MAHASISWA:
NIM. 1490121024
2021
PENGERTIAN
Sectio Caesarea adalah suatu pembedahan guna melahirkan janin lewatin sisi pada
dinding abdomen dan uterus persalinan buatan. Sehingga janin di lahirkan melalui perut
dan dinding perut dan dinding rahim agar anak lahir dengan keadaan utuh dan sehat
(Anjarsari, 2019).
Sectio Caesarea adalah suatu carah melahirkan janin dengan membuat sayatan pada
dinding uterus melalui dinding depan perut (Martowirjo, 2018). Sectio Caesarea adalah
suatu persalinan buatan dimana janin dilahirkan melalui suatu insisi pada dinding depan
perut dan dinding rahim dengan syarat rahim dalam keadaan utuh serta berat janin di atas
500 gram (Sagita, 2019).
Organ reproduksi wanita terbagi atas organ eksterna dan internal. Organ eksterna
berfungsi dalam berfungsi dalam kopulasi, sedangkan organ interna berfungsi
dalam ovulasi, sebagai tempat fertilisasi sel telur dan perpindahan blastosis, dan
sebagai tempat implantasi, dapat dikatakan berfungsi untuk pertumbuhan dan
kelahiran janin
a) Struktur Eksterna
Mons Pubis Mons Pubis atau Mons Veneris adalah jaringan lemak subkutan
berbentuk bulat yang lunak dan padat serta merupakan jaringan ikat jarang diatas
simfisis pubis. Mons pubis mengandung banyak kelenjar sebasea (minyak) dan
ditumbuhi Rambut berwarna hitam, kasar dan ikal pada masa pubertas, yakni
sekitar satu sampai dua tahun sebelum awitan haid. Fungsinya sebagai bantal pada
saat melakukan hubungan sex.
Labia Mayora Labia Mayora ialah dua lipatan kulit panjang melengkung yang
menutupi lemak dan jaringan ikat yang menyatu dengan mons pubis. Keduanya
memanjang dari mons pubis ke arah bawah mengelilingi labia mayora, meatus
urinarius, dan introitus vagina (muara vagina).
Labia Minor
Labia Minora terletak diantara dua labia mayora merupakan lipatan kulit yang
panjang, sempit dan tidak berambut yang memanjang ke arah bawah dari bawah
klitoris dan menyatu dengan fourchette. Sementara bagian lateral dan anterior
labia biasanya mengandung pigmen, permukaan medial labia minora sama dengan
mukosa vagina; merah muda dan basah. Pembuluh darah yang sangat banyak
membuat labia berwarna merah kemurahan dan memungkinkan labia minora
membengkak, bila ada stimulus emosional atau stimulus fisik.
Klitoris
Klitoris adalah organ pendek berbentuk silinder dan erektil yang terletak tepat
dibawah arkus pubis. Dalam keadaan tidak terangsang, bagian yang terlihat
adalah sekitar 6 x 6 mm atau kurang. Ujung badan klitoris dinamai glans dan
lebih sensitif daripada badannya. Saat wanita secara seksual terangsang, glans dan
badan klitoris membesar. Fungsi klitoris adalah menstimulasi dan meningkatkan
ketegangan seksualitas.
Prepusium Klitoris Dekat sambungan anterior, labia minora kanan dan kiri
memisah menjadi bagian medial dan lateral.Bagian lateral menyatu di bagian atas
klitoris dan membentuk prepusium, penutup yang berbentuk seperti kait.Bagian
medial menyatu di bagian bawah klitoris untuk membentuk frenulum.Kadang-
kadang prepusium menutupi klitoris.
Vestibulum
Vestibulum suatu daerah yang berbentuk seperti perahu atau lonjong, terletak di
antara labia minora, klitoris dan fourchette.Vestibulum terdiri dari muara utetra,
kelenjar parauretra (vestibulum minus atau skene), vagina dan kelenjar paravagina
(vestibulum mayus, vulvovagina, atau Bartholin). Permukaan vestibulum yang
tipis dan agak berlendir mudah teriritasi oleh bahan kimia (deodorant semprot,
garam-garaman, busa sabun), panas, rabas dan friksi (celana jins yang ketat).
Fourchette
Fourchette adalah lipatan jaringan transversal yang pipih dan tipis, terletak pada
pertemuan ujung bawah labia mayora dan minora di garis tengah dibawah
orifisium vagina. Suatu cekungan kecil dan fosa navikularis terletak di antara
fourchette dan himen.
Perineum
Perineum ialah daerah muscular yang ditutupi kulit antara introitus vagina dan
anus.Perineum membentuk dasar badan perineum. Penggunaan istilah vulva dan
perineum kadang-kadang tertukar.
b) Struktur Intenal
1. Ovarium
Sebuah ovarium terletak di setiap sisi uterus, dibawah dan di belakang tuba
falopii. Dua ligamen mengikat ovarium pada tempatnya, yakni bagian
mesovarium ligamen lebar uterus, yang memisahkan ovarium dari sisi dinding
pelvis lateral kira-kira setinggi Krista iliaka antero superior, dan ligamentum
ovarii proprium.
Dua fungsi ovarium ialah menyelenggarakan ovulasi dan memproduksi
hormon.Saat lahir, ovarium wanita normal mengandung sangat banyak ovum
primordial (primitif). Ovarium juga merupakan tempat utama produksi hormon
seks steroid (estrogen, progesterone, dan androgen) dalam jumlah yang
dibutuhkan untuk pertumbuhan, perkembangan dan fungsi wanita normal.
Hormone estrogen adalah hormone seks yang di produksi oleh rahim untuk
merangsangpertumbuhan organ seks seperti payudara dan rambut pubikserta
mengatur sirkulasi manstrubasi.Hormone estrogen juga menjaga kondisi
kesehatan dan elasitas dinding vagina. Hormone ini juga menjaga teksture dan
fungsi payudara.pada wanita hamil hormone estrogen membuat puting payudara
membesar dan merangsangpertumbuhan kelenjar ASI dan memperkuat dinding
rahim saat terjadi kontraksi menjelang persalinan.
Hormone progesterone berfungsi untuk menghilangkan pengaruh hormone
oksitoksin yang dilepaskan oleh kelenjar pituteri.Hormone ini juga melindungi
janin dari serangan sel-sel kekebalan tubuh dimana sel telur yang di buahi
menjadi benda asing dalam tubuh ibu.hormon androgen berfungsi untuk
menyeimbangkan antara hormon estrogen dan progesterone.
2. Tuba Falopii (Tuba Uterin)
Panjang tuba ini kira-kira 10 cm dengan diameter 0,6 cm. Setiap tuba mempunyai
lapisan peritoneum di bagian luar, lapisan otot tipis di bagian tengah, dan lapisan
mukosa di bagian dalam. Lapisan mukosa terdiri dari sel-sel kolumnar, beberapa
di antaranya bersilia dan beberapa yang lain mengeluarkan secret. Lapisan
mukosa paling tipis saat menstruasi.Setiap tuba dan lapisan mukosanya menyatu
dengan mukosa uterus dan vagina.
3. Uterus
Uterus adalah organ berdinding tebal, muscular, pipih, cekung yang tampak mirip
buah pir terbalik. Pada wanita dewasa yang belum pernah hamil, ringan uterus
ialah 60 g. Uterus normal memiliki bentuk simetris, nyeri bila ditekan, licin dan
teraba padat. Derajat kepadatan ini bervariasi bergantung kepada beberapa
faktor.Misalnya, uterus mengandung lebih banyak rongga selama fase sekresi.
Tiga fungsi uterus adalah siklus menstruasi dengan peremajaan endometrium,
kehamilan dan persalinan.Fungsi-fungsi ini esensial untuk reproduksi, tetapi tidak
diperlukan untuk kelangsungan fisiologis wanita.
4. Dinding
Uterus Dinding uterus terdiri dari tiga lapisan: endometrium, miometrium, dan
sebagian lapisan luar peritoneum parietalis.
5. Serviks
Bagian paling bawah uterus adalah serviks atau leher.Tempat perlekatan serviks
uteri dengan vagina, membagi serviks menjadi bagian supravagina yang panjang
dan bagian vagina yang lebih pendek. Panjang serviks sekitar 2,5 sampai 3 cm, 1
cm menonjol ke dalam vagina pada wanita tidak hamil. Serviks terutama disusun
oleh jaringan ikat fibrosa serta sejumlah kecil serabut otot dan jaringan elastis.
6. Vagina
Vagina, suatu struktur tubular yang terletak di depan rectum dan di belakang
kandung kemih dan uretra, memanjang dari introitus (muara eksterna di
vestibulum di antara labia minora vulva) sampai serviks. Vagina adalah suatu tuba
berdinding tipis yang dapat melipat dan mampu meregang secara luas. Karena
tonjolan serviks ke bagian atas vagina, panjang dinding anterior vagina hanya
sekitar 7,5 cm, sedangkan panjang dinding posterior sekitar 9 cm. Ceruk yang
terbentuk di sekeliling serviks yang menonjol tersebut disebut forniks: kanan, kiri,
anterior dan posterior. Mukosa vagina berespons dengan cepat terhadap stimulasi
estrogen dan progesterone.Sel-sel mukosa tanggal terutama selama siklus
menstruasi dan selama masa hamil. Sel-sel yang diambil dari mukosa vagina
dapat digunakan untuk mengukur kadar hormon seks steroid. Cairan vagina
berasal dari traktus genitalia atas atau bawah.Cairan sedikit asam.Interaksi antara
laktobasilus vagina dan glikogen mempertahankan keasaman. Apabila pH naik di
atas lima, insiden infeksi vagina meningkat (Bobak, Lowdermilk, Jensen, 2004).
2. Anatomi Fisiologi
a. Kulit
1. Lapisan Epidermis
Epidermis, lapisan luar, terutama terdiri dari epitel skuamosa bertingkat.Sel-sel
yang menyusunya secara berkesinambungan dibentuk oleh lapisan germinal dalam epitel
silindris dan mendatar ketika didorong oleh sel-sel baru kearah permukaan, tempat kulit
terkikis oleh gesekan.Lapisan luar terdiri dari keratin, protein bertanduk, Jaringan ini
tidak memiliki pembuluh darah dan selselnya sangat rapat.
2. Lapisan Dermis
Dermis adalah lapisan yang terdiri dari kolagen jaringan fibrosa dan
elastin.Lapisan superfasial menonjol ke dalam epidermis berupa sejumlah papilla kecil.
Lapisan yang lebih dalam terletak pada jaringan subkutan dan fasia, lapisan ini
mengandung pembuluh darah, pembuluh limfe dan saraf.
3. Lapisan subkutan
Lapisan ini mengandung sejumlah sel lemak, berisi banyak pembuluh darah dan
ujung syaraf.Lapisan ini mengikat kulit secara longgar dengan organ-organ yang terdapat
dibawahnya.Dalam hubungannya dengan tindakan SC, lapisan ini adalah pengikat organ-
organ yang ada di abdomen, khususnya uterus.Organ-organ di abdomen dilindungi oleh
selaput tipis yang disebut peritonium.Dalam tindakan SC, sayatan dilakukan dari kulit
lapisan terluar (epidermis) sampai dinding uterus.
b. Fasia
Di bawah kulit fasia superfisialis dibagi menjadi lapisan lemak yang dangkal,
Camper's fasia, dan yang lebih dalam lapisan fibrosa,.Fasia profunda terletak pada otot-
otot perut. menyatu dengan fasia profunda paha. Susunan ini membentuk pesawat antara
Scarpa's fasia dan perut dalam fasia membentang dari bagian atas paha bagian atas perut.
Di bawah lapisan terdalam otot, maka otot abdominis transverses, terletak fasia
transversalis. Para fasia transversalis dipisahkan dari peritoneum parietalis oleh variabel
lapisan lemak.. Fascias adalah lembar jaringan ikat atau mengikat bersama-sama meliputi
struktur tubuh.
c. Otot perut
1. Otot dinding perut anterior dan lateral Rectus abdominis meluas dari bagian depan
margo costalis di atas dan pubis di bagian bawah. Otot itu disilang oleh beberapa pita
fibrosa dan berada didalam selubung. Linea alba adalah pita jaringan yang membentang
pada garis tengah dari procecuss xiphodius sternum ke simpisis pubis, memisahkan kedua
musculus rectus abdominis. Obliquus externus, obliquus internus dan transverses adalah
otot pipih yang membentuk dinding abdomen pada bagian samping dan depan. Serat
externus berjalan kearah bawah dan atas ; serat obliquus internus berjalan keatas dan
kedepan ; serat transverses (otot terdalam dari otot ketiga dinding perut) berjalan
transversal di bagian depan ketiga otot terakhir otot berakhir dalam satu selubung
bersama yang menutupi rectus abdominis.
2. Otot dinding perut posterior Quadrates lumbolus adalah otot pendek persegi pada
bagian belakang abdomen, dari costa keduabelas diatas ke crista iliaca.
ETIOLOGI
Menurut Martowirjo (2018), etiologi dari pasien Sectio Caesarea adalah sebagai berikut:
A. CPD (Chepalo Pelvik Dispropotion) adalah ukuran lingkar panggul ibu tidak sesuai
dengan ukuran kepala janin yang dapat menyebabkan ibu tidak dapat melahirkan secara
normal. Tulang-tulang panggul merupakan susunan beberapa tulang yang membentuk
rongga panggul yang merupakan jalan yang harus dilalau oleh janin ketikaakan lahir
secara normal. Bentuk panggul yang menunjukkan kelainan atau panggul patologis juga
dapat menyebabkan kesulitan dalam proses persalinan normal sehingga harus dilakukan
tindakan operasi. Keadaan patologis tersebut menyebabkan bentuk rongga panggul
menjadi asimetris dan ukuran-ukuran bidang panggul menjadi abnormal.
B. PEB (Pre-Eklamasi Berat) adalah kesatuan penyakit yang langsung disebabkan oleh
kehamilan, sebab terjadinya masih belum jelas. Setelah perdarahan dan infeksi,
preeklamsi dan eklamsi merupakan penyebab kematian maternatal dan perinatal paling
penting dalam ilmu kebidanan. Karena itu diagnosa dini amatlah penting, yaitu mampu
mengenali dan mengobati agar tidak berlanjut menjadi eklamsi.
C. KDP (Ketuban Pecah Dini) adalah pecahnya ketuban sebelum terdapat tanda persalinan
dan ditunggu satu jam belum terjadi inpartus. Sebagian besar ketuban pecah dini adalah
hamil aterm di atas 37 minggu.
D. Bayi kembar, tak selamanya bayi kembar dilahirkan secara Sectio Caesarea. Hal ini
karena kelahiran kembar memiliki resiko terjadi komplikasi yang lebih tinggi dari pada
kelahiran satu bayi. Selain itu, bayi kembar pun dapat mengalami sungsang atau salah
letak lintang sehingga sulit untuk dilahirkan secara normal.
E. Faktor hambatan jalan lahir, adanya gangguan pada jalan lahir, misalnya jalan lahir
yang tidak memungkinkan adanya pembukaan, adanya tumor dan kelainan bawaan pada
jalan lahir, tali pusat pendek dan ibu sulit bernafas.
F. Kelainan Letak Janin
Kelainan pada letak kepala
a) Letak kepala tengadah, bagian terbawah adalah puncak kepala, pada
pemerikasaan dalam teraba UUB yang paling rendah. Etiologinya kelainan
panggul, kepala bentuknya bundar, anaknya kecil atau mati, kerusakan dasar
panggul.
b) Presentasi muka, letak kepala tengadah (defleksi), sehingga bagian kepala yang
terletak paling rendah ialah muka. Hal ini jarang terjadi, kira-kira 0,27 - 0,5 %.
Presentasi dahi, posisi kepala antara fleksi dan defleksi, dahi berada pada posisi
terendah dan tetap paling depan. Pada penempatan dagu, biasnya dengan
sendirinya akan berubah menjadi letak muka atau letak belakang kepala.
Letak sungsang merupakan keadaan dimana janin terletak memanjang dengan
kepala difundus uteri dan bokong berada di bagian bawah kavum uteri. Dikenal
beberapa jenis letak sungsang, yakni presentasi bokong, presentasi bokong kaki
sempurna, presentasi bokong tidak sempurna dan presentasi kaki
PATOFISIOLOGI
Merangsang
Kontraksi
pertumbuhan
uterus
kelenjar susu &
pertumbuhan
Involusi Peningkatan
hormone prolaktin
Pengeluaran Perdarahan
lochea
Ejeksi ASI
Kelemahan
Resiko syok
(hipovolemik) Kurang Bengkak
Defisit
informasi
perawatan
tentang
diri
perawatan Ketidakefektifan
Deficiensi
Nutrisi bayi
pengetahuan
kurang dari
kebutuhan
Nanda Nic-Noc, 2015. Jld. 3. Hlm 111-112
TANDA DAN GEJALA
Indikasi pada ibu hamil yang dilakukan operasi section caesarea menurut Sung et al
(2020), sebagai berikut:
2. Permintaan ibu
Indikasi uterine/ anatomis untuk operasi section caesarea menurut Sung et al (2020),
sebagai berikut:
2. Solusio plasenta
7. Trakelektomi sebelumnya
1. Status janin yang tidak meyakinkan seperti pemeriksaan Doppler tali pusat
abnormal atau detak jantung janin yang abnormal
4. Malpresentation
5. Makrosomia
6. Anomali kogenital
7. Trombositopenia
Kontra indikasi dari operasi section caesarea menurut Sung et al (2020), sebagai
berikut:
1. Janin mati
2. Shock
3. Anemia berat
PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
PENATALAKSANAAN
1. Pengkajian
A. Identitas pasien
B. Keluhan utama : Pada ibu dengan kasus post SC keluhan utama yang timbul
yaitu nyeri pada luka operasi.
C. Riwayat persalinan sekarang Pada pasien post SC kaji riwayat persalinan
yang dialami sekarang.
D. Riwayat menstruasi Pada ibu, yang perlu ditanyakan adalah umur menarche,
siklus haid, lama haid, apakah ada keluhan saat haid, hari pertama haid yang
terakhir.
E. Riwayat perkawinan Yang perlu ditanyakan adalah usia perkawinan,
perkawinan keberapa, usia pertama kali kawin.
F. Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas Untuk mendapatkan data
kehamilan, persalinan dan nifas perlu diketahui HPHT untuk menentukan
tafsiran partus (TP), berapa kali periksaan saat hamil, apakah sudah imunisasi
TT, umur kehamilan saat persalinan, berat badan anak saat lahir, jenis
kelamin anak, keadaan anak saat lahir.
G. Riwayat penggunaan alat kontrasepsi Tanyakan apakah ibu pernah
menggunakan alat kontrasepsi, alat kontrasepsi yang pernah digunakan,
adakah keluhan saat menggunakan alat kontrasepsi, pengetahuan tentang alat
kontrasepsi.
H. Pola kebutuhan sehari-hari
1. Bernafas, pada pasien dengan post SC tidak terjadi kesulitan dalam
menarik nafas maupun saat menghembuskan nafas.
2. Makan dan minum, pada pasien post SC tanyakan berapa kali makan sehari
dan berapa banyak minum dalam satu hari.
3. Eliminasi, pada psien post SC pasien belum melakukan BAB, sedangkan
BAK menggunakan dower kateter yang tertampung di urine bag.
4. Istirahat dan tidur, pada pasien post SC terjadi gangguan pada pola istirahat
tidur dikarenakan adanya nyeri pasca pembedahan.
5. Gerak dan aktifitas, pada pasien post SC terjadi gangguan gerak dan
aktifitas oleh karena pengaruh anastesi pasca pembedahan.
6. Kebersihan diri, pada pasien post SC kebersihan diri dibantu oleh perawat
dikarenakan pasien belum bisa melakukannya secara mandiri.
7. Berpakaian, pada pasien post SC biasanya mengganti pakaian dibantu oleh
perawat.
8. Rasa nyaman, pada pasien post SC akan mengalami ketidaknyamanan
yang dirasakan pasca melahirkan.
9. Konsep diri, pada pasien post SC seorang ibu, merasa senang atau minder
dengan kehadiran anaknya, ibu akan berusaha untuk merawat anaknya.
10. Sosial, pada SC lebih banyak berinteraksi dengan perawat dan tingkat
ketergantungan ibu terhadap orang lain akan meningkat.
11. Belajar, kaji tingkat pengetahuan ibu tentang perawatan post partum
terutama untuk ibu dengan SC meliputi perawatan luka, perawatan payudara,
kebersihan vulva atau cara cebok yang benar, nutrisi, KB, seksual serta hal-
hal yang perlu diperhatikan pasca pembedahan. Disamping itu perlu
ditanyakan tentang perawatan bayi diantaranya, memandikan bayi, merawat
tali pusat dan cara meneteki yang benar.
I. Data fokus pengkajian Menurut Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia,
dalam pengkajian ibu post sectio caesarea dengan risiko infeksi data fokus
yang dikaji adalah mengkaji faktor penyebab mengapa pasien berisiko terjadi
infeksi. Menurut Tim Pokja SDKI (2016), faktor yang dapat menyebabkan
risiko infeksi adalah :
1. Efek prosedur invasif
2. Peningkatan paparan organisme patogen lingkungan.
3. Ketidakadekuatan pertahanan tubuh primer : Kerusakan integritas kulit,
ketuban pecah lama, ketuban pecah sebelum waktunya,
4. Ketidakadekuatan pertahanan tubuh sekunder : Penurunan hemoglobin,
imununosupresi.
J. Pemeriksaan fisik
1. Keadaan umum ibu, suhu, tekanan darah, respirasi, nadi, berat badan,
tinggi badan, keadaan kulit.
2. Pemeriksaan kepala wajah:Konjuntiva dan sklera mata normal atau tidak.
3. Pemeriksaan leher:Ada tidaknya pembesaran kelenjar tiroid.
4. Pemeriksaan thorax : Ada tidaknya ronchi atau wheezing, bunyi jantung.
5. Pemeriksaan buah dada:Bentuk simetris atau tidak, kebersihan,
pengeluaran (colostrum, ASI atau nanah), keadaan putting, ada tidaknya
tanda dimpling/retraksi.
6. Pemeriksaan abdomen:Tinggi fundus uteri, bising usus, kontraksi, terdapat
luka dan tanda-tanda infeksi disekitar luka operasi.
7. Pemeriksaan ekstremitas atas: ada tidaknya oedema, suhu akral,
ekstremitas bawah: ada tidaknya oedema, suhu akral, simetris atau tidak,
pemeriksaan refleks.
8. Genetalia: Menggunakan dower kateter.
9. Data penunjang Pemeriksaan darah lengkap meliputi pemeriksaan
hemoglobin (Hb), Hematokrit (HCT) dan sel darah putih (WBC).
Analisa Data
Nyeri
3. SDKI, 2016 Panggul sempit Ketidakseimbanga
Tanda dan gejala minor n nutrisi kurang
DS: Cepat kenyang setelah makan, Sectio caesarea dari kebutuhan
kram/nyeri abdomen, nafsu makan tubuh. (Defisit
menurun. Post partum nutrisi)
DO: Bising usus hiperaktif, otot nifas
pengunyah lemah, otot menelan lemah,
membrane mukosa pucat, sariawan, Penurunan
serum albumin turun, rambut rontok progesterone &
berlebihan, diare. esterogen
Tanda dan gejala mayor
DS: - Merangsang
DO: Berat badan menurun minimal pertumbuhan
10% dibawah rentang ideal. kelenjar susu &
pertumbuhan
Peningkatan
hormone
prolaktin
Merangsang
laktasi oksitosin
Ejeksi ASI
Efektif
Nutrisi bayi
terpenuhi
Bengkak
Ketidakefektifan
pemberian ASI
Nutrisi bayi
kurang dari
kebutuhan
4. SDKI, 2016 Panggul sempit Ketidakefektifan
Tanda dan gejala minor pemberian ASI.
DS: - Sectio caesarea (Menyusui tidak
DO: Intake bayi tidak adekuat, bayi efektif).
menghisap tidak terus menerus, bayi Post partum
menangis saat di susi, bayi rewel dan nifas
menangis terus dalam jam-jam pertama
setelah menyusui, menolak untuk Penurunan
menghisap. progesterone &
Tanda dan gejala mayor esterogen
DS: Kelelahan maternal, kecemasan
maternal Merangsang
DO: Bayi tidak mampu melekat pada pertumbuhan
payudara ibu, ASI tidak kelenjar susu &
menetes/memancar, BAK bayi kurang pertumbuhan
dari 8 kali dalam 24 jam, Nyeri
dan/atau lecet terus menerus setelah Peningkatan
minggu kedua. hormone
prolaktin
Merangsang
laktasi oksitosin
Ejeksi ASI
Efektif
Nutrisi bayi
terpenuhi
Bengkak
Ketidakefektifa
n pemberian
ASI
5. SDKI, 2016 Panggul sempit Gangguan
Tanda dan gejala minor eliminasi urine
DS: - Sectio caesarea
DO: -
Tanda dan gejala mayor Post partum
DS: Desakan berkemih (urgensi), urin nifas
menetes (dribbling), sering buang air
kecil, nokturia, mengompol, enuresis. Distensi
DO: Distensi kandung kemih, kandung kemih
berkemih tidak tuntas (hesitancy),
volume residu urin meningkat. Udem dan
memar di uretra
Penurunan
sensivitas &
sensasi kandung
kemih
Gangguan
eliminasi urine
6. SDKI, 2016 Panggul sempit Gangguan pola
Tanda dan gejala minor tidur
DS: Mengeluh kemampuan Sectio caesarea
beraktivitas menurun.
DO: - Post partum
Tanda dan gejala mayor nifas
DS: Mengeluh sulit tidur, mengeluh
sering terjaga, mengeluh tidak puas Psikologi
tidur, mengeluh pola tidur berubah,
mengeluh istirahat tidak cukup. Penambahan
DO: - anggota baru
Tuntutan
anggota baru
Bayi menangis
Gangguan pola
tidur
7 SDKI, 2016 Panggul sempit Risiko infeksi
Penyakit kronis (misalnya
diabetes mellitus) Sectio caesarea
Efek prosedur invasif.
Malnutrisi Luka post
pathogen lingkungan.
Ketidakedekuatan pertahanan Jaringan terbuka
tubuh primer:
1. Gangguan peristaltic Proteksi kurang
2. Kerusakan integritas
kulit Invasi bakteri
3. Perubahan sekresi pH
4. Penurunan kerja siliaris Resiko infeksi
5. Ketuban pecah lama
6. Ketuban pecah sebelum
waktunya
7. Merokok
8. Statis cairan tubuh.
Ketidakadekuatan pertahanan
tubuh sekunder:
1. Penurunan haemoglobin
2. Imununosupresi
3. Leukopenia
4. Supresi respon
inflamasi
5. Vaksinasi tidak adekuat.
8 SDKI, 2016 Panggul sempit Defisit perawatan
Tanda dan gejala minor diri
DS: - Sectio caesarea
DO: -
Tanda dan gejala mayor Post partum
DS: Menolak melakukan perawatan nifas
diri
DO: Tidak mampu mandi/mengenakan Penurunan
pakaian/makan/ke toilet/berhias secara progesterone &
mandiri, minat melakukan perawatan esterogen
diri kurang.
Kontraksi uterus
Involusi
Tidak adekuat
Perdarahan
Hb
Kurang O2
Kelemahan
Defisit
perawatan diri
9 SDKI, 2016 Panggul sempit Konstipasi
Tanda dan gejala minor
DS: Mengejan saat defekasi Sectio caesarea
DO: Distensi abdomen, kelemahan
umum, teraba massa pada rektal. Post anesthesi
Tanda dan gejala mayor
DS: Defekasi kurang dari 2 kali Penurunan kerja
seminggu, pengeluaran feses lama dan pons
sulit
DO: Feses keras, peristaltik usus Penurunan kerja
menurun. otot eliminasi
Penurunan
peristaltik usus
Konstipasi
10 SDKI, 2016 Panggul sempit Risiko syok
Faktor risiko
1. Perdarahan Sectio caesarea
2. Trauma multiple
3. Pneumothoraks Post partum
4. Infark miokard nifas
5. Kardiomiopati
6. Cedera medulla spinalis Penurunan
7. Anafilaksis progesterone &
8. Sepsis esterogen
9. Koagulasi intravaskuler
diseminata Kontraksi uterus
10. Sindrom respons inflamasi
sistemik. Involusi
Tidak adekuat
Perdarahan
Kekurangan
volume cairan &
elektrolit
Resiko syok
(hipovolemik)
11 SDKI, 2016 Panggul sempit Risiko
Faktor resiko perdarahan
1. Aneurisma Sectio caesarea
2. Gangguan gastrointestinal
(misalnya ulkus lambung, Post partum
polip, varises) nifas
3. Gangguan fungsi hati (misalnya
sirosis hepatitis) Penurunan
4. Komplikasi kehamilan progesterone &
(misalnya ketuban pecah esterogen
sebelum waktunya, plasenta
previa/abrupsio, kehamilan Kontraksi uterus
kembar), komplikasi pasca
partum (misalnya atoni uterus, Involusi
retensi plasenta), gangguan
koagulasi (misalnya Tidak adekuat
trombositopenia).
5. Efek agen farmakologis Resiko
6. Tindakan pembedahan perdarahan
7. Trauma
8. Kurang terpapar informasi
tentang pencegahan
perdarahan.
9. Proses keganasan.
12 SDKI, 2016 Panggul sempit Deficiensi
Tanda dan gejala minor pengetahuan.
DS: Menanyakan masalah yang Sectio caesarea (Defisit
dihadapi pengetahuan)
DO: Menunjukkan perilaku tidak Post partum
sesuai anjuran, menunjukkan persepsi nifas
yang keliru terhadap masalah
Tanda dan gejala mayor Penurunan
DS: - progesterone &
DO: Menjalani pemeriksaan yang esterogen
tidak tepat, menunjukkan perilaku
berlebihan (misalnya apatis, Merangsang
bermusuhan, agitasi, hysteria). pertumbuhan
kelenjar susu &
pertumbuhan
Peningkatan
hormone
prolaktin
Merangsang
laktasi oksitosin
Ejeksi ASI
Efektif
Nutrisi bayi
terpenuhi
Kurang
informasi
tentang
perawatan
payudara
Deficiensi
pengetahuan
Diagnosa Keperawatan
1. Ketidakefektifan bersihan jalan napas b.d obstruksi jalan nafas (mokus dalam
jumlah berlebihan), jalan nafas alergik (respon obat anastesi)
2. Nyeri akut b.d agen injuri fisik (pembedahan, trauma jalan lahir, epiostomi)
3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d kurangnya
pengetahuannya tentang kebutuhan nutrisi postpartum
4. Ketidakefektifan pemberian ASI b.d kurang pengetahuan ibu, terhentinya
proses menyusui
5. Gangguan eliminasi urine
6. Gangguan pola tidur b.d kelemahan
7. Resiko infeksi b.d faktor resiko: episiotomi, laserasi jalan lahir, bantuan
pertolongan persalinan.
8. Defisit perawatan diri: mandi/kebersihan diri, makan, toileting b.d kelelahan
postpartum
9. Konstipasi
10. Resiko syok (hipovolemik)
11. Resiko perdarahan
12. Defisiensi pengetahuan: perawatan postpartum b.d kurangnya informasi
tentang penanganan postpartum
DAFTAR PUSTAKA
Anjarsari, 2018. Asuhan Keperawatan Pada Pasien Post Sectio Caesarea Indikasi
Preeklamsi Berat Dengan Masalah Keperawatan Hambatan Mobilitas Fisik.
Lumajang: Universitas Jember
2. Penanggung Jawab
Nama : Tn. R
Alamat : Jl. Leuwi panjang, Gang Bapa Tata
Jenis Kelamin : Laki - laki
Hubungan Dengan Klien: Suami
3. Data Umum Kesehatan
Tinggi Badan/ Berat Badan Hamil/ Sebelum Hamil : 148 cm/ 64 kg/ 39 kg
Tidak memiliki masalah kesehatan khusus
Tidak mengonsumsi obat – obatan selama hamil
Tidak memiliki diet khusus
Tidak menggunakan alat bantu
Frekuensi buang air kecil 8x/hari
Frekuensi buang air besar 2x/hari
Kebiasaan waktu tidur 10 jam/hari
6. Data Psikososial
a. Perasaan klien terhadap kehamilan sekarang: Pasien mengatakan sangat
senang menjalani operasi ini, karena sudah menunggu kelahiran anak
pertamanya.
b. Perasaan suami terhadap kehamilan sekarang: senang
LAPORAN PERSALINAN
NY.H DENGAN G1 P0 A0 SC
1. Kala II
Mulai persalinan tanggal 3 Agustus 2021, pukul 12.00 WIB
Tanda – tanda vital: TD 120/80 mmHg, N: 82 x/mnt, Suhu: 36,80C, RR
22x/mnt.
Lama kala II: 0 jam 15 menit
Tanda dan Gejala: Klien mengatakan ingin mengeran, DJJ 130x/mnt,
pembukaan lengkap, vulva dan vagina terlihat membuka, perineum menonjol
Keadaan psikososial: Klien mengeluh kesakitan
Tindakan yang dilakukan, teknik nafas dalam, pemberian amniotomi,
pemberian episiotomy, persalinan SC (bayi perempuan, panjang berat badan
bayi 2.859 gram, panjang badan 48,6 cm)
2. Kala III
Tanda dan Gejala: Pengeluaran plasenta
Plasenta Lahir puku 12.15
Cara Lahir Plasenta: SC
Karakteristik plasenta:
Ukuran:
Panjang tali pusat 60 cm
Jumlah pembuluh darah: 20 kotiledon
Tidak terdapat kelainan
Pengeluaran perdarahan ± 875cc
Keadaan psikososial, tenang
Tindakan: pemberian oxytocin 1 amp, pengeluaran plasenta,, pemasangan
kateterisasi urin
Pengobatan: RL 25 tpm, oxytocin 1 amp
3. Kala IV
Mulai pukul 14.30 WIB
Tanda – tanda vital: TD 120/80 mmHg, N: 82 x/mnt, Suhu: 36,80C, RR
22x/mnt
Kesadaran: Somnolen
Terdapat luka post SC sepanjang 12 cm
Bonding ibu dan bayi dilakukan setelah plasenta dipotong
Tindakan: pemberian hecting luka SC, pemberian lidocaine, pembersihan
badan ibu, pemberian infuse RL dengan Oxytocin 1 amp
Pengobatan: Pemberian obat oral vitamin A1
4. Bayi
Bayi lahir pada tanggal 4 Maret 2021 pukul 12.15 WIB
Jenis Kelamin: Perempuan
Nilai APGAR
Menit 1 : Skor 7
Menit 5 : Skor 9
Berat Badan Bayi/ Panjang Bayi: 2.859 gram/48,6 cm
Suhu bayi 36, 60C
Anus berlubang
Dilakukan perawatan tali pusat setelah plasenta dipotong
Perawatan mata dilalukan dengan memberikan obat tetes mata pada bayi
setelah lahir
B. Analisa Data
Pre operasi
No Data Etiologi Masalah
Keperawatan
1 DS: Panggul sempit Nyeri akut
Klien mengeluh nyeri
DO:
Kontraksi kontraksi Sectio caesarea
3x dalam 10 menit,
lama 30 detik, dan
kuat. Luka post operasi
Jaringan terputus
Merangsang area
sensorik
Gangguan rasa
nyaman
Nyeri
2. DS: Panggul sempit Gangguan pola
Klien mengeluh sering eliminasi urine
buang air kecil
DO:
Sectio caesarea
Frekuensi buang air
kecil 8x/hari
Pre partum
Distensi kandung
kemih
Gangguan
eliminasi urine
Post operasi
No Data Etiologi Masalah
Keperawatan
1 DS: Panggul sempit Nyeri akut
Klien mengeluh nyeri
DO:
Terdapat luka post
Sectio caesarea
operasi SC, sepanjang
12 cm
Pengkajian PQRST
P: Luka post operasi
Q:
R:
S:
Jaringan terputus
T:
Merangsang area
sensorik
Gangguan rasa
nyaman
Nyeri
2. DS: Panggul sempit Intoleransi aktivitas
Klien mengeluh belum ↓
dapat melakukan Section caesarea
aktivitas dengan baik ↓
DO:
Luka post operasi
Kesadaran: Somnolen
↓
Jaringan putus
↓
Merangsang area
sensorik
↓
Kelemahan
↓
Intoleransi
Aktivitas
3. DS: Panggul sempit Resiko infeksi
DO:
Terdapat luka post
operasi SC, sepanjang
12 cm. Sectio caesarea
Jaringan terbuka
Proteksi kurang
Invasi bakteri
Resiko infeksi
C. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Pre Operasi
1. Nyeri akut b.d kontraksi
2. Gangguan pola eliminasi urine b.d penekanan kandungan kemih
Post Operasi
1. Nyeri akut b.d pembedahan
2. Intoleransi aktivitas b.d kelemahan
3. Resiko infeksi b.d luka post operasi SC
D. Rencana Keperawatan
PRE OPERASI
POST OPERASI
Post operasi
Tgl/jam No. Dx. Kep Implementasi Evaluasi
1 1. Mengidentifikasi S:
riwayat kehamilan dan - klien mulai mengerti
persalinan cara menyusui dengan
benar
2. Memonitor tanda-tanda - klien memahami
vital ibu materi yang
3. Memonitor respon disampaikan oleh
fisiologis (misalnya perawat
nyeri, perubahan uterus, - klien mengatakan
kepatenan jalan napas, akan menerapkanya
dan lokia) dalam kehidupan
sehari-hari
4. Memonitor kondisi O:
luka dan balutan Kesadaran : Somnolen
TTV :
5. Memfasilitasi kontak TD : 120/80 mmHg
kulit ke kulit dengan N : 86x/menit
bayi. RR : 20x/menit
S : 36,5 OC
6. Memberikan dukungan - kondisi luka bersih,
menyusui yang memadai, tidak ada tanda- tanda
jika memungkinkan. infeksi kalor, rubor dan
dolor
7. Menginformasikan - ibu memperhatikan
pada ibu dan keluarga cara menyusui yang
tentang kondisi ibu dan diajarkan oleh perawat
bayi. dengan baik
A: masalah belum
8. Menganjurkan ibu cara teratasi
menyusui, jika P: lanjutkan intervensi
memungkinkan. 1-6
9. Menganjurkan ibu
mengkonsumsi nutrisi
tktp(tinggi kalori tinggi
protein)
2 1. Memonitor kelelahan
fisik dan emosional.
3. Memberikan aktivitas
distraksi yang
menenangkan.
4. Memfasilitasi duduk di
sisi tempat tidur, jika
tidak dapat berpindah
atau berjalan.
5. Menganjurkan tirah
baring.
6. Menganjurkan
melakukan aktivitas
secara bertahap.
7. Mengajarkan strategi
koping untuk mengurangi
kelelahan
3 1. Memonitor tanda-tanda
vital
2. Memonitor keadaan
lokia (misalnya warna,
jumlah, bau, dan bekuan).
3. Memeriksa perineum
atau robekan (kemerahan,
edema, ekimosis,
pengeluaran, penyatuan
jahitan).
4. Memonitor nyeri.
5. Mengidentifikasi
kemampuan ibu merawat
bayi
6. Mengidentifikasi
adanya masalah adaptasi
psikologis ibu post
partum.
7. Mendiskusikan tentang
perubahan fisik dan
psikologis ibu postpartum
8. Menjelaskan tanda dan
bahaya nifas pada ibu dan
keluarga
9. Mengajarkan cara
perawatan perineum yang
tepat.
Disusun oleh:
RUT MARTAFINA JAMBORMIAS
1490121024
A. PENGERTIAN :
Melakukan pengkajian dengan cara tanya jawab dengan pasien untuk mengganti hal-hal
yang terkait dengan proses persalinan mulai adanya pembukaan cervix sampai
pembukaan lengkap
B. INDIKASI:
Dilakukan pada setiap kunjungan awal persalinan.
C. TUJUAN :
1. Untuk mengetahui masalah-masalah yang berhubungan dengan proses persalinan kala
I
2. Untuk mengetahui faktor-faktor penyulit dan proknosa persalinan
D. PENGKAJIAN :
1. Meninjau usia kehamilan
2. Meninjau riwayat kehamilan terdahulu: Paritas, riwayat SC, Berat Badan Bayi,
Masalah-masalah kehamilan atau persalinan terdahulu
E. PERSIAPKAN ALAT :
Panduan Anamnesa Ibu Bersalin Kala I
F. PERSIAPKAN PASIEN :
1. Menjelaskan tujuan dilaksanakan anamnesa
2. Menjelaskan hal-hal yang akan dianamnesa
G. PROSEDUR :
1. Mengucapkan salam dan memperkenalkan diri
2. Memposisikan pasien senyaman mungkin
3. Menanyakan tentang keluhan yang dirasakan pasien
4. Menanyakan mengenai kontraksi uterus
Kapan mulai terasa
Frekuensi
Durasi
Kekuatan
5. Menanyakan mengenai adanya pengeluaran pervagina
Perdarahan vagina
Lendir darah
Waktu mulainya pengeluaran pervagina
Sifat Perdarahan Per Vaginam: warna, bau, jumlah.
6. Menanyakan mengenai gerakan janin
7. Menanyakan mengenai istirahat terakihir
8. Menanyakan tentang kapan pasien makan terakhir
9. Menanyakan tentang buang air besar/kecil terakhir
10. Mencatat hasil anamnesa ke dalam lembar partograf
11. Menyampaikan ucapan terima kasih kepada pasien
RESUME SECTIO CAESAREA
Ny. H, usia 33 tahun, hamil 37 minggu G1P0A0 datang ke Rumah Sakit pukul 07.00 untuk
dilakukan operasi caesaria atas kemauan sendiri. Ny. H dijadwalkan oleh dokter obgyn untuk
dilakukan operasi sc pukul 12.00. Alasan Ny. H memilih melahirkan secara operasi sesar karena
agar tanggal lahir Ny. H dengan tanggal lahir bayinya sama. Tidak ada keluhan yang dirasakan
klien.
Dari hasil pengkajian perawat, ditemukan data pasien adalah seorang Ibu Rumah Tangga, suami
pasien berusia 35 tahun pekerjaan wiraswasta, tidak ada keluarga pasien yang memiliki penyakit
keturunan, klien tidak menggunakan alat kontrasepsi. Pasien mengatakan sangat senang
menjalani operasi ini, karena sudah menunggu kelahiran anak pertamanya. Dari hasil
pemeriksaan fisik ditemukan TTV dalam batas normal, konjungtiva tidak anemis, payudara
simetris, areola kehitaman, puting susu keluar, belum keluar colostrum, leopold I : teraba tegang,
tinggi fundus uteri 33 cm, leopold II puki, leopold III bagian terbawah teraba keras, bulat
melenting, leopold IV kepala sudah masuk PAP, DJJ 130X/menit, ekstemitas bawah tidak
terdapat oedema. Hasil pemeriksaan laboratorium hemoglobin 14 g/dl, hematokrit 31% leukosit
10,3 ribu/ul, trombosit 273 ribu/ul, eritrosit 3,38 juta/ul, PT 13,2 detik dan APTT 26.9 detik,
golongan darah B, HbsAg negatif, GDS 106 mg/dl, SGOT 14 u/l , SGPT 10 u/l, albumin 3,4 g/dl
, kreatinin 0,7 mg/dl . ureum 18 mg/dl. Pada pemeriksaan USG ditemukan, janin tunggal, intra
uterine, memanjang, puki, preskep, masuk PAP, DJJ (+) dengan BPD 8,9 FL 6,3, AC 30,5,
EFBW 2605, plasenta ineversi, air ketuban kesan cukup, tidak tampak jelas kelainan kongenital
mayor, kesan graf janin dalam keadaan baik. Setelah pasien memberikan informed consent
tindakan operasi SC, pukul 11. 00 klien dikirim keruang OK.
Pukul 17.00 perawat menjemput pasien ke ruang OK. Saat dikaji, didapatkan hasil pasien
somnolen, terpasang kateter, terpasang infus di tangan kiri pasien, perdarahan 875cc. Klien
tampak mengerang dan mengeluh nyeri. Keadaan umum bayi baik, kesadaran compos mentis,
berat badan bayi 2.859 gram, panjang badan 48,6 cm, lingkar kepala 35 cm, lingkar dada 35 cm,
O
pernapasan 35 x/menit, nadi 128x/menit, suhu 36,6 C, apgar score: 7-8 dan jenis kelamin
perempuan. Kemudian perawat melakukan observasi 2 jam post operasi.
1. Identitas
a. Identitas Klien
Umur: 0 hari
Anak ke: 1
No. RM: -
1. Ibu
Nama: Ny. H
Umur: 33 Tahun
Agama: Islam
Nama: Tn. E
Umur: 35 tahun
Pekerjaan: Wiraswasta
Agama: Islam
2. Keluhan utama/masalah/fenomena:
Ibu mengatakan telah melahirkan bayi perempuan sacara Sectio Caesarea (SC), pada
tanggal 03 agustus 2021
3. Anamnesa/riwayat kesehatan:
Bayi lahir dengan Sectio Caesarea (SC), bayi anak pertama, usia 0 hari, keadaan umum
baik, kesadaran compos mentis, Berat badan bayi 2.859 gram, panjang badan 49,9 cm, lingkar
kepala 36 cm, lingkar dada 35 cm, pernapasan 35 x/menit, nadi 128x/menit, suhu 36,6 O C, apgar
score: 7-8 dan jenis kelamin laki-laki.
c. Auskultasi
Dada: Tidak ada bunyi ronchi, maupun wheezing
Abdomen: Tidak terdapat bising usus
d. Perkusi Abdomen: Tidak kembung
3. Pemeriksaan Neurologis
a. Reflek Moro: Bayi menimbulkan gerakan terkejut, ketika diberikan sentuhan
b. Reflek Menggenggam: Jari tangan bayi menggenggam ketika disentu oleh tangan.
c. Reflek Roating: Bayi menoleh sewaktu pipinya disentuh dengan jari
d. Reflek Sucking: Hisapan bayi pada putting susu kuat
4. Pemeriksaan Antropometri
a. BB bayi: 2.859 gr
b. PB bayi: 49,9 cm
c. LK: 36 cm.
d. LD: 35 cm
6. Diagnosa Keperawatan
1. Resiko ketidakseimbangan suhu tubuh (resiko termoregulasi tidak efektif) b.d kegagalan
mempertahankan suhu tubuh
2. Resiko infeksi b.d pertahanan imunologis tidak adekuat.