PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Masa nifas (puerpunium) menurut Sarwono Prawirohardjo adalah dimulai
setelah plasenta lahir dan berakhir ketika alat-alat kandunagn kembali seperti keadaan
semula atau sebelum hamil, yang berlangsung kira-kira 6 minggu. Masa nifas
menurut Rustam Muchtar adalah masa pulih kembali dimulai dari persalinan selesai
sampai alat-alat kandunagn sampai seperti prahamil lamanya 6-8 minggu. Definisi
lain masa nifas adalah masa sesudah persalinan yang diperlukan untuk pulihnya
kembali alat kandungan yang lamanya 6 minggu. Menurut Hafina Wiknjosastro, masa
nifas adalah dimulai setelah persalinan selesaindan berakhir setelah kira-kira 6
minggu. Masa post partum dibagi dalam tiga tahap : Immediate post partum dalam 24
jam pertama, Early post partum period (minggu pertama) dan Late post partum period
( minggu kedua sampai minggu ke enam
Bahaya terbesar yang biasanya terjadi pada masa nifas adalah moragi atau
perdarahan. Oleh karena itu, pengkajian tanda fital, syok hipovolemik, tinggi fundus
uterus(untuk mengetahui intensitas kontraksi), distensi urin, sifat dan jumlah lokia,
hemostatis perinium, ketidak nyamanan, bonding attachemnt, dan status emosioanal
sangat penting dilakukan untuk mengurangi baya masa nifas.
Selain perdarahan, ada juga bahaya lain yang mengacam ibu, yaitu infeksi
pada masa nifas. Intervensi terhadap gangguan ini difokuskan untuk mencegah
infeksi dan meningkatkan proses penyembuhan dengan perawatan asepsis, kebersihan
diri, perawatan perinium, perawatan hemorogi, peningkatan eliminasi, pengkajian
terhadap involusi uteri, lokia, episiotomi, dan after pain. Bidan yang mengajarkan
tentang perawatan payudara dan teknik menyusui Bidan juga memeberi informasi
tentang aktifitas,istirahat, latihan,makanan, cairan, perawatan kulit, hubungan
seksual, fisiologi pasca partum, pelayanan kesehatan ibu, tanda-tanda bahaya dan
kunjungan ulang 6 minggu pascapartum.
meliputi definisi,
1. Struktur Eksterna
a. Vulva
Vulva adalah nama yang diberikan untuk struktur genetalia externa.
Kata ini berarti penutup atau pembungkus yang berbentuk lonjong,
berukuran panjang, mulai klitoris, kanan kiri dibatasi bibir kecil
sampai ke belakang dibatasi perineum.
b. Mons pubis
Mons pubis atau mons veneris adalah jaringan lemak subkutan
berbentuk bulat yang lunak dan padat serta merupakan jaringan ikat
jarang di atas simfisis pubis. Mons pubis mengandung banyak kelenjar
sebasea dan ditumbuhi rambut berwarna hitam, kasar, dan ikal pada
masa pubertas, mons berperan dalam sensualitas dan melindungi
simfisis pubis selama koitus.
c. Labia Mayor
Labia mayora adalah dua lipatan kulit panjang melengkung yang
menutupi lemak dan jaringan kulit yang menyatu dengan mons pubis.
Keduanya memanjang dari mons pubis ke arah bawah mengililingi
labia minora, berakhir di perineum pada garis tengah. Labia mayora
dinamai glans dan lebih sensitif dari pada badannya. Saat wanita
secara seksual terangsang, glans dan badan klitoris membesar. Kelenjar
sebasea klitoris menyekresi smegma, suatu substansi lemak seperti
keju yang memiliki aroma khas dan berfungsi sebagai feromon. Istilah
klitoris berasal dari kata dalam bahasa yunani, yang berarti kunci
karena klitoris dianggap sebagai kunci seksualitas wanita. Jumlah
pembuluh darah dan persarafan yang banyak membuat klitoris sangat
sensitif terhadap suhu, sentuhan dan sensasi tekanan.
f. Vestibulum
Vestibulum ialah suatu daerah yang berbentuk seperti perahu atau
lojong, terletak di antara labia minora, klitoris dan fourchette.
Vestibulum terdiri dari muara uretra, kelenjar parauretra, vagina dan
kelenjar paravagina. Permukaan vestibulum yang tipis dan agak
berlendir mudah teriritasi oleh bahan kimia. Kelenjar vestibulum
mayora adalah gabungan dua kelenjar di dasar labia mayora, masingmasing satu pada setiap sisi orifisium vagina.
g. Fourchette
Fourchette adalah lipatan jaringan transversal yang pipih dan tipis, dan
terletak pada pertemuan ujung bawah labia mayora dan minora di garis
tengah di bawah orifisium vagina. Suatu cekungan dan fosa navikularis
terletak di antara fourchette dan himen.
h. Perineum
Perineum adalah daerah muskular yang ditutupi kulit antara introitus
vagina dan anus.
2. Struktur Interna
a. Ovarium
Sebuah ovarium terletak di setiap sisi uterus, di bawah dan di belakang tuba
falopi. Dua lagamen mengikat ovarium pada tempatnya, yakni bagian
mesovarium ligamen lebar uterus, yang memisahkan ovarium dari sisi dinding
pelvis lateral kira-kira setinggi krista iliaka anterosuperior, dan ligamentum
ovari proprium, yang mengikat ovarium ke uterus. Dua fungsi ovarium adalah
menyelenggarakan ovulasi dan memproduksi hormon. Saat lahir, ovarium
wanita normal mengandung banyak ovum primordial. Di antara interval
selama masa usia subur ovarium juga merupakan tempat utama produksi
hormon seks steroid dalam jumlah yang dibutuhkan untuk pertumbuhan,
perkembangan, dan fungsi wanita normal.
b. Tuba Fallopi
Sepasang tuba fallopi melekat pada fundus uterus. Tuba ini memanjang ke
arah lateral, mencapai ujung bebas legamen lebar dan berlekuk-lekuk
mengelilingi setiap ovarium. Panjang tuba ini kira-kira 10 cm dengan
berdiameter 0,6 cm. Tuba fallopi merupakan jalan bagi ovum. Ovum didorong
di sepanjang tuba, sebagian oleh silia, tetapi terutama oleh gerakan peristaltis
lapisan otot. Esterogen dan prostaglandin mempengaruhi gerakan peristaltis.
Aktevites peristaltis tuba fallopi dan fungsi sekresi lapisan mukosa yang
terbesar ialah pada saat ovulasi.
c. Uterus
Uterus adalah organ berdinding tebal, muskular, pipih, cekung yang tampak
mirip buah pir yang terbalik. Uterus normal memiliki bentuk simetris, nyeri
bila di tekan, licin dan teraba padat. Uterus terdiri dari tiga bagian, fudus yang
merupakan tonjolan bulat di bagian atas dan insersituba fallopi, korpus yang
merupakan bagian utama yang mengelilingi cavum uteri, dan istmus, yakni
bagian sedikit konstriksi yang menghubungkan korpus dengan serviks dan
dikenal sebagai sekmen uterus bagian bawah pada masa hamil. Tiga fungsi
uterus adalah siklus menstruasi dengan peremajaan endometrium, kehamilan
dan persalinan.
Dinding uterus terdiri dari tiga lapisan :
1) Endometrium yang mengandung banyak pembuluh darah ialah suatu
lapisan membran mukosa yang terdiri dari tiga lapisan : lapisan permukaan
padat, lapisan tengah jaringan ikat yang berongga, dan lapisan dalam padat
yang menghubungkan indometrium dengan miometrium.
2) Miometrum yang tebal tersusun atas lapisan lapisan serabut otot polos
yang membentang ke tiga arah. Serabut longitudinal membentuk lapisan luar
miometrium, paling benyak ditemukan di daerah fundus, membuat lapisan ini
sangat cocok untuk mendorong bayi pada persalinan.
3) Peritonium perietalis, Suatu membran serosa, melapisi seluruh korpus uteri,
kecuali seperempat permukaan anterior bagian bawah, di mana terdapat
kandung kemih dan serviks. Tes diagnostik dan bedah pada uterus dapat
dilakukan tanpa perlu membuka rongga abdomen karena peritonium perietalis
tidak menutupi seluruh korpus uteri.
d. Vagina
Vagina adalah suatu tuba berdinding tipis yang dapat melipat dan mampu
meregang secara luas. Mukosa vagina berespon dengan cepat terhadap
stimulai esterogen dan progesteron. sel-sel mukosa tanggal terutama selama
siklus menstruasi dan selama masa hamil. Sel-sel yang di ambil dari mukosa
vagina dapat digunakan untuk mengukur kadar hormon seks steroid. Cairan
vagina berasal dari traktus genetalis atas atau bawah. Cairan sedikit asam.
Interaksi antara laktobasilus vagina dan glikogen mempertahankan keasaman.
Apabila pH nik diatas lima, insiden infeksi vagina meningkat. Cairan yang
terus mengalir dari vagina mempertahankan kebersihan relatif vagina.
2.2 Definisi
Perdarahan postpartum adalah perdarahan lebih dari 500-600 ml selama
24 jam setelah anak lahir. Termasuk perdarahan karena retensio plasenta.
Perdarahan post partum adalah perdarahan dalam kala IV lebih dari 500600 cc dalam 24 jam setelah anak dan plasenta lahir
(Prof. Dr. Rustam Mochtar, MPH, 1998).
Haemoragic Post Partum (HPP) adalah hilangnya darah lebih dari 500 ml
dalam 24 jam pertama setelah lahirnyabayi
(Williams, 1998)
HPP biasanya kehilangan darah lebih dari 500 ml selama atau setelah
kelahiran
(Marylin E Dongoes, 2001)
2.3 Etiologi
a.
2.4 Klasifikasi
1.
2.
Gejala yang selalu ada: Uterus tidak berkontraksi dan lembek dan
perdarahan segera setelah anak lahir (perarahan postpartum primer).
Gejala yang kadang-kadang timbul: Syok (tekanan darah rendah,
denyut nadi cepat dan kecil, ekstremitas dingin, gelisah, mual dan lainlain).
b) Robekan jalan lahir
Gejala yang selalu ada: perdarahan segera, darah segar mengalir segera
setelah bayi lahir, kontraksi uteru baik, plasenta baik.
c) Retensio plasenta
Gejala yang selalu ada: plasenta belum lahir setelah 30 menit,
perdarahan segera, kontraksi uterus baik.
d) Tertinggalnya plasenta (sisa plasenta)
Gejala yang selalu ada : plasenta atau sebagian selaput (mengandung
pembuluh darah) tidak lengkap dan perdarahan segera.
e) Inversio uterus
Gejala yang selalu ada: uterus tidak teraba, lumen vagina terisi massa,
tampak tali pusat (jika plasenta belum lahir), perdarahan segera, dan
nyeri sedikit atau berat.
(Sumber: Nanda Nic Noc Jilid 3 2015)
2.6 Patofisiologi
Pada dasarnya perdarahan terjadi karena pembuluh darah didalam uterus masih
terbuka. Pelepasan plasenta memutuskan pembuluh darah dalam stratum
spongiosum sehingga sinus-sinus maternalis ditempat insersinya plasenta terbuka.
Pada waktu uterus berkontraksi, pembuluh darah yang terbuka tersebut akan
menutup, kemudian pembuluh darah tersumbat oleh bekuan darah sehingga
perdarahan akan terhenti. Adanya gangguan retraksi dan kontraksi otot uterus,
akan menghambat penutupan pembuluh darah dan menyebabkan perdarahan yang
banyak. Keadaan demikian menjadi faktor utama penyebab perdarahan paska
10
11
yang dipenuhi 90% darah di ginjal. Bila hal ini terus terjadi maka akan
menyebabkan ibu tidak bisa terselamatkan.
2. Anemia
Anemia terjadi akibat banyaknya darah yang keluar dan menyebabkan perubahan
hemostasis dalam darah, juga termasuk hematokrit darah. Anemia dapat berlanjut
menjadi masalah apabila tidak ditangani, yaitu pusing dan tidak bergairah dan juga
akan berdampak juga pada asupan ASI bayi.
3. Sindro Sheehan
Hal ini terjadi karena, akibat jangka panjang dari perdarahan postpartum sampai
syok. Sindrom ini disebabkan karena hipovolemia yang dapat menyebabkan
nekrosis kelenjar hipofisis. Nekrosis kelenjar hipofisi dapat mempengaruhi sistem
endokrin.
2.9 Penatalaksanaan
Penanganan pada perdarahan postpartum terdapat dua bagian sebagai berikut :
1. Suportif, yaitu perbaikan keadaan umum, penambahan cairan, dan darah serta
komponen - komponennya.
2. Kausatif, yaitu dengan melakukan identifikasi penyebab perdarahan dan usaha
untuk menghentikannya.
3. Ada beberapa cara untuk menghentikan perdarahan, yaitu :
A.
Pemberian uterotonika dengan oksitosin, metil ergometrin atau
prostaglandin.
B.
Hemostasis secara mekanis dengan manual plasenta, kuret sisa
plasenta, kompresimanual ataupun packing.
C.
Pembedahan, yaitu penjahitan laserasi, ligasi pembuluh darah,
ataupundilakukan histerektomi.
Tujuan utama penanganan perdarahan postpartum adalah :
12
BAB III
TINJAUAN KASUS
3.1 Skenario Kasus
Ny. B usia 22 tahun, suku jawa, agama islam, pendidikan SMP, pekerjaan IRT,
menikah 1 kali dengan suami nama Tn. Usia 26 tahun, agama islam, pendidikan SMP.
Ny B dirawat di RS sejak 9 april 2016 pukul 11:30 WIB. Dan dilakukan pengkajian:
10 april 2016 pukul 11:30 WIB. Berdasarkan " Data Subyektif" Ny B P1A0,
melahirkan dirumah pada tanggal 8 april 2016 jam 08:00, di tolong oleh bidan.
Plasenta lahir spontan tapi tidak lengkap. Pada malam hari tiba-tiba keluar darah yang
banyak sampai 4 kali ganti kain sarung dalam 1 malam. Ny B merasa lemah, pusing,
"Data Obyektif" keadaan umum tampak lemah, kesadaran compos mentis, wajah
tampak pucat, konjungtiva anemis, mukosa bibir pecah-pecah dan kering, kuku
kebiru-biruan, ekstremitas dingin, seluruh tubuh tampak pucat, anoreksia, tampak
pengeluaran lokhea dan darah dari jalan lahir di sertai selaput plasenta 500 cc.
Terpasang Infus RL botol ke I- drip oksitoksin 1 ampul tetesan 25x/menit.
Berdasarkan Pemeriksaan TTV : TD : 80/50 mmHg, Nadi 79 x/menit, respirasi
23x/mnt, hipertermi, Suhu 38celcius. Pemeriksaan labor yang telah dilakukan
holongan darah O, Hb 4 g/dl. Berdasarkan hasil USG terdapat sisa plasenta di cavum
13
uteri. Analisa medis rest plasenta, potensial syok hipovolemik, Tn C tampak cemas,
mengatakan tidak tahu apa yang harus dilakukan dan sering menanyakan kondisi
istrinya.
3.2 WOC
3.3 Pengkajian
1. Identitas Klien
Nama
: Ny. B
Umur
: 22 tahun
Jenis Kelamin
: Perempuan
Agama
: Islam
Pendidikan
: SMP
Pekerjaan
: IRT
: Tn C
Usia
: 26 tahun
Jenis kelamin
: laki-laki
Agama
: Islam
Pendidikan
: SMP
2. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan utama: Ny. B masuk RS dengan keluhan mengalami pendarahan yang
banyak sampai 4 kali gantin kain sarung dalam 1 malam.
b. Riwayat Kesehatan Sekarang :
Ny. B Riwayat P1A0, merasa lemas, pusing, keadaan tampak lemah,
konjungtiva anemis, mukosa bibir pecah-pecah dan kering, kuku kebiru-biruan,
ekstremitas dingin wajah tampak pucat, anoreksia, tampak pengeluaran lokhe
dan darah dari jalan lahir dan selaput plasenta 500 cc.
c. Riwayat Kesehatan Dahulu : -
14
4.
Sistem Pernafasan
R
: 23 x/mnt
Sistem Kardiovaskuler
N
: 79 x/menit
Sistem Imun
S
: 38oC
TTV
o TD : 80/50 mmHg
o konjungtiva anemis
o mukosa bibir pecah-pecah dan kering
o kuku kebiru-biruan
o Ekstremitas dingin wajah tampak pucat
o anoreksia
o Tampak pengeluaran lokhea dan darah dari jalan lahir dan selaput plasenta
500 cc.
Pemeriksaan Laboraturium
- Hb
: 4gr/dl
- Golongan darah : O
- USG : terdapat sisa plasenta di cavum uteri
b.
15
Data
DS :
Etiologi
Kehilangan cairan
Problem
Kekurangan volume
aktif (perdarahan)
cairan
DO :
-
Tampak lemah
Mukosa bibir pecah-
plasenta 500 cc
TTV: TD 80/50 mmHg,
Nadi 79 x/mnt, RR 23
2.
Haemoglobin 4 gr/dL
DS :
Penurunan jumlah
Ketidakefektifan
hemoglobin
Ny B mengatakan
melahirkan di rumah
pada tanggal 8 April
2016, jam 08.00,
ditolong oleh bidan,
plasenta lahir spontan
tapi tidak lengkap
DO :
-
kesadaran composmentis
wajah tampak pucat,
konjungtiva anemis
kuku kebiru-biruan
Haemoglobin 4 gr/dL
Nadi 79 x/i
USG : terdapat sisa
plasenta di cavum uteri
nadi 79 x/i.
3.6
Diagnosa
Tujuan/Kriteria Hasil
o
1.
Keperawatan
Kekurangan volume
cairan b.d
perdarahan post
partus
dan pusing
TTV dalam batas
normal
Wajah tidak pucat
Mukosa bibir lembab
Intervensi
Rasional
dokter.
Monitor intake dan output setiap 5-10
menit .
Monitor tanda-tanda vital.
Evaluasi kandung kemih
tetap
terlentang
Lakukan masage uterus dengan satu tangan
serta tangan lainnya diletakan diatas
simpisis.
Batasi pemeriksaan vagina dan rektum.
Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian
tinggi
sedangkan
badannya
lain.
Massage uterus merangsang kontraksi
uterus dan membantu pelepasan
atonia uteri )
Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian
antibiotik.
2.
Ketidakefektifan
Perfusi jaringan
keperawatan 3 x 34 jam,
perifer b.d
diharapkan ketidakefektifan
hipovolemik
normal
Konjuntiva tidak
anemis
Hb dalam batas
vital.
Dengan vasokontriksi dan hubungan
yang dingin.
Perfusi yang jelek menghambat
produksi prolaktin dimana diperlukan
normal
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Pendarahan Post Partum ( HPP ) merupakan perdarahan yang tejadi lebih dari
500-600 ml selama 24 jam setelah anak lahir. Termasuk perdarahan karena retensio
plasenta. Perdarahan post partum adalah perdarahan dalam kala IV lebih dari 500600 cc dalam 24 jam setelah anak dan plasenta lahir. Banyak factor yang
menyebabkan HPP terjadi, bias terjadi akibat retensio plasenta, robekan jalan lahir ,
dinding uterus yang tidak kua, ataupun karena adanya sisa plasenta yang tertinubggal.
Focus utama dari penanganan pasien yang mengalami HPP adalah
menghentikan pendarahan dan pantau keseimbangan cairan di dalam tubuh pasien,
mencegah terjadi nya shock hipovolemik.
4.3 Saran
Diharapkan kepada seorang perawat mampu memahami konsep dasar
dan perjalanan dari hiperemesis gravidarum agar dapat melakukan asuhan
keperawatan dengan baik dan benar serta dapat memberikan penkes, baik
kepada klien maupun keluarga klien untuk mendukung perawatan klien di luar
pemantauan perawat.
DAFTAR PUSTAKA
Lampiran
A.
Data Tutorial
Pembimbing Tutuorial
Ketua
Sekretaris
Hari, Tanggal
B.
: S.Kep.,Ns.,M.Kep
: Marini
: Ingwy Pratiwi
: Maret 2016
April 2016
Seven Jump
Step 1 : Klasifikasi Istilah
Oksitosin
stimulasi yang tepat hormon ini akan dilepas kedalam darah. Hormon ini di beri
nama oksitosin berdasarkan efek fisiologisnya yakni percepatan proses
persalinan dengan merangsang kontraksi otot polos uterus. Peranan fisiologik
lain yang dimiliki oleh hormon ini adalah meningkatkan ejeksi ASI dari kelenjar
mammae
Syok Hipovolemik
memasok darah yang cukup ke seluruh tubuh akibat volume darah yang kurang.
Cavum Uteri
: rongga yang ada di bagian uterus.
Rest Plasenta
: Rest plasenta merupakan tertinggalnya bagian
merupakan
kondisi
ketidakmampuan
jantung
plasenta dalam uterus yang dapat menimbulkan perdarahan post partum primer
kehamilan
Lahir spontan
plasenta nya.
Jalan Lahir
USG
alat yang prinsip dasarnya menggunakan gelombang suara frekuensi tinggi yang
tidak dapat didengar oleh telinga kita. Dengan alat USG ini sekarang
pemeriksaan organ-organ tubuh dapat dilakukan dengan aman (tidak ada Efek
radiasi)
Hemoglobin
dalam sel darah merah yang berfungsi sebagai pengangkut oksigen dari paruparu ke seluruh tubuh
(wiwit)
Apa hubungan syok hipovolemik dengan hipertermi ? ( widya )
Kenapa diberikan drip oksitosin ? (dyna )
Apa tanda dari syok hipovolemik ? ( queen )
Kenapa pasien mengalami anoreksia ? ( febri )
Apakah ada hubungan nadi yang normal dengan nafas cepat, hipotensi dan Hb
6. Tanda gejala syock hipovolemik yang muncul sama hanya ditambah tergantung
pada tingkat kehilangan volume darah, mulai ringan (<20%), sedang (20-40%),
hingga yang berat (>40%). Diantaranya sebagai berikut :
Denyut nadi cepat (Takikardi).
Tekanan darah menurun (hipotensi).
Cemas.
Ekstremitas menjadi dingin (cek akral )
Berkeringat.
Jumlah urine menurun.
Pernafasan tidak normal dangkal dan cepat (takipnea).
Tingkat kesaradan berubah.
7. Banyak faktor yang dapat menyebabkan pasien mengalami anoreksia, salah
satunya bisa terjadi karena adanya pendarahan, cairan yang keluar dari tubuh
pasien menyebabkan pasien kekurangan cairan dan energy, sehingga pasien
menjadi tidak nafsu makan.
8. lo
9. bayi keluar dari jalan lahir dengan plasenta yang keluar juga, akan tetapi plasenta
yang kluar tidak lengkap dan masih ada yang tertinggal di dalam cavum uteri.
10. lo
11. lokhea yang keluar merupakan darah yang keluar pada saat nifas berlangsung.
Darah yang keluar normal nya 200 270 cc, akan tetapi pada kasus lokhea keluar
hingga 500cc. hal ini berpengaruh terhadap kadar HB di dalam darah. Karena
volume darah yang menurun, maka kadar Hb di dalam darah juga menurun.
12. Lo
13. Jika sisa plasenta tidak dikeluarkan segera, maka akan terjadi pendarah yang
terus menerus, juga bisa terjadi infeksi, dan pada akhirnya dapat menyebabkan
kematian.
14. lo
Step 4 : Hipotesa
Diagnosa Medis : Pendarahan Post Partum
Masalah Keperawatan :
1.
2.
3.
4.
Tekanan darah dipengaruhi oleh berbagai hal salah satunya adalah jumlah
volume darah, semakin banyak volume darah semakin tinggi juga curah
jantung dan tekanan darah meningkat. Dengan tejadinya perdarahan
menyebabkan volume darah dalam tubuh menjadi berkurang dan hal ity
berpengaruh pada curang jantung dan penurunan tekanan darah.
dengan
indikator kriteria hasil diharapkan gejala dan keluhan yang dirasakan klien
dapat berkurang bahkan hilang.