Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY.

F
DENGAN DIAGNOSA MEDIS P1A0 POST PARTUM NORMAL
DI RUANGAN BAJI GAU (PNC)
RSUD LABUANG BAJI

DISUSUN
OLEH :
NAMA : YENNY ANGEL SAINJAKIT
NIM : 7119511703

CI INSTITUSI CI LAHAN

PROGRAM PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KEPERAWATAN (STIK)
FAMIKA MAKASSAR
2021/2022
BAB I
KONSEP TEORI

A. Defisini
Persalinan dan kelahiran merupakan kejadian fisiologis yang normal.
Kelahiran seorang bayi juga merupakan peristiwa sosial yang ibu dan keluarga
menantikan selama sembilan bulan. Persalinan adalah proses membuka dan
menipisnya serviks, dan janin turun kedalam jalan lahir. Kelahiran adalah proses di
mana janin dan ketuban didorong keluar melalui jalan lahir (Prawirohardjo, 2001).
Partum (partus) adalah suatu proses pengeluaran hasil konsepsi yang dapat
hidup dari dalam uterus melalui vagina ke dunia luar.Sedangkan Partus spontan
adalah persalinan yang berlangsung dengan tenaga ibu sendiri dengan his dan tenaga
mengejan (Maimunah Siti, 2005). Post partum merupakan periode atau masa dimana
masa tersebut dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir ketika organ-organ
reproduksi kembali kepada keadaan tidak hamil, yang membutuhkan waktu selama
enam minggu (Farrer Helen, 1999)
Post Partum atau masa nifas adalah masa yang dimulai setelah plasenta keluar
dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan semula (sebelum
hamil). Masa nifas berlangsung selama kira-kira 6 minggu (Ary Sulistyawati, 2009).
Masa nifas atau post partum adalah masa setelah persalinan selesai sampai 6
minggu atau 42 hari. Setelah masa nifas, organ reproduksi secara berlahan akan
mengalami perubahan seperti sebelum hamil. Selama masa nifas perlu mendapat
perhatian lebih dikarenakan angka kematian ibu 60% terjadi pada masa nifas. Dalam
Angka Kematian Ibu (AKI) adalah penyebab banyaknya wanita meninggal dari suatu
penyebab kurangnya perhatian pada wanita post partum (Maritalia, 2012).
Masa nifas atau masa purpenium adalah masa setelah partus selesai dan
berakhir setelah kira-kira 6-8 minggu (Manjoer, A dkk, 2001). Akan tetapi seluruh
alat genetal baruh pulih kembali seperti sebelumnya ada kehamilan dalam waktu 3
bulan (Ilmu kebidanan, 2007). Masa nifas adalah priode sekitar 6 minggu sesudah
melahirkan anak, ketika alat-alat reproduksi tengah kembali ke kondisi normal
(Barbara F. Weller,2005).
Jadi dapat disimpulkan bahwa masa nifas atau post partum adalah masa
setelah kelahiran bayi pervagina dan berakhir setelah alat-alat kandungan kembali
seperti semula tanpa adanya komplikasi.
B. Klasifikasi Masa Nifas
Menurut Anggraini (2010), tahap masa nifas di bagi menjadi 3 :
1. Puerperium dini
Waktu 0-24 jam post partum. Purperium dini yaitu kepulihan dimana ibu telah
diperbolehkan berdiri dan berjalan-jalan. Dianggap telah bersih dan boleh
melakukan hubungan suami istri apabila setelah 40 hari.
2. Puerpurium intermedial
Kepuliham menyeluruh alat – alat genetalia, yang lamamnya 6 -8 minggu.
3. Remote purperium
Waktu 1-6 minggu post partum. Adalah waktu yang diperlukan untuk pulih dan
sehat sempurna terutam bila selama hamil dan waktu persalinan mempunyai
komplikasi. Waktu untuk pulih sempurna bias berminggu-minggu, bulanan
bahkan tahunan. (Yetti Anggraini,2010).

C. Etiologi
Penyebab timbulnya persalinan sampai sekarang belum diketahui secara pasti atau
jelas terdapat beberapa teori antara lain (Rustma Muchtar, 1998) :
a. Penurunan kadar progesterone menimbulkan relaksasi otot-otot rahim, sebaliknya
estrogen meninggikan ketentraman otot rahim.
b. Penurunan kadar progesterone pada akhir kehamilan kadar oxytocinbertambah,
oleh karena itu timbul kontraksi otot rahim.
c. Keregangan otot-otot Dengan majunya kehamilan makin regang otot-otot dan
otot-otot rahim makin rentan.
d. Pengaruh janin hypofisis dan kelenjar suprarenal janin rupa-rupanya juga
memegang peranan oleh karena itu pada enencephalus kehamilan sering lebih
lama dan biasa.
e. Teori prostaglandin yang dihasilkan dan decidua, disangka menjadi salah satu
sebab permulaan persalinan.
D. Anatomi dan Fisiologi
1. Anatomi
Anotomi Organ Reproduksi Wanita Wiknjosastro, 2002 mengemukakan bahwa
anatomi alat kandungan dibedakan menjadi 2 yaitu; genetalia eksterna dan
genetalia interna .
a. Genetalia eksterna

Gambar 1 : organ reproduksi eksterna pada wanita


(Sumber :Hanifa Wiknjasastro, 2006)
1) Vulva adalah nama yang di berikan untuk struktur genetalia eksterna. Kata
ini penutup atau pembungkus, vulva membentang dari mons pubis
disebelah anterior hingga perinium dan sebelah posterior pada
masingmasing sisinya yang di batasi oleh labia mayora. Organ iniberfungsi
untuk menampung uretra yang mengeluarkan urine dari kandung kemih
keluar dari tubuh
2) Mons pubis atau mons vaneris adalah jaringan lemak subkutan berbentuk
bulat yang lunak dan padat serta merupakan jaringan ikat jarang di atas
sinfisis pubis. Mons pubis mengandung banyak kelenjar sebase (minyak)
dan tumbuhi rambut warna hitam, kasar, dan ikal pada masa pubertas.
Mons pubis berperan dalam sensualitas dan melindungi simfisis pubis
selama koitus (hubungan seksual).
3) Labia mayora adalah dua lapisan kulit panjang melengkung yang
menutupi lemak dan jaringan ikat yang menyatu dengan mons pubis.
Kemudian memanjang dari mons pubis ke arah bawah mengelilingi labia
minora, berakhir di perinium pada garis tengah. Labia mayora berfungsi
melindungi organ reproduksi bagian luar.
4) Labia minora terletak diantara dua labia mayora, merupakan lipatan kulit
yang panjang, sempit, dan tidak berambut yang memanjang kearah bawah
dari bawah klitoris dan manyatu dengan faurchette.
5) Klitorisadalah organ pendek berbentuk silinder dan erektil yang terletak
tepat dibawah arkus bubis. Dalam keadaan terangsang, bagian yang
terlihat adalah sekitar 6x6 mm atau kurang. Untuk badan klitoris di namai
glans dan lebih sensitif dari pada badannya. Saat wanita secara seksual
terangsang, glans dan badan klitoris membesar.
6) Vestibulum adalah suatu daerah yang berbentuk seperti perahu atau
lonjong, terletak diantara labia minora, klitoris, dan faurchette.
7) Perinium adalah daerah muskular yang di tutupi kulit antara introitus
vagina dan anus, panjangnya kurang lebih empat cm. Perinium
membentuk dasar perinium.

b. Genetalia Internal

Gambar 2 : organ reproduksi internal pada wanita


(Sumber: Wiknjo Sastro,2002).
1) Vagina. Secara anatomi, vagina merupakan organ yang berbentuk tabung dan
membentuk sudut kurang lebih 60 derajat dengan bidang horizontal. Namun,
posisi ini berubah sesuai dengan isi vesika urinaria. Dinding ventral vagina
yang ditembus serviks panjangnya7,5 cm, sedangkan panjang dinding
posterior kurang lebih 9 cm. Dinding anterior dan posterior ini tebal dan dapat
diregang. Dinding lateralnya di bagian cranial melekat pada ligament
Cardinale, dan di bagian kaudal melekat pada diafragma pelvis sehingga lebih
rigid dan terfiksasi. Vagina ke bagian atas berhubungan dengan uterus,
sedangkan bagian kaudal membuka pada vestibulum vagina pada lubang yang
disebut introitus vaginae. Adapun fungsidarivagina yaituSebagai organ
kopulasi, jalan lahir dan menjadi duktus ekskretorius darah menstruasi.
2) Himenadalah lipatan mukosa yang menutupi sebagian dari introitus vagina.
Himentidak dapat robek disebut hymen imperforatus. Terdapat beberapa
bentuk himen diantaranya : himen anular, himen septal, himen kribiformis,
himen parous.
3) Tuba uterina atau tuba fallopi memiliki panjang masing-masing tuba kurang
lebih 10 cm. Dibagi atas 4 bagian (dari uterus kea rah ovarium) yaitu pars
uterine tubae (pars intramuralis), isthmus tubae, ampulla tubae, dan
infundibulum tubae.Adapun fungsinyayaitumembawa ovum dari ovarium ke
kavum uteri dan mengalirkan spermatozoa dalam arah berlawanan dan tempat
terjadinya fertilisasi.
4) Uterus merupakan organ berongga dengan dinding muscular tebal, terletak di
dalam kavum pelvis minor (true pelvis) antara vesika urinaria dan rectum. Ke
arah kaudal, kavum uteri berhubungan dengan vagina. Uterus berbentuk
seperti buah pir (pyriformis) terbalik dengan apeks mengarah ke kauda dorsal.
Organ ini tidak selalu terletak tepat di garis median, sering terletak lebih
kanan. Posisi yang tidak tepat (fixed) bisa berubah tergantung pada isi vesika
urinaria yang terletak ventro kaudal dan isi rectum yang terletak dorso cranial.
Panjand uterus kurang kebih 7,5 cm, lebarnya kurang lebih 5 cm, tebalnya
kurang lebih 2,5 cm, beratnya 30-40 gram. Uterus dibagi menjadi tiga bagian
yaitu fundus uteri, korpus uteri dan serviks uteri. Adapun fungsinyayaitu
sebagai tempat ovum yang telah dibuahi secara normal tertanam dan tempat
normal dimana organ selanjutnya tumbuh dan mendapat makanan sampai bayi
lahir.
5) Ovarium. Ukuran dan bentuk ovarium tergantung umur dan stadium siklus
menstruasi. Bentuk ovarium sebelum ovulasi adalah ovoid dengan permukaan
licin dan berwarna merah muda keabu-abuan. Setelah berkali-kali mengalami
ovulasi, maka permukaan ovarium tidak rata/licin karena banyaknya jaringan
parut (cicatrix) dan warnanya berubahm menjadi abu-abu. Pada dewasa muda
6) ovarium berbentuk ovoid pipih dengan panjang kurang lebih 4 cm, lebar
kurang lebih 2 cm, tebal kurang lebih 1 cm dan beratnya kurang lebih 7 gram.
Posisi ovarium tergantung pada posisi uterus karena keduanya dihubungkan
oleh ligamen-ligamen. Adapun fungsinyayaitu sebagai organ eksokrin
(sitogenik) dan endokrin. Disebut sebagai organ eksokrin karena mampu
menghasilkan ovum saat pubertas, sedangkan disebut 14 sebagai organ
kelenjar endokrin karena menghasilkan hormone estrogen danprogesterone.

2. Fisiologi
a. Adaptasi Fisiologi Pada Post Partum yaitu :
1) Proses Involusi. Proses kembalinya uterus ke keadaan sebelum hamil
setelah melahirkan disebut involusi. Proses dimulai setelah plasenta keluar
akibat konstraksi otot-otot polos uterus.Seminggu setelah melahirkan
uterus berada didalam panggul sejati lagi, beratnya kira-kira 500 gr, dua
minggu beratnya 350 gr, enam minggu berikutnya mencapai 60 gr
(Bobak,2004:493).
2) Konstraksi Uterus. Intensitas kontraksi uterus meningkat segera setelah
bayi lahir, diduga adanya penurunan volume intrauterin yang sangat besar.
Hemostatis pascapartum dicapai akibat kompresi pembuluh darah
intramiometrium, bukan oleh agregasi trombosit 35 dan pembentukan
pembekuan(Bobak, 2004: 493).
3) Tempat Plasenta. Setelah plasenta dan ketuban dikeluarkan, kontriksi
vaskuler dan trombosis menurunkan tempat plasenta ke suatu area yang
meninggi dan bernodul tidak teratur. Pertumbuhan endometrium
menyebabkan pelepasan jaringan nekrotik dan mencegah pembentukan
jaringan parut yang menjadi karakteristik penyembuhan luka. Proses
penyembuhan memampukan endometrium menjalankan siklusnya seperti
biasa dan memungkinkan implantasi untuk kehamilan dimasa yang akan
datang. Regenerasi endometrium selesai pada akhir minggu ketiga
pascapartum, kecuali bekas tempat plasenta (Bobak, 2004: 493).
4) Lochea adalah rabas uterus yang keluar setelah bayi lahir, mula-mula
berwarna merah lalu menjadi merah tua atau merah coklat. Rabas
mengandung bekuan darah kecil. Selama 2 jam pertama setelah lahir
jumlah cairan yang keluar dari uterus tidak boleh lebih dari jumlah
maksimal yang keluar selama menstruasi(Bobak, 2004: 494).
5) Serviks menjadi lunak setelah ibu malahirkan. 18 jam pascapartum,
serviks memendek dan konsistensinya lebih padat kembali kebentuk
semula. Muara serviks berdilatasi 10 cm, sewaktu melahirkan, menutup
bertahap 2 jari masih dapat dimasukkan Muara serviks hari keempat dan
keenam pascapartum (Bobak, 2004: 495).
6) Vagina dan Perinium, estrogenpascapartum yang menurun berperan dalam
penipisan mucosa vagina dan hilangnya rugae. Vagina yang semula sangat
teregang akan kembali secara bertahap keukuran sebelum hamil, 6-8
minggu setelah bayi lahir . Rugae akan kembali terlihat pada sekitar
minggu keempat (Bobak, 2004:495).
7) Payudara.Konsentrasi hormone yang menstimulasi perkembangan
payudara selama wanita hamil (estrogen, progesteron, human chrorionic
gonadotropin, prolaktin, dan insulin) menurun dengan cepat setelah bayi
lahir. Hari ketiga atau keempat pascapartum terjadi pembengkakan
(engorgement). Payudara bengkak, keras,nyeri bila ditekan, dan hangat
jika diraba (kongesti pembuluh darah menimbulkan rasa hangat).
Pembengkakan dapat hilang dengan sendirinya dan rasa tidak nyaman
berkurang dalam 24 jam sampai 36 jam(Bobak, 2004:498).
8) Laktasi. Sejak kehamilan muda, sudah terdapat persiapan-persiapan pada
kelenjar-kelanjar untuk menghadapi masa laktasi. Proses ini timbul setelah
ari-ari atau plasenta lepas. Setelah ari-ari lepas ,hormone plasenta tidak ada
lagi sehingga terjadi produksi ASI. Sempurnanya ASI keluar 2-3 hari
setelah melahirkan. Namun sebelumnya di payudara sudah terbentuk
kolostrum yang bagus sekali untuk bayi, karena mengandung zat kaya Gizi
dan antibodi pembunuh kuman.
9) Sistem Endokrin. Selama postpartum terjadi penurunan hormon human
placenta latogen (HPL), estrogen dan kortisol serta placental enzime
insulinase membalik efek diabetogenik kehamilan, sehingga kadar gula
darah menurun pada masa puerperium. Pada wanita yang tidak menyusui,
kadar estrogen meningkat pada minggu kedua setelah melahirkan dan
lebih tinggi dari wanita yang menyusui pascapartum hari ke-17 (Bobak,
2004: 496).
10) Sistem Urinarius. Perubahan hormonal pada masa hamil (kadar steroid
yang tinggi) turut menyebabkan peningkatan fungís ginjal, sedangkan
penurunan kadar steroid setelah wanita melahirkan akan mengalami
penurunan fungsi ginjal selama masa pascapartum. Fungsi ginjal kembali
normal dalam waktu 1 bulan setelah wanita melahirkan. Trauma terjadi
pada uretra dan kandung kemih selama proses melahirkan, yakni sewaktu
bayi melewati hiperemis dan edema. Kontraksi kandung kemih biasanya
akan pulih dalam 5-7 hari setelah bayi lahir (Bobak, 2004:497-498).
11) Sistem Cerna. Ibu biasanya lapar setelah melahirkan sehingga ia boleh
mengkonsumsi makanan ringan. Penurunan tonus dan motilitas otot
traktus cerna menetap selama waktu yang singkat setelah bayi lahir. Buang
air besar secara spontan bisa tertunda selama tiga hari setelah ibu
melahirkan yang disebabkan karena tonus otot usus menurun selama
proses persalinan dan pada awal masa pasca partum. Nyeri saat defekasi
karena nyeri diperinium akibat episiotomi, laserasi, atau hemoroid (Bobak,
2004: 498).
12) Sistem Kardiovaskuler. Pada minggu ke-3 dan 4 setelah bayi lahir, volume
darah biasanya turun sampai mencapai volume sebelum hamil. Denyut
jantung, volume sekuncup dan curah jantung meningkat sepanjang hamil.
Setelah wanita melahirkan meningkat tinggi selama 30-60 menit, karena
darah melewati sirkuit uteroplasenta kembali ke sirkulasi umum. Nilai
curah jantung normal ditemukan pemeriksaan dari 8-10 minggu setelah
wanita melahirkan(Bobak, 2004:499-500).
13) Sistem Neurologi. Perubahan neurologi selama puerperium kebalikan
adaptasi neourologis wanita hamil, disebabkan trauma wanita saat bersalin
dan melahirkan. Rasa baal dan kesemutan pada jari dialami 5% wanita
hamil biasanya hilang setelah anak lahir. Nyeri kepala pascapartum
disebabkan hipertensi akibat kehamilan , strees dan kebocoran cairan
serebrospinalis. Lama nyeri kepala 1-3 hari dan beberapa minggu
tergantung penyebab dan efek pengobatan.
14) Sistem Muskuloskeletal. Adaptasi sistem muskuloskeletal ibu terjadi
selama hamil berlangsung terbalik pada masa pascapartum. Adaptasi
membantu relaksasi dan hipermeabilitas sendi dan perubahan pusat berat
15) ibu akibat pembesaran rahim. Stabilisasi sendi lengkap pada minggu ke 6-
8 setelah wanita melahirkan (Bobak, 2004: 500-501).
16) Sistem Integumen. Kloasma muncul pada masa hamil biasanya
menghilang saat kehamilan berakhir; hiperpigmentasi di aerola dan linea
tidak menghilang seluruhnya setelah bayi lahir. Kulit meregang pada
payudara, abdomen, paha, dan panggul mungkin memudar tapi tidak
hilang seluruhnya. Kelainan pembuluh darah seperti spider angioma
(nevi), eritema palmar dan epulis berkurang sebagai respon penurunan
kadar estrogen.Pada beberapa wanita spider nevi bersifat menetap (Bobak,
2004: 501-502).

b. Adaptasipsikologis pada post partumyaitu :


Menurut Rubin dalam Varney (2007) adaptasi psikologis post partum
dibagi menjadi beberapa fase yaitu :
1. Fase Taking In (dependent) Fase ini dimulai pada hari kesatu dan kedua
setelah melahirkan, dimana ibu membutuhkan perlindungan dan pelayanan
pada tahap ini pasien sangat ketergantungan.
2. Fase Taking Hold (dependent- independent) Fase ini dimulai pada hari
ketiga setelah melahirkan dan berakhir pada minggu keempat sampai
kelima. Sampai hari ketiga ibu siap menerima pesan barunya dan belajar
tentang hal-hal baru, pada fase ini ibu membutuhkan banyak sumber
informasi.
3. Fase Letting Go (independent) Fase dimulai minggu kelima sampai
minggu keenam setelah kelahiran, dimana ibu mampu menerima tanggung
jawab normal.

E. Patofisiologi
Dalam masa post partum atau masa nifas, alat – alat genetalia interna maupun
eksterna akan berangsur – angsung pulih kembali keadaan sebelum hamil. Perubahan
alat genital ini dalam keseluruhannya disebut involusi.Disamping involusi terjadi
perubahan –perubahan penting lainnya yakni mekonsentrasi dan timbunya laktasi
yang terakhir ini karena pengaruh hormon laktogen dari kelenjar hipofisis terhadap
kelenjar mamame.Otot- otot uterus berkontraksi segera post partum, pembuluh–
pembuluh darah yang ada antara otot – otot uterus akan terjepit. Proses ini akan
menghentikan perdarahan setelah plasenta lahir. Perubahan – perubahan yang terdapat
pada seviks ialah segera post partum, bentuk serviks agak mengaga seperti corong,
bentuk ini di sebabkan oleh korpus uteri terbentuk semacam cincin . Perubahan yang
terdapat pada endometrium ialah timbulnya trombosis, degenerasi dan nekrosis di
tempat implamasi plasenta pada hari pertama yang kira – kira setebal 2 –5mm itu
mempunyai permukaan yang khusus akibat pelepasan desidual dan selaput regenerasi
endometrium terjadi dari sisa – sisa sel desidua basalis sampai 2 sampai 3 minggu.
Ligamen–ligamen dan diagfragma pelbis seta fasia yang melenggang sewaktu
kehamilan dan janin lahir berangsur- angsur membaik
F. Pathway
Post Partum Spontan
G. Manifestasi Klinis
Menurut Masriroh (2013) tanda dan gejala masa post partum adalah sebagai berikut:
1. Organ-organ reproduksi kembali normal pada posisi sebelum kehamilan.
2. Perubahan-perubahan psikologis lain yang terjadi selama kehamilan berbalik
(kerumitan).
3. Masa menyusui anak dimulai.
4. Penyembuhan ibu dari stress kehamilan dan persalinan di asumsikan sebagai
tanggung jawab untuk menjaga dan mengasuh bayinya.

H. PemeriksaanPenunjang
1. Pemeriksaan darah
Beberapa uji laboratorium biasa segera dilakukan pada periode pasca partum.
Nilai hemoglobin dan hematokrit seringkali dibutuhkan pada hari pertama pada
partum untuk mengkaji kehilangan darah pada melahirkan.
2. Pemeriksaan urin
Pegambilan sampel urin dilakukan dengan menggunakan cateter atau dengan
tehnik pengambilan bersih (clean-cath) spisimen ini dikirim ke laboratorium
untuk dilakukan urinalisis rutin atau kultur dan sensitivitas terutama jikacateter
indwelling di pakai selama pasca inpartum. Selain itu catatan prenatal ibu harus di
kaji untuk menentukan status rubelle dan rhesus dan kebutuhan therapy yang
mungkin.
3. USG, biladiperlukan.

I. Penatalaksanaan
Menurut Masriroh (2013) penatalaksanan yang diperlukan untuk klien dengan
post partum adalah sebagai berikut:
1. Memperhatikan kondisi fisik ibu dan bayi.
2. Mendorong penggunaan metode-metode yang tepat dalam memberikan makanan
pada bayi dan mempromosikan perkembangan hubungan baik antara ibu dan
anak.
3. Mendukung dan memperkuat kepercayaan diri si Ibu dan memungkinkannya
mingisi peran barunya sebagai seorang Ibu, baik dengan orang, keluarga baru,
maupun budaya tertentu.
Pengobatan hanya dapat dilakukan secara simtomatis karena etiologi preeklamsia,
dan faktor-faktor apa dalam kehamilan yang menyebabkannya, belum di ketahui.
Tujuan utama penanganan ialah mencegah terjadinya pre-eklamsia berat dan
eklamsia, melahirkan janin hidup, dan melahirkan bayi dengan trauma sekecil-
kecilnya.
Pengelolaan pada pre-eklamsia ringan jika kehamilan < 37 minggu dan tidak
terjadi perbaikan 2 kali/minggu rawat jalan, pemantauan tekanan darah 2x/hr,
proteinuria 1x/hr dan kondisi janin, banyak istirahat, diit biasa, tidak perlu
pengobatan. Sedangkan penanganan pada pre-eklamsia berat pada penderita yang
masuk rumah sakit sudah dengan tanda-tanda dan gejala-gejala pre-eklamsia berat
segera harus diberi sedativa yang kuat untuk mencegah timbulnya kejang-kejang.
Sebagai pengobatan untuk mencegah timbulnya kejang-kejang dapat diberikan : 1)
larutan sulfas magnesikus 40 % sebanyak 10 ml (4 gram) disuntikkan intramuskulus
bokong kiri dan kanan sebagai dosis permulaan, dan dapat diulang 4 gram tiap 6 jam
menurut keadaan. Tambahan sulfas magnesium hanya diberikan bila diuresis baik,
refleks patella positif, dan kecepatan pernafasan lebih dari 16 per menit. Obat
tersebut, selain menenangkan juga menurunkan tekanan darah dan meningkatkan
diuresis; 2) klorpromazin 50 mg intramuskulus; 3) diazepam 20 mg intramuskulus.
BAB II
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian

Pada tahap ini, perawat wajib melakukan pengkajian atas permasalahan yang
ada. Yaitu tahapan di mana seorang perawat harus menggali informasi secara terus
menerus dari pasien maupun anggota keluarga yang dibina (Murwani, Setyowati, &
Riwidikdo, 2008).
1. Data Subjektif
a. Biodata yang mencakup identitas pasien menurut Anggraini (2010), meliputi :
Nama , Umur, agama, sukubangsa, Pendidikan, perkerjaan, alamat.
b. Keluhanutama
Untuk mengetahui masalah yang dihadapi yang berkaitan dengan masa nifas,
misalnya pasien merasa kontraksi, nyeri pada jalan lahir karena adanya jahitan
pada perineum (Ambarwati, 2010)
c. Riwayat Kesehatan
Menurut Ambarwati (2010), riwayat kesehatan meliputi :Riwayat kesehatan
yang lalu, Riwayat kesehatan sekarang, Riwayat kesehatan keluarga, Riwayat
Menstruasi, Riwayat Kehamilan, Persalinan dan Nifas yang lalu, Riwayat
Keluarga Berencana, Riwayat Kehamilan Sekarang, Riwayat Persalinan
Sekarang, Pola Kebiasaan Selama Masa Post Partum.
2. Data Objektif
Data objektif adalah data yang sesungguhnya dapat diobservasi dan dilihat oleh
tenaga kesehatan (Nursalam, 2008).
a. Status generalis
1) Keadaan umum
Untuk mengetahui apakah ibu dalam keadaan baik, cukup atau kurang
(Prihardjo, 2007). Pada kasus keadaan umum ibu baik (Varney, 2007).
2) Kesadaran
Untuk mengetahui tingkat kesadaran ibu apakah composmentis, apatis,
samnolen, spoor, koma, atautidakadaresponsamasekali.
3) Tanda-Tanda Vital

Untuk mengetahui tanda-tanda vital meliputitekanandarah, nadi, suhu, dan


pernapasan.

4) Tinggi badan

Untuk mengetahui tinggi badan pasien (Wiknjosastro, 2006).

5) LILA

Untuk mengetahui status gizi pasien (Wiknjosastro, 2006).

a. Pemeriksaan Sistematis
1) Inspeksi
a) Rambut

Untuk mengetahui warna, kebersihan, mudah rontok atau tidak (Nursalam,


2008).

b) Muka
Untuk mengetahui keadaan muka pucat atau tidak adakah kelainan, adakah
oedema (Nursalam, 2008)
c) Mata
Untuk mengetahui oedema atau tidak conjungtiva, anemia / tidak, sklera
ikterik / tidak (Nursalam, 2008)
d) Mulut / gigi / gusi
Untuk mengetahui ada stomatitis atau tidak, keadaan gigi, gusi berdarah
atau tidak (Nursalam, 2008).
e) Abdomen
Untuk mengetahui ada luka bekas operasi/tidak, adastrie/tidak, ada tidaknya
linea alba nigra (Saifuddin, 2006).
f) Vulva
Untuk mengetahui keadaan vulva adakah tanda-tanda infeksi, varices,
pembesaran kelenjar bartolini dan perdarahan (Prihardjo, 2007).
g) Fundus uteri
Fundus harus berada dalam midline, keras dan 2 cm dibawah umbilicus.
Bila uterus lembek , lakukan masase sampai keras. Bila fundus bergeser
kearah kanan midline , periksa adanya distensi kandung kemih.
h) Kandung kemih
Diuresis diantara hari ke-2 dan ke-5, kandung kemih ibu cepat terisi karena
diuresis post partum dan cairan intra vena.
i) Lochea
Lochea rubra berlanjut sampai hari ke-23, menjadi lochea serosa dengan
aliran sedang. Bila darah mengalir dengan cepat, dicurigai terjadinya
robekan servik.
j) Perineum
Episiotomi dan perineum harus bersih, tidak berwarna, dan tidak edema dan
jahitan harus utuh.
k) Anus

Untuk mengetahui ada haemoroid/tidak (Prihardjo, 2007).

2) Palpasi
a) Leher, untuk mengetahui adakah pembesaran kelenjar thyroid, ada benjolan
atau tidak, adakah pembesaran kelenjar limfe (Nursalam, 2008).
b) Dada, untuk mengetahui keadaan payudara, simetris atau tidak, ada
benjolan atau tidak, ada nyeri atau tidak (Nursalam, 2004).
c) Abdomen, untuk mengetahui Kontraksi uterus : keras / lemah, tinggi fundus
uteri (Saifuddin, 2006).
d) Ekstremitas, untuk mengetahui ada cacat atau tidak oedema atau tidak
terdapat varices atau tidak (Prihardjo, 2007).
e) Pemeriksaan Penunjangadalah pemeriksaan yang dilakukan untuk
mendukung penegakan diagnosa, yaitu pemeriksaan laboratorium, rontgen,
ultrasonografi, dan lain-lain (Nursalam, 2008).

B. Diagnosa
1. Nyeri Akut b.d Agen Pencedera Fisik.
2. Gangguan Pola Tidur b.d Kurangnya Kontrol Tidur.
3. Menyusui Tidak Efektif b.d Ketidakadekuatan Suplai ASI.

C. Intervensi
1. Nyeri Akut (D.0077)
a. Tujuan umum : Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama waktu
tertentu diharapkan tingkat nyeri menurun.
b. Kriteria hasil :
1) Pasien melaporkan keluhan nyeri berkurang
2) Keluhan nyeri meringis menurun.
3) Pasien menunjukkan sikap protektif menurun.
4) Pasien tidak tampak gelisah.
c. Intervensi
Manajemen Nyeri (I.08238)
1) Observasi
a) Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, intensitas nyeri.
b) Identifikasi skala nyeri.
c) Identifikasi faktor yang memperberat dan memperingan nyeri.
d) Identifikasi pengetahuan dan keyakinan tentang nyeri
e) Monitor keberhasilan terapi komplementer yang sudah diberikan.
2) Terapeutik
a) Berikan tehnik norfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri
b) Fasilitasi istirahat dan tidur
3) Edukasi
a) Jelaskan penyebab, periode dan pemicu nyeri.
b) Jelaskan strategi meredakan nyeri
c) Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri.
d) Ajarkan tehnik nonfarmakologis untuk mengutangi nyeri.
4) Kolaborasi
a) Kolobarasipemberian analgetic, jikaperlu
2. Gangguan Pola Tidur (D.0055)
a. Tujuan Umum : setelah dilakukan tindakan keperawatan pola tidur meningkat.
b. Kriteria hasil :
1) Gelisah menurun
2) Keluhan sulit tidur menurun
3) Pola tidur membaik
c. Intervensi :
Manajemen Nyeri (I.08238)
1) Observasi
a) Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, intensitas nyeri.
b) Identifikasi skala nyeri.
c) Identifikasi faktor yang memperberat dan memperingan nyeri.
d) Identifikasi pengetahuan dan keyakinan tentang nyeri
e) Monitor keberhasilan terapi komplementer yang sudah diberikan.
2) Terapeutik
a) Berikan tehnik norfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri
b) Fasilitasi istirahat dan tidur
d. Edukasi
1) Jelaskan penyebab, periode dan pemicu nyeri.
2) Jelaskan strategi meredakan nyeri .
3) Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri.
4) Ajarkan tehnik nonfarmakologis untuk mengutangi nyeri.
e. Kolaborasi
1) Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu
3. Menyusui Tidak Efektif (D.0029)
a. Tujuan Umum : Setelah dilakuan intervensi keperawatan selama waktu
tertentu diharapkan status menyusui membaik.
b. Kriteria Hasil :
1) Perlekatan bayi pada payudara ibu meningkat.
2) Kemampuan ibu memposisikan bayi dengan benar meningkat.
3) Pancaran ASI meningkat.
4) Suplai ASI adekuat meningkat.
5) Pasien melaporkan payudara tidak bengkak.
c. Intervensi :
Konseling Laktasi ( I.03093 )
1) Observasi
a) Identifikasi permasalahan yang ibu alami selama proses menyusui.
b) Identifikasi keinginan dan tujuan menyusui.
c) Identifikasi keadaan emosional ibu saat akan dilakukan konseling
menyusui.
2) Terapeutik
a) Gunakan tehnik mendengar aktif.
b) Berikan pujian terhadap perilaku ibu yang benar.
3) Edukasi
a) Ajarkan tehnik menyusui yang tepat sesuai kebutuhan ibu.
D. Implementasi
Implementasi keperawatan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh
perawat untuk membantu klien dari masalah status kesehatan yang dihadapi ke status
kesehatan yang lebih baik yang menggambarkan kriteria hasil yang diharapkan
(Potter, 2011) Komponen tahap implementasi :
1. Tindakan keperawatan mandiri.
2. Tindakan Keperawatan edukatif.
3. Tindakan keperawatan kolaboratif.
4. Dokumentasi tindakan keperawatan dan respon klien terhadap asuhan
keperawatan.

E. Evaluasi

Evaluasi adalah tahap terakhir dari proses keperawatan yang bertujuan untuk
menilai hasil akhir dari seluruh tindakan keperawatan yang telah dilakukan (Bararah,
2013).

Anda mungkin juga menyukai