Anda di halaman 1dari 86

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN NY.

A
DENGAN P1 A0 POST SECTIO CAESAREA a/i DM, HIPERTENSI DI RUANG ALPHA
RUMAH SAKIT PANTI WILASA DR. CIPTO SEMARANG

Disusun Oleh :

TAUFIQUR ROHMAN

2002073

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN

STIKES BETHESDA YAKKUM YOGYAKARTA

2023
HALAMAN PENGESAHAN

LEMBAR PENGEAHAN LAPORAN PRAKTIK MATERNITAS

DI SUSUN OLEH :

TAUFIQUR ROHMAN

(2002073)

Yogyakarta,Januari 2023

Mengetahui

Pembimbing Akademik Pembimbing Klinik

(Indah Prawesti, S.Kep., Ns., M.Kep.) (Yetty Nugraheni, S.Kep., Ns)


BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Masa nifas atau post partum adalah masa setelah persalinan selesai sampai 6 minggu atau 42 hari.
Setelah masa nifas, organ reproduksi secara berlahan akan mengalami perubahan seperti sebelum
hamil. Selama masa nifas perlu mendapat perhatian lebih dikarenakan angka kematian ibu 60%
terjadi pada masa nifas. Angka kematian ibu (AKI) adalah penyebab banyaknya wanita
meninggal dari suatu penyebab adalah kurangnya perhatian pada wanita post partum
(Maritalia, 2012).
WHO (World Health Organization) mendefinisikan bahwa kematian ibu adalah kematian seorang
wanita yang terjadi saat hamil, bersalin atau dalam 42 hari setelah persalinan dengan penyebab
yang berhubungan langsung atau tidak langsung setelah persalinan. Kematian ibu akibat
komplikasi dari kehamilan dan persalinan tersebut terjadi pada wanita usia 15- 49 tahun diseluruh
dunia.
Sekitar 60% kematian ibu terjadi setelah melahirkan dan hampir 50% dari kematian pada masa
nifas terjadi pada 24 jam pertama setelah melahirkan, terutama pada masa 2 jam postpartum (2
jam pasca persalinan). Kira- kira 75% kematian ibu 2 disebabkan oleh perdarahan parah
(sebagian besar perdarahan pasca salin) yaitu perdarahan yang melebihi 500 ml setelah bayi lahir,
infeksi (biasanya pasca salin), tekanan darah tinggi saat kehamilan (preeklamsia/ eklamsia),
partus lama/ macet, aborsi yang tidak aman (Endang, 2019).
Menurut Riset Kesehatan Dasar 2018, pelayanan persalinan normal atau pasca partum di fasilitas
kesehatan tahun 2018 di Indonesia 79.3 % dan pada tahun 2018 pelayanan KF lengkap pada
perempuan 10-54 di Kalimantan Timur sekitar 38.0 % lebih meningkat dari pada tahun 2013
(Riskesdas, 2018). Menurut Kementerian Kesehatan RI tahun 2015, tiga faktor kematian Ibu
melahirkan adalah perdarahan 28%, eklampsia 24%, dan infeksi 11%. Menurut Kementerian
Kesehatan RI, sebagai upaya penurunan AKI, pemerintah melalui 2 Kementerian Kesehatan sejak
tahun 1990 telah meluncurkan safe motherhood initiative, sebuah program yang memastikan
semua wanita mendapatkan perawatan yang dibutuhkan sehingga selamat dan sehat selama
kehamilan dan persalinannya.
B. Tujuan Penulisan
1. Memenuhi salah satu tugas praktik klinik stase Keperawatan Maternitas melalui pendekatan
proses keperawatan.
2. Meningkatkan kemampuan menerapkan asuhan keperawatan menggunakan pendekatan
proses keperawatan, meliputi:
a. Pengkajian keperawatan pada klien dengan post partus sectio caesaria
b. Diagnosis keperawatan pada klien dengan post partus sectio caesaria
c. Perencanaan keperawatan pada klien dengan post partus sectio caesaria
d. Implementasi keperawatan pada klien dengan post partus sectio caesaria
e. Evaluasi keperawatan pada klien dengan post partus sectio caesaria

C. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan dalam laporan kasus ini, disusun sebagai berikut:
1. BAB I: PENDAHULUAN
Bab ini berisi latar belakang, tujuan penulisan dan sistematika penulisan.
2. BAB II: LANDASAN TEORI
Bab ini berisi tentang landasan teori yang terdiri dari konsep dasar medis dan konsep
keperawatan pada kasus post partus sectio caesaria
3. BAB III: PENGELOLAAN KASUS
Bab ini berisi tentang keperawatan kelolaan mulai dari pengkajian sampai dengan evaluasi
pada kasus post partus sectio caesaria
4. BAB IV: PEMBAHASAN
Bab ini berisi perbandingan teori dengan kasus yang dianalisis dan dibahas meliputi
pengkajian, diagnosis keperawatan, perencanaan, implementasi dan evaluasi.
5. BAB V: PENUTUP

Bab ini berisikan narasi kesimpulan dari keseluruhan penulisan dan saran bagi lembaga
terkait yang bersifat relevan.
BAB II
LANDASAN TEORI

A. Definisi
Pengertian Sectio Caesarea

Gambar 2.2 Sectio Caesarea


(Sumber : Sarwono, 2013)

Sectio caesarea adalah suatu persalinan buatan dimana janin dilahirkan melalui suatu
insisi pada dinding depan perut dan dinding rahim dengan syarat rahim dalam keadaan
utuh serta berat janin di atas 500 gram (Sarwono, 2012). Sedangkan menurut (Gulardi &
Wiknjosastro, 2014) Sectio caesarea adalah tindakan untuk melahirkan janin dengan
berat badan di atas 500 gram melalui sayatan pada dinding uterus yang utuh, dan menurut
(Mansjoer,2012) Sectio caesarea ialah pembedahan untuk melahirkan janin dengan
membuka dinding parut dan dinding rahim.
B. Anatomi fisiologi sistem reproduksi wanita

Gambar 2.2.2 System reproduksi wanita


(Sumber : Bambang widjanarko, 2013)

a. Anatomi Sistem Reproduksi Wanita

Organ reproduksi wanita terbagi atas 2 bagian yaitu organ reproduksi eksterna ( organ
bagian luar ) dan organ reproduksi interne ( organ bagian dalam ).

b. Organ Reproduksi Eksterna Wanita

1. Vulva atau pudenda, meliputi seluruh stuktur eksternal yang dapat dilihat mulai
dari pubis sampai pirenium, yaitu mons veneris, labia mayora dan labia minora,
klitoris, selaput darah / hymen, vestibulum, maura uretra, berbagai kelenjer dan
struktur vaskular.
2. Mons veneris atau mons pubis adalah bagian yang menonjol di atas simfisis dan
pada perempuan setelah pubertas ditutup oleh rambut kemaluan. Pada perempuan
umunnya batas rambut melintang sampai pinggir atas simfisis, sedangakn ke
bawah samapai ke sekitar anus dan paha.

3. Labia mayora / bibir-bibir besar terdiri atas bagian kiri dan kanan, lonjong
mengecil ke bawah, terisi oleh jaringan lemak yang serupa dengan yang ada di
mons veneris.

4. Labia minora / bibir-bibir kecil / nymphae adalah suatu lipatan tipis dan kulit
sebelah dalam bibir besar. Kulit yang meliputi bibir kecil mengandung banyak
glandula sebasea / kelenjar-kelenjar lemak dan juga ujung-ujung saraf yang
menyebabkan bibir kecil sangat sensitif. Jaringan ikatnya mengandung banak
pembuluh darah dan beberapa otot polos yang menyebabkan bibir kecil ini dapat
mengembang.

5. Klitoris kira-kira sebesar biji kacang ijo, tertutup oleh preputium klitoris dan
terdiri dari glans klitoris, korpus klitoris, dan dua krura yang menggantungkan
klitoris ke os pubis. Glans klitoris terdiri atas jaringan yang dapat mengambang,
penuh dengan urat saraf sehingga sangat sensitif.

6. Vestibulum berbentuk lonjong dengan ukuran panjang dari depan ke belakang


dan dibatasi di depan oleh klitoris, kanan dan kiri oleh ke dua bibir kecil dan di
belakang oleh perineum.

7. Bulbus vestibuli sinitra et dekstra merupakan pengumpulan vena terletak di


bawah selaput lendir vestibulum, dekat namus ossis pubis. Panjangnya 3-4 cm,
lebarnya
1-2 cm dan tebalnya 0,5-1 cm. Bulbus vestibuli mengandung banyak pembuluh
darah, sebagian tertutup oleh muskulus iskio kavernosus dan muskulus kontriktor
vagina.

8. Introitus Vagina mempunyai bentuk dan ukuran yang berbeda-beda. Pada


seorang Virgo selalu dilindungi oleh labia minora yang baru dapat dilihat jika
bibir kecil ini dibuka. Introtus vagina ditutupi oleh selaput dara / himen. Himen
ini mempunyai bentuk berbeda-beda, dan yang semilunar (bulan sabit) sampai
yang berlubang-lubang atau yang bersekat (septum).

9. Perineum terletak di antara vulva dan anus, panjangnya rata-rata 4 cm. Jaringan
yang mendukung perineum terutama ialah diagfragma pelvis dan diagfragma
urogenitalis (Prawirohardjo, 2014).

c. Organ Reproduksi Interna Wanita

1. Vagina / Liang kemaluan, setelah melewati introtus vagina terdapat liang


kemaluan (vagina) yang merupakan suatu penghubung antara introtus vagina
dengan uterus. Dinding depan dan belakang vagina berdekatan satu sama lain,
masing-masing panjangnyan antara 6-7 cm dan 7-10 cm. Bentuk vangina sebelah
dalam yang berlipat-lipat disebut rugae.

2. Uterus berbentuk sepertu buah avokado atau bauah pir yang sedikit gepeng ke
arah depan belakang. Ukurannya sebesar telur ayam dan mempunyai
rongga.Ukuran panjang uterus 7-7,5 cm, lebar di atas 5,25 cm dan tebal 2,5 cm
dan tebal dinding 1,25 cm. Letak uterus keadaan fifioligis adalah
anteversiofleksio / serviks ke depan
dan membentuk sudut dengan vagina, sedangkan korpus uteri ke depan
membentuk sudut dengan serviks uteri.

3. Tuba falloppi terdiri atas :

a) Pars irterstisialis, yaitu bagian yang terdapat di dinding uterus.

b) Pars ismika merupakan bagian medial tuba yang sempit seluruhnya.

c) Pars ampullaris, yaitu bagian yang berbentuk sebagian saluran agak lebar,
tempat konsepsi terjadi.

d) Infundibulum, yaitu bagian ujung tuba yang terbuka ke arah abdomen dan
mempunyai fimbriae. Fimbriae penting artinya bagi tuba untuk mengakap
telur dan selanjutnya menyalurkan ke dalam tuba. Bentuk infundibulum
seperti anemon / sejenis binatang laut.

4. Ovarium, perempuan pada umumnya mempunyai dua indung telut kanan dan kiri.
Mesovarium menggantung ovarium di bagian belakang ligamentum latum di kiri
dan kanan. Ovarium berukuran kurang lebih sebesar ibu jari tangan dengan
ukuran panjang 4 cm, lebar dan tebal 1,5 cm ( Prawirohardjo, 2014).

d. Fisiologi Sistem Reproduksi Wanita

Secara garis besar berfungsi sebagai sistem reproduksi dapat digolongkan sebagai
berikut :

1. Genetalia eksterna fungsinya adalah dikhususkan untuk kopulasi (koitus)

2. Genetalia internal yaitu sepasang ovarium, duktus dan ruang untuk menghantarkan
sperma serta menampung embrio dan fetus (uterus).
3. Vagina berfungsi sebagai saluran keluar untuk mengeluarkan darah haid dan
secret lain dari rahim, alat untuk bersenggama, jalan lahir pada waktu persalinan.

4. Uterus setiap bulan berfungsi dalam siklus haid, tempat janin tumbuh dan
berkembang, berkontraksi terutama sewaktu bersalin.

5. Tuba fallopi berfungsi untuk menyalurkan telur atau hasil konsepsi kearah
kavum uteri dengan arus yang ditimbulkan oleh getaran rambut getar tersebut.

6. Ovarium berfungsi sebagai saluran telur, menangkap dan membawa ovum yang
dilepaskan oleh indung telur. Tempat terjadinya pembuahan (Prawihardjo,
2014).

e. Jenis – jenis Sectio Caesarea


a. Sectio caeasarea transperitonealis profunda
Sectio caeasarea transperitonealis profunda dengan insisi di segmen bawah
uterus. Insisi pada bawah rahim, bisa dengan teknik melintang atau memanjang.
Keunggulan pembedahan ini :
1. Perdarahan luka insisi tidak seberapa banyak
2. Bahaya peritonitis tidak besar
3. Perut uterus umumnya kuat sehingga bahaya ruptur uteri dikemudian hari tidak
besar karena pada nifas segmen bawah uterus tidak seberapa banyak mengalami
kontraksi seperti korpus uteri sehingga luka dapat sembuh lebih sempurna.
b. Sectio caesarea korporal / klasik
Pada Sectio caesarea korporal / klasik ini di buat kepada korpus uteri, pembedahan ini
yang agak mudah dilakukan, hanya di selenggarakan apabila ada halangan untuk
melakukan sectio caesarea transperitonealis profunda. Insisi memanjang pada segmen
uterus.
c. Sectio caesarea ekstra peritoneal
Sectio ceasarea ekstra peritoneal dahulu dilakukan untuk mengurangi bahaya injeksi
peroral akan tetapi dengan kemajuan pengobatan tehadap injeksi pembedahan ini
sekarang tidak banyak lagi dilakukan. Rongga peritoneum tak dibuka, dilakukan pada
pasien infeksi uteri berat.
d. Sectio caesarea hysteroctomi
Setelah sectio caesarea, dilakukan hysteroktomy dengan indikasi :
1. Atonia uteri
2. Plasenta accrete
3. Myoma uteri
4. Infeksi intra uteri berat

C. Etiologi

Menurut Manuaba (2012) indikasi ibu dilakukan sectio caesarea adalah ruptur uteri
iminen, perdarahan antepartum, ketuban pecah dini. Sedangkan indikasi dari janin adalah
fetal distres dan janin besar melebihi 4.000 gram> Dari beberapa faktor sectio caesarea
diatas dapat diuraikan beberapa penyebab sectio sebagai berikut :

a. CPD (Chepalo Pelvik Dispropotion) adalah ukuran lingkar panggul ibu tidak sesuai
dengan ukuran kepala janin yang dapat menyebabkan ibu tidak dapat melahirkan
secara normal. Tulang-tulang panggul merupakan susunan beberapa tulang yang
membentuk rongga panggul yang merupakan jalan yang harus dilalau oleh janin
ketika
akan lahir secara normal. Bentuk panggul yang menunjukkan kelainan atau panggul
patologis juga dapat menyebabkan kesulitan dalam proses persalinan normal
sehingga harus dilakukan tindakan operasi. Keadaan patologis tersebut menyebabkan
bentuk rongga panggul menjadi asimetris dan ukuran-ukuran bidang panggul
menjadi abnormal.

b. PEB (Pre-Eklamasi Berat) adalah kesatuan penyakit yang langsung disebabkan oleh
kehamilan, sebab terjadinya masih belum jelas. Setelah perdarahan dan infeksi, pre-
eklamsi dan eklamsi merupakan penyebab kematian maternatal dan perinatal paling
penting dalam ilmu kebidanan. Karena itu diagnosa dini amatlah penting, yaitu
mampu mengenali dan mengobati agar tidak berlanjut menjadi eklamsi.

c. KPD ( Ketuban Pecah Dini ) adalah pecahnya ketuban sebelum terdapat tanda
persalinan dan ditunggu satu jam belum terjadi inpartus. Sebagian besar ketuban
pecah dini adalah hamil aterm di atas 37 minggu.

d. Diabetes melitus gestasional (DMG) adalah suatu gangguan toleransi karbohidrat


yang terjadi atau diketahui pertama kali pada saat kehamilan sedang berlangsung.
Keadaan ini biasa terjadi pada saat 24 minggu usia kehamilan dan sebagian penderita
akan kembali normal pada setelah melahirkan. Menurut American Diabetes
Association (ADA) tahun 2000, diabetes melitus gestasional terjadi 7% pada
kehamilan setiap tahunnya. Pada ibu hamil dengan riwayat keluarga diabetes melitus,
prevalensi diabetes gestasional sebesar 5,1%.3 Diabetes mellitus gestasional menjadi
masalah kesehatan masyarakat sebab penyakit ini berdampak langsung pada
kesehatan ibu dan janin.

e. Bayi kembar, tak selamanya bayi kembar dilahirkan secara sectio caesarea. Hal ini
karena kelahiran kembar memiliki resiko terjadi komplikasi yang lebih tinggi
daripada kelahiran satu bayi. Selain itu, bayi kembar pun dapat mengalami sungsang
atau salah letak lintang sehingga sulit untuk dilahirkan secara normal.

f. Faktor hambatan jalan lahir, adanya gangguan pada jalan lahir, misalnya jalan lahir
yang tidak memungkinkan adanya pembukaan, adanya tumor dan kelainan bawaan
pada jalan lahir, tali pusat pendek dan ibu sulit bernafas.

1. Kelainan Letak Janin


a) Letak kepala tengadah, bagian terbawah adalah puncak kepala, pada
pemerikasaan dalam teraba UUB yang paling rendah. Etiologinya kelainan
panggul, kepala bentuknya bundar, anaknya kecil atau mati, kerusakan dasar
panggul.

b) Presentasi muka, letak kepala tengadah (defleksi), sehingga bagian kepala


yang terletak paling rendah ialah muka. Hal ini jarang terjadi, kira-kira 0,27-
0,5 %.

c) Presentasi dahi, posisi kepala antara fleksi dan defleksi, dahi berada pada
posisi terendah dan tetap paling depan. Pada penempatan dagu, biasnya
dengan sendirinya akan berubah menjadi letak muka atau letak belakang
kepala.

2. Kelainan letak kepala


Letak sungsang merupakan keadaan dimana janin terletak memanjang dengan
kepala difundus uteri dan bokong berada di bagian bawah kavum uteri. Dikenal
beberapa jenis letak sungsang, yakni presentasi bokong, presentasi bokong kaki
sempurna, presentasi bokong tidak sempurna dan presentasi kaki.

D. Manifestasi Klinis
Menurut Saifuddin (2014), manifestasi klinis terbagi atas 4 bagian yaitu :

a. Pusing

b. Mual muntah

c. Nyeri sekitar luka operasi

d. Peristaltic usus menurun


E. Patofisiologi

Sectio caesarea merupakan tindakan untuk melahirkan bayi dengan berat di atas 500
gram dengan sayatan pada dinding uterus yang masih utuh. Indikasi dilakukan tindakan
sc yaitu distorsi kepala panggul, disfungsi uterus, distorsia jaringan lunak, placenta previa
dll, untuk ibu. Sedangkan untuk janin adalah gawat janin. Janin besar dan janin lintang
setelah dilakukan SC ibu akan mengalami adaptasi post partum baik aspek kognitif
berupa kurang pengetahuan. Akibat kurang informasi dari aspek fisiologis yaitu produk
oxitosin yang tidak adekuat akan mengakibatkan ASI yang keluar hanya sedikit, luka dari
insisi akan menjadi post de entris bagi kuman. Oleh karena itu perlu diberikan antibiotik
dan perawatan luka dengan prinsip steril. Nyeri adalah salah satu utama karena insisi
yang mengakibatkan gangguan rasa nyaman.
Sebelum dilakukan operasi pasien perlu dilakukan anestesi bisa bersifat regional dan
umum. Namun anestesi umum lebih banyak pengaruhnya terhadap janin maupun ibu
anestesi janin sehingga kadang-kadang bayi lahir dalam keadaan upnou yang tidak dapat
diatasi dengan mudah. Akibatnya janin bisa mati, sedangkan pengaruhnya anestesi bagi
ibu sendiri yaitu terhadap tonus uteri berupa atonia uteri sehingga darah banyak yang
keluar. Untuk pengaruh terhadap nafas yaitu jalan nafas yang tidak efektif akibat sekret
yang berlebihan karena kerja otot nafas silia yang menutup. Anastesi ini juga
mempengaruhi saluran pencarnaan dengan menurunkan mobilitas usus. Seperti yang
telah diketahui setelah makanan masuk lambung akan terjadi proses penghancur dengan
bantuan peristaltik usus. Kemudian diserap untuk metabolisme sehingga tubuh
memperoleh energi. Akibat dari mortilitas yang menurun maka peristaltik juga menurun.
Makanan yang ada di lambung akan menumpung dan karena reflek untuk batuk juga
menurun. Maka pasien sengat motilitas yang menurun juga berakibat pada perubahan
pola eliminasi yaitu konstipasi (Saifuddin, Mansjoer & Prawirohardjo, 2014).
PATHWAY
F. Pemeriksaan Diagnostik

a. Elektroensefalogram (EEG)

Untuk membantu menetapkan jenis dan fokus dari kejang.

b. Pemindaian CT

Untuk mendeteksi perbedaan kerapatan jaringan.

c. Magneti Resonance Imaging (MRI)

Menghasilkan bayangan dengan menggunakan lapangan magnetik dan


gelombang radio, berguna untuk memperlihatkan daerah-daerah otak
yang tidak jelas terlihat bila menggunakan pemindaian CT.

d. Uji laboratorium

1. Fungsi lumbal : menganalisis cairan serebrovaskuler

2. Hitung darah lengkap : mengevaluasi trombosit dan hematokrit

3. Panel elektrolit

4. Skrining toksik dari serum dan urin

5. AGD

6. Kadar kalsium darah

7. Kadar natrium darah

8. Kadar magnesium darah


G. Komplikasi

Menurut Cunningham (2016) yang sering terjadi pada ibu SC :

a. Infeksi puerperial : kenaikan suhu selama beberapa hari dalam masa


nifas dibagi

atas :

1. Ringan, dengan suhu meningkat dalam beberapa hari.

2. Sedang, suhu meningkat lebih tinggi disertai dengan dehidrasi dan


perut sedikit kembung.
3. Berat, peritonealis, sepsisi dan usus paralitik.

b. Perdarahan : perdarahan banyak bisa terjadi jika pada saat


pembedahan cabang-cabang arteri ikut terbuka atau karena atonia
uteri.

c. Komplikasi-komplikasi lainnya antara lain luka kandung kencing,


embolisme paru yang sangat jarang terjadi.

d. Kurang kuatnya perut pada dinding uterus, sehingga pada kehamilan


berikutnya bisa terjadi ruptur.

Yang sering terjadi pada bayi : Kematian perinatal

H. Pencegahan

Sangat penting menjaga kebersihan selama masa nifas. Tanpa kebersihan


yang memadai, infeksi mudah terjadi. Waktu persalinan tim medis akan
melakukan segala tindakan pertolongan persalinan SC dengan peralatan
yang steril. Selain akan mencegah perdarahan yang banyak, kalaupun
terjadi, darah yang hilang akan diganti melalui transfuse darah. Luka-luka
pasca persalinan harus dirawat dengan baik. Menjaga kebersihan pada bekas
luka atau jahitan mutlak dilakukan. Alat-alat, pakaian, dan kain yang
dikenakan ibu harus benar-benar dijaga kebersihannya. Hal ini yang harus
diwaspadai selama masa nifas selain infeksi adalah terjadinya anemia. Bila
ibu mengalami perdarahan yang sangat banyak atau sudah terjadi anemia
selama masa kehamilan. Hal ini dikhawatirkan akan memengaruhi proses
kontraksi pada Rahim untuk kembali seperti semula. Ini terjadi karena darah
tak cukup memberikan oksigen ke Rahim. Bila hanya anema ringan, maka
untuk mangatasinya cukup dengan mengkonsumsi makanan kaya zat besi.
Namun bila kondisinya sangat parah, dokter akan melakukan transfuse
darah (Walyani et al, 2015).

I. Prognosis
Pembedahan jalan lahir dapat terjadi dengan pembedahan abdomen (SC).
Luka post OP SC, setidaknya 8 dari 10 ibu pernah mengalami kondisi ini.
Terlebih, bagi ibu yang baru pertama kali melahirkan. Namun tak perlu
khawatir, robekan jalan lahir ini bisa sembuh dengan cepat. (Walyani et al,
2015).

J. Penatalaksanaan

Menurut Cunningham (2016) penatalaksanaan klien post Sectio Caesarea


ialah :
a) Keperawatan

a. Perawatan awal

1. Periksa kondisi pasien, cek tanda vital tiap 15 menit selama 1 jam
pertama, kemudian tiap 30 menit jam berikutnya. Periksa tingkat
kesadaran tiap 15 menit sampai sadar.

2. Yakinkan jalan nafas bersih dan cukup ventilasi

3. Transfusi darah jika perlu

4. Jika tanda vital dan hematikrit turun walau diberikan transfusi,


segera kembalikan ke kamar bedah kemungkinanan terjadi
perdarahan pasca bedah.

b. Diet

Pemberian cairan per infus biasanya dihentikan setelah penderita flatus


lalu di mulailah pemberian minuman dan makanan peroral. Pemberian
minuman dengan jumlah yang sedikit sudah bleh dilakukan pada 6-10
jam pasca operasi, berupa air putih dan air teh.

c. Mobilisasi

1. Miring kanan dan kiri dapat dimulai sejak 6-10 jam setelah operasi.

2. Latihan pernafasan dapat dilakukan penderita sambil tidur telentang


sedini mungkin setelah sadar.

3. Hari kedua post operasi, penderita dapat didudukan selama 5 menit


dan diminta untuk bernafas dalam lalu menghembuskannya.

4. Kemudian posisi tidur telentang dapat diubah menjadi posisi


setengah duduk (semifowler).

5. Selanjutnya selama berturut-turut, hari demi hari, pasien


dianjurkan belajar duduk selama sehari, belajar berjalan, dan
kemudian berjalan sendiri pada hari ke-3 smapai hari ke-5 pasca
operasi.

d. Fungsi gastrointestinal

1. Jika tindakan tidak berat beri pasien diit cair

2. Jika ada tanda infeksi, tunggu bising usus timbul

3. Jika pasien bisa flatus mulai berikan makanan padat

4. Pemberian infis diteruskan sampai pasien bisa minum dengan baik.

e. Perawatan fungsi kandung kemih

1. Jika urine jernih, kateter dilepas 8 jam setelah pembedahan atau


sesudah semalam.

2. Jika urine tidak jernih biarkan kateter terpasang sampai urine jernih.

3. Jika terjadi perlukaan pada kandung kemih biarkan kateter


terpasang sampai minimum 7 hari atau urine jernih.

4. Jika sudah tidak memekai antibiotik berikan nirofurantoin 100 mg


per oral per hari smapai kateter dilepas.
5. Kandung kemih yang penuh menimbulkan rasa nyri dan tidak enak
pada penderita, menghalangi involusi uterus dan menyebabkan
perdarahan. Kateter biasanya terpasang 24 – 48 jam / lebih lama
lagi tergantung jenis operasi dan keadaan penderita.

f. Pembalutan dan perawatan luka

1. Jika pada pembalut luka terjadi perdarahan atau keluar cairan tidak
terlalu banyak jangan mengganti pembalut.

2. Jika pembalut luka agak kendor, jangan ganti pembalut, tapi beri
plester untuk mengencangkannya.

3. Ganti pembalut dengan cara steril

4. Luka harus dijaga agar tetap kering dan bersih

5. Jahitan fasia adalah utama dalam bedah abdomen, angka jahitan


kulit dilakukan pada hari ke-5 pada SC.

b) Medis
a. Cairan IV sesuai indikasi.
b. Anestesi regional atau general
c. Perjanjian dari orang terdekat untuk tujuan sectio caesarea.
d. Tes laboratorium sesuai indikasi
e. Pemberian oksitosin sesuai indikasi
f. Tanda vital per protokol ruang pemulihan
g. Persiapan kulit pembedahan abdomen
h. Persetujuan ditandatangani
i. Pemasangan kateter fole
1. Asuhan Keperawatan

A. Pengkajian

Pada pengkajian klien dengan sectio caesarea, data yang ditemukan


meliputi distres janin, kegagalan untuk melanjutkan persalinan, malposisi
janin, prolaps tali pusat, abrupsio plasenta dan plasenta previa.

a. Identitas atau biodata klien

Meliputi : nama, umur, agama, jenis kelamin, alamat, suku bangsa,


pekerjaan, pendidikan, tanggal masuk rumah sakit, nomor registrasi,
dan diagnosa keperawatan.

b. Keluhan utama

Keluhan yang dirasakan klien pada saat ini dikumpulkan untuk


menentukan prioritas intervensi keperawatan, keluhan utama pada
post operasi SC biasanya adalah nyeri dibagian abdomen, pusing dan
sakit pinggang.

c. Riwayat kesehatan

1. Riwayat kesehatan sekarang

Riwayat pada saat sebelum inpartus di dapatkan cairan yang keluar


pervaginan secara spontan kemudian tidak di ikuti tanda-tanda
persalinan.

2. Riwayat kesehatan dahulu


Didapatkan data klien pernah riwayat SC sebelumnya, panggul
sempit, serta letak bayi sungsang. Meliputi penyakit yang lain dapat
juga mempengaruhi penyakit sekarang.
3. Riwayat kesehatan keluarga

Adakah penyakit turunan dalam keluarga seperti jantung, HT,


TBC, DM, penyakit kelamin, abortus yang mungkin penyakit
tersebut diturunkan kepada klien.

d. Pemeriksaan fisik

1. Kepala

a. Rambut

Bagaimana bentuk kepala, warna rambut, kebersihan rambut,


dan apakah ada benjolan.

b. Mata

Terkadang adanya pembengkakan pada kelopak mata,


konjungtiva, dan kadang-kadang keadaan selaput mata pucat
(anemia) karena proses persalinan yang mengalami perdarahan,
sclera kuning.

c. Telinga

Biasanya bentuk telinga simetris atau tidak, bagaimana


kebersihannya, adakah cairan yang keluar dari telinga.

d. Hidung

Adanya polip atau tidak dan apabila pada post partum kadang-
kadang ditemukan pernapasan cuping hidung.

e. Mulut dan gigi

Mulut bersih / kotor, mukosa bibir kering / lembab.


2. Leher

Saat dipalpasi ditemukan ada / tidak pembesaran kelenjar tiroid,


karna adanya proses penerangan yang salah.

3. Thorak

a. Payudara

Simetris kiri dan kanan, tidak ada kelainan pada payudara,


areola hitam kecoklatan, putting susu menonjol, air susu lancer
dan banyak keluar.

b. Paru-paru

I : Simetris / tidak kiri dan kanan, ada / tidak terlihat


pembengkakan.

P : Ada / tidak nyeri tekan, ada / tidak teraba massa


P : Redup / sonor
A : Suara nafas Vesikuler / ronkhi / wheezing
c. Jantung

I : Ictus cordis teraba / tidak


P : Ictus cordis teraba / tidak
P : Redup / tympani
A : Bunyi jantung lup dup

4. Abdomen

I : Terdapat luka jahitan post op ditutupi verban, adanya strie


gravidarum

P : Nyeri tekan pada luka,konsistensi uterus lembek / keras P


: Redup
A : Bising usus

5. Genetalia

Pengeluaran darah bercampur lender, pengeluaran air ketuban, bila


terdapat pengeluaran mekomium yaitu feses yang dibentuk anak
dalam kandungan menandakan adanya kelainan letak anak.

6. Eksremitas

Pemeriksaan odema untuk melihat kelainan-kelainan karena


membesarkan uterus, karena pre eklamsia atau karena penyakit
jantung atau ginjal.

7. Tanda-tanda vital

Apabila terjadi perdarahan pada post partum tekana darah turun,


nadi cepat, pernafasan meningkat, suhu tubuh turun.
B. Diagnosis yang muncul

1. Nyeri berhubungan dengan agen cedera fisik dibuktikan dengan


tampak meringis.
2. Resiko infeksi berhubungan dengan kerusakan integritas kulit.
3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan imobilitas dibuktikan dengan
merasa lemah.
4. Resiko ketidakseimbangan cairan berhubungan dengan prosedur
pembedahan dibuktikan dengan perdarahan.
C. Rencana Asuhan Keperawatan

No Diagnosa Tujuan dan Kriteria hasil Intervensi Keperawatan


Keperawatan (SDKI) (SLKI) (SIKI)
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera Setelah dikakukan tindakan Observasi :
fisik dibuktikan dengan tampak meringis keperawatan 1x24 jam diharapkan 1) Identifikasi lokasi, karakteristik,
Tingkat nyeri menurun. frekuensi, intensitas nyeri
2) Identifikasi skala nyeri
Kriteria Hasil : 3) Identifikasi factor penyebab nyeri
1) Keluhan nyeri menurun (5) 4) Monitor efek samping penggunaan
2) Tampak meringis menurun analgetik
(5)
3) Sikap protektif menurun (5) Terapeutik :
1) Berikan teknik nonfarmakologis
(tarik nafas dalam, kompre
hangat atau dingin)
2) Kontrok lingkungan yang
memperberat rasa nyeri (suhu,
pencahayaan, kebisingan)
3) Fasilitas istirahat dan tidur

Edukasi :
1) Jelaskan penyebab dan pemicu nyeri
2) Jelaskan strategi pereda nyeri
3) Anjurkan monitor nyeri secara
mandiri
4) Anjurkan teknik nonfarkamkologis
untuk mengurangi nyeri

Kolaborasi :
1) Kolaborasi pemberian analgetik
(jika perlu)
2. Resiko infeksi berhubungan dengan kerusakan Setelah melakukan tindakan Observasi :
integritas kulit. keperawatan 1x 8 jam diharapkan
 Monitor tanda dan gejala infeksi
Tingkat infeksi menurun.
local dan sistemik
Kriteria Hasil :
Terapeutik :
1) Kebersihan tangan meningkat
1) Batasi jumlah pengunjung
(5)
2) Berikan perawatan kulit pada area
2) Kebersihan badan meningkat
edema
(5)
3) Cuci tangan sebelum dan sesudah
3) Nyeri menurun (5)
kontak dengan pasien dan
lingkungan pasien
4) Pertahankan teknikn aseptic pada
pasein beresiko tinggi

Edukasi :

1) Jelaska tanda dan gejala infeksi


2) Ajarkan cuci tangan dengan benar
3) Anjurkan meningkatkan asupan
nutrisi
4) Anjurkan meningkatkan asupan
cairan

Kolaborasi :

1) Kolaborasi pemberian antibiotok


ataupun imusisasi (jika perlu)
3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan Setelah melakukan tindakan Observasi :
imobilitas dibuktikan dengan klien merasa keperawaran 1x24 jam
1) Identifikasi keterbatasan fungsi dan
lemah. diharapkan Toleransi aktivitas
gerak sendi
meningkat.
2) Monitor lokasi dan sifat
Kriteria Hasil :
ketidaknyamanan atau rasa sakit
1) Kemudahan dalam melakukan selama bergerak atau beraktivitas
aktivitas sehari-hari meningkat
Terapeutik :
(5)
2) Kecepatan berjalan meningkat 3) Lakukan pengendalian nyeri
(5) sebelum memulai latihan
3) Jarak berjalan meningkat (5) 4) Berikan posisi tubuh optimal untuk
Perasaan lemah menurun (5) gerakan sendimpasif atau aktif
5) Fasilitasi menyusun jadwal latihan
rentang gerak aktif atau pasif
6) Berikan penguatan positif untuk
melakukan latihan bersama

Edukasi :

1) Jelaskan kepada pasien atau


keluarga tujuan dan rencanakan
latihan bersama
2) Anjurkan pasien duduk ditempat
tidur, disisi tempat tidur
(menjuntai) atau di kursi

3) Anjurkan melakukan latihan


rentang gerak pasif dan aktif
secara sistematis
4. Resiko ketidakseimbangan cairan berhubungan Setelah dikakukan tindakan Observasi :
dengan prosedur pembedahan dibuktikan keperawatan 1x24 jam diharapkan
1) Monitor frekuensi dan kekuatan
dengan perdarahan. Keseimbangan cairan meningkat.
nadi
Kriteria Hasil : 2) Monitor tekana darah
3) Monitor jumlah dan warna urin
1) Asupan cairan meningkat (5)
4) Monitor inteka dan output cairan
2) Kelembaban membrane
Terapeutik :
mukosa meningkat (5)
1) Atur waktu pemantauan sesuai
3) Membrane mukosa membaik
dengan kondisi klien
(5)
2) Dokumentasikan hasil
4) Turgor kulit membaik (5)
pemantauan

Edukasi :
1) Jelaskan tujuan dan prosedur
pemantauan
2) Informasikan hasil pemantauan
K. Discharger planning
1. Kesiapan pasien dalam proses pulang
2. Pemberian pendidikan kesehatan terkait beberapa hal setelah post op SC.
3. Penjelasan teknik menyusui dengan benar
4. Penjelasan tanda dan gejala infeksi post op SC.
DAFTAR PUSTAKA

Anggraini. 2016. Asuhan Keperawatan pada Ny. S dengan Post Sectio Caesaria. Surakarta
UMS.
Gulardi , Wiknjosastro, Hanifa, 2013, Ilmu Kebidanan, Edisi Ketiga, Jakarta : YBP-SP

Mansjoer, Arif, 2002, Kapita Selekta Kedokteran, Jakarta : Media Aesculapius.

Prawirohardjo, Sarwono. 2013. . Ilmu Kebidanan. Jakarta: PT.Bina Pustaka Sarwono


Prawirohardjo.
Wiknjosastro. 2014. Buku panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal,
Edisi 1. Cet. 12. Jakarta : Bina Pustaka.
BAB III

TINJAUAN KHUSUS

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN NY. A DENGAN P1 A0

POST SECTIO CAESAREA a/i DM, HIPERTENSI DI RUANG ALPHA

TEMPAT PRAKTEK : RS Panti Wilasa Dr. Cipto Semarang

NAMA PRECEPTEE : Taufiqur Rohman

NIM : 2002073

TGL.PENGKAJIAN : 03 Januari 2022 / jam 12.40 WIB

1. IDENTITAS
A. PASIEN
Nama : Ny. A
Umur : 37 Tahun
Suku/Bangsa : Jawa/Indonesia
Agama : Islam
Pendidikan : SMK
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Status Perkawinan : Kawin
Alamat : Gajah Timur Dalam 1 RT/RW 5/8 , Semarang
No. RM : 196xxx
Tanggal Masuk : 2 Januari 2023 Jam 15.00 WIB
Diagnosa Media : Post OP Sectio Caesarea G1 P0 A0
B. PENANGGUNG JAWAB
Nama : Tn. H
Umur : 38 tahun
Suku/Bangsa : Jawa/Indonesia
Agama : Islam
Pendidikan : SMK
Pekerjaan : Pegawai
Status Perkawinan : Kawin
Alamat : Gajah Timur Dalam 1 RT/RW 5/8 , Semarang

2. KELUHAN UTAMA SAAT DIKAJI


Pasien mengatakan nyeri di bagian perut bekas operasi
O : Pasien mengatakan rasa nyeri berlangsung selama 4 jam
P : Pasien mengatakan rasa nyeri disebabkan bekas operasi
Q : Pasien mengeluh nyeri hilang timbul
R : Pasien mengatakan nyeri terletak di perut bekas operasi
S : Pasien mengeluh nyeri dari skala 4
T : Pasien mengatakan untuk mengurangi rasa nyerinya itu dengan tidak teknik nafas
dalam
U : Pasien mengatakan mengerti atas nyerinya
V : Pasien berharap rasa nyerinya berkurang ketika dibuat gerak

3. KELUHAN TAMBAHAN
- Pasien mengatakan perut terasa nyeri dan panas

4. ALASAN UTAMA DATANG KERUMAH SAKIT


Tgl 2 jam 15.00 WIB pasien mengatakan datang ke TPPRI dengan membawa
pengantar dari dr. Sp,OG untuk dilakukan tindakan operasi SC a/i DM, hipertensi.
Ny, A dengan G1 P0 A0 hamil 37 minggu Ny, A ada riwayat DM dan Hipertensi
yang akan ditangani oleh dr. Sp,OG saat dilakukan ttv TD: 142/84 mmhg Suhu: 36,6
c Nadi: 70 x/mnt RR: 20 x/mnt
5. RIWAYAT PERNIKAHAN
Menikah dua kali, lama pernikahan dengan suami sekarang 2 tahun. Menikah pertama
kali usia 23 tahun.

6. RIWAYAT HAID
Menarche umur 17 tahun. Siklus 28 hari : Teratur, lamanya 7 hari, banyaknya darah :
kurang lebih 100 cc, sifat darah : encer dan tidak bau, tidak sakit. HTHP : 6 mei 2021 ,
HPL : 13 Februari 2023, Fluor Albus : tidak ada, warna : tidak ada, sifatnya : tidak ada,
baunya : tidak ada.

7. RIWAYAT KEHAMILAN DAN PERSALINAN (P1A0)

No LAHIR UMUR JENI OLE BBL L/P H/ NIFA KE


TAHU KEHAMILAN S H M S T
N
1 2023 9 bulan/37 mngg SC Dr 4170 L H 40 hr -

8. RIWAYAT KELUARGA BERENCANA

No Alat/acara Tgl/bln/thn Oleh Di Tgl/bln/thn Oleh Di Ket


1 - - - - - - -
2 - - - - - - - -

9. RIWAYAT PENYAKIT YANG LALU


a. Penyakit yang pernah dialami :
1) Nama penyakit dan waktu : DM, Hipertensi, Usus buntu pada tahun 2005
2) Upaya pengobatan : Dengan mengkonsumsi obat penurun gula secara
rutin dan terkadang mengkonsumsi obat hypertensi
b. Alergi
1) Jenis : tidak ada alergi
2) Upaya pengobatan : tidak ada alergi
3) Hasil : tidak ada alergi

10. RIWAYAT KESEHATAN KELUARGA


a. Penyakit yang menurun : DM dan hypertensi dari ibu pasien
b. Melahirkan kembar : tidak ada

11. RIWAYAT KEHAMILAN SEKARANG


a. Umur kehamilan sekarang : 37 minggu
b. Mulai periksa ANC : Trimester 1
c. Frekuensi ANC : tidak terkaji
d. Suntikan TT 1 : sudah di berikan suntikan TT
e. Obat yang diminum : Vit C dari dr. Sp,OG
f. Senam hamil : Tidak Ada
g. Masalah/Keluhan/Keadaan :

Trimester Keluhan / Tindakan Oleh Ket /


Keadaan di
I - Pasien mengatakan - Makan dalam porsi Dokter RS
mual berulang kecil dan tetap
- Pasien mengeluh terhidrasi
adanya perubahan - Yang dilakukan tetap
suasana hati dengan berpikir positif
II - Pasien mengatakan - Melakukan Dokter RS
kram pada kaki peregangan dengan
- Pasien mengatakan memutar pergelangan
rasa tidak nyaman kaki secara perlahan
pada pinggang sampai kram
berkurang
- Melakukan
peregangan dengan
naik dan turunkan
pinggang sampai nyeri
Berkurang
III - Pasien - Tetap rileks dan Dokter RS
mengatakan mengatur
nafasnya mulai pernapasan dengan
berat baik
- Pasien - mengganti celana
mengatakan dalam dan
keputihan membersihkan alat
kelaminnya

12. PENGKAJIAN BIOLOGIS


a. Pola Nutrisi – Metabolik
1) Sebelum masuk rumah sakit :
a) Frekuensi makan dalam sehari : 3 x/hari
b) Jenis makanan : sayur dan lauk
c) Porsi yang dihabiskan : satu porsi makan habis
d) Makanan yang disukai : daging
e) Makanan yang tidak disukai : tidak ada
f) Makanan yang pantang : makanan rendah gula
g) Makanan tambahan / vitamin : mengkonsumsi buah buahan
h) Kebiasaan makan : dirumah dan terkadang beli di luar
i) Nafsu Makan : baik
j) Banyaknya minum : 2000 cc/dalam sehari
k) Jenis minuman : air putih
l) Minuman yang disukai : Pasien menyukai semua minuman
m) Minuman yang tidak disukai : Tidak ada minuman yang tidak disukai
n) Minuman pantang : minuman manis
o) Perubahan berat badan : Bertambah 11 kg, awal : 75 kg dan setelah hamil 86
kg
2) Selama dirumah sakit :
a) Jenis makanan : Bubur, ayam, dan sayur
b) Frekuensi makan dalam sehari : 3x/hari
c) Porsi yang dihabiskan : untuk satu porsi dihabiskan penuh
d) Banyak minum dalam sehari 1500 cc, jenis minuman : air putih
e) keluhan : perut terasa kencang kencang

b. Pola Eliminasi
1) Sebelum masuk rumah sakit BAB
a) Frekuensi : 2 kali / hari, waktu : pagi hari dan sore hari, Konsistens : Padat
b) Penghantar untuk BAB : Tidak Ada
c) Pemakaian obat pencahar : Tidak Ada
d) Keluhan : Tidak Ada
e) Upaya yang dilakukan : Tidak Ada
f) BAK : Frekuensi : 8 kali/hari, jumlah : 250 – 500 cc/kg BB/jam
g) Warna : Kuning keruh
h) Bau : Tidak Ada
i) Keluhan : Tidak Ada
j) Upaya yang dilakukan : Tidak ada
k) Alat bantu BAK : Tidak ada
2) Selama dirumah sakit
BAB
a) Frekuensi : sekali/hari, waktu : sore hari , konsistensi : Padat
b) Penghancur untuk BAB : Tidak ada
c) Pemakaian obat pencahar : Tidak Ada
d) Keluhan : Tidak Ada
e) Upaya yang dilakukan : Tidak Ada

BAK

a) Frekuensi: saat dikaji pasien menggunakan DC


b) Jumlah : 400cc dalam 3 jam
c) Bau : Tidak Ada
d) Keluhan : Tidak Ada
e) Upaya yang dilakukan : Tidak Ada
f) Alat bantu BAK : DC

c. Pola Aktivitas Istirahat Tidur


1) Sebelum masuk Rumah Sakit
a) Aktivitas sehari – hari
- Kebiasaan olahraga : melakukan streching
- waktu : saat ingin olah raga
- lamanya : sekitar 5 mnt
- Kemampuan aktivitas sehari – hari dilakukan sendiri
- Alat bantu untuk memenuhi aktivitas setiap hari : tidak ada
b) Istirahat
- Kapan Istirahat : sore hari
- Berapa lama : 2 jam
- Keluhan : tidak ada
c) Kebutuhan Tidur
- Tidur siang : 1-2 jam
- Tidur malam 7 jam
- Apakah kesulitan tidur : tidak mengalami kesulitan tidur
- Alasannya : Tidak Ada
2) Selama di Rumah Sakit
a) Aktivitas
Aktivitas 0 1 2 3 4

Makan/minum √

Mandi √

Toileting √

Berpakaian √

Mobilisasi √

Berpindah √

Ambulasi/romm √

Keterangan :
0 : mandiri
1 : dibantu orang lain sebagian kecil
2 : dibantu orang lain 50%
3 : dibantu orang lain dan alat
4 : tergantung total (100% dibantu)

Kesimpulan : pasien masih membutuhkan bantuan dari suami untuk


beraktivitas dan melakukan mobilisasi, pasien tampak meringis saat bergerak

b) Istirahat
- Apakah klien mengungkapkan perasaan jenuh, bosan atau cepat lelah,
kurang istirahat ? Pasien mengatakan kecapean karena tidak nyaman
dengan lukanya dengan skala nyeri 4
- Apakah klien merasa terganggu dengan suasana baru? Pasien tidak
merasa terganggu dengan suasana baru
- Apakah ada alat medic yang dipakai klien/klien merasa terganggu? Tidak
c) Kebutuhan tidur
- Tidur siang : 1 jam
- Tidur malam : 3 jam
- Apakah ada kesulitan tidur : pasien mengatakan susah tidur karena
memikirkan bayinya
- Upaya yang dilakukan : melakukan relaksasi nafas dalam
4. Pola kebersihan diri
a. Sebelum masuk RS
1) Kersihan Kulit
a) Kapan kebiasaan mandi : pasien mengatakan kebiasaan mandi pada pagi hari
dan sore hari
b) Mandi menggunakan sabun, shampoo dan pasta gigi
2) Kebersihan Rambut
a) Kapan kebiasaan mencuci rambut : pasien mengatakan mencucui rambut 2
hari sekali
b) Menggunakan shampoo

3) Kebersihan telinga
a) Kapan merawat telinga : pasien mengtakan ketika telinga mulai gatal akan
dibersihkan dengan cotton bud.
b) Apakah memakai alat bantu pendengaran? Tidak
c) Apakah sering atau pernah mengeluarkan cairan? Tidak
4) Kebersihan mata
a) Kapan membersihkan mata : Ketika mandi
b) Caranya bagaimana : dengan diusap-usap dengan air
5) Kebersihan kuku
a) Kapan kebiasaan memotong kuku? Pada saat kuku mulai panjang
b) Apakah ada gangguan pada kuku? Tidak ada
b. Selama di RS
1) Kebersihan kulit
a) Kebiasaan mandi : sehari sekali
b) Mandi menggunakan sabun
c) Perubahan yang terjadi pada kulit : pasien mengeluh adanya perubahan warna
pada kulit wajah sedikit kusam, kulit kaki dan kulit tangan sedikit ada bercak
hitam dan kulit terasa kering.
2) Kebersihan rambut
a) Kapan kebiasaan mencuci rambut : belum keramas selama di rumah sakit
b) Menggunakan shampoo : Belum menggunakan shampoo
c) Adakah perubahan pada kulit kepala? Tidak ada
3) Kebersihan telinga
a) Kapan merawat telinga : ketika telinga terasa gatal
b) Apakah memakai alat bantu pendengaran? Tidak ada
c) Adakah sering mengeluarkan cairan? Tidak ada
4) Kebersihan mata
a) Apakah ada gangguan pada mata : tidak ada
b) Kapan membersihkan mata/ dengan cara apa? Ketika mandi dengan cara
mengusap dengan waslap
5) Kebersihan mulut
a) Kapan kebiasaan menggosok gigi dalam sehari : saat mandi
b) Menggosok gigi menggunakan pasta gigi
c) Apakah menggunakan gigi palsu? Tidak
6) Kebersihan kuku
a) Kapan kebiasaan memotong kuku : ketika kuku mulai panjang
b) Apakah ada gangguan pada kuku? Tidak Ada
5. Pola reproduksi-seksualitas
a. Apakah ada gangguan pada organ reproduksi : tidak ada
b. Adakah gangguan dalam hubungan seksual selama hamil : tidak ada
c. Bila ada bagaimana cara mengatasinya : tidak ada
d. Bagaimana pamahaman tentang fungsi seksual : paham
6. Pola kognitif-persepsi/sensori
a. Keadaan mental : Sadar
b. Berbicara : Mampu mengekspresikan pendapat
c. Bahasa yang dikuasai : Indonesia Jawa
d. Kemampuan Membaca Berkomunikasi Memahami
e. Ketrampilan berinteraksi : Memadai
f. Tingkat ansietas disertai data/alasannya : Ringan
g. Pendengaran Menggunakan alat bantu : tidak
h. Tinitus : Tidak ada
i. Terganggu kanan/kiri : tidak
j. Tuli kiri/kanan : Tidak Ada
k. Penglihatan
- Tidak ada gangguan penglihatan
- Kacamata : tidak
- Lensa Kontak : tidak
- Mata palsu kanan/kiri : tidak
- Buta kanan/kiri : tidak
- Gangguan mata kanan /kiri : 0 diplopia 0 katarak
l. Vertigo : Tidak ada
m. Nyeri atau Tidak nyaman : Terasa nyeri dibagian punggung dan perut
n. Pengetahuan tentang melahirkan : Pasien mengatakan belum begitu paham tentang
jenis melahirkan dan perawatan setelah melahirkan.

7. Pola Konsep Diri


a. Identitas diri :Status pasien dalam rumah sebagai istri dari suami
b. Ideal Diri : Pasien mengatakan dengan kelahiran anak yang pertama ini dapat
menambah kebahagian dalam keluarganya
c. Harga Diri :Pasien merasa sangat bahagia karena akan memiliki seoran anak
d. Gambaran Diri : pasien merasakan dirinya baik-baik saja dengan lahirnya anak
pertama
e. Peran Diri : Ia akan berusaha memenuhi kewajiban sebagai ibu rumah tangga yang
dapat mengurus anak dengan baik.

8. Pola Koping
a. Pengambilan keputusan : klien dan suami
b. Upaya yang dilakukan untuk mengatasi masalah : berdiskusi dengan suami

9. Pola peran-hubunga
a. Status pekerjaan : Ibu rumah tangga
b. Jenis pekerjaan
- Ibu rumah tangga
c. System pendukung Ada : Pasangan dan Keluarga seluruh
d. Dukungan keluarga selama masuk RS : Ada dukungan
e. Hubungan selama di RS
- Bagaimana hubungan dengan suami : Baik
- Bagaimana hubungan dengan anggota keluarga : Baik
- Bagaimana hubungan dengan masyarakat : Baik
- Bagaimana hubungan dengan pasien lain : Baik
- Bagaimana hubungan dengan petugas kesehatan : Baik

10. Pola Pemeliharaan Kesehatan


a. Penggunaan tembakau : pasien merokok
b. Penggunaan alcohol : Tidak pernah
c. Penggunaan NAPSA : Tidak Pernah
d. Intelektualitas
- Pengetahuan tentang penyakitnya atau masalah sekarang yang dihadapi dan
perawatannya : Tidak Ada
- Upaya perawatan selama ini : Tidak Ada
11. Pola Nilai dan Keyakinan
a. Sebelum masuk RS
1) Kegiatan keagamaan : Baik
2) Macamnya : ibadah di masjid
3) Frekuensi : Belum Ada
4) Larangan agama : Belum Ada
b. Selama masuk RS
1) Kegiatan keagamaan yang ingin dilakukan : Sholat
2) Memerlukan bantuan : Tidak ada
3) Memerlukan kunjungan rohaniawan ? Tidak ada

12. PENGKAJIAN PSIKOLOGIS


a. Perasaan ibu dalam menghadapi keadaan saat ini : Pasien mengatakan senang karena
bayinya lahir dengan sehat
b. Perasaan suami dalam menghadapai keadaan ibu saat ini : Ikut senang dengan
kehadiran buah hati
c. Siapa yang sangan bermakna dalam kehidupan klien : Anak
d. Siapa orang yang diharapkan menemani saat seperti ini : suami selalu ada.

13. PENGKAJIAN SOSIAL


a. Penerimaan keluarga saat ini : Jauh lebih baik
b. Pengaruhnya terhadap keluarga (keuangan, pekerjaan) : Tidak ada
c. Upaya keluarga dalam memberikan support emosi bagi ibu : suami selalu
memberikan suport
d. Siapa pembuat keputusan dalam keluarga : Suami
e. Pengetahuan tentang penyakit yang berhubungan dengan ginekologi.

14. PENGKAJIAN SPIRITUAL


a. Hubungan yang paling bermakna dengan : Suami
b. Makna kelahiran bagi ibu : Bagian dari kehidupan
c. Sumber pengharapan dalam menghadapi keadaan ini : Tuhan

15. PENGKAJIAN FISIK


a. Keadaan umum : pasien tampak meringis dan senang dengan kehadiran buah hati
dengan keadaan sehat
b. Tingkat Kesadaran
- Kuantitatif
E:4 V:5 M:6
- Kualitatif
Compos Mentis

c. Antropometri
- TB : 158 cm
- BB : Sebelum hamil 75 kg, Sesudah hamil 86 kg
- Tanda Vital
TD : 140/94 mmHg
Nadi : 86 x/menit
Suhu : 36,7 ◦C
Pernapasan : 20x/menit
Tekanan Darah diukur di lengan kiri bagian atas.
- Posisi pasien supinasi
- Nadi diukur dengan alat tensi digital
- Pernafasan diukur dengan enggunakan arloji
- Suhu diukur didahi
d. Pemeriksaan Fisik :
1) Kepala
a) Bentuk kepala
- Pertumbuhan Rambut : Lebat
- Kebersihan kulit kepala : bersih dan tidak ada luka
b) Muka
- Kesan Wajah : Simetris , tidak pucat , tidak edema.
- Cloasma gravidarum : Tidak Ada
c) Mata :
- Kebersihan : kedua mata bersih
- Conjungtiva : Tidak Anemis
- Sclera : Tidak Icteric
- Otot – ekstraokuler
- Tekanan bola mata : Tidak Ada
- Visus : 6/6
- Reflek cahaya : pupil pasien dapt merespon cahaya dengan baik
- Pupil : Isokor

d) Telinga
- Bentuk : simetris
- Kebersihan : Terjaga
- Pemeriksaan lubang telinga dan membrane timpani : Belum Ada
- Pengeluaran cairan : Tidak ada
- Fungsi pendengaran : berfungsi dengan baik
- Penggunaan alat bantu pendengaran : Tidak Ada
- Mastoid : Tidak Ada
- Nyeri / Tidak : Tidak Ada
e) Hidung
- Posisi septum : Terletak persis ditengah
- Secret hidung : Tidak ada
- Nyeri sinus : Tidak Ada
- Fungsi pembauan : Masih berfungsi dengan baik.
- Acecoris hidung : Tidak Ada
f) Mulut dan gigi
- Kebersihan : bersih
- Kemampuan berbicara : normal
- Keadaan bibir : normal
- Warna lidah : merah muda
- Acecoris lidah : tidak memakai
- Keadaan palatum : Lunak
- Gigi – geligi : kondisi : bersih, tidak ada gigi palsu.
- Orofaring : tidak bau nafas
2) Leher
- Pembuluh darah vena yugolaris (JVP) : Tidak Ada
- Pembesaran Tyroid : Tidak Ada
- Deviasi Trechea : Tidak Ada
- Pembesaran kelanjar getah bening : Tidak Ada
- Gerakan : Normal
3) Dada
a) Inspeksi :
- Simetris : Ya
- Bentuk dada dari depan lateral dan belakang : simetris
- Retraksi dada : Tidak Ada
- Ketinggalan gerak : Tidak Ada
- Jenis pernapasan : Vesikuler
- Ukuran dada : Simetris
- Ictu cordis : tidak ada
b) Palpasi
- Simetris pada waktu bernapas
- Rasa sakit : Tidak Ada
- Nyeri tekan : Tidak Ada
- Tidak ada massa
- Pulsasi : Tidak Ada
- Pernapasan vesikuler , kecepatan : 20x/mnt
- Ukuran dada : Simetris
- Ictus cordis : Teraba
c) Perkusi :
- Bandingkan suara perkusi dari seluruh dada : vesikuler
- Batas jantung Atas: ICS 2/4 sinistra Kiri: Linea mid klavikularis
sinistra Kanan: Linea sternalis dextra Bawah: ICS 5
- Batas Paru: ICS 1 sampai ditemukan suara dulness
d) Auskultasi
- Suara vesikuler paru : vesikuler
- Suara tambahan : tidak ada suara nafas tambahan
- Bunyi jantung IV, I, II, III: BJ I dan BJ II tunggal
4) Payudara
a) Inspeksi
- Bentuk kanan kiri : Simetris
- Pembesaran : Tidak Ada
- Kebersihan : Bersih
- Areola Mamae : Hiperpigmentasi
- Papilla mamae : Menonjol
b) Palpasi
- Konsistensi : Tidak Ada
- Pembesaran : Tidak Ada
- Massa/tumor : Tidak Ada
- Kolostrum : belum keluar
- ASI : Belum keluar
- Keluhan Payudara : pasien mengatakan sedikit keras
5) Axilla
- Tumor : Tidak ada
- Nyeri : Tidak
6) Punggung :
- Bentuk : Normal
- Kelainan : tidak ada
7) Abdomen :
a) Inspeksi
- Warna kulit : Kuning langsat
- Arah pembesaran perut : abdomen pasien simetris tampak luka post op
di area umbilikus
- Striae : Ada
- Hiperpigmentasi linea alba : Ada
b) Palpasi
- TFU : 1 jari dibawah pusat
- Kontraksi Uterus : Kuat dan Keras
- Visika Urinaria : Lunak
c) Perkusi
- Hepar tidak teraba
- Limpa tidak teraba dan tidak ada pembesaran
d) Auskultasi
- Peristaltik usus terdengar 16 x/mnt
8) Genetalis dan Anus
Inspeksi
a) Vulva Vagina Parineum
- Vulva vagina parineum :
Vulva vagina perineum tampak perdarahan pervagina, perdarahan ¼
pempers, tidak terdapat varises, tidak ada pembesaran kelenjar
bartolini, perineum utuh, tidak ada penyakit kelamin
- Anus
Tidak terdapat Pembesaran vena/hemoroid tidak ada massa/ tumor
a) Ekskremitas
- Ekstremitas atas :
Anggota gerak lengkap, tidak ada kelainan jari, tidak ada tonus otot,
kesimetrisan gerak tampak simetris, tidak ada clubing finger, dan
terpasang infus RL + Oksitosin 1amp 20 tpm di lengan kanan
- Ekstremitas bawah :
Anggota gerak lengkap, kaki kanan dan kiri tampak simetris , tidak
terdapat oedema, tidak terdapat varices, bentuk kaki tampak normal,
tidak ada kelainan pada telapak kaki, tidak ada kaki gajah, dan tidak
ada keluhan pada bagian ekstremitas bawah
9) Reflek
a) Reflek Fisiologis
- Biseps, Triseps, Lutut, Achiles : positif
b) Reflek Patologis
- Babinski : Positif
- Lutut : Positif
16. DIAGNOSTIK TEST

Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai Rujukan


Hemoglobin 14.1 g/dl 13.2 – 17.3
Leukosit 7.2 10^3/ul 3.8 – 10.6
Hematokrit 41 % 40 - 52
Eritrosit 4.8 10^6/ul 4.40 – 5.900
Trombosit 233 10^3/ul 150 - 400
MCV 84 fl 80 – 100
MCH 29 pg 26 – 34
MCHC 35 g/dl 32 – 36
Masa pendarahan 2 Menit 1-3
Masa pembekuan 10 Menit 8-18
Kimia Klinik
Gula darah paralel
GDS1 jam 05.00 146 Mg/dl 70-150
GDS2 jam 13.00 H 167 Mg/dl 70-150
GDS3 jam 17.00 H 215
URINE FLO
MIKROSKOPIS
Warna Kuning Kuning
Kejernihan Keruh Jernih
PH / Keasaman 7.0 1.003 – 1.030
Berat Jenis H 1.039
KIMIA
Protein urine 1+ Negatif
Glukosa urine Negatif Negatif
Bilirubin urine Negatif Negatif
Urobilin Negatif Negatif
Keton Negatif Negatif

17. PROGRAM PENGOBATAN


a) Mobilisasi : Tidak Ada
b) Diit : Tidak Ada
c) Obat
1) Vit A 1x1 =
2) SF 2x1 =
3) Cefadroxyl 2x1 =
4) Ibuprofen 3x400 =
5) Parecetamol 4x 1000 =
6) Methylergometrine 2x1 =
7) ketorolac 3x1 =
8) nevorapid 3x10
d) analisa obat

Nama obat Indikasi Kontra indikasi Efek samping Implikasi obat


Cefadroxil Infeksi kulit, Hipersensitivitas Diare, sakit Diberikan obat
infeksi maag, mual dan cefradoxyl sebagai
saluran muntah, antibiotic dengan
kemih, abses gangguan dosis 500 mg
jaringan pencernaan, dan diminum secara
lunak, demam. oral 2 kali sehari
selulitis,
faringitis,
tonsillitis,
infeksi
telinga,
gonorrhea,
infeksi
pascaoperasi
, infeksi
yang
disebabkan
oleh
Bakteri
SF Anemia Hipersensitivitas Sembelit, sakit Diberikan obat
selama perut, tinja ferrous sulfate
Kehamilan bewarna hitam untuk suplemen zat
atau gelap, besi mengobati atau
pewarnaan mencegah kadar zat
sementara pada besi rendah dalam
gigi darah dengan atura
minum 2 kali sehari
Vit A Ibu hamul Hipersensitivitas Diare,kehilangan Diberikan
dan Nafsu makan, vitamin A untuk
Menyusui sakit perut, memenuhi
muntah, kulit dan kebutuhan vit A
bibir yang kering, pada bayi dan ibu
mengantuk dan baru melahirkan
teliti, lemas.
Paracetamol Paracetamol Hindari - Trombosit Diberikan
minum atau konsumsi openia paracetamol untuk
suppositoria Paracetamol (jumlah meredakan nyeri
umumnya pada orang yang trombosit sedang
aman untuk memiliki kurang kebutuhan
digunakan hipersensitivitas dari kebutuhan
oleh ibu atau alergi terhad normal) paracetamol
hamil. ap Paracetamol - Leukopen 2x1000
Namun, ia (jumlah
sebaiknya leukosit
tetap kurang
konsultasika dari
n kepada normal)
dokter - Nyeri dan
mengenai sensasi
dosis yang terbakar
tepat untuk di area
ibu hamil. suntikan
- Gangguan
saluran
cerna: mu
al,
muntah, s
embelit
- Gangguan
sistem
saraf: saki
t kepala
- Gangguan
kejiwaan: 
insomnia
- Gangguan
kulit dan
jaringan
subkutan:
gatal dan
kemeraha
n pada
kulit
- Jarang
terjadi: hi
potensi (t
ekanan
darah
rendah)
dan takika
rdia (deny
ut jantung
di atas
normal)

Methylergom Untuk Pada kehamilan 1. Reaksi Pemerian obat


etrine mencegah mengigatkan alergi sesuai 12 benar
dan efeknya sebagai 2. Gangg 2x1
mengontrol uterotonika. uan saluran
perdarahan cerna
postpartum meliputi
akibat mual,
subinvolusi muntah,
uterus dan diare, kram
inersia uteri, perut
untuk 3. Gangg
mencegah uan saraf
atonia uteri berupa skit
setelah kepala,
operasi pusing,
Caesar, parestesia,
untuk kebingungga
mengontrol n, kejang,
pendarahan halusinasi
abortus 4. Sesak
napas
tinnitus
5. Diapho
resis
Ibuprofen Nyeri ringan Kehamilan pusing, sakit Tubuh akan
sampai trimester akhir, kepala, memproduksi
sedang pasien dengan dispepsia, hormon
antara lain ulkus peptikum diare, mual, prostaglandin
nyeri pada (ulkus duodenum muntah, ketika mengalami
penyakit dan lambung), nyeri cedera. Hormon ini
gigi atau hipersensitivitas, abdomen, berkontribusi pada
pencabutan polip pada konstipasi, peradangan yang
gigi, nyeri hidung, hematemesis terjadi dalam
pasca bedah, angioedema, , melena, tubuh. Biasanya,
sakit kepala, asma, rinitis, perdarahan kondisi ini
gejala serta urtikaria lambung, menyebabkan
artritis ketika ruam. kamu
reumatoid, menggunakan mengalami pemben
gejala asam gkakan, demam,
osteoartritis, asetilsalisilat serta peningkatan
gejala atau AINS rasa nyeri.
juvenile lainnya.
artritis
reumatoid,
menurunkan
demam pada
anak.
Ketorolac Ketorolac Kontraindikasi Ketorolac Ketorolac memiliki
adalah obat pemakaian memiliki beberapa efek
untuk mered ketorolac, antara beberapa efek samping, antara
akan nyeri lain pada pasien samping, antara lain pusing, mual,
sedang dengan hipersens lain pusing, sakit kepala, iritasi
hingga berat. itivitas terdapat mual, sakit lambung, dan
Obat ini ketorolac, kepala, iritasi perforasi atau
sering riwayat lambung, dan perdarahan pada
digunakan perdarahan perforasi atau saluran cerna.
setelah gastrointestinal, perdarahan pada Penggunaan
operasi atau dan perdarahan saluran cerna. ketorolac
prosedur serebrovaskular Penggunaan bersamaan dengan
medis yang aktif. Durasi ketorolac aspirin atau
bisa maksimal bersamaan antikoagulan lain
menyebabka penggunaan dengan aspirin dapat
n nyeri. ketorolac, bentuk atau antikoagulan meningkatkan
Ketorolac sediaan apapun, lain dapat risiko perdarahan
merupakan adalah 5 hari. meningkatkan saluran cerna.
obat risiko perdarahan
golongan saluran cerna.
antiinflamasi
nonsteroid
(OAINS)
yang
memiliki
bentuk
sediaan
tablet dan
suntik.
Nevorapid digunakan Alergi terhadap Pemakaian Diberikan obat
untuk komponen obat. obat novorapid dengan
mengurangi Penderita kadar umumnya dosis 8 unit dengan
tingkat gula gula darah di memiliki efek pemberian 3x 10u
darah tinggi bawah normal samping
pada orang (hipoglikemia). tertentu dan
dewasa, sesuai dengan
remaja dan masing-
anak-anak masing
berusia 10 individu. Jika
tahun ke atas terjadi efek
dengan samping yang
diabetes berlebih dan
mellitus berbahaya,
(kencing harap
manis). konsultasikan
Novorapid kepada
digunakan tenaga medis.
untuk Efek samping
memasukka yang
n insulin mungkin
guna terjadi dalam
membantu penggunaan
memperbaik obat adalah:
i produksi Hipoglikemia
insulin yang , reaksi
dihasilkan anafilaksis
tubuh
dengan
cepat,
dengan cara
disuntikkan
ke dalam
tubuh.
Novorapid
akan mulai
untuk
menurunkan
gula darah
10-20 menit
setelah
menyuntikka
nnya ke
dalam tubuh,
efek
maksimum
terjadi
antara 1 dan
4 jam
setelah
injeksi, dan
efeknya
bertahan
hingga 24
jam.

18. PROGRAM TINDAKAN : OP SC


19. RENCANA PULANG
a) Tinggal : keluarga
b) Keinginan tinggal setelah pulang : Rumah
c) Pelayanan kesehatan yang digunakan sebelumnya : Rumah Sakit
d) Kendaraan yang digunakan saat pulang : Mobil pribadi
e) Antisipasi terhadap keuangan setelah pulang : Terkontrol
f) Antisipasi masalah perawatan diri : Memadai
g) Bantuan yang diperlukan setelah pulang : Tidak Ada

ANALISA DATA

No Data Masalah Penyebab

1 DS :

1) Pasien mengeluh nyeri di perut Nyeri akut Agen pencedera fisiologis


- O : Pasien mengatakan rasa nyeri
berlangsung selama 4 jam
- P : Pasien mengatakan rasa nyeri
disebabkan bekas operasi
- Q : Pasien mengeluh nyeri hilang
timbul
- R : Pasien mengatakan nyeri
terletak di perut bekas operasi
- S : Pasien mengeluh nyeri dari
skala 4
- T : Pasien mengatakan untuk
mengurangi rasa nyerinya itu
dengan tidak teknik nafas dalam
- U : Pasien mengatakan mengerti
atas nyerinya
- V : Pasien berharap rasa nyerinya
berkurang ketika dibuat gerak
2) Pasien mengatakan perut terasa
nyeri dan panas
DO :

- Pasien tampak meringis saat


bergerak
- kaki pasien belum bisa
digerakkan
- Pasien tampak gelisa saat akan

bergerak
- Terdapat sayatan sepanjang 10
cm di perut
- Jahitan vertikal
- Pasien terlihat menahan nyeri
- TD : 140/94
- RR : 20
- SPO2 : 99
2 DS : Nyeri

- Klien mengatakan tidak bisa Hambatan


melakukan aktivitas sendiri mobilisasi fisik
- Klien mengatakan nyeri saat di
buat bergerak.
DO :

Kedua kaki tidak dapat di


gerakkan efek anastesi
3 DS : - Efek prosedur invasive
DO :
Resiko infeksi
- Abdomen pasien simetris tampak
luka post op di area umbilikus
- Cek GDS : 186 mg/dl
DIAGNOSA KEPERAWATAN

NO DIAGNOSE KEPERAWATAN

1 Nyeri Akut Berhubugan Dengan Agen Pencedera Fisik dibuktikan dengan

DS :

- Pasien mengeluh nyeri di perut


- O : Pasien mengatakan rasa nyeri berlangsung selama 4 jam
- P : Pasien mengatakan rasa nyeri disebabkan bekas operasi
- Q : Pasien mengeluh nyeri hilang timbul
- R : Pasien mengatakan nyeri terletak di perut bekas operasi
- S : Pasien mengeluh nyeri dari skala 4
- T : Pasien mengatakan untuk mengurangi rasa nyerinya dengan teknik nafas dalam
- U : Pasien mengatakan mengerti atas nyerinya
- V : Pasien berharap rasa nyerinya berkurang ketika dibuat bergerak
- U : Pasien mengatakan mengerti atas nyerinya
- V : Pasien berharap rasa nyerinya berkurang ketika dibuat gerak
- Pasien mengatakan perut terasa panas dan nyeri
DO :

- Pasien tampak meringis saat bergerak


- kaki pasien belum bisa digerakkan
- Pasien tampak gelisa saat akan bergerak
- Terdapat sayatan sepanjang 10 cm di perut
- Jahitan vertikal
- Pasien terlihat menahan nyeri
- TD : 140/94
- RR : 20
- SPO2 : 99

2 Gangguan Mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri dibuktikan dengan

DS :

- Klien mengatakan tidak bisa melakukan aktivitas sendiri


- Klien mengatakan nyeri saat di buat bergerak.
DO :

- Kedua kaki tidak dapat di gerakkan efek anastesi


Skala nyeri 4

3 Resiko infeksi dibuktikan dengan Efek prosedur invasive

Penegakan diagnosis keperawatan pada hari Selasa 03 Januari 2023 jam 13.00 WIB oleh:

Taufiqur Rohman
RENCANA KEPERAWATAN

Nama Pasien : Ny. A

Ruangan : Alpha

Tanggal : 03 Januari 2023

Nama preceptee : Taufiqur Rohman

Diagnosa Tujuan Tindakan Rasional


Kperawatan

Tanggal 3 Tanggal 3 Januari 2023 Tanggal 3 januari 2023 Tanggal 3 Januari


Januari 2023 2023
jam 13.00 WIB jam 13.00 WIB
Jam 13.00 WIB jam 13.00 WIB

Nyeri Akut 1. Mengetahui


Tingkat Nyeri Intervensi Utama
Berhubugan lokasi,karakteris
Manajemen Nyeri
Dengan Agen (L08066) tik, durasi,
I.08238
Pencedera Fisik frekuensi,
Setelah dilakukan tindakan
a. Tindakan kualitas, dan
(D.007) keperawatan selama 2 x 24
1. Identifikasi lokasi, intensitas nyeri.
jam diharapkan nyeri post op
karakteristik, durasi, 2. Mengurangi rasa
SC berkurang dengan kriteria
frekuensi, kualitas, nyeri
dan hasil : intensitas nyeri. 3. Mengetahui
2. Identifikasi skala nyeri kualitas nyeri
1. Keluhan nyeri menurun
3. Identifikasi factor yang yang dirasakan
2. Meringis menurun
memperberat dan klien
3. Tekanan darah membaik
memperingan nyeri 4. Mengurangi rasa
4. Pola tidur membaik
4. Monitor efek samping nyeri
penggunaan analgetik

b. Terapeutik
1. Berikan teknik
nonfarmakologis
dengan relaksasi
napas dalam.
2. Control lingkungan
yang memperberat
rasa nyeri (mis. Suhu
ruangan,
pencahayaan,
kebisingan)

c. Edukasi
1. Jelaskan penyebab,
periode, dan
pemicu nyeri
2. Jelaskan strategi
meredakan nyeri
3. Anjurkan nenonitor
nyeri secara
mandiri
4. Kalaborasi
pemberian
analgetik.

Taufiqur Rohman

Taufiqur Rohman

Taufiqur Taufiqur Rohman

Rohman

Tanggal 3 Tanggal 3 Januari 2023 Tanggal 3 Januari 2023 Tanggal 3 Januari


Januari 2023 2023
jam 13.00 WIB jam 13.00 WIB
jam 13.00 WIB jam 13.00 WIB
Mobilitas Fisik Dukungan Mobilisasi
Gangguan (I.05173)
(L.05042)
Mobilitas fisik
a. Observasi
berhubungan Setelah dilakukan tindakan 1. Dengan
1. Indentifikasi adanya
dengan nyeri keperawatan selama 2 x 24 nyeri atau keluhan mengidentifkasi
jam, diharap kan gangguan fisik lainnya. mampu mengeta
(D.0054)
mobilitas fisik meningkat 2. Identifikasi toleran hui kemampuan
dengan kriteria hasil: fisik melalui pasien dalam
pergerakan pergerakan
1. Pergerakan ekstremitas
3. Monitor kondisi sehingga dapat
meningkat
umum selama memberikan
2. Kekuatan otot
melakukan intervensi yang
meningkat
mobilisasi tepat
3. ROM meningkat
b. Terapeutik 2. Alat bantu dapat
4. Gerakan terbatas
1. Fasilitasi aktivitas membantu
meningkat
mobilisasi dengan mobilisasi
5. Nyeri menurun
alat bantu (mis. pasien
Pagar tempat tidur) 3. Dukungan
2. Fasilitasi keluarga dapat
melakukan membantu
pergerakan pergerakan
3. Libatkan keluarga pasien karena
untuk membantu keluarga merupa
pasien dalam kan orang
meningkatkan terdekat pasien
pergerakan 4. Melatih
c. Edukasi pergerakan
1. Jelaskan tujuan dan pasien
prosedur mobilisasi
2. Anjurkan
melakukan
mobiliasi sini
Ajarkan mobilisasi
sederhana yang harus
dilakukan (mis. Duduk di
Taufiqur Rohman tempat tidur, duduk disisi
tempat tidur, pindah dari
Taufiqur
tempaat tidur ke kursi
Rohman

Taufiqur
Rohman

Taufiqur Rohman

Tanggal 3 Tanggal 3 Januari 2023 Tanggal 3 Januari 2023 Tanggal 3 Januari


Januari 2023 2023
jam 13.00 WIB jam 13.00 WIB
jam 13.00 WIB jam 13.00 WIB
Tingkat Infeksi Pencegahan infeksi
Resiko infeksi
(L.14137) (I.145339)
berhubungan
1. Mengidentifikasi
Efek prosedur Setelah dilakukan tindakan a. Observasi
adanya tanda
invasive keperawatan selama 2x24 Monitor tanda dan
infeksi secara
jam diharapkan pasien tidak gejala infeksi local dan
(D.0142) dini untuk
menunjukan tandan infeksi sistemik
menentukan
dengan kriteria hasil: b. Terapeutik
intervensi
1. Cuci tangan
1. Tidak ada tanda-tanda selanjutnya
sebelum dan
infeksi, tidak ada 2. Mencegah
sesudah kontak
kemerahan, tidak terjadinya
dengan pasien dan
bengkak dan penyebaran
lingkungan pasien
vaskularisasinya baik
2. Perawatan post op 2. Pertahankan teknik bakteri pada
dengan steril aseptik pada pasien pasien maupun
beresiko tinggi pasien pada kita.
(mengganti plester 3. Mencegah
kateter, pemberian penyebaran
obat Injeksi) infeksi
c. Edukasi nosocomial
1. Jelaskan tanda dan 4. Mendeteksi
gejala infeksi adanya bakteri
2. Ajarkan cara mikroorganisme
memeriksa kondisi penyebab infeksi
luka operasi

Taufiqur Rohman

Taufiqur Rohman
Taufiqur Rohman

Taufiqur
Rohman

CATATAN PERKEMBANGAN

HARI PERTAMA

Nama Pasien : Ny. A

Ruangan : Alpha

Diagnosis medic : post OP SC

NO DIAGNOSA TGL/JAM PERKEMBANGAN TANDA


KEPERAWATAN
TANGAN

1 Nyeri Akut Berhubugan 03-01- 2023 I:


Dengan Agen
13.00 WIB - Memonitor TTV
Pencedera Fisik
- Mengidentifikasi lokasi,
karakteristik, durasi, frekuensi,
kualitas dan intensitas nyeri
- Memberikan teknik
nonfarmakologis untuk
Taufiq
mengurangi rasa nyeri dengan
teknik relaksasi napas dalam.
- Menganjurkan pasien untuk
memonitor nyeri secara mandiri
- Pemberian obat ceftradoxyl 2 x 1
E:

- DS : Pasien mengatakan nyeri


dengan skala 4
- DO : Pasien tampak meringis

S : Pasien mengatakan masih nyeri


dengan skala 4
13.10 WIB
O:

- Keadaan umum baik


- Kesadaran compos mentis E 4 V Taufiq
5M6
- TTV
TD : 140/94 mmHg
13.15 WIB Suhu : 36,7°
Nadi : 86 x/menit
SPO2 : 99%
- Kontraksi : Keras
- Terpasang infus RL + oksitosin
13.20 WIB Taufiq
- Skala nyeri 4
A : P1A0 post SC Hari 1

P : lanjut intervensi 1,2,3

13.25 WIB
2 Gangguan Mobilitas 03-01-2023 I:
fisik berhubungan
13.30 WIB 1. Mengindentifikasi adanya Nyeri
dengan nyeri
atau keluhan fisik lainnya.
- Tidak terdapat keluhan fisik
lainnya
2. Libatkan keluarga untuk membantu Taufiq
pasien dalam meningkatkan
pergerakan.
- keluarga ikut terlibat dalam
membantu pasien untuk
melakukan mobilisasi
3. Mengajarkan mobilisasi sederhana
yang harus dilakukan (mis. Duduk
13.35 WIB di tempat tidur, duduk disisi tempat
tidur, pindah dari tempat tidur ke
kursi).
- Pasien masih belum
sanggup untuk melakukan
mobilisasi duduk di tempat
tidur
E:

S:
Taufiq
- Pasien mengatakan badan
terasa lemas
13.40 WIB O:

- Pasien melakukan mobilitas


secara terbatas.
- Pasien melakukan mobilitas
sehari-hari dibantu oleh
perawat dan suaminya.
13.50 WIB
A: Masalah Belum teratasi

P: Lanjutkan intervensi 1,2,3

Taufiq

3 Resiko infeksi 03-01-2023 I:


berhubungan dengan
14.00 WIB 1. Monitor tanda dan gejala infeksi
Efek prosedur invasive
lokal dan sistemik
DS: -

DO:
Taufiq
- Bekas luka post OP SC
- Pasien terpasang infus dan
kateter.
14.05 WIB
- Badan teraba hangat, kulit tidak
kemerahan
- Cek GDS : 186 mg/dl
2. Cuci tangan sebelum dan sesudah
kontak dengan pasien dan
lingkungan pasien
DS: - Taufiq
14.10 WIB DO:
- Perawat selalu mencuci
tangan dengan hand
sanitaizer dan hand soap
sebelum dan sesudah ke
pasien
3. Pertahankan teknik aseptik pada
pasien beresiko tinggi (oral
hygiene, mengganti plester kateter,
pemberian obat Injeksi
DS: -
DO:
- Perawat selalu
mempertahan teknik
aseptik saat memberikan Taufiq
tindakan keperawatan pada
14.15 WIB pasien
E: -

S:-

O:

- Kesadaran compos mentis


14.20 WIB
- Suhu: 36,6 0C
- TD : 144/90 mmhg
A : Masalah risiko infeksi tidak terjadi
Taufiq
P : lanjutkan intervensi 1,2,3

14.30 WIB
HARI KE DUA

NO MASALAH TGL/JAM PERKEMBANGAN TTD


KEPERAWATA
N
1 Nyeri Akut 04-01-2023 S:
Berhubugan
09.00 WIB - Pasien mengatakan masih nyeri
Dengan Agen
dengan skala 4
Pencedera Fisik

O:
Taufiq

- Pasien tampak kesakitan


- TD : 138/84 mmHg
- Suhu: 36,3°c
- Nadi 80x/menit
- RR : 22/menit

A: Masalah teratasi Sebagian


09.10 WI P: Lanjutkan intervensi 1,2,3

I:

1. Mengidentifikasi skala Nyeri


- Nyeri pasien masih
Taufiq
- Skala Nyeri pasien 3
- Pasien tampak menahan sakit
2. Fasilitasi istirahat dan tidur
3. Anjurkan memonitor Nyeri secara
mandiri
09.15 WIB
4. Kolaborasi pemberian ceftradoxyl 2 x
1

E:

S:

- Pasien mengatakan masih nyeri


09.20 WIB
dengan skala 3

O:
09.25 WIB
- Pasien tampak menahan sakit Taufiq

A: Masalah teratasi sebagian

P: Stop intervensi pasien pulang


09.30 WIB
Taufiq

2 Gangguan 04-01-2023 S: Taufiq


Mobilitas fisik
10.00 WIB - Pasien mengatakan lemas berkurang
berhubungan
dengan nyeri
O:

- Pasien sudah biasa duduk di tempat


tidur
- Pasien sudah bisa berpindah dari tempat
tidur ke kursi
- Pasien sudah bisa berjalan ke kamar
mandi dengan di bantu suaminya
Taufiq

A: masalah mobilitas fisik teratasi sebagian

P: Lanjutkan intervensi

10.10 WIB I:

1. Identifikasi adanya Nyeri atau


keluhan fisik lainnya. Tidak terdapat
keluhan fisik lainnya
2. Libatkan keluarga untuk membantu
10.15 WIB
pasien dalam meningkatkan
pergerakan.
3. Ajarkan mobilisasi sederhana yang
harus dilakukan (mis. Duduk
ditempat tidur, duduk disisi tempat
tidur, pindah dari tempat tidur ke Taufiq
10.20 WIB kursi).
- Pasien masih ragu untuk duduk di
tempat tidur

E:

10.25 WIB S:

- Pasien mengatakan masih nyeri.

O:

10.30 WIB - Mobilisasi sedikit membaik

A : Masalah mobilitas fisik teratasi sebagian

P : Stop intervensi Pasien pulang


Taufiq

3 Resiko infeksi 04-01-2023 S:


berhubungan
11.00 WIB - Klien mengatakan nyeri pada bekas
dengan Efek
jahitan post op SC
prosedur invasive
- Klien mengatakan takut lukanya
terinfeksi
- Klien mengatakan sudah di ganti
11.10 WIB perban operasi
Taufiq

O:

- Klien tampak meringis saat


bergerak,karna luka pada abdomen
- Tidak ada tanda-tanda infeksi

A: Masalah resiko infeksi tidak terjadi


11.15 WIB
I:

1. Monitor tanda dan gejala infeksi local


dan sistemik

DS:-

DO: Taufiq

- Suhu : 36,3
- Bekas luka post op SC
- Kulit teraba hangat kulit tidak
kemerahan
- GDS: 136 mg/dl
11.20 WIB
2. Cuci tangan sebelum dan sesudah
kontak dengan pasien dan lingkungan
pasien

DS: -

DO:

- Perawat selalu mencuci tangan


11.30 WIB dengan hand sanitaizer dan soap
Taufiq
sebelum dan sesudah ke pasien
3. Pertahankan teknik aseptic pada
pasien beresiko tiggi (oral hygieine,
pengganti plester kateter,obat injeksi)
- Perawat selalu mempertahankan
tehnik aseptic saat memberikan
tindakan keperatan pada pasien.

E:

S:

- Klien mengatakan nyeri pada jahitan


post op SC
- Klien mengatakan tidak nyaman pada
luka jahitan post op SC
- Klien mengatakan takut lukanya
terinfeksi
- Klien mengatakan ada dilakukan
perawatan luka atau penggantian
verban luka bekas operasi

O: Taufiq

- Klien tampak meringis saat


bergerak,karna luka pada abdomen
- Luka klien terbalut verban
- Luka jahitan tidak ada perdarahan,
terbalut verban
- Tidak ada tanda-tanda infeksi

A: Masalah resiko infeksi tidak terjadi

P: Stop intervensi pasien pulang

Anda mungkin juga menyukai