Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PENDAHULUAN POST PARTUM NORMAL PADA NY. Y.

DENGAN P1A0 DI RUANG ADAS MANIS RSUD PANDAN ARANG


BOYOLALI
A. KONSEP DASAR POST PARTUM

1. Definisi

Post partum merupakan periode waktu yang diperlukan untuk pulihnya organ-
organ reproduksi kembali pada keadaan semula (tidak hamil) yang lamanya 6
minggu setelah bayi dilahirkan dapat juga disebut dengan masa nifas
(peurperium) (Rahmi, 2019).

Post partum adalah masa setelah plasenta lahir dan berakhir ketika alat-alat
kandungan kembali pada keadaan sebelum hamil, masa post partum
berlangsung selama 6 minggu (Wahyuningsih, 2019).

Persalinan normal adalah proses lahirnya bayi yang terjadi pada kehamilan
cukup bulan (37-42 minggu), keluar secara spontan dengan presentasi kepala,
tanpa komplikasi baik pada ibu ataupun pada bayi (Armini et al., 2016).

Masa nifas (peurperium) adalah periode minggu-minggu pertama setelah


keluarnya bayi hingga alat-alat kandungan kembali ke keadaan tidak hamil
yang membutuhkan waktu sekitar enam minggu.Pada periode ini ditandai
dengan banyaknya perubahan fisiologi (Seniorita, 2017).

B. ETIOLOGI

Hingga saat ini, penyebab terjadinya persalinan masih menjadi pembahasan


yang rumit. Ada dua hormone yang dominan dan mempengaruhi pada
persalinan yakni hormon estrogen dan hormon progesterone. Hormon estrogen
berperan dalam meninggikan sensitifitas otot rahim dan mempermudah respon
rangsangan dari luar berupa oksitoksin, prostaglandin. Hormon progesterone
berperan dalam menurunkan sensitifitas otot rahim, menahan rangsangan dari
luar dan juga merileksasikan otot-otot polos.; Nurhayati (2019) penyebab
timbulnya persalinan sebagai berikut ;
a. Teori penurunan hormon; menurunya kadar hormon estrogen dan progesterone
kurang lebih 1-2 minggu sebelum persalinan berlangsung.Dimana
progesterone berkontribusi dalam menenangkan otot rahim. Saat kadar
progesterone menurun akan timbul kontraksi otot rahim dan pada akhirnya
menimbulkan persalinan.

b. Teori plasenta menjadi tua; seiring bertambahnya usia plasenta maka


menyebabkan penurunan hormon estrogen dan progesterone dan menimbulkan
pembekakan pada nadi, dengan kondisi tersebut dapat menyebabkan kontraksi
rahim.

c. Teori berkurangnya nutrisi pada janin; hasil konsepsi segera dikeluarkan


apabila nutrisi pada janin berkurang.

d. Teori distensi rahim; rahim akan berangsur membesar hingga menegang yang
membuat iskemia pada otot uterus. Keadaan demikian salah satu faktor yang
dapat mengganggu aliran pada uteroplasenta.

e. Teori iritasi mekanik; saat ganglion servikale tertekan makan membuat


kontraksi uterus, dimana letak dari ganglion ini dibelakang serviks.

f. Teori induksi partus (Induction Of Labor); partus terjadi karena adanya gejala
gangguan luminaria. Beberapa luminaria dimasukkan kedalam kanalis
servikalis yang bertujuan untuk merangsang pleksus frankenhause, amniotomi
(pemecahan ketuban), oksitosin drips.

C. ANATOMI FISIOLOGI

Sistem reproduksi wanita terdiri dari organ interna, yang terletak di dalam
rongga pelvis dan ditopang oleh lantai pelvis, dan genetalia eksterna, yang
terletak di perineum. Struktur reproduksi interna dan eksterna berkembang
menjadi matur akibat rangsang hormon estrogen dan progesteron (Arma,
2019)

a. Struktur Eksterna
Gambar 2.1 Organ reproduksi eksterna wanita

Sumber : (Armini, 2019)

1) Mons Veneris (Mons Pubis)

Mons pubis adalah jaringan lemak subkutan berbentuk lunak dan padat serta
mengandung banyak kelenjar sebasea (minyak) yang ditumbuhi rambut
berwarna hitam, kasar, dan ikal pada masa pubertas, mons berperan dalam
sensualitas dan melindungi simfisis pubis selama koitus

2) Labia Mayora

Labia mayora adalah dua lipatan kulit panjang melengkung yang menutupi
lemak dan jaringan ikat yang menyatu dengan mons pubis. Sensitivitas labia
mayora terhadap sentuhan, nyeri dan suhu tinggi, hal ini di akibatkan adanya
jaringan saraf yang menyebar luas yang juga berfungsi selama rangsangan
seksual. Pada wanita yang belum pernah melahirkan anak pervaginam, kedua
labia mayora terletak berdekatan di garis tengah, menutupi stuktur-struktur di
bawahnya. Setelah melahirkan anak dan mengalami cedera pada vagina atau
pada perineum, labia sedikit terpisah dan bahkan introitus vagina terbuka.

3) Labia Minora

Labia minora adalah lipatan kulit panjang, sempit dan tidak berambut yang
memanjang ke arah bawah klitoris dan menyatu dengan fourchette, terdapat
banyak pembuluh darah sehingga tampak kemerahan, dan memungkankan
labia minora membengkak, bila ada stimulus emosional atau stimulus fisik.
Kelenjar-kelenjar di labia minora juga melumasi vulva. Suplai saraf yang
sangat banyak membuat labia minora sensitif, sehingga meningkatkan fungsi
erotiknya.

4) Klitoris

Klistoris adalah organ pendek berbentuk silinder dan erektil, mengandung


banyak pembuluh darah dan saraf sensoris sehingga sangat sensitive. Fungsi
utama klitoris adalah menstimulasi dan meningkatkan ketegangan seksual.

5) Vestibulum

Vestibulum merupakan rongga yang berada diantara bibir kecil (labia minora)
dibatasi oleh klitoris dan perinium. Vestibulum terdiri dari muara uretra,
kelenjar parauretra, vagina dan kelenjar paravagina. Permukaan vestibulum
yang tipis dan agak berlendir mudah teriritasi oleh bahan kimia. Kelenjar
vestibulum mayora adalah gabungan dua kelenjar di dasar labia mayora,
masing-masing satu pada setiap sisi orifisium vagina.

6) Fourchette

Fourchette adalah lipatan jaringan tranversal yang pipih dan tipis, terletak pada
pertemuan ujung bawah labia mayora dan minora di garis tengah di bawah
orifisium vagina.

7) Perineum
Perineum adalah daerah muskular yang ditutupi kulit antara introitus vagina
dan anus, panjangnya kurang lebih 4 cm.

b. Struktur Interna

Gambar 2.2 Organ reproduksi interna wanita

Sumber : (Armini, 2019)

1) Vagina

Vagina merupakan suatu tuba berdinding tipis yang dapa melipat dan mampu
meregang secara luas. Mukosa vagina berespon dengan cepat terhadap stimulai
esterogen dan progesteron. sel-sel mukosa tanggal terutama selama siklus
menstruasi dan selama masa hamil. Cairan vagina berasal dari traktus genetalis
atas ataum bawah. Cairan sedikit asam, interaksi antara laktobasilus vagina dan
glikogen mempertahankan keasaman. Apabila pH naik diatas lima, insiden
infeksi vagina meningkat. Cairan yang terus mengalir dari vagina
mempertahankan kebersihan relatif vagina.

2) Uterus

Uterus adalah organ berdinding tebal, muskular, pipih, cekung yang tampak
mirip buah pir yang terbalik. Uterus normal memiliki bentuk simetris, nyeri
bila di tekan, licin dan teraba padat. Uterus terdiri dari tiga bagian, fudus yang
merupakan tonjolan bulat di bagian atas dan insersituba fallopi, korpus yang
merupakan bagian utama yang mengelilingi cavum uteri, dan istmus, yakni
bagian sedikit konstriksi yang menghubungkan korpus dengan serviks dan
dikenal sebagai sekmen uterus bagian bawah pada masa hamil. Tiga fungsi
uterus adalah siklus menstruasi dengan peremajaan endometrium, kehamilan
dan persalinan.

3) Tuba Falopii

Sepasang tuba fallopi melekat pada fundus uterus. Tuba ini memanjang ke arah
lateral, mencapai ujung bebas legamen lebardan berlekuk-lekuk mengelilingi
setiap ovarium. Panjang tuba ini kira-kira 10 cm dengan berdiameter 0,6 cm.
Tuba fallopi merupakan jalan bagi ovum.

4) Ovarium

Sebuah ovarium terletak di setiap sisi uterus, di bawah dandi belakang tuba
falopi. Dua ligamen mengikat ovarium pada tempatnya, yakni bagian
mesovarium ligamen lebar uterus, yang memisahkan ovarium dari sisi dinding
pelvis lateral kira-kira setinggi krista iliaka antero superior, dan ligamentum
ovari proprium, yang mengikat ovarium ke uterus. Dua fungsi ovarium adalah
menyelenggarakan ovulasi dan memproduksi hormon.

D. TANDA DAN GEJALA

Menurut Masriroh (2016) tanda dan gejala pada ibu post partum spontan
adalah:
1. organ-organ reporoduksi kembali normal [ada posisi sebelum kehamilan
Perubahan-perubahan psikologis lainnya selama hamil bebrbalik
2. keluarnya lochea, darah dan limfe tahapannya rubra (merah) : 1-3 hari,
sanguinolenta warna merah kekuningan terjadi pada hari ke 3-7, lochea
serosa berwarna kuning pada hari ke 7-14, lochea alba 2 minggu pasca
persalinan, lochea purulenta,lochiolosis lochea tidak keluarnya darah.
3. Sikllus menstruasi akan mengalami perubahan ibu saat mulai menyusui
4. Seviks akan menglami edema, bentuk distensi untuk beberapa hari
5. Vagina nampak berugae kembali pada minggu
6. Perineum akan terdapat robekan jika di lakukan episiotomy yang akan
terjadi masa penyembuhan selama 2 minggu
7. Payudara akan membesar karena vaskulularisasi dan engorgemen )

E. PATOFISIOLOGI

Proses kembalinya uterus ke keadaan sebelum hamil setelah melahirkan,


proses ini dimulai segera setelah plasenta keluar akibat kontraksi otot-otot
polos uterus. Pada akhir tahap ketiga persalinan, uterus berada di garis tengah,
kira-kira 2 cm di bawah umbilikus dengan bagian fundus bersandar pada
promontorium sakralis. Dalam waktu 12 jam, tinggi fundus mencapai kurang
lebih 1 cm di atas umbilikus. Fundus turun kira-kira 1 smpai 2 cm setiap 24
jam. Pada hari pasca partum keenam fundus normal akan berada di
pertengahan antara umbilikus dan simpisis pubis.

Uterus pada waktu hamil penuh baratnya 11 kali beratsebelum hamil.


Uterus akan mengalami proses involusiyangdimulai segera setelah plasenta
keluar akibat kontraksi otot-otot polos. Proses involusi yang terjadi
mempengaruhi perubahan dari berat uterus pasca melahirkan menjadi kira-kira
500 gram setelah 1 minggu pasca melahirkan dan menjadi 350 gram setelah 2
minggu pasca melahirkan. Satu minggusetelah melahirkan uterus berada di
dalam panggul. Pada minggu keenam, beratnya menjadi 50-60 gr.
Peningkatan esterogen danprogesteron bertanggung jawab untuk pertumbuhan
masif uterus selama hamil. Pada masa pasca partum penurunan kadar hormon
menyebabkan terjadinya autolisis, perusakan secara langsungjaringan
hipertrofi yang berlebihan. Sel-sel tambahan yang terbentuk selama masa
hamil menetap. Inilah penyebap ukuran uterus sedikit lebih besar setelah
hamil. Intesitas kontraksi otot otot polos uterus meningkat secara bermakna
segera setelah bayi lahir, kondsi tersebut sebagai respon terhadap penurunan
volume intrauterin yang sangat besar.

Pada endometrium timbul trombosis, degenerasi dan nekrosis ditempat


implantasi plasenta. Pada hari pertama endometrium yang kira-kira setebal 2-5
mm mempunyai permukaan yang kasar akibat pelepasan desidua dan selaput
janin. Regenerasi endometrium terjadi dari sisa-sisa sel desidua basalis yang
memakaiwaktu 2 sampai 3 minggu. Penurunan hormon human plasental
lactogen, esterogen dan kortisol, serta placental enzyme insulinase membalik
efek diabetagenik kehamilan. Sehingga kadar gula darah menurun secara
bermakna pada masa puerperium. Kadar esterogen dan progesteron menurun
secara mencolok setelah plasenta keluar, penurunan kadar esterogen berkaitan
dengan pembengkakan payudara dan diuresis cairan ekstra seluler berlebih
yang terakumulasi selama masa hamil. Kadar prolaktin serum yang tinggi
pada wanita menyusui berperan dalam menekan ovulasi. Karena kadar
follikel-stimulating hormone terbukti sama pada wanita menyusui dan tidak
menyusui di simpulkan ovarium tidak berespon terhadap stimulasi FSH ketika
kadar prolaktin meningkat (Yosefine, 2017).

F. PEMERIKSAAN PENUNJANG

1) Pemeriksaan darah

Beberapa uji laboratorium biasa segera dilakukan pada periode pasca


partum. Nilai hemoglobin dan hematokrit seringkali dibutuhkan pada hari
pertama pada partum untuk mengkaji kehilangan darah pada melahirkan.

2) Pemeriksaan urin
Pegambilan sampel urin dilakukan dengan menggunakan cateter atau
dengan tehnik pengambilan bersih (clean-cath) spisimen ini dikirim ke
laboratorium untuk dilakukan urinalisis rutin atau kultur dan sensitivitas
terutama jika

cateter indwelling di pakai selama pasca inpartum. Selain itu catatan prenatal ibu
harus di kaji untuk menentukan status rubelle dan rhesus dan kebutuhan therapy
yang mungkin

G. KOMPLIKASI

Menurut Sulistyawati ( 2019 ) kompilkasi pada ibu post partum normal


diantaranya:

a. Perdarahan

Perdarahan adalah penyebap kematian terbanyak pada wanita selama periode


post partum. Perdarahan post partum adalah: kehilangan darah lebih dari 500
cc setelah kelahiran kriteria perdarahan didasarkan pada satu atau lebih tanda-
tanda sebagai berikut:

1) Kehilangan darah lebih dai 500 cc.

2) Sistolik atau diastolik tekanan darah menurun sekitar 30 mmHg.

3) Hb turun sampai 3 gram %.

c. Endometritis

Adalah infeksi dalam uterus paling banyak disebapkan oleh infeksi


puerperalis. Bakteri vagina, pembedahan caesaria, ruptur membran memiliki
resiko tinggi terjadinya endometritis.

d. Mastitis

Yaitu infeksi pada payudara. Bakteri masuk melalui fisura atau pecahnya
puting susu akibat kesalahan tehnik menyusui, di awali dengan
pembengkakan, mastitis umumnya di awali pada bulan pertama post partum
e. Infeksi saluran kemih

Insiden mencapai 2-4 % wanita post partum, pembedahan meningkatkan


resiko infeksi saluran kemih. Organisme terbanyak adalah Entamoba coli dan
bakterigram negatif lainnya.

f. Tromboplebitis dan thrombosis

Semasa hamil dan masa awal post partum, faktor koagulasi dan meningkatnya
status vena menyebapkan relaksasi sistem vaskuler, akibatnya terjadi
tromboplebitis (pembentukan trombus di pembuluh darah dihasilkan dari
dinding pembuluh darah) dan thrombosis (pembentukan trombus)
tromboplebitis superfisial terjadi 1 kasus dari 500-750 kelahiran pada 3 hari
pertama post partum.

g. Emboli

Yaitu : partikel berbahaya karena masuk ke pembuluh darah kecil.

H. PENATALAKSANAAN

Penanganan ruptur perineum diantaranya dapat dilakukan dengan cara


melakukan penjahitan luka lapis demi lapis, dan memperhatikan jangan sampai
terjadi ruang kosong terbuka kearah vagina yang biasanya dapat dimasuki
bekuan-bekuan darah yang akan menyebabkan tidak baiknya penyembuhan
luka. Selain itu dapat dilakukan dengan cara memberikan antibiotik yang
cukup. Prinsip yang harus diperhatikan dalam menangani ruptur perineum
adalah :

a. Bila seorang ibu bersalin mengalami perdarahan setelah anak lahir, segera
memeriksa perdarahan tersebut berasal dari retensio plasenta atau plasenta
lahir tidak lengkap.
b. Bila plasenta telah lahir lengkap dan kontraksi uterus baik, dapat dipastikan
bahwa perdarahan tersebut berasal dari perlukaan pada jalan lahir, selanjutnya
dilakukan penjahitan. Dalam menangani asuhan keperawatan pada ibu post
partum spontan, dilakukan berbagai macam penatalaksanaan, diantaranya :

 Monitor TTV
Tekanan darah meningkat lebih dari 140/90 mungkin menandakan
preeklamsi suhu tubuh meningkat menandakan terjadinya infeksi, stress,
atau dehidrasi.
 Pemberian cairan intravena
Untuk mencegah dehidrasi dan meningkatkan kemampuan perdarahan
darah dan menjaga agar jangan jatuh dalam keadaan syok, maka cairan
pengganti merupakan tindakan yang vital, seperti Dextrose atau Ringer. 25
 Pemberian oksitosin
Segera setelah plasenta dilahirkan oksitosin (10 unit) ditambahkan dengan
cairan infuse atau diberikan secara intramuskuler untuk membantu
kontraksi uterus dan mengurangi perdarahan post partum.
 Obat nyeri
Obat-obatan yang mengontrol rasa sakit termasuk sedative, alaraktik,
narkotik dan antagonis narkotik. Anastesi hilangnya sensori, obat ini
diberikan secara regional/ umum .
I. Diagnosa Keperawatan

1. Nyeri melahirkan berhubungan dengan pengeluaran janin


2. Menyusui tidak efektif beruhubungan dengan ketidakadekuatan suplai ASI

J. Intervensi Keperawatan
No Diagnose Keperawatan Tujuan & Kriteria Hasil Intervensi Rasionalisasi
1. Nyeri melahirkan Setelah dilakukan tindakan ‘’Manajemen nyeri’’ 1. untuk mengetahui lokasi,
berhubungan dengan keperawatan selama 2 x 24 jam (I. 08238 ) karakteristik, durasi, kualitas dan
pengeluaran janin diharapakan tingkat nyeri menurun 1’ identifikasi lokasi, intensits nyeri.
dengan kriteria hasil: karakteristik, durasi, 2 untuk mengetahui skala nyeri
Keluhan nyeri menurun dari skala 4 frekuensi, kualitas, Agar pasien dapat melakukan terapi
ke skala 5 intensitas nyeri napas dalam untuk mengatasi nyeri
2. identifikasi skala nyeri
Berikan teknik non
farmakologi relakasasi
napas dalam
2. Mmenyusui tidak efektif Setelah dilakukan tindakan 1. identifikasi tujuan dan 1 untuk mengetahui keinginan
berhubungan dengan keperawatan selama2x 24 jam keinginan menyusui menyusui pasien
ketidakadekuatan diharapkan Status Mneyusui 2. ajarkan perawatan 2. untuk menambah pengetahuan
suaplai ASI membaik dengan kriteria hasil1, payudara dan pijat oksitosin pasien dan keluarga tentang
1. etesan atau pancaran ASI perawatan payudara dan pijat
meningkat dara skala 2 ke skala 3 oksitosin untuk melancarakan ASI
2, suplai ASI adekuat meningkat
dari skala 2 ke skala 3
Daftar Pustaka

Fatimah. (2017). BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN KEHAMILAN. Fakultas


Kedokteran dan Kesehatan Universitas Muhammadiyah.

Oktanani M. (2016) Buku Ajar Asuhan Kebidanan Persalinan Dan Bayi Baru
Lahir. Yogyakarta.

Rahmi. (2019) Asuhan Keperawatan Pada Ny. M. Dengan Post Partum Di Ruang
Rawat Inap Kebidanan RSUD Dr. Achmad Mochtar Bukit Tinggi Tahun
2019

Seniorita, D. (2017 ). Gambaran pengetahuan Ibu Post Partum Tentang


Kebutuhan Dasar Nifas Di Rumah Bersalain Srikaban Binjai Tahun 2016

Tyastuti,S. ( 2016 ). Modul Bahan Ajar Cetak Kebidanan : Asuhan Kebidanan


Kehamilan . Jakarta :

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia.

Tim Pokja SDKI PPNI. (2017). Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia.

Tim Pokja SIKI DPP PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia
(Edisi 1). DPP PPNI.

Wahyuningsih, S. (2019). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Post Partum.


LAPORAN PENDAHULUAN POST PARTUM NORMAL PADA NY. Y.
DENGAN P1A0 DI RUANG ADAS MANIS RSUD PANDAN ARANG
BOYOLALI

DISUSUN OLEH :

ELSSA SOHILAIT
22160019

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS PROGRAM PROFESI


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS RESPATI YOGYAKARTA
2022/2023

Anda mungkin juga menyukai