A
DENGAN P1 A0 POST SECTIO CAESAREA a/i DM, HIPERTENSI DI RUANG ALPHA
RUMAH SAKIT PANTI WILASA DR. CIPTO SEMARANG
Disusun Oleh :
TAUFIQUR ROHMAN
2002073
2023
HALAMAN PENGESAHAN
DI SUSUN OLEH :
TAUFIQUR ROHMAN
(2002073)
Yogyakarta,Januari 2023
Mengetahui
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Masa nifas atau post partum adalah masa setelah persalinan selesai sampai 6 minggu atau 42 hari.
Setelah masa nifas, organ reproduksi secara berlahan akan mengalami perubahan seperti sebelum
hamil. Selama masa nifas perlu mendapat perhatian lebih dikarenakan angka kematian ibu 60%
terjadi pada masa nifas. Angka kematian ibu (AKI) adalah penyebab banyaknya wanita
meninggal dari suatu penyebab adalah kurangnya perhatian pada wanita post partum
(Maritalia, 2012).
WHO (World Health Organization) mendefinisikan bahwa kematian ibu adalah kematian seorang
wanita yang terjadi saat hamil, bersalin atau dalam 42 hari setelah persalinan dengan penyebab
yang berhubungan langsung atau tidak langsung setelah persalinan. Kematian ibu akibat
komplikasi dari kehamilan dan persalinan tersebut terjadi pada wanita usia 15- 49 tahun diseluruh
dunia.
Sekitar 60% kematian ibu terjadi setelah melahirkan dan hampir 50% dari kematian pada masa
nifas terjadi pada 24 jam pertama setelah melahirkan, terutama pada masa 2 jam postpartum (2
jam pasca persalinan). Kira- kira 75% kematian ibu 2 disebabkan oleh perdarahan parah
(sebagian besar perdarahan pasca salin) yaitu perdarahan yang melebihi 500 ml setelah bayi lahir,
infeksi (biasanya pasca salin), tekanan darah tinggi saat kehamilan (preeklamsia/ eklamsia),
partus lama/ macet, aborsi yang tidak aman (Endang, 2019).
Menurut Riset Kesehatan Dasar 2018, pelayanan persalinan normal atau pasca partum di fasilitas
kesehatan tahun 2018 di Indonesia 79.3 % dan pada tahun 2018 pelayanan KF lengkap pada
perempuan 10-54 di Kalimantan Timur sekitar 38.0 % lebih meningkat dari pada tahun 2013
(Riskesdas, 2018). Menurut Kementerian Kesehatan RI tahun 2015, tiga faktor kematian Ibu
melahirkan adalah perdarahan 28%, eklampsia 24%, dan infeksi 11%. Menurut Kementerian
Kesehatan RI, sebagai upaya penurunan AKI, pemerintah melalui 2 Kementerian Kesehatan sejak
tahun 1990 telah meluncurkan safe motherhood initiative, sebuah program yang memastikan
semua wanita mendapatkan perawatan yang dibutuhkan sehingga selamat dan sehat selama
kehamilan dan persalinannya.
B. Tujuan Penulisan
1. Memenuhi salah satu tugas praktik klinik stase Keperawatan Maternitas melalui pendekatan
proses keperawatan.
2. Meningkatkan kemampuan menerapkan asuhan keperawatan menggunakan pendekatan
proses keperawatan, meliputi:
a. Pengkajian keperawatan pada klien dengan post partus sectio caesaria
b. Diagnosis keperawatan pada klien dengan post partus sectio caesaria
c. Perencanaan keperawatan pada klien dengan post partus sectio caesaria
d. Implementasi keperawatan pada klien dengan post partus sectio caesaria
e. Evaluasi keperawatan pada klien dengan post partus sectio caesaria
C. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan dalam laporan kasus ini, disusun sebagai berikut:
1. BAB I: PENDAHULUAN
Bab ini berisi latar belakang, tujuan penulisan dan sistematika penulisan.
2. BAB II: LANDASAN TEORI
Bab ini berisi tentang landasan teori yang terdiri dari konsep dasar medis dan konsep
keperawatan pada kasus post partus sectio caesaria
3. BAB III: PENGELOLAAN KASUS
Bab ini berisi tentang keperawatan kelolaan mulai dari pengkajian sampai dengan evaluasi
pada kasus post partus sectio caesaria
4. BAB IV: PEMBAHASAN
Bab ini berisi perbandingan teori dengan kasus yang dianalisis dan dibahas meliputi
pengkajian, diagnosis keperawatan, perencanaan, implementasi dan evaluasi.
5. BAB V: PENUTUP
Bab ini berisikan narasi kesimpulan dari keseluruhan penulisan dan saran bagi lembaga
terkait yang bersifat relevan.
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Definisi
Pengertian Sectio Caesarea
Sectio caesarea adalah suatu persalinan buatan dimana janin dilahirkan melalui suatu
insisi pada dinding depan perut dan dinding rahim dengan syarat rahim dalam keadaan
utuh serta berat janin di atas 500 gram (Sarwono, 2012). Sedangkan menurut (Gulardi &
Wiknjosastro, 2014) Sectio caesarea adalah tindakan untuk melahirkan janin dengan
berat badan di atas 500 gram melalui sayatan pada dinding uterus yang utuh, dan menurut
(Mansjoer,2012) Sectio caesarea ialah pembedahan untuk melahirkan janin dengan
membuka dinding parut dan dinding rahim.
B. Anatomi fisiologi sistem reproduksi wanita
Organ reproduksi wanita terbagi atas 2 bagian yaitu organ reproduksi eksterna ( organ
bagian luar ) dan organ reproduksi interne ( organ bagian dalam ).
1. Vulva atau pudenda, meliputi seluruh stuktur eksternal yang dapat dilihat mulai
dari pubis sampai pirenium, yaitu mons veneris, labia mayora dan labia minora,
klitoris, selaput darah / hymen, vestibulum, maura uretra, berbagai kelenjer dan
struktur vaskular.
2. Mons veneris atau mons pubis adalah bagian yang menonjol di atas simfisis dan
pada perempuan setelah pubertas ditutup oleh rambut kemaluan. Pada perempuan
umunnya batas rambut melintang sampai pinggir atas simfisis, sedangakn ke
bawah samapai ke sekitar anus dan paha.
3. Labia mayora / bibir-bibir besar terdiri atas bagian kiri dan kanan, lonjong
mengecil ke bawah, terisi oleh jaringan lemak yang serupa dengan yang ada di
mons veneris.
4. Labia minora / bibir-bibir kecil / nymphae adalah suatu lipatan tipis dan kulit
sebelah dalam bibir besar. Kulit yang meliputi bibir kecil mengandung banyak
glandula sebasea / kelenjar-kelenjar lemak dan juga ujung-ujung saraf yang
menyebabkan bibir kecil sangat sensitif. Jaringan ikatnya mengandung banak
pembuluh darah dan beberapa otot polos yang menyebabkan bibir kecil ini dapat
mengembang.
5. Klitoris kira-kira sebesar biji kacang ijo, tertutup oleh preputium klitoris dan
terdiri dari glans klitoris, korpus klitoris, dan dua krura yang menggantungkan
klitoris ke os pubis. Glans klitoris terdiri atas jaringan yang dapat mengambang,
penuh dengan urat saraf sehingga sangat sensitif.
9. Perineum terletak di antara vulva dan anus, panjangnya rata-rata 4 cm. Jaringan
yang mendukung perineum terutama ialah diagfragma pelvis dan diagfragma
urogenitalis (Prawirohardjo, 2014).
2. Uterus berbentuk sepertu buah avokado atau bauah pir yang sedikit gepeng ke
arah depan belakang. Ukurannya sebesar telur ayam dan mempunyai
rongga.Ukuran panjang uterus 7-7,5 cm, lebar di atas 5,25 cm dan tebal 2,5 cm
dan tebal dinding 1,25 cm. Letak uterus keadaan fifioligis adalah
anteversiofleksio / serviks ke depan
dan membentuk sudut dengan vagina, sedangkan korpus uteri ke depan
membentuk sudut dengan serviks uteri.
c) Pars ampullaris, yaitu bagian yang berbentuk sebagian saluran agak lebar,
tempat konsepsi terjadi.
d) Infundibulum, yaitu bagian ujung tuba yang terbuka ke arah abdomen dan
mempunyai fimbriae. Fimbriae penting artinya bagi tuba untuk mengakap
telur dan selanjutnya menyalurkan ke dalam tuba. Bentuk infundibulum
seperti anemon / sejenis binatang laut.
4. Ovarium, perempuan pada umumnya mempunyai dua indung telut kanan dan kiri.
Mesovarium menggantung ovarium di bagian belakang ligamentum latum di kiri
dan kanan. Ovarium berukuran kurang lebih sebesar ibu jari tangan dengan
ukuran panjang 4 cm, lebar dan tebal 1,5 cm ( Prawirohardjo, 2014).
Secara garis besar berfungsi sebagai sistem reproduksi dapat digolongkan sebagai
berikut :
2. Genetalia internal yaitu sepasang ovarium, duktus dan ruang untuk menghantarkan
sperma serta menampung embrio dan fetus (uterus).
3. Vagina berfungsi sebagai saluran keluar untuk mengeluarkan darah haid dan
secret lain dari rahim, alat untuk bersenggama, jalan lahir pada waktu persalinan.
4. Uterus setiap bulan berfungsi dalam siklus haid, tempat janin tumbuh dan
berkembang, berkontraksi terutama sewaktu bersalin.
5. Tuba fallopi berfungsi untuk menyalurkan telur atau hasil konsepsi kearah
kavum uteri dengan arus yang ditimbulkan oleh getaran rambut getar tersebut.
6. Ovarium berfungsi sebagai saluran telur, menangkap dan membawa ovum yang
dilepaskan oleh indung telur. Tempat terjadinya pembuahan (Prawihardjo,
2014).
C. Etiologi
Menurut Manuaba (2012) indikasi ibu dilakukan sectio caesarea adalah ruptur uteri
iminen, perdarahan antepartum, ketuban pecah dini. Sedangkan indikasi dari janin adalah
fetal distres dan janin besar melebihi 4.000 gram> Dari beberapa faktor sectio caesarea
diatas dapat diuraikan beberapa penyebab sectio sebagai berikut :
a. CPD (Chepalo Pelvik Dispropotion) adalah ukuran lingkar panggul ibu tidak sesuai
dengan ukuran kepala janin yang dapat menyebabkan ibu tidak dapat melahirkan
secara normal. Tulang-tulang panggul merupakan susunan beberapa tulang yang
membentuk rongga panggul yang merupakan jalan yang harus dilalau oleh janin
ketika
akan lahir secara normal. Bentuk panggul yang menunjukkan kelainan atau panggul
patologis juga dapat menyebabkan kesulitan dalam proses persalinan normal
sehingga harus dilakukan tindakan operasi. Keadaan patologis tersebut menyebabkan
bentuk rongga panggul menjadi asimetris dan ukuran-ukuran bidang panggul
menjadi abnormal.
b. PEB (Pre-Eklamasi Berat) adalah kesatuan penyakit yang langsung disebabkan oleh
kehamilan, sebab terjadinya masih belum jelas. Setelah perdarahan dan infeksi, pre-
eklamsi dan eklamsi merupakan penyebab kematian maternatal dan perinatal paling
penting dalam ilmu kebidanan. Karena itu diagnosa dini amatlah penting, yaitu
mampu mengenali dan mengobati agar tidak berlanjut menjadi eklamsi.
c. KPD ( Ketuban Pecah Dini ) adalah pecahnya ketuban sebelum terdapat tanda
persalinan dan ditunggu satu jam belum terjadi inpartus. Sebagian besar ketuban
pecah dini adalah hamil aterm di atas 37 minggu.
e. Bayi kembar, tak selamanya bayi kembar dilahirkan secara sectio caesarea. Hal ini
karena kelahiran kembar memiliki resiko terjadi komplikasi yang lebih tinggi
daripada kelahiran satu bayi. Selain itu, bayi kembar pun dapat mengalami sungsang
atau salah letak lintang sehingga sulit untuk dilahirkan secara normal.
f. Faktor hambatan jalan lahir, adanya gangguan pada jalan lahir, misalnya jalan lahir
yang tidak memungkinkan adanya pembukaan, adanya tumor dan kelainan bawaan
pada jalan lahir, tali pusat pendek dan ibu sulit bernafas.
c) Presentasi dahi, posisi kepala antara fleksi dan defleksi, dahi berada pada
posisi terendah dan tetap paling depan. Pada penempatan dagu, biasnya
dengan sendirinya akan berubah menjadi letak muka atau letak belakang
kepala.
D. Manifestasi Klinis
Menurut Saifuddin (2014), manifestasi klinis terbagi atas 4 bagian yaitu :
a. Pusing
b. Mual muntah
Sectio caesarea merupakan tindakan untuk melahirkan bayi dengan berat di atas 500
gram dengan sayatan pada dinding uterus yang masih utuh. Indikasi dilakukan tindakan
sc yaitu distorsi kepala panggul, disfungsi uterus, distorsia jaringan lunak, placenta previa
dll, untuk ibu. Sedangkan untuk janin adalah gawat janin. Janin besar dan janin lintang
setelah dilakukan SC ibu akan mengalami adaptasi post partum baik aspek kognitif
berupa kurang pengetahuan. Akibat kurang informasi dari aspek fisiologis yaitu produk
oxitosin yang tidak adekuat akan mengakibatkan ASI yang keluar hanya sedikit, luka dari
insisi akan menjadi post de entris bagi kuman. Oleh karena itu perlu diberikan antibiotik
dan perawatan luka dengan prinsip steril. Nyeri adalah salah satu utama karena insisi
yang mengakibatkan gangguan rasa nyaman.
Sebelum dilakukan operasi pasien perlu dilakukan anestesi bisa bersifat regional dan
umum. Namun anestesi umum lebih banyak pengaruhnya terhadap janin maupun ibu
anestesi janin sehingga kadang-kadang bayi lahir dalam keadaan upnou yang tidak dapat
diatasi dengan mudah. Akibatnya janin bisa mati, sedangkan pengaruhnya anestesi bagi
ibu sendiri yaitu terhadap tonus uteri berupa atonia uteri sehingga darah banyak yang
keluar. Untuk pengaruh terhadap nafas yaitu jalan nafas yang tidak efektif akibat sekret
yang berlebihan karena kerja otot nafas silia yang menutup. Anastesi ini juga
mempengaruhi saluran pencarnaan dengan menurunkan mobilitas usus. Seperti yang
telah diketahui setelah makanan masuk lambung akan terjadi proses penghancur dengan
bantuan peristaltik usus. Kemudian diserap untuk metabolisme sehingga tubuh
memperoleh energi. Akibat dari mortilitas yang menurun maka peristaltik juga menurun.
Makanan yang ada di lambung akan menumpung dan karena reflek untuk batuk juga
menurun. Maka pasien sengat motilitas yang menurun juga berakibat pada perubahan
pola eliminasi yaitu konstipasi (Saifuddin, Mansjoer & Prawirohardjo, 2014).
PATHWAY
F. Pemeriksaan Diagnostik
a. Elektroensefalogram (EEG)
b. Pemindaian CT
d. Uji laboratorium
3. Panel elektrolit
5. AGD
atas :
H. Pencegahan
I. Prognosis
Pembedahan jalan lahir dapat terjadi dengan pembedahan abdomen (SC).
Luka post OP SC, setidaknya 8 dari 10 ibu pernah mengalami kondisi ini.
Terlebih, bagi ibu yang baru pertama kali melahirkan. Namun tak perlu
khawatir, robekan jalan lahir ini bisa sembuh dengan cepat. (Walyani et al,
2015).
J. Penatalaksanaan
a. Perawatan awal
1. Periksa kondisi pasien, cek tanda vital tiap 15 menit selama 1 jam
pertama, kemudian tiap 30 menit jam berikutnya. Periksa tingkat
kesadaran tiap 15 menit sampai sadar.
b. Diet
c. Mobilisasi
1. Miring kanan dan kiri dapat dimulai sejak 6-10 jam setelah operasi.
d. Fungsi gastrointestinal
2. Jika urine tidak jernih biarkan kateter terpasang sampai urine jernih.
1. Jika pada pembalut luka terjadi perdarahan atau keluar cairan tidak
terlalu banyak jangan mengganti pembalut.
2. Jika pembalut luka agak kendor, jangan ganti pembalut, tapi beri
plester untuk mengencangkannya.
b) Medis
a. Cairan IV sesuai indikasi.
b. Anestesi regional atau general
c. Perjanjian dari orang terdekat untuk tujuan sectio caesarea.
d. Tes laboratorium sesuai indikasi
e. Pemberian oksitosin sesuai indikasi
f. Tanda vital per protokol ruang pemulihan
g. Persiapan kulit pembedahan abdomen
h. Persetujuan ditandatangani
i. Pemasangan kateter fole
1. Asuhan Keperawatan
A. Pengkajian
b. Keluhan utama
c. Riwayat kesehatan
d. Pemeriksaan fisik
1. Kepala
a. Rambut
b. Mata
c. Telinga
d. Hidung
Adanya polip atau tidak dan apabila pada post partum kadang-
kadang ditemukan pernapasan cuping hidung.
3. Thorak
a. Payudara
b. Paru-paru
4. Abdomen
5. Genetalia
6. Eksremitas
7. Tanda-tanda vital
Edukasi :
1) Jelaskan penyebab dan pemicu nyeri
2) Jelaskan strategi pereda nyeri
3) Anjurkan monitor nyeri secara
mandiri
4) Anjurkan teknik nonfarkamkologis
untuk mengurangi nyeri
Kolaborasi :
1) Kolaborasi pemberian analgetik
(jika perlu)
2. Resiko infeksi berhubungan dengan kerusakan Setelah melakukan tindakan Observasi :
integritas kulit. keperawatan 1x 8 jam diharapkan
Monitor tanda dan gejala infeksi
Tingkat infeksi menurun.
local dan sistemik
Kriteria Hasil :
Terapeutik :
1) Kebersihan tangan meningkat
1) Batasi jumlah pengunjung
(5)
2) Berikan perawatan kulit pada area
2) Kebersihan badan meningkat
edema
(5)
3) Cuci tangan sebelum dan sesudah
3) Nyeri menurun (5)
kontak dengan pasien dan
lingkungan pasien
4) Pertahankan teknikn aseptic pada
pasein beresiko tinggi
Edukasi :
Kolaborasi :
Edukasi :
Edukasi :
1) Jelaskan tujuan dan prosedur
pemantauan
2) Informasikan hasil pemantauan
K. Discharger planning
1. Kesiapan pasien dalam proses pulang
2. Pemberian pendidikan kesehatan terkait beberapa hal setelah post op SC.
3. Penjelasan teknik menyusui dengan benar
4. Penjelasan tanda dan gejala infeksi post op SC.
DAFTAR PUSTAKA
Anggraini. 2016. Asuhan Keperawatan pada Ny. S dengan Post Sectio Caesaria. Surakarta
UMS.
Gulardi , Wiknjosastro, Hanifa, 2013, Ilmu Kebidanan, Edisi Ketiga, Jakarta : YBP-SP
TINJAUAN KHUSUS
NIM : 2002073
1. IDENTITAS
A. PASIEN
Nama : Ny. A
Umur : 37 Tahun
Suku/Bangsa : Jawa/Indonesia
Agama : Islam
Pendidikan : SMK
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Status Perkawinan : Kawin
Alamat : Gajah Timur Dalam 1 RT/RW 5/8 , Semarang
No. RM : 196xxx
Tanggal Masuk : 2 Januari 2023 Jam 15.00 WIB
Diagnosa Media : Post OP Sectio Caesarea G1 P0 A0
B. PENANGGUNG JAWAB
Nama : Tn. H
Umur : 38 tahun
Suku/Bangsa : Jawa/Indonesia
Agama : Islam
Pendidikan : SMK
Pekerjaan : Pegawai
Status Perkawinan : Kawin
Alamat : Gajah Timur Dalam 1 RT/RW 5/8 , Semarang
3. KELUHAN TAMBAHAN
- Pasien mengatakan perut terasa nyeri dan panas
6. RIWAYAT HAID
Menarche umur 17 tahun. Siklus 28 hari : Teratur, lamanya 7 hari, banyaknya darah :
kurang lebih 100 cc, sifat darah : encer dan tidak bau, tidak sakit. HTHP : 6 mei 2021 ,
HPL : 13 Februari 2023, Fluor Albus : tidak ada, warna : tidak ada, sifatnya : tidak ada,
baunya : tidak ada.
b. Pola Eliminasi
1) Sebelum masuk rumah sakit BAB
a) Frekuensi : 2 kali / hari, waktu : pagi hari dan sore hari, Konsistens : Padat
b) Penghantar untuk BAB : Tidak Ada
c) Pemakaian obat pencahar : Tidak Ada
d) Keluhan : Tidak Ada
e) Upaya yang dilakukan : Tidak Ada
f) BAK : Frekuensi : 8 kali/hari, jumlah : 250 – 500 cc/kg BB/jam
g) Warna : Kuning keruh
h) Bau : Tidak Ada
i) Keluhan : Tidak Ada
j) Upaya yang dilakukan : Tidak ada
k) Alat bantu BAK : Tidak ada
2) Selama dirumah sakit
BAB
a) Frekuensi : sekali/hari, waktu : sore hari , konsistensi : Padat
b) Penghancur untuk BAB : Tidak ada
c) Pemakaian obat pencahar : Tidak Ada
d) Keluhan : Tidak Ada
e) Upaya yang dilakukan : Tidak Ada
BAK
Makan/minum √
Mandi √
Toileting √
Berpakaian √
Mobilisasi √
Berpindah √
Ambulasi/romm √
Keterangan :
0 : mandiri
1 : dibantu orang lain sebagian kecil
2 : dibantu orang lain 50%
3 : dibantu orang lain dan alat
4 : tergantung total (100% dibantu)
b) Istirahat
- Apakah klien mengungkapkan perasaan jenuh, bosan atau cepat lelah,
kurang istirahat ? Pasien mengatakan kecapean karena tidak nyaman
dengan lukanya dengan skala nyeri 4
- Apakah klien merasa terganggu dengan suasana baru? Pasien tidak
merasa terganggu dengan suasana baru
- Apakah ada alat medic yang dipakai klien/klien merasa terganggu? Tidak
c) Kebutuhan tidur
- Tidur siang : 1 jam
- Tidur malam : 3 jam
- Apakah ada kesulitan tidur : pasien mengatakan susah tidur karena
memikirkan bayinya
- Upaya yang dilakukan : melakukan relaksasi nafas dalam
4. Pola kebersihan diri
a. Sebelum masuk RS
1) Kersihan Kulit
a) Kapan kebiasaan mandi : pasien mengatakan kebiasaan mandi pada pagi hari
dan sore hari
b) Mandi menggunakan sabun, shampoo dan pasta gigi
2) Kebersihan Rambut
a) Kapan kebiasaan mencuci rambut : pasien mengatakan mencucui rambut 2
hari sekali
b) Menggunakan shampoo
3) Kebersihan telinga
a) Kapan merawat telinga : pasien mengtakan ketika telinga mulai gatal akan
dibersihkan dengan cotton bud.
b) Apakah memakai alat bantu pendengaran? Tidak
c) Apakah sering atau pernah mengeluarkan cairan? Tidak
4) Kebersihan mata
a) Kapan membersihkan mata : Ketika mandi
b) Caranya bagaimana : dengan diusap-usap dengan air
5) Kebersihan kuku
a) Kapan kebiasaan memotong kuku? Pada saat kuku mulai panjang
b) Apakah ada gangguan pada kuku? Tidak ada
b. Selama di RS
1) Kebersihan kulit
a) Kebiasaan mandi : sehari sekali
b) Mandi menggunakan sabun
c) Perubahan yang terjadi pada kulit : pasien mengeluh adanya perubahan warna
pada kulit wajah sedikit kusam, kulit kaki dan kulit tangan sedikit ada bercak
hitam dan kulit terasa kering.
2) Kebersihan rambut
a) Kapan kebiasaan mencuci rambut : belum keramas selama di rumah sakit
b) Menggunakan shampoo : Belum menggunakan shampoo
c) Adakah perubahan pada kulit kepala? Tidak ada
3) Kebersihan telinga
a) Kapan merawat telinga : ketika telinga terasa gatal
b) Apakah memakai alat bantu pendengaran? Tidak ada
c) Adakah sering mengeluarkan cairan? Tidak ada
4) Kebersihan mata
a) Apakah ada gangguan pada mata : tidak ada
b) Kapan membersihkan mata/ dengan cara apa? Ketika mandi dengan cara
mengusap dengan waslap
5) Kebersihan mulut
a) Kapan kebiasaan menggosok gigi dalam sehari : saat mandi
b) Menggosok gigi menggunakan pasta gigi
c) Apakah menggunakan gigi palsu? Tidak
6) Kebersihan kuku
a) Kapan kebiasaan memotong kuku : ketika kuku mulai panjang
b) Apakah ada gangguan pada kuku? Tidak Ada
5. Pola reproduksi-seksualitas
a. Apakah ada gangguan pada organ reproduksi : tidak ada
b. Adakah gangguan dalam hubungan seksual selama hamil : tidak ada
c. Bila ada bagaimana cara mengatasinya : tidak ada
d. Bagaimana pamahaman tentang fungsi seksual : paham
6. Pola kognitif-persepsi/sensori
a. Keadaan mental : Sadar
b. Berbicara : Mampu mengekspresikan pendapat
c. Bahasa yang dikuasai : Indonesia Jawa
d. Kemampuan Membaca Berkomunikasi Memahami
e. Ketrampilan berinteraksi : Memadai
f. Tingkat ansietas disertai data/alasannya : Ringan
g. Pendengaran Menggunakan alat bantu : tidak
h. Tinitus : Tidak ada
i. Terganggu kanan/kiri : tidak
j. Tuli kiri/kanan : Tidak Ada
k. Penglihatan
- Tidak ada gangguan penglihatan
- Kacamata : tidak
- Lensa Kontak : tidak
- Mata palsu kanan/kiri : tidak
- Buta kanan/kiri : tidak
- Gangguan mata kanan /kiri : 0 diplopia 0 katarak
l. Vertigo : Tidak ada
m. Nyeri atau Tidak nyaman : Terasa nyeri dibagian punggung dan perut
n. Pengetahuan tentang melahirkan : Pasien mengatakan belum begitu paham tentang
jenis melahirkan dan perawatan setelah melahirkan.
8. Pola Koping
a. Pengambilan keputusan : klien dan suami
b. Upaya yang dilakukan untuk mengatasi masalah : berdiskusi dengan suami
9. Pola peran-hubunga
a. Status pekerjaan : Ibu rumah tangga
b. Jenis pekerjaan
- Ibu rumah tangga
c. System pendukung Ada : Pasangan dan Keluarga seluruh
d. Dukungan keluarga selama masuk RS : Ada dukungan
e. Hubungan selama di RS
- Bagaimana hubungan dengan suami : Baik
- Bagaimana hubungan dengan anggota keluarga : Baik
- Bagaimana hubungan dengan masyarakat : Baik
- Bagaimana hubungan dengan pasien lain : Baik
- Bagaimana hubungan dengan petugas kesehatan : Baik
c. Antropometri
- TB : 158 cm
- BB : Sebelum hamil 75 kg, Sesudah hamil 86 kg
- Tanda Vital
TD : 140/94 mmHg
Nadi : 86 x/menit
Suhu : 36,7 ◦C
Pernapasan : 20x/menit
Tekanan Darah diukur di lengan kiri bagian atas.
- Posisi pasien supinasi
- Nadi diukur dengan alat tensi digital
- Pernafasan diukur dengan enggunakan arloji
- Suhu diukur didahi
d. Pemeriksaan Fisik :
1) Kepala
a) Bentuk kepala
- Pertumbuhan Rambut : Lebat
- Kebersihan kulit kepala : bersih dan tidak ada luka
b) Muka
- Kesan Wajah : Simetris , tidak pucat , tidak edema.
- Cloasma gravidarum : Tidak Ada
c) Mata :
- Kebersihan : kedua mata bersih
- Conjungtiva : Tidak Anemis
- Sclera : Tidak Icteric
- Otot – ekstraokuler
- Tekanan bola mata : Tidak Ada
- Visus : 6/6
- Reflek cahaya : pupil pasien dapt merespon cahaya dengan baik
- Pupil : Isokor
d) Telinga
- Bentuk : simetris
- Kebersihan : Terjaga
- Pemeriksaan lubang telinga dan membrane timpani : Belum Ada
- Pengeluaran cairan : Tidak ada
- Fungsi pendengaran : berfungsi dengan baik
- Penggunaan alat bantu pendengaran : Tidak Ada
- Mastoid : Tidak Ada
- Nyeri / Tidak : Tidak Ada
e) Hidung
- Posisi septum : Terletak persis ditengah
- Secret hidung : Tidak ada
- Nyeri sinus : Tidak Ada
- Fungsi pembauan : Masih berfungsi dengan baik.
- Acecoris hidung : Tidak Ada
f) Mulut dan gigi
- Kebersihan : bersih
- Kemampuan berbicara : normal
- Keadaan bibir : normal
- Warna lidah : merah muda
- Acecoris lidah : tidak memakai
- Keadaan palatum : Lunak
- Gigi – geligi : kondisi : bersih, tidak ada gigi palsu.
- Orofaring : tidak bau nafas
2) Leher
- Pembuluh darah vena yugolaris (JVP) : Tidak Ada
- Pembesaran Tyroid : Tidak Ada
- Deviasi Trechea : Tidak Ada
- Pembesaran kelanjar getah bening : Tidak Ada
- Gerakan : Normal
3) Dada
a) Inspeksi :
- Simetris : Ya
- Bentuk dada dari depan lateral dan belakang : simetris
- Retraksi dada : Tidak Ada
- Ketinggalan gerak : Tidak Ada
- Jenis pernapasan : Vesikuler
- Ukuran dada : Simetris
- Ictu cordis : tidak ada
b) Palpasi
- Simetris pada waktu bernapas
- Rasa sakit : Tidak Ada
- Nyeri tekan : Tidak Ada
- Tidak ada massa
- Pulsasi : Tidak Ada
- Pernapasan vesikuler , kecepatan : 20x/mnt
- Ukuran dada : Simetris
- Ictus cordis : Teraba
c) Perkusi :
- Bandingkan suara perkusi dari seluruh dada : vesikuler
- Batas jantung Atas: ICS 2/4 sinistra Kiri: Linea mid klavikularis
sinistra Kanan: Linea sternalis dextra Bawah: ICS 5
- Batas Paru: ICS 1 sampai ditemukan suara dulness
d) Auskultasi
- Suara vesikuler paru : vesikuler
- Suara tambahan : tidak ada suara nafas tambahan
- Bunyi jantung IV, I, II, III: BJ I dan BJ II tunggal
4) Payudara
a) Inspeksi
- Bentuk kanan kiri : Simetris
- Pembesaran : Tidak Ada
- Kebersihan : Bersih
- Areola Mamae : Hiperpigmentasi
- Papilla mamae : Menonjol
b) Palpasi
- Konsistensi : Tidak Ada
- Pembesaran : Tidak Ada
- Massa/tumor : Tidak Ada
- Kolostrum : belum keluar
- ASI : Belum keluar
- Keluhan Payudara : pasien mengatakan sedikit keras
5) Axilla
- Tumor : Tidak ada
- Nyeri : Tidak
6) Punggung :
- Bentuk : Normal
- Kelainan : tidak ada
7) Abdomen :
a) Inspeksi
- Warna kulit : Kuning langsat
- Arah pembesaran perut : abdomen pasien simetris tampak luka post op
di area umbilikus
- Striae : Ada
- Hiperpigmentasi linea alba : Ada
b) Palpasi
- TFU : 1 jari dibawah pusat
- Kontraksi Uterus : Kuat dan Keras
- Visika Urinaria : Lunak
c) Perkusi
- Hepar tidak teraba
- Limpa tidak teraba dan tidak ada pembesaran
d) Auskultasi
- Peristaltik usus terdengar 16 x/mnt
8) Genetalis dan Anus
Inspeksi
a) Vulva Vagina Parineum
- Vulva vagina parineum :
Vulva vagina perineum tampak perdarahan pervagina, perdarahan ¼
pempers, tidak terdapat varises, tidak ada pembesaran kelenjar
bartolini, perineum utuh, tidak ada penyakit kelamin
- Anus
Tidak terdapat Pembesaran vena/hemoroid tidak ada massa/ tumor
a) Ekskremitas
- Ekstremitas atas :
Anggota gerak lengkap, tidak ada kelainan jari, tidak ada tonus otot,
kesimetrisan gerak tampak simetris, tidak ada clubing finger, dan
terpasang infus RL + Oksitosin 1amp 20 tpm di lengan kanan
- Ekstremitas bawah :
Anggota gerak lengkap, kaki kanan dan kiri tampak simetris , tidak
terdapat oedema, tidak terdapat varices, bentuk kaki tampak normal,
tidak ada kelainan pada telapak kaki, tidak ada kaki gajah, dan tidak
ada keluhan pada bagian ekstremitas bawah
9) Reflek
a) Reflek Fisiologis
- Biseps, Triseps, Lutut, Achiles : positif
b) Reflek Patologis
- Babinski : Positif
- Lutut : Positif
16. DIAGNOSTIK TEST
ANALISA DATA
1 DS :
bergerak
- Terdapat sayatan sepanjang 10
cm di perut
- Jahitan vertikal
- Pasien terlihat menahan nyeri
- TD : 140/94
- RR : 20
- SPO2 : 99
2 DS : Nyeri
NO DIAGNOSE KEPERAWATAN
DS :
DS :
Penegakan diagnosis keperawatan pada hari Selasa 03 Januari 2023 jam 13.00 WIB oleh:
Taufiqur Rohman
RENCANA KEPERAWATAN
Ruangan : Alpha
b. Terapeutik
1. Berikan teknik
nonfarmakologis
dengan relaksasi
napas dalam.
2. Control lingkungan
yang memperberat
rasa nyeri (mis. Suhu
ruangan,
pencahayaan,
kebisingan)
c. Edukasi
1. Jelaskan penyebab,
periode, dan
pemicu nyeri
2. Jelaskan strategi
meredakan nyeri
3. Anjurkan nenonitor
nyeri secara
mandiri
4. Kalaborasi
pemberian
analgetik.
Taufiqur Rohman
Taufiqur Rohman
Rohman
Taufiqur
Rohman
Taufiqur Rohman
Taufiqur Rohman
Taufiqur Rohman
Taufiqur Rohman
Taufiqur
Rohman
CATATAN PERKEMBANGAN
HARI PERTAMA
Ruangan : Alpha
13.25 WIB
2 Gangguan Mobilitas 03-01-2023 I:
fisik berhubungan
13.30 WIB 1. Mengindentifikasi adanya Nyeri
dengan nyeri
atau keluhan fisik lainnya.
- Tidak terdapat keluhan fisik
lainnya
2. Libatkan keluarga untuk membantu Taufiq
pasien dalam meningkatkan
pergerakan.
- keluarga ikut terlibat dalam
membantu pasien untuk
melakukan mobilisasi
3. Mengajarkan mobilisasi sederhana
yang harus dilakukan (mis. Duduk
13.35 WIB di tempat tidur, duduk disisi tempat
tidur, pindah dari tempat tidur ke
kursi).
- Pasien masih belum
sanggup untuk melakukan
mobilisasi duduk di tempat
tidur
E:
S:
Taufiq
- Pasien mengatakan badan
terasa lemas
13.40 WIB O:
Taufiq
DO:
Taufiq
- Bekas luka post OP SC
- Pasien terpasang infus dan
kateter.
14.05 WIB
- Badan teraba hangat, kulit tidak
kemerahan
- Cek GDS : 186 mg/dl
2. Cuci tangan sebelum dan sesudah
kontak dengan pasien dan
lingkungan pasien
DS: - Taufiq
14.10 WIB DO:
- Perawat selalu mencuci
tangan dengan hand
sanitaizer dan hand soap
sebelum dan sesudah ke
pasien
3. Pertahankan teknik aseptik pada
pasien beresiko tinggi (oral
hygiene, mengganti plester kateter,
pemberian obat Injeksi
DS: -
DO:
- Perawat selalu
mempertahan teknik
aseptik saat memberikan Taufiq
tindakan keperawatan pada
14.15 WIB pasien
E: -
S:-
O:
14.30 WIB
HARI KE DUA
O:
Taufiq
I:
E:
S:
O:
09.25 WIB
- Pasien tampak menahan sakit Taufiq
P: Lanjutkan intervensi
10.10 WIB I:
E:
10.25 WIB S:
O:
O:
DS:-
DO: Taufiq
- Suhu : 36,3
- Bekas luka post op SC
- Kulit teraba hangat kulit tidak
kemerahan
- GDS: 136 mg/dl
11.20 WIB
2. Cuci tangan sebelum dan sesudah
kontak dengan pasien dan lingkungan
pasien
DS: -
DO:
E:
S:
O: Taufiq