Anda di halaman 1dari 29

LANDASAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN PENYAKIT

KPD (KETUBAN PECAH DINI)

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Pencapaian Stase Keperawatan Maternitas  Program
Profesi Ners STIK Immanuel Bandung

DI SUSUN OLEH :

NAMA: ERNI HERMELINA DAHOKLORY

NPM   : 1490121028

PROGRAM STUDI PROFESI NERS ANGKATAN XXVI

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

IMMANUEL BANDUNG

TAHUN 2021/2022
1. PENGERTIAN
Masa nifas atau post partum adalah masa setelah persalinan selesai sampai 6 minggu
atau 42 hari. Setelah masa nifas, organ reproduksi secara berlahan akan mengalami
perubahan seperti sebelum hamil. Selama masa nifas perlu mendapat perhatian lebih
dikarenakan angka kematian ibu 60% terjadi pada masa nifas. Dalam angka kematian
ibu (AKI) adalah penyebab banyaknya wanita meninggal dari suatu penyebab adalah
kurangnya perhatian pada wanita post partum (Sofyan, 2019).
Post partum adalah masa setelah plasenta lahir dan berakhir ketika alat-alat
kandungan kembali pada keadaan sebelum hamil, masa post partum berlangsung selama
6 minggu (Wahyuningsih, 2019). Section Caesarea adalah suatu cara melahirkan
dengan membuaat sayatan pada dinding uterus melalui dinding depan perut. Indikasi
medis dilakukannya operasi sectio caesarea ada dua faktor yang mempengaruhi yaitu
faktor janin dan faktor ibu. Faktor janin meliputi sebagai berikutbayi terlalu besar,
kelainan letak janin, ancaman gawat janin, janin abnormal, faktor plasenta, kelainan tali
pusat dan bayi kembar. Sedangkan faktor ibu terdiri dari usia, jumlah anak yang
dilahirkan, keadaan panggul, penghambat jalan lahir, kelainan kontraksi lahir, ketuban
pecah dini (KPD) dan pre eklamsia (Fhadilla Erin Sagita, 2019).

2. ANATOMI FISIOLOGI
 Anatomi Sistem Reproduksi
Organ reproduksi wanita terbagi atas organ eksterna dan interna. Organ eksterna
berfungsi dalam berfungsi dalam kopulasi, sedangkan organ interna berfungsi dalam
ovulasi, sebagai tempat fertilisasi sel telur dan perpindahan blastosis, dan sebagai
tempat implantasi, dapat dikatakan berfungsi untuk pertumbuhan dan kelahiran janin
a. Struktur Ekterna

Gambar 1.1 .Organ Reproduksi Eksterna Pada Wanita


1) Mons Pubis
Mons Pubis atau Mons Veneris adalah jaringan lemak subkutan berbentuk bulat
yang lunak dan padat serta merupakan jaringan ikat jarang diatas simfisis pubis.
Mons pubis mengandung banyak kelenjar sebasea (minyak) dan ditumbuhi
Rambut berwarna hitam, kasar dan ikal pada masa pubertas, yakni sekitar satu
sampai dua tahun sebelum awitan haid. Fungsinya sebagai bantal pada saat
melakukan hubungan sexs.
2) Labia Mayora
Labia Mayora ialah dua lipatan kulit panjang melengkung yang menutupi lemak
dan jaringan ikat yang menyatu dengan mons pubis. Keduanya memanjang dari
mons pubis ke arah bawah mengelilingi labia mayora, meatus urinarius, dan
introitus vagina (muara vagina).
3) Labia Minora
Labia Minora, terletak diantara dua labia mayora, merupakan lipatan kulit yang
panjang, sempit dan tidak berambut yang memanjang ke arah bawah dari bawah
klitoris dan menyatu dengan fourchette. Sementara bagian lateral dan anterior
labia biasanya mengandung pigmen, permukaan medial labia minora sama dengan
mukosa vagina; merah muda dan basah. Pembuluh darah yang sangat banyak
membuat labia berwarna merah kemurahan dan memungkinkan labia minora
membengkak, bila ada stimulus emosional atau stimulus fisik.
4) Klitoris
Klitoris adalah organ pendek berbentuk silinder dan erektil yang terletak tepat
dibawah arkus pubis. Dalam keadaan tidak terangsang, bagian yang terlihat adalah
sekitar 6 x 6 mm atau kurang. Ujung badan klitoris dinamai glans dan lebih
sensitif daripada badannya. Saat wanita secara seksual terangsang, glans dan
badan klitoris membesar. Fungsi klitoris adalah menstimulasi dan meningkatkan
ketegangan seksualitas.
5) Prepusium Klitoris
Dekat sambungan anterior, labia minora kanan dan kiri memisah menjadi bagian
medial dan lateral. Bagian lateral menyatu di bagian atas klitoris dan membentuk
prepusium, penutup yang berbentuk seperti kait. Bagian medial menyatu di bagian
bawah klitoris untuk membentuk frenulum. Kadang-kadang prepusium menutupi
klitoris.
6) Vestibulum
Vestibulum ialah suatu daerah yang berbentuk seperti perahu atau lonjong,
terletak di antara labia minora, klitoris dan fourchette. Vestibulum terdiri dari
muara utetra, kelenjar parauretra (vestibulum minus atau skene), vagina dan
kelenjar paravagina (vestibulum mayus, vulvovagina, atau Bartholin). Permukaan
vestibulum yang tipis dan agak berlendir mudah teriritasi oleh bahan kimia
(deodorant semprot, garam-garaman, busa sabun), panas, rabas dan friksi (celana
jins yang ketat).
7) Fourchette
Fourchette adalah lipatan jaringan transversal yang pipih dan tipis, terletak pada
pertemuan ujung bawah labia mayora dan minora di garis tengah dibawah
orifisium vagina. Suatu cekungan kecil dan fosa navikularis terletak di antara
fourchette dan himen.
8) Perineum
Perineum ialah daerah muscular yang ditutupi kulit antara introitus vagina dan
anus. Perineum membentuk dasar badan perineum. Penggunaan istilah vulva dan
perineum

b. Struktur Interna

Gambar 1.2 Organ Reproduksi Internal pada wanita


1) Ovarium
Sebuah ovarium terletak di setiap sisi uterus, dibawah dan di belakang tuba falopi.
Dua ligamen mengikat ovarium pada tempatnya, yakni bagian mesovarium
ligamen lebar uterus, yang memisahkan ovarium dari sisi dinding pelvis lateral
kira-kira setinggi Krista iliaka antero superior, dan ligamentum ovarii proprium.
Dua fungsi ovarium ialah menyelenggarakan ovulasi dan memproduksi hormon.
Saat lahir, ovarium wanita normal mengandung sangat banyak ovum primordial
(primitif). Ovarium juga merupakan tempat utama produksi hormon seks steroid
(estrogen, progesterone, dan androgen) dalam jumlah yang dibutuhkan untuk
pertumbuhan, perkembangan dan fungsi wanita normal. Hormone estrogen adalah
hormone seks yang diproduksi oleh rahim untuk merangsang pertumbuhan organ
seks seperti payudara dan rambut pubik serta mengatur sirkulasi manstrubasi.
Hormone estrogen juga menjaga kondisi kesehatan dan elasitas dinding vagina.
Hormone ini juga menjaga teksture dan fungsi payudara, pada wanita hamil
hormone estrogen membuat puting payudara membesar dan merangsang
pertumbuhan kelenjar ASI dan memperkuat dinding rahim saat terjadi kontraksi
menjelang persalinan. Hormone progesterone berfungsi untuk menghilangkan
pengaruh hormone oksitoksin yang dilepaskan oleh kelenjar pituteri. Hormone ini
juga melindungi janin dari serangan sel-sel kekebalan tubuh dimana sel telur yang
dibuahi menjadi benda asing dalam tubuh ibu, hormon androgen berfungsi untuk
menyeimbangkan antara hormon estrogen dan progesterone.
2) Tuba Falopi
Panjang tuba ini kira-kira 10 cm dengan diameter 0,6 cm. Setiap tuba mempunyai
lapisan peritoneum di bagian luar, lapisan otot tipis di bagian tengah, dan lapisan
mukosa di bagian dalam. Lapisan mukosa terdiri dari sel-sel kolumnar, beberapa
di antaranya bersilia dan beberapa yang lain mengeluarkan secret. Lapisan
mukosa paling tipis saat menstruasi. Setiap tuba dan lapisan mukosanya menyatu
dengan mukosa uterus dan vagina.
3) Uterus
Uterus adalah organ berdinding tebal, muscular, pipih, cekung yang tampak mirip
buah pir terbalik. Pada wanita dewasa yang belum pernah hamil, ringan uterus
ialah 60 g. Uterus normal memiliki bentuk simetris, nyeri bila ditekan, licin dan
teraba padat. Derajat kepadatan ini bervariasi bergantung kepada beberapa faktor.
Misalnya, uterus mengandung lebih banyak rongga selama fase sekresi. Tiga
fungsi uterus adalah siklus menstruasi dengan peremajaan endometrium,
kehamilan dan persalinan. Fungsi-fungsi ini esensial untuk reproduksi, tetapi tidak
diperlukan untuk kelangsungan fisiologis wanita.
4) Dinding Uterus
Dinding uterus terdiri dari tiga lapisan: endometrium, miometrium, dan sebagian
lapisan luar peritoneum parietalis.
5) Serviks
Bagian paling bawah uterus adalah serviks atau leher. Tempat perlekatan serviks
uteri dengan vagina, membagi serviks menjadi bagian supra vagina yang panjang
dan bagian vagina yang lebih pendek. Panjang serviks sekitar 2,5 sampai 3 cm, 1
cm menonjol ke dalam vagina pada wanita tidak hamil. Serviks terutama disusun
oleh jaringan ikat fibrosa serta sejumlah kecil serabut otot dan jaringan elastis.
6) Vagina
Vagina merupakan suatu struktur tubular yang terletak di depan rectum dan di
belakang kandung kemih dan uretra, memanjang dari introitus (muara eksterna di
vestibulum di antara labia minora vulva) sampai serviks.
Vagina adalah suatu tuba berdinding tipis yang dapat melipat dan mampu
meregang secara luas. Karena tonjolan serviks ke bagian atas vagina, panjang
dinding anterior vagina hanya sekitar 7,5 cm, sedangkan panjang dinding
posterior sekitar 9 cm. Ceruk yang terbentuk disekeliling serviks yang menonjol
tersebut disebut forniks: kanan, kiri, anterior dan posterior. Mukosa vagina
berespons dengan cepat terhadap stimulasi estrogen dan progesterone. Sel-sel
mukosa tanggal terutama selama siklus menstruasi dan selama masa hamil. Sel-sel
yang diambil dari mukosa vagina dapat digunakan untuk mengukur kadar hormon
seks steroid. Cairan vagina berasal dari traktus genitalia atas atau bawah. Cairan
sedikit asam.Interaksi antara laktobasilus vagina dan glikogen mempertahankan
keasaman. Apabila pH naik di atas lima, insiden infeksi vagina meningkat.
 Fisiologi
Sistem reproduksi dan struktur terkait pasca partum:
a. Adaptasi Fisiologi Pada Post Partum
1) Proses Involusi
Proses kembalinya uterus kekeadaan sebelum hamil setelah melahirkan
disebut involusi. Proses dimulai setelah plasenta keluar akibat konstraksi otot-
otot polos uterus. Pada akhir persalinan tahap III, uterus berada digaris
tengah, kira-kira 2 cm dibawah umbilikus dengan fundus bersandar pada
promontorium sakralis. Ukuran uterus saat kehamilan enam minggu beratnya
kira-kira 1000 gr. Dalam waktu 12 jam, tinggi fundus kurang lebih 1 cm
diatas umbilikus. Fundus turun kira-kira 1-2 cm setiap 24 jam. Pada hari
keenam fundus normal berada dipertengahan antara umbilikus dan simfisis
fubis. Seminggu setelah melahirkan uterus berada didalam panggul sejati
lagi, beratnya kira-kira 500 gr, dua minggu beratnya 350 gr, enam minggu
berikutnya mencapai 60 gr.
2) Komtraksi Uterus

Intensitas kontraksi uterus meningkat segera setelah bayi lahir, diduga adanya
penurunan volume intrauterin yang sangat besar. Hemostatis pascapartum
dicapai akibat kompresi pembuluh darah intramiometrium, bukan oleh
agregasi trombosit dan pembentukan pembekuan. Hormon desigen dilepas
dari kelenjar hipofisis untuk memperkuat dan mengatur konstraksi. Selama 1-
2 jam I pasca partum intensitas konstraksi uterus bisa berkurang dan menjadi
tidak teratur, karena untuk mempertahankan kontraksi uterus biasanya
disuntikkan aksitosan secara intravena atau intramuscular diberikan setelah
plasenta lahir.
3) Tempat Plasenta
Setelah plasenta dan ketuban dikeluarkan, kontriksi vaskuler dan trombosis
menurunkan tempat plasenta ke suatu area yang meninggi dan bernodul tidak
teratur. Pertumbuhan endometrium menyebabkan pelepasan jaringan nekrotik
dan mencegah pembentukan jaringan parut yang menjadi karakteristik
penyembuhan luka. Proses penyembuhan memampukan endometrium
menjalankan siklusnya seperti biasa dan memungkinkan implantasi untuk
kehamilan dimasa yang akan datang. Regenerasi endometrium selesai pada
akhir minggu ketiga pasca partum, kecuali bekas tempat plasenta.
4) Lochea
Lochea adalah rabas uterus yang keluar setelah bayi lahir, mula-mula
berwarna merah lalu menjadi merah tua atau merah coklat. Rabas
mengandung bekuan darah kecil. Selama 2 jam pertama setelah lahir, jumlah
cairan yang keluar dari uterus tidak boleh lebih dari jumlah maksimal yang
keluar selama menstruasi. Lochea rubra mengandung darah dan debris
desidua dan debris trofoblastik. Aliran menyembur menjadi merah muda
dancoklat setelah 3-4 hari (lochea serosa). lochea serosa terdiri dari darah
lama (oldblood), serum, leukosit dan debris jaringan. Sekitar 10 hari setelah
bayi lahir, warna cairan ini menjadi kuning sampai putih (lochea alba).
Lochea alba mengandung leukosit, desidua, sel epitel, mucus, serum dan
bakteri. Lochea alba bertahan selama 2-6 minggu setelah bayi lahir.
5) Serviks
Serviks menjadi lunak setelah ibu malahirkan. 18 jam pascapartum, serviks
memendek dan konsistensinya lebih padat kembali kebentuk semula. Muara
serviks berdilatasi 10 cm, sewaktu melahirkan, menutup bertahap 2 jari masih
dapat dimasukkan Muara serviks hari keempat dan keenam pasca
partum.
6) Vagina dan Perinium
Estrogen pasca partum yang menurun berperan dalam penipisan mucosa
vagina dan hilangnya rugae. Vagina yang semula sangat teregang akan
kembali secara bertahap keukuran sebelum hamil, 6-8 minggu setelah bayi
lahir. Rugae akan kembali terlihat pada sekitar minggu keempat.
7) Payudara
Konsentrasi hormone yang menstimulasi perkembangan payudara selama
wanita hamil (estrogen, progesteron, human chrorionic gonadotropin,
prolaktin, dan insulin) menurun dengan cepat setelah bayi lahir. Hari ketiga
atau keempat pasca partum terjadi pembengkakan (engorgement). Payudara
bengkak, keras, nyeri bila ditekan, dan hangat jika diraba (kongesti pembuluh
darah menimbulkan rasa hangat). Pembengkakan dapat hilang dengan
sendirinya dan rasa tidak nyaman berkurang dalam 24 jam sampai 36 jam.
Apabila bayi belum menghisap (atau dihentikan), laktasi berhenti dalam
beberapa hari sampai satu minggu. Ketika laktasi terbentuk, teraba suatu
massa (benjolan), tetapi kantong susu yang terisi berubah dari hari ke hari.
Sebelum laktasi dimulai, payudara terasa lunak dan keluar cairan
kekuningan,yakni kolostrum, dikeluarkan dari payudara. Setelah laktasi
dimulai, payudara terasa hangat dan keras waktu disentuh. Rasa nyeri akan
menetap selama 48 jam, susu putih kebiruan (tampak seperti susu skim)
dapat dikeluarkan dari puting susu.
8) Laktasi
Sejak kehamilan muda, sudah terdapat persiapan-persiapan pada kelenjar-
kelanjar untuk menghadapi masa laktasi. Proses ini timbul setelah ari-ari atau
plasenta lepas. Ari-ari mengandung hormon penghambat prolaktin (hormon
placenta) yang menghambat pembentukan ASI. Setelah ari-ari lepas,
hormone placenta tak ada lagi sehingga terjadi produksi ASI. Sempurnanya
ASI keluar 2-3 hari setelah melahirkan. Namun sebelumnya di payudara
sudah terbentuk kolostrum yang bagus sekali untuk bayi, karena mengandung
zat kaya Gizi dan antibodi pembunuh kuman.

 Anatomi Fisiologi Kulit


a. Kulit
1) Lapisan Epidermis
Epidermis, lapisan luar, terutama terdiri dari epitel skuamosa bertingkat.Sel-
sel yang menyusunya secara berkesinambungan dibentuk oleh lapisan
germinal dalam epitel silindris dan mendatar ketika didorong oleh sel-sel baru
kearah permukaan, tempat kulit terkikis oleh gesekan.Lapisan luar terdiri dari
keratin, protein bertanduk, Jaringan ini tidak memiliki pembuluh darah dan
selselnya sangat rapat.
2) Lapisan Dermis
Dermis adalah lapisan yang terdiri dari kolagen jaringan fibrosa dan elastin.
Lapisan superfasial menonjol ke dalam epidermis berupa sejumlah papilla
kecil. Lapisan yang lebih dalam terletak pada jaringan subkutan dan fasia,
lapisan ini mengandung pembuluh darah, pembuluh limfe dan saraf
3) Lapisan Subkutan
Lapisan ini mengandung sejumlah sel lemak, berisi banyak pembuluh darah
dan ujung syaraf. Lapisan ini mengikat kulit secara longgar dengan organ-
organ yang terdapat dibawahnya. Dalam hubungannya dengan tindakan SC,
lapisan ini adalah pengikat organ-organ yang ada di abdomen, khususnya
uterus. Organ-organ di abdomen dilindungi oleh selaput tipis yang disebut
peritonium. Dalam tindakan SC, sayatan dilakukan dari kulit lapisan terluar
(epidermis) sampai dinding uterus.
b. Fasia
Di bawah kulit fasia superfisialis dibagi menjadi lapisan lemak yang dangkal,
Camper's fasia, dan yang lebih dalam lapisan fibrosa. Fasia profunda terletak
pada otot-otot perut. menyatu dengan fasia profunda paha. Susunan ini
membentuk pesawat antara Scarpa's fasia dan perut dalam fasia membentang dari
bagian atas paha bagian atas perut.Di bawah lapisan terdalam otot, maka otot
abdominis transverses, terletak fasia transversalis. Para fasia transversalis
dipisahkan dari peritoneum parietalis oleh variabel lapisan lemak..Fascias adalah
lembar jaringan ikat atau mengikat bersama-sama meliputi struktur tubuh.
c. Otot perut
1) Otot dinding perut anterior dan later
Rectus abdominis meluas dari bagian depan margo costalis di atas dan pubis
di bagian bawah. Otot itu disilang oleh beberapa pita fibrosa dan berada
didalam selubung. Linea alba adalah pita jaringan yang membentang pada
garis tengah dari procecuss xiphodius sternum ke simpisis pubis,
memisahkan kedua musculus rectus abdominis. Obliquus externus, obliquus
internus dan transverses adalah otot pipih yang membentuk dinding abdomen
pada bagian samping dan depan. Serat externus berjalan kearah bawah dan
atas ; serat obliquus internus berjalan keatas dan kedepan ; serat transverses
(otot terdalam dari otot ketiga dinding perut) berjalan transversal di bagian
depan ketiga otot terakhir otot berakhir dalam satu selubung bersama yang
menutupi rectus abdominis.

2) Otot dinding perut posterior


Quadrates lumbolus adalah otot pendek persegi pada bagian belakang
abdomen, dari costa keduabelas diatas ke crista iliaca.

3. INDIKASI
1) CPD (Chepalo Pelvik Dispropotion)
CPD adalah ukuran lingkar panggul ibu tidak sesuai dengan ukuran kepala janin
yang dapat menyebabkan ibu tidak dapat melahirkan secara normal. Tulang-tulang
panggul merupakan susunan beberapa tulang yang membentuk rongga panggul
yang merupakan jalan yang harus dilalui oleh janin ketikaakan lahir secara normal.
Bentuk panggul yang menunjukkan kelainan atau panggul patologis juga dapat
menyebabkan kesulitan dalam proses persalinan normal sehingga harus dilakukan
tindakan operasi. Keadaan patologis tersebut menyebabkan bentuk rongga panggul
menjadi asimetris dan ukuran-ukuran bidang panggul menjadi abnormal.

2) PEB (Pre-Eklamasi Berat)


Setelah perdarahan dan infeksi, pre-eklamsi dan eklamsi merupakan penyebab
kematian maternatal dan perinatal paling penting dalam ilmu kebidanan. Karena itu
diagnosa dini amatlah penting, yaitu mampu mengenali dan mengobati agar tidak
berlanjut menjadi eklamsi.

3) KPD (Ketuban Pecah Dini)

Pecahnya ketuban sebelum terdapat tanda persalinan dan ditunggu satu jam belum
terjadi inpartus. Sebagian besar ketuban pecah dini adalah hamil aterm diatas 37
minggu.

4) Bayi kembar, tak selamanya bayi kembar dilahirkan secara sectio caesarea. Hal ini
karena kelahiran kembar memiliki resiko terjadi komplikasi yang lebih tinggi
daripada kelahiran satu bayi. Selain itu, bayi kembarpun dapat mengalami sungsang
atau salah letak lintang sehingga sulituntuk dilahirkan secara normal.

5) Faktor hambatan jalan lahir, adanya gangguan pada jalan lahir, misalnya jalan
lahiryang tidak memungkinkan adanya pembukaan, adanya tumor dan kelainan
bawaan pada jalan lahir, tali pusat pendekdan ibu sulit bernafas.

6) Kelainan Letak Janin


a. Kelainan pada letak kepala

 Letak kepala tengadah, bagian terbawah adalah puncak kepala, pada


pemerikasaan dalam teraba UUB yang paling rendah. Etiologinya kelainan
panggul, kepala bentuknya bundar, anaknya kecil atau mati, kerusakan dasar
panggul.

 Presentasi muka, letak kepala tengadah (defleksi), sehingga bagian kepala


yang terletak paling rendah ialah muka. Halini jarang terjadi, kira-kira 0,27-
0,5%.
 Presentasi dahi, posisi kepala antara fleksi dan defleksi, dahi berada pada
posisi terendah dan tetap paling depan. Pada penempatan dagu, biasanya
dengan sendirinya akan berubah menjadi letak muka atau letak belakang
kepala.

b. Letak sungsang merupakan keadaan dimana janin terletak memanjang dengan


kepala difundus uteri dan bokong berada di bagian bawah kavum uteri.
Dikenal beberapa jenis letak sungsang, yakni presentasi bokong, presentasi
bokong kaki sempurna, presentasi bokong tidak sempurna dan presentasi kaki.
4. PATHWY

Plasenta Previa CPD,


KPD, PEB, Bayi
Kembar, Kelainan Letak
Janin

Seksio Cesaria

Post Op SC

Luka Post Op Nifas


Post  Ansestasi
Spinal

Jaringan Jaringan Uterus Laktasi


Penurunan saraf  Psikologis
Penurunan saraf  terputus terbuka
ekstermitas bawah otonom
Kontraksi Uterus Progesteron dan Perubahan
Merangsang area Proteksi esterogen
kelumpuhan Psikologis
sensorik  motorik Kurang

Ansietas
Nyeri Invasi Prolaktin
Penambahan
Bakteri meningkat
Tidak anggota baru
Adekuat
adekuat
Resiko Pertumbuhan
Pengelupas Kebutuhan
Infeksi kelenjar susu
an desidua Atonia meningkat
terangsang
uretri
Lochia
Perdarahan
Isapan
bayi

Oksigen
Hipovolemika Anemia meningkat

Ejeksi ASI
HbO2 menurun

Kelelahan
Asam laktat Metabolisme
meningkat anaerob

Intoleransi
Aktivitas
5. PENATALAKSANAAN

Menurut Cunningham (2017) penatalaksanaan klien post Sectio Caesarea ialah :


a. Keperawatan
1) Perawatanawal
a) Periksa kondisi pasien, cek tanda vital tiap 15 menit selama 1 jam pertama,
kemudian tiap 30 menit jam berikutnya. Periksa tingkat kesadaran tiap 15
menit sampai sadar.
b) Yakinkan jalan nafas bersih dan cukup ventilasi
c) Transfusi darah jika perlu
d) Jika tanda vital dan hematikrit turun walau diberikan transfusi, segera
kembalikan kekamar bedah kemungkinan terjadi perdarahan pasca bedah.
2) Diet
Pemberian cairan per infus biasanya dihentikan setelah penderita flatus lalu di
mulailah pemberian minuman dan makanan peroral. Pemberian minuman
dengan jumlah yang sedikit sudah bleh dilakukan pada 6-10 jam pasca operasi,
berupa air putih dan air teh.

3) Mobilisasi
a) Miring kanan dan kiri dapat dimulai sejak 6-10 jam setelah operasi
b) Latihan pernafasan dapat dilakukan penderita sambil tidur terlentang sedini
mungkin setelah sadar.
c) Hari kedua post operasi, penderita dapat didudukan selama 5 menit dan
diminta untuk bernafas dalam lalu menghembuskannya.
d) Kemudian posisi tidur terlentang dapat diubah menjadi posisi setengah
duduk (semi fowler).
e) Selanjutnya selama berturut-turut, hari demi hari, pasien dianjurkan belajar
duduk selama sehari, belajar berjalan, dan kemudian berjalan sendiri pada
hari ke-3 sampai hari ke-5 pasca operasi.
4) Fungsi gastrointestinal
a) Jika tindakan tidak berat beri pasien diet cair
b) Jika ada tanda infeksi, tunggu bising usus timbul
c) Jika pasien bisa flatus mulai berikan makanan padat
d) Pemberian infis diteruskan sampai pasien bisa minum dengan baik.
5) Perawatan funsi kandung kemih
a) Jika urine jernih, kateter dilepas 8 jam setelah pembedahan atau sesudah
semalam.
b) Jika urine tidak jernih biarkan kateter terpasang sampai urine jernih.
c) Jika terjadi perlukaan pada kandung kemih biarkan kateter terpasang sampai
minimum 7 hari atau urine jernih.
d) Jika sudah tidak memekai antibiotik berikan nirofurantoin 100mg per oral
per hari sampai kateter dilepas.
e) Kandung kemih yang penuh menimbulkan rasa nyri dan tidak enak pada
penderita, menghalangi involusi uterus dan menyebabkan perdarahan.
Kateter biasanya terpasang 24–48 jam/lebih lama lagi tergantung jenis
operasi dan keadaan penderita.
6) Pembalutan dan perawatan luka
a) Jika pada pembalut luka terjadi perdarahan atau keluar cairan tidak terlalu
banyak jangan mengganti pembalut.
b) Jika pembalut luka agak kendor, jangan ganti pembalut, tapi beri plester
untuk mengencangkannya.
c) Ganti pembalut dengan cara steril
d) Luka harus dijaga agar tetap kering dan bersih
e) Jahitan fasia adalah utama dalam bedah abdomen, angka jahitan kulit
dilakukan pada hari ke-5 pada SC.
b. Medis
1) Cairan IV sesuai indikasi.
2) Anestesi regional atau general
3) Perjanjian dari orang terdekat untuk tujuan sectio caesarea.
4) Tes laboratorium sesuai indikasi
5) Pemberian oksitosin sesuai indikasi
6) Tanda vital per protokol ruang pemulihan
7) Persiapan kulit pembedahan abdomen
8) Persetujuan ditandatangani
9) Pemasangan kateter fole
6. KEMUNGKINAN DATA FOKUS

a. Wawancara
Pengkajian pada ibu post partum menurut Doenges, 2016 adalah sebagai berikut
:
1. Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan
a) Bagaimana keadaan ibu saat ini?
b) Bagaimana perasaan ibu setelah melahirkan?
2. Pola nutrisi dan metabolik
a) Apakah klien merasa kehausan setelah melahirkan?
b) Apakah klien merasa lapar setelah melahirkan?
c) Apakah klien kehilangan nafsu makan atau merasa mual?
d) Apakah ibu mengalami penurunan BB setelah melahirkan?
3. Pola aktivitas setelah melahirkan
a) Apakah ibu tampak kelelahan atau keletihan?
b) Apakah ibu toleransi terhadap aktivitas sedang atau ringan?
c) Apakah ibu tampak mengantuk?
4. Pola eliminasi
a) Apakah ada diuresis setelah persalinan?
b) Adakah nyeri dalam BAB pasca persalinan?
5. Neurosensori
a) Apakah ibu merasa tidak nyaman?
b) Apakah ibu merasa nyeri dibagian tubuh tertentunya?
c) Bagaimana nyeri yang ibu raskan?
d) Kaji melalui pengkajian P, Q, R, S, T?
e) Apakah nyerinya menggangu aktivitas dan istirahatnya?
6. Pola persepsi dan konsep diri
a) Bagaimana pandangan ibu terhadap dirinya saat ini
b) Adakah permasalahan yang berhubungan dengan perubahan
penampilan tubuhnya saat ini?
b. Pemeriksaan fisik (head to toe)
1) Keadaan umum
a) Pemeriksaan TTV
b) Tingkat Kesadaran
c) Pengkajian tanda-tanda anemia
d) Pengkajian tanda-tanda edema atau tromboflebitis
e) Pemeriksaan reflek
f) Kajia dan yavarises
g) Kaji CVAT(cortical vertebra area tenderness)
2) Payudara
a) Pengkajian daerah areola (pecah, pendek, rata)
b) Kaji adanya abses
c) Kaji adanya nyeri tekan
d) Observasi adanya pembengkakan atau ASI terhenti
e) Kaji pengeluaran ASI
3) Abdomen atau uterus
a) Observasi posisi uterus atau tiggi fundus uteri
b) Kaji adanya kontraksi uterus
c) Observasi ukuran kandung kemih
d) Vulva atau perineum
e) Observasi pengeluaran lokhea
f) Observasi penjahitan lacerasi atau luka episiotomi
g) Kaji adanya pembengkakan
h) Kaji adnya luka
i) Kaji adanya hemoroid
c. Pemeriksaan diagnostik
1) Elektroensefalogram (EEG)
Untuk membantu menetapkan jenis dan focus dari kejang.
2) Pemindaian CT
Untuk mendeteksi perbedaan kerapatan jaringan.
3) Magneti Resonance Imaging (MRI)
Menghasilkan bayangan dengan menggunakan lapangan magnetik dan
gelombang radio, berguna untuk memperlihatkan daerah-daerah otak yang
tidak jelas terlihat bila menggunakan pemindaian CT.
4) Uji laboratorium
a) Fungsi lumbal : Menganalisis cairan serebrovaskuler
b) Hitung darah lengkap : Mengevaluasi trombosit dan hematokrit
c) Panel elektrolit
d) Skrining toksik dari serum dan urin
e) AGD
f) Kadar kalsium darah
g) Kadar natrium darah
h) Kadar magnesium darah

7. ANALISA DATA

NO DATA ETIOLOGI MASALAH


1 DS : KPD Ansietas
- Pasien merasa khawatir
dengan akibat dari Seksio Cesaria
kondisi yang dihadapi
Post Op SC
DO :
- Tampak gelisah Post Ansestasi spinal
- Tampak tegang
- Sulit tidur Penurunan saraf
ekstermitas bawah

Kelumpuhan

Ansietas
2 DS : KPD Nyeri
- Pasien mengeluh nyeri
Seksio Cesaria
DO :
- Tampak meringis Post Op SC
- Gelisah
- Sulit tidur Luka post Op

Jaringan terputus

Merangsang area sensorik


motorik
Nyeri
3 DS : KPD Resiko Infeksi
DO :
- Ketuban pecah sebelum Seksio Cesaria
waktunya
- Luka Post Op Post Op SC
- Peningkatan paparan
rganisme patogen Luka post Op
lingkungan
Jaringan terbuka

Proteksi kurang

Invasi bakteri

Resiko infeksi
4 DS : KPD Hipovolemia
- Merasa lemah
- Merasa haus Seksio Cesaria

DO : Post Op SC
- Perdarahaan
- Frekuensi nadi Nifas
meningkat
- Tekanan darah menurun Uterus
- Embran mukosa kering
Kontraksi Uterus

Tidak Adekuat

Atonia uretri

Perdarahan
Hipovolemia
5 DS : KPD Intoleransi aktivitas
- Mengeluh lelah
- Dispnea saat aktivitas Seksio Cesaria
- Merasa tidak nyaman
setelah beraktivitas Post Op SC
- Merasa lemah
Nifas
DO :
- Perdarahan Uterus
- Anemia
- HbO2 menurun Kontraksi Uterus
- Asam laktat meningkat
Tidak Adekuat

Atonia uretri

Perdarahan

Anemia

HbO2 menurun

Metabolisme anaerob

Asam laktat meningkat

Kelelahan

Intoleransi aktivitas
8. DIAGNOSA KEPERAWATAN
a. Ansietas berhubungan dengan kekhawatiran mengalami kegagalan
b. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisik
c. Resiko infeksi behubungan dengan efek prosedur invasif
d. Hipovolemia berhubungan dengan kehilangan cairan aktif
e. Intoleransi aktivitas behubungan dengan kelemahan
9. RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN

No Dx Kep Tujuan Intervensi Rasional


1 Ansietas TUPAN : Observasi 1) Agar mengetahui apakah
berhubungan Stelah dilakukan asuhan ada perubahan tingkat
1) Identifikasi saat tingkat ansietas berubah
dengan keperawatan 3x24 jam, diharapkan ansietas ataukah tidak
2) Monitor tanda-tanda ansietas (verbal dan
kekhawatira tingkat ansietas menurun. 2) Agar mengetahui sejauh
nonverbal)
n mengalami mana tingkat ansietas yang
Terapeutik
kegagalan TUPEN : dirasakan pasien
Setelah dilakukan asuhan 3) Ciptakan suasana terapeutik untuk 3) Agar dapat membantu
keperawatan 1x24 jam, diharapkan menumbuhkan kepercayaan perawat juga dalam
tingkat ansietas menurun dengan 4) Pahami situasi yang membuat ansietas, melakukan tindakan
kriteria hasil : dengarkan dengan penuh perhatian keperawatan
5) Gunakan pendekatan yang tenang dan 4) Agar dapat membina
1) Perilaku gelisah menurun
meyakinkan hubungan saling percaya
2) Perilaku tegang menurun
Edukasi sehingga dapat
3) Pola tidur membaik
6) Informasikan secara faktual mengenai mengidentifikasi masalah

diagnosis, pengobatan, dan prognosis kesehatan yang dialami

7) Anjurkan keluarga untuk tetap bersama pasien

pasien 5) Agar pasien dapat percaya

8) Latih kegiatan pengalihan untuk dan akan memberikan

mengurangi ketegangan informasi kesehatan yang


kita perlukan
Kolaborasi 6) Agar pasien dapat
memahami dan
9) Kolaborasi pemberian obat antilansietas
mengetahui tujuan
pengobatan dan
manfaatnya
7) Agar pasien merasa aman,
dan nyaman
8) Agar dapat mengurangi
ansietas
9) Untuk mengurangi
kecemasan
2 Nyeri akut TUPEN : Observasi 1. Mengetahui lokasi
berhubungan Setelah dilakukan tindakan asuhan 1. Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, dankualitas nyeri klien
dengan agen keperawatan selama 1x24 jam frekuensi, kualitas, intensitas nyeri 2. Mengetahui skala nyeri
pencedera diharapkan tingkat nyeri klien 2. Identifikasi skala nyeri dan dapat menentukan
fisik menurun 3. Identifikasi respon nyeri nonverbal intervensi selanjutnya
4. Identifikasi faktor yang memperberat dan 3. Untuk mengetahui mimik
TUPAN : memperingan nyeri wajah klien saat nyeri
Setelah dilakukan tindakan asuhan Terapeutik muncul
keperawatan selama 3x24 jam 5. Berikan teknik nonfarmakologis untuk 4. Untuk mengetahui apa saja
diharapkan tingkat nyeri klien mengurangi rasa nyeri (mis.hipnosis, terapi yang memperburuk dan
menurun. Dengan kriteria hasil musik, kompres hangat/dingin) memperingan nyerinya
(SLKI, L.08066) : 6. Kontrol lingkungan yang memperberat rasa 5. Untuk mengurangi rasa
1. Keluhan nyeri menurun nyeri (mis, suhu ruangan, pencahayaan, nyeri yang dialami klien
2. Meringis menurun kebisingan) 6. Untuk mengurangi rasa
3. Sikap protektif menurun Edukasi nyeri klien dan
4. Gelisah menurun 7. Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu memberikan kenyamanan
5. Kesulitan tidur menurun nyeri 7. Untuk memberikan
6. Frekuensi nadi membaik 8. Ajarkan teknik nonfarmakolgi pemahaman agar klien
7. Pola napas membaik Kolaborasi tidak gelisah saat nyeri
8. Tekanan darah membaik 9. Kolaborasi pemberian analgesik, jika perlu timbul
8. Membantu mengurangi
nyeri
9. Membantu mengurangi
nyeri
3 Resiko TUPAN: Observasi 1. Agar mencegah terjadinya
infeksi Setelah dilakukan tindakan 1. Periksa lokasi insisi adanya kemerahan, resiko infeksi
behubungan keperaawatan 3x24 jam diharapkan bengkak, atau tanda-tanda dehisen atau 2. Agar dapat melakukan
dengan efek tingkat infeksi menurun eviserasi tindakan pengobatan
prosedur TUPEN: 2. Identifikasi karakteristik drainase secepatnya
invasif Setelah dilakukan tindakan 3. Monitor proses penyembuhan area insisi 3. Agar mengetahui apakah
keperaawatan 1x24 jam diharapkan 4. Monitor tanda dan gejala infeksi ada tanda-tanda infeksi di
tingkat infeksi menurun dengan Terapeutik area pembedahan
kriteria hasil: 5. Bersihkan area insisi dengan pembersih yang 4. Agar mencegah
- Kebersihan tangan meningkat tepat munculnya infeksi
- Kebersihan badan meningkat. 6. Usap area insisi dari area yang bersih menuju 5. Agar tidak terjadi
- Kultur area luka membaik area yang kurang bersih komplikasi lain di area
7. Ganti balutan luka sesuai jadwal insisi
8. Ajarkan meminimalkan tekanan pada tempat 6. Agar mencegah masuknya
insisi kotoran ke area insisi
Edukasi 7. Agar tetap menjaga
9. Ajarkan cara merawat area insisi kebersihan luka
pembedahan
8. Agar memanajemen nyeri
akibat luka pembedahan
9. Agar pasien mengetahui
dan dapat melakukan
tindakan pembersihan
secara mandiri
4 Hipovolemia TUPAN : Observasi 1. Agar mengontrol apakah
berhubungan Setelah dilakukan tindakan 1. Periksa tanda dan gejala hipovolemia adanya tanda dan gejala
dengan keperawatan 3x24 jam, diharapkan 2. Monitor intake dan output cairan hipovolemia
kehilangan status cairan membaik. Terapeutik 2. Membantu memenuhi
cairan aktif 3. Berikan asupan cairan oral asupan cairan kepada
TUPEN : Edukasi pasien
Setelah dilakukan tindakan 4. Anjurkan memperbanyak asupan cairan 3. Agar pasien dapat
keperawatan 1x24 jam, diharapkan oral mengetahui manfaat dari
status cairan membaik dengan Kolaborasi memperbanyak asupan
kriteria hasil : 5. Kolaborasi pemberian cairan IV isotonis cariran dalam tubuh
- Perasaan lemah menurun (mis. NaCl, RL) 4. Membantu pemenuhan
- Kekuatan nadi meningkat cairan melalui IV
- Tekanan darah membaik
- Membran mukosa
membaik
5 Intoleransi TUPAN : Observasi 1) Untuk mengetahui tingkat
aktivitas Setelah dilakukan tindakan ketergantungan pasien
1) Identifikasi gangguan fungsi tubuh yang
behubungan keperawatan selama 3x24 jam, dalam memenuhi
mengakibatkan kelelahan
dengan diharapkan toleransi aktivitas kebutuhan
2) Monitor pola dan jam tidur
kelemahan meningkat. 2) Untuk mengetahui pola
Terapeutik
dan jam tidur pasien
TUPEN : 3) Sediakan lingkungan nyaman dan rendah 3) Untuk mengetahui
Setelah dilakukan tindakan stimulus (Mis. Cahaya, suara, kunjungan) lingkungan yang nyaman
keperawatan selama 1x24 jam, 4) Berikan aktivitas distraksi yang dan pasien dapat merasa
diharapkan toleransi aktivitas menenangkan rileks.
meningkat dengan kriteria hasil : Edukasi 4) Untuk meningkatkan

5) Anjurkan tirah baring kenyamanan pasien


1) Saturasi Oksigen meningkat
Penatalaksanaan 5) Untuk meningkatkan
2) Keluhan lelah menurun
istirahat pasien yang cukup
3) Perasaan lemah menurun
4) Frekuensi napas membaik 6) Penatalaksanaan dengan ahli gizi tentang cara dan mengurangi kelelahan
meningkatkan asupan makanan 6) Untuk menentukan jumlah
kalori dan nutrisi
DAFTAR PUSTAKA

Amin Huda Nurarif, H. K. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa


Medis & NANDA (Jilid 2) (jilid 3). MediAction.

Fhadilla Erin Sagita, F. E. S. (2019). Asuhan keperawatan ibu post partum dengan post
operasi sectio casarea di ruangan rawat inap kebidanan RSAM Bukittinggi tahun 2019.
stikes perintis padang.

Gibson, J. (2015). Fisiologi & Anatomi Modern untuk Perawat. Buku Kedokteran.

Sofyan, K. S. (2019). Asuhan Keperawatan Pada Ibu Nifas Post Sectio Caesarea Di Rsud
Abdul Wahab Sjahranie Samarinda.

Syaifuddin. (2012). Anatomi Fisiologi. Penerbit Buku Kedokteran.

Wahyuningsih, S. (2019). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Post Partum Dilengkapi Dengan
Panduan Persiapan Praktikum Mahasiswa Keperawatan. Deepublish.

Tim Pokja. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia. DPP. PPNI

Tim Pokja. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. DPP. PPNI

Tim Pokja. (2018). Standart Intervensi Keperawatan Indonesia. DPP. PPNI

Anda mungkin juga menyukai