Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PENDAHULUAN

POST PARTUM NORMAL DI RUANG MERPATI (NIFAS) RSD IDAMAN


BANJARBARU

DISUSUN OLEH:

SHOFIA RAHMAH

15.20.2576

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN NERS

STIKES CAHAYA BANGSA BANJARMASIN

TAHUN 2017-2018
LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN PENDAHULUAN

POST PARTUM NORMAL DI RUANG MERPATI (NIFAS) RSD IDAMAN


BANJARBARU

DISUSUN OLEH:

SHOFIA RAHMAH

15.20.2576

Banjarbaru,

Mengetahui,

Preceptor Akademik Preseptor Klinik

(Eka Y., S.Kep, NS) ( Maghrisa Rahmadani, A.md. Keb)


LAPORAN PENDAHULUAN

POST PARTUM NORMAL

1. Pengertian
Masa nifas atau puerperium adalah dimulai sejak 1 jam setelah
lahirnya plasenta sampai dengan 6 minggu (42 hari) setelah itu (Hadijono,
2008 : 356).
Periode pascapartum (puerperium) ialah masa enam minggu sejak
bayi lahir sampai organ-organ reproduksi kembali ke keadaan normal
sebelum hamil (Bobak, 2004 : 492).
Periode postpartumadalah waktu penyembuhan dan perubahan, waktu
kembali pada keadaan tidak hamil, serta penyesuian terhadap hadirnya
anggota keluargamu (Mitayani, 2009).
Puerperium /nifas adalah masa sesudah persalinan dimulai setelah
kelahiran plasenta dan berakhirnya ketika alat-alat kandungan kembali
seperti keadaan sebelum hamil, masa nifas berlangsung selama ± 6 minggu
(Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal, 2002).

2. Anatomi Fisiologi
a. Alat reproduksi bagian dalam

Alat reproduksi bagian dalam wanita terdiri atas ovarium (kandung


telur), tuba fallopi atau oviduk (saluran telur), dan vagina (seluran
kehamilan).

1) Ovarium
Ovarium berjumlah sepasang yang terdapat di rongga perut, yaitu
tepatnya di sebelah kiri dan kanan daerah pinggang. Fungsi
ovarium ini untuk menghasilkan sel telur atau ovum dan hormon-
hormon kehamilan wanita, seperti progesteron dan ovarium
dilindungi oleh suatu kapsul pelindung yang mengandung folikel-
folikel. Setiap folikel berisi sebuah sel telur yang diselubungi satu
atau lebih lapisan sel-sel folikel. Folikel merupakan suatu struktur
yang berbentuk bulatan-bulatan dan terdapat disekeliling oosit,
berguna sebagai penyedia makanan dan pelindung bagi sel telur
yang sedang mengalami pematangan.

2) Tuba Fallopi
Tuba ffallopi yang lazim disebut sebagai oviduk berjumlah
sepasang. Tuba fallopi ini merupakan suatu saluran yang
menghubungkan ovarium dengan rahim (uterus). Tuba fallopi
terbagi menjadi tiga bagian, yaitu ismus yang merupakan bagian
tuba fallopi yang terletak dekat uterus atau rahim, ampula yaitu
daerah yang berbentuk lengkungan yang terletak di atas ovarium,
dan infudibulum, yaitu daerah pangkal tuba fallopi yang berbentuk
corong (fimbria). Pangkal tuba fallopi yang berbentuk corong
disebut pula infudibulum. Infudibulum mengandung tonjolan-
tonjolan seperti kaki cumi-cumi yang berjumbai-jumbai disebut
fimbriae. Fimbriae ini berperan untuk menangkap ovum. Ovum
yang telah ditangkap fimbriae, kemudian diangkat oleh tuba
fallopi.
Dengan adanya gerak peristaltik serta dinding tuba fallopi yang
bersilia, ovum kemudian diangkat menuju rahim. Dengan
demikian, tuba fallopi memiliki beberapa fungsi, yaitu untuk
menyalurkan ovum menuju uterus dan menyediakan lingkungan
yang cocok bagi proses pembuahan dan perkembangan telur
sebelum fertilisasi terjadi.

3) Uterus
Uterus lazim disebut rahim, pada manusia hanya terdiri dari satu
ruang yang disebut simpleks. Uterus ini berbentuk seperti buah
pear dan berotot cukup tebal. Pada wanita-wanita yang belum
pernah melahirkan, ukuran panjang rahimnya adalah 7cm dengan
lebar antara 4 cm sampai 5 cm. Pada rahim bagian bawah
bentuknya mengecil dan dinamakan serviks uterus, sedangkan
bagian yang lebih besar disebut badan rahim atau corpus uterus.
Rahim pada manusia dan mamalia tersusun atas tiga lapisan, yaitu
perimetrium, meiometrium, dan endometrium. Pada lapisan
endometrium dihasilkan banyak lendir, serta terdapat banyak
pembuluh darah. Lapisan endometrium ini mengalami proses
penebalan dan akan mengelupas setiap bulannya apabila tidak
terdapat zigot yang terimplantasi (tertanam). Uterus ini merupakan
tempat untuk pertumbuhan dan perkembangan janin.
Di samping itu, rahim juga terbagi atas tiga bagian, yaitu fundus,
bagian paling atas yang berdekatan dengan salran telur, ismus
bagian tengah rahim, dan serviks yang sering kali disebut sebagai
leher rahim adalah bagian paling bawah dan tersempit, yang
memanjang sampai vagina.

4) Vagina
Merupakan bagian dalam kelamin wanita yang berbentuk seperti
tabung dilapisi dengan otot yang arahnya membujur ke arah bagian
belakang dan atas. Bagian dinding vagina lebih titpis dibandingkan
dengan dinding rahim dan terdapat banyak lipatan-lipatan. Lipatan-
lipatan tersebut berguna untuk mempermudah jalannya proses
kelahiran bayi. Disamping itu, pada vagina juga terdapat lendir
yang dikeluarkan oleh dinding vagina dan sepasang kelenjar yang
dikenal sebagai kelenjar bartholi. Vagina ini merupakan organ
persetubuhan (kopulasi) pada wanita.

b. Alat reproduksi bagian luar


Alat reproduksi bagian luar pada wanita disebut vulva, terdiri atas
labia mayora. Mons pubis, labia minora, organ klitoris, orificium
uretra, dan himen (selaput dara). Labia mayora adalah bibir bagian luar
dari vagina yang tebal dan berlapiskan lemak, sedangkan mons pubis
merupakan bagian tempat bertemunya dua bibir vagina dengan bagian
atas yang terlihat membukit. Labia minora atau bibir kecil, yaitu
sepasang lipatan kulit pada vagina yang halus dan tipis serta tidak
mengandung lapisan lemak.
Organ klitoris, merupakan bagian vagina yang berbentuk tonjolan
kecil yang sering kali disebut klentit. Adapun orificium uretra adalah
muara saluran kencing yang letaknya tepat dibawah organ klitoris. Di
bagian bawah saluran kencing yang mengelilingi tempat masuk ke
vagina, terdapat himen yang dikenal dengan nama selaput darah.

3. Etiologi
Penyebab persalinan belum pasti diketahui, namun beberapa teori
menghubungkan dengan faktor hormonal, struktur rahim, sirkulasi rahim,
pengaruh tekanan pada saraf dan nutrisi (Hafifah, 2011).
a. Teori penurunan hormone
1-2 minggu sebelum partus mulai, terjadi penurunan hormone
progesterone dan estrogen. Fungsi progesteron sebagai penenang otot-
otot polos rahim dan akan menyebabkan kekejangan pembuluh darah
sehingga timbul his bila progesteron turun.

b. Teori placenta menjadi tua


Turunnya kadar homone estrogen dan progesterone menyebabkan
kekejangan pembuluh darah yang menimbulkan kontraksi rahim.

c. Teori distensi rahim


Rahim yang menjadi besar dan merenggang menyebabkan iskemik
otot-otot rahim sehingga mengganggu sirkulasi utero-plasenta.

d. Teori iritasi mekanik


Dibelakang servik terlihat ganglion servikale (fleksus franterrhauss).
Bila ganglion ini digeser dan di tekan misalnya oleh kepala janin akan
timbul kontraksi uterus.

e. Induksi partus
Dapat pula ditimbulkan dengan jalan gagang laminaria yang
dimasukkan dalam kanalis servikal dengan tujuan merangsang pleksus
frankenhauser, amniotomi (pemecah ketuban), oksitosin drip yaitu
pemberian oksitosin menurut tetesan perinfus.

4. Tanda dan Gejala


a. Involusi uterus
Adalah proses kembalinya alat kandungan uterus dan jalan lahir
setelah bayi dilahirkan sehingga mencapai keadaan seperti sebelum
hamil. Setelah plasenta lahir, uterus merupakan alat yang keras, karena
kontraksi ini menyebabkan rasa nyeri / mules-mules yang disebut after
pain post partum terjadi pada hari ke-2-3 hari.
1) Bayi lahir fundus uteri setinggi pusat dengan berat uterus 1000 gr.
2) Akhir kala III persalinan tinggi fundus uteri teraba 2 jari dibawah
pusat dengan berat uterus750 gr.
3) Satu minggu post partum tinggi fundus uteri teraba pertengahan
pusat simpisis dengan berat uterus 500 gr.
4) Dua minggu post partum tinggi fundus uteri tidak teraba diatas
simpisis dengan berat uterus 350 gr.
5) Enam minggu post partum fundus uteri bertambah kecil dengan
berat uterus 50 gr.
b. Kontraksi uterus
Intensitas kontraksi uterus meningkat setelah melahirkan berguna
untuk mengirangi volume cairan intra uteri. Setelah 1-2 jam post
partum, kontraksi menurun stabil beururtan, kontraksi uterus menjepit
pembuluh darah pada uteri sehingga perdarahan setelah plasenta lahir
dapat berhenti.

c. After pain
Terjadi karena pengaruh kontraksi uterus, normal sampai hari ke-3.
After pain meningkat karena adanya sisa plasenta pada vacum uteri,
dan gumpalan darah (stoll cell) dalam vacum uteri.

d. Endometrium
Pelepasan plasenta dan selaput janin dari dinding rahim terjadi pada
stratum spunglosum, bagian atas setelah 2-3 hari tampak bahwa
lapisan atas dari stratum sponglosum yang tinggal menjadi nekrosis
keluar dari lochia. Epitelisasi endometrium siap dalam 10 hari, dan
setelah 8 minggu endometrium tumbuh kembali. Epitelisasi tempat
plasenta +3 minggu tidak menimbulkan jaringan parut, tetapi
endometrium baru, tumbuh dibawah permukaan dari pinggir luka.

e. Ovarium
Selama hamil tidak terjadi pematangan sel telur. Masa nifas terjadi
pematangan sel telur, ovulasi tidak dibuahi terjadi menstruasi, ibu
menyusui mentruasinya terlambat karena pengaruh hormone proklatin.

f. Lochea
Adalah cairan yang dikeluarkan dari uterus melalui vagian dalam masa
nifas, sifat lochea alkalis sehingga memudahkan kuman penyakit
berkembang biak. Jumlah belih banyak dari pengeluaran darah dan
lendir waktu menstruasi, berbau anyir, tetapi tidak busuk.
1) Lochea rubra
Pada hari 1-2 berwarna merah, berisi lapisan decidua, sisa-sisa
chorion, liguor amni, rambut lanugo, verniks caseosa sel darah
merah.
2) Lochea sanguinolenta
Dikeluarkan hari ke 3-7 warna merah kecoklatan bercampur lendir,
banyak serum selaput lendir, leukosit, dan kuman penyakit yang
mati.
3) Lochea serosa
Dikeluarkan hari ke 7-10, setelah satu minggu berwarna agak
kuning cair dan tidak berdarah lagi.
4) Lochea alba
Setelah 2 minggu, berwarna putih jernih, berisi sekaput lendir,
mengandung leukosit, sel epitel, mukosa serviks dan kuman
penyakit yang telah mati.

g. Serviks dan vagina


Beberapa hari setelah persalinan, osteum externum dapat dilalui oleh 2
jari dan pinggirnya tidak rata (retak-retak). Pada akhir minggu pertama
hanya dapat dilalui oleh 1 jari saja. Vagina saat persalinan sangat
diregang lambat dan laun mencapai ukuran normal dan tonus otot
kembali seperti biasa, pada minggu ke-3 post partum, rugae mulai
nampak kembali.

h. Perubahan pada dinding abdomen


Hari pertama post partum dinding perut melipat dan longgar karena
regang begitu lama. Setelah 2-3 minggu dinding perut akan kembali
kuat, terdapat striae melipat, dastosis recti abdimonalis (pelebaran otot
rectus/perut) akibat janin yang terlalu besar atau bayi kembar.

i. Perubahan sistem kardiovaskuler


Volume darah tergantung pada jumlah kehilangan darah selama partus
dan eksresi cairan extra vasculer.

j. Perubahan sistem urinaria


Fungsi ginjal normal, dinding kandung kemih memperlihatkan oedema
dan hiperemi karena desakan pada waktu janin dilahirkan. Kadang-
kadang oedema trigonum, menimbulkan obstruksi dari uretra sehingga
terjadi retensio urine. Pengaruh laserasi/episiotomi yang menyebabkan
refleks miksi menurun.

k. Perubahan gastro intesinal


Terjadi gangguan rangsangan BAB atau konstipasi 2-3 hari post
partum. Penyebabnya karena penurunan tonus pencernaan, enema,
kekakuan perineum karena episiotomi, laserasi, haemorroid dan takut
jahitan lepas.
l. Perubahan pada mammae
Hari pertama bila mammae ditekan sudah mengeluarkan colustrum.
Hari ketiga produksi ASI sudah mulai dan jaringan mammae menjadi
tegang, membengkak, lebut, hangat dipermukaan kulit (vasokongesti
vaskuler).

m. Laktasi
Pada waktu dua hari pertama nifas keadaan buah dada sama dengan
kehamilan. Buah dada belum mengandung susu melainkan colustrum
yang dapat dikeluarkan dengan memijat areola mammae.
Colustrum yaitu cairan kuning dengan berat jenis 1.030-1.035 reaksi
alkalis dengan mengandung protein dan garam, juga euglobin yang
mengandung antibodi. Baik yang terbaik dan harus dianjurkan kalau
tidak ada kontra indikasi.

n. Temperatur
Temperatur pada post partum dapat mencapai 38oC dan normal
kembali dalam 24 jam. Kenaikan suhu ini disebabkan karena hilangnya
cairan melalui vagina ataupun keringat, dan infeksi yang disebabkan
terkontaminasinya vagina.

o. Nadi
Umunya denyut nadi pada masa nifas turun di bawah normal.
Penurunan ini akibat dari bertambahnya jumlah darah kembali pada
sirkulasi seiring terlepasnya placenta. Bertambahnya volume darah
menaikkan tekanan darah sebagai mekanisme kempensasi dari jantung
dan akan normal pada akhir minggu pertama.

p. Tekanan darah
Keadaan tensi dengan sostole 140 dan diastole 90 mmHg baik saat
kehamilan ataupun post partum merupakan tanda-tanda suatu keadaan
yang harus diperhatikan secara serius.

q. Hormon
Hormon kehamilan mulai berkurang dalam urine hampir tidak ada
dalam 24 hari, setelah 1 minggu hormon kehamilan juga menurun
sedangkan prolaktin meningkat untuk proses laktasi.
5. Patofisiologi
Dalam masa post partum atau masa nifas, alat-alat genetalia interna
maupun eksterna akan berangsur-angsur pulih kembali seperti keadaan
sebelum hamil. Perubahan-perubahan alat genetal ini dalam
keseluruhannya disebut “involusi:. Disamping involusi terjadi perubahan-
perubahan penting yakni memokonsentrasi dan timbulnya laktasi yang
terakhir ini karena pengarh hormon laktogen dari kelenjar hipofisis
terhadap kelenjar-kelenjar mammae.
Otot-otot uterus berkontraksi segera post partum, pembuluh-pembuluh
darah yang ada antara nyaman otot-otot uterus akan terjepit. Proses ini
akan menghentikan perdarahan setelah plasenta lahir. Perubahan-
perubahan yang terdapat pada serviks ialah segera post partum bentuk
serviks agak menganga seperti corong, bentuk ini disebabkan oleh korpus
uteri terbentuk semacam cincin. Perubahan-perubahan yang terdapat pada
endometrium ialah timbulnya trombosis, degenerasi dan nekrosis ditempat
implantasi plasenta dari hari pertama endometrium yang kira-kira setebal
2-5 mm itu mempunyai permukaan yang kasar akibat pelepasan desidua
dan selaput janin regenerasi endometrium terjadi dari sisa-sisa sel desidua
basalis yang memakai waktu 2-3 minggu. Ligamen-ligamen dan diafragma
perlvis serta fasia yang merenggang sewaktu kehamilan dan pertu setelah
janin lahir berangsur-angsur kembali seperti sedia kala.

6. Kompilkasi
Komplikasi yang terjadi pada post partum ialah :
a. Pembengkakan payudara
b. Mastitis (peradangan pada payudara)
c. Endometritis (peradangan pada endometrium)
d. Post partum blues
e. Infeksi puerperalis ditandai dengan pembengkakan, rasa nyeri,
kemerahan pada jaringan terinfeksi atau pengeluaran cairan berbau
dari jalan lahir selama persalinan atau sesudah persalinan.

7. Penatalaksanaan Medis dan Keperawatan


pada post partum normal dengan bayi normal tidak ada
penatalaksanaan khsus. Pemberian obat-obatan hanya diberikan pada ibu
yang melahirkan dengan penyulit, terutama pada ibu anemia dan resiko
infeksi dengan pemberian antibiotic dan obat-obatan roboransia seperti
suplemen vitamin, demikian juga pada bayi obat-obatan biasanya
diberikan untuk tindakan profolatif, misalnya vit K untuk mencegah
perdarahan, antibiotic untuk mencegah infeksi.
Karena lelah sehabis bersali, ibu harus istirahat, tidur telentang
selama 8 jam pasca melahirkan. Kemudian boleh miring-miring ke kanan
dan kiri untuk memcegah terjadinya thrombosis dan thromboemboli. Pada
hari ke-2 diperbolehkan duduk, hari ke-3 berjalan.

8. Data Fokus Pengkajian


a. Wawancara
Terdiri daro DS (data subjektif) dan DO (data objektif). Data subjektif
merupakan data yang diperoleh berdasarkan pengkajian terhadap pasien
atau keluarga pasien (apa yang dikatakan pasien atau keluarga pasien),
sedangkan data objektif adalah data yang diperoleh dari pemeriksaan.

b. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan post partum menurut Siswosudarmo, 2008 :
- Pemeriksaan umum : tensi, nadi, keluhan, dan sebagainya.
- Keadaan umum : TTV, selera makan dll.
- Payudara : air susu, puting.
- Dinding perut, perenium, kandung kemih, rectum.
- Sekres yang keluar atau lochea.
- Keadaan alant kandungan.

c. Pemeriksaan diagnostik
Pemeriksaan penunjang post partum menurut Manjoer arif dkk, 2001
- Hemoglobin, hematokrit, leukosit, ureum.
- Ultra sosografi untuk melihat sisa plasenta.

9. Analisa Data

No Data Etiologi Masalah


1 Ds : Agen injuy fisik Nyeri akut
Ibu mengatakan nyeri pada daerah kontraksi uterus
kemaluan terutama jika untuk
bergerak dan duduk, nyeri tajamm
perih, lokasi pada daerah perineum
Do :
- Tampak berhati-hati ketika
bergerak ditempat tidur
- Ekspresi wajah merintih ketika
bergerak atau duduk.
- TTV
2 Ds : Faktor resiko : Resiko infeksi
Ibu mengatakan terdapat luka Trauma jaringan
dikemaluan dan rasanya sakit tidak adekuatnya
Do : pertahanan sekunder
- Terdapat ruptur pereineum tubuh
- Luka tampak basah/kering
- Hasil pemeriksaan darah
3 Ds : Respon psikologis Gangguan pola tidur
- Tidur malam sering terbangun
- Tidak tidur siang
Do :
Mata cekung

10. Diagnosa keperawatan


a. Nyeri akut berhubungan dengan agen injury fisik kontraksi uterus
b. Resiko infeksi berhubungan dengan faktor terisko : trauma jaringan,
tidak adekuatnya pertahanan sekunder tubuh
c. Gangguan pola tidur berhubungan dengan respon psikologis

11. Perencanaan

Tujuan/
No Diagnosa Intervensi Rasional
Kriteria Hasil
1 Nyeri akut Setekah dilakukan - Melakukan - Memberikan rasa
berhubungan tindakan keperawatan pengkajian nyeri nyaman dalam
dengan agen selama ...x 24 secara beristirahat
injury fisik diharapkan nyeri kontrnprehensif - Menciptakan
kontraksi teratasi. Kriteria hasil : termasuk lokasi, perasaan yang
uterus Pain level karakteristik, tenang dan nyaman
Indikator IR ER durasi, frekuensi, - Perkembangan nyeri
-melaporkan kualitas dan faktor - Pemberian obat anti
adanya presipitasi nyeri
nyeri - Gunakan teknik
-luas bagian komunikasi
tubuh yang terapeutik untuk
terpengaruh mengetahui
-frekuensi pengalaman nyeri
nyeri pasien
-panjangnya - Kontrol
episode lingkungan yang
nyeri dapat
-ekspresi mempengaruhi
nyeri pada nyeri seperti suhu
wajah ruangan,
pencahayaan dan
kebisingan
- Pilih dan lakukan
penanganan nyeri
(farmakologi, non
farmakologi dan
inter personal)
- Kaji tipe dan
sumber nyeri untuk
menentukan
intervensi
- Ajarkan teknik non
farmakologi
- Berikan analgetik
untuk mengurangi
nyeri
- Kolaborasi dengan
dokter jika ada
keluhan dan
tindakan nyeri
tidak berhasil
2 Resiko Setelah dilakukan- Awasi suhu - Mengontrol
infeksi tindakan keperawatan - Lakukan cuci kestabilan suhu
berhubungan selama ...x 24 jam resiko tangan dengan baik - Mengurangi resiko
dengan infeksi tidak terjadi - Berikan perawatan infeksi
faktor dengan kriteria hasil : luka - Mengobati penyakit
terisko : Indikator IR ER - Lihat insisi dan infeksi yang terjadi
trauma -Luka tidak balutan, catat karena bakteri
jaringan, sakit karakteristik luka
tidak -Luka jahitan
adekuatnya kering - Berikan antibiotik
pertahanan Tidak ada sesuai indikasi
sekunder kemerahan
tubuh -Tidak ada
tanda
infeksi
3 Gangguan Setelah dilakukan - Jelaskan - Pentingnya tidur
pola tidur tindakan keperawatan pentingnya tidur selama sakit
berhubungan selama ...24 diharapakan yang adekuat - Mengetahui faktor
dengan kebutuhan tidur klien selama sakit penyebab kuramg
respon tercukupi. Kriteria hasil : - Bantu pasien untuk tidur
psikologis Sleep mengidentifikasi - Untuk memenuhi
Indikator IR ER faktor-faktor yang kebutuhan tidur
-observasi mungkin
waktu tidur menyebabkan
-pola tidur kurang tidur
-kualitas - Anjurkam untuk
tidur tidur siang jika
-terjaga diperlukan untuk
pada saat memenuhi
tidur kebutuhan pola
Rutinitas tidur
tidur
-tidur
hanya
sebentar
DAFTAR PUSTAKA

Marylin E. Doengoes, Mary Frances Moorhouse, Alice C. Geissler (2000),


Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman Untuk Perencanaan dan
Pendokumentasian Perawatan Pasien Edisi 3, Penerbit Buku Kedokteran
EGC, Jakarta

Mansjoer, Arief. 1999. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi III Jilid I. Jakarta
: Media

Hadijono, Soerjo. 2008. Ilmu Kebidanan. Jakarta : Bina Pustaka

Hacker Moorce. 1999. Esensial Obstetri dan Ginekologi Edisi 2. Jakarta :


Penerbit Buku Kedokteran EGC

Doenges, M.E. dan Moorhouse, M.F. 2001. Rencana Perawatan


Maternal/Bayi : Pedoman untuk Perencanaan dan Dokumentasi Perawatan
Klien, Edisi II, EGC, Jakarta

Mitayani. (2009). Asuhan Keperawatan Maternitas. Jakarta : EGC

http://www.slideshare.net/septianraha/asuhan-keerawatan-pada-ny-d-
dengan-post-partum-normal-di-wilayah-kerja-puskesmas-delanggu-klaten

https://www.scribd.com/document/339993990/laporan-pendahuluan-post-
partum

Anda mungkin juga menyukai