Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Pencapaian Stase Keperawatan Maternitas Program
Profesi Ners STIK Immanuel Bandung
DI SUSUN OLEH :
NPM : 1490121028
IMMANUEL BANDUNG
TAHUN 2021/2022
1. PENGERTIAN
Masa nifas atau post partum adalah masa setelah persalinan selesai sampai 6 minggu
atau 42 hari. Setelah masa nifas, organ reproduksi secara berlahan akan mengalami
perubahan seperti sebelum hamil. Selama masa nifas perlu mendapat perhatian lebih
dikarenakan angka kematian ibu 60% terjadi pada masa nifas. Dalam angka kematian
ibu (AKI) adalah penyebab banyaknya wanita meninggal dari suatu penyebab adalah
kurangnya perhatian pada wanita post partum (Sofyan, 2019).
Post partum adalah masa setelah plasenta lahir dan berakhir ketika alat-alat
kandungan kembali pada keadaan sebelum hamil, masa post partum berlangsung selama
6 minggu (Wahyuningsih, 2019). Section Caesarea adalah suatu cara melahirkan
dengan membuaat sayatan pada dinding uterus melalui dinding depan perut. Indikasi
medis dilakukannya operasi sectio caesarea ada dua faktor yang mempengaruhi yaitu
faktor janin dan faktor ibu. Faktor janin meliputi sebagai berikutbayi terlalu besar,
kelainan letak janin, ancaman gawat janin, janin abnormal, faktor plasenta, kelainan tali
pusat dan bayi kembar. Sedangkan faktor ibu terdiri dari usia, jumlah anak yang
dilahirkan, keadaan panggul, penghambat jalan lahir, kelainan kontraksi lahir, ketuban
pecah dini (KPD) dan pre eklamsia (Fhadilla Erin Sagita, 2019).
2. ANATOMI FISIOLOGI
Anatomi Sistem Reproduksi
Organ reproduksi wanita terbagi atas organ eksterna dan interna. Organ eksterna
berfungsi dalam berfungsi dalam kopulasi, sedangkan organ interna berfungsi dalam
ovulasi, sebagai tempat fertilisasi sel telur dan perpindahan blastosis, dan sebagai
tempat implantasi, dapat dikatakan berfungsi untuk pertumbuhan dan kelahiran janin
a. Struktur Ekterna
b. Struktur Interna
Intensitas kontraksi uterus meningkat segera setelah bayi lahir, diduga adanya
penurunan volume intrauterin yang sangat besar. Hemostatis pascapartum
dicapai akibat kompresi pembuluh darah intramiometrium, bukan oleh
agregasi trombosit dan pembentukan pembekuan. Hormon desigen dilepas
dari kelenjar hipofisis untuk memperkuat dan mengatur konstraksi. Selama 1-
2 jam I pasca partum intensitas konstraksi uterus bisa berkurang dan menjadi
tidak teratur, karena untuk mempertahankan kontraksi uterus biasanya
disuntikkan aksitosan secara intravena atau intramuscular diberikan setelah
plasenta lahir.
3) Tempat Plasenta
Setelah plasenta dan ketuban dikeluarkan, kontriksi vaskuler dan trombosis
menurunkan tempat plasenta ke suatu area yang meninggi dan bernodul tidak
teratur. Pertumbuhan endometrium menyebabkan pelepasan jaringan nekrotik
dan mencegah pembentukan jaringan parut yang menjadi karakteristik
penyembuhan luka. Proses penyembuhan memampukan endometrium
menjalankan siklusnya seperti biasa dan memungkinkan implantasi untuk
kehamilan dimasa yang akan datang. Regenerasi endometrium selesai pada
akhir minggu ketiga pasca partum, kecuali bekas tempat plasenta.
4) Lochea
Lochea adalah rabas uterus yang keluar setelah bayi lahir, mula-mula
berwarna merah lalu menjadi merah tua atau merah coklat. Rabas
mengandung bekuan darah kecil. Selama 2 jam pertama setelah lahir, jumlah
cairan yang keluar dari uterus tidak boleh lebih dari jumlah maksimal yang
keluar selama menstruasi. Lochea rubra mengandung darah dan debris
desidua dan debris trofoblastik. Aliran menyembur menjadi merah muda
dancoklat setelah 3-4 hari (lochea serosa). lochea serosa terdiri dari darah
lama (oldblood), serum, leukosit dan debris jaringan. Sekitar 10 hari setelah
bayi lahir, warna cairan ini menjadi kuning sampai putih (lochea alba).
Lochea alba mengandung leukosit, desidua, sel epitel, mucus, serum dan
bakteri. Lochea alba bertahan selama 2-6 minggu setelah bayi lahir.
5) Serviks
Serviks menjadi lunak setelah ibu malahirkan. 18 jam pascapartum, serviks
memendek dan konsistensinya lebih padat kembali kebentuk semula. Muara
serviks berdilatasi 10 cm, sewaktu melahirkan, menutup bertahap 2 jari masih
dapat dimasukkan Muara serviks hari keempat dan keenam pasca
partum.
6) Vagina dan Perinium
Estrogen pasca partum yang menurun berperan dalam penipisan mucosa
vagina dan hilangnya rugae. Vagina yang semula sangat teregang akan
kembali secara bertahap keukuran sebelum hamil, 6-8 minggu setelah bayi
lahir. Rugae akan kembali terlihat pada sekitar minggu keempat.
7) Payudara
Konsentrasi hormone yang menstimulasi perkembangan payudara selama
wanita hamil (estrogen, progesteron, human chrorionic gonadotropin,
prolaktin, dan insulin) menurun dengan cepat setelah bayi lahir. Hari ketiga
atau keempat pasca partum terjadi pembengkakan (engorgement). Payudara
bengkak, keras, nyeri bila ditekan, dan hangat jika diraba (kongesti pembuluh
darah menimbulkan rasa hangat). Pembengkakan dapat hilang dengan
sendirinya dan rasa tidak nyaman berkurang dalam 24 jam sampai 36 jam.
Apabila bayi belum menghisap (atau dihentikan), laktasi berhenti dalam
beberapa hari sampai satu minggu. Ketika laktasi terbentuk, teraba suatu
massa (benjolan), tetapi kantong susu yang terisi berubah dari hari ke hari.
Sebelum laktasi dimulai, payudara terasa lunak dan keluar cairan
kekuningan,yakni kolostrum, dikeluarkan dari payudara. Setelah laktasi
dimulai, payudara terasa hangat dan keras waktu disentuh. Rasa nyeri akan
menetap selama 48 jam, susu putih kebiruan (tampak seperti susu skim)
dapat dikeluarkan dari puting susu.
8) Laktasi
Sejak kehamilan muda, sudah terdapat persiapan-persiapan pada kelenjar-
kelanjar untuk menghadapi masa laktasi. Proses ini timbul setelah ari-ari atau
plasenta lepas. Ari-ari mengandung hormon penghambat prolaktin (hormon
placenta) yang menghambat pembentukan ASI. Setelah ari-ari lepas,
hormone placenta tak ada lagi sehingga terjadi produksi ASI. Sempurnanya
ASI keluar 2-3 hari setelah melahirkan. Namun sebelumnya di payudara
sudah terbentuk kolostrum yang bagus sekali untuk bayi, karena mengandung
zat kaya Gizi dan antibodi pembunuh kuman.
3. INDIKASI
1) CPD (Chepalo Pelvik Dispropotion)
CPD adalah ukuran lingkar panggul ibu tidak sesuai dengan ukuran kepala janin
yang dapat menyebabkan ibu tidak dapat melahirkan secara normal. Tulang-tulang
panggul merupakan susunan beberapa tulang yang membentuk rongga panggul
yang merupakan jalan yang harus dilalui oleh janin ketikaakan lahir secara normal.
Bentuk panggul yang menunjukkan kelainan atau panggul patologis juga dapat
menyebabkan kesulitan dalam proses persalinan normal sehingga harus dilakukan
tindakan operasi. Keadaan patologis tersebut menyebabkan bentuk rongga panggul
menjadi asimetris dan ukuran-ukuran bidang panggul menjadi abnormal.
Pecahnya ketuban sebelum terdapat tanda persalinan dan ditunggu satu jam belum
terjadi inpartus. Sebagian besar ketuban pecah dini adalah hamil aterm diatas 37
minggu.
4) Bayi kembar, tak selamanya bayi kembar dilahirkan secara sectio caesarea. Hal ini
karena kelahiran kembar memiliki resiko terjadi komplikasi yang lebih tinggi
daripada kelahiran satu bayi. Selain itu, bayi kembarpun dapat mengalami sungsang
atau salah letak lintang sehingga sulituntuk dilahirkan secara normal.
5) Faktor hambatan jalan lahir, adanya gangguan pada jalan lahir, misalnya jalan
lahiryang tidak memungkinkan adanya pembukaan, adanya tumor dan kelainan
bawaan pada jalan lahir, tali pusat pendekdan ibu sulit bernafas.
Seksio Cesaria
Post Op SC
Ansietas
Nyeri Invasi Prolaktin
Penambahan
Bakteri meningkat
Tidak anggota baru
Adekuat
adekuat
Resiko Pertumbuhan
Pengelupas Kebutuhan
Infeksi kelenjar susu
an desidua Atonia meningkat
terangsang
uretri
Lochia
Perdarahan
Isapan
bayi
Oksigen
Hipovolemika Anemia meningkat
Ejeksi ASI
HbO2 menurun
Kelelahan
Asam laktat Metabolisme
meningkat anaerob
Intoleransi
Aktivitas
5. PENATALAKSANAAN
3) Mobilisasi
a) Miring kanan dan kiri dapat dimulai sejak 6-10 jam setelah operasi
b) Latihan pernafasan dapat dilakukan penderita sambil tidur terlentang sedini
mungkin setelah sadar.
c) Hari kedua post operasi, penderita dapat didudukan selama 5 menit dan
diminta untuk bernafas dalam lalu menghembuskannya.
d) Kemudian posisi tidur terlentang dapat diubah menjadi posisi setengah
duduk (semi fowler).
e) Selanjutnya selama berturut-turut, hari demi hari, pasien dianjurkan belajar
duduk selama sehari, belajar berjalan, dan kemudian berjalan sendiri pada
hari ke-3 sampai hari ke-5 pasca operasi.
4) Fungsi gastrointestinal
a) Jika tindakan tidak berat beri pasien diet cair
b) Jika ada tanda infeksi, tunggu bising usus timbul
c) Jika pasien bisa flatus mulai berikan makanan padat
d) Pemberian infis diteruskan sampai pasien bisa minum dengan baik.
5) Perawatan funsi kandung kemih
a) Jika urine jernih, kateter dilepas 8 jam setelah pembedahan atau sesudah
semalam.
b) Jika urine tidak jernih biarkan kateter terpasang sampai urine jernih.
c) Jika terjadi perlukaan pada kandung kemih biarkan kateter terpasang sampai
minimum 7 hari atau urine jernih.
d) Jika sudah tidak memekai antibiotik berikan nirofurantoin 100mg per oral
per hari sampai kateter dilepas.
e) Kandung kemih yang penuh menimbulkan rasa nyri dan tidak enak pada
penderita, menghalangi involusi uterus dan menyebabkan perdarahan.
Kateter biasanya terpasang 24–48 jam/lebih lama lagi tergantung jenis
operasi dan keadaan penderita.
6) Pembalutan dan perawatan luka
a) Jika pada pembalut luka terjadi perdarahan atau keluar cairan tidak terlalu
banyak jangan mengganti pembalut.
b) Jika pembalut luka agak kendor, jangan ganti pembalut, tapi beri plester
untuk mengencangkannya.
c) Ganti pembalut dengan cara steril
d) Luka harus dijaga agar tetap kering dan bersih
e) Jahitan fasia adalah utama dalam bedah abdomen, angka jahitan kulit
dilakukan pada hari ke-5 pada SC.
b. Medis
1) Cairan IV sesuai indikasi.
2) Anestesi regional atau general
3) Perjanjian dari orang terdekat untuk tujuan sectio caesarea.
4) Tes laboratorium sesuai indikasi
5) Pemberian oksitosin sesuai indikasi
6) Tanda vital per protokol ruang pemulihan
7) Persiapan kulit pembedahan abdomen
8) Persetujuan ditandatangani
9) Pemasangan kateter fole
6. KEMUNGKINAN DATA FOKUS
a. Wawancara
Pengkajian pada ibu post partum menurut Doenges, 2016 adalah sebagai berikut
:
1. Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan
a) Bagaimana keadaan ibu saat ini?
b) Bagaimana perasaan ibu setelah melahirkan?
2. Pola nutrisi dan metabolik
a) Apakah klien merasa kehausan setelah melahirkan?
b) Apakah klien merasa lapar setelah melahirkan?
c) Apakah klien kehilangan nafsu makan atau merasa mual?
d) Apakah ibu mengalami penurunan BB setelah melahirkan?
3. Pola aktivitas setelah melahirkan
a) Apakah ibu tampak kelelahan atau keletihan?
b) Apakah ibu toleransi terhadap aktivitas sedang atau ringan?
c) Apakah ibu tampak mengantuk?
4. Pola eliminasi
a) Apakah ada diuresis setelah persalinan?
b) Adakah nyeri dalam BAB pasca persalinan?
5. Neurosensori
a) Apakah ibu merasa tidak nyaman?
b) Apakah ibu merasa nyeri dibagian tubuh tertentunya?
c) Bagaimana nyeri yang ibu raskan?
d) Kaji melalui pengkajian P, Q, R, S, T?
e) Apakah nyerinya menggangu aktivitas dan istirahatnya?
6. Pola persepsi dan konsep diri
a) Bagaimana pandangan ibu terhadap dirinya saat ini
b) Adakah permasalahan yang berhubungan dengan perubahan
penampilan tubuhnya saat ini?
b. Pemeriksaan fisik (head to toe)
1) Keadaan umum
a) Pemeriksaan TTV
b) Tingkat Kesadaran
c) Pengkajian tanda-tanda anemia
d) Pengkajian tanda-tanda edema atau tromboflebitis
e) Pemeriksaan reflek
f) Kajia dan yavarises
g) Kaji CVAT(cortical vertebra area tenderness)
2) Payudara
a) Pengkajian daerah areola (pecah, pendek, rata)
b) Kaji adanya abses
c) Kaji adanya nyeri tekan
d) Observasi adanya pembengkakan atau ASI terhenti
e) Kaji pengeluaran ASI
3) Abdomen atau uterus
a) Observasi posisi uterus atau tiggi fundus uteri
b) Kaji adanya kontraksi uterus
c) Observasi ukuran kandung kemih
d) Vulva atau perineum
e) Observasi pengeluaran lokhea
f) Observasi penjahitan lacerasi atau luka episiotomi
g) Kaji adanya pembengkakan
h) Kaji adnya luka
i) Kaji adanya hemoroid
c. Pemeriksaan diagnostik
1) Elektroensefalogram (EEG)
Untuk membantu menetapkan jenis dan focus dari kejang.
2) Pemindaian CT
Untuk mendeteksi perbedaan kerapatan jaringan.
3) Magneti Resonance Imaging (MRI)
Menghasilkan bayangan dengan menggunakan lapangan magnetik dan
gelombang radio, berguna untuk memperlihatkan daerah-daerah otak yang
tidak jelas terlihat bila menggunakan pemindaian CT.
4) Uji laboratorium
a) Fungsi lumbal : Menganalisis cairan serebrovaskuler
b) Hitung darah lengkap : Mengevaluasi trombosit dan hematokrit
c) Panel elektrolit
d) Skrining toksik dari serum dan urin
e) AGD
f) Kadar kalsium darah
g) Kadar natrium darah
h) Kadar magnesium darah
7. ANALISA DATA
Kelumpuhan
Ansietas
2 DS : KPD Nyeri
- Pasien mengeluh nyeri
Seksio Cesaria
DO :
- Tampak meringis Post Op SC
- Gelisah
- Sulit tidur Luka post Op
Jaringan terputus
Proteksi kurang
Invasi bakteri
Resiko infeksi
4 DS : KPD Hipovolemia
- Merasa lemah
- Merasa haus Seksio Cesaria
DO : Post Op SC
- Perdarahaan
- Frekuensi nadi Nifas
meningkat
- Tekanan darah menurun Uterus
- Embran mukosa kering
Kontraksi Uterus
Tidak Adekuat
Atonia uretri
Perdarahan
Hipovolemia
5 DS : KPD Intoleransi aktivitas
- Mengeluh lelah
- Dispnea saat aktivitas Seksio Cesaria
- Merasa tidak nyaman
setelah beraktivitas Post Op SC
- Merasa lemah
Nifas
DO :
- Perdarahan Uterus
- Anemia
- HbO2 menurun Kontraksi Uterus
- Asam laktat meningkat
Tidak Adekuat
Atonia uretri
Perdarahan
Anemia
HbO2 menurun
Metabolisme anaerob
Kelelahan
Intoleransi aktivitas
8. DIAGNOSA KEPERAWATAN
a. Ansietas berhubungan dengan kekhawatiran mengalami kegagalan
b. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisik
c. Resiko infeksi behubungan dengan efek prosedur invasif
d. Hipovolemia berhubungan dengan kehilangan cairan aktif
e. Intoleransi aktivitas behubungan dengan kelemahan
9. RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN
Fhadilla Erin Sagita, F. E. S. (2019). Asuhan keperawatan ibu post partum dengan post
operasi sectio casarea di ruangan rawat inap kebidanan RSAM Bukittinggi tahun 2019.
stikes perintis padang.
Gibson, J. (2015). Fisiologi & Anatomi Modern untuk Perawat. Buku Kedokteran.
Sofyan, K. S. (2019). Asuhan Keperawatan Pada Ibu Nifas Post Sectio Caesarea Di Rsud
Abdul Wahab Sjahranie Samarinda.
Wahyuningsih, S. (2019). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Post Partum Dilengkapi Dengan
Panduan Persiapan Praktikum Mahasiswa Keperawatan. Deepublish.