Anda di halaman 1dari 26

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Masa nifas (puerpunium) menurut Sarwono Prawirohardjo adalah dimulai
setelah plasenta lahir dan berakhir ketika alat-alat kandunagn kembali seperti keadaan
semula atau sebelum hamil, yang berlangsung kira-kira 6 minggu. Masa nifas
menurut Rustam Muchtar adalah masa pulih kembali dimulai dari persalinan selesai
sampai alat-alat kandunagn sampai seperti prahamil lamanya 6-8 minggu. Definisi
lain masa nifas adalah masa sesudah persalinan yang diperlukan untuk pulihnya
kembali alat kandungan yang lamanya 6 minggu. Menurut Hafina Wiknjosastro, masa
nifas adalah dimulai setelah persalinan selesaindan berakhir setelah kira-kira 6
minggu. Masa post partum dibagi dalam tiga tahap : Immediate post partum dalam 24
jam pertama, Early post partum period (minggu pertama) dan Late post partum period
( minggu kedua sampai minggu ke enam
Bahaya terbesar yang biasanya terjadi pada masa nifas adalah moragi atau
perdarahan. Oleh karena itu, pengkajian tanda fital, syok hipovolemik, tinggi fundus
uterus(untuk mengetahui intensitas kontraksi), distensi urin, sifat dan jumlah lokia,
hemostatis perinium, ketidak nyamanan, bonding attachemnt, dan status emosioanal
sangat penting dilakukan untuk mengurangi baya masa nifas.
Selain perdarahan, ada juga bahaya lain yang mengacam ibu, yaitu infeksi
pada masa nifas. Intervensi terhadap gangguan ini difokuskan untuk mencegah
infeksi dan meningkatkan proses penyembuhan dengan perawatan asepsis, kebersihan
diri, perawatan perinium, perawatan hemorogi, peningkatan eliminasi, pengkajian
terhadap involusi uteri, lokia, episiotomi, dan after pain. Bidan yang mengajarkan
tentang perawatan payudara dan teknik menyusui Bidan juga memeberi informasi
tentang aktifitas,istirahat, latihan,makanan, cairan, perawatan kulit, hubungan
seksual, fisiologi pasca partum, pelayanan kesehatan ibu, tanda-tanda bahaya dan
kunjungan ulang 6 minggu pascapartum.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang di atas maka kelompok membuat rumusan masalah
sebagai berikut:
1. Konsep Dasar Pendarahan Post Partum
a. Bagaimana anatomi dan fisiologi dari reproduksi wanita?
b. Apakah defenisi dari Pendarahan Post Partum ?
c. Apakah penyebab dari Pendarahan Post Partum?
d. Apa manifestasi klinis dan pemeriksaan penunjang dari Pendarahan Post
Partum?
e. Bagaimana patofisiologi pada Pendarahan Post Partum?
f. Apa saja komplikasi dari Pendarahan Post Partum?
g. Bagaimana penatalaksanaan dari Pendarahan Post Partum?
2. Konsep Asuhan Keperawatan Berdasarkan Skenario Kasus
a. Pengkajian
b. Analisa Data
c. Diagnosa Keperawatan
d. Rencana Asuhan Keperawatan
1.3 Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Mengetahui bagaimana asuhan keperawatan yang tepat pada pasien dengan
Pendarahan Post Partum.
2. Tujuan Khusus
a. Mengidentifikasi konsep dari PendarahanPost Partum

meliputi definisi,

etiologi, patofisiologi, pencegahan, komplikasi dan penatalaksanaan yang


tepat.
b. Mengidentifikasi asuhan keperawatan mulai dari pengkajian, analisa data,
diagnosa, dan rencana asuhan keperawatan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Anatomi dan Fisiologi Sistem Repruduksi Wanita
Sistem reproduksi wanita terdiri dari organ interna, yang terletak di dalam rongga
pelvis dan ditopang oleh lantai pelvis, dan genetalia eksterna, yang terletak di
perineum. Struktur reproduksi interna dan eksterna berkembang menjadi matur akibat
rangsang hormon estrogen dan progesteron (Bobak, 2005).

1. Struktur Eksterna

a. Vulva
Vulva adalah nama yang diberikan untuk struktur genetalia externa.
Kata ini berarti penutup atau pembungkus yang berbentuk lonjong,
berukuran panjang, mulai klitoris, kanan kiri dibatasi bibir kecil
sampai ke belakang dibatasi perineum.
b. Mons pubis
Mons pubis atau mons veneris adalah jaringan lemak subkutan
berbentuk bulat yang lunak dan padat serta merupakan jaringan ikat
jarang di atas simfisis pubis. Mons pubis mengandung banyak kelenjar
sebasea dan ditumbuhi rambut berwarna hitam, kasar, dan ikal pada
masa pubertas, mons berperan dalam sensualitas dan melindungi
simfisis pubis selama koitus.
c. Labia Mayor
Labia mayora adalah dua lipatan kulit panjang melengkung yang
menutupi lemak dan jaringan kulit yang menyatu dengan mons pubis.
Keduanya memanjang dari mons pubis ke arah bawah mengililingi
labia minora, berakhir di perineum pada garis tengah. Labia mayora

melindungi labia minora, meatus urinarius, dan introitus vagina. Pada


wanita yang belum pernah melahirkan anak pervaginam, kedua labia
mayora terletak berdekatan di garis tengah, menutupi stuktur-struktur
di bawahnya.
Setelah melahirkan anak dan mengalami cedera pada vagina atau pada
perineum, labia sedikit terpisah dan bahkan introitus vagina terbuka.
Penurunan produksi hormon menyebapkan atrofi labia mayora. Pada
permukaan arah lateral kulit labia tebal, biasanya memiliki pigmen
lebih gelap daripada jaringam sekitarnya dan ditutupi rambut yang
kasar dan semakin menipis ke arah luar perineum. Permukaan medial
labia mayora licin, tebal, dan tidak tumbuhi rambut. Sensitivitas labia
mayora terhadap sentuhan, nyeri, dan suhu tinggi. Hal ini diakibatkan
adanya jaringan saraf yang menyebar luas, yang juga berfungsi selama
rangsangan seksual.
d. Labia Minora
Labia minora terletak di antara dua labia mayora, merupakan lipatan
kulit yang panjang, sempit, dan tidak berambut yang , memanjang ke
arah bawah dari bawah klitoris dan dan menyatu dengan fourchett.
Sementara bagian lateral dan anterior labia biasanya mengandung
pigmen, permukaan medial labia minora sama dengan mukosa vagina.
Pembuluh darah yang sangat banyak membuat labia berwarna merah
kemerahan dan memungkankan labia minora membengkak, bila ada
stimulus emosional atau stimulus fisik. Kelenjar-kelenjar di labia
minora juga melumasi vulva. Suplai saraf yang sangat banyak
membuat labia minora sensitif, sehingga meningkatkan fungsi
erotiknya.
e. Klitoris
Klitoris adalah organ pendek berbentuk silinder dan yang terletak tepat
di bawah arkus pubis. Dalam keadaan tidak terangsang, bagian yang
terlihat adalah sekitar 6x6 mm atau kurang. Ujung badan klitoris

dinamai glans dan lebih sensitif dari pada badannya. Saat wanita
secara seksual terangsang, glans dan badan klitoris membesar. Kelenjar
sebasea klitoris menyekresi smegma, suatu substansi lemak seperti
keju yang memiliki aroma khas dan berfungsi sebagai feromon. Istilah
klitoris berasal dari kata dalam bahasa yunani, yang berarti kunci
karena klitoris dianggap sebagai kunci seksualitas wanita. Jumlah
pembuluh darah dan persarafan yang banyak membuat klitoris sangat
sensitif terhadap suhu, sentuhan dan sensasi tekanan.
f. Vestibulum
Vestibulum ialah suatu daerah yang berbentuk seperti perahu atau
lojong, terletak di antara labia minora, klitoris dan fourchette.
Vestibulum terdiri dari muara uretra, kelenjar parauretra, vagina dan
kelenjar paravagina. Permukaan vestibulum yang tipis dan agak
berlendir mudah teriritasi oleh bahan kimia. Kelenjar vestibulum
mayora adalah gabungan dua kelenjar di dasar labia mayora, masingmasing satu pada setiap sisi orifisium vagina.
g. Fourchette
Fourchette adalah lipatan jaringan transversal yang pipih dan tipis, dan
terletak pada pertemuan ujung bawah labia mayora dan minora di garis
tengah di bawah orifisium vagina. Suatu cekungan dan fosa navikularis
terletak di antara fourchette dan himen.
h. Perineum
Perineum adalah daerah muskular yang ditutupi kulit antara introitus
vagina dan anus.

2. Struktur Interna

a. Ovarium
Sebuah ovarium terletak di setiap sisi uterus, di bawah dan di belakang tuba
falopi. Dua lagamen mengikat ovarium pada tempatnya, yakni bagian
mesovarium ligamen lebar uterus, yang memisahkan ovarium dari sisi dinding
pelvis lateral kira-kira setinggi krista iliaka anterosuperior, dan ligamentum
ovari proprium, yang mengikat ovarium ke uterus. Dua fungsi ovarium adalah
menyelenggarakan ovulasi dan memproduksi hormon. Saat lahir, ovarium
wanita normal mengandung banyak ovum primordial. Di antara interval
selama masa usia subur ovarium juga merupakan tempat utama produksi
hormon seks steroid dalam jumlah yang dibutuhkan untuk pertumbuhan,
perkembangan, dan fungsi wanita normal.
b. Tuba Fallopi
Sepasang tuba fallopi melekat pada fundus uterus. Tuba ini memanjang ke
arah lateral, mencapai ujung bebas legamen lebar dan berlekuk-lekuk
mengelilingi setiap ovarium. Panjang tuba ini kira-kira 10 cm dengan
berdiameter 0,6 cm. Tuba fallopi merupakan jalan bagi ovum. Ovum didorong

di sepanjang tuba, sebagian oleh silia, tetapi terutama oleh gerakan peristaltis
lapisan otot. Esterogen dan prostaglandin mempengaruhi gerakan peristaltis.
Aktevites peristaltis tuba fallopi dan fungsi sekresi lapisan mukosa yang
terbesar ialah pada saat ovulasi.
c. Uterus
Uterus adalah organ berdinding tebal, muskular, pipih, cekung yang tampak
mirip buah pir yang terbalik. Uterus normal memiliki bentuk simetris, nyeri
bila di tekan, licin dan teraba padat. Uterus terdiri dari tiga bagian, fudus yang
merupakan tonjolan bulat di bagian atas dan insersituba fallopi, korpus yang
merupakan bagian utama yang mengelilingi cavum uteri, dan istmus, yakni
bagian sedikit konstriksi yang menghubungkan korpus dengan serviks dan
dikenal sebagai sekmen uterus bagian bawah pada masa hamil. Tiga fungsi
uterus adalah siklus menstruasi dengan peremajaan endometrium, kehamilan
dan persalinan.
Dinding uterus terdiri dari tiga lapisan :
1) Endometrium yang mengandung banyak pembuluh darah ialah suatu
lapisan membran mukosa yang terdiri dari tiga lapisan : lapisan permukaan
padat, lapisan tengah jaringan ikat yang berongga, dan lapisan dalam padat
yang menghubungkan indometrium dengan miometrium.
2) Miometrum yang tebal tersusun atas lapisan lapisan serabut otot polos
yang membentang ke tiga arah. Serabut longitudinal membentuk lapisan luar
miometrium, paling benyak ditemukan di daerah fundus, membuat lapisan ini
sangat cocok untuk mendorong bayi pada persalinan.
3) Peritonium perietalis, Suatu membran serosa, melapisi seluruh korpus uteri,
kecuali seperempat permukaan anterior bagian bawah, di mana terdapat
kandung kemih dan serviks. Tes diagnostik dan bedah pada uterus dapat
dilakukan tanpa perlu membuka rongga abdomen karena peritonium perietalis
tidak menutupi seluruh korpus uteri.

d. Vagina
Vagina adalah suatu tuba berdinding tipis yang dapat melipat dan mampu
meregang secara luas. Mukosa vagina berespon dengan cepat terhadap
stimulai esterogen dan progesteron. sel-sel mukosa tanggal terutama selama
siklus menstruasi dan selama masa hamil. Sel-sel yang di ambil dari mukosa
vagina dapat digunakan untuk mengukur kadar hormon seks steroid. Cairan
vagina berasal dari traktus genetalis atas atau bawah. Cairan sedikit asam.
Interaksi antara laktobasilus vagina dan glikogen mempertahankan keasaman.
Apabila pH nik diatas lima, insiden infeksi vagina meningkat. Cairan yang
terus mengalir dari vagina mempertahankan kebersihan relatif vagina.
2.2 Definisi
Perdarahan postpartum adalah perdarahan lebih dari 500-600 ml selama
24 jam setelah anak lahir. Termasuk perdarahan karena retensio plasenta.
Perdarahan post partum adalah perdarahan dalam kala IV lebih dari 500600 cc dalam 24 jam setelah anak dan plasenta lahir
(Prof. Dr. Rustam Mochtar, MPH, 1998).
Haemoragic Post Partum (HPP) adalah hilangnya darah lebih dari 500 ml
dalam 24 jam pertama setelah lahirnyabayi
(Williams, 1998)
HPP biasanya kehilangan darah lebih dari 500 ml selama atau setelah
kelahiran
(Marylin E Dongoes, 2001)
2.3 Etiologi
a.

Etiologi HPP primer


1. Atonia uteri (uterus gagal berkontraksi dengan baik setelah persalinan)
2. Trauma genital (meliputi penyebab spontan dan trauma akibat
penatalaksanaan atau gangguan, misalnya: kelainan yang menggunakan
peralatan yang termasuk seksio sesaria, episiotomi, pemotongan ghisiri).
3. Retentio plasenta.
4. Sisa plasenta dan

5. Robekan jalan lahir.


b.

Etiologi HPP sekunder


1. Fragmen plasenta atau selaput ketuban tertahan.
2. Pelepasan jaringan mati setelah persalinan macet (dapat terjadi diservik,
vagina, kandung kemih, rectum).
3. Terbukanya luka pada uterus (setelah seksio sesaria atau ruptur uterus)

2.4 Klasifikasi
1.

Perdarahan post partum primer / dini (early postpartum hemarrhage) :


yaitu perdarahan yang terjadi dalam 24 jam pertama. Penyebab utamanya adalah
atonia uteri, retention plasenta, sisa plasenta dan robekan jalan lahir. Banyaknya
terjadi pada 2 jam pertama.

2.

Perdarahan Post Partum Sekunder / lambat (late postpartum hemorrhage),yaitu


perdarahan yang terjadi setelah 24 jam pertama.Klasifikasi Masa nifas dibagi
dalam 3 periode yaitu :
a. Post partum dini yaitu keputihan dimana ibu telah diperbolehkan berdiri,
berjalan-jalan. Dalam agama Isalam dianggap telah bersih dan boleh bekerja
setelah 40 hari.
b. Post partum intermedial yaitu keputihan menyeluruh alat-alat genetalia yang
lamanya 6-8 minggu.
c. Post partum terlambat yaitu waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat
sempurna terutama bila selama hamil atau waktu persalinan mempunyai
komplikasi untuk sehat sempurna bisa berminggu-minggu, bulanan atau
tahunan.

2.5 Manifestasi Klinis


1. Setelah persalinan pasien mengeluh lemah, pucat, limbung, berkeringat
dingin, menggigil, pusing, gelisah, hiperpnea, sistolik <90 mmHg, nadi >
100x/menit, kadar hb <8 gr. Ini karenakehilangan darah lebih dari normal
(>500CC) dan dapat terjadi syok hipovolemik, tekanan darah rendah,
ekstremitas dingin , mual. (abudl bari)
2. Gejala Klinis berdasarkan penyebab:
a) Atonia Uteri
9

Gejala yang selalu ada: Uterus tidak berkontraksi dan lembek dan
perdarahan segera setelah anak lahir (perarahan postpartum primer).
Gejala yang kadang-kadang timbul: Syok (tekanan darah rendah,
denyut nadi cepat dan kecil, ekstremitas dingin, gelisah, mual dan lainlain).
b) Robekan jalan lahir
Gejala yang selalu ada: perdarahan segera, darah segar mengalir segera
setelah bayi lahir, kontraksi uteru baik, plasenta baik.
c) Retensio plasenta
Gejala yang selalu ada: plasenta belum lahir setelah 30 menit,
perdarahan segera, kontraksi uterus baik.
d) Tertinggalnya plasenta (sisa plasenta)
Gejala yang selalu ada : plasenta atau sebagian selaput (mengandung
pembuluh darah) tidak lengkap dan perdarahan segera.
e) Inversio uterus
Gejala yang selalu ada: uterus tidak teraba, lumen vagina terisi massa,
tampak tali pusat (jika plasenta belum lahir), perdarahan segera, dan
nyeri sedikit atau berat.
(Sumber: Nanda Nic Noc Jilid 3 2015)
2.6 Patofisiologi
Pada dasarnya perdarahan terjadi karena pembuluh darah didalam uterus masih
terbuka. Pelepasan plasenta memutuskan pembuluh darah dalam stratum
spongiosum sehingga sinus-sinus maternalis ditempat insersinya plasenta terbuka.
Pada waktu uterus berkontraksi, pembuluh darah yang terbuka tersebut akan
menutup, kemudian pembuluh darah tersumbat oleh bekuan darah sehingga
perdarahan akan terhenti. Adanya gangguan retraksi dan kontraksi otot uterus,
akan menghambat penutupan pembuluh darah dan menyebabkan perdarahan yang
banyak. Keadaan demikian menjadi faktor utama penyebab perdarahan paska

10

persalinan. Perlukaan yang luas akan menambah perdarahan seperti robekan


servix, vagina dan perinium.

2.7 Pemeriksaan Penunjang


Pemeriksaan penunjang dalam perdarahan post partum menurut Rochmat (2008),
adalah :
a. Golongan darah : menentukan Rh, ABO dan percocokan silang.
b. Jumlah darah lengkap : menunjukkan penurunan Hb/Ht dan peningkatan jumlah
sel darah putih(SDP). (Hb saat tidak hamil:12-16gr/dl, saat hamil: 10-14gr/dl. Ht
saat tidak hamil : 37%-47%, saathamil:32%-42%. Total SDP saat tidak hamil
4.500-10.000/mm3. saat hamil 5.000-15.000)
c. Kultur uterus dan vagina : mengesampingkan infeksi pasca partum
d. Urinalisis : memastikan kerusakan kandung kemih
e. Profil koagulasi : peningkatan degradasi, kadar produk fibrin/produk split fibrin
(FDP/FSP),penurunan kadar fibrinogen : masa tromboplastin partial diaktivasi,
masa tromboplastin partial (APT/PTT), masa protrombin memanjang pada KID
f. Sonografi : menentukan adanya jaringan plasenta yang tertahanPemeriksaan
penunjang yang dapatdilakukan adalah dengan menggunakan :
1) Pemeriksaan Laboratorium Kadar Hb, Ht, Masa perdarahan dan
masaPembekuan.
2) Pemeriksaan USG, Hal ini dilakukan bila perlu untuk menentukan
adanyasisa jaringankonsepsintrauterine.
3) Kultur uterus dan vaginal Menentukan efek samping apakah ada
infeksi yang terjadi.
4) Urinalisis Memastikan kerusakan kandung kemih.
5) Profil Koagulasi Menentukan peningkatan degradasi kadar produk
fibrin,Penurunanfibrinogen, aktivasi masa tromboplastin dan masa
tromboplastinparsial.
2.8 Komplikasi
1. Syok Hemoragie
Akibat terjadinya perdarahan, ibu akan mengalami syok dan menurunnya
kesadaran akibat banyaknya darah yang keluar. Hal ini menyebabkan gangguan
sirkulasi darah ke seluruh tubuh dan dapat menyebabkan hipovolemia berat.
Apabila hal ini tidak ditangani dengan cepat dan tepat, maka akan menyebabkan
kerusakan atau nekrosis tubulus renal dan selanjutnya meruak bagian korteks renal

11

yang dipenuhi 90% darah di ginjal. Bila hal ini terus terjadi maka akan
menyebabkan ibu tidak bisa terselamatkan.
2. Anemia
Anemia terjadi akibat banyaknya darah yang keluar dan menyebabkan perubahan
hemostasis dalam darah, juga termasuk hematokrit darah. Anemia dapat berlanjut
menjadi masalah apabila tidak ditangani, yaitu pusing dan tidak bergairah dan juga
akan berdampak juga pada asupan ASI bayi.
3. Sindro Sheehan
Hal ini terjadi karena, akibat jangka panjang dari perdarahan postpartum sampai
syok. Sindrom ini disebabkan karena hipovolemia yang dapat menyebabkan
nekrosis kelenjar hipofisis. Nekrosis kelenjar hipofisi dapat mempengaruhi sistem
endokrin.
2.9 Penatalaksanaan
Penanganan pada perdarahan postpartum terdapat dua bagian sebagai berikut :
1. Suportif, yaitu perbaikan keadaan umum, penambahan cairan, dan darah serta
komponen - komponennya.
2. Kausatif, yaitu dengan melakukan identifikasi penyebab perdarahan dan usaha
untuk menghentikannya.
3. Ada beberapa cara untuk menghentikan perdarahan, yaitu :
A.
Pemberian uterotonika dengan oksitosin, metil ergometrin atau
prostaglandin.
B.
Hemostasis secara mekanis dengan manual plasenta, kuret sisa
plasenta, kompresimanual ataupun packing.
C.
Pembedahan, yaitu penjahitan laserasi, ligasi pembuluh darah,
ataupundilakukan histerektomi.
Tujuan utama penanganan perdarahan postpartum adalah :

12

1. Mengembalikan volume darah dan mempertahankan oksigenasi.


2. Menghentikan perdarahan dengan menangani penyebab perdarahan post partum.
Idealnya stabilisasi dilakukan terlebih dahulu sebelum tindakan definitif dikerjakan,
tetapi hal ini terkadang tidak mungkin dikerjakan sendiri-sendiri melainkan seringkali
dikerjakan perbaikan keadaan umum ( resusitasi ) sambil dilakukan tindakan untuk
menghentikan perdarahan tersebut. Pada saat awal resusitasi cairan juga diambil
sample darahnya untuk diperiksakan laboratorium sederhana dahulu, yaitu kadar
Hemoglobin, Hematokrit, Lekosit, Trombosit, Faal Pembeku Darah atau dikerjakan
pemeriksaan Waktu Pembekuan Darah dan Waktu Perdarahan secara langsung.

BAB III
TINJAUAN KASUS
3.1 Skenario Kasus
Ny. B usia 22 tahun, suku jawa, agama islam, pendidikan SMP, pekerjaan IRT,
menikah 1 kali dengan suami nama Tn. Usia 26 tahun, agama islam, pendidikan SMP.
Ny B dirawat di RS sejak 9 april 2016 pukul 11:30 WIB. Dan dilakukan pengkajian:
10 april 2016 pukul 11:30 WIB. Berdasarkan " Data Subyektif" Ny B P1A0,
melahirkan dirumah pada tanggal 8 april 2016 jam 08:00, di tolong oleh bidan.
Plasenta lahir spontan tapi tidak lengkap. Pada malam hari tiba-tiba keluar darah yang
banyak sampai 4 kali ganti kain sarung dalam 1 malam. Ny B merasa lemah, pusing,
"Data Obyektif" keadaan umum tampak lemah, kesadaran compos mentis, wajah
tampak pucat, konjungtiva anemis, mukosa bibir pecah-pecah dan kering, kuku
kebiru-biruan, ekstremitas dingin, seluruh tubuh tampak pucat, anoreksia, tampak
pengeluaran lokhea dan darah dari jalan lahir di sertai selaput plasenta 500 cc.
Terpasang Infus RL botol ke I- drip oksitoksin 1 ampul tetesan 25x/menit.
Berdasarkan Pemeriksaan TTV : TD : 80/50 mmHg, Nadi 79 x/menit, respirasi
23x/mnt, hipertermi, Suhu 38celcius. Pemeriksaan labor yang telah dilakukan
holongan darah O, Hb 4 g/dl. Berdasarkan hasil USG terdapat sisa plasenta di cavum
13

uteri. Analisa medis rest plasenta, potensial syok hipovolemik, Tn C tampak cemas,
mengatakan tidak tahu apa yang harus dilakukan dan sering menanyakan kondisi
istrinya.
3.2 WOC
3.3 Pengkajian
1. Identitas Klien
Nama

: Ny. B

Umur

: 22 tahun

Jenis Kelamin

: Perempuan

Agama

: Islam

Pendidikan

: SMP

Pekerjaan

: IRT

Di Rawat di RS sejak : 9 april 2016 pukul 11.30 WIB


Data Penanggung Jawab :
Nama

: Tn C

Usia

: 26 tahun

Jenis kelamin

: laki-laki

Agama

: Islam

Pendidikan

: SMP

2. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan utama: Ny. B masuk RS dengan keluhan mengalami pendarahan yang
banyak sampai 4 kali gantin kain sarung dalam 1 malam.
b. Riwayat Kesehatan Sekarang :
Ny. B Riwayat P1A0, merasa lemas, pusing, keadaan tampak lemah,
konjungtiva anemis, mukosa bibir pecah-pecah dan kering, kuku kebiru-biruan,
ekstremitas dingin wajah tampak pucat, anoreksia, tampak pengeluaran lokhe
dan darah dari jalan lahir dan selaput plasenta 500 cc.
c. Riwayat Kesehatan Dahulu : -

14

d. Riwayat Kesehatan Keluarga : 3. Pemeriksaan fisik:

4.

Sistem Pernafasan
R
: 23 x/mnt
Sistem Kardiovaskuler
N
: 79 x/menit
Sistem Imun
S
: 38oC
TTV
o TD : 80/50 mmHg
o konjungtiva anemis
o mukosa bibir pecah-pecah dan kering
o kuku kebiru-biruan
o Ekstremitas dingin wajah tampak pucat
o anoreksia
o Tampak pengeluaran lokhea dan darah dari jalan lahir dan selaput plasenta
500 cc.
Pemeriksaan Laboraturium
- Hb
: 4gr/dl
- Golongan darah : O
- USG : terdapat sisa plasenta di cavum uteri
b.

15

3.4 Analisa Data


No
1.

Data
DS :

Etiologi
Kehilangan cairan

Problem
Kekurangan volume

aktif (perdarahan)

cairan

Ny. B mengatakan pada


malam hari setelah
persalinan tiba-tiba
keluar darah yang banyak
sampai 4 kali ganti kain
sarung dalam satu
malam, merasa lemah
dan pusing

DO :
-

Tampak lemah
Mukosa bibir pecah-

pecah dan kering


Anoreksia
Tampak pengeluaran
lokhea dan darah dari
jalan lahir disertai selaput

plasenta 500 cc
TTV: TD 80/50 mmHg,
Nadi 79 x/mnt, RR 23

x/mnt, suhu 38 celsius


golongan darah O,

2.

Haemoglobin 4 gr/dL
DS :

Penurunan jumlah

Ketidakefektifan

hemoglobin

perfusi jaringan perifer

Ny B mengatakan
melahirkan di rumah
pada tanggal 8 April
2016, jam 08.00,
ditolong oleh bidan,
plasenta lahir spontan
tapi tidak lengkap

DO :
-

kesadaran composmentis
wajah tampak pucat,

konjungtiva anemis
kuku kebiru-biruan
Haemoglobin 4 gr/dL
Nadi 79 x/i
USG : terdapat sisa
plasenta di cavum uteri

3.5 Diagnosa Keperawatan


1. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan aktif (perdarahan) ditandai dengan Ny. B mengatakan
pada malam hari setelah persalinan tiba-tiba keluar darah yang banyak, tampak lemah, mukosa bibir pecah-pecah, kering,
anoreksia, tampak pengeluaran lokhea dan darah dari jalan lahir disertai selaput plasenta 500 cc.
2. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan penurunan jumlah hemoglobin, plasenta lahir spontan tapi tidak
lengkap, kesadaran composmentis, wajah tampak pucat, konjungtiva anemis, kuku kebiru-biruan, haemoglobin 4 gr/dL dan

nadi 79 x/i.
3.6

Rencana Asuhan Keperawatan

Diagnosa

Tujuan/Kriteria Hasil

o
1.

Keperawatan
Kekurangan volume

Setelah dilakukan tindakan

cairan b.d

keperawatan selama 2x24

perdarahan post

jam diharapakan volume

partus

cairan dapat kembali


seimbang.
Kriteria Hasil:

Tidak merasa lemas

dan pusing
TTV dalam batas

normal
Wajah tidak pucat
Mukosa bibir lembab

Intervensi

Rasional

Berikan infus atau cairan intravena.

Berikan transfusi darah sesuai indikasi

dokter.
Monitor intake dan output setiap 5-10

menit .
Monitor tanda-tanda vital.
Evaluasi kandung kemih

Tidurkan pasien dengan posisi kaki lebih

Cairan intravena dapat meningkatkan


volume intravaskular
Transfusi darah membantu
menormalkan volume cairan tubuh.
Perubahan output merupakan tanda
adanya gangguan fungsi ginjal.
Perubahan tanda vital terjadi bila

tetap

perdarahan semakin hebat


Kandung kencing yang penuh

terlentang
Lakukan masage uterus dengan satu tangan
serta tangan lainnya diletakan diatas

menghalangi kontraksi uterus


Dengan kaki lebih tinggi akan

simpisis.
Batasi pemeriksaan vagina dan rektum.
Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian

memungkinkan darah keotak dan organ

tinggi

sedangkan

badannya

uterotonika ( bila perdarahan karena

lain.
Massage uterus merangsang kontraksi
uterus dan membantu pelepasan

atonia uteri )
Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian
antibiotik.

meningkatkan venous return dan

placenta, satu tangan diatas simpisis

mencegah terjadinya inversio uteri.


Uterotonika merangsang kontraksi

2.

Ketidakefektifan

Setelah dilakukan tindakan

Perfusi jaringan

keperawatan 3 x 34 jam,

perifer b.d

diharapkan ketidakefektifan

hipovolemik

Monitor tanda vital tiap 5-10 menit.


Catat perubahan warna kuku, mukosa

bibir, gusi dan lidah, suhu kulit.


Kaji ada / tidak adanya produksi ASI
perfusi jaringan perifer
Kolaborasi:
teratasi dengan kriteria hasil:
- Monitor kadar gas darah dan PH
- Berikan terapi oksigen.
- TTV dalam batas
-

uterus dan mengontrol perdarahan.


Antibiotik mencegah infeksi yang

mungkin terjadi karenaperdarahan.


Perubahan perfusi jaringan
menimbulkan perubahan pada tanda

keorgan vital, sirkulasi di jaingan


perifer berkurang sehingga
menimbulkan cyanosis dan suhu kulit

normal
Konjuntiva tidak
anemis
Hb dalam batas

vital.
Dengan vasokontriksi dan hubungan

yang dingin.
Perfusi yang jelek menghambat
produksi prolaktin dimana diperlukan

normal

dalam produksi ASI


perubahan kadar gas darah dan PH

merupakan tanda hipoksia jaringan


Oksigen diperlukan untuk
memaksimalkan transportasi sirkulasi
jaringan

BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Pendarahan Post Partum ( HPP ) merupakan perdarahan yang tejadi lebih dari
500-600 ml selama 24 jam setelah anak lahir. Termasuk perdarahan karena retensio
plasenta. Perdarahan post partum adalah perdarahan dalam kala IV lebih dari 500600 cc dalam 24 jam setelah anak dan plasenta lahir. Banyak factor yang
menyebabkan HPP terjadi, bias terjadi akibat retensio plasenta, robekan jalan lahir ,
dinding uterus yang tidak kua, ataupun karena adanya sisa plasenta yang tertinubggal.
Focus utama dari penanganan pasien yang mengalami HPP adalah
menghentikan pendarahan dan pantau keseimbangan cairan di dalam tubuh pasien,
mencegah terjadi nya shock hipovolemik.
4.3 Saran
Diharapkan kepada seorang perawat mampu memahami konsep dasar
dan perjalanan dari hiperemesis gravidarum agar dapat melakukan asuhan
keperawatan dengan baik dan benar serta dapat memberikan penkes, baik
kepada klien maupun keluarga klien untuk mendukung perawatan klien di luar
pemantauan perawat.

DAFTAR PUSTAKA

Manuaba. (2005). Ilmu Kebidaan Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana.


Jakarta: yayasan Bina Pustaka.

Maulana. (2008). Penyakit pada Kehamilan dan Pengobatannya. Yogyakarta:


Salemba Medika.
Mitayni. (2009). Asuhan Keperawatan Maternitas. Jakarta: Salemba Medika.
Rahmawati, A. P. & E. (2010). Kapita Selekta ASI & Menyusui. Yogyakarta: Nuha
Medika.
Roesli, U. (2008). Inisiasi Menyusui Dini Plus ASI Eksklusif. Jakarta: Pustaka Bunda.
Rose-Neil, W. (2008). Panduan Lengkap Perawatan Kehamilan. Jakarta: Dian
Rakyat.
Sitorus, R. (1999). Pedoman Perawatan Kesehatan Ibu dan Janin Selama Kehamilan.
Bandung: Pionir Jaya.
Stoppard, M. (2009). Panduan Mempersiapkan Kehamilan & Kelahiran untuk Calon
Ibu dan Ayah. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Sukowati. (2010). Model Konsep danTeori Keperawatan. Bandung: Refika Publish.
Winkjosastro, H. (2005). Anatomi fisiologi kehamilan. Jakarta: yayasan Bina Pustaka.

Lampiran
A.

Data Tutorial
Pembimbing Tutuorial
Ketua
Sekretaris
Hari, Tanggal

B.

: S.Kep.,Ns.,M.Kep
: Marini
: Ingwy Pratiwi
: Maret 2016
April 2016

Seven Jump
Step 1 : Klasifikasi Istilah

Oksitosin

: suatu hormon yang diproduksi di hipotalamus dan

diangkut lewat aliran aksoplasmik ke hipofisis posterior yang jika mendapatkan

stimulasi yang tepat hormon ini akan dilepas kedalam darah. Hormon ini di beri
nama oksitosin berdasarkan efek fisiologisnya yakni percepatan proses
persalinan dengan merangsang kontraksi otot polos uterus. Peranan fisiologik
lain yang dimiliki oleh hormon ini adalah meningkatkan ejeksi ASI dari kelenjar

mammae
Syok Hipovolemik

memasok darah yang cukup ke seluruh tubuh akibat volume darah yang kurang.
Cavum Uteri
: rongga yang ada di bagian uterus.
Rest Plasenta
: Rest plasenta merupakan tertinggalnya bagian

merupakan

kondisi

ketidakmampuan

jantung

plasenta dalam uterus yang dapat menimbulkan perdarahan post partum primer

atau perdarahan post partum sekunder


Konjungtiva anemis
: suatu kondisi dimana bagian dalam kelopak mata

bawah terlihat pucat.


Lokhea

terutama luka plasenta dan keluar melalui vagina.


Plasenta
: organ yang dibentuk dari jaringan pembuluh darah

: sekret luka yang berasal dari luka dalam rahim

dan menghubungkan janin yang sedang berkembang dengan dinding rahim


sehingga janin dapat menerima nutrisi, pertukaran gas melalui asupan darah ibu,
pertahanan melawan infeksi, dan memproduksi hormon yang dapat menyokong

kehamilan
Lahir spontan

: Bayi yang keluar melalui jalan lahir bersama dengan

plasenta nya.
Jalan Lahir
USG

: tempat bayi keluar/ bayi dilahirkan.


: kepanjangan dari Ultrasonography yang artinya adalah

alat yang prinsip dasarnya menggunakan gelombang suara frekuensi tinggi yang
tidak dapat didengar oleh telinga kita. Dengan alat USG ini sekarang
pemeriksaan organ-organ tubuh dapat dilakukan dengan aman (tidak ada Efek

radiasi)
Hemoglobin

: metaloprotein (protein yang mengandung zat besi) di

dalam sel darah merah yang berfungsi sebagai pengangkut oksigen dari paruparu ke seluruh tubuh

Pemeriksaan Golongan Darah

Suatu pemeriksaan yang dilakukan dengan

cara mengambil sample darah lalu dilakukan pemeriksaan di lab, untuk


mengetahui kandungan di dalam darah tersebut.
Step 2 : Analisa Masalah
1. Kenapa dilakukan pengkajian 1 hari setelah masuk Rumah Sakit ? ( Rifqah )
2. Kenapa malam hari tiba-tiba keluar darah yang banyak ? ( widya )
3. Apa yang menyebabkan masih tertinggalnya sisa plasenta di cavum uteri ?
4.
5.
6.
7.
8.

(wiwit)
Apa hubungan syok hipovolemik dengan hipertermi ? ( widya )
Kenapa diberikan drip oksitosin ? (dyna )
Apa tanda dari syok hipovolemik ? ( queen )
Kenapa pasien mengalami anoreksia ? ( febri )
Apakah ada hubungan nadi yang normal dengan nafas cepat, hipotensi dan Hb

yang menurun ? ( resky)


9. Apa maksud dari lahir spontan tapi tidak lengkap ? ( rifqah )
10. Mengapa bibir pecah-pecah dan kering, kuku kebiruan dan ekstermitas dingin ?
(dyna)
11. Apa ada hubungan lokhea dengan Hb yang menurun ? ( dyna )
12. Apa tindakan perawat pada rest plasenta ? ( Rifqah )
13. Apa dampak jika sisa plasenta tidak dikeluarkan ? ( widya )
14. Apa tindakan perawat setelah melakukan pengkajian ? ( febri )
Step 3 : Identifikasi Masalah
1. LO
2. LO
3. Banyak factor yang dapat menyebabkan tertinggalnya sisa plasenta di cavum
uteri, bisa terjadi karena dinding uterus ibu yang tidak kuat saat persalinan
berlangsung, sehingga ada bagian dari plasenta yang teringgal. Bisa juga
diakibatkan oleh kesalahan tim medis dalam melakukan persalinan secara
terburu-buru, sehingga saat persalinan plasenta ditarik tanpa mengecek lengkap
atau tidaknya plasenta yang keuar.
4. LO
5. Drip Oksitosin diberikan untuk megurangi pendarahan yang terjadi dengan cara
meningkatkan kontraksi dinding uterus, sehingga pembuluh darah yang terbuka
dapat kembali tertutup.

6. Tanda gejala syock hipovolemik yang muncul sama hanya ditambah tergantung
pada tingkat kehilangan volume darah, mulai ringan (<20%), sedang (20-40%),
hingga yang berat (>40%). Diantaranya sebagai berikut :
Denyut nadi cepat (Takikardi).
Tekanan darah menurun (hipotensi).
Cemas.
Ekstremitas menjadi dingin (cek akral )
Berkeringat.
Jumlah urine menurun.
Pernafasan tidak normal dangkal dan cepat (takipnea).
Tingkat kesaradan berubah.
7. Banyak faktor yang dapat menyebabkan pasien mengalami anoreksia, salah
satunya bisa terjadi karena adanya pendarahan, cairan yang keluar dari tubuh
pasien menyebabkan pasien kekurangan cairan dan energy, sehingga pasien
menjadi tidak nafsu makan.
8. lo
9. bayi keluar dari jalan lahir dengan plasenta yang keluar juga, akan tetapi plasenta
yang kluar tidak lengkap dan masih ada yang tertinggal di dalam cavum uteri.
10. lo
11. lokhea yang keluar merupakan darah yang keluar pada saat nifas berlangsung.
Darah yang keluar normal nya 200 270 cc, akan tetapi pada kasus lokhea keluar
hingga 500cc. hal ini berpengaruh terhadap kadar HB di dalam darah. Karena
volume darah yang menurun, maka kadar Hb di dalam darah juga menurun.
12. Lo
13. Jika sisa plasenta tidak dikeluarkan segera, maka akan terjadi pendarah yang
terus menerus, juga bisa terjadi infeksi, dan pada akhirnya dapat menyebabkan
kematian.
14. lo
Step 4 : Hipotesa
Diagnosa Medis : Pendarahan Post Partum
Masalah Keperawatan :
1.
2.
3.
4.

Kekurangan volume cairan


Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer
Hipertermi
Ansietas

Step 5 :Learning Objective (LO)


1. Pengkajian normalnya dilakukan saat baru pertama kali pasien masuk ke
Rumah Sakit, bisa jadi pengkajian yang dilakukan 1 hari setelah pasien masuk
Rumah sakit ini merupakan pengkajian lanjutan.
2. Yang menyebabkan darah keluar yaitu kontraksi uterus ibu setelah melahirkan
tidak adekuat sehingga menyebabkan perdarahan. Mekanisme ketika bayi
dilahirkan maka rahim ibu akan meregang, kontraksi tersebut membantu
menekan pembuluh darah dimana plasenta menempel jika rahim tidak
berkontraksi dengan kuat pembuluh darah akan melepaskan banyak darah dan
terjadilah perdarahan setelah melahirkan
4. sebenarnya pada kasus syok hipovolemik bukan yang menyebabkan
hipertermi. Karena pada kasus hasil pengkajian pasien dengan hipertermi di
dapat setelah melakukan tindakan keperawatan sebelumnya. Di duga
Hipertermi ini terjadi karna adanya infeksi dalam tubuh akibat rest plasenta
yang tidak di atasi selama 2 hari sejak pasien melahirkan secara spontan.
8. Perdarahan meenyebabkan volume darah menurun sedangkan di dalam sel
darah merah terkandung hemoglobin sehingga kehilangan banyak darah atau
perdarahan dapat menyebabkan terjadinya penurunan kadar hemoglobin.
Hemoglobin bertugas mengangkut oksigen ke jaringan dan sebaliknya akibat
jumlahnya yang menurun menyebabkan hantaran oksigen dan perfusi jaringan
menjadi tidak optimal yang mengakibatkan jaringan kekurangan oksigen
(hipoksia). Dalam keadaan sperti itu tubuh berkompensasi dengan
mempercepat laju frekuensi pernapasan untuk memenuhi kebutuhan oksigen.
Pada saat frekuensi pernapasan meningkat maka nadi pu juga akan meningkat
namun pada kasus nadi masih dalam batas normal.

Tekanan darah dipengaruhi oleh berbagai hal salah satunya adalah jumlah
volume darah, semakin banyak volume darah semakin tinggi juga curah
jantung dan tekanan darah meningkat. Dengan tejadinya perdarahan
menyebabkan volume darah dalam tubuh menjadi berkurang dan hal ity
berpengaruh pada curang jantung dan penurunan tekanan darah.

10. Perdarahan menyebabkan penurunan jumlah cairan intravaskular. sehingga


Hb dalam tubuh juga menurun, Hb yang berfungsi sebagai pengangkut
oksigen ke seluruh tubuh, menyebabkan suplai oksigen ke jaringan tubuh
menurun dan terjadi hipoksia jaringan, kompensasi tubuh menyebabkan darah
di prioritaskan mengalir ke organ organ penting bagi tubuh, sehingga dapat
menyebabkan daerah ke ekstremitas kurang mendapatkan aliran darah.
12. Tindakan untuk rest plasenta
a. Resusitasi dengan pemberian oksigen, pemberian RL IV ataupun
transfusi darah
b. Pemberian drip oksitosin
c. Lakukan penarikan plasenta secara terkendali saat ada kontraksi uterus
(Brandt Andrews) atau jika tidak berhasil gunakan drip oksitosin tetapi
jika tidak barhasil juga maka lakukan kuretase
14. Tindakan perawat setelah pengkajian yaitu meganalisa data yang didapatkan
dari klien, lalu menegakkan diagnosa keperawatan dengan tepat kemudian
merancang asuhan keperawatan yang sesuai dengan kebutuhan dasar manusia.
Rencana asuhan keperawatan memuat tujuan yang ingin dicapai

dengan

indikator kriteria hasil diharapkan gejala dan keluhan yang dirasakan klien
dapat berkurang bahkan hilang.

Anda mungkin juga menyukai