Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN

KEPERAWATAN DENGAN KASUS POST PARTUM DI

RUANG BERSALIN RUMAH SAKIT RIZANI

PROBOLINGGO

Disusun Oleh :

MUFIDAH

14201.12.20025

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN

STIKES HAFSHAWATY PESANTREN ZAINUL HASAN

PROBOLINGGO

2023
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN
DENGAN KASUS POST PARTUM DI RUANG BERSALIN
RUMAH SAKIT RIZANI PROBOLINGGO

Telah disahkan pada:


Hari :
Tanggal :

Probolinggo, Januari 2023


Mahasiswa

Pembimbing Ruangan Pembimbing Akademik

Kepala Ruangan
LAPORAN PENDAHULUAN POST PARTUM

A. Anatomi Fisiologi
Genetalia Internal
Genetalia interna wanita merupakan organ atau alat kelamin
yang tidak Nampak dari luar dan terletak di bagian dalam sehingga
hanya dapat dilihat dengan alat khusus atau pembedahan. Genetalia
interna terdiri atas vagina (liang senggama), uterus (rahim), tuba
falopi (saluran telur) dan ovarium (indung telur).

1. Vagina
Secara anatomi, vagina merupakan organ yang berbentuk
tabung dan membentuk sudut kurang lebih 60 derajat dengan
bidang horizontal. Namun, posisi ini berubah sesuai dengan isi
vesika urinaria. Dinding ventral vagina yang ditembus serviks
panjangnya7,5 cm, sedangkan panjang dinding posterior kurang
lebih 9 cm. Dinding anterior dan posterior ini tebal dan dapat
diregang. Dinding lateralnya di bagian cranial melekat pada
ligament Cardinale, dan di bagian kaudal melekat pada diafragma
pelvis sehingga lebih rigid dan terfiksasi. Vagina ke bagian atas
berhubungan dengan uterus, sedangkan bagian kaudal membuka
pada vestibulum vagina pada lubang yang disebut introitus
vaginae.

2. Serviks
Serviks adalah bagian dibawah rahim yang terhubung ke
vagina. Salah satu fungsi serviks adalah memproduksi lendir atau
mucus. Lendir membantu menyalurkan sperma dari vagina ke
rahim saat berhubungan seksual. Serviks juga berfungsi
melindungi rahim dari bakteri dan benda asing dari luar.

3. Rahim (Uterus)
Bentuk rahim seperti buah pir, dengan berat sekitar 30
gram. Terletak di panggul kecil di antara rektum (bagian usus
sebelum dubur) dan di depannya terletak kandung kemih. Hanya
bagian bawahnya disangga oleh ligament yang kuat, sehingga
bebas untuk tumbuh dan berkembang saat kehamilan. Ruangan
rahim berbentuk segitiga dengan bagian besarnya di atas. Terdapat
ligament dari bagian atas rahim (fundus) menuju lipatan paha
(kanalis inguinalis), sehingga kedudukan rahim menjadi ke arah
depan.
Lapisan otot rahim terdiri dari tiga lapis, yang mempunyai
kemampuan untuk tumbuh-kembang sehingga dapat memelihara
dan mempertahankan kehamilan selama sembilan bulan. Rahim
juga merupakan jalan lahir yang penting dan mempunyai
kemampuan untuk mendorong janin lahir. Rahim atau uterus juga
berperan dalam pengeluaran darah haid yang ditandai dengan
adanya perubahan pelepasan endometrium. Segera setelah
persalinan otot rahim dapat menutup pembuluh darah untuk
menghindari perdarahan. Setelah persalinan, dalam waktu 42 hari
rahim dapat mengecil seperti semula.
Ukuran uterus berbeda-beda tergantung pada usia dan
pengalaman melahirkan. Ukuran uterus pada anak- anak 2-3 cm,
nuli para 6-8 cm dan mnulti para 8-9 cm. Uterus terdiri dari dua
bagian utama, yaitu serviks dan korpus uteri.
a. Servik uteri Servik
Uterus merupakan bagian terbawah uterus, yang terdiri dari
pars vaginalis dan pars supravaginalis. Komponen utama
dalam serviks uteri adalah otot polos, jalinan jaringan ikat
(kolagen dan glikosamin) dan elastin. Bagian luar di dalam
rongga vagina yaitu portio cervicis uteri dengan lubang ostium
uteri externum yang dilapisi epitel skuamokolumnar mukosa
serviks, dan ostium uteri internum.
b. Korpus uteri
Korpus uteri terdiri dari 3 lapisan utama, yaitu:
1) Lapisan paling luar (perimetrium)
Lapisan ini merupakan lapisan serosa/ peritonium
yang melekat pada ligamentum uteri di intra
abdomen.
2) Lapisan tengah (myometrium)
Lapisan ini merupakan lapisan muscular/
miometrium yang berupa tiga lapis otot polos.
Lapisan miometrium ini memiliki bentuk yang
berbeda, yaitu lapisan paling luar membentuk
longitudinal, lapisan tengah berupa anyaman, dan
lapisan dalam berjalan sirkular.
3) Lapisan paling dalam (endometrium)
Lapisan ini merupakan lapisan endometrium yang
melavisi cavum uteri. Lapisan ini menebal dan
runtuh sesuai dengan siklus haid yang disebabkan
pengaruh hormon-hormon ovarium.
4. Tuba Falopi
Tuba falopi berasal dari ujung ligamentum latum berjalan ke
arah lateral dengan panjang sekitar 12 cm dengan diameter 3-8
mm. Fngsi dari tuba falopi ini antara lain: menangkap dan
membawa ovum dari ovarium ke uterus dan tempat terjadinya
konsepsi. Tuba falopii bukan mempunyai bagian yang lebar
sehingga membedakannya menjadi empat bagian, yaitu: a. Pars
interstisialis
Merupakan bagian tuba yang berjalan dari dinding uterus mulai
dari ostium tuba.
b. Pars ismika
Pars ismika merupakan bagian tuba setelah ke luar dinding
uterus. Pars ismika merupakan bagian yang lurus dan
sempit.
c. Pars ampularis
Pars ampularis merupakan bagian tuba antara pars ismika
dengan infundibulum. Pars ampularis merupakan bagian tuba
yang paling lebar dan berbentuk S. Pars ampularis merupakan
tempat terjadinya konsepsi.
d. Infundibulum
Infundibulum merupakan bagian ujung dari tuba dengan
umbai-umbai yang disebut fimbrae. Fungsi dari fimbrae untuk
menangkap ovum yang matang. Lubang pada fimbrae disebut
ostium abdominale tuba.
Tuba falopii merupakan bagian yang sangat sensitif terhadap infeksi
dan menjadi penyebab utama terjadinya kemandulan (infertilitas). Fungsi tuba
falopii sangat vital dalam proses kehamilan, yaitu menjadi saluran
spermatozoa dan ovum, mempunyai fungsi penangkap ovum, tempat
terjadinya pembuahan (fertilitas), menjadi saluran dan tempat pertumbuhan
hasil pembuahan sebelum mampu menanamkan diri pada lapisan dalam rahim.
5. Ovarium
Indung Telur (Ovarium) Ovarium homolog dengan testis pada lakilaki.
Organ ini berbentuk oval dan terletak di dinding panggul bagian lateral yang
disebut fossa ovarium. Ia juga berada di antara rahim dan dinding panggul dan
digantung ke rahim oleh ligamentum ovaribiproprium dan ke dinding panggul
oleh ligamentum infudibulo- pelvikum. Indung telur merupakan sumber
hormonal wanita yang paling utama, sehingga mempunyai dampak kewanitaan
dalam mengatur proses menstruasi. dua fungsi Organ ini mengeluarkan hormone
progesterone dan estrogen serta mengeluarkan telur setiap bulan.
Pengeluaran ovum oleh indung telur terjadi setiap bulan silih berganti
antara kanan dan kiri. Pada saat telur (ovum) sedang dikeluarkan, maka seorang
wanita sedang berada dalam "masa subur". Jumlah telur pada wanita tergantung
dengan usia individu, antara lain:
a. Saat lahir : 750.000 buah
b. 6-15 tahun : 439.000 buah
c. 16-25 tahun : 159.000 buah
d. 26-35 tahun : 59.000 buah
e. 35-45 tahun : 34.000 buah
f. Menapause : menghilang
B. Definisi
Masa nifas atau puerperium dimulai sejak 2 jam setelah lahirnya plasenta
sampai dengan 6 minggu (42 hari) (Dewi dan Sunarsih, 2019). Masa nifas
(puerperium) adalah masa yang dimulai setelah plasenta keluar dan berakhir ketika
alat-alat kandungan kembali seperti keadaan semula (sebelum hamil). Masa nifas
berlangsung selama kira-kira 6 minggu (Sulistyawati, 2017).
Menurut Marmi (2018), postpartum adalah masa beberapa jam sesudah
lahirnya plasenta sampai minggu keenam setelah melahirkan. Masa post pertum
dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali
pada masa sebelum hamil yang berlangsung kira-kira enam minggu.
C. Klasifikasi
Klasifikasi masa nifas 3 tahapan:
a. Immediate post partum yaitu masa segera setelah plasenta lahir sampai dengan
24 jam post partum.
b. Early post partum adalah masa dari 24 jam setelah post partum sampai 1
minggu post partum
c. Late post partum adalah masa dari 1 minggu post partum sampai 5 minggu
post partum
Masa nifas dibagi ke dalam 3 periode :
a. Puerperium dini yaitu keputihan dimana ibu telah diperbolehkan berdiri
maupun berjalan-jalan.
b. Puerperium intermedial yaitu keputihan menyeluruh alat-alat genetalia yang
lamanya 6 – 8 minggu.
c. Remote puerperium yaitu waktu yang diperlukan untuk pulih kembali dan
sehat sempurna baik selama hamil atau sempurna berminggu-minggu,
berbulan-bulan atau tahunan.
D. Etiologi
Penyebab persalinan ada beberapa teori menghubungkan dengan faktor hormonal,
struktur rahim, sirkulasi rahim, pengaruh tekanan pada saraf dan nutrisi (Hafifah,
2018).
1) Teori penurunan hormone
1-2 minggu sebelum partus mulai, terjadi penurunan hormone progesterone
dan estrogen. Fungsi progesterone sebagai penenang otot-otot polos rahim dan
akan menyebabkan kekejangan pembuluh darah sehingga timbul his bila
progesterone turun.
2) Teori placenta menjadi tua
Turunnya kadar hormone estrogen dan progesterone menyebabkan kekejangan
pembuluh darah yang menimbulkan kontraksirahim.
3) Teori distensi rahim
Rahim yang menjadi besar dan merenggang menyebabkan iskemik otot-otot
rahim sehingga mengganggu sirkulasi utero-plasenta.
4) Teori iritasi mekanik
Di belakang servik terlihat ganglion servikale (fleksus franterrhauss). Bila
ganglion ini digeser dan di tekan misalnya oleh kepala janin akan timbul
kontraksi uterus.
5) Induksi partus
Dapat pula ditimbulkan dengan jalan gagang laminaria yang dimasukkan
dalam kanalis servikalis dengan tujuan merangsang pleksus frankerhauser,
amniotomi pemecahan ketuban, oksitosin drip yaitu pemberian oksitosin
menurut tetesan perinfus.
E. Patofisiologi
Dalam masa post partum atau masa nifas, alat-alat genetalia interna maupun
eksterna akan berangsur-angsur pulih kembali seperti keadaan sebelum hamil.
Perubahan-perubahan alat genetal ini dalam keseluruhannya disebut “involusi”.
Disamping involusi terjadi perubahan- perubahan penting lain yakni
memokonsentrasi dan timbulnya laktasi yang terakhir ini karena pengaruh lactogenik
hormon dari kelenjar hipofisis terhadap kelenjar-kelenjar mama. Otot-otot uterus
berkontraksi segera post psrtum, pembuluh-pembuluh darah yang ada antaranyaman
otot-otot uretus akan terjepit. Proses ini akan menghentikan pendarahan setelah
plasenta lahir. Perubahan-perubahan yang terdapat pada serviks ialah segera post
partum bentuk serviks agak menganga seperticorong, bentuk ini disebabkan oleh
korpus uteri terbentuk semacam cincin. Peruabahan-perubahan yang terdapat pada
endometrium ialah timbulnya trombosis, degenerasi dan nekrosis ditempat implantasi
plasenta pada hari pertama endometrium yang kira- kira setebal 2-5 mm itu
mempunyai permukaan yang kasar akibat pelepasan desidua dan selaput janin
regenerasi endometrium terjadi dari sisa-sisa sel desidua basalis yang memakai waktu
2 sampai 3 minggu. Ligamen-ligamen dan diafragma palvis serta fasia yang
merenggang sewaktu kehamilan dan pertu setelah janin lahir berangsur-angsur
kembali seperti sedia kala (Mitayani, 2015).
Tahap-tahap persalinan
1. Kala I dimulai dari pada saat persalinan sampai pembukaan lengkap (10 cm).
Proses ini terbagi dalam 2 fase. Fase laten (8 jam) servik membuka sampai 5
cm dan fase aktif (7 jam) servik membuka diri 3 sampai 10 cm kontraksi lebih
kuat dan sering selama fase aktif.
2. Kala II dimulai dari pembukaan lengkap (10 cm) sampai bayi lahir, proses ini
biasanya berlangsung 2 jam pada primi dan 1 jam pada multi.
3. Kala III dimulai segera setelah bayi lahir sampai lahirnya plasenta yang
berlangsung tidak lebih dari 30 menit.
4. Kala IV dimulai dari saat lahirnya plasenta sampai 2 jam pertama pos partum
F. Pathway

Kehamilan (37-42 Minggu)

Tanda-Tanda Inpartu

Proses persalinan

Kala I Kala II Kala III Kala IV

Kontraksi Uterus Partus Pelepasan Plasenta Post Partum

MK MK
Nyeri Partus
Resiko Resiko Infeksi

MK: Pendarah Taking hold


Ansietas Kerja Jantung

Kelelahan (O2 ) Belum


pengalam
an
MK:
Keletihan
MK:
MK:
Ketidaknyaman
Defisit
an pasca Pengetahuan
partus
G. Manifestasi Klinis
a. Involusi uterus
Adalah proses kembalinya alat kandungan uterus dan jalan lahir setelah bayi
dilahirkan sehingga mencapai keadaan seperti sebelum hamil. Setelah plasenta lahir,
uterus merupakan alat yang keras, karena kontraksi ini menyebabkan rasa nyeri /
mules-mules yang disebut after pain post partum terjadi pada hari ke-2-3 hari.
i. Bayi lahir fundus uteri setinggi pusat dengan berat uterus 1000 gr.
ii. Akhir kala III persalinan tinggi fundus uteri teraba 2 jari dibawah pusat
dengan berat uterus 750 gr.
iii. Satu minggu post partum tinggi fundus uteri teraba pertengahan pusat
simpisis dengan berat uterus 500 gr.
iv. Dua minggu post partum tinggi fundus uteri tidak teraba diatas simpisis
dengan berat uterus 350 gr.
v. Enam minggu post partum fundus uteri bertambah kecil dengan berat uterus
50 gr.
b. Kontraksi uterus
Intensitas kontraksi uterus meningkat setelah melahirkan berguna untuk mengirangi
volume cairan intra uteri. Setelah 1-2 jam post partum, kontraksi menurun stabil
beururtan, kontraksi uterus menjepit pembuluh darah pada uteri sehingga
perdarahan setelah plasenta lahir dapat berhenti.
c. After pain
Terjadi karena pengaruh kontraksi uterus, normal sampai hari ke-3. After pain
meningkat karena adanya sisa plasenta pada vacum uteri, dan gumpalan darah (stoll
cell) dalam vacum uteri.
d. Endometrium
Pelepasan plasenta dan selaput janin dari dinding rahim terjadi pada stratum
spunglosum, bagian atas setelah 2-3 hari tampak bahwa lapisan atas dari stratum
sponglosum yang tinggal menjadi nekrosis keluar dari lochia. Epitelisasi
endometrium siap dalam 10 hari, dan setelah 8 minggu endometrium tumbuh
kembali. Epitelisasi tempat plasenta +3 minggu tidak menimbulkan jaringan parut,
tetapi endometrium baru, tumbuh dibawah permukaan dari pinggir luka.
e. Ovarium
Selama hamil tidak terjadi pematangan sel telur. Masa nifas terjadi pematangan sel
telur, ovulasi tidak dibuahi terjadi menstruasi, ibu menyusui mentruasinya
terlambat karena pengaruh hormone proklatin.
f. Lochea
Adalah cairan yang dikeluarkan dari uterus melalui vagian dalam masa nifas, sifat
lochea alkalis sehingga memudahkan kuman penyakit berkembang biak. Jumlah
belih banyak dari pengeluaran darah dan lendir waktu menstruasi, berbau anyir,
tetapi tidak busuk.
i. Lochea rubra
Pada hari 1-2 berwarna merah, berisi lapisan decidua, sisa-sisa chorion, liguor
amni, rambut lanugo, verniks caseosa sel darah merah.
ii. Lochea sanguinolenta
Dikeluarkan hari ke 3-7 warna merah kecoklatan bercampur lendir, banyak
serum selaput lendir, leukosit, dan kuman penyakit yang mati.
iii. Lochea serosa
Dikeluarkan hari ke 7-10, setelah satu minggu berwarna agak kuning cair dan
tidak berdarah lagi.
iv. Lochea alba
Setelah 2 minggu, berwarna putih jernih, berisi sekaput lendir, mengandung
leukosit, sel epitel, mukosa serviks dan kuman penyakit yang telah mati.
g. Serviks dan vagina
Beberapa hari setelah persalinan, osteum externum dapat dilalui oleh 2 jari dan
pinggirnya tidak rata (retak-retak). Pada akhir minggu pertama hanya dapat dilalui
oleh 1 jari saja. Vagina saat persalinan sangat diregang lambat dan laun mencapai
ukuran normal dan tonus otot kembali seperti biasa, pada minggu ke-3 post partum,
rugae mulai nampak kembali.
h. Perubahan pada dinding abdomen
Hari pertama post partum dinding perut melipat dan longgar karena regang begitu
lama. Setelah 2-3 minggu dinding perut akan kembali kuat, terdapat striae melipat,
dastosis recti abdimonalis (pelebaran otot rectus/perut) akibat janin yang terlalu
besar atau bayi kembar.
i. Perubahan sistem kardiovaskuler
Volume darah tergantung pada jumlah kehilangan darah selama partus dan eksresi
cairan extra vasculer.
j. Perubahan sistem urinaria
Fungsi ginjal normal, dinding kandung kemih memperlihatkan oedema dan
hiperemi karena desakan pada waktu janin dilahirkan. Kadang-kadang oedema
trigonum, menimbulkan obstruksi dari uretra sehingga terjadi retensio urine.
Pengaruh laserasi/episiotomi yang menyebabkan refleks miksi menurun.
k. Perubahan gastro intesinal
Terjadi gangguan rangsangan BAB atau konstipasi 2-3 hari post partum.
Penyebabnya karena penurunan tonus pencernaan, enema, kekakuan perineum
karena episiotomi, laserasi, haemorroid dan takut jahitan lepas.
l. Perubahan pada mammae
Hari pertama bila mammae ditekan sudah mengeluarkan colustrum. Hari ketiga
produksi ASI sudah mulai dan jaringan mammae menjadi tegang, membengkak,
lebut, hangat dipermukaan kulit (vasokongesti vaskuler).
m. Laktasi
Pada waktu dua hari pertama nifas keadaan buah dada sama dengan kehamilan.
Buah dada belum mengandung susu melainkan colustrum yang dapat dikeluarkan
dengan memijat areola mammae. Colustrum yaitu cairan kuning dengan berat jenis
1.030-1.035 reaksi alkalis dengan mengandung protein dan garam, juga euglobin
yang mengandung antibodi. Baik yang terbaik dan harus dianjurkan kalau tidak ada
kontra indikasi.
n. Temperatur
Temperatur pada post partum dapat mencapai 38oC dan normal kembali dalam 24
jam. Kenaikan suhu ini disebabkan karena hilangnya cairan melalui vagina
ataupun keringat, dan infeksi yang disebabkan terkontaminasinya vagina.
o. Nadi
Umunya denyut nadi pada masa nifas turun di bawah normal. Penurunan ini akibat
dari bertambahnya jumlah darah kembali pada sirkulasi seiring terlepasnya
placenta. Bertambahnya volume darah menaikkan tekanan darah sebagai
mekanisme kempensasi dari jantung dan akan normal pada akhir minggu pertama.
p. Tekanan darah
Keadaan tensi dengan sostole 140 dan diastole 90 mmHg baik saat kehamilan
ataupun post partum merupakan tanda-tanda suatu keadaan yang harus diperhatikan
secara serius.
q. Hormon
Hormon kehamilan mulai berkurang dalam urine hampir tidak ada dalam 24 hari,
setelah 1 minggu hormon kehamilan juga menurun sedangkan prolaktin meningkat
untuk proses laktasi.
H. Pemeriksaan Penunjang
Jenis Pemeriksaan Diagnostik
1) Ultrasonografi
Ultrasonografi dapat mengidentifikasi kehamilan ganda, anomaly janin,
atau melokalisasi kantong pada amniosintesis.
2) Amniosintesis
Cara amnion dapat dikirim ke laboratorium untuk evaluasi kematangan
paru janin.
3) Pemantauan janin
Membantu dalam mengevaluasi janin.
4) Protein C-reaktif
Peningkatan protein C-reaktif serum menunjukkan peningkatan
korioamnionitis.
5) Histopatologi
Cairan ditampung dalam tabung reaksi kemudian dibakar sampai
tertinggal endapan tersebut dilihat dibawah mikroskop dan bila air ketuban
mengalami kelainan maka akan terlihat seperti daun pakis.
6) Kertas lakmus
Bila merah menunjukkan cairan mengandung urine yang bersifat asam,
bila biru menunjukkan cairan mengandung air ketuban yang bersifat basa.
7) Pemeriksaan Laboratorium
Adalah pemeriksaan untuk mendapat informasi tentang kesehatan pasien.
8) Pemeriksaan NST
Adalah cara pemeriksaan janin dengan menggunakan kardiotokografi,
pada umur kehamilan > 32. Pemeriksaan ini dilakukan dengan maksud
melihat hubungan perubahan denyut jantung dengan gerakan janin.
Pemeriksaan ini dapat dilakukan baik pada saat kehamilan maupun
persalinan.
Parameter Yang Diperiksa
1) Periksa fundus uteri tiap 15 menit pada jam pertama dan setiap 30 menit
pada jam kedua.
2) Periksa tekanan darah, nadi, kandung kemih dan perdarahan setiap 15
menit pada jam pertama dan 30 menit pada jam kedua.
3) Anjurkan ibu untuk minum dan tawarkan makanan yang di inginkan.
4) Bersihkan perineum dan kenakan pakaian ibu yang bersih dan kering.
5) Biarkan ibu beristirahat.
I. Penatalaksanaan
a. Penatalaksanaan Terapi
i. Farmakologis
Pasien yang telah di diagnosis dengan gangguan depresi post partum,
diberikan pengobatan dengan antidepressant.
ii. Psikoterapi
Psikoterapi sebagai tambahan dikombinasikan dengan fluoxetine .
iii. Hormonal Replacement Therapy
Estradiol telah dievaluasi sebagai pengobatan untuk depresi post partum
yang diberikan dengan estradiol yang mempunyai penurunan skor depresi
yangsignifikan selama bulan pertama.
iv. Profilaksis Treatment
Pasien yang mengalami riwayat depresi setelah kehamilannya dapat beresiko
menjadi depresi postpartum setelah melahirkan. Terapi preventif setelah
melahirkan harus dipertimbangkan pada pasien dengan riwayat depresi
sebelumnya.
b. Penatalaksanaan Operatif
i. Observasi ketat 2 jam post partum (adanya komplikasi perdarahan)
ii. 6-8 jam pasca persalinan : istirahat dan tidur dengan tenang,
usahakan miring kiri maupun kanan
iii. Hari ke 1-2 : memberikan KIE kebersihan diri, cara menyusui yang
benar dan perawatan payudara, perubahan-perubahan yang terjadi
pada masa nifas, pemberian informasi tentang senamnifas.
iv. Hari ke -2 : mulai latihan duduk
v. Hari ke -3 : diperkenakan latihan berdiri dan berjalan
J. Komplikasi
Komplikasi yang mungkin terjadi dalam persalinan adalah :
1) Infeksi
Pada pemeriksaan dalam untuk mengetahui kemajuan persalinan
kemungkinan dapat menyebabkan infeksi apabila pemeriksa tidak
memperhatikan Teknik septic.
2) Ruptur Perineum
Pada wanita dengan perineum yang kaku kemungkinan besar akan terjadi
rupture perineum, sehingga dianjurkan untuk melakukan episiotomy.
3) Atonia Uteri
Adalah suatu keadaan dimana uterus tidak bisa berkontraksi setelah janin lahir
sehingga menyebabkan perdarahan hebat.
4) Retensi Plasenta
Adalah kondisi dimana plasenta belum lahir selama 1 jam setelah janin lahir
sedangkan retensi sisa plasenta adalah terdapat sebagian plasenta yang masih
tertinggal setelah plasenta lahir.
5) Hematom Pada Vulva
Hematom dapat terjadi karena pecahnya pembuluh darah dalam dinding
lateral vagina bagian bawah waktu melahirkan.
6) Kolpapo reksis
Adalah robekan melintang atau miring pada bagian atas vagina sehingga
sebagian uterus dan serviksnya terlepas dari vagina. Hal ini dapat terjadi pada
persalinan dengan disproporsi kepala panggul.
7) Robekan serviks
Dapat terjadi pada serviks yang kaku dan his yang kuat.
8) Ruptur Uteri
Adalah robekan uterus merupakan kondisi yang sangat berbahaya dalam
persalinan karena dapat menyebabkan perdarahan hebat.
9) Emboli Air Ketuban
Merupakan peristiwa yang timbul mendadak akibat air ketuban masuk ke
dalam peredaran darah ibu melalui sinus vena yang terbuka pada daerah
plasenta dan menyumbat pembuluh-pembuluh kapiler dalam paru-paru.
a) Biarkan ibu berada didekat neonatus.
b) Berikan kesempatan agar ibu mulai memberikan ASI, hal ini juga dapat
membantu kontraksi uterus.
c) Bila ingin, ibu diperkenankan untuk ke kamar mandi untuk buang air
kecil.
d) Pastikan bahwa ibu sudah dapat buang air kecil dalam waktu 3 jam
pascapersalinan.
e) Berikan petunjuk kepada ibu atau anggota keluarga
mengenai: Cara mengamati kontraksi uterus
Tanda-tanda bahaya bagi ibu dan neonatus
Askep Post Partum Normal
1. Pengkajian
Data Subjektif
:
1) Tanggal / jam
2) Keluhan utama yaitu keluhan yang dirasakan oleh pasien pada saatdilakukan
pengkajian
3) Riwayat kehamilan yaitu riwayat positif/negatif pasien pada saatsebelum hamil dan
sesudah hamil
4) Riwayat persalinan
5) Riwayat persalinan:
a) Jenis Pesalinan
b) Komplikasi dalam persalinan
c) Placenta dilahirkan secara spontan atau tidak, dilahirkan lengkap atau tidak,
ada kelainan atau tidak, ada sisa placentaatau tidak.
d) Tali pusat
e) Perineum
f) Perdarahan
6) Proses persalinan Bayi
a. Tanggal lahir: untuk mengetahui usia bayi
b. Tekanan darah pada nifas normal < 120 / 80 mmHg.
c. Nadi pada nifas normal 80 – 100 x/menit
d. Pernapasan pada nifas normal 16 – 20 x/menit, suhu normalnya360 C
e. BB dan PB : untuk mengetahui BB bayi normal atau tidak Normalnya > 2500 gr,
BBLR < 2500 gr, makrosomi > 4000 gr.
f. Cacat bawaan : bayi normal atau tidak
g. Air ketuban: Air ketubannya normal atau tidak. Normalnya putih keruh.
Banyaknya normal atau tidak. Normalnya 500-1000 cc.
Data Objektif
1) Keadaan umum: untuk mengetahui keadaan ibu secara umum. Nifas normal
biasanya baik.
2) Keadaan emosional : Untuk mengetahui apakah keadaan emosional stabil /
tidak dan apakah terjadi post partum blues (depresi) pada post partum pada
klien tersebut. Pada ibu nifas normal keadaan emosional stabil.
3) Tanda Vital: 36,40C sampai 37,40C.
4) Pemeriksaan fisik
a) Muka
1. Kelopak mata : ada edema atau tidak
2. Konjungtiva : Merah muda atau pucat
3. Sklera : Putih atau tidak
b) Mulut
1. Lidah bersih
2. Gigi : ada karies atau tidak ada.
c) Leher

1. Kelenjar tyroid ada pembesaran atau tidak

2. Kelenjar getah bening : ada pembesaran atau tidak.

d) Dada

1. Jantung : irama jantung teratur.

2. Paru-paru : ada ronchi dan wheezing atau tidak.

3. Payudara

4. Bentuk simetris atau tidak, puting susu menonjol atau tidak,


pengeluaran colostrum.

5. Punggung dan pinggang

6. Posisi tulang belakang : normal atau tidak. Tidak normal bila


ditemukan lordosis.

7. CVAT : ada / tidak nyeri ketuk. Normalnya tidak ada.


e) Abdomen
1. Bekas luka operasi: untuk mengetahui apakah pernah SCatau
operasi lain.
f) Uterus
Untuk mengetahui berapa TFU, bagaimana kontraksiuterus, konsistensi
uterus, posisi uterus. Pada ibu nifas 1 hari post partum normal TFU 2
jari di bawah pusat dan kontraksinya baik. Konsistensinya keras dan
posisi uterus di tengah.
g) Pengeluaran lochea
Untuk mengetahui warna, jumlah, bau konsistensi lochea pada
umumnya dan menentukan adanya kelainan atau tidak. Pada ibu nifas
yang normal 1 hari post partum loceha warna merah jumlah + 50 cc,
bau : dan konsistensi encer.
h) Perineum
Untuk mengetahui apakah pada perineum terdapat jahitan ataupun
bekas jahitan atau tidak. Pada nifas normal bisa ditemukan bekas
jahitan. Kaji kebersihan area perineum.
i) Kandung kemih
Untuk mengetahui apakah kandung kemih teraba atau tidak, pada ibu
nifas normal kandung kemih tidak teraba.
j) Extremitas atas dan bawah
1. Edema: ada atau tidak
2. Kekakuan otot dan sendi : ada atau tidak
3. Kemerahan : ada atau tidak
4. Varices : ada atau tidak
5. Reflek patella kanan & kiri: normalnya + Reflek patellanegatif
pada hypovitaminase B1 dan penyakit urat syarat.
2. Diagnosa Keperawatan
1) Ketidaknyaman pasca partum b/d trauma perinium saat persalinan
2) Resiko infeksi b/d efek prosedur invansif
3) Risiko pendarahan b/d komplikasi pasca partum
DAFTAR PUSTAKA

Sunarsih, Dewi. 2019. Ilmu Keperawatan Maternitas Palembang : EGC


Sulistyawati, 2017. Ilmu Kebidanan. Jakarta : Bina Pustaka
Marmi, 2018. Asuhan Keprawatan Maternitas. Jakarta :ECG
Hadijono, Soerjo. 2017. Ilmu Kebidanan. Jakarta : Bina Pustaka
Hafifah, Desi, dkk. (2018). Obynacea: Obstetri dan Ginekologi. Yogykarta: Tosca
Enterprise.
Mitayani. 2015. Asuhan Keperawatan Maternitas. Jakarta : EGC

Tim Pokja SIKI PPNI. 2018. Standar Luaran Keperawatan Indonesia. Jakarta: DPP
PPNI.
Tim Pokja SIKI PPNI. 2018. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. Jakarta: DPP
PPNI.
Tim Pokja SIKI PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. Jakarta: DPP
PPNI.

Anda mungkin juga menyukai