Anda di halaman 1dari 92

PENUGASAN INDIVIDU:

“LAPORAN PENDAHULUAN PADA PASIEN SECTIO CAESAREA”

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Keperawatan Maternitas

MAHASISWA:

RUT MARTAFINA JAMBORMIAS

NIM. 1490121024

PROGRAM STUDI NERS ANGKATAN XXVI

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN IMMANUEL BANDUNG

2021
PENGERTIAN

 Sectio Caesarea adalah suatu pembedahan guna melahirkan janin lewatin sisi pada
dinding abdomen dan uterus persalinan buatan. Sehingga janin di lahirkan melalui perut
dan dinding perut dan dinding rahim agar anak lahir dengan keadaan utuh dan sehat
(Anjarsari, 2019).
 Sectio Caesarea adalah suatu carah melahirkan janin dengan membuat sayatan pada
dinding uterus melalui dinding depan perut (Martowirjo, 2018). Sectio Caesarea adalah
suatu persalinan buatan dimana janin dilahirkan melalui suatu insisi pada dinding depan
perut dan dinding rahim dengan syarat rahim dalam keadaan utuh serta berat janin di atas
500 gram (Sagita, 2019).

ANATOMI DAN FISIOLOGI ORGAN TERKAIT

1. Anatomi dan Fisiologi sistem reproduksi

 Organ reproduksi wanita terbagi atas organ eksterna dan internal. Organ eksterna
berfungsi dalam berfungsi dalam kopulasi, sedangkan organ interna berfungsi
dalam ovulasi, sebagai tempat fertilisasi sel telur dan perpindahan blastosis, dan
sebagai tempat implantasi, dapat dikatakan berfungsi untuk pertumbuhan dan
kelahiran janin
a) Struktur Eksterna
 Mons Pubis Mons Pubis atau Mons Veneris adalah jaringan lemak subkutan
berbentuk bulat yang lunak dan padat serta merupakan jaringan ikat jarang diatas
simfisis pubis. Mons pubis mengandung banyak kelenjar sebasea (minyak) dan
ditumbuhi Rambut berwarna hitam, kasar dan ikal pada masa pubertas, yakni
sekitar satu sampai dua tahun sebelum awitan haid. Fungsinya sebagai bantal pada
saat melakukan hubungan sex.
 Labia Mayora Labia Mayora ialah dua lipatan kulit panjang melengkung yang
menutupi lemak dan jaringan ikat yang menyatu dengan mons pubis. Keduanya
memanjang dari mons pubis ke arah bawah mengelilingi labia mayora, meatus
urinarius, dan introitus vagina (muara vagina).
 Labia Minor
Labia Minora terletak diantara dua labia mayora merupakan lipatan kulit yang
panjang, sempit dan tidak berambut yang memanjang ke arah bawah dari bawah
klitoris dan menyatu dengan fourchette. Sementara bagian lateral dan anterior
labia biasanya mengandung pigmen, permukaan medial labia minora sama dengan
mukosa vagina; merah muda dan basah. Pembuluh darah yang sangat banyak
membuat labia berwarna merah kemurahan dan memungkinkan labia minora
membengkak, bila ada stimulus emosional atau stimulus fisik.
 Klitoris
Klitoris adalah organ pendek berbentuk silinder dan erektil yang terletak tepat
dibawah arkus pubis. Dalam keadaan tidak terangsang, bagian yang terlihat
adalah sekitar 6 x 6 mm atau kurang. Ujung badan klitoris dinamai glans dan
lebih sensitif daripada badannya. Saat wanita secara seksual terangsang, glans dan
badan klitoris membesar. Fungsi klitoris adalah menstimulasi dan meningkatkan
ketegangan seksualitas.
 Prepusium Klitoris Dekat sambungan anterior, labia minora kanan dan kiri
memisah menjadi bagian medial dan lateral.Bagian lateral menyatu di bagian atas
klitoris dan membentuk prepusium, penutup yang berbentuk seperti kait.Bagian
medial menyatu di bagian bawah klitoris untuk membentuk frenulum.Kadang-
kadang prepusium menutupi klitoris.
 Vestibulum
Vestibulum suatu daerah yang berbentuk seperti perahu atau lonjong, terletak di
antara labia minora, klitoris dan fourchette.Vestibulum terdiri dari muara utetra,
kelenjar parauretra (vestibulum minus atau skene), vagina dan kelenjar paravagina
(vestibulum mayus, vulvovagina, atau Bartholin). Permukaan vestibulum yang
tipis dan agak berlendir mudah teriritasi oleh bahan kimia (deodorant semprot,
garam-garaman, busa sabun), panas, rabas dan friksi (celana jins yang ketat).
 Fourchette
Fourchette adalah lipatan jaringan transversal yang pipih dan tipis, terletak pada
pertemuan ujung bawah labia mayora dan minora di garis tengah dibawah
orifisium vagina. Suatu cekungan kecil dan fosa navikularis terletak di antara
fourchette dan himen.
 Perineum
Perineum ialah daerah muscular yang ditutupi kulit antara introitus vagina dan
anus.Perineum membentuk dasar badan perineum. Penggunaan istilah vulva dan
perineum kadang-kadang tertukar.
b) Struktur Intenal
1. Ovarium
Sebuah ovarium terletak di setiap sisi uterus, dibawah dan di belakang tuba
falopii. Dua ligamen mengikat ovarium pada tempatnya, yakni bagian
mesovarium ligamen lebar uterus, yang memisahkan ovarium dari sisi dinding
pelvis lateral kira-kira setinggi Krista iliaka antero superior, dan ligamentum
ovarii proprium.
Dua fungsi ovarium ialah menyelenggarakan ovulasi dan memproduksi
hormon.Saat lahir, ovarium wanita normal mengandung sangat banyak ovum
primordial (primitif). Ovarium juga merupakan tempat utama produksi hormon
seks steroid (estrogen, progesterone, dan androgen) dalam jumlah yang
dibutuhkan untuk pertumbuhan, perkembangan dan fungsi wanita normal.
Hormone estrogen adalah hormone seks yang di produksi oleh rahim untuk
merangsangpertumbuhan organ seks seperti payudara dan rambut pubikserta
mengatur sirkulasi manstrubasi.Hormone estrogen juga menjaga kondisi
kesehatan dan elasitas dinding vagina. Hormone ini juga menjaga teksture dan
fungsi payudara.pada wanita hamil hormone estrogen membuat puting payudara
membesar dan merangsangpertumbuhan kelenjar ASI dan memperkuat dinding
rahim saat terjadi kontraksi menjelang persalinan.
Hormone progesterone berfungsi untuk menghilangkan pengaruh hormone
oksitoksin yang dilepaskan oleh kelenjar pituteri.Hormone ini juga melindungi
janin dari serangan sel-sel kekebalan tubuh dimana sel telur yang di buahi
menjadi benda asing dalam tubuh ibu.hormon androgen berfungsi untuk
menyeimbangkan antara hormon estrogen dan progesterone.
2. Tuba Falopii (Tuba Uterin)
Panjang tuba ini kira-kira 10 cm dengan diameter 0,6 cm. Setiap tuba mempunyai
lapisan peritoneum di bagian luar, lapisan otot tipis di bagian tengah, dan lapisan
mukosa di bagian dalam. Lapisan mukosa terdiri dari sel-sel kolumnar, beberapa
di antaranya bersilia dan beberapa yang lain mengeluarkan secret. Lapisan
mukosa paling tipis saat menstruasi.Setiap tuba dan lapisan mukosanya menyatu
dengan mukosa uterus dan vagina.
3. Uterus
Uterus adalah organ berdinding tebal, muscular, pipih, cekung yang tampak mirip
buah pir terbalik. Pada wanita dewasa yang belum pernah hamil, ringan uterus
ialah 60 g. Uterus normal memiliki bentuk simetris, nyeri bila ditekan, licin dan
teraba padat. Derajat kepadatan ini bervariasi bergantung kepada beberapa
faktor.Misalnya, uterus mengandung lebih banyak rongga selama fase sekresi.
Tiga fungsi uterus adalah siklus menstruasi dengan peremajaan endometrium,
kehamilan dan persalinan.Fungsi-fungsi ini esensial untuk reproduksi, tetapi tidak
diperlukan untuk kelangsungan fisiologis wanita.
4. Dinding
Uterus Dinding uterus terdiri dari tiga lapisan: endometrium, miometrium, dan
sebagian lapisan luar peritoneum parietalis.
5. Serviks
Bagian paling bawah uterus adalah serviks atau leher.Tempat perlekatan serviks
uteri dengan vagina, membagi serviks menjadi bagian supravagina yang panjang
dan bagian vagina yang lebih pendek. Panjang serviks sekitar 2,5 sampai 3 cm, 1
cm menonjol ke dalam vagina pada wanita tidak hamil. Serviks terutama disusun
oleh jaringan ikat fibrosa serta sejumlah kecil serabut otot dan jaringan elastis.
6. Vagina
Vagina, suatu struktur tubular yang terletak di depan rectum dan di belakang
kandung kemih dan uretra, memanjang dari introitus (muara eksterna di
vestibulum di antara labia minora vulva) sampai serviks. Vagina adalah suatu tuba
berdinding tipis yang dapat melipat dan mampu meregang secara luas. Karena
tonjolan serviks ke bagian atas vagina, panjang dinding anterior vagina hanya
sekitar 7,5 cm, sedangkan panjang dinding posterior sekitar 9 cm. Ceruk yang
terbentuk di sekeliling serviks yang menonjol tersebut disebut forniks: kanan, kiri,
anterior dan posterior. Mukosa vagina berespons dengan cepat terhadap stimulasi
estrogen dan progesterone.Sel-sel mukosa tanggal terutama selama siklus
menstruasi dan selama masa hamil. Sel-sel yang diambil dari mukosa vagina
dapat digunakan untuk mengukur kadar hormon seks steroid. Cairan vagina
berasal dari traktus genitalia atas atau bawah.Cairan sedikit asam.Interaksi antara
laktobasilus vagina dan glikogen mempertahankan keasaman. Apabila pH naik di
atas lima, insiden infeksi vagina meningkat (Bobak, Lowdermilk, Jensen, 2004).
2. Anatomi Fisiologi
a. Kulit
1. Lapisan Epidermis
Epidermis, lapisan luar, terutama terdiri dari epitel skuamosa bertingkat.Sel-sel
yang menyusunya secara berkesinambungan dibentuk oleh lapisan germinal dalam epitel
silindris dan mendatar ketika didorong oleh sel-sel baru kearah permukaan, tempat kulit
terkikis oleh gesekan.Lapisan luar terdiri dari keratin, protein bertanduk, Jaringan ini
tidak memiliki pembuluh darah dan selselnya sangat rapat.
2. Lapisan Dermis
Dermis adalah lapisan yang terdiri dari kolagen jaringan fibrosa dan
elastin.Lapisan superfasial menonjol ke dalam epidermis berupa sejumlah papilla kecil.
Lapisan yang lebih dalam terletak pada jaringan subkutan dan fasia, lapisan ini
mengandung pembuluh darah, pembuluh limfe dan saraf.
3. Lapisan subkutan
Lapisan ini mengandung sejumlah sel lemak, berisi banyak pembuluh darah dan
ujung syaraf.Lapisan ini mengikat kulit secara longgar dengan organ-organ yang terdapat
dibawahnya.Dalam hubungannya dengan tindakan SC, lapisan ini adalah pengikat organ-
organ yang ada di abdomen, khususnya uterus.Organ-organ di abdomen dilindungi oleh
selaput tipis yang disebut peritonium.Dalam tindakan SC, sayatan dilakukan dari kulit
lapisan terluar (epidermis) sampai dinding uterus.
b. Fasia
Di bawah kulit fasia superfisialis dibagi menjadi lapisan lemak yang dangkal,
Camper's fasia, dan yang lebih dalam lapisan fibrosa,.Fasia profunda terletak pada otot-
otot perut. menyatu dengan fasia profunda paha. Susunan ini membentuk pesawat antara
Scarpa's fasia dan perut dalam fasia membentang dari bagian atas paha bagian atas perut.
Di bawah lapisan terdalam otot, maka otot abdominis transverses, terletak fasia
transversalis. Para fasia transversalis dipisahkan dari peritoneum parietalis oleh variabel
lapisan lemak.. Fascias adalah lembar jaringan ikat atau mengikat bersama-sama meliputi
struktur tubuh.
c. Otot perut
1. Otot dinding perut anterior dan lateral Rectus abdominis meluas dari bagian depan
margo costalis di atas dan pubis di bagian bawah. Otot itu disilang oleh beberapa pita
fibrosa dan berada didalam selubung. Linea alba adalah pita jaringan yang membentang
pada garis tengah dari procecuss xiphodius sternum ke simpisis pubis, memisahkan kedua
musculus rectus abdominis. Obliquus externus, obliquus internus dan transverses adalah
otot pipih yang membentuk dinding abdomen pada bagian samping dan depan. Serat
externus berjalan kearah bawah dan atas ; serat obliquus internus berjalan keatas dan
kedepan ; serat transverses (otot terdalam dari otot ketiga dinding perut) berjalan
transversal di bagian depan ketiga otot terakhir otot berakhir dalam satu selubung
bersama yang menutupi rectus abdominis.
2. Otot dinding perut posterior Quadrates lumbolus adalah otot pendek persegi pada
bagian belakang abdomen, dari costa keduabelas diatas ke crista iliaca.

ETIOLOGI

Menurut Martowirjo (2018), etiologi dari pasien Sectio Caesarea adalah sebagai berikut:

1. Etiologi yang berasal dari ibu


 Plasenta Previa Sentralis dan Lateralis (posterior) dan totalis.
 Panggul sempit.
 Disporsi sefalo-pelvik: ketidakseimbangan antara ukuran kepala dengan panggul.
 Partus lama (prognoled labor)
 Ruptur uteri mengancam
 Partus tak maju (obstructed labor)
 Distosia serviks
 Pre-eklamsia dan hipertensi
 Disfungsi uterus
 Distosia jaringan lunak.
2. Etiologi yang berasal dari janin
 Letak lintang.
 Letak bokong.
 Presentasi rangkap bila reposisi tidak berhasil.
 Presentasi dahi dan muka (letak defleksi) bila reposisi dengan cara-cara lain
tidak berhasil.
 Gemeli menurut Eastma, sectiocaesarea di anjurkan :
1. Bila janin pertama letak lintang atau presentasi bahu (Shoulder Presentation).
2. Bila terjadi interlok (locking of the twins).
3. Distosia oleh karena tumor.
4. Gawat janin.
 Kelainan uterus :
1. Uterus arkuatus
2. Uterus septus
3. Uterus duplekus
4. Terdapat tumor di pelvis minor yang mengganggu masuk kepala janin ke pintu
atas panggul.
o Sedangkan menurut Sagita (2019), indikasi ibu dilakukan Sectio Caesarea adalah ruptur
uteri iminen, perdarahan antepartum, ketuban pecah dini. Sedangkan indikasi dari janin
adalah fetal distres dan janin besar melebihi 4.000 gram> Dari beberapa faktor Sectio
Caesarea diatas dapat diuraikan beberapa penyebab sectio sebagai berikut :

A. CPD (Chepalo Pelvik Dispropotion) adalah ukuran lingkar panggul ibu tidak sesuai
dengan ukuran kepala janin yang dapat menyebabkan ibu tidak dapat melahirkan secara
normal. Tulang-tulang panggul merupakan susunan beberapa tulang yang membentuk
rongga panggul yang merupakan jalan yang harus dilalau oleh janin ketikaakan lahir
secara normal. Bentuk panggul yang menunjukkan kelainan atau panggul patologis juga
dapat menyebabkan kesulitan dalam proses persalinan normal sehingga harus dilakukan
tindakan operasi. Keadaan patologis tersebut menyebabkan bentuk rongga panggul
menjadi asimetris dan ukuran-ukuran bidang panggul menjadi abnormal.
B. PEB (Pre-Eklamasi Berat) adalah kesatuan penyakit yang langsung disebabkan oleh
kehamilan, sebab terjadinya masih belum jelas. Setelah perdarahan dan infeksi,
preeklamsi dan eklamsi merupakan penyebab kematian maternatal dan perinatal paling
penting dalam ilmu kebidanan. Karena itu diagnosa dini amatlah penting, yaitu mampu
mengenali dan mengobati agar tidak berlanjut menjadi eklamsi.
C. KDP (Ketuban Pecah Dini) adalah pecahnya ketuban sebelum terdapat tanda persalinan
dan ditunggu satu jam belum terjadi inpartus. Sebagian besar ketuban pecah dini adalah
hamil aterm di atas 37 minggu.
D. Bayi kembar, tak selamanya bayi kembar dilahirkan secara Sectio Caesarea. Hal ini
karena kelahiran kembar memiliki resiko terjadi komplikasi yang lebih tinggi dari pada
kelahiran satu bayi. Selain itu, bayi kembar pun dapat mengalami sungsang atau salah
letak lintang sehingga sulit untuk dilahirkan secara normal.
E. Faktor hambatan jalan lahir, adanya gangguan pada jalan lahir, misalnya jalan lahir
yang tidak memungkinkan adanya pembukaan, adanya tumor dan kelainan bawaan pada
jalan lahir, tali pusat pendek dan ibu sulit bernafas.
F. Kelainan Letak Janin
 Kelainan pada letak kepala
a) Letak kepala tengadah, bagian terbawah adalah puncak kepala, pada
pemerikasaan dalam teraba UUB yang paling rendah. Etiologinya kelainan
panggul, kepala bentuknya bundar, anaknya kecil atau mati, kerusakan dasar
panggul.
b) Presentasi muka, letak kepala tengadah (defleksi), sehingga bagian kepala yang
terletak paling rendah ialah muka. Hal ini jarang terjadi, kira-kira 0,27 - 0,5 %.
Presentasi dahi, posisi kepala antara fleksi dan defleksi, dahi berada pada posisi
terendah dan tetap paling depan. Pada penempatan dagu, biasnya dengan
sendirinya akan berubah menjadi letak muka atau letak belakang kepala.
 Letak sungsang merupakan keadaan dimana janin terletak memanjang dengan
kepala difundus uteri dan bokong berada di bagian bawah kavum uteri. Dikenal
beberapa jenis letak sungsang, yakni presentasi bokong, presentasi bokong kaki
sempurna, presentasi bokong tidak sempurna dan presentasi kaki
PATOFISIOLOGI

Panggul sempit Sectio Caaesarea

Post anesthesi Luka post operasi Post partum nifas

Penurunan Penurunan Jaringan Jaringan terbuka Distensi


medulla kerja pons terputus kandung
oblongata kemih

Penurunan Merangsang Proteksi


area sensorik kurang Udem dan
Penurunan kerja otot
memar di
refleksi eliminasi
uretra
batuk
Gangguan rasa
Invasi bakteri
nyaman
Penurunan
Penurunan
Akumulasi peristaltik
sekret sensitivitas dan
usus Nyeri Resiko
infeksi sensasi
kandung kemih
Bersihan Konstipasi
jalan
nafas
Gangguan
tidak
efektif eliminasi urin
Penurunan Psikologi
progesterone dan
esterogen

Merangsang
Kontraksi
pertumbuhan
uterus
kelenjar susu &
pertumbuhan

Involusi Peningkatan
hormone prolaktin

Adekuat Tidak Merangsang


adekuat laktasi oksitosin

Pengeluaran Perdarahan
lochea
Ejeksi ASI

Hb Kekurangan Efektif Tidak efektif


volume
Kurang O2 cairan dan
Nutrisi bayi
elektrolit
terpeuhi

Kelemahan
Resiko syok
(hipovolemik) Kurang Bengkak
Defisit
informasi
perawatan
tentang
diri
perawatan Ketidakefektifan

payudara pemberian ASI

Deficiensi
Nutrisi bayi
pengetahuan
kurang dari
kebutuhan
Nanda Nic-Noc, 2015. Jld. 3. Hlm 111-112
TANDA DAN GEJALA

Indikasi pada ibu hamil yang dilakukan operasi section caesarea menurut Sung et al
(2020), sebagai berikut:

1. Persalinan sesar sebelumnya

2. Permintaan ibu

3. Deformitas panggul atau disproporsi sefalopelvis

4. Trauma perineum sebelumnya

5. Sebelumnya operasi rekonstruksi panggul atau anal/rektal

6. Herpes simpleks atau infeksi HIV

7. Penyakit jantung atau paru

8. Aneurisma serebral atau malformasi arteriovenosa

9. Patologi yang membutuhkan pembedahan intra abdominal secara bersamaan

10. Sesar perimortem

Indikasi uterine/ anatomis untuk operasi section caesarea menurut Sung et al (2020),
sebagai berikut:

1. Plasentasi abnormal seperti plasenta previa, plasenta akreta

2. Solusio plasenta

3. Riwayat histerotomi klasik

4. Miomektomi ketebalan penuh sebelumnya

5. Riwayat dehiscence insisi uterus

6. Kanker serviks invasive

7. Trakelektomi sebelumnya

8. Massa obstruktif saluran genital


9. Cerclage permanen

 Indikasi janin untuk operasi section caesarea menurut Sung et al (2020),


sebagai berikut:

1. Status janin yang tidak meyakinkan seperti pemeriksaan Doppler tali pusat
abnormal atau detak jantung janin yang abnormal

2. Prolaps tali pusat

3. Gagal melahirkan pervagina operatif

4. Malpresentation

5. Makrosomia

6. Anomali kogenital

7. Trombositopenia

8. Trauma kelahiran neonatal sebelumnya.

Kontra indikasi dari operasi section caesarea menurut Sung et al (2020), sebagai
berikut:

1. Janin mati

2. Shock

3. Anemia berat

4. Kelainan kongenital berat

5. Infeksi piogenik pada dinding abdomen

6. Fasilitas yang kurang memadai dalam operasi section caesarea

PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK

Menurut Martowirjo (2018), pemeriksaan diagnostik yang dilakukan pada ibu


Sectio Caesarea adalah sebagai berikut:

1. Hitung darah lengkap.


2. Golongan darah (ABO) dan pencocokan silang, tes Coombs Nb.

3. Urinalisis : menentukn kadar albumin/glukosa.

4. Pelvimetri : menentukan CPD.

5. Kultur: mengidentifikasi adanya virus heres simpleks tipe II.

6. Ultrasonografi: melokalisasi plasenta menetukan pertumbuha,kedudukan, dan


presentasi janin.

7. Amniosintess: Mengkaji maturitas paaru janin.

8. Tes stres kontraksi atau non-stres: mengkaji respons janin

9. Terhadap gerakan/stres dari polakontraksi uterus/polaabnormal.

10. Penetuan elektronik selanjutnya memastikan status janin/aktivitas uterus.

PENATALAKSANAAN

Menurut Ramadanty (2019), penatalaksanan Sectio Caesarea adalah sebagai


berikut:

A. Pemberian Cairan Karena 24 jam pertama penderita puasa pasca operasi,


maka pemberian cairan per intavena harus cukup banyak dan mengandung
elektrolit agar tidak terjadi hipotermi, dehidrasi, atau komplikasi pada organ
tubuh lainnya. Cairan yang biasa diberikan biasanya DS 10%, garam fisiologi
dan RL secara bergantian dan jumlah tetesan tergantung kebutuhan. Bila
kadar Hb rendah diberikan transfusi darah sesuai kebutuhan.
B. Diet Pemberian cairan per infus biasanya dihentikan setelah penderita flatus
lalu dimulailah pemberian minuman dan makanan per oral. Pemberian
minuman dengan jumlah yang sedikit sudah boleh dilakukan pada 6 sampai 8
jam pasca operasi, berupa air putih dan air teh.
C. Mobilisasi Mobilisasi dilakukan secara bertahap meliputi : Miring kanan dan
kiri dapat dimulai sejak 6 sampai 10 jam setelah operasi, Latihan pernafasan
dapat dilakukan penderita sambil tidur telentang sedini mungkin setelah sadar,
Hari kedua post operasi, penderita dapat didudukkan selama 5 menit dan
diminta untuk bernafas dalam lalu menghembuskannya, Kemudian posisi
tidur telentang dapat diubah menjadi posisi setengah duduk (semifowler),
Selanjutnya selama berturut-turut, hari demi hari, pasien dianjurkan belajar
duduk selama sehari, belajar berjalan, dan kemudian berjalan sendiri pada hari
ke-3 sampai hari ke-5 pasca operasi.
D. Katerisasi Kandung kemih yang penuh menimbulkan rasa nyeri dan rasa tidak
enak pada penderita, menghalangi involusi uterus dan menyebabkan
perdarahan. Kateter biasanya terpasang 24 - 48 jam / lebih lama lagi
tergantung jenis operasi dan keadaan penderita.
E. Pemberian Obat-Obatan Antibiotik cara pemilihan dan pemberian antibiotik
sangat berbeda-beda sesuai indikasi.
F. Analgetik dan obat untuk memperlancar kerja saluran pencernaan Obat yang
dapat di berikan melalui supositoria obat yang diberikan ketopropen sup 2x/24
jam, melalui orang obat yang dapatdiberikan tramadol atau paracetamol tiap 6
jam, melalui injeksi ranitidin 90-75 mg diberikan setiap 6 jam bila perlu.
G. Obat-obatan lain Untuk meningkatkan vitalitas dan keadaan umum penderita
dapat diberikan caboransia seperti neurobian I vit C.
H. Perawatan luka Kondisi balutan luka dilihat pada 1 hari post operasi, bila
basah dan berdarah harus dibuka dan diganti.
I. Pemeriksaan rutin Hal-hal yang harus diperhatikan dalam pemeriksaan adalah
suhu, tekanan darah, nadi, dan pernafasan.
J. Perawatan Payudara Pemberian ASI dapat dimulai pada hari post operasi jika
ibu memutuskan tidak menyusui, pemasangan pembalut payudara yang
mengencangkan payudara tanpa banyak menimbulkan kompesi, biasanya
mengurangi rasa nyeri.

KEMUNGKINAN DATA FOCUS

1. Pengkajian

A. Identitas pasien
B. Keluhan utama : Pada ibu dengan kasus post SC keluhan utama yang timbul
yaitu nyeri pada luka operasi.
C. Riwayat persalinan sekarang Pada pasien post SC kaji riwayat persalinan
yang dialami sekarang.
D. Riwayat menstruasi Pada ibu, yang perlu ditanyakan adalah umur menarche,
siklus haid, lama haid, apakah ada keluhan saat haid, hari pertama haid yang
terakhir.
E. Riwayat perkawinan Yang perlu ditanyakan adalah usia perkawinan,
perkawinan keberapa, usia pertama kali kawin.
F. Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas Untuk mendapatkan data
kehamilan, persalinan dan nifas perlu diketahui HPHT untuk menentukan
tafsiran partus (TP), berapa kali periksaan saat hamil, apakah sudah imunisasi
TT, umur kehamilan saat persalinan, berat badan anak saat lahir, jenis
kelamin anak, keadaan anak saat lahir.
G. Riwayat penggunaan alat kontrasepsi Tanyakan apakah ibu pernah
menggunakan alat kontrasepsi, alat kontrasepsi yang pernah digunakan,
adakah keluhan saat menggunakan alat kontrasepsi, pengetahuan tentang alat
kontrasepsi.
H. Pola kebutuhan sehari-hari
1. Bernafas, pada pasien dengan post SC tidak terjadi kesulitan dalam
menarik nafas maupun saat menghembuskan nafas.
2. Makan dan minum, pada pasien post SC tanyakan berapa kali makan sehari
dan berapa banyak minum dalam satu hari.
3. Eliminasi, pada psien post SC pasien belum melakukan BAB, sedangkan
BAK menggunakan dower kateter yang tertampung di urine bag.
4. Istirahat dan tidur, pada pasien post SC terjadi gangguan pada pola istirahat
tidur dikarenakan adanya nyeri pasca pembedahan.
5. Gerak dan aktifitas, pada pasien post SC terjadi gangguan gerak dan
aktifitas oleh karena pengaruh anastesi pasca pembedahan.
6. Kebersihan diri, pada pasien post SC kebersihan diri dibantu oleh perawat
dikarenakan pasien belum bisa melakukannya secara mandiri.
7. Berpakaian, pada pasien post SC biasanya mengganti pakaian dibantu oleh
perawat.
8. Rasa nyaman, pada pasien post SC akan mengalami ketidaknyamanan
yang dirasakan pasca melahirkan.
9. Konsep diri, pada pasien post SC seorang ibu, merasa senang atau minder
dengan kehadiran anaknya, ibu akan berusaha untuk merawat anaknya.
10. Sosial, pada SC lebih banyak berinteraksi dengan perawat dan tingkat
ketergantungan ibu terhadap orang lain akan meningkat.
11. Belajar, kaji tingkat pengetahuan ibu tentang perawatan post partum
terutama untuk ibu dengan SC meliputi perawatan luka, perawatan payudara,
kebersihan vulva atau cara cebok yang benar, nutrisi, KB, seksual serta hal-
hal yang perlu diperhatikan pasca pembedahan. Disamping itu perlu
ditanyakan tentang perawatan bayi diantaranya, memandikan bayi, merawat
tali pusat dan cara meneteki yang benar.
I. Data fokus pengkajian Menurut Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia,
dalam pengkajian ibu post sectio caesarea dengan risiko infeksi data fokus
yang dikaji adalah mengkaji faktor penyebab mengapa pasien berisiko terjadi
infeksi. Menurut Tim Pokja SDKI (2016), faktor yang dapat menyebabkan
risiko infeksi adalah :
1. Efek prosedur invasif
2. Peningkatan paparan organisme patogen lingkungan.
3. Ketidakadekuatan pertahanan tubuh primer : Kerusakan integritas kulit,
ketuban pecah lama, ketuban pecah sebelum waktunya,
4. Ketidakadekuatan pertahanan tubuh sekunder : Penurunan hemoglobin,
imununosupresi.
J. Pemeriksaan fisik
1. Keadaan umum ibu, suhu, tekanan darah, respirasi, nadi, berat badan,
tinggi badan, keadaan kulit.
2. Pemeriksaan kepala wajah:Konjuntiva dan sklera mata normal atau tidak.
3. Pemeriksaan leher:Ada tidaknya pembesaran kelenjar tiroid.
4. Pemeriksaan thorax : Ada tidaknya ronchi atau wheezing, bunyi jantung.
5. Pemeriksaan buah dada:Bentuk simetris atau tidak, kebersihan,
pengeluaran (colostrum, ASI atau nanah), keadaan putting, ada tidaknya
tanda dimpling/retraksi.
6. Pemeriksaan abdomen:Tinggi fundus uteri, bising usus, kontraksi, terdapat
luka dan tanda-tanda infeksi disekitar luka operasi.
7. Pemeriksaan ekstremitas atas: ada tidaknya oedema, suhu akral,
ekstremitas bawah: ada tidaknya oedema, suhu akral, simetris atau tidak,
pemeriksaan refleks.
8. Genetalia: Menggunakan dower kateter.
9. Data penunjang Pemeriksaan darah lengkap meliputi pemeriksaan
hemoglobin (Hb), Hematokrit (HCT) dan sel darah putih (WBC).

Analisa Data

N Data Etiologi Masalah


o Keperawatan
1. SDKI, 2016 Panggul sempit Ketidakefektifan
Tanda dan gejala minor bersihan jalan
DS: Dispnea, sulit bicara, ortopnea. Sectio caesarea napas. (Bersihan
DO: Gelisah, sianosis, bunyi napas jalan napas tidak
menurun, frekuensi napas berubah, Post anesthesi efektif)
pola napas berubah.
Tanda dan gejala mayor Penurunan
DS: - medulla
DO: Batuk tidak efektif, tidak mampu oblongata
batuk, sputum berlebih, mengi,
wheezing dan/atau ronkhi kering, Akumulasi
meconium di jalan napas (pada sekret
neonates)
Bersihan jalan
nafas tidak
efektif
2. SDKI, 2016 Panggul sempit Nyeri akut
Tanda dan gejala minor
DS: - Sectio caesarea
DO: Tekanan darah meningkat, pola
napas berubah, nafsu makan berubah, Luka post
proses berpikir terganggu, menarik operasi
diri, berfokus pada diri sendiri,
diaforeesis. Jaringan
Tanda dan gejala mayor terputus
DS: Mengeluh nyeri
DO: Tampak meringis, bersikap Merangsang
protektif (misalnya waspada, posisi area sensorik
menghindari nyeri), gelisah, frekuensi
nadi meningkat, sulit tidur. Gangguan rasa
nyaman

Nyeri
3. SDKI, 2016 Panggul sempit Ketidakseimbanga
Tanda dan gejala minor n nutrisi kurang
DS: Cepat kenyang setelah makan, Sectio caesarea dari kebutuhan
kram/nyeri abdomen, nafsu makan tubuh. (Defisit
menurun. Post partum nutrisi)
DO: Bising usus hiperaktif, otot nifas
pengunyah lemah, otot menelan lemah,
membrane mukosa pucat, sariawan, Penurunan
serum albumin turun, rambut rontok progesterone &
berlebihan, diare. esterogen
Tanda dan gejala mayor
DS: - Merangsang
DO: Berat badan menurun minimal pertumbuhan
10% dibawah rentang ideal. kelenjar susu &
pertumbuhan

Peningkatan
hormone
prolaktin

Merangsang
laktasi oksitosin

Ejeksi ASI

Efektif

Nutrisi bayi
terpenuhi

Bengkak

Ketidakefektifan
pemberian ASI

Nutrisi bayi
kurang dari
kebutuhan
4. SDKI, 2016 Panggul sempit Ketidakefektifan
Tanda dan gejala minor pemberian ASI.
DS: - Sectio caesarea (Menyusui tidak
DO: Intake bayi tidak adekuat, bayi efektif).
menghisap tidak terus menerus, bayi Post partum
menangis saat di susi, bayi rewel dan nifas
menangis terus dalam jam-jam pertama
setelah menyusui, menolak untuk Penurunan
menghisap. progesterone &
Tanda dan gejala mayor esterogen
DS: Kelelahan maternal, kecemasan
maternal Merangsang
DO: Bayi tidak mampu melekat pada pertumbuhan
payudara ibu, ASI tidak kelenjar susu &
menetes/memancar, BAK bayi kurang pertumbuhan
dari 8 kali dalam 24 jam, Nyeri
dan/atau lecet terus menerus setelah Peningkatan
minggu kedua. hormone
prolaktin

Merangsang
laktasi oksitosin

Ejeksi ASI

Efektif

Nutrisi bayi
terpenuhi
Bengkak

Ketidakefektifa
n pemberian
ASI
5. SDKI, 2016 Panggul sempit Gangguan
Tanda dan gejala minor eliminasi urine
DS: - Sectio caesarea
DO: -
Tanda dan gejala mayor Post partum
DS: Desakan berkemih (urgensi), urin nifas
menetes (dribbling), sering buang air
kecil, nokturia, mengompol, enuresis. Distensi
DO: Distensi kandung kemih, kandung kemih
berkemih tidak tuntas (hesitancy),
volume residu urin meningkat. Udem dan
memar di uretra

Penurunan
sensivitas &
sensasi kandung
kemih

Gangguan
eliminasi urine
6. SDKI, 2016 Panggul sempit Gangguan pola
Tanda dan gejala minor tidur
DS: Mengeluh kemampuan Sectio caesarea
beraktivitas menurun.
DO: - Post partum
Tanda dan gejala mayor nifas
DS: Mengeluh sulit tidur, mengeluh
sering terjaga, mengeluh tidak puas Psikologi
tidur, mengeluh pola tidur berubah,
mengeluh istirahat tidak cukup. Penambahan
DO: - anggota baru

Tuntutan
anggota baru

Bayi menangis

Gangguan pola
tidur
7 SDKI, 2016 Panggul sempit Risiko infeksi
 Penyakit kronis (misalnya
diabetes mellitus) Sectio caesarea
 Efek prosedur invasif.
 Malnutrisi Luka post

 Peningkatan paparan organisme operasi

pathogen lingkungan.
 Ketidakedekuatan pertahanan Jaringan terbuka

tubuh primer:
1. Gangguan peristaltic Proteksi kurang

2. Kerusakan integritas
kulit Invasi bakteri

3. Perubahan sekresi pH
4. Penurunan kerja siliaris Resiko infeksi
5. Ketuban pecah lama
6. Ketuban pecah sebelum
waktunya
7. Merokok
8. Statis cairan tubuh.
 Ketidakadekuatan pertahanan
tubuh sekunder:
1. Penurunan haemoglobin
2. Imununosupresi
3. Leukopenia
4. Supresi respon
inflamasi
5. Vaksinasi tidak adekuat.
8 SDKI, 2016 Panggul sempit Defisit perawatan
Tanda dan gejala minor diri
DS: - Sectio caesarea
DO: -
Tanda dan gejala mayor Post partum
DS: Menolak melakukan perawatan nifas
diri
DO: Tidak mampu mandi/mengenakan Penurunan
pakaian/makan/ke toilet/berhias secara progesterone &
mandiri, minat melakukan perawatan esterogen
diri kurang.
Kontraksi uterus

Involusi
Tidak adekuat

Perdarahan

Hb

Kurang O2

Kelemahan

Defisit
perawatan diri
9 SDKI, 2016 Panggul sempit Konstipasi
Tanda dan gejala minor
DS: Mengejan saat defekasi Sectio caesarea
DO: Distensi abdomen, kelemahan
umum, teraba massa pada rektal. Post anesthesi
Tanda dan gejala mayor
DS: Defekasi kurang dari 2 kali Penurunan kerja
seminggu, pengeluaran feses lama dan pons
sulit
DO: Feses keras, peristaltik usus Penurunan kerja
menurun. otot eliminasi

Penurunan
peristaltik usus

Konstipasi
10 SDKI, 2016 Panggul sempit Risiko syok
Faktor risiko
1. Perdarahan Sectio caesarea
2. Trauma multiple
3. Pneumothoraks Post partum
4. Infark miokard nifas
5. Kardiomiopati
6. Cedera medulla spinalis Penurunan
7. Anafilaksis progesterone &
8. Sepsis esterogen
9. Koagulasi intravaskuler
diseminata Kontraksi uterus
10. Sindrom respons inflamasi
sistemik. Involusi

Tidak adekuat

Perdarahan

Kekurangan
volume cairan &
elektrolit

Resiko syok
(hipovolemik)
11 SDKI, 2016 Panggul sempit Risiko
Faktor resiko perdarahan
1. Aneurisma Sectio caesarea
2. Gangguan gastrointestinal
(misalnya ulkus lambung, Post partum
polip, varises) nifas
3. Gangguan fungsi hati (misalnya
sirosis hepatitis) Penurunan
4. Komplikasi kehamilan progesterone &
(misalnya ketuban pecah esterogen
sebelum waktunya, plasenta
previa/abrupsio, kehamilan Kontraksi uterus
kembar), komplikasi pasca
partum (misalnya atoni uterus, Involusi
retensi plasenta), gangguan
koagulasi (misalnya Tidak adekuat
trombositopenia).
5. Efek agen farmakologis Resiko
6. Tindakan pembedahan perdarahan
7. Trauma
8. Kurang terpapar informasi
tentang pencegahan
perdarahan.
9. Proses keganasan.
12 SDKI, 2016 Panggul sempit Deficiensi
Tanda dan gejala minor pengetahuan.
DS: Menanyakan masalah yang Sectio caesarea (Defisit
dihadapi pengetahuan)
DO: Menunjukkan perilaku tidak Post partum
sesuai anjuran, menunjukkan persepsi nifas
yang keliru terhadap masalah
Tanda dan gejala mayor Penurunan
DS: - progesterone &
DO: Menjalani pemeriksaan yang esterogen
tidak tepat, menunjukkan perilaku
berlebihan (misalnya apatis, Merangsang
bermusuhan, agitasi, hysteria). pertumbuhan
kelenjar susu &
pertumbuhan

Peningkatan
hormone
prolaktin

Merangsang
laktasi oksitosin

Ejeksi ASI

Efektif

Nutrisi bayi
terpenuhi

Kurang
informasi
tentang
perawatan
payudara

Deficiensi
pengetahuan
Diagnosa Keperawatan

1. Ketidakefektifan bersihan jalan napas b.d obstruksi jalan nafas (mokus dalam
jumlah berlebihan), jalan nafas alergik (respon obat anastesi)
2. Nyeri akut b.d agen injuri fisik (pembedahan, trauma jalan lahir, epiostomi)
3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d kurangnya
pengetahuannya tentang kebutuhan nutrisi postpartum
4. Ketidakefektifan pemberian ASI b.d kurang pengetahuan ibu, terhentinya
proses menyusui
5. Gangguan eliminasi urine
6. Gangguan pola tidur b.d kelemahan
7. Resiko infeksi b.d faktor resiko: episiotomi, laserasi jalan lahir, bantuan
pertolongan persalinan.
8. Defisit perawatan diri: mandi/kebersihan diri, makan, toileting b.d kelelahan
postpartum
9. Konstipasi
10. Resiko syok (hipovolemik)
11. Resiko perdarahan
12. Defisiensi pengetahuan: perawatan postpartum b.d kurangnya informasi
tentang penanganan postpartum

Rencana Asuhan Keperawatan

N Dx Kep Tujuan Intervensi Rasional


o
1. Ketidakefektifa TUPAN : SIKI 2018, hlm 216- Observasi
n bersihan jalan Setelah 217 1. Untuk
napas b.d dialkuakn Manajemen reaksi mengetahui
obstruksi jalan tindakan alergi penyebab
nafas (mokus keperawatan Observasi dan riwayat
dalam jumlah 3x24 jam 1. Identifikasi alergi.
berlebihan), diharapkan penyebab dan 2. Untuk
jalan nafas bersihan jalan riwayat alergi mengetahui
alergik (respon napas (misalnya tanda dan
obat anastesi) membaik obat, gejala dari
TUPEN : makanan, reaksi alergi.
Setelah debu, udara, 3. Agar dapat
dilakukan lateks, mengetahui
tindakan 1x24 transfuse reaksi alergi
jam darah) setelah
diharapkan 2. Monitor gejala diberikan
KRITERIA dan tanda antibiotik.
HASIL: reaksi alergi Edukasi
1. Frekuensi (misalnya 1. Mengetahui
nafas muka merah, tingkat
membaik urtikaria, keparahan
2. Pola nafas angioedema, dan zat apa
membaik batuk yang
paroksismal, membuat
gelisah, alergi.
dispnea, Kolaborasi
sianosis, 1. Untuk mengatasi
wheezing atau gejala-gejala alergi.
syok.
3. Monitor
selama 30
menit setelah
pemberian
agen
farmakologis
(misalnya
antibiotic).
Edukasi
1. Informasikan
tentang alergi
yang dialami.
Kolaborasi
1. Pemberian obat-
obat anti alergi.
2. Nyeri akut b.d TUPAN : SIKI 2018, hlm 334 Observasi
agen injuri fisik Setelah Perawatan pasca 1. Untuk
(pembedahan, dilakukan seksio sesaria mengetahui
trauma jalan tindakan Observasi adanya
lahir, keperawatan 1. Identifikasi perjalanan
epiostomi) 3x24 jam riwayat riwayat
diharapkan kehamilan dan kehamilan
tingkat Nyeri persalinan dan
menurun 2. Monitor tanda- persalinan
TUPEN : tanda vital ibu sebelumnya.
Setelah 3. Monitor 2. Untuk
dilakukan respon mengetahui
tindakan 1x24 fisiologis keadaan
jam (misalnya umum ibu.
diharapkan : nyeri, 3. Untuk
- Keluhan perubahan mengetahui
berkurang uterus, respon
- Klien dapat kepatenan fisiologis
mengalihkan jalan napas, pasien.
rasa nyerinya dan lokia) 4. Untuk
4. Monitor mengetahui
KRITERIA kondisi luka keadaan luka
HASIL : dan balutan dan balutan.
1. Klien tidak Teraupetik Teraupetik
meringis 1. Fasilitasi 1. Agar kontak
kesakitan kontak kulit ke batin ibu dan
2. Klien tidak kulit dengan anak dapat
merasa gelisah bayi. menyatu.
3. Berfokus 2. Berikan 2. Agar pasien
pada diri dukungan merasa
sendiri menyusui didukung/
yang diberikan
memadai, jika support.
memungkinka Edukasi
n. 1. Agar
Edukasi keluarga
1. Informasikan dapat
pada ibu dan mengetahui
keluarga keadaan ibu
tentang dan bayi.
kondisi ibu 2. Agar ibu
dan bayi. memberikan
2. Anjurkan ibu ASI ekslusif
cara menyusui, pada bayi
jika 3. Agar nutrisi
memungkinka ibu dan bayi
n. terpenuhi.
3. Anjurkan ibu
mengkonsumsi
nutrisi
tktp(tinggi
kalori tinggi
protein)
3. Ketidakseimba TUPAN : SIKI 2018, hlm. 135 Observasi
ngan nutrisi Setelah Konseling nutrisi 1. Agar nutrisi
kurang dari dilakukan Observasi yang
kebutuhan tindakan 1. Identifikasi diberikan ibu
tubuh b.d keperawatan kebiasaan pada pasien
kurangnya 3x24 jam makan dan bergizi.
pengetahuanny diharapkan perilaku Teraupetik
a tentang status nutrisi makan yang 1. Agar ibu
kebutuhan membaik akan diubah dapat
nutrisi TUPEN : Teraupetik menentukan
postpartum Setelah 1. Gunakan makanan
dilakukan standar nutrisi yang sehat
tindakan 1x24 sesuai dan bergizi
jam program diet sesuai
diharapkan : dalam program diet
KRITERIA mengevaluasi sehingga
HASIL : kecukupan nutrisi bayi
1. asupan tercukupi.
Pengetahuan makanan. 2. Dapat
tentang 2. Pertimbangan mencegah
pilihan faktor-faktor faktor-faktor
makanan yang yang yang dapat
sehat mempengaruhi mempengaru
2. pemenuhan hi kebutuhan
Pengetahuan kebutuhan gizi gizi.
tentang (misalnya usia, Edukasi
standar asupan tahap 1. Agar ibu
nutrisi yang pertumbuhan mengerti dan
tepat dan memahami
3. Penyiapan perkembangan program diet
dan , penyakit). terkhusus
penyimpanan Edukasi pada ibu
makanan yang 1. Jelaskan bersalin.
aman program gizi Kolaborasi
dan persepsi 1. Untuk
pasien mengetahui
terhadap diet makanan apa
yang saja yang
diprogramkan cocok
Kolaborasi dikonsumsi
1. Rujuk pada pada ibu
ahli gizi, jika bersalin.
perlu
4. Ketidakefektifa TUPAN : SIKI 2018, hlm. 135 Observasi
n pemberian Setelah Konseling laktasi 1. Mengetahui
ASI b.d kurang dilakukan Observasi psikologis
pengetahuan tindakan 1. Identifikasi ibu.
ibu, terhentinya keperawatan keadaan 2. Mengetahui
proses 3x24 jam emosional ibu tingkat
menyusui diharapkan saat akan keinginan ibu
TUPEN : dilakukan untuk
Setelah konseling menyusui.
dilakukan menyusui. 3. Agar dapat
tindakan 1x24 2. Identifikasi mengatasi
jam keinginan dan permasalaha
diharapkan : tujuan n yang
menyusui dialami ibu.
KRITERIA 3. Identifikasi Edukasi
HASIL : permasalahan 1. Agar ibu bisa
yang ibu alami menyusui
selama proses dengan
menyusui benar.
Edukasi
1. Ajarkan teknik
menyusui
yang tepat
sesuai
kebutuhan ibu.
5. Gangguan TUPAN : SIKI 2018, hlm. 201 Observasi
eliminasi urine Setelah Manajemen nyeri 1. Untuk
dilakukan Observasi mengetahui
tindakan 1. Identifikasi lokasi,
keperawatan lokasi, karakteristik,
3x24 jam karakteristik, durasi,
diharapkan durasi, frekuensi,
eliminasi urin frekuensi, kualitas,
membaik kualitas, intensitas
TUPEN : intensitas pada nyeri
Setelah nyeri. yang
dilakukan 2. Identifikasi dirasakan.
tindakan 1x24 skala nyeri 2. Untuk
jam 3. Identifikasi mengetahui
diharapkan : respon nyeri skala nyeri
KRITERIA non verbal yang
HASIL : 4. Identifikasi dirasakan.
1. Sensasi faktor yang 3. Untuk
berkemih memperberat mengetahui
membaik dan respon nyeri
2. memperingan secara non
nyeri. verbal.
Teraupetik 4. Untuk
1. Berikan teknik mengetahui
nonfarmakolo faktor yang
gis untuk memperinga
mengurangi n dan
rasa nyeri memberat
(misalnya nyeri.
TENS, Teraupetik
hipnosis, 1. Untuk
akupresur, mengurangi
terapi musik, rasa nyeri
biofeedback, 2. Agar tidak
terapi pijat, memperpara
aromaterapi, h nyeri.
teknik Edukasi
imajinasi 1. Agar
terbimbing, mengetahui
kompres cara
hangat/dingin, mengatasi
terapi nyeri.
bermain). 2. Agar dapat
2. Kontrol merasakan
lingkungan sendiri nyeri
yang yang
memperberat dirasakan.
rasa nyeri Kolaborasi
(misalnya 1. Untuk
suhu ruangan, mengurangi
pencahayaan, rasa nyeri
kebisingan). yang
Edukasi dirasakan.
1. Jelaskan
strategi
meredakan
nyeri
2. Anjurkan
memonitor
nyeri secara
mandiri.
Kolaborasi
1. Pemberian
analgetik, jika
perlu.
6. Gangguan pola TUPAN : SIKI 2018, hlm. 414 Observasi
tidur b.d Setelah Teknik 1. Agar dapat
kelemahan dilakukan menenangkan mengatasi
tindakan Observasi permasalaha
keperawatan 1. Identifikasi n yang
3x24 jam masalah yang terjadi.
diharapkan dialami Teraupetik
pola tidur Teraupetik 1. Agar pasien
membaik 1. Ciptakan merasa
TUPEN : ruangan yang tenang dan
Setelah tenang dan nyaman.
dilakukan nyaman Edukasi
tindakan 1x24 Edukasi 1. Agar dapat
jam 1. Anjurkan mengalihkan
diharapkan : mendengarkan rasa nyeri.
KRITERIA music yang 2. Agar pasien
HASIL : lembut atau bisa merasa
1. Keluhan music yang tenang.
sulit tidur disukai. 3. Agar pasien
membaik 2. Anjurkan merasa
2. Keluhan berdoa, tenang
pola tidur berzikir,
berubah membaca
3. Keluhan kitab suci,
istirahat ibadah sesuai
membaik agama yang
dianut.
3. Anjurkan
melakukan
teknik
menenangkan
hingga
perasaan
menjadi
tenang.
7. Resiko infeksi TUPAN : SIKI 2018, hlm. 335 Observasi
b.d faktor Setelah Perawatan pacsa 1. Untuk
resiko: dilakukan persalianan mengetahui
episiotomi, tindakan Observasi keadaan
laserasi jalan keperawatan 1. Monitor tanda- umum.
lahir, bantuan 3x24 jam tanda vital 2. Untuk
pertolongan diharapkan 2. Monitor mengetahui
persalinan. tingkat infeksi keadaan lokia keadaan
menurun (misalnya lokia.
TUPEN : warna, jumlah, 3. Agar
Setelah bau, dan mencegah
dilakukan bekuan). terjadinya
tindakan 1x24 3. Periksa infeksi pada
jam perineum atau perineum.
diharapkan : robekan 4. Untuk nyeri
KRITERIA (kemerahan, yang
HASIL : edema, dirasakan.
1. Nyeri ekimosis, 5. Mengetahui
menurun pengeluaran, batas
2. Kemerahan penyatuan kemampuan
menurun jahitan). ibu dalam
4. Monitor nyeri. merawat
5. Identifikasi bayi.
kemampuan 6. Untuk
ibu merawat mengetahui
bayi masalah yang
6. Identifikasi menganggu
adanya psikologi ibu
masalah post partum.
adaptasi Teraupetik
psikologis ibu 1. Agar
post partum. mengetahui
Teraupetik adanya
1. Diskusikan perubahan
tentang fisik dan
perubahan psikologis
fisik dan ibu
psikologis ibu postpartum
postpartum Edukasi
Edukasi 1. Agar dapat
1. Jelaskan tanda melakukan
dan bahaya pencegahan
nifas pada ibu secara dini.
dan keluarga 2. Agar
2. Ajarkan cara mencegah
perawatan terjadinya
perineum yang infeksi.
tepat 3. Agar ibu bisa
3. Ajarkan ibu mengalihkan
mengatasi rasa nyeri.
nyeri secara
nonfarmakolo
gis (misalnya
teknik
distraksi,
imajinasi).
8. Defisit TUPAN : SIKI 2018, hlm. 36 Observasi
perawatan diri: Setelah Dukungan 1. Mengetahui
mandi/kebersih dilakukan perawatan diri tingkat
an diri, makan, tindakan Observasi kemampuan
toileting b.d keperawatan 1. Identifikasi perawatan
kelelahan 3x24 jam kebiasaan diri.
postpartum diharapkan aktivitas 2. Mempermud
perawatan diri perawatan diri ah perawatan
meningkat sesuai usia diri.
TUPEN : 2. Identifikasi Teraupetik
Setelah kebutuhan alat 1. Agar
dilakukan bantu kebersihan
tindakan 1x24 kebersihan pada ibu
jam diri, tetap terjaga
diharapkan : berpakaian, 2. Membantu
KRITERIA berhias, dan mempermud
HASIL : makan. ah aktivitas
1. Teraupetik pasien.
Kemampuan 1. Damping 3. Agar pasien
mandi dalam bisa
meningkat melakukan melakukan
2. perawatan diri sendiri
Kemampuan sampai walaupun
mengenakan mandiri. masih
pakaian 2. Fasilitasi dibantu
meningkat untuk dalam
3. menerima perawatan
Mempertahan keadaan diri.
kan keberihan ketergantunga Edukasi
diri n 1. Agar
4. 3. Fasilitasi kebersihan
Mempertahan kemandirian, diri tetap
akan bantu jika dipertahanka
kebersihan tidak mampu n dan terjaga.
mulut melakukan
perawatan diri
Edukasi
1. Anjurkan
melakukan
perawatan diri
secara
konsisten
sesuai
kemampuan.
9. Konstipasi TUPAN : SIKI 2018, hlm. 174- Observasi
Setelah 175 1. Untuk
dilakukan Manajemen mengatasi
tindakan elektrolit fekal masalah pada
keperawatan Observasi usus.
3x24 jam 1. Identifikasi 2. Agar
diharapkan masalah usus mengetahui
eliminasi fekal dan keadaan
membaik penggunaan BAB pasien.
TUPEN : obat pencahar. 3. Untuk
Setelah 2. Monitor buang mengetahui
dilakukan air besar adanya tanda
tindakan 1x24 (misalna dan gejala
jam warna, diare,
diharapkan : frekuensi, konstipasi
KRITERIA konsistensi, atau impaksi.
HASIL : volume) Teraupetik
1. Nyeri pada 3. Monitor tanda 1. Memperlanc
abdomen dan gejala ar makanan
menurun diare, yang masuk
2. Kram konstipasi, kedalam
abdomen atau impaksi. tubuh.
menurun Teraupetik 2. Untuk
1. Berikan air mengurangi
hangat setelah konstipasi
makan. Edukasi
2. Sediakan 1. Agar pasien
makanan mengerti
tinggi serat jenis
Edukasi makanan
1. Jelaskan jenis yang
makanan yang mempengaru
membantu hi peristaltic
meningkatkan usus.
keteraturan 2. Agar
peristaltic usus mengetahui
2. Anjurkan kondisi/kead
mencatat aan feses.
warna, 3. Untuk
frekuensi, mencegah
konsistensi, terjadinya
volume feses. konstipasi.
3. Anjurkan 4. Agar pasien
mengkonsumsi tidak
makanan yang mengalami
mengandung kekurangan
tinggi serat cairan.
4. Anjurkan Kolaborasi
meningkatkan 1. Agar
asupan cairan, mencegah
jika tidak ada terjadinya
kontraindikasi. konstipasi.
Kolaborasi
1. Pemberian
obat
supositoria
anal, jika
perlu.
1 Resiko syok TUPAN : SIKI 2018, hlm. 285- Observasi
0. (hipovolemik) Setelah 286 1. Untuk
dilakukan Pencegahan syok mengetahui
tindakan Observasi keadaan pada
keperawatan 1. Monitor status kardiopulmo
3x24 jam kardiopulmona nal.
diharapkan l (frekuensi 2. Agar
tinkat syok dan kekuatan mengetahui
menurun nadi, frekuensi keadaan
TUPEN : napas, TD, oksigenasi
Setelah MAP). 3. Untuk
dilakukan 2. Monitor status mengetahui
tindakan 1x24 oksigenasi keadaan
jam (oksimetri cairan yang
diharapkan : nadi, AGD) masuk dan
KRITERIA 3. Monitor status keluar di
HASIL : cairan dalam tubuh.
1. Tingkat (masukan dan 4. Agar
kesadaran haluaran, mengetahui
membaik turgor kulit, keadaan
2. Kekuatan CRT) pupil.
nadi membaik 4. Monitor Teraupetik
3. Saturasi tingkat 1. Untuk
oksigen kesadaran dan mengetahui
membaik respon pupil. keadaan
Teraupetik saturasi
1. Berikan oksigen
oksigen untuk didalam
mempertahank tubuh.
an saturasi 2. Agar
oksigen >94%. mempermud
2. Pasang jalur ah cairan
intravena, jika maupun obat
perlu kedalam
Edukasi tubuh.
1. Jelaskan tanda Edukasi
dan gejala 1. Dapat
awal syok mencegah
2. Anjurkan terjadinya
melapor jika syok.
menemukan/m 2. Agar bisa
erasakan tanda menentukan
dan gejala tindakan
awal syok selanjutnya.
3. Anjurkan 3. Agar cairan
memperbanya oral
k asupan terpenuhi.
cairan oral. Kolaborasi
Kolaborasi 1. Agar cairan
1. Pemberian maupun obat
intravena, jika lebih mudah
perlu. masuk
2. Pemberian kedalam
transfusi tubuh.
darah, jika 2. Agar tidak
perlu. kekurangan
darah.
1 Resiko TUPAN : SIKI 2018, hlm. 283- Observasi
1. perdarahan Setelah 284 1. Untuk
dilakukan Pencegahan mengetahui
tindakan perdarahan terjadinya
keperawatan Observasi perdarahan.
3x24 jam 1. Monitor tanda 2. Untuk
diharapkan dan gejala mengetahui
tingkat perdarahan keadaan
perdarahan 2. Monitor nilai darah
menurun hematokrit/hae didalam
TUPEN : moglobin tubuh.
Setelah sebelum dan 3. Untuk
dilakukan setelah mengetahui
tindakan 1x24 kehilangan keadaan
jam darah. ortostatik.
diharapkan : 3. Monitor tanda- Teraupetik
KRITERIA tanda vital 1. Agar tidak
HASIL : ortostatik. semakin
1. Perdarahan Teraupetik memparah
pasca operasi 1. Pertahankan terjadinya
menurun bed rest perdarahan
2. Suhu tubuh selama Edukasi
membaik perdarahan. 1. Agar
Edukasi mengetahui
1. Jelaskan tanda cara
dan gejala penangan
perdarahan jika terjadi
2. Anjurkan perdarahan.
meningkatkan 2. Agar asupan
asupan nutrisi
makanan dan didalam
vitamin K tubuh bisa
3. Anjurkan seimbang.
segera 3. Agar
melapor jika menentukan
terjadi tindakan
perdarahan selanjutnya.
Kolaborasi Kolaborasi
1. Pemberian 1. Untuk
obat mengurangi
pengontrol terjadinya
perdarahan, perdarahan.
jika perlu 2. Agar darah
2. Pemberian didalam
produksi tubuh
darah, jika seimbang.
perlu.
1 Defisiensi TUPAN : SIKI 2018, hlm. 101 Observasi
2. pengetahuan: Setelah Edukasi persalinan 1. Untuk
perawatan dilakukan Observasi mengetahui
postpartum b.d tindakan 1. Identifikasi seberapa
kurangnya keperawatan tingkat memahami
informasi 3x24 jam pengetahuan informasi
tentang diharapkan 2. Identifikasi yang
penanganan TUPEN : pemahaman diberikan.
postpartum Setelah ibu tentang 2. Agar
dilakukan persalinan mengetahui
tindakan 1x24 Teraupetik tingkat
jam 1. Sediakan pengetahui
diharapkan : materi dan ibu tentang
KRITERIA media persalinan.
HASIL : pendidikan Teraupetik
kesehatan 1. Agar
2. Jadwalkan informasi
pendidikan lebih mudah
kesehatan untuk
sesuai dipahami.
kesepakatan 2. Agar
3. Berikan konsisten
kesempatan dengan
untuk bertanya jadwal yang
4. Berikan diberikan.
reinforcement 3. Untuk
positif mengetahui
terhadap seberapa jauh
perubahan pasien
perilaku ibu memahami
Edukasi informasi
1. Jelaskan yang
persiapan dan diberikan.
tempat Edukasi
persalinan 1. Agar
2. Anjurkan ibu persalinan
menggunakan dapat
teknik berjalan
manajemen sesuai yang
nyeri direncanakan
persalinan tiap .
kala 2. Agar nyeri
3. Ajarkan teknik berkurang
relaksasi untuk 3. Agar pasien
meredakan merasa
kecemasan rileks.
dan 4. Agar ibu
ketidaknyama dapat
nan persalinan memahami
4. Ajarkan ibu tanda-tanda
cara persalinan.
mengenali
tanda-tanda
persalinan

DAFTAR PUSTAKA

Anjarsari, 2018. Asuhan Keperawatan Pada Pasien Post Sectio Caesarea Indikasi
Preeklamsi Berat Dengan Masalah Keperawatan Hambatan Mobilitas Fisik.
Lumajang: Universitas Jember

Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. 2016. Definisi dan Indikator Diagnostik.


Ed. 1. PPNI
Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. 2018. Definisi dan Tindakan
Keperawatan. Ed.1. PPNI

Standar Luaran Keperawatan Indonesia. 2019. Definis dan Karakteristik Hasil


Keperawatan. Ed. 1. PPNI
LAPORAN INTRANATAL PADA NY. H DENGAN PERSALINAN SC
A. Data Pengkajian
Tanggal Pengkajian: 3 Agustus 2021
Waktu Pengkajian: 12.00 WIB
1. Data Admisi
Nama : Ny. H
Usia : 33 Tahun
Tanggal Masuk : 3 agustus 2021
Masuk Dari : IGD
Dx Medis : Post SC
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Jl. Leuwi panjang, Gang Bapa Tata
Agama : Kristen
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Pendidikan Terakhir : SMA
Status Pernikahan : Menikah
Nama Suami : Tn. R
Usia : 35 Tahun
Agama : Kristen
Pendidikan Terakhir : S1
Pekerjaan : Wiraswasta
Alamat : Jl. Leuwi panjang, Gang Bapa Tata

2. Penanggung Jawab
Nama : Tn. R
Alamat : Jl. Leuwi panjang, Gang Bapa Tata
Jenis Kelamin : Laki - laki
Hubungan Dengan Klien: Suami
3. Data Umum Kesehatan
Tinggi Badan/ Berat Badan Hamil/ Sebelum Hamil : 148 cm/ 64 kg/ 39 kg
Tidak memiliki masalah kesehatan khusus
Tidak mengonsumsi obat – obatan selama hamil
Tidak memiliki diet khusus
Tidak menggunakan alat bantu
Frekuensi buang air kecil 8x/hari
Frekuensi buang air besar 2x/hari
Kebiasaan waktu tidur 10 jam/hari

4. Data Umum Obstetri


Kehamilan sekarang tidak direncanakan
Status obstetric G1 P0 A0; usia kehamilan 37 minggu
Jumlah anak: 1

No Jenis Kelamin Cara Lahir Berat Badan Lahir Keadaan Umur

1 Perempuan SC 2.859 gram Baik 0 hari

Tidak mengikuti kelas prenatal


Jumlah kunjungan Antenatal care pada kehamilan ini 11 kali
Tempat periksa Antenatal care di rumah sakit, Pemeriksa dokter obgyn
Tidak memiliki masalah pada kehamilan sekarang
Tidak memiliki rencana KB
Pendidikan kesehatan yang diinginkan: Manfaat ASI, perawatan luka SC
Setelah bayi lahir, yang diharapkan membantu mengurus bayi: Suami dan
Orang tua

5. Riwayat Persalinan Sekarang


a. Mulai persalinan (kontraksi/ pengeluaran per vaginam) tanggal 4 Maret
2021 pukul 12.00
b. Detak Jantung Janin: 130x/menit, teratur
c. Pemeriksaan Fisik
 Kenaikan berat badan selama kehamilan 25 kg
 Tanda – tanda vital: TD 120/80 mmHg, N: 82 x/mnt, Suhu: 36,8 0C,
RR 22x/mnt
 Kepala:
 Rambut: Tidak rapuh, distribusi merata, kulit kepala bersih
 Wajah: Bentuk bulat
 Mata: Tidak ada nyeri otot mata, konjungtiva merah muda,
sclera putih
 Telinga: Simetris, warnanya coklat, ada serumen
 Hidung: Hidung simetris, tidak ada sinus
 Mulut: mukosa bibir lembap, tidak ada karies pada gigi
 Leher: trakea simetris, tidak ada pembengkakan tiroid
 Jantung:
 Inspeksi: Iktus Cordis tidak tampak
 Palpasi: Tidak terdapat nyeri tekan, letak Iktus Cordis tidak
bergeser (Spatium Intercostals V di sebelah medial linea
midklavikularis sinistra)
 Perkusi: Bunyi jantung sonor, letak jantung normal 2/3
kanan, 1/3 kiri, batas janutng normal (kanan atas SIC II
Linea Para Sternalis Dextra, kanan bawah SIC IV Linea
Para Sternalis Dextra, kiri atas SIC II Linea Para Sternalis
Sinistra, kiri bawah SIC IV Linea Medio Clavicularis
Sinistra)
 Auskultasi: Bunyi jantung lub dub
 Dada dan Paru – Paru
 I: Bentuk dada merpati/ pigeon, simetris
 P: Vokal vemitus (simetris bilateral), tidak terdapat nyeri
tekan
 P: Resonan
 A: Bunyi nafas vesikuler
 Payudara
 I: Payudara simetris, areola kehitaman, puting susu keluar,
belum keluar colostrum
 P: Tidak ada rasa nyeri pada punting
 Abdomen
Inspeksi: Tidak ada lesi
Auskultasi: Bunyi bising usus normal 10x/mnt
Palpasi: Batas organ normal, Tidak ada perbesaran organ dalam,
kontraksi 3x dalam 10 menit, lama 30 detik, dan kuat, Terdapat luka
post SC sepanjang 12 cm.
Perkusi: Timpani
 Ekstermitas:
Atas: Tangan kiri terpasang infus RL 20 tpm
Bawah: Tidak ada lesi, ada edema
 Refleks: Tidak dikaji
d. Pemeriksaan leopod
Pukul 08.00 WIB
Hasil: leopold I : teraba tegang, tinggi fundus uteri 33 cm, leopold II puki,
leopold III bagian terbawah teraba keras, bulat melenting, leopold IV
kepala sudah masuk PAP
e. Ketuban: Masih utuh belum pecah
f. Hasil laboratorium:

No Pemeriksaan Hasil Normal


1. Hemoglobin 14 g/dl >10,5 g/dl
2. Hematokrit 31% 32-40%
3. Leukosit 10,3 ribu/ul 5-10 ribu/ul
4. Trombosit 273 ribu/ul 150-450 ribu/ul
5. Eritrosit 3,38 juta/ul >11 g/dl.
Nilai Hb pada ibu
hamil dengan
anemia ringan: 10-
10,9 g/dl.
6. PTT 13,2 detik 60-70 detik
7. aPTT 26.9 detik 30-40 detik
8. Golongan darah B Golongan darah
A,B,AB, dan O.
9. HbsAg Negatif Positif
10 GDS 106 mg/dl Sebelum makan:
. 95 mg/dL atau
kurang.
Satu jam setelah
makan: 140
mg/dL.
Dua jam setelah
makan: 120 mg/dL
atau kurang.
11 SGOT 14 u/l 10-40 u/l
.
12 SGPT 10 u/l 7-56 u/l
.
13 Albumin 3,4 g/dl Trimester 1: 3,1-
. 5,1 g/dL.
Trimester 2: 2,6-
4,5 g/dL, atau 26-
45 g/dL.
14 Kreatinin 0,7 mg/dl 0,6-1,1 mg/dL.
.
15 Ureum 18 mg/dl 0-12 minggu: 16,5
. mg/dL.
13-24 minggu:
23,2 mg/dL.
25-36 minggu:
14,7 mg/dL.
27-40 minggu:
13,1 mg/dL

6. Data Psikososial
a. Perasaan klien terhadap kehamilan sekarang: Pasien mengatakan sangat
senang menjalani operasi ini, karena sudah menunggu kelahiran anak
pertamanya.
b. Perasaan suami terhadap kehamilan sekarang: senang

LAPORAN PERSALINAN

NY.H DENGAN G1 P0 A0 SC

1. Kala II
Mulai persalinan tanggal 3 Agustus 2021, pukul 12.00 WIB
Tanda – tanda vital: TD 120/80 mmHg, N: 82 x/mnt, Suhu: 36,80C, RR
22x/mnt.
Lama kala II: 0 jam 15 menit
Tanda dan Gejala: Klien mengatakan ingin mengeran, DJJ 130x/mnt,
pembukaan lengkap, vulva dan vagina terlihat membuka, perineum menonjol
Keadaan psikososial: Klien mengeluh kesakitan
Tindakan yang dilakukan, teknik nafas dalam, pemberian amniotomi,
pemberian episiotomy, persalinan SC (bayi perempuan, panjang berat badan
bayi 2.859 gram, panjang badan 48,6 cm)
2. Kala III
Tanda dan Gejala: Pengeluaran plasenta
Plasenta Lahir puku 12.15
Cara Lahir Plasenta: SC
Karakteristik plasenta:
Ukuran:
 Panjang tali pusat 60 cm
 Jumlah pembuluh darah: 20 kotiledon
 Tidak terdapat kelainan
Pengeluaran perdarahan ± 875cc
Keadaan psikososial, tenang
Tindakan: pemberian oxytocin 1 amp, pengeluaran plasenta,, pemasangan
kateterisasi urin
Pengobatan: RL 25 tpm, oxytocin 1 amp
3. Kala IV
Mulai pukul 14.30 WIB
Tanda – tanda vital: TD 120/80 mmHg, N: 82 x/mnt, Suhu: 36,80C, RR
22x/mnt
Kesadaran: Somnolen
Terdapat luka post SC sepanjang 12 cm
Bonding ibu dan bayi dilakukan setelah plasenta dipotong
Tindakan: pemberian hecting luka SC, pemberian lidocaine, pembersihan
badan ibu, pemberian infuse RL dengan Oxytocin 1 amp
Pengobatan: Pemberian obat oral vitamin A1
4. Bayi
Bayi lahir pada tanggal 4 Maret 2021 pukul 12.15 WIB
Jenis Kelamin: Perempuan
Nilai APGAR
 Menit 1 : Skor 7
 Menit 5 : Skor 9
Berat Badan Bayi/ Panjang Bayi: 2.859 gram/48,6 cm
Suhu bayi 36, 60C
Anus berlubang
Dilakukan perawatan tali pusat setelah plasenta dipotong
Perawatan mata dilalukan dengan memberikan obat tetes mata pada bayi
setelah lahir

B. Analisa Data
Pre operasi
No Data Etiologi Masalah
Keperawatan
1 DS: Panggul sempit Nyeri akut
 Klien mengeluh nyeri
DO:
 Kontraksi kontraksi Sectio caesarea
3x dalam 10 menit,
lama 30 detik, dan
kuat. Luka post operasi
Jaringan terputus

Merangsang area
sensorik

Gangguan rasa
nyaman

Nyeri
2. DS: Panggul sempit Gangguan pola
 Klien mengeluh sering eliminasi urine
buang air kecil
DO:
Sectio caesarea
 Frekuensi buang air
kecil 8x/hari

Pre partum

Distensi kandung
kemih

Udem dan memar


di uretra
Penurunan
sensivitas & sensasi
kandung kemih

Gangguan
eliminasi urine

Post operasi
No Data Etiologi Masalah
Keperawatan
1 DS: Panggul sempit Nyeri akut
 Klien mengeluh nyeri
DO:
 Terdapat luka post
Sectio caesarea
operasi SC, sepanjang
12 cm
 Pengkajian PQRST
P: Luka post operasi
Q:
R:
S:
Jaringan terputus
T:

Merangsang area
sensorik

Gangguan rasa
nyaman

Nyeri
2. DS: Panggul sempit Intoleransi aktivitas
 Klien mengeluh belum ↓
dapat melakukan Section caesarea
aktivitas dengan baik ↓
DO:
Luka post operasi
 Kesadaran: Somnolen

Jaringan putus


Merangsang area
sensorik


Kelemahan


Intoleransi
Aktivitas
3. DS: Panggul sempit Resiko infeksi
DO:
 Terdapat luka post
operasi SC, sepanjang
12 cm. Sectio caesarea

Luka post operasi

Jaringan terbuka

Proteksi kurang

Invasi bakteri

Resiko infeksi

C. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Pre Operasi
1. Nyeri akut b.d kontraksi
2. Gangguan pola eliminasi urine b.d penekanan kandungan kemih
Post Operasi
1. Nyeri akut b.d pembedahan
2. Intoleransi aktivitas b.d kelemahan
3. Resiko infeksi b.d luka post operasi SC
D. Rencana Keperawatan
PRE OPERASI

No Dx Tujuan Intervensi Rasional


. Keperawatan
1. Nyeri akut b.d TUPEN: SIKI 2018, hlm. 201 Observasi
agen injuri Setelah dilakukan Manajemen nyeri 5. Untuk
fisik tindakan Observasi mengetahui
(pembedahan) keperawatan 1x 5. Identifikasi lokasi,
24 jam dengan lokasi, karakteristik,
masalah karakteristik, durasi,
keperawatan durasi, frekuensi,
nyeri akut frekuensi, kualitas,
berkurang/menur kualitas, intensitas
un intensitas nyeri. pada nyeri
TUPAN: 6. Identifikasi yang
Setelah dilakukan skala nyeri dirasakan.
tindakan 7. Identifikasi 6. Untuk
keperawatan 3x respon nyeri mengetahui
24 jam dengan non verbal skala nyeri
masalah 8. Identifikasi yang
keperawatan faktor yang dirasakan.
nyeri akut teratasi memperberat 7. Untuk
Kriteria hasil: dan mengetahui
1. Keluhan memperingan respon nyeri
nyeri nyeri. secara non
menurun. Teraupetik verbal.
3. Berikan teknik 8. Untuk
nonfarmakologi mengetahui
s untuk faktor yang
mengurangi rasa memperinga
nyeri (misalnya n dan
TENS, hipnosis, memberat
akupresur, nyeri.
terapi musik, Teraupetik
biofeedback, 3. Untuk
terapi pijat, mengurangi
aromaterapi, rasa nyeri
teknik imajinasi 4. Agar tidak
terbimbing, memperpara
kompres h nyeri.
hangat/dingin, Edukasi
terapi bermain). 3. Agar
4. Kontrol mengetahui
lingkungan cara
yang mengatasi
memperberat nyeri.
rasa nyeri 4. Agar dapat
(misalnya suhu merasakan
ruangan, sendiri nyeri
pencahayaan, yang
kebisingan). dirasakan.
Edukasi Kolaborasi
3. Jelaskan strategi 1. Untuk
meredakan mengurangi
nyeri rasa nyeri
4. Anjurkan yang
memonitor dirasakan.
nyeri secara
mandiri.
Kolaborasi
1. Pemberian
analgetik, jika
perlu.
2.. Gangguan pola TUPEN: SIKI 2018, hlm. 238 Observasi
eliminasi urine Setelah dilakukan Pemantauan cairan 1. Agar
b.d penekanan tindakan Observasi mengetahui
kandung keperawatan 1x 1. Monitor pola buang
kemih 24 jam dengan frekuensi air kecil.
masalah berkemih 2. Untuk
keperawatan 2. Monitor tekanan mengetahu
sensasi berkemih darah tekanan
membaik. 3. Monitor hasil darah
TUPAN: pemeriksaan didalam
Setelah dilakukan serum (misalnya tubuh
tindakan osmolaritas 3. Untuk
keperawatan 3x serum, mengetahui
24 jam dengan hematokrit, hasil
masalah natrium, kalium, pemeriksaan
keperawatan BUN) dalam batas
eliminasi teratasi. Teraupetik normal
Kriteria hasil: 1. Dokumentasika Teraupetik
1. Distensi n hasil 1. Agar dapat
kandung pemantauan menentukan
kemih Edukasi tindakan
menurun. 1. Jelaskan tujuan selanjutnya.
dan prosedur Edukasi
pemantauan 1. Agar pasien
2. Informasikan dapat
hasil memahami
pemantauan, tujuan dan
jika perlu prosedur
dilakukan
pemantauan.
2. Agar pasien
bisa
mengetahui
kondisi yang
dialami.

POST OPERASI

No Dx Tujuan Intervensi Rasional


. Keperawatan
1. Nyeri akut b.d TUPEN: SIKI 2018, hlm 334 Observasi
agen injuri Setelah dilakukan Perawatan pasca 5. Untuk
fisik tindakan seksio sesaria mengetahui
(pembedahan) keperawatan 1x Observasi adanya
24 jam dengan 5. Identifikasi perjalanan
masalah riwayat riwayat
keperawatan nyeri kehamilan dan kehamilan
akut persalinan dan
berkurang/menur 6. Monitor tanda- persalinan
un tanda vital ibu sebelumnya.
TUPAN: 7. Monitor respon 6. Untuk
Setelah dilakukan fisiologis mengetahui
tindakan (misalnya nyeri, keadaan
keperawatan 3x perubahan umum ibu.
24 jam dengan uterus, 7. Untuk
masalah kepatenan jalan mengetahui
keperawatan nyeri napas, dan respon
akut teratasi lokia) fisiologis
Kriteria hasil: 8. Monitor kondisi pasien.
1. Keluhan luka dan balutan 8. Untuk
nyeri Teraupetik mengetahui
menurun. 3. Fasilitasi kontak keadaan luka
kulit ke kulit dan balutan.
dengan bayi. Teraupetik
4. Berikan 3. Agar kontak
dukungan batin ibu dan
menyusui yang anak dapat
memadai, jika menyatu.
memungkinkan. 4. Agar pasien
Edukasi merasa
4. Informasikan didukung/
pada ibu dan diberikan
keluarga tentang support.
kondisi ibu dan Edukasi
bayi. 4. Agar
5. Anjurkan ibu keluarga
cara menyusui, dapat
jika mengetahui
memungkinkan. keadaan ibu
6. Anjurkan ibu dan bayi.
mengkonsumsi 5. Agar ibu
nutrisi memberikan
tktp(tinggi ASI ekslusif
kalori tinggi pada bayi
protein) 6. Agar nutrisi
ibu dan bayi
terpenuhi.
2.. Intoleransi TUPEN : SIKI 2018, hlm Observasi
akitivitas b.d Setelah dilakukan Manajeman Energi 1. Untuk
kelemahan tindakan Observasi mengetahui
keperawatan 1. Monitor status
selama 1x24 jam kelelahan fisik kelelahan
diharapkan dan emosional. pasien dan
masalah 2. Monitor lokasi tingkat
intoleransi dan emosi.
aktivitas dapat ketidaknyamana 2. Mengidentifi
teratasi n selama kasi
TUPAN : melakukan kekuatan/kel
Setelah dilakukan aktivitas emahan dan
tindakan Teraupetik dapat
keperawatan 1. Berikan memberikan
sealama 3x24 jam aktivitas informasi
diharapkan distraksi yang mengenai
dengan kriteria menenangkan. pemulihan
hasil: 2. Fasilitasi duduk Teraupetik
- Kemudahan di sisi tempat 1. Untuk
dalam tidur, jika tidak mengetahui
melakukan dapat berpindah kualitas
aktivitas sehari- atau berjalan. nyeri yang
hari meningkat. Edukasi dirasakan.
1. Anjurkan tirah 2. Untuk
baring. mengoptimal
2. Anjurkan kan energi
melakukan yang belum
aktivitas secara digunakan.
bertahap. Edukasi
3. Ajarkan strategi 1. Untuk
koping untuk meningkatka
mengurangi n
kelelahan kenyamanan
istirahat.
2. Meminimalk
an atrofi
otot,
meningkatka
n sirkulasi,
mencegah
terjadinya
kontraktur.
3. Untuk
mengidentifi
kasi
kekuatan/kel
emahan dan
dapat
memberikan
informasi
mengenai
pemulihan
3. Resiko infeksi TUPEN: SIKI 2018, hlm. 335 Observasi
b.d luka Setelah dilakukan Perawatan pacsa 7. Untuk
operasi tindakan persalianan mengetahui
keperawatan 1x Observasi keadaan
24 jam dengan 7. Monitor tanda- umum.
masalah tanda vital 8. Untuk
keperawatan 8. Monitor mengetahui
resiko infeksi keadaan lokia keadaan
teratasi. (misalnya lokia.
TUPAN: warna, jumlah, 9. Agar
Setelah dilakukan bau, dan mencegah
tindakan bekuan). terjadinya
keperawatan 3x 9. Periksa infeksi pada
24 jam dengan perineum atau perineum.
masalah robekan 10. Untuk nyeri
keperawatan (kemerahan, yang
resiko infeksi edema, dirasakan.
teratasi. ekimosis, 11. Mengetahui
Kriteria hasil: pengeluaran, batas
1. Demam penyatuan kemampuan
menurun jahitan). ibu dalam
2. Kemeraha 10. Monitor nyeri. merawat
n 11. Identifikasi bayi.
menurun. kemampuan ibu 12. Untuk
3. Nyeri merawat bayi mengetahui
menurun. 12. Identifikasi masalah
4. Bengkak adanya masalah yang
menurun. adaptasi menganggu
psikologis ibu psikologi ibu
post partum. post partum.
Teraupetik Teraupetik
2. Diskusikan 2. Agar
tentang mengetahui
perubahan fisik adanya
dan psikologis perubahan
ibu postpartum fisik dan
Edukasi psikologis
4. Jelaskan tanda ibu
dan bahaya nifas postpartum
pada ibu dan Edukasi
keluarga 4. Agar dapat
5. Ajarkan cara melakukan
perawatan pencegahan
perineum yang secara dini.
tepat. 5. Agar
6. Ajarkan ibu mencegah
mengatasi nyeri terjadinya
secara infeksi.
nonfarmakologi 6. Agar ibu
s (misalnya bisa
teknik distraksi, mengalihkan
imajinasi). rasa nyeri.

E. Implementasi dan Evaluasi Keperawatan


Pre operasi
Tgl/jam No. Dx. Kep Implementasi Evaluasi
3 agustus 1 1. Mengidentifikasi S:
2021 lokasi, karakteristik, - klien mengatakan
durasi, frekuensi, merasa nyeri pada
kualitas, intensitas nyeri. bagian perut
2. Mengidentifikasi skala - klien merasa tidak
nyeri nyaman
3. Mengidentifikasi - skala nyeri 5
respon nyeri non verbal O:
Mengidentifikasi faktor - klien tampak
yang memperberat dan meringis kesakitan
memperingan nyeri. - klien terlihat
4. Memberikan teknik memegang perutnya
nonfarmakologis untuk - klien merasa gelisah
mengurangi rasa nyeri A: masalah belum
(misalnya TENS, teratasi
hipnosis, akupresur, P:lanjutkan intervensi
terapi musik, 1-9
biofeedback, terapi pijat,
aromaterapi, teknik
imajinasi terbimbing,
kompres hangat/dingin,
terapi bermain).
5. Mengontrol
lingkungan yang
memperberat rasa nyeri
(misalnya suhu ruangan,
pencahayaan,
kebisingan).
6. Menjelaskan strategi
meredakan nyeri
7. Menganjurkan
memonitor nyeri secara
mandiri.
Memberikan analgetik,
jika perlu.
2 1. Memonitor frekuensi
berkemih
2. Memonitor tekanan
darah
3. Memonitor hasil
pemeriksaan serum
(misalnya osmolaritas
serum, hematokrit,
natrium, kalium, BUN)
okumentasikan hasil
pemantauan
4. Menjelaskan tujuan
dan prosedur pemantauan
Menginformasikan hasil
pemantauan, jika perlu

Post operasi
Tgl/jam No. Dx. Kep Implementasi Evaluasi
1 1. Mengidentifikasi S:
riwayat kehamilan dan - klien mulai mengerti
persalinan cara menyusui dengan
benar
2. Memonitor tanda-tanda - klien memahami
vital ibu materi yang
3. Memonitor respon disampaikan oleh
fisiologis (misalnya perawat
nyeri, perubahan uterus, - klien mengatakan
kepatenan jalan napas, akan menerapkanya
dan lokia) dalam kehidupan
sehari-hari
4. Memonitor kondisi O:
luka dan balutan Kesadaran : Somnolen
TTV :
5. Memfasilitasi kontak TD : 120/80 mmHg
kulit ke kulit dengan N : 86x/menit
bayi. RR : 20x/menit
S : 36,5 OC
6. Memberikan dukungan - kondisi luka bersih,
menyusui yang memadai, tidak ada tanda- tanda
jika memungkinkan. infeksi kalor, rubor dan
dolor
7. Menginformasikan - ibu memperhatikan
pada ibu dan keluarga cara menyusui yang
tentang kondisi ibu dan diajarkan oleh perawat
bayi. dengan baik
A: masalah belum
8. Menganjurkan ibu cara teratasi
menyusui, jika P: lanjutkan intervensi
memungkinkan. 1-6
9. Menganjurkan ibu
mengkonsumsi nutrisi
tktp(tinggi kalori tinggi
protein)
2 1. Memonitor kelelahan
fisik dan emosional.

2. Memonitor lokasi dan


ketidaknyamanan selama
melakukan aktivitas

3. Memberikan aktivitas
distraksi yang
menenangkan.

4. Memfasilitasi duduk di
sisi tempat tidur, jika
tidak dapat berpindah
atau berjalan.

5. Menganjurkan tirah
baring.

6. Menganjurkan
melakukan aktivitas
secara bertahap.

7. Mengajarkan strategi
koping untuk mengurangi
kelelahan

3 1. Memonitor tanda-tanda
vital

2. Memonitor keadaan
lokia (misalnya warna,
jumlah, bau, dan bekuan).

3. Memeriksa perineum
atau robekan (kemerahan,
edema, ekimosis,
pengeluaran, penyatuan
jahitan).

4. Memonitor nyeri.

5. Mengidentifikasi
kemampuan ibu merawat
bayi

6. Mengidentifikasi
adanya masalah adaptasi
psikologis ibu post
partum.

7. Mendiskusikan tentang
perubahan fisik dan
psikologis ibu postpartum
8. Menjelaskan tanda dan
bahaya nifas pada ibu dan
keluarga

9. Mengajarkan cara
perawatan perineum yang
tepat.

10. Mengajarkan ibu


mengatasi nyeri secara
nonfarmakologis
(misalnya teknik
distraksi, imajinasi).
PROSEDUR TINDAKAN
ANAMNESA IBU BERSALIN KALA I
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Stase Keperawatan Maternitas

Program Profesi Ners

Disusun oleh:
RUT MARTAFINA JAMBORMIAS
1490121024

PROGRAM PROFESI NERS ANGKATAN XXIV


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN IMMANUEL
BANDUNG
2021
PROSEDUR TINDAKAN
ANAMNESA IBU BERSALIN KALA I

A. PENGERTIAN :
Melakukan pengkajian dengan cara tanya jawab dengan pasien untuk mengganti hal-hal
yang terkait dengan proses persalinan mulai adanya pembukaan cervix sampai
pembukaan lengkap
B. INDIKASI:
Dilakukan pada setiap kunjungan awal persalinan.
C. TUJUAN :
1. Untuk mengetahui masalah-masalah yang berhubungan dengan proses persalinan kala
I
2. Untuk mengetahui faktor-faktor penyulit dan proknosa persalinan
D. PENGKAJIAN :
1. Meninjau usia kehamilan
2. Meninjau riwayat kehamilan terdahulu: Paritas, riwayat SC, Berat Badan Bayi,
Masalah-masalah kehamilan atau persalinan terdahulu
E. PERSIAPKAN ALAT :
Panduan Anamnesa Ibu Bersalin Kala I
F. PERSIAPKAN PASIEN :
1. Menjelaskan tujuan dilaksanakan anamnesa
2. Menjelaskan hal-hal yang akan dianamnesa
G. PROSEDUR :
1. Mengucapkan salam dan memperkenalkan diri
2. Memposisikan pasien senyaman mungkin
3. Menanyakan tentang keluhan yang dirasakan pasien
4. Menanyakan mengenai kontraksi uterus
 Kapan mulai terasa
 Frekuensi
 Durasi
 Kekuatan
5. Menanyakan mengenai adanya pengeluaran pervagina
 Perdarahan vagina
 Lendir darah
 Waktu mulainya pengeluaran pervagina
 Sifat Perdarahan Per Vaginam: warna, bau, jumlah.
6. Menanyakan mengenai gerakan janin
7. Menanyakan mengenai istirahat terakihir
8. Menanyakan tentang kapan pasien makan terakhir
9. Menanyakan tentang buang air besar/kecil terakhir
10. Mencatat hasil anamnesa ke dalam lembar partograf
11. Menyampaikan ucapan terima kasih kepada pasien
RESUME SECTIO CAESAREA

Ny. H, usia 33 tahun, hamil 37 minggu G1P0A0 datang ke Rumah Sakit pukul 07.00 untuk
dilakukan operasi caesaria atas kemauan sendiri. Ny. H dijadwalkan oleh dokter obgyn untuk
dilakukan operasi sc pukul 12.00. Alasan Ny. H memilih melahirkan secara operasi sesar karena
agar tanggal lahir Ny. H dengan tanggal lahir bayinya sama. Tidak ada keluhan yang dirasakan
klien.

Dari hasil pengkajian perawat, ditemukan data pasien adalah seorang Ibu Rumah Tangga, suami
pasien berusia 35 tahun pekerjaan wiraswasta, tidak ada keluarga pasien yang memiliki penyakit
keturunan, klien tidak menggunakan alat kontrasepsi. Pasien mengatakan sangat senang
menjalani operasi ini, karena sudah menunggu kelahiran anak pertamanya. Dari hasil
pemeriksaan fisik ditemukan TTV dalam batas normal, konjungtiva tidak anemis, payudara
simetris, areola kehitaman, puting susu keluar, belum keluar colostrum, leopold I : teraba tegang,
tinggi fundus uteri 33 cm, leopold II puki, leopold III bagian terbawah teraba keras, bulat
melenting, leopold IV kepala sudah masuk PAP, DJJ 130X/menit, ekstemitas bawah tidak
terdapat oedema. Hasil pemeriksaan laboratorium hemoglobin 14 g/dl, hematokrit 31% leukosit
10,3 ribu/ul, trombosit 273 ribu/ul, eritrosit 3,38 juta/ul, PT 13,2 detik dan APTT 26.9 detik,
golongan darah B, HbsAg negatif, GDS 106 mg/dl, SGOT 14 u/l , SGPT 10 u/l, albumin 3,4 g/dl
, kreatinin 0,7 mg/dl . ureum 18 mg/dl. Pada pemeriksaan USG ditemukan, janin tunggal, intra
uterine, memanjang, puki, preskep, masuk PAP, DJJ (+) dengan BPD 8,9 FL 6,3, AC 30,5,
EFBW 2605, plasenta ineversi, air ketuban kesan cukup, tidak tampak jelas kelainan kongenital
mayor, kesan graf janin dalam keadaan baik. Setelah pasien memberikan informed consent
tindakan operasi SC, pukul 11. 00 klien dikirim keruang OK.

Pukul 17.00 perawat menjemput pasien ke ruang OK. Saat dikaji, didapatkan hasil pasien
somnolen, terpasang kateter, terpasang infus di tangan kiri pasien, perdarahan 875cc. Klien
tampak mengerang dan mengeluh nyeri. Keadaan umum bayi baik, kesadaran compos mentis,
berat badan bayi 2.859 gram, panjang badan 48,6 cm, lingkar kepala 35 cm, lingkar dada 35 cm,
O
pernapasan 35 x/menit, nadi 128x/menit, suhu 36,6 C, apgar score: 7-8 dan jenis kelamin
perempuan. Kemudian perawat melakukan observasi 2 jam post operasi.
1. Identitas

a. Identitas Klien

Nama: Baby Ny. H

Tempat/Tanggal Lahir: Bandung/ 3 agustus 2021

Umur: 0 hari

Jenis kelamin: Laki-laki

Anak ke: 1

Tanggal masuk: 3 agustus 2021, Pukul: 12.00 Wib

Tanggal dikaji: 3 agustus 2021

No. RM: -

Diagnosa: BBL Normal

b. Identitas Penanggung Jawab orangtua

1. Ibu

Nama: Ny. H

Tempat/Tanggal Lahir: Bandung, 13-10-1984

Umur: 33 Tahun

Pekerjaan: Ibu rumah tangga

Agama: Islam

Alamat: Jl. Leuwi panjang,

Hubungan dengan klien: Istri/ibu


2. Ayah

Nama: Tn. E

Tempat/Tanggal Lahir: Bandung, 21-12-1986

Umur: 35 tahun

Pekerjaan: Wiraswasta

Agama: Islam

Alamat: Jln. Leuwi panjang, gang bapa tata

Hubungan dengan klien: Suami/bapak

2. Keluhan utama/masalah/fenomena:

Ibu mengatakan telah melahirkan bayi perempuan sacara Sectio Caesarea (SC), pada
tanggal 03 agustus 2021

3. Anamnesa/riwayat kesehatan:

Bayi lahir dengan Sectio Caesarea (SC), bayi anak pertama, usia 0 hari, keadaan umum
baik, kesadaran compos mentis, Berat badan bayi 2.859 gram, panjang badan 49,9 cm, lingkar
kepala 36 cm, lingkar dada 35 cm, pernapasan 35 x/menit, nadi 128x/menit, suhu 36,6 O C, apgar
score: 7-8 dan jenis kelamin laki-laki.

4. Pemeriksaan fisik (head to toe)

1. Keadaan umum pasien


Tingkat Kesadaran: Compos Mentis
GCS : 15 (E4M6V5)
BBB : 2.859 gram
PB : 48,6 cm
LK : 36 cm
LD : 35 cm
RR : 35 x/menit
Nadi : 128x/menit
Suhu : 36,6 O C
Apgar score : 7-8.
2. Pemeriksaan Fisik
a. Inspeksi
Kepala: Simetris, tidak ada caput succedaneum, tidak ada cepal hematom ataupun
luka, rambut tipis
Wajah: Simetris, bentuk oval, tidak ada oedem maupun luka, warna kulit kemerahan,
tidak ada paralisis
Mata: Simetris, tidak ada kelainan pada mata, skelera tidak kuning, konjungtiva tidak
pucat, tidak ada perdarahan pada mata
Hidung: Simetris, hidung berlubang kanan dan kiri, tidak ada pernafasan cuping
hidung
Mulut: Bersih, bibir warna merah, reflek menelan dan menghisap kuat, tidak ada
palato labioskisis
Telinga: Simetris, tidak ada kelainan
Leher: Simetris, tidak ada bendungan vena jugularis 64
Ketiak: Tidak ada benjolan, tidak ada pembesaran kelenjar limfe
Dada: Simetris, tidak ada retraksi dinding dada, pernafasan kombinasi dada dan perut
Abdomen: Simetris, keadaan tali pusat baik (talpus terbungkus kasa), tidak ada
perdarahan tali pusat
Genetalia: Tidak ada kelainan
Anus: Tidak ada kelainan, anus berlubang
Ekstremitas: Simetris, tidak ada polidaktili ataupun sindikatil
b. Palpasi
Leher: Tidak ada pembesaran kelenjar thyroid
Dada: Tidak ada benjolan abnormal
Abdomen: Tidak ada benjolan, tidak kembung
Ekstremitas: Tidak ada oedem baik kedua tangan atau kaki

c. Auskultasi
Dada: Tidak ada bunyi ronchi, maupun wheezing
Abdomen: Tidak terdapat bising usus
d. Perkusi Abdomen: Tidak kembung
3. Pemeriksaan Neurologis
a. Reflek Moro: Bayi menimbulkan gerakan terkejut, ketika diberikan sentuhan
b. Reflek Menggenggam: Jari tangan bayi menggenggam ketika disentu oleh tangan.
c. Reflek Roating: Bayi menoleh sewaktu pipinya disentuh dengan jari
d. Reflek Sucking: Hisapan bayi pada putting susu kuat
4. Pemeriksaan Antropometri
a. BB bayi: 2.859 gr
b. PB bayi: 49,9 cm
c. LK: 36 cm.
d. LD: 35 cm

6. Diagnosa Keperawatan

1. Resiko ketidakseimbangan suhu tubuh (resiko termoregulasi tidak efektif) b.d kegagalan
mempertahankan suhu tubuh
2. Resiko infeksi b.d pertahanan imunologis tidak adekuat.

7. Implementasi dan Evaluasi

Tgl/jam No. Dx. Implementasi Evaluasi


Kep
4 maret 1 Manajemen Lingkungan, hlm. S: -
2021/ 194, I.14514 O:
 Mengidentifikasi  Lingkungan aman
keamanan dan dan nyaman.
kenyamanan lingkungan  Suhu lingkungan 34
R/: O
C.
1. Lingkungan aman dan  Tempat tidur dan
nyaman lingkungan bersih
 Mengatur suhu dan nyaman..
lingkungan yang sesuai  Diinformasikan
R/: kepada
1. Suhu lingkungan 34 O keluarga/pengunjung
C cara pencegahan
 Menyediakan tempat infeksi (cuci tangan
tidur dan lingkungan yang benar yakni 6
yang bersih dan nyaman. langkah).
R/:  Tidak ditemukan
1. Tempat tidur dan tanda dan gejala
lingkungan bersih dan infeksi lokal maupun
nyaman. sistemik.
 Mengajarkan  Dibatasi jumlah
keluarga/pengunjung pengunjung
tentang upaya maksimal 1-2 orang.
pencegahan infeksi  Diajarkan mencuci
R/: tangan yang benar
1. Telah diinformasikan (cuci tangan 6
kepada langkah).
keluarga/pengunjung  Dipertahankan
cara pencegahan infeksi teknik aseptic pada
(cuci tangan yang benar bayi.
yakni 6 langkah)  Dijelaskan tanda dan
gejala infeksi pada
keluarga.
 Diberikan imunisasi
Hb0 1 cc, BSG 1 cc,
Vitamin K 1 cc.
A:
 Masalah teratasi
P:
 Intervensi di
hentikan
4 maret 2 Pencegahan infeksi, hlm. 278, I.
2021/ 14539
 Memonitor tanda dan
gejala
infeksi lokal dan
sistemik
R/:
1. Tidak ditemukan
tanda dan gejala infeksi
lokal maupun sistemik
 Membatasi jumlah
pengunjung
R/:
1. Telah dibatasi jumlah
pengunjung maksimal 1-
2 orang
 Mencuci tangan sebelum
dan sesudah kontak
dengan pasien dan
lingkungan pasien
R/:
1. Telah diajarkan
mencuci tangan yang
benar (cuci tangan 6
langkah)
 Mempertahankan teknik
aseptic pada pasien
beresiko tinggi
R/:
1. Telah dipertahankan
teknik aseptic pada bayi
 Menjelaskan tanda dan
gejala infeksi
R/:
1. Telah dijelaskan tanda
dan gejala infeksi pada
keluarga.
 Memberikan imunisasi
R/:
1. Telah diberikan
imunisasi Hb0 1 cc,
BSG 1 cc, Vitamin K 1
cc.

Anda mungkin juga menyukai