Anda di halaman 1dari 32

LAPORAN PENDAHULUAN

MASALAH PSIKOSOSIAL PADA KLIEN POST PARTUM


DENGAN BODY IMAGE (GANGGUAN CITRA TUBUH)

OLEH :
NI PUTU KUSUMAWARDANI
2019.04.051

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BANYUWANGI
BANYUWANGI
2020
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan Pendahuluan Masalah Psikososial Pada Klien Post Partum Dengan Body Image
(Gangguan Citra tubuh) telah disahkan pada

Hari :

Tanggal :

Mahasiswa

Ni Putu Kusumawardani
2019.04.051

Menyetujui,

Pembimbing Institusi
BAB 1
KONSEP POST PARTUM

1.1. Anatomi dan Fisiologi Reproduksi Wanita


Sistem reproduksi wanita terdiri dari organ interna, yang terletak di dalam rongga
pelvis dan ditopang oleh lantai pelvis, dan genetalia eksterna, yang terletak di
perineum. Struktur reproduksi interna dan eksterna berkembang menjadi matur akibat
rangsang hormon estrogen dan progesteron (Bobak, 2005).
1. Stuktur eksterna

a. Vulva

Vulva adalah nama yang diberikan untuk struktur genetalia externa. Kata ini

berarti penutup atau pembungkus yang berbentuk lonjong, berukuran panjang, mulai

klitoris, kanan kiri dibatasi bibir kecil sampai ke belakang dibatasi perineum.

b. Mons pubis

Mons pubis atau mons veneris adalah jaringan lemak subkutan berbentuk bulat

yang lunak dan padat serta merupakan jaringan ikat jarang di atas simfisis pubis. Mons

pubis mengandung banyak kelenjar sebasea dan ditumbuhi rambut berwarna hitam,

kasar, dan ikal pada masa pubertas, mons berperan dalam sensualitas dan melindungi

simfisis pubis selama koitus.

c. Labia mayora
Labia mayora adalah dua lipatan kulit panjang melengkung yang menutupi
lemak dan jaringan kulit yang menyatu dengan mons pubis. Keduanya memanjang
dari mons pubis ke arah bawah mengililingi labia minora, berakhir di perineum pada
garis tengah. Labia mayora melindungi labia minora, meatus urinarius, dan introitus
vagina. Pada wanita yang belum pernah melahirkan anak pervaginam, kedua labia
mayora terletak berdekatan di garis tengah, menutupi stuktur-struktur di bawahnya.
Setelah melahirkan anak dan mengalami cedera pada vagina atau pada
perineum, labia sedikit terpisah dan bahkan introitus vagina terbuka. Penurunan
produksi hormon menyebapkan atrofi labia mayora. Pada permukaan arah lateral kulit
labia tebal, biasanya memiliki pigmen lebih gelap daripada jaringam sekitarnya dan
ditutupi rambut yang kasar dan semakin menipis ke arah luar perineum. Permukaan
medial labia mayora licin, tebal, dan tidak tumbuhi rambut. Sensitivitas labia mayora
terhadap sentuhan, nyeri, dan suhu tinggi. Hal ini diakibatkan adanya jaringan saraf
yang menyebar luas, yang juga berfungsi selama rangsangan seksual.
d. Labia minora
Labia minora terletak di antara dua labia mayora, merupakan lipatan kulit
yang panjang, sempit, dan tidak berambut yang , memanjang ke arah bawah dari
bawah klitoris dan dan menyatu dengan fourchett. Sementara bagian lateral dan
anterior labia biasanya mengandung pigmen, permukaan medial labia minora sama
dengan mukosa vagina. Pembuluh darah yang sangat banyak membuat labia berwarna
merah kemerahan dan memungkankan labia minora membengkak, bila ada stimulus
emosional atau stimulus fisik. Kelenjar-kelenjar di labia minora juga melumasi vulva.
Suplai saraf yang sangat banyak membuat labia minora sensitif, sehingga
meningkatkan fungsi erotiknya.
e. Klitoris
Klitoris adalah organ pendek berbentuk silinder dan yang terletak tepat di
bawah arkus pubis. Dalam keadaan tidak terangsang, bagian yang terlihat adalah
sekitar 6x6 mm atau kurang. Ujung badan klitoris dinamai glans dan lebih sensitif dari
pada badannya. Saat wanita secara seksual terangsang, glans dan badan klitoris
membesar.
Kelenjar sebasea klitoris menyekresi smegma, suatu substansi lemak seperti
keju yang memiliki aroma khas dan berfungsi sebagai feromon. Istilah klitoris berasal
dari kata dalam bahasa yunani, yang berarti ‘’kunci’’ karena klitoris dianggap sebagai
kunci seksualitas wanita. Jumlah pembuluh darah dan persarafan yang banyak
membuat klitoris sangat sensitif terhadap suhu, sentuhan dan sensasi tekanan.
f. Vestibulum
Vestibulum ialah suatu daerah yang berbentuk seperti perahu atau lojong,
terletak di antara labia minora, klitoris dan fourchette. Vestibulum terdiri dari muara
uretra, kelenjar parauretra, vagina dan kelenjar paravagina. Permukaan vestibulum
yang tipis dan agak berlendir mudah teriritasi oleh bahan kimia. Kelenjar vestibulum
mayora adalah gabungan dua kelenjar di dasar labia mayora, masing-masing satu pada
setiap sisi orifisium vagina.
g. Fourchette
Fourchette adalah lipatan jaringan transversal yang pipih dan tipis, dan terletak
pada pertemuan ujung bawah labia mayora dan minora di garis tengah di bawah
orifisium vagina. Suatu cekungan dan fosa navikularis terletak di antara fourchette dan
himen
h. Perineum
Perineum adalah daerah muskular yang ditutupi kulit antara introitus vagina
dan anus. Perineum membentuk dasar badan perineum.
2. Struktur interna

a. Ovarium
Sebuah ovarium terletak di setiap sisi uterus, di bawah dan di belakang
tuba falopi. Dua lagamen mengikat ovarium pada tempatnya, yakni bagian
mesovarium ligamen lebar uterus, yang memisahkan ovarium dari sisi dinding
pelvis lateral kira-kira setinggi krista iliaka anterosuperior, dan ligamentum
ovarii proprium, yang mengikat ovarium ke uterus. Dua fungsi ovarium adalah
menyelenggarakan ovulasi dan memproduksi hormon. Saat lahir, ovarium
wanita normal mengandung banyak ovum primordial. Di antara interval selama
masa usia subur ovarium juga merupakan tempat utama produksi hormon seks
steroid dalam jumlah yang dibutuhkan untuk pertumbuhan, perkembangan, dan
fungsi wanita normal.
b. Tuba fallopi
Sepasang tuba fallopi melekat pada fundus uterus. Tuba ini memanjang
ke arah lateral, mencapai ujung bebas legamen lebar dan berlekuk-lekuk
mengelilingi setiap ovarium. Panjang tuba ini kira-kira 10 cm dengan
berdiameter 0,6 cm. Tuba fallopi merupakan jalan bagi ovum. Ovum didorong
di sepanjang tuba, sebagian oleh silia, tetapi terutama oleh gerakan peristaltis
lapisan otot. Esterogen dan prostaglandin mempengaruhi gerakan peristaltis.
Aktevites peristaltis tuba fallopi dan fungsi sekresi lapisan mukosa yang
terbesar ialah pada saat ovulasi.
c. Uterus
Uterus adalah organ berdinding tebal, muskular, pipih, cekung yang
tampak mirip buah pir yang terbalik. Uterus normal memiliki bentuk simetris,
nyeri bila di tekan, licin dan teraba padat. Uterus terdiri dari tiga bagian, fudus
yang merupakan tonjolan bulat di bagian atas dan insersituba fallopi, korpus
yang merupakan bagian utama yang mengelilingi cavum uteri, dan istmus,
yakni bagian sedikit konstriksi yang menghubungkan korpus dengan serviks
dan dikenal sebagai sekmen uterus bagian bawah pada masa hamil. Tiga fungsi
uterus adalah siklus menstruasi dengan peremajaan endometrium, kehamilan
dan persalinan.
Dinding uterus terdiri dari tiga lapisan :
1) Endometrium yang mengandung banyak pembuluh darah ialah suatu
lapisan membran mukosa yang terdiri dari tiga lapisan : lapisan permukaan
padat, lapisan tengah jaringan ikat yang berongga,dan lapisan dalam
padat yang menghubungkan indometrium dengan miometrium.
2) Miometrum yang tebal tersusun atas lapisan – lapisan serabut otot polos
yang membentang ke tiga arah. Serabut longitudinal membentuk lapisan
luar miometrium, paling benyak ditemukan di daerah fundus, membuat
lapisan ini sangat cocok untuk mendorong bayi pada persalinan.
3) Peritonium perietalis
Suatu membran serosa, melapisi seluruh korpus uteri, kecuali seperempat
permukaan anterior bagian bawah, di mana terdapat kandung kemih dan
serviks. Tes diagnostik dan bedah pada uterus dapat dilakukan tanpa perlu
membuka rongga abdomen karena peritonium perietalis tidak menutupi
seluruh korpus uteri.
d. Vagina
Vagina adalah suatu tuba berdinding tipis yang dapat melipat dan
mampu meregang secara luas. Mukosa vagina berespon dengan cepat terhadap
stimulai esterogen dan progesteron. sel-sel mukosa tanggal terutama selama
siklus menstruasi dan selama masa hamil. Sel-sel yang di ambil dari mukosa
vagina dapat digunakan untuk mengukur kadar hormon seks steroid. Cairan
vagina berasal dari traktus genetalis atas atau bawah. Cairan sedikit asam.
Interaksi antara laktobasilus vagina dan glikogen mempertahankan keasaman.
Apabila pH nik diatas lima, insiden infeksi vagina meningkat. Cairan yang
terus mengalir dari vagina mempertahankan kebersihan relatif vagina.

1.2 Definisi Post Partum


Masa nifas adalah suatu periode pertama setelah kelahiran, peiode ini tidak

pasti, sebagian besar menganggapnya antara 4 minggu hingga 6 minggu. Walaupun

merupakan masa yang relatif tidak kompleks dibandingkan dengan kehamilan, nifas

ditandai oleh banyak perubahan fisiologis. Beberapa dari perubahan tersebut dapat

menyebabkan komplikasi yang serius (Cunnningham Gary, 2012).

Periode postpartum adalah waktu penyembuhan dan perubahan, waktu

kembali pada keadaan tidak hamil, serta penyesuaian terhadap hadirnya anggota

keluarga baru (Mitayani, 2011)

Masa puerpenium (nifas) adalah masa setelah partus selesai dan berakhir

kira-kira 6-8 minggu. Akan tetapi seluruh alat genetal baru pulih kembali seperti

sebelumnya ada kehamilan dalam waktu 3 bulan. (Sitti saleha, 2009).

Masa nifas/ peurpenium dibagi dalam 3 periode :

a. Puerpenium dini : kepulihan dimana ibu telah diperbolehkan berdiri dan

berjalan-jalan.

b. Puerpenium intermedial : kepulihan menyeluruh alat-alat genetalia yang lamanya

6-8 minggu.

c. Remote puerpenium : waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat sempurna

terutama bila selama hamil atau waktu persalinan. mempunyai komplikasi .

Waktu untuk sehat sempurna bisa berminggu-minggu, bulanan atau tahunan.

1.3 Etiologi
Menurut Dewi Vivian, Sunarsih (2013), Etiologi post partum dibagi menjadi 2 yaitu :

a. Post partum dini


Post partum dini adalah atonia uteri, laserasi jalan lahir, robekan jalan lahir dan

hematoma.

b. Post partum lambat

Post partum lambat adalah tertinggalnya sebagian plasenta, ubinvolusi didaerah

insersi plasenta dari luka bekas secsio sesaria.

1.4 Patofisiologi
1. Adaptasi Fisiologi
a. Infolusi uterus
Proses kembalinya uterus ke keadaan sebelum hamil setelah

melahirkan, proses ini dimulai segera setelah plasenta keluar akibat kontraksi

otot-otot polos uterus. Pada akhir tahap ketiga persalinan, uterus berada di garis

tengah, kira-kira 2 cm di bawah umbilikus dengan bagian fundus bersandar

pada promontorium sakralis. Dalam waktu 12 jam, tinggi fundus mencapai

kurang lebih 1 cm di atas umbilikus. Fundus turun kira-kira 1 smpai 2 cm

setiap 24 jam. Pada hari pasca partum keenam fundus normal akan berada di

pertengahan antara umbilikus dan simpisis pubis.

Uterus, pada waktu hamil penuh baratnya 11 kali berat sebelum hamil,

berinvolusi menjadi kira-kira 500 gr 1 minggu setelah melahirkan dan 350 gr 2

minggu setelah lahir. Satu minggu setelah melahirkan uterus berada di dalam panggul.

Pada minggu keenam, beratnya menjadi 50-60 gr. Peningkatan esterogen dan

progesteron bertabggung jawab untuk pertumbuhan masif uterus selama hamil. Pada

masa pasca partum penurunan kadar hormon menyebapkan terjadinya autolisis,

perusakan secara langsung jaringan hipertrofi yang berlebihan. Sel-sel tambahan yang

terbentuk selama masa hamil menetap. Inilah penyebap ukuran uterus sedikit lebih

besar setelah hamil.

b. Kontraksi intensitas

Kontraksi uterus meningkat secara bermakna segera setelah bayi lahir, diduga
terjadi sebagai respon terhadap penurunan volume intrauterin yang sangat besar.

homeostasis pasca partum dicapai terutama akibat kompresi pembuluh darah

intramiometrium, bukan oleh agregasi trombosit dan pembentukan bekuan. Hormon

oksigen yang dilepas dari kelenjar hipofisis memperkuat dan mengatur kontraksi

uterus, mengopresi pembuluh darah dan membantu hemostasis. Salama 1-2 jam

pertama pasca partum intensitas kontraksi uterus bisa berkurang dan menjadi tidak

teratur. Untuk mempertahankan kontraksi uterus, suntikan oksitosin secara intravena

atau intramuskuler diberikan segera setelah plasenta lahir. Ibu yang merencanakan

menyusui bayinya, dianjurkan membiarkan bayinya di payudara segera setelah lahir

karena isapan bayi pada payudara merangsang pelepasan oksitosin.

2. Adaptasi Psikologis

Banyak wanita merasa tertekan pada saat setelah melahirkan, sebenarnya


hal tersebut adalah wajar. Perubahan peran seorang ibu memerlukan adaptasi
yang harus dijalani. Tanggung jawab menjadi seorang ibu semakin besar dengan
lahirnya bayi yang baru lahir. Dalam menjalani adaptsaai setelah melahirkaan
ibu mengalami fase-fase sebagai berikut.

a. Fase taking in

Fase taking in yaitu periode ketergantungan yang berlangsung pada hari


pertama sampai hari kedua setelah melahirkan. Pada saat itu fokus perhatian
pada diri sendiri. Gangguan psikologis yang mungkin dirasakan ibu pada fase
ini

1) Kekecewaan karena tidak mendapatkan apa yang di inginkan tentang


bayinya.

2) Ketidaknyamanan sebagai akibat perubahan fisik. Misalnya rasa mulas,


payudara bengkak dll.

3) Rasa bersalah karena belum bisa menyusui bayinya.

4) Suami atau keluarga yang mengkritik ibu tentang cara merawat bayinya
dan cenderung melihat saja tanpa membantu.

b. Fase taking hold


Fase taking hold adalah periode yang berlangsung antara 3-10 hari setelah
melahirkan. Pada fase ini ibu merasa kawatir atas ketidakmampuannya
danrasa tanggung jawabnya dalam merawat bayi. Ibu memiliki
perasaan yang sangat sensitif sehingga mudah tersinggung dan gampang
marah. Tugas sebagai tenaga kesehatan adalah misalnya dengan cara
mengajarkan cara merawat bayi, cara menyusui yang benar, cara
merawat luka jahitan, mengajarkan senam nifas, memberikan pendidikan
kesehatan yang diperlukan ibu.

c. Fase letting go

Fase letting go merupakan fase menerima tanggung jawab akan peran barunya yang
berlangsung sepuluh hari setelah melahirkan. Ibu sudah dapat
menyesuaikan diri, merawat diri dan bayinya, serta kepercayaan dirinya
sudah meningkat. Pendidikan yang kita berikan pada fase sebelumnya akan
bermanfaat bagi ibu. Ibu lebih mandiri dalam memenuhi kebutuhan diri dan bayinya.
Dukungan dari suami dan keluarga masih sangat diperlukan ibu. Suami dan keluarga
dapat membantu dalam merawat bayi, mengerjakan urusan rumah tangga sehingga
tidak terlalu terbebani.

1.5 Manifestasi Klinis


Periode post partum ialah masa enam minggu sejak bayi lahir sampai organ-organ
reproduksi kembali ke keadaan normal sebelum hamil. Periode ini kadang-kadang disebut
puerperium atau trimester keempat kehamilan (Bobak, 2004).
1. Sistem reproduksi

a. Proses involusi

Proses kembalinya uterus ke keadaan sebelum hamil setelah melahirkan, proses ini

dimulai segera setelah plasenta keluar akibat kontraksi otot-otot polos uterus. Uterus,

pada waktu hamil penuh baratnya 11 kali berat sebelum hamil, berinvolusi menjadi

kira-kira 500 gr 1 minggu setelah melahirkan dan 350 gr dua minggu setelah lahir.

Seminggu setelah melahirkan uterus berada di dalam panggul. Pada minggu keenam,

beratnya menjadi 5060gr. Pada masa pasca partum penurunan kadar

hormonmenyebapkan terjadinya autolisis, perusakan secara langsung jaringan

hipertrofi yang berlebihan. Sel-sel tambahan yang terbentuk selama masa hamil

menetap. Inilah penyebap ukuran uterus sedikit lebih besar setelah hamil.

b. Kontraksi
Intensitas kontraksi uterus meningkat secara bermakna segera setelah bayi lahir,

hormon oksigen yang dilepas dari kelenjar hipofisis memperkuat dan mengatur

kontraksi uterus, mengopresi pembuluh darah dan membantu hemostasis. Salama 1-2

jam pertama pasca partum intensitas kontraksi uterus bisa berkurang dan menjadi

tidak teratur. Untuk mempertahankan kontraksi uterus, suntikan oksitosin secara

intravena atau intramuskuler diberikan segera setelah plasenta lahir.

c. Tempat plasenta

Segera setelah plasenta dan ketuban dikeluarkan, kontraksi vaskular dan trombus

menurunkan tempat plasenta ke suatu area yang meninggi dan bernodul tidak teratur.

Pertumbuhan endometrium ke atas menyebapkan pelepasan jaringan nekrotik dan

mencegah pembentukan jaringan parut yang menjadi karakteristik penyembuha luka.

Regenerasi endometrum, selesai pada akhir minggu ketiga masa pasca partum,

kecuali pada bekas tempat plasenta.

d. Lochea

Rabas uterus yang keluar setelah bayi lahir, mula-mula berwarna merah, kemudian

menjadi merah tua atau merah coklat. Lochea rubra terutama mengandung darah dan

debris desidua dan debris trofoblastik. Aliran menyembur menjadi merah setelah 2-4

hari. Lochea serosa terdiri dari darah lama, serum, leukosit dan denrus jaringan.

Sekitar 10 hari setelah bayi lahir, cairan berwarna kuning atau putih. Lochea alba

mengandung leukosit, desidua, sel epitel, mukus, serum dan bakteri. Lochea alba

bisa bertahan 2-6 minggu setelah bayi lahir.

e. Serviks

Serviks menjadi lunak segera setelah ibu melahirkan. 18 jam pasca partum, serviks

memendek dan konsistensinya menjadi lebih padat dan kembali ke bentuk semula.

Serviks setinggi segmen bawah uterus tetap edematosa, tipis, dan rapuh selama

beberapa hari setelah ibu melahirkan.

f. Vagina dan perineum

Vagina yang semula sangat teregang akan kembali secara bertahap ke ukuran

sebelum hami, 6-8 minggu setelah bayi lahir. Rugae akan kembali terlihat pada
sekitar minggu keempat, walaupun tidak akan semenonjol pada wanita nulipara.

2. Sistem endokrin

a. Hormon plasenta

Penurunan hormon human plasental lactogen, esterogen dan kortisol, serta placental

enzyme insulinase membalik efek diabetagenik kehamilan. Sehingga kadar gula darah

menurun secara yang bermakna pada masa puerperium. Kadar esterogen dan

progesteron menurun secara mencolok setelah plasenta keluar, penurunan kadar

esterogen berkaitan dengan pembengkakan payudara dan diuresis cairan ekstra seluler

berlebih yang terakumulasi selama masa hamil.

b. Hormon hipofisis

Waktu dimulainya ovulasi dan menstruasi pada wanita menyusui dan tidak menyusui

berbeda. Kadar prolaktin serum yang tinggi pada wanita menyusui tampaknya

berperan dalam menekan ovulasi. Karena kadar follikel-stimulating hormone terbukti

sama pada wanita menyusui dan tidak menyusui di simpulkan ovarium tidak berespon

terhadap stimulasi FSH ketika kadar prolaktin meningkat (Bowes, 1991).

3. Abdomen

Apabila wanita berdiri di hari pertama setelah melahirkan, abdomenya akan menonjol dan

membuat wanita tersebut tampak seperti masih hamil. Diperlukan sekitar 6 minggu untuk

dinding abdomen kembali ke keadaan sebelum hami.

4. Sistem urinarius

Fungsi ginjal kembali normal dalam waktu satu bulan setelah wanita melahirkan.

Diperlukan kira-kira dua smpai 8 minggu supaya hipotonia pada kehamilan dan dilatasi

ureter serta pelvis ginjal kembali ke keadaan sebelum hamil (Cunningham, dkk ; 1993).

5. Sistem cerna

a. Nafsu makan

Setelah benar-benar pulih dari efek analgesia, anestesia, dan keletihan, ibu merasa

sangat lapar.

b. Mortilitas

Secara khas, penurunan tonus dan motilitas otot traktus cerna menetap selam waktu
yang singkat setelah bayi lahir.

c. Defekasi

Buang air besar secara spontan bias tertunda selama dua sampai tiga hari setelah ibu

melahirkan.

6. Payudara

Konsentrasi hormon yang menstimulasai perkembangan payu dara selama wanita

hamil (esterogen, progesteron, human chorionik gonadotropin, prolaktin, krotison, dan

insulin) menurun dengan cepat setelah bayi lahir.

a. Ibu tidak menyusui

Kadar prolaktin akan menurun dengan cepat pada wanita yang tidak menyusui.

Pada jaringan payudara beberapa wanita, saat palpasi dailakukan pada hari kedua

dan ketiga. Pada hari ketiga atau keempat pasca partum bisa terjadi pembengkakan.

Payudara teregang keras, nyeri bila ditekan, dan hangat jika di raba.

b. Ibu yang menyusui

Sebelum laktasi dimulai, payudara teraba lunak dan suatu cairan kekuningan, yakni

kolostrum. Setelah laktasi dimula, payudara teraba hangat dan keras ketika

disentuh. Rasa nyeri akan menetap selama sekitar 48 jam. Susu putih kebiruan

dapat dikeluarkan dari puting susu.

7. Sistem kardiovaskuler

a. Volume darah

Perubahan volume darah tergantung pada beberapa faktor misalnya kehilangan darah

selama melahirkan dan mobilisasi serta pengeluaran cairan ekstravaskuler.

Kehilangan darah merupakan akibat penurunan volume darah total yang cepat tetapi

terbatas. Setelah itu terjadi perpindahan normal cairan tubuh yang menyebapkan

volume darah menurun dengan lambat. Pada minggu ketiga dan keempat setelah bayi

lahir, volume darah biasanya menurun sampai mencapai volume sebelum lahir.

b. Curah jantung

Denyut jantung volume sekuncup dan curah jantung meningkat sepanjang masa

hamil. Segera setelah wanita melahirkan, keadaan ini akan meningkat bahkan lebih
tinggi selama 30 sampai 60 menit karena darah yang biasanya melintasi sirkuit utero

plasenta tibatiba kembali ke sirkulasi umum (Bowes, 1991).

c. Tanda-tanda vital

Beberapa perubahan tanda-tanda vital bisa terlihat, jika wanita dalam keadaan

normal. Peningkatan kecil sementara, baik peningkatan tekanan darah sistol maupun

diastol dapat timbul dan berlangsung selama sekitar empat hari setelah wanita

melahirkan (Bowes, 1991).

8. Sistem neurologi

Perubahan neurologis selama puerperium merupakan kebalikan adaptasi neurologis yang

terjadi saat wanita hamil dan disebapkan trauma yang dialami wanita saat bersalin dan

melahirkan.

9. Sistem muskuluskeletal

Adaptasi sistem muskuluskeletal ibu yang terjadi selama masa hamil berlangsung secara

terbalik pada masa pascapartum. Adaptasi ini mencakup hal-hal yang membantu relaksasi

dan hipermobilitas sendi dan perubahan pusat berat ibu akibat pemsaran rahim.

10. Sistem integumen

Kloasma yang muncul pada masa hamil biasanya menghilang saat kehamilan berakhir.

Pada beberapa wanita, pigmentasi pada daerah tersebut akan menutap. Kulit kulit yang

meregang pada payudara, abdomen, paha, dan panggul mungkin memudar, tapi tidak

hilang seluruhnya.

1.6 Pemeriksaan penunjang


Adapun pemeriksaan tambahan yaitu :

a. Pemeriksaan laboratorium

b. USG bila diperlukan

1.7 Komplikasi
a. Perdarahan post partum (apabila kehilangan darah lebih dari 500 mL selama 24
jam pertama setelah kelahiran bayi)

b. Infeksi
1) Endometritis (radang edometrium)

2) Miometritis atau metritis (radang otot-otot uterus)

3) Perimetritis (rad ang peritoneum disekitar uterus)

4) Caked breast / bendungan asi (payudara mengalami distensi, menjadi keras

dan berbenjol-benjol)

5) Mastitis (Mamae membesar dan nyeri dan pada suatu tempat, kulit merah,

membengkak sedikit, dan nyeri pada perabaan. Jika tidak ada pengobatan

bisa terjadi abses)

6) Trombophlebitis (terbentuknya pembekuan darah dalam vena varicose

superficial yang menyebabkan stasis dan hiperkoagulasi pada kehamilan

dan nifas, yang ditandai dengan kemerahan atau nyeri.)

7) Luka perineum (Ditandai dengan : nyeri local, disuria, temperatur naik 38,3

°C, nadi < 100x/ menit, edema, peradangan dan kemerahan pada tepi, pus

atau nanah warna kehijauan, luka kecoklatan atau lembab, lukanya meluas)

c. Gangguan psikologis
1. Depresi post partum
2. Post partum Blues
3. Post partum Psikosa
4. Gangguan involusi uterus
1.8 Pathway

Gambar 2.2. pathway

Penyebab persalinan (penurunan


hormon, plasenta menjadi tua,
distensi rahim)

Persalinan normal

Massa nifas

Perubahan fisiologis
Perubahan psikologis

Kontraksi uterus
payudara Taking in Taking hold Letting go

Adekuat Tidak adekuat Penurunan hormon


Kondisi ibu Belajar tentang hal baru Mampu menyesuaikan
progesteron, estrogen
lemah & mengalami perubahan diri dg keluarga
yg sifgnifikan

Kontraksi uterus lemah

Kontraksi uterus kuat Peningkatan hormon


prolaktin Terfokus pada diri
sendiri
Perubahan bentuk mandiri
tubuh
Anomia uteri
Perdaraha
n

Lochea involus

Menerima tanggung
Asi tidak keluar Butuh pelayanan dan
perlindungan jawab
Gangguan citra tubuh

Kuman Mudah Nyeri


berkembang Kurang pengetahuan

Defisit perawatan diri

cemas

Ansietas
1.9 Penatalaksaan medis

a. Observasi ketat 2 jam post partum (adanya komplikasi perdarahan)

b. 6-8 jam pasca persalinan : istirahat dan tidur tenang, usahakan miring kanan kiri

c. Hari ke- 1-2 : memberikan KIE kebersihan diri, cara menyusui yang benar dan

perawatan payudara, perubahan-perubahan yang terjadi pada masa nifas, pemberian

informasi tentang senam nifas.

d. Hari ke- 2 : mulai latihan duduk

e. Hari ke- 3 : diperkenankan latihan berdiri dan berjalan


BAB II
KONSEP PSIKOSOSIAL BODY IMAGE (GANGGUAN CITRA TUBUH)

2.1 Gangguan Citra Tubuh


2.1.1 Definisi
Gangguan citra tubuh adalah kebingungan dalam gambaran mental dari fisik
seseorang. (NANDA 2012-2014).
Gangguan citra tubuh adalah suatu keadaan ketika individu mengalami atau
berisiko untuk mengalami gangguan dalam pencerapan diri seseorang.
Gangguan citra tubuh merupakan konfusi pada gambaran mental dari fisik
diri seseorang.
Gangguan citra tubuh biasanya melibatkan distorsi dan persepsi negatif
tentang penampilan fisik mereka. Perasaan malu yang kuat, kesadaran diri dan
ketidaknyamanan sosial sering menyertai penafsiran ini. Sejumlah perilaku
menghindar sering digunakan untuk menekan emosi dan pikiran negatif, seperti
visual menghindari kontak dengan sisa ekstremitas, mengabaikan kebutuhan
perawatan diri dari sisa ekstremitas dan menyembunyikan sisa ekstremitas lain.
Pada akhirnya reaksi negatif ini dapat mengganggu proses rehabilitasi dan
berkontribusi untuk meningkatkan isolasi sosial (Wald & Alvaro, 2004).
Suatu gangguan citra tubuh dapat diketahui perawat dengan mewawancarai
dan mengamati pasien secara berhati-hati untuk mengidentifikasi bentuk ancaman
dalam citra tubuhnya (fungsi signifikan bagian yang terlibat, pentingnya
penglihatan dan penampilan fisik bagian yang terlibat); arti kedekatan pasien
terhadap anggota keluarga dan anggota penting lainnya dapat membantu pasien
dan keluarganya (Kozier, 2004).
Respon pasien terhadap kelainan bentuk atau keterbatasan dapat meliputi
respon terhadap kelainan bentuk atau keterbatasan, perubahan dalam kebebasan
dan ketergantungan, serta pola ketergantungan dalam komunikasi dan sosialisasi.
Respon terhadap kelainan bentuk atau keterbatasan dapat berupa:
1) Respon penyesuaian
Menunjukkan rasa sedih dan duka cita (rasa syok, kesangsian,
pengingkaran, kemarahan, rasa bersalah atau penerimaan)
2) Respon mal-adaptif
Lanjutan terhadap penyangkalan yang berhubungan dengan
kelainan bentuk atau keterbatasan yang tejadi pada diri sendiri.
Perilaku yang bersifat merusak, berbicara tentang perasaan tidak
berharga atau perubahan kemampuan dalam menyesuaikan diri dengan
lingkungan.

Respon terhadap pola kebebasan – ketergantungan dapat berupa:


1) Respon penyesuaian
Merupakan tanggung jawab terhadap rasa kepedulian
(membuat keputusan) dalam mengembangkan perilaku kepedulian
yang baru terhadap diri sendiri, menggunakan sumber daya yang ada,
interaksi yang saling mendukung dengan keluarga.
2) Respon mal-adaptip
Menunjukkan rasa tanggung jawab akan rasa kepeduliannya
terhadap yang lain yang terus-menerus bergantung atau dengan keras
menolak bantuan.

Respon terhadap Sosialisasi dan Komunikasi dapat berupa:


1) Respon penyesuaian
Memelihara pola sosial umum, kebutuhan komunikasi dan
menerima tawaran bantuan, dan bertindak sebagai pendukung bagi
yang lain.
2) Respon mal-adaptip
Mengisolasikan dirinya sendiri, memperlihatkan sifat
kedangkalan kepercayaan diri dan tidak mampu menyatakan rasa
(menjadi diri sendiri, dendam, malu, frustrasi, tertekan) (Carol, 1997).

2.1.2 Etiologi
Beberapa kondisi patofisiologi dan psikopatologis dan prosedur terapeutik
yang dapat menimbulkan gangguan citra tubuh yakni :
1) Eksisi bedah atau gangguan bagian tubuh:
a. Enterostomi
b. Mastaktomi
c. Histerektomi
d. Pembedahan kardiovaskuler
e. Pembedahan leher radikal
f. Laringektomi
2) Amputasi pembedahan atau traumatik
3) Luka bakar
4) Trauma wajah
5) Gangguan makan
a. Anoreksia nervosa
b. Bulimia
6) Obesitas
7) Gangguan muskuluskeletal, seperti : atritis
8) Gangguan integumen
a. Psoriasis
b. Skar sekunder akibat trauma atau pembedahan
9) Lesi otak
a. Cerebrovaskular accident
b. Demensia
c. Penyakit parkinson
10) Gangguan afektif
a. Depresi
b. Skizofrenia
11) Gangguan endokrin
a. Akromegali
b. Sindroma chusing
12) Penyalahgunaan bahan kimia
13) Prosedur diagnostik
14) Kehilangan atau pengurangan fungsi
a. Impotensi
b. Pergerakan/kendali
c. Sensori/persepsi
15) Memori
16) Terapi modalitas
a. Teknologi tinggi (misalnya impian defibrilator, prostesis sendi,
dialisis)
b. Kemoterapi
17) Nyeri
18) Perubahan psikososial atau kehilangan
a. Perubahan volunter atau dipaksakan dalam peran bekerja atau sosial
b. Dukungan orang terdekat
c. Perceraian
d. Kepemilikan pribadi (rumah, perlengkapan rumah tangga, keuangan)
e. Translokasi/relokasi
19) Respon masyarakat terhadap penuaan (agetasim)
a. Umpan balik interpersonal negatif
b. Penekanan pada produktivitas
20) Defisit pengetahuan (personal, pemberi asuhan, atau masyarakat)

2.1.3 Manifestasi Klinis


Adapun tanda dan gejala dari gangguan citra tubuh, (Harnawatiaj, 2008) yaitu:
1.    Menolak melihat dan menyentuh bagian tubuh yang berubah
2.    Tidak menerima perubahan tubuh yang telah terjadi/akan terjadi
3.    Menolak penjelasan perubahan tubuh
4.    Persepsi negatif pada tubuh
5.    Preokupasi dengan bagian tubuh yang hilang
6.    Mengungkapkan keputusasaan
7.    Mengungkapkan ketakutan

2.1.4 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Citra Tubuh


Citra tubuh dipengaruhi oleh pertumbuhan kognitif dan perkembangan
fisik. Perubahan perkembangan yang normal seperti pertumbuhan dan penuaan
mempunyai efek penampakan yang lebih besar pada tubuh dibandingkan dengan
aspek lainnya dari konsep diri. Selain itu, sikap dan nilai kultural dan sosial juga
mempengaruhi citra tubuh. Pandangan pribadi tentang karakteristik dan
kemampuan fisik dan oleh persepsi dan pandangan orang lain. Cara individu
memandang dirinya mempunyai dampak yang penting pada aspek psikologinya.
Pandangan yang realistik terhadap dirinya, menerima dan mengukur bagian
tubuhnya akan membuatnya lebih merasa aman sehingga terhindar dari rasa cemas
dan meningkatkan harga diri. Proses tumbuh kembang fisik dan kognitif perubahan
perkembangan yang normal seperti pertumbuhan dan penuaan mempunyai efek
penampakan yang lebih besar pada tubuh bila dibandingkan dengan aspek lain dari
konsep diri (Potter & Perry, 2005).

2.1.5 Positif dan Negatif Citra Tubuh

Citra Tubuh yang positif merupakan suatu persepsi yang benar tentang
bentuk individu, individu melihat tubuhnya sesuai dengan kondisi yang
sebenarnya. Individu menghargai badan/tubuhnya yang alami dan individu
memahami bahwa penampilan fisik seseorang hanya berperan kecil dalam
menunjukkan karakter mereka dan nilai dari seseorang. Individu merasakan bangga
dan menerimanya bentuk badannya yang unik dan tidak membuang waktu untuk
mengkhawatirkan makanan, berat badan, dan kalori. Individu merasakan yakin dan
nyaman dengan kondisi badannya (Dewi, 2009).
Citra tubuh yang negatif merupakan suatu persepsi yang salah mengenai
bentuk individu, perasan yang bertentangan dengan kondisi tubuh individu
sebenarnya. Individu merasa bahwa hanya orang lain yang menarik dan bentuk
tubuh dan ukuran tubuh individu adalah sebuah tanda kegagalan pribadi. Individu
merasakan malu, self-conscious, dan khawatir akan badannya. Individu merasakan
canggung dan gelisah terhadap badannya (Dewi, 2009).

2.1.6 Komplikasi
a. Depresi

2.2 Pohon Masalah

Gangguan isolasi sosial

Gangguan citra tubuh

Perubahan bentuk tubuh

(Keliat, 2005)
2.3 Konsep Askep Masalah Psikososial Ansietas
2.3.1Pengkajian
a. Pengkajian Keperawatan pada pasien dengan ansietas menurut (Stuart, 2007)
yaitu:
Identitas Klien
1) Initial :body image lebih rentan terjadi pada wanita dari pada laki-laki, karena
wanita lebih mudah stress dibanding pria.
2) Umur : remaja dewasa
3) Pekerjaan : Pekerajaan yang mempunyai tingkat stressor yang besar.
4) Pendidikan : Orang yang mempunyai tingkat pendidikan yang rendah lebih
rentan mengalami ansietas
b. Alasan Masuk
Sesuai diagnosa awal klien ketika pertama kali masuk rumah sakit.
c. Faktor Predisposisi
1) Faktor yang mempengaruhi harga diri meliputi perilaku yang objektif dan
teramati serta bersifat objektif dan dunia dalam pasien sendiri. Perilaku
berhubungan dengan harga diri yang rendah, keracunan identitas, dan
deporsonalisasi.
2) Faktor yang mempengaruhi peran dalam streotipik peran seks, tunmtutan
peran kerja, dan peran harapan kultural.
3) Faktor yang mempengaruhi identitas personal meliputi ketidakpercayaan
orang tua, tekanan dari kelompok sebaya, dan perubahan dalam strutur sosial.
d. Fisik
Tanda Vital:
TD: normal (100-120/70-90 mmHg)
N: normal (80-100 x/menit)
S: Normal (36˚C - 37,5˚C ), ada juga yang mengalami hipotermi tergantung
respon individu dalam menangania ansietasnya
P : normal
1) Ukur : TB dan BB: normal (tergantung pada klien)
2) Keluhan Fisik : refleks, terkejut, mata berkedip-kedip, insomnia, tremor,
kaku, gelisah, wajah tegang, kelemahan umum, gerakan lambat, kaki
goyah.
Selain itu juga dapat dikaji tentang repon fisiologis terhadap ansietas (Stuart,
2007):
B1: Nafas cepat, sesak nafas, tekanan pada dada, nafas dangkal
pembengkakan pada tenggorokan, terengah-engah.
B2: Palpitasi, jantung berdebar, tekanan darah meningkat, rasa ingin pingsan,
pingsan, TD ↓, denyut nadi ↓.
B3: Refleks ↑, reaksi terkejut, mata berkedip-kedip, insomnia, tremor, rigiditas,
gelisah, wajah tegang.
B4: Tidak dapat menahan kencing, sering berkemih.
B5: Kehilangan nafsu makan, menolak makan, rasa tidak nyaman pada
abdomen, nyeri abdomen, mual, nyeri ulu hati.
B6: Lemah.
e. Psikososial:
Konsep diri:
1) Gambaran diri : wajah tegang, mata berkedip-kedip, tremor, gelisah, keringat
berlebihan.
2) Identitas : gangguan ini menyerang wanita daripada pria serta terjadi pada
seseorang yang bekerja dengan sressor yang berat.
3) Peran : menarik diri dan menghindar dalam keluarga / kelompok /
masyarakat.
4) Ideal diri : berkurangnya toleransi terhadap stress, dan kecenderungan ke
arah lokus eksternal dari keyakinan kontrol.
5) Harga diri : klien merasa harga dirinya rendah akibat ketakutan yang tidak
rasional terhadap objek, aktivitas atau kejadian tertentu.

Hubungan Sosial:
1) Orang yang berarti: keluarga
2) Peran serta dalam kegiatan kelompok/masyarakat: kurang berperan dalam
kegiaran kelompok atau masyarakat serta menarik diri dan menghindar dalam
keluarga / kelompok / masyarakat.
3) Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain: +

Spiritual:
1) Nilai dan keyakinan
2) Kegiatan ibadah
f. Status Mental:
1) Penampilan : pada orang yang mengalami ansietas berat dan panik biasanya
penampilannya tidak rapi.
2) Pembicaraan : bicara cepat dan banyak, gagap dan kadang-kadang keras.
3) Aktivitas motorik : lesu, tegang, gelisah, agitasi, dan tremor.
4) Alam perasaan : sedih, putus asa, ketakutan dan khawatir.
5) Afek : serasi
6) Interaksi selama wawancara: tidak kooperatif, mudah tersingung dan mudah
curiga, kontak mata kurang.
7) Persepsi : berhalusinasi, lapang persepsi sangat sempit dan tidak mampu
menyelesaikan masalah.
8) Proses pikir : persevarsi
9) Isi pikir : obsesi, phobia dan depersonalisasi
10) Tingkat kesadaran : bingung dan tidak bisa berorietansi terhadap waktu,
tempat dan orang
11) Memori : pada klien yang mengalami OCD (Obsessive Compulsif
Disorder) akan terjadi gangguan daya ingat saat ini bahkan sampai
gangguan daya ingat jangka pendek.
12) Tingkat konsentrasi dan berhitung : tidak mampu berkonsentrasi
13) Kemampuan penilaian : gangguan kemampuan penilaian ringan
14) Daya titik diri : menyalahkan hal-hal diluar dirinya: menyalahkan orang
lain/ lingkungan yang menyebabkan kondisi saat ini.
g. Kebutuhan Persiapan Pulang
1) Kemampuan klien memenuhi/ menyediakan kebutuhan makanan,
keamanan, tempat tinggal, dan perawatan.
2) Kegiatan hidup sehari-hari:
3) Kurang mandiri tergantung tingkat ansietas
4) Perawatan diri
5) Nutrisi
6) Tidur
h. Mekanisme Koping
Adaptif (ansietas ringan) dan maladaptif (ansietas sedang, berat dan
panik). Menurut Stuart (2007). Individu menggunakan berbagai mekanisme
koping untuk mencoba mengatasinya, ketidakmampuan mengatasi ansietas
secara konstruktif merupakan penyebab utama terjadinya perilaku patologis.
Ansietas ringan sering ditanggulangi tanpa pemikiran yang sadar, sedangkan
ansietas berat dan sedang menimbulkan 2 jenis mekanisme koping :
1) Reaksi yang berorientasi pada tugas yaitu upaya yang disadari dan
berorientasi pada tindakan untuk memenuhi tuntunan situasi stres secara
realistis
2) Mekanisme pertahanan ego membantu mengatasi ansietas ringan dan
sedang. Tetapi karena mekanisme tersebut berlangsung secara relative
pada tingkat tidak sadar dan mencakup penipuan diri dan distorsi realitas,
mekanisme ini dapat menjadi repon maladaptif terhadap stres.
i. Masalah Psikososial dan Lingkungan
1) Masalah dengan dukungan kelompok: klien kurang berperan dalam
kegiatan kelompok atau masyarakat serta menarik diri dan menghindar
dalam keluarga/ kelompok/ masyarakat.
2) Masalah berhubungan dengan lingkungan: lingkungan dengan tingkat
stressor yang tinggi akan memicu timbulnya ansietas.
3) Masalah dengan pendidikan: seseorang yang pernah gagal dalam
menempuh pendidikan, tidak ada biaya untuk melanjutkan jenjang
pendidikan berikutnya.
4) Masalah dengan pekerjaan: mengalami PHK, target kerja tidak tercapai.
5) Masalah dengan perumahan: pasien kehilangan tempat tinggalnya karena
bencana alam, pengusuran dan kebakaran.
6) Masalah ekonomi: pasien tidak mempunyai kemampuan finansial dalam
mencukupi kebutuhannya sehari-hari dan keluarganya.
7) Masalah dengan pelayanan kesehatan: kurang percaya dengan petugas
kesehatan.
j. Pengetahuan Kurang
Pasien kurang mempunyai pengetahuan tentang faktor presipitasi, koping,
obat-obatan, dan masalah lain tentang ansietas
k. Aspek medik
Diagnosa Medik:
1) Adanya perasaan cemas atau khawatir yang tidak realistic terhadap dua
atau lebih hal yang dipersepsi sebagai ancaman perasaan ini menyebabkan
individu tidak mampu istirahat dengan tenang (inability to relax)
2) Terdapat paling sedikit 6 dari 18 gejala-gejala berikut:
Ketegangan Motorik:
a) Kedutan otot atau rasa gemetar
b) Otot tegang/kaku/pegel linu
c) Tidak bisa diam
d) Mudah menjadi lelah
Hiperaktivitas Otonomik:
a) Nafas pendek/ terasa berat
b) Jantung berdebar-debar
c) Telapak tangan basah dingin
d) Mulut kering
e) Kepala pusing/rasa melayang
f) Mual, mencret, perut tidak enak
g) Muka panas/ badan menggigil
h) Buang air kecil lebih sering
i) Sukar menelan/rasa tersumbat
Kewaspadaan berlebihan dan Penangkapan Berkurang
a) Perasaan jadi peka/ mudah ngilu
b) Mudah terkejut/kaget
c) Sulit konsentrasi pikiran
d) Sukar tidur
e) Mudah tersinggung
3) Hendaknya dalam fungsi kehidupan sehari-hari, bermanifestasi dalam
gejala: penurunan kemampuan bekerja, hubungan social, dan melakukan
kegiatan rutin.

2.3.2 Masalah Keperawatan


1. Gangguan konsep diri : Gangguan Citra Tubuh
2. Isolasi sosial : menarik diri
3. Defisit Perawatan Diri
2.3.3 Analisa Data
NO DATA MASALAH
1. DS : Gangguan citra tubuh
a. Nafsu makan tidak ada.
b. Sulit tidur
c. Pasien suka mengeluh nyeri di dada.
d. Pasien mengeluh sesak nafas.
e. Menolak perubahan anggota tubuh saat
ini, misalnya tidak puas dengan hasil
operasi.
f. Mengatakan hal negatif tentang anggota
tubuhnya yang tidak berfungsi.
g. Mengungkapkan perasaan tidak
berdaya, tidak berharga, keputusasaan.
h. Menolak berinteraksi dengan orang lain.
i. Mengungkapkan keinginan yang terlalu
tinggi terhadap bagian tubuh yang
terganggu.
j. Sering mengulang-ulang mengatakan
kehilangan yang terjadi.
k. Merasa asing terhadap bagian tubuh
yang hilang.
DO :
a.       Mengurung diri
b.      Dari hasil pemeriksaan dokter,
pasien mengalami goncangan emosi.
c.       Hilangnya bagian tubuh.
d.      Perubahan anggota tubuh baik
bentuk maupun fungsi.
e.      Menyembunyikan atau memamerkan
bagian tubuh yang terganggu.
f.        Menolak melihat bagian tubuh.
g.       Aktifitas sosial menurun.
2.3.4 Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan struktur

2.3.5 Intervensi Keperawatan


Tujuan Kriteria Hasil (L.09067)
Setelah dilakukan Meningkat Cukup Sedang Cukup Menurun
meningkat menurun
pemeriksaan 30
menit diharapkan Verbalisasi 1 2 3 4 5
perasaan
kepercayaan diri negatif
tentang
klien kembali perubahan
normal tubuh
Verbalisasi 1 2 3 4 5
kekhawatiran
pada
penolakan/re
aksi orang
lain
Verbalisasi 1 2 3 4 5
perubahan
gaya hidup
Fokus pada 1 2 3 4 5
bagian tubuh
Memburuk Cukup Sedang Cupuk Membaik
memburuk membaik
Melihat 1 2 3 4 5
bagian tubuh
Menyentuh 1 2 3 4 5
bagian tubuh
Respon non 1 2 3 4 5
verbal pada
perubahan
tubuh
Hubungan 1 2 3 4 5
sosial

NO INTERVENSI KEPERAWATAN
(I.09308)
1. Observasi:

a. Identifikasi budaya, agama, ras, jenis kelamin, dan usia terhadap

harga diri

b. Monitor verbalisasi yang merendahkan harga diri sendiri


c. Monitor tingkat harga diri setiap waktu, sesuai kebutuhan

Terapeutik:

a. Motivasi terlibat dalam verbalisasi positif untuk diri sendiri

b. Motivasi menerima tantangan baru atau hal baru

c. Diskusikan pernyataan tentang harga diri

d. Diskusikan persepsi negatif diri

e. Berikan umpan balik positif atas peningkatan pencapaian tujuan

f. Fasilitasi lingkungan dan aktifitas yang meningakatkan harga diri

Edukasi:

a. Jelaskan kepada keluarga pentingnya dukungan dalam

perkembangan konsep positif diri pasien

b. Anjurkan membuka diri terhadap kritis negatif

c. Latih cara berfikir dan berperilaku positif

d. Latih meningkatkan kepercayaan pada kemampuan dalam

mengatasi situasi

2.3.6 Implementasi
Implementasi merupakan pengelolaan dan perwujudan dari rencana
keperawatan yang telah disusun pada tahap perencanaan. Fokus intervensi pada
pasien dengan respons ansietas menurut tingkatannya, yaitu :
1. Intervensi dalam meningkatkan kepercayaan diri
2. Prioritas tertinggi dari tujuan keperawatan harus ditunjukkan untuk
meningkatakan kepercayaan diri klien agar kembali normal dan intervensi
keperawatan yang berhubungan harus supportif dan protektif.
3. Saat kepercayaan diri pasien menurun sampai tingkat ringan atau sedang
perawat dapat mengimplementasikan intervensi keperawatan re edukatif atau
berorientasi pada pikiran
4. Intervensi ini melibatkan pasien dalam proses pemecahan masalah.
2.3.7 Evaluasi
Keberhasilan tindakan terhadap perubahan citra tubuh pasien dapat
diidentifikasi melalui perilaku pasien yaitu memulai kehidupan, termasuk
hubungan interpersonal dan sosial, pekerjaan dan cara berpakaian, mengemukakan
perhatiannya terhadap perubahan citra tubuh, memperlihatkan kemampuan koping,
kemampuan meraba, melihat, memperlihatkan bagian tubuh yang berubah,
kemampuan mengintegritasikan perubahan dalam kegiatan (pekerjaan, rekreasi dan
seksual), harapan yang disesuaikan dengan perubahan yang terjadi, mampu
mendiskusikan rekonstruksi (Keliat, 1998).
DAFTAR PUSTAKA

Carpenito, LJ & Moyet. (2003). Buku Saku Diagnosis Keperawatan Edisi 10. Jakarta :
Penerbit Buku Kedokteran.

Gloria, M.Bulechek, dkk. (2004). Nursing Interventions Classification (NIC). United States
of America

Kozier, Erb, et all. (2011). Buku Ajar Fundamental Keperawatan Edisi 7 Volume 2. Jakarta :
Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Maulana, Heri D.J. (2004). Promosi Kesehatan. Jakarta : EGC.

Moorhead Sue, dkk. (2004).NursingOut Comes Classification (NOC).United States of


America.

Potter & Perry. (2005). Fundamental of Nursing. CV Mosby Company.


Stuart, GW & Sundeen SJ. Buku Saku Keperawatan Jiwa Edisi 3. Jakarta : Penerbit Buku
Kedokteran.
Wilkinson, JM. (2006). Buku Saku Diagnosis Keperawatan Edisi 7. Jakarta : Penerbit Buku
Kedokteran.

Anda mungkin juga menyukai