistemik.

10. Perubahan sensori perseptual b.d rangsangan lingkungan, peningkatan jumlah

petugas dan tingkat kebisingan berlebihan.

F. Perencanaan

Setelah Dx keperawatan ditemukan, dilanjutkan dengan menyusun perencanaan

untuk masing-masing diagnosa keperawatan, penetapan tujuan dan kriteria evaluasi

sebagai berikut :

Dx I : Nyeri (akut) b.d peningkatan / kontraksi otot yang lebih lama, reaksi

psikologis.

Kriteria Evaluasi :

1) Mengungkapkan penurunan ketidaknyamanan / nyeri

12
Perencanaan :

1) Kaji lokasi , sifat dan durasi nyeri, khususnya saat berhubungan dengan

indikasi kalahiran sesar.

2) Hilangkan faktor-faktor yang menghasilkan ansietas, berikan informasi

yang akurat dan anjurkan keberadaan pasangan.

3) Instruksikan teknik relaksasi, berikan posisi senyaman mungkin

4) Kolaborasi untuk pemberian sedatif, narkotik, atau obat praoperatif.

Dx 2 : Ansietas b.d krisis situasi, acaman pada konsep diri transmisi atau kontak

interpersonal.

Kriteria evaluasi :

1) Mengungkapkan rasa takut pada keselamatan klien dan janin.

2) Mendiskusikan perasaan tentang kelahiran sesaria

3) Tampak benar- benar rileks

4) Mengunakan sumber / sistem pendukung dengan efektif.

Perencanaan :

1) Kaji respon psikologis pada kejadian dan ketersediaan sistem pendukung

2) Pastikan apakah prosedur direncanakan atau tidak direncanakan

3) Berikan informasi antara klien atau pasangan dengan bayi sesegera mungkin.

4) Arahkan kembali mekanisme koping yang diekspresikan

5) Anjurkan klien / pasangan mengungkapkan perasaan

6) Berikan privasi / rangsangan lingkungan.

13
Dx 3 : harga diri rendah situasional b.d merasa gagal dalam pristiwa kehidupan.

Kriteria hasil :

1) Mengidentifikasi dan mendiskusikan perasaan negatif.

2) Mengungkapkan percaya diri pada dirinya dan pada kemampuannya

Perencanaan :

1) Anjurkan mengungkapkan perasaan.

2) Tentukan perasaan dari klien tentang diri sendiri.

3) Anjurkan untuk bertanya dan memberikan informasi.

4) Rujuk pada kelahiran sesaria sebagai metode alternatif kelahiran anak.

5) Berikan komunikasi verbal dari pengkajian dan intervensi.

6) Kolaborasikan untuk keberadaan pasangan pada saat melahirkan sesuai

kebutuhan, dan partisipasi pasangan dalam aktivitas diruang melahirkan.

Dx 4 : Resiko tinggi terhadap cedera b.d efek-efek obat, trauma jaringan.

Kriteria evaluasi :

1) Bebas dari cedera

Perencanaan

1) Tinjaun ulang catatan persalinan, perhatikan frekuensi berkemih, haluaran dan

penampilan dan waktu berkemih pertama

2) Lepaskan alat prostetik ( lensa kontak, gigi palsu, perhiasan dsb )

3) Tentukan waktu dan isi makanan terkhir

4) Batasi masukan oral bila keputusan kelahiran sesaria dibuat.

5) Bantu pengubaan posisi untuk anestesi ( sokong kaki bila pindah ke brankar )

6) Patau masukan cairan dan keluaran urine

14
Dx 5 : Risiko tinggi terhadap infeksi b.d prosedur invasif, insisi pembedahan,

penurunan hemoglobin, pecah ketuban.

Kriteria evaluasi :

1) Bebas dari infeksi

2) Luka tanpa komplikasi pencapaian tepat waktu dalam pemulihan.

Perencanaan :

1) Kaji terhadap tanda dan gejala infeksi

2) Tinjau ulang kondisi risiko yang ada sebelumnya

3) Berikan perawatan perineal sedikitnya 4 jam bila ketuban telah pecah

4) Kolaborasi untuk persiapan kulit praopertif : scrub sesuai protokol

5) Kolaborasi untuk dapatkan kultur darah, vagina, dan plasenta sesuai indikasi.

6) Catat hemoglobin, hematokrit ( kehilangan darah selama pembedahan )

7) Berikan antibiotik spektrum luas parenteral pada praoperasi

Dx 6 : Ketidak berdayaan b.d interaksi interpersonal, keputusasaan gaya hidup,

aturan yang berhubungan dengan penyakit.

Kriteria evaluasi :

1) Mengungkapkan rasa takut dan kerentanan

2) Mengekspresikan kebutuhan individu

3) Berpartisipasi dalam proses pembuatan keputusan

Perencanaan :

1) Kaji faktor- faktor yang menimbulkan keputusasaan.

2) Berikan pilihan – pilihan dalam perawatan bila mungkin.

3) Identifikasi harapan dan keinginan pasien / pasangan

15
4) Berikan ruang pribadi untuk pasangan sebelum pembedahan / waktu

menyendiri.

5) Berikan informasi dan diskusikan persepsi klien / pasangan.

Dx 7 : Kurang pengetahuan b.d kurang pemajanan informasi, kesalahan interpretasi.

Kriteria evaluasi :

1) Mengungkapkan pemahaman tentang indikasi kelahiran sesaria dan mengenali

sesaria sebagai alternatif kelahiran bayi.

Perencanaan :

1) Kaji kebutuhan belajar

2) Catat tingkat stres dan apakah prosedur direncanakan atau tidak.

3) Berikan informasi yang akurat dengan bahasa yang sederhana.

4) Anjurkan klien untuk mengajukan pertanyaan tentang pemahaman mereka.

5) Tinjau ulang tentang indikasi terhadap pilihan alternatif kelahiran

6) Berikan penyuluhan pasca operasi.

7) Diskusikan sensasi yang di antisipasi selama melahirkan dan periode pemulihan.

Dx 8 : Risiko tinggi terhadap pertukaran gas b.d perubahan aliran darah ke plasenta.

Kriteria evaluasi :

1) Menunjukkan denyut jantung janin dalam batas normal

2) Memanifestasikan variabilitas normal pada strip pemantau.

3) Bebas dari deselerasi variabel lambat atau lama.

Perencanaan :

1) Perhatikan adanya variabel deselerasi perubahan posisi klien dari sisi ke sisi

16
2) Lanjutkan pemantauan DDJ, perhatikan perubahan denyut per denyut atau

deselerasi selama dan setelah kontraksi.

3) Perhatikan warna dan jumlah cairan amnion bila pecah ketuban.

4) Auskultasi jantung janin bila pecah ketuban.

5) Pantau respon jantung janin untuk obat praoperasi atau anastesi regional.

Dx 9 : Risiko tinggi terhadap penurunan curah jantung b.d penurunan aliran balik

vena, perubahan tahanan vaskuler sistemik.

Kriteria evaluasi :

1) Tetap normotensif dengan kehilangan darah kurang dari 800 ml.

Perencaan :

1) Catat lama persalinan bila dapat dilakukan.

2) Kaji terhadap dehidrasi atau kelebihan kehilangan cairan intrapartal.

3) Pantau tanda- tanda vital setelah pemberian anastesi.

4) Tempatkan handuk atau penyokong dibawah panggul kanan klien.

5) Perhatikan perubahan prilaku atau status mental, sianosis membran mukosa.

6) Kolaborasi untuk pemberian suplemen oksigen melalui kanul nasal sesuai

indikasi dan lakukan penginfusan I.V ,larutan elektrolit berikan bolus sesuai

indikasi.

7) Perhatikan perubahan tanda- tanda vital.

Dx 10 : Perubahan sensori perseptual b.d rangsangan lingkungan, peningkatan

jumlah petugas dan tingkat kebisingan berlebihan.

Kriteria evaluasi :

17
1) Mengungkapkan pemahaman tentang kebutuhan untuk meningkatkan tingkat

aktivitas.

2) Tampak rileks.

3) Mempertahankan fokus , tidak mempertahatikan distraksi tambahan

Perencanaan :

1) Kaji lingkungan terhadap faktor-faktor yang menyebabkan kelebihan beban

sensori.

2) Berikan informasi tentang rutinitas pembedahan, termasuk bunyi- bunyian,

lampu, pakaian, dan intrumen.

3) Kurangi tingkat kebisingan, batasi percakapan, dan gunakan peralatan /

secara bijak.

4) Libatkan klien / pasangan dalam percakapan dalam ruang operasi atau diam,

dengan menggunakan komunikasi yang memeberi perhatian.

5) Pertahankan kontak mata, khususnya bila menggunakan masker.

6) Kolaborasi untuk mengeluarkan petugas yang tidak dibutuhkan dari

lingkungan.

G. Implementasi

Implementasi merupakan tindakan mandiri dasar berdasarkan ilmiah, masuk akal

dalam melaksanakan tindakan keperawatan, yang bermanfaat bagi klien, berhubungan

dengan diagnosa keperawatan dan tujuan yang telah ditetapkan. Pelaksanaan

merupakan pengelolaan dan perwujutan dari rencana tindakan keperawatan yang telah

disusun pada tahap perencanaan, tindakan keperawatan pada klien dapat berupa

tindakan mandiri maupun tindakan kolaborasi.

18
Dalam pelaksanaan tindakan langkah – langkah yang dilakukan adalah mengkaji

kembali keadaan klien, validasi rencana kperawatan menentukan kebutuhan dan

bantuan yang diberikan serta menetapkan strategi tindakan yang dilakukan pada

pasien dan repon pasien harus didokumentasikan dalam catatan keperawatan. Dasar

pendokumentasian catatan keperawatan hal yang perlu didokumentasikan adalah

Waktu tindakan dilakukan, tindakan dan respon klien serta diberi tanda tangan

sebagai aspek legal dari dokumenyasi yang dilakukan.

H. Evaluasi.

Evaluasi merupakan tahap akhir dari proses keperawatan yang berguna untuk

mengukur seberapa jauh tujuan yang telah ditetapkan tercapai berdasarkan standar

atau kriteria yang telah ditetapkan . Evaluasi adalah aspek penting dalam proses

keperawatan karena menghasilkan kesimpulan apakah intervensi keperawatan

diakhiri atau ditinjau kembali atau dimodifikasi. Evaluasi harus memahami

obyektifitas realitas dan validasi dapat dipertahankan agar keputusan yang diambil

tepat.

Evaluasi keperawatan ada dua macam yaitu evaluasi formatif ( proses ) yaitu evaluasi

yang dilakukan segera setelah tindakan dilakukan dan di dokumentasikan pada

catatan keperawatan . Sedangkan evaluai sumatif ( hasil ) adalah evaluasi yang

dilakukan untuk mengukur sejauh mana pencapaian tujuan yang ditetapkan dan

dilakukan pada akhir asuhan.

19
BAB III

TINJAUAN KASUS

A. Pengkajian

Pengkajian dilakukan pada tanggal 6 Agustus 2008 pukul 10.00 wib. Klien masuk

perawatan lantai I obstetri pada tanggal 04-08-2008 pukul 09.00 wib. Dengan

diagnosa medis post op seksio sesaria. Pengkajian dilakukan menggunakan

pendekatan proses keperawatan dimulai dari pengkajian, diagnosa keperawatan,

intervensi, implementasi dan evaluasi.

1. Identitas klien

Klien bernama Ny. N umur 32 thn, suku bangsa Bali, agama Hindu, pendidikan

SMA, pekerjaan ibu rumah tangga, klien menikah dengan Tn. I umur 36 tahun

suku bangsa Bali, agama Hindu, pendidikan SMA, pekerjaan TNI AD, klien

tinggal di Dukuh Zambrut Mustika Jaya Bekasi.

2. Riwayat Keperawatan

a. Keluhan utama

Keluhan utama klien saat ini adalah klien mengeluh terasa nyeri pada daerah

operasi apabila banyak bergerak, skala nyeri 6, karakteristik seperti ditusuk-

tusuk.

20
b. Riwayat menstruasi

Klien menarche umur 14 tahun, siklus haid 28-30 hari. Banyaknya normal (3

x ganti pembalut), teratur dalam menstruasi, lamanya 4-5 hari, keluhan

menstruasi disminorhea ringan.

c. Riwayat persalinan sekarang

Tanggal persalinan 05-08-2008 jam 09/00 WIB, tipe persalinan seksio

sesario, jumlah pendarahan 200 cc, jenis janin bayi perempuan, BB : 3650

gram, panjang 52 cm, apgar score menit I adalah 9 dan menit V : 10.

d. Riwayat obstetri

Pada saat ini klien Post partus hari pertama, A0, anak hidup 2, anak pertama

laki-laki, BBL 5000 gram, panjang badan 54 cm, lahir secara bantuan (SC),

penolong adalah dokter, tidak ada kesulitan dalam persalinan. Saat ini anak

berusia 4,5 tahun dalam keadaa sehat. Anak ke 2 klien seorang perempuan,

saat lahir berat badan 3650 gram, panjang 52 cm, lahir secara seksio sesaria

penolong adalah dokter, tidak ada kesulitan dalam persalinan, saat ini bayi

dalam keadaan sehat.

e. Riwayat KB

Klien menggunakan KB jenis suntikan sejak Juli 2004, masalah yang terjadi

adalah saat anak pertama, air susu yang keluar sedikit. Rencana yang akan

datang klien akan menggunakan kontrasepsi IUD.

21
f. Riwayat imuniasi TT

Klien imuniasi TT sebanyak 1 x sebelum klien menikah, pada saat

kehamilan tidak pernah di imunisasi TT.

g. Riwayat penyakit keluarga

Sakit tua 81 tahun Sakit tua Sakit tua

40 tahun 30 tahun 28 tahun

36 tahun 32 thn

Sehat
Sehat

Keterangan :

: laki-laki sehat

: perempuan sehat

: Meninggal

: Klien

: hubungan persaudaraan

: tinggal serumah

: hubungan perkawinan

Berdasarkan data keluarga tidak ada penyakit keturunan pada keluarga Ny. N

maupun Tn. I.

22
3. Riwayat kebiasaan sehari-hari sebelum dirawat dan saat ini

a. Pola nutrisi/cairan

Frekunsi makan 3 x/hari, jenis makanan nasi + lauk sayuran, selera makan

baik, muntah tidak ada, tidak ada alergi terhadap makanan, tidak ada

makanan pantangan. Tidak ada masalah dalam makan (mengunyah). BB

sebelum hamil 75 kg. Saat ini tidak ada perubahan dalam hal makan hanya

porsi dan jenis makanan dirumah dan rumah sakit yang membedakan. Klien

biasa minum air putih 2 liter/hari, saat dirumah sakit tidak ada perbedaan.

b. Pola eliminasi

1) Bab frekuensi 1x / hari, feces lembek, hemoroid tidak ada, diare

tidak ada, penggunaan laksatif tidak, keluhan saat BAB tidak ada. Saat

dirumah sakit hanya perbedaan saat buang air dibantu oleh keluarga,

tidak ada keluhan.

2) BAK frekuensi 1-3 kali / hari, karakteristik urin kuning , tidak ada

keluhan saat BAK. Saat di Rumah sakit hari I-II setelah post op klien

dipasang kateter. Riwayat sakit ginjal tidak ada.

c. Personal Hygene

Frekunsi mandi 2x/hari, menggunakan sabun, oral hygene 2x/hari, pagi sore,

cuci rambut 3x/minggu, menggunakan sampo. Saat di rumah sakit klien baru

1x dicuci oleh keluarga menggunakan air hangat, waktu pagi, oral Hygene

pagi-sore.

23
d. Pola aktivitas istirahat dan tidur

Klien bekerja sebagai ibu rumah tangga, waktu kerja tiap hari, lama bekerja

tidak teratur, hobby menonton tv dan baca koran, pembatasan pekerjaan

adalah kerja berat. Aktifitas waktu luang jalan-jalan, keluhan saat aktivitas

tidak ada, klien mandiri pada beraktivitas, tidur siang 1 jam/hari, sebelum

tidur berdoa. Saat di Rumah sakit klien tidak dapat beraktivitas dalam kondisi

tidak memungkinkan, tidur siang 1-2 jam, kebiasaan sebelum tidur berdoa.

e. Pola kebiasaan yang mempengaruhi kesehatan.

Tidak ada pola kebiasaan yang mempengaruhi klien seperti merokok,

minum-minuman keras, ketergantungan obat, di Rumah sakit pun tidak ada.

f. Pola seksualitas

Tidak ada pola seksulitas yang mempengaruhi kehidupan klien.

g. Riwayat psikososial

Klien tidak merencanakan kehamilan, perasaan klien dan keluarga mereka

sangat senang dengan kehadiran putrinya sebagai anggota keluarga baru.

Kesiapan mental ibu baik, cara mengatasi stress adalah makan, klien tinggal

dengan suami, peran dalam keluarga adalah ibu rumah tangga, klien sanggup

dalam melayani dan merawat bayinya, tidak faktor yang mempengaruhi

kesehatan klien.

24
h. Status sosial ekonomi

Pendapatan perbulan sebanyak > Rp.1.000.000 sedangkan pengeluaran tidak

tentu, jaminan kesehatan klien adalah berhak.

4. Pemeriksaan Fisik

a. Sistem kardiovaskuler / sirkulasi

Nadi 84x/mnt, irama teratur, TD 110/80 mmHg, suhu 36 oC. Tidak ada

distensi vena jugularis kanan dan kiri, warna kulit kemerahan, pengisian

kapiler 1detik, tidak ada edema, tidak ada kelainan buyi jantung dan tidak

sakit dada, konjungtiva anemis, sklera anikterik, tidak ada riwayat hipertensi

dan penyakit jantung.

b. Sistem pernafasaan

Jalan napas klien bersih, tidak sesak, respirasi 20x/menit, tidak batuk, irama

teratur, tidak terdengar ronchi, whezing, riwayat bronchitis tidak ada.

c. Sistem pencernaan

Mulut bersih, tidak ada caries, tidak stomatitis, gigi palsu tidak ada, klien

muntah saat di RR, isi cairan dan bening, nafsu makan baik, tidak ada rasa

perih diperut, daerah perut bawah terasa nyeri pada daerah operasi,

karakteristik nyeri seperti ditusuk-tusuk, skala nyeri 6, BAB 1x/hari, tidak

diare, tidak ada penyakit Hemoroid, membran mukosa lembab.

25
d. Neurosensori

Klien tidak menggunakan kaca mata, tidak menggunakan alat bantu dengar,

tidak ada gangguan dalam bicara, kadang-kadang sakit kepala, klien

kesemutan karena reumatik.

e. Sistim endokrin

Gula darah 70 mg/dl, nafas tidak ada bau keton.

f. Sistem urogenital

BAK tidak terhitung dan terkontrol, tidak sakit bila BAK, tidak ada distesi

kandung kemih, kateter tarpasang sejak tanggal 5 Agustus 2008, warna urine

kuning bercampur darah 300 cc.

g. Sistem Integumen / muskuloskletal

Warna kulit baik, warna kemerahan, keadaan kulit baik, kulit kusam/kotor,

rabut kotor/kusam, tidak ada kesulitan pada persendian, tapi sulit bergerak

karena ada luka bekas operasi dan pemasangan alat invasif (infus + kateter),
5555 5555
tidak tremor, kekuatan otot dan tidak ada deformitas
5555 5555

h. Dada dan Axila

Mamae kelihatan membesar areola mamae hiperpigmentasi, papila mamae

ekperted, kolostrum sudah keluar, sumbatan ASI tidak ada, pemberian asi 24

jam setelah bayi lahir, pembengkakan tidak ada namun sedikit nyeri, tidak

ada pembesaran kelenjar limpa.

26
i. Perut dan abdomen

Tinggi fundus uteri 2 jari di bawah pusat, kontraksi baik, terdapat luka

operasi di bawah umbilikus panjang + 10 cm melintang, klien mengeluh

nyeri seperti ditusuk-tusuk, skala nyeri 6, tidak ada tanda-tanda infeksi pada

daerah post op SC.

j. Anogenital

Terdapat lochea rubra, warna merah, 3x ganti pembalut, bauh khas, episitomi

tidak ada, perineum utuh dan tidak ada luka episiotomi.

5. Pemeriksaan penunjang

Hasil lab tanggal 5 Agustus 2008 : HB 11,4 g/dl, HT 64 %, Erit 4,6 jt/ul,

Leukosit 11.900 /ul, Tromb 91.000 /ul, MCV 79 fl, MCH 25 pg, MCHC 32 g/dl,

Hasil USG tanggal 29 Juli 2008: janin tunggal hidup, persentase kepala.

6. Penatalaksanaan (Medis)

1. Cefotaxime 3 x 1 gram

2. Asam Mefenamat 3 x 500 mg

3. Sangobiad 2 x 1 tablet

4. Tramadol 3 x 1 gram

5. amoxilin 3 x 500 mg

6. RL 20 tetes per menit.

27
7. Resume

Klien bernama Ny. N umur 32 tahun masuk perawatan lantai I obstetri RSPAD

Gatot Soebroto pada tanggal 4 Agustus 2008 pada pukul 10.00 wib melalui poli

kebidanan dengan Dx medis G2.P1.A0 H 38 minggu, TPKTH susp. CPD BSc 1x.

Klien dibawa ke OK dan dilakukan operasi SC pada pukul 08.00 WIB. Jumlah

perdarahan 200 cc. Dari hasil pemeriksaan fisik didapatkan luka operasi pada perut

bawah umbilikus panjang + 10 cm melintang, lahir anak perempuan dengan berat

3650 gram, panjang 52 cm, jumlah pendarahan 200 cc, TTV TD 120/80 mmHg, N :

88x/m, RR : 20x/menit, Sh : 36,2 0C. Infus terpasang pada tangan kiri dengan RL 20

tts/menit, klien terpasang kateter, masalah yang ditemukan setelah operasi adalah

nyeri, risiko infeksi. Tindakan yang sudah dilakukan adalah mengajarkan teknik

relaksasi napas dalam bila nyeri timbul hasil klien dapat mengungkapkan

pemahamannya, pemantauan luka operasi Hasil luka bersih tidak ada rembesan

darah, pemantauan TTV hasil TD 120/80 mmHg, N : 88x/m, RR : 20x/menit, Sh :

360C. Tindakan kolaborasi klien mendapatkan amoxilin 3 x 500 mg, as. Mef 3 x 500

mg, sangobiad 1 x 1 tablet. Dari ke 2 masalah yang didapatkan pada kasus Ny. N

belum ada masalah yang teratasi.

28
8. Data Fukus

Data subjektif

 Klien mengatakan nyeri pada daerah operasi bila bergerak, skala

nyeri 6, karakteristik nyeri seperti dutusuk-tusuk

Data objektif

 Terdapat luka operasi pada perut bawah umbilikus panjang + 10

cm melintang, tertutup dengan kasa, tidak ada rembesan darah.

 Klien tampak meringis bila bergerak

 Terpasang infus pada tangan kiri dengan RL 20tts / menit

Daerah pemasangan infus tidak merah tidak bergerak

 Klien terpasang kateter, daerah pemasangan kateter tidak merah

dan tidak bengkak

 TTV TD 110/80 mmHg, N : 84x/m, RR : 20x/menit, Sh : 360C

 Hasil lab tanggal 5 Agustus 2008

 HB 11,4 g/dl, HT 64 %, Erit 4,6 jt/ul, Leukosit 11.900 /ul,

Tromb 91.000 /ul

29
9. Analisis Data

No Data Masalah Etiologi

1. DS : Klien nyeri pada daerah operasi Nyeri Terputusnya

bila banyak bergerak, kontinuitas jaringan

karakteristik nyeri seperti sekunder akibat luka

ditusuk-tusuk, skala 6 operasi

DO : Klien tampak meringis

kesakitan bila banyak bergerak

- TTV TD 110/80mmhg,

N= 84x/m , RR = 20x/mt,

Suhu = 360c

- Terdapat luka operasi pada

perut bawah umbilikus p ± 10

cm melintang.

2. Ds : - Risiko infeksi Masuknya MO

Do : - Terpasang infus pada tangan sekunder terhadap

bagian kiri dengan Nacl 20 tindakan operasi dan

tts/menit tidak merah, tidak pemasangan alat

bengkak. invensif (kateter dan

- Terpasang kateter, daerah infus)

pemasangan tidak

merah/bengkak.

- TTV TD 120/80mmhg N=

30
88x/m RR = 20x/m

Sh = 360c.

- Luka operasi tertutup rapat

dengan kasa, tidak ada

rembesan darah

- Leukosit 11.900 /ul.

B. Diagnosa Keperawatan

1. Nyeri b.d terputusnya kontinuitas jaringan sekunder akibat luka operasi /tindakan

pembedahan.

2. Risiko infeksi b.d masuknya M.O sekunder terhadap tindakan operasi dan

pemasangan alat invasif ( infus + kateter ).

C. Intervensi, implementasi dan evaluasi

Dx I : Nyeri b.d terputusnya kontinuitas jaringan sekunder akibat luka operasi/

tindakan pembedahan.

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam diharapkan

nyeri berkurang/ hilang.

Kriteria hasil :

a. Klien sakit bila bergerak skala 0-2

31
b. TTV dalam batas normal (Td 110 / 70 – 120 / 80 mmHg, N = 80x/m, RR 18-20

x.menit, Sh = 36-370c

c. Klien bebas bergerak, dan tampak rileks

Intervensi :

a. Ukur TTV / 8 jam

b. Kaji skala nyeri

c. Ajarkan melaksanakan teknik relaksasi napas dalam bila nyeri timbul

d. Berikan obat analgetik As. Mef 3 x 500 mg peroral sesuai program

Implementasi : ( tgl 6-8-2008 )

Pukul 10.00 wib mengukur tanda-tanda vital hasil TD 110/80mmhg, N = 84x/ menit,

RR = 20 x/menit Sh = 36 0c. Pukul 11.00 wib mengkaji skala nyeri hasil skala nyeri

6, pukul 11.05 wib mengajarkan teknik relaksasi napas dalam untuk mengatasi nyeri.

Hasil klien dapat melaksanakannya dengan cara menarik nafas dalam secara

perlahan dan menahan selama 1-2 menit lalu lepas perlahan dan seterusnya. Pukul

12.00 wib memberikan obat as. mef 1 x 500 mg peroral sesuai program hasil obat

masuk peroral.

Tanggal 7 Agustus 2008

Pukul 08.00 wib memberikan obat as. Mef 1 x 500 mg peroral sesuai program hasil

obat masuk per oral. Pukul 08.10 wib mengukur tanda vital hasil TD 130/80 mmhg,

N = 80x/menit RR = 19 x/ menit Sh = 36 0C. Pukul 12.00 wib memberikan obat As.

Mef 1 x 500 mg peroral sesuai program hasil obat masuk per oral. Pukul 12.30 wib

mengkaji skala nyeri hasil skala nyeri 5.

32
Tanggal 8 Agustus 2008

Pukul 08.00 wib memberikan obat as. Mef 1 x 500 mg peroral sesuai program hasil

obat masuk per oral. Pukul 08.10 wib mengukur tanda vital hasil TD 120/80 mmhg,

N = 80x/menit RR = 19 x/ menit Sh = 36 0C. Pukul 12.00 wib memberikan obat As.

Mef 1 x 500 mg peroral sesuai program hasil obat masuk per oral. Pukul 12.30 wib

mengkaji skala nyeri hasil skala nyeri 2.

Evaluasi :

S = Klien menyatakan nyeri sudah berkurang skala nyeri 2

O = Klien tampak rileks, klien sudah bisa jalan-jalan sekitar tepat tidur dan keluar

mandi, TD 120/80 mmHg, N = 80x/mt, RR = 19x/mt, Sh = 360c

A = Tujuan tercapai masalah teratasi

P = Tindakan keperawatan dihentikan pasien pulang

Dx 2 : Risiko infeksi b.d masuknya MO sekunder terhadap luka operasi pemasangan

alat invasif (kateter + infus)

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan 3 x 24 jam diharapkan infeksi tidak terjadi

Kriteria hasil :

a. Tetesan infus lancar 20 tts/mnt

b. Tidak terdapat tanda-tanda infeksi (seperti merah, bengkak panas, nyeri)

c. Luka operasi bersih, tidak ada pus dan rembesan darah.

d. Leukosit dalam batas normal (4800 – 10800 /ul)

33
e. TTV dalam batas normal (TD: 110/70 – 120/80 mmHg, N= 80 x/menit, RR : 18-

20 menit Sh = 36-370C)

Intervensi :

a. Ukur TTV / 8 jam

b. Lakukan perawatan luka operasi hari ke 3 setelah dengan teknik spetik aseptik

dengan Nacl 0,9 % + betadin 10%

c. Lakukan perawatan infus dan keteter dengan teknik septik + aseptik

d. Berikan obat amoxilin 3 x 500 mg peroral sesuai program

Implementasi

Tanggal 6 Agustus 2008

Pukul 08.00 wib mengukur TTV hasil TD 120/80mmhg, N = 80x/menit RR = 20

x/menit, Sh= 360c. Pukul 09.00 wib mengobservasi daerah pemasangan infus dan

kateter hasil tidak terdapat tanda-tanda infeksi seperti merah, bengkak, panas dan

nyeri . pukul 12.00 wib memberikan obat amoxilin 1x500mg peroral sesuai program

hasil obat masuk peroral. Pukul 12.30 wib uff infus dan kateter. Hasil infus dan

kateter di uff tidak sakit dan tidak nyeri.

Tanggal 7 Agustus 2008

Pukul 08.00 wib memberikan obat amoxilin 1 x 500 mg peroral sesuai program hasil

obat masuk peroral. Pukul 08.10 wib mengukur tanda-tanda vital hasil TD 130/80

mmHg, N = 80x/m, RR = 19x/m, Sh = 36 0c. Pukul 12.00 wib memberikan obat

amoxilin 1 x 500 mg peroral sesuai program hasil obat tidak ada tanda-tanda alergi.

34
Tanggal 8 Agustus 2008

Pukul 08.00 wib memberikan obat amoxilin 1 x 500 mg peroral sesuai program hasil

obat masuk peroral. Pukul 08.00 wib mengukur TTV hasil TD 120/80mmhg, N =

80x/m, RR 20x/m, Sh =360C Pukul 09.00 wib melakukan perawatan luka operasi

dengan teknik septik aseptik dengan menggunakan Nacl 0,9% + zalp Garamicyn dan

dibalut dengan tegaderm hasil luka bersih tidak terdapat pus,tidak ada tanda-tanda

infeksi. pukul 12.00 wib, memberikan obat amoxilin 1 x 500 mg peroral sesuai

program hasil obat masuk per oral.

Evaluasi :

S = Klien mengatakan luka operasi tidak nyeri dan tidak panas

O = Luka bersih tidak ada pus, tidak bengkak dan tidak merah leukosit 9.200. TTV

TD 120/80mmhg, N = 80x/m, RR = 20x/m, Sh = 360c.

O = Tujuan tercapai masalah teratasi

P = Tindakan keperawatan dihentikan, pasien pulang.

35
BAB IV

PEMBAHASAN

Pada bab ini penulis akan membahas tentang kesenjangan yang ada pada teori dan yang

terdapat pada kasus serta menganalisa faktor penghambat dan faktor pendukung serta

alternatif pemecahan masalah dalam memberikan asuhan keperawatan yang dimulai dari

pengkajian, diagnosa keperawatan, intervensi, imlementasi dan evaluasi.

A. Pengkajian

Pada sistem sirkulasi pada klien didapatkan hipertensi, sedangkan pada kasus tidak

didapatkan karena klien tidak ada kelainan dalam kehamilan seperti adanya diabetes,

penyakit ginjal, penyakit jantung ataupun infeksi asenden. Dalam teori pada

integritas ego bisa dikatakan antisipasi adanya tanda-tanda kegagalan atau refleksi

negatif sebagai kemampuan sebagai wanita misalnya marah atau menarik diri,

Sedangkan pada kasus tidak ditemukan dan klien sangat tenang dan gembira atas

kelahiran anak ke 2 walaupun sekrio sesaria. Kemudian pada teori pemeriksaan

penunjang dilakukan pemeriksaan darah lengkap, urinalisis, palvimetri,

ammasentosis dan ultranografi sedangkan pada kasus Ny. N hanya dilakukan

pemeriksaan darah lengkap dan USG abdomen, karena klien tidak ada indikasi lain

dalam kehamilan saat pengkajian penulis tidak mengalami hambatan karena klien

dan suaminya sangat kooperatif.

36
B. Diagnosa keperawatan

Diagnosa keperawatan yang ada pada teori adalah 10 sedangkan pada kasus hanya

ditemukan 2 diagnosa keperawatan. Dx keperawatan yang ada pada teori tapi tidak

ada ada dalam kasus yaitu :

1. Ansietas b.d krisis situasi ancaman pada konsep diri, transisi atau kontak

interpersonal, Dx ini tidak diangkat karena pada saat pengkajian klien tidak

mengalami ansietas karena kebutuhan klien telah dipenuhi oleh keluarga dan

perawat.

2. Risiko tinggi terdapat harga diri rendah situasional b.d merasa gagal dalam

pristiwa kehidupan. tidak diangkat karena klien saat pengkajian tidak

menunjukkan adanya harga diri rendah.

3. Resiko tinggi terhadap cedera b.d trauma jaringan, perubahan mobilitas,

pelambatan motilitas gastrik, efek-efek obat.

4. Ketidak berdayaan b.d interaksi interpersonal, keputusasaan gaya hidup,

aturan yang berhubungan dengan penyakit.

5. Kurang pengetahuan b.d kurang pemajanan informasi, kesalahan interpretasi.

6. Risiko tinggi terhadap pertukaran gas b.d perubahan aliran darah ke plasenta.

7. Risiko tinggi terhadap penurunan curah jantung b.d penurunan aliran balik

vena, perubahan tahanan vaskuler sistemik.

8. Perubahan sensori perseptual b.d rangsangan lingkungan, peningkatan jumlah

petugas dan tingkat kebisingan berlebihan.

37
Sedangkan yang ada dalam teori dan ditemukan dalam kasus yaitu :

1. Nyeri b.d terputusnya kontinuitas jaringan sekunder akibat luka operasi

2. Risiko infeksi b.d masuknya MO sekunder terhadap luka operasi, pemasangan

alat invasif (kateter + infus).

C. Perencanaan

Dalam menyusun rencana keperawatan disesuaikan dengan Dx keperawatan yang

ditemukan dan disesuaikan dengan situasi dan kondisi klien. Pada perencanaan pada

teori penyusunan perencanaan tidak menunjuk pada waktu sedangkan pada kasus

penulis berdasarkan metode SMART sebagai pedoman dalam melaksanakan

tindakan dan evaluasi. Faktor pendukungnya adalah terdapatnya berbagai macam

sumber / referensi dilantai I obstetri RSPAD Gatot Soebroto. Faktor penghambat

tidak ada karena setiap rencana disusun berdasarkan kondisi dan kebutuhan dasar

klien.

D. Pelaksanaan

Pelaksanaan dapat dilakukan berdasarkan rencana yang teleh disusun namun tidak

semua rencana dilakukan oleh penulis sesuai rencana karena keterbatasan waktu

sehingga dinas sore dan malam yang dapat melanjutkan rencana penulis semua

tindakan didokumentasikan pada catatan keperawatan.

E. Evaluasi

Evaluasi yang dilakukan berdasarkan tujuan dan kriteria yang ditulis dalam rencana

untuk evaluasi sumatif sedangkan evaluasi formatif dilakukan segera setelah

38
tindakan dari ke 2 diagnosa keperawatan setelah dievaluasi semua diagnosa dapat

teratasi berdasarkan rencana yang telah dibuat, penulis tidak mendapatkan hambatan

dalam melaksanakan evaluasi sedangkan faktor pendukung klien, keluarga, tim kes

lain sangat mendukung dalam melaksanakan evaluasi.

39
BAB V

PENUTUP

Setelah penulis membahas kesenjangan antara teori dan kasus maka pada bab ini penulis

akan menyimpulkan asuhan keperawatan yang diberikan kepada Ny. N dan saran.

A. Kesimpulan

1. Pengkajian

Pada pengkajian ditemukan kesenjangan antara teori dan kasus pada sirkulasi,

integritas ego, dan pada pemeriksaan penunjang dimana kesenjangan ini sangat

dipengaruhi oleh respon klien yang sangat berbeda-beda satu dengan yang lain.

2. Diagnosa keperawatan

Diagnosa disusun berdasarkan prioritas masalah dari problema yang mengancam

jiwa, keluhan utama, dan sesuai dengan kebutuhan dasar klien dimana pada teori

didapatkan 10 diagnosa sedangkan pada kasus hanya 3 Diagnosa keperawatan.

3. Perencanaan

Perencanaan disusun secara sistimatis dengan operasional yaitu mendahulukan

tindakan keperawatan mandiri baru kolaboratif dan pada teori tidak

mencantumkan batasan waktu sedangkan pada kasus penulis berdasarkan

SMART.

4. Implemantasi

40
Tindakan dilakukan sesuai dengan rencana yang telah disusun secara sistematis

dan operasional, faktor penynjangnya adalah catatan keperawatan di ruangan

sudah lengkap.

5. Evaluasi

Evaluasi adalah tahap terakhir dalam pencapaian proses keperawatan yang

dilakukan baik yang formatif maupun sumatif dan dokumentasinya harus jelas.

Dari kedua masalah pada kasus semua teratasi, misalnya : nyeri sudah teratasi

dan pada luka operasi tidak terjadi infeksi.

B. Saran

1. Untuk klien agar tetap mempertahankan personal hygiene, terutama pada daerah

luka operasi agar tidak terjadi infeksi dan rajin kontrol sampai luka sembuh total.

2. Untuk perawat agar tetap mempertahankan keprofesionalannya dan selalu

mendokumentasikan setiap tindakan yang dilakukan.

3. Untuk keluarga klien agar selalu memberikan dorongan kepada klien untuk rajin

kontrol dan mempertahankan kebersihan diri di rumah.

4. Untuk klien agar selalu memperhatikan pola makan dan meningkatkan gizinya

karena akan menyusui, juga agar luka cepat sembuh.

5. Untuk Rumah sakit agar melengkapi kebutuhan-kebutuhan yang akan menunjang

tindakan keperawatan diruangan dan tetap mempertahankan kebersihannya.

41
DAFTAR PUSTAKA

Bobak, Irene M dan Jansen, Margaret D. ( 2004 ). Buku Ajar Keperawatan

Maternitas. Edisi 4. Jakarta : EGC.

Doengoes, E Maryllin. ( 2001 ). Maternal Newborn plans of Care. Edisi 2.

( Monica Ester, Penerjemah ). Philadelphia. ( sumber asli diterbitkan 1994 ).

Mochtar, Rustam. ( 1998 ). Sinopsis Obstetri : Obstetri Fisiologi, Obstetri Patologi.

Edisi 2 . ( Lautan, Penerjemah ). Jakarta : EGC.

Sarwono Prawirohardjo. ( 2002 ). Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan

Maternal dan Regional. Edisi I . Cetakan 3. Jakarta.

Tucker, Susan Martin. ( 1998 ). Patient Care Standards. Edisi 5. ( Yamin Asih,

Penerjemah ). Philadelphia : Mosby Year Book. ( Sumber asli diterbitkan

1992)

42
43

Anda mungkin juga menyukai