Anda di halaman 1dari 39

KUMPULAN TUGAS PRAKTIK KEPERAWATAN

MATERNITAS

PRODI DIII KEPERAWATAN

Dosen Pembimbing: Hj. Endang Suartini

Disusun oleh:

Nama : Luvi Hapysari

Tingkat : 2B/D3 Keperawatan

NIM : P27901119080

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN

POLITEKNIK KESEHATAN BANTEN

TAHUN AKADEMIK 2020/2021


POST NATAL CARE

A. Konsep Penyakit
1. Pengertian
Post natal care atau masa nifas merupakan masa kritis baik bagi ibu maupun
bayinya maka diperlukan asuhan keperawatan pada masa nifas. Masa nifas
dimulai sejak 2 jam pertama setelah lahirnya plasenta sampai dengan 6
minggu/42 hari setelah itu. Selama masa nifas, ibu akan mengalami
perubahan fisiologis. Perubahan terjadi pada sistem reproduksinya.
Perubahan pada sistem reproduksi tersebut diantaranya adalah payudara
(mamae), involutio uterus, pengeluaran lokia, perubahan pada endometrium,
serviks, vulva dan vagina, dan pada perineum (Maritalia, 2012).
Post Natal Care atau Post Partum adalah masa setelah plasenta lahir dan
berakhir ketika alat-alat kandungan kembali pada keadaan sebelum hamil,
masa post partum berlangsung selama 6 minggu (Wahyuningsih, 2019).
2. Anatomi
Sistem reproduksi wanita terdiri dari organ interna, yang terletak di dalam
rongga pelvis dan ditopang oleh lantai pelvis, dan genetalia eksterna, yang
terletak di perineum. Struktur reproduksi interna dan eksterna berkembang
menjadi matur akibat rangsang hormon estrogen dan progesteron (Arma,
2015)
a. Struktur eksterna
1) Mons Pubis
Mons pubis adalah jaringan lemak subkutan berbentuk lunak dan
padat serta mengandung banyak kelenjar sebasea (minyak) yang
ditumbuhi rambut berwarna hitam, kasar, dan ikal pada masa
pubertas, mons berperan dalam sensualitas dan melindungi simfisis
pubis selama koitus
2) Labia Mayora
Labia mayora adalah dua lipatan kulit panjang melengkung yang
menutupi lemak dan jaringan ikat yang menyatu dengan mons
pubis. Sensitivitas labia mayora terhadap sentuhan, nyeri dan suhu
tinggi, hal ini di akibatkan adanya jaringan saraf yang menyebar
luas yang juga berfungsi selama rangsangan seksual.
Pada wanita yang belum pernah melahirkan anak pervaginam,
kedua labia mayora terletak berdekatan di garis tengah, menutupi
stuktur-struktur di bawahnya. Setelah melahirkan anak dan
mengalami cedera pada vagina atau pada perineum, labia sedikit
terpisah dan bahkan introitus vagina terbuka.
3) Labia Minora
Labia minora adalah lipatan kulit panjang, sempit dan tidak
berambut yang memanjang ke arah bawah klitoris dan menyatu
dengan fourchette, terdapat banyak pembuluh darah sehingga
tampak kemerahan, dan memungkankan labia minora membengkak,
bila ada stimulus emosional atau stimulus fisik. Kelenjar-kelenjar di
labia minora juga melumasi vulva. Suplai saraf yang sangat banyak
membuat labia minora sensitif, sehingga meningkatkan fungsi
erotiknya
4) Klistoris
Klistoris adalah organ pendek berbentuk silinder dan erektil,
mengandung banyak pembuluh darah dan saraf sensoris sehingga
sangat sensitive. Fungsi utama klitoris adalah menstimulasi dan
meningkatkan ketegangan seksual.
5) Vestibulum
Vestibulum merupakan rongga yang berada diantara bibir kecil
(labia minora) dibatasi oleh klitoris dan perinium. Vestibulum
terdiri dari muara uretra, kelenjar parauretra, vagina dan kelenjar
paravagina. Permukaan vestibulum yang tipis dan agak berlendir
mudah teriritasi oleh bahan kimia. Kelenjar vestibulum mayora
adalah gabungan dua kelenjar di dasar labia mayora, masing-masing
satu pada setiap sisi orifisium vagina.
6) Fourchette
Fourchette adalah lipatan jaringan tranversal yang pipih dan tipis,
terletak pada pertemuan ujung bawah labia mayora dan minora di
garis tengah di bawah orifisium vagina
7) Perineum
Perineum adalah daerah muskular yang ditutupi kulit antara
introitus vagina dan anus, panjangnya kurang lebih 4 cm
b. Struktur interna
1) Vagina
Vagina merupakan suatu tuba berdinding tipis yang dapa melipat
dan mampu meregang secara luas. Mukosa vagina berespon
dengan cepat terhadap stimulai esterogen dan progesteron. sel-
sel mukosa tanggal terutama selama siklus menstruasi dan
selama masa hamil. Cairan vagina berasal dari traktus genetalis
atas ataum bawah. Cairan sedikit asam, interaksi antara
laktobasilus vagina dan glikogen mempertahankan keasaman.
Apabila pH naik diatas lima, insiden infeksi vagina meningkat.
Cairan yang terus mengalir dari vagina mempertahankan
kebersihan relatif vagina.
2) Uterus
Uterus adalah organ berdinding tebal, muskular, pipih, cekung
yang tampak mirip buah pir yang terbalik. Uterus normal
memiliki bentuk simetris, nyeri bila di tekan, licin dan teraba
padat. Uterus terdiri dari tiga bagian, fudus yang merupakan
tonjolan bulat di bagian atas dan insersituba fallopi, korpus yang
merupakan bagian utama yang mengelilingi cavum uteri, dan
istmus, yakni bagian sedikit konstriksi yang menghubungkan
korpus dengan serviks dan dikenal sebagai sekmen uterus bagian
bawah pada masa hamil. Tiga fungsi uterus adalah siklus
menstruasi dengan peremajaan endometrium, kehamilan dan
persalinan.
3) Tuba falopi
Sepasang tuba fallopi melekat pada fundus uterus. Tuba ini
memanjang ke arah lateral, mencapai ujung bebas legamen
lebardan berlekuk-lekuk mengelilingi setiap ovarium. Panjang
tuba ini kira-kira 10 cm dengan berdiameter 0,6 cm. Tuba fallopi
merupakan jalan bagi ovum
4) Ovarium
Sebuah ovarium terletak di setiap sisi uterus, di bawah dandi
belakang tuba falopi. Dua ligamen mengikat ovarium pada
tempatnya, yakni bagian mesovarium ligamen lebar uterus, yang
memisahkan ovarium dari sisi dinding pelvis lateral kira-kira
setinggi krista iliaka antero superior, dan ligamentum ovari
proprium, yang mengikat ovarium ke uterus. Dua fungsi ovarium
adalah menyelenggarakan ovulasi dan memproduksi hormon.
3. Manifestasi Klinik
Periode post partum ialah masa enam minggu sejak bayi lahir sampai organ-
organ reproduksi kembali ke keadaan normal sebelum hamil. Periode ini
kadang-kadang disebut puerperium atau trimester keempat kehamilan.
a. Sistem Reproduksi
1) Proses involusi
Proses kembalinya uterus ke keadaan sebelum hamil setelah
melahirkan, proses ini dimulai segera setelah plasenta keluar akibat
kontraksi otot-otot polos uterus
2) Kontraksi
Intensitas kontraksi uterus meningkat secara bermakna segera
setelah bayi lahir, hormon oksigen yang dilepas dari kelenjar
hipofisis memperkuat dan mengatur kontraksi uterus, mengopresi
pembuluh darah dan membantu hemostasis. Salama 1-2 jam
pertama pasca partum intensitas kontraksi uterus bisa berkurang dan
menjadi tidak teratur. Untuk mempertahankan kontraksi uterus,
suntikan oksitosin secara intravena atau intramuskuler diberikan
segera setelah plasenta lahir
3) Tempat Plasenta
Segera setelah plasenta dan ketuban dikeluarkan, kontraksi vaskular
dan trombus menurunkan tempat plasenta ke suatu area yang
meninggi dan bernodul tidak teratur. Pertumbuhan endometrium ke
atas menyebapkan pelepasan jaringan nekrotik dan mencegah
pembentukan jaringan parut yang menjadi karakteristik
penyembuha luka. Regenerasi endometrum, selesai pada akhir
minggu ketiga masa pasca partum, kecuali pada bekas tempat
plasenta.
4) Lochea
Lochea rubra terutama mengandung darah dan debris desidua dan
debris trofoblastik. Lochea serosa terdiri dari darah lama, serum,
leukosit dan denrus jaringan. Sekitar 10 hari setelah bayi lahir,
cairan berwarna kuning atau putih. Lochea alba mengandung
leukosit, desidua, sel epitel, mukus, serum dan bakteri. Lochea alba
bisa bertahan 2-6 minggu setelah bayi lahir.
5) Serviks
Serviks setinggi segmen bawah uterus tetap edematosa, tipis, dan
rapuh selama beberapa hari setelah ibu melahirkan. 18 jam pasca
partum, serviks memendek dan konsistensinya menjadi lebih padat
dan kembali ke bentuk semula. Serviks setinggi segmen bawah
uterus tetap edematosa, tipis, dan rapuh selama beberapa hari
setelah ibu melahirkan.
6) Vagina dan perineum
Vagina yang semula sangat teregang akan kembali secara bertahap
ke ukuran sebelum hamil, 6-8 minggu setelah bayi lahir.
b. Sistem Endokrin
1) Hormon plasenta
Penurunan hormon human plasental lactogen, esterogen dan
kortisol, serta placental enzyme insulinase membalik efek
diabetagenik kehamilan. Sehingga kadar gula darah menurun secara
yang bermakna pada masa puerperium. Kadar esterogen dan
progesteron menurun secara mencolok setelah plasenta keluar,
penurunan kadar esterogen berkaitan dengan pembengkakan
payudara dan diuresis cairan ekstra seluler berlebih yang
terakumulasi selama masa hamil
2) Hormon hipofisis
Waktu dimulainya ovulasi dan menstruasi pada wanita menyusui
dan tidak menyusui berbeda. Kadar prolaktin serum yang tinggi
pada wanita menyusui tampaknya berperan dalam menekan ovulasi.
Karena kadar follikel-stimulating hormone terbukti sama pada
wanita menyusui dan tidak menyusui di simpulkan ovarium tidak
berespon terhadap stimulasi FSH ketika kadar prolaktin meningkat.
3) Abdomen
Apabila wanita berdiri di hari pertama setelah melahirkan,
abdomenya akan menonjol dan membuat wanita tersebut tampak
seperti masih hamil. Diperlukan sekitar 6 minggu untuk dinding
abdomen kembali ke keadaan sebelum hami.
4) Sistem urinarius
Fungsi ginjal kembali normal dalam waktu satu bulan setelah
wanita melahirkan. Diperlukan kira-kira dua smpai 8 minggu
supaya hipotonia pada kehamilan dan dilatasi ureter serta pelvis
ginjal kembali ke keadaan sebelum hamil
5) Sistem cerna
a) Nafsu makan
Setelah benar-benar pulih dari efek analgesia, anestesia, dan
keletihan, ibu merasa sangat lapar.
b) Mortilitas
Secara khas, penurunan tonus dan motilitas otot traktus cerna
menetap selam waktu yang singkat setelah bayi lahir.
c) Defekasi
Buang air besar secara spontan bias tertunda selama dua sampai
tiga hari setelah ibu melahirkan.
6) Payudara
Konsentrasi hormon yang menstimulasai perkembangan payudara
selama wanita hamil (esterogen, progesteron, human chorionik
gonadotropin, prolaktin, krotison, dan insulin) menurun dengan
cepat setelah bayi lahir.
a) Ibu tidak menyusui
Kadar prolaktin akan menurun dengan cepat pada wanita yang
tidak menyusui. Pada jaringan payudara beberapa wanita, saat
palpasi dailakukan pada hari kedua dan ketiga. Pada hari ketiga
atau keempat pasca partum bisa terjadi pembengkakan. Payudara
teregang keras, nyeri bila ditekan, dan hangat jika di raba
b) Ibu yang menyusui
Sebelum laktasi dimulai, payudara teraba lunak dan suatu cairan
kekuningan, yakni kolostrum. Setelah laktasi dimula, payudara
teraba hangat dan keras ketika disentuh. Rasa nyeri akan
menetap selama sekitar 48 jam. Susu putih kebiruan dapat
dikeluarkan dari puting susu.
7) Sistem kardiovaskuler
a) Volume darah
Perubahan volume darah tergantung pada beberapa faktor
misalnya Kehilangan darah merupakan akibat penurunan volume
darah total yang cepat tetapi terbatas. Setelah itu terjadi
perpindahan normal cairan tubuh yang menyebapkan volume
darah menurun dengan lambat. Pada minggu ketiga dan keempat
setelah bayi lahir, volume darah biasanya menurun sampai
mencapai volume sebelum lahir.
b) Curah jantung
Denyut jantung volume sekuncup dan curah jantung meningkat
sepanjang masa hamil. Segera setelah wanita melahirkan,
keadaan ini akan meningkat bahkan lebih tinggi selama 30
sampai 60 menit karena darah yang biasanya melintasi sirkuit
utero plasenta tiba - tiba kembali ke sirkulasi umum
c) Tanda-tanda vital
Beberapa perubahan tanda-tanda vital bisa terlihat, jika wanita
dalam keadaan normal. Peningkatan kecil sementara, baik
peningkatan tekanan darah sistol maupun diastol dapat timbul
dan berlangsung selama sekitar empat hari setelah wanita
melahirkan
8) Sistem neurologi
Perubahan neurologis selama puerperium merupakan kebalikan
adaptasi neurologis yang terjadi saat wanita hamil dan disebapkan
trauma yang dialami wanita saat bersalin dan melahirkan.
9) Sistem muskuluskeletal
Adaptasi sistem muskuluskeletal ibu yang terjadi selama masa
hamil Adaptasi ini mencakup hal-hal yang membantu relaksasi dan
hipermobilitas sendi dan perubahan pusat berat ibu akibat
pembesaran rahim
10) Sistem integumen
Kloasma yang muncul pada masa hamil biasanya menghilang saat
kehamilan berakhir. Pada beberapa wanita, pigmentasi pada daerah
tersebut akan menutap. Kulit kulit yang meregang pada payudara,
abdomen, paha, dan panggul mungkin memudar, tapi tidak hilang
seluruhnya.
4. Tahap-tahapan Post Partum
Masa post partum dibagi dalam tiga tahap sebagai berikut (Wahyuningsih,
2019) :
a. Immediate Post Partum (setelah plasenta lahir 24 jam)
Masa segera setelah plasenta lahir sampai 24 jam, adapun masalah yang
sering terjadi misalnya atonia uteri oleh karena itu perlu melakukan
pemeriksaan kontraksi uterus, pengeluaran lochea, tekanan darah ibu
dan suhu
b. Early Post Partum (24 jam – 1 minggu)
Pada fase ini memastikan involusi uteri dalam keadaan normal, tidak
ada perdarahan, lochea tidak berbau busuk, tidak demam, ibu cukup
mendapatkan makanan dan cairan serta ibu dapat menyusui dengan
baik.
c. Late Post Partum ( 1 minggu – 6 minggu)
Waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat sempurna terutama bila
selama hamil atau waktu persalinan mempunyai komplikasi, waktu
untuk sehat sempurna bisa berminggu-minggu, bulanan atau tahunan
5. Penatalaksanaan
Prinsip yang harus diperhatikan dalam menangani ruptur perineum adalah :
a. Bila seorang ibu bersalin mengalami perdarahan setelah anak lahir,
segera memeriksa perdarahan tersebut berasal dari retensio plasenta
atau plasenta lahir tidak lengkap
b. Bila plasenta telah lahir lengkap dan kontraksi uterus baik, dapat
dipastikan bahwa perdarahan tersebut berasal dari perlukaan pada jalan
lahir, selanjutnya dilakukan penjahitan.
Dalam menangani asuhan keperawatan pada ibu post partum spontan,
dilakukan berbagai macam penatalaksanaan, diantaranya :
a. Monitor TTV
Tekanan darah meningkat lebih dari 140/90 mungkin menandakan
preeklamsi suhu tubuh meningkat menandakan terjadinya infeksi,
stress, atau dehidrasi.
b. Pemberian cairan intravena
Untuk mencegah dehidrasi dan meningkatkan kemampuan perdarahan
darah dan menjaga agar jangan jatuh dalam keadaan syok, maka cairan
pengganti merupakan tindakan yang vital, seperti Dextrose atau
Ringer.
c. Pemeriksaan oksitosin
Segera setelah plasenta dilahirkan oksitosin (10 unit) ditambahkan
dengan cairan infuse atau diberikan secara intramuskuler untuk
membantu kontraksi uterus dan mengurangi perdarahan post partum.
d. Obat nyeri
Obat-obatan yang mengontrol rasa sakit termasuk sedative, alaraktik,
narkotik dan antagonis narkotik. Anastesi hilangnya sensori, obat ini
diberikan secara regional/ umum
e. Pemeriksaan penunjang
1) Pemeriksaan darah
Beberapa uji laboratorium biasa segera dilakukan pada periode
pasca partum. Nilai hemoglobin dan hematokrit seringkali
dibutuhkan pada hari pertama pada partum untuk mengkaji
kehilangan darah pada melahirkan.
2) Pemeriksaan urin
Pegambilan sampel urin dilakukan dengan menggunakan cateter
atau dengan tehnik pengambilan bersih (clean-cath) spisimen ini
dikirim ke laboratorium untuk dilakukan urinalisis rutin atau kultur
dan sensitivitas terutama jika cateter indwelling di pakai selama
pasca inpartum. Selain itu catatan prenatal ibu harus di kaji untuk
menentukan status rubelle dan rhesus dan kebutuhan therapy yang
mungkin
6. Patofisiologi
Proses kembalinya uterus ke keadaan sebelum hamil setelah melahirkan,
proses ini dimulai segera setelah plasenta keluar akibat kontraksi otot-otot
polos uterus. Pada akhir tahap ketiga persalinan, uterus berada di garis
tengah, kira-kira 2 cm di bawah umbilikus dengan bagian fundus bersandar
pada promontorium sakralis. Dalam waktu 12 jam, tinggi fundus mencapai
kurang lebih 1 cm di atas umbilikus. Fundus turun kira-kira 1 smpai 2 cm
setiap 24 jam. Pada hari pasca partum keenam fundus normal akan berada di
pertengahan antara umbilikus dan simpisis pubis.
Uterus pada waktu hamil penuh baratnya 11 kali beratsebelum hamil. Uterus
akan mengalami proses involusiyangdimulai segera setelah plasenta keluar
akibat kontraksi otot-otot polos. Proses involusi yang terjadi mempengaruhi
perubahan dari berat uterus pasca melahirkan menjadi kira-kira 500 gram
setelah 1 minggu pasca melahirkan dan menjadi 350 gram setelah 2 minggu
pasca melahirkan. Satu minggusetelah melahirkan uterus berada di dalam
panggul. Pada minggu keenam, beratnya menjadi 50-60 gr. Peningkatan
esterogen danprogesteron bertanggung jawab untuk pertumbuhan masif
uterus selama hamil. Pada masa pasca partum penurunan kadar hormon
menyebabkan terjadinya autolisis, perusakan secara langsungjaringan
hipertrofi yang berlebihan. Sel-sel tambahan yang terbentuk selama masa
hamil menetap. Inilah penyebap ukuran uterus sedikit lebih besar setelah
hamil. Intesitas kontraksi otot otot polos uterus meningkat secara bermakna
segera setelah bayi lahir, kondsi tersebut sebagai respon terhadap penurunan
volume intrauterin yang sangat besar.
Pada endometrium timbul trombosis, degenerasi dan nekrosis ditempat
implantasi plasenta. Pada hari pertama endometrium yang kira-kira setebal
2-5 mm mempunyai permukaan yang kasar akibat pelepasan desidua dan
selaput janin. Regenerasi endometrium terjadi dari sisa-sisa sel desidua
basalis yang memakaiwaktu 2 sampai 3 minggu.
Penurunan hormon human plasental lactogen, esterogen dan kortisol, serta
placental enzyme insulinase membalik efek diabetagenik kehamilan.
Sehingga kadar gula darah menurun secara bermakna pada masa
puerperium. Kadar esterogen dan progesteron menurun secara mencolok
setelah plasenta keluar, penurunan kadar esterogen berkaitan dengan
pembengkakan payudara dan diuresis cairan ekstra seluler berlebih yang
terakumulasi selama masa hamil. Kadar prolaktin serum yang tinggi pada
wanita menyusui berperan dalam menekan ovulasi. Karena kadar follikel
-stimulating hormone terbukti sama pada wanita menyusui dan tidak
menyusui di simpulkan ovarium tidak berespon terhadap stimulasi FSH
ketika kadar prolaktin meningkat.
7. Pathway
8. Komplikasi
a. Perdarahan
Perdarahan adalah penyebap kematian terbanyak pada wanita selama
periode post partum. Perdarahan post partum adalah: kehilangan darah
lebih dari 500 cc setelah kelahiran kriteria perdarahan didasarkan pada
satu atau lebih tanda-tanda sebagai berikut:
1) Kehilangan lebih dari dai 500 cc
2) Sistolik atau diastolik tekanan darah menurun sekitar 30 mmHg.
3) Hb turun sampai 3 gram %.
Tiga penyebap utama perdarahan antara lain :
a) Atonia uteri : pada atonia uteri uterus tidak mengadakan
kontraksi dengan baik dan ini merupakan sebab utama dari
perdarahan post partum
b) laserasi jalan lahir : perlukan serviks, vagina dan perineum
dapat menimbulkan perdarahan yang banyak bila tidak
direparasi dengan segera
c) Retensio plasenta, hampir sebagian besar gangguan pelepasan
plasenta disebapkan oleh gangguan kontraksi uterus.
4) Lain-lain
a) Sisa plasenta atau selaput janin yang menghalangi kontraksi
uterus sehingga masih ada pembuluh darah yang tetap terbuka.
b) Ruptur uteri, robeknya otot uterus yang utuh atau bekas
jaringan parut pada uterus setelah jalan lahir hidup.
b. Infeksi puerperalis
Didefinisikan sebagai; inveksi saluran reproduksi selama masa post
partum. Insiden infeksi puerperalis ini 1%-8%, ditandai adanya
kenaikan suhu > 38 0 dalam 2 hari selama 10 hari pertama post partum.
c. Endometritis
Adalah infeksi dalam uterus paling banyak disebapkan oleh infeksi
puerperalis. Bakteri vagina, pembedahan caesaria, ruptur membran
memiliki resiko tinggi terjadinya endometritis.
d. Mastitis
Yaitu infeksi pada payudara. Bakteri masuk melalui fisura atau
pecahnya puting susu akibat kesalahan tehnik menyusui, di awali
dengan pembengkakan, mastitis umumnya di awali pada bulan pertama
post partum
e. Infeksi saluran kemih
Insiden mencapai 2-4 % wanita post partum, pembedahan meningkatkan
resiko infeksi saluran kemih. Organisme terbanyak adalah Entamoba
coli dan bakterigram negatif lainnya.
f. Tromboplebitis dan thrombosis
Semasa hamil dan masa awal post partum, faktor koagulasi dan
meningkatnya status vena menyebapkan relaksasi sistem vaskuler,
akibatnya terjadi tromboplebitis (pembentukan trombus di pembuluh
darah dihasilkan dari dinding pembuluh darah) dan thrombosis
(pembentukan trombus) tromboplebitis superfisial terjadi 1 kasus dari
500-750 kelahiran pada 3 hari pertama post partum
g. Emboli
Yaitu : partikel berbahaya karena masuk ke pembuluh darah kecil.
h. Post partum depresi
Ibu bingung dan merasa takut pada dirinya. Tandanya antara lain,
kurang konsentrasi, kesepian tidak aman, perasaan obsepsi cemas,
kehilangan kontrol, dan lainnya
i. Tanda-tanda bahaya post partum
Perdarahan dalam keadaan dimana plasenta telah lahir lengkap dan
kontraksi rahim baik, dapat dipastikan bahwa perdarahan tersebut
berasal dari perlukaan jalan lahir. Tanda-tanda yang mengancam
terjadinya robekan perineum antara lain :
1) Kulit perineum mulai melebar dan tegang
2) Kulit perineum berwarna pucat dan mengkilap
3) Ada perdarahan keluar dari lubang vulva, merupakan indikasi
robekan pada mukosa vagina.
B. Asuhan Keperawatan
1. Diagnosa Keperawatan
Menurut (Wayan, 2017), (Arma, 2015), dan (Tim Pokja SDKI DPP PPNI,
2017) diagnosa keperawatan pada Ibu Post Partum Primipara dan Bayi Baru
Lahir adalah:
1) Nyeri Akut
2) Menyusui Tidak Efektif
3) Gangguan Pola Tidur
4) Defisit Pengetahuan
5) Resiko Infeksi
6) Resiko Gangguan Perlekatan
2. Perencanaan
1) Nyeri Akut
a. Tujuan umum: Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama
waktu tertentu diharapkan tingkat nyeri menurun
b. Kriteria hasil:
a) Pasien melaporkan keluhan nyeri berkurang
b) Keluhan nyeri meringis menurun
c) Pasien menunjukkan sikap protektif menurun.
d) Pasien tidak tampak gelisah.
c. Intervensi
Manajemen Nyeri
a) Observasi
 Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi,
intensitas nyeri.
 Identifikasi skala nyeri.
 Identifikasi faktor yang memperberat dan
memperingan nyeri.
 Identifikasi pengetahuan dan keyakinan tentang
nyeri
 Monitor keberhasilan terapi komplementer yang
sudah diberikan
b) Terapeutik
 Berikan tehnik norfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
 Fasilitasi istirahat dan tidur
c) Edukasi
 Jelaskan penyebab, periode dan pemicu nyeri.
 Jelaskan strategi meredakan nyeri
 Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri
 Ajarkan tehnik nonfarmakologis untuk
mengurangi nyeri.
d) Kolaborasi
 Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu
2) Menyusui Tidak Efektif
a. Tujuan umum: Setelah dilakuan intervensi keperawatan selama
waktu tertentu diharapkan status menyusui membaik.
b. Kriteria hasil:
a) Perlekatan bayi pada payudara ibu meningkat
b) Kemampuan ibu memposisikan bayi dengan benar
meningkat
c) Pancaran ASI meningkat
d) Suplai ASI adekuat meningkat
e) Pasien melaporkan payudara tidak bengkak
c. Intervensi
Konseling Laktasi
a) Observasi
 Identifikasi permasalahan yang ibu alami selama
proses menyusui
 Identifikasi keinginan dan tujuan menyusui
 Identifikasi keadaan emosional ibu saat akan
dilakukan konseling menyusui.
b) Terapeutik
 Gunakan tehnik mendengar aktif.
 Berikan pujian terhadap perilaku ibu yang benar.
c) Edukasi
Ajarkan tehnik menyusui yang tepat sesuai kebutuhan
ibu.
3) Gangguan Pola Tidur
a. Tujuan umum: setelah dilakukan tindakan keperawatan pola
tidur meningkat.
b. Kriteria hasil:
a) Gelisah menurun
b) Keluhan sulit tidur menurun
c) Pola tidur membaik
c. Intervensi
Manajemen Nyeri
a) Observasi
 Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi,
intensitas nyeri.
 Identifikasi skala nyeri.
 Identifikasi faktor yang memperberat dan
memperingan nyeri
 Identifikasi pengetahuan dan keyakinan tentang
nyeri
 Monitor keberhasilan terapi komplementer yang
sudah diberikan
b) Terapeutik
 Berikan tehnik norfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
 Fasilitasi istirahat dan tidur
c) Edukasi
 Jelaskan penyebab, periode dan pemicu nyeri.
 Jelaskan strategi meredakan nyeri
 Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri.
 Ajarkan tehnik nonfarmakologis untuk
mengutangi nyeri.
d) Kolaborasi
 Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu
4) Defisit Pengetahuan
a. Tujuan umum: setelah dilakukan tindakan keperawatan
diharapkan tingkat pengetahuan meningkat
b. Kriteria hasil:
a) perilaku sesuai anjuran meningkat
b) verbalisasi minat dalam belajar meningkat
c) kemampuan menjelaskan pengetahuan tentang suatu
topik meningkat
d) kemampuan menggambarkan pengalaman sebelumnya
yang sesuai dengan topik meningkat
e) perilaku sesuai dengan pengetahuan meningkat
f) pertanyaan tentang masalah yang dihadapi menurun
g) persepsi yang keliru terhadap masalah menurun
h) menjalani pemeriksaan yang tidak tepat menurun
i) perilaku membaik
c. Intervensi
Edukasi Kesehatan
a) Observasi
 Identifikasi kesiapan dan kemampuan menerima
informasi
 Identifikasi faktor-faktor yang dapat
meningkatkan dan menurunkan motivasi perilaku
hidup bersih dan sehat
b) Terapeutik
 Sediakan materi dan medla pendidikan kesehatan
 Jadwalkan pendidikan kesehatan sosial
kesepakatan
 Berikan kesempatan untuk bertanya
c) Edukasi
 Jekaskan faktor risiko yang dapat mempengaruhi
kesehatan
 Ajarkan perilaku hidup bersih dan sehat
 Ajarkan strategi yang dapat digunakan untuk
meningkatkan perilaku hidup bersih dan sehat
5) Resiko Infeksi
a. Tujuan umum: Setelah dilakukan intrevensi keperawatan selama
waktu tertentu diharapkan tingkat infeksi menurun.
b. Kriteria hasil:
a) Tidak ada tandan –tanda infeksi ( Demam, Nyeri,
Kemerahan dan Bengkak).
b) Kadar sel darah putih membaik
c. Intervensi
Pencegahan Infeksi
a) Observasi
 Monitor tanda dan gejalan infeksi lokal dan
sistemik
b) Terapeutik
 Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan
pasien dan lingkungan pasien
 Pertahankan tehnik aseptik pada psien beresiko
tinggi.
c) Edukasi
 Jelaskan tanda dan gejala infeksi
 Ajarkan cara mencuci tangan dengan benar.
 Ajarkan cara memeriksa kondisi luka.
 Anjurkan meningkatkan asupan nutrisi.
6) Resiko Gangguan Perlekatan
a. Tujuan umum: Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama
waktu tertentu diharapkan kemampuan berinteraksi ibu dan bayi
meningkat.
b. Kriteria hasil:
a) Pasien menunjukkan peningkatan verbalisasi perasaan
positif terhadap bayi.
b) Pasien menunjukkan peningkatan perilaku mencium bayi,
tersenyum pada bayi, melakukan kontak mata dengan
bayi, berbicara dengan bayi, berbicara kepada bayi serta
berespon dengan isyarat bayi.
c) Pasien menunjukkan peningkatan dalam menggendong
bayinya untuk menyusui.
c. Intervensi
Promosi Perlekatan
a) Observasi
 Monitor kegiatan menyusui.
 Identifikasi kemampuan bayi menghisap dan
menelan ASI.
 Identifikasi payudara ibu
 Monitor perlekatan saat menyusui
b) Terapeutik
 Diskusikan dengan ibu masalah selama proses
menyusui.
c) Edukasi
 Ajarkan ibu menopang seluruh tubuh bayi.
 Anjurkan ibu melepas pakaian bagian atas agar
bayi dapat menyentuh payudara ibu
 Ajarkan ibu agar bayi yang mendekati kearah
payudara ibu dari bagian bawah.
 Anjurkan ibu untuk memegang payudara
menggunakan jarinya sepertu huruf “ C”
 Anjurkan ibu untuk menyusui pada saat mulut
bayi terbuka lebar sehingga areola dapat masuk
dengan sempurna.
 Ajarkan ibu mengenali tanda bayi siap menyusui
3. Implementasi
Implementasi keperawatan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh
perawat untuk membantu klien dari masalah status kesehatan yang dihadapi
ke status kesehatan yang lebih baik yang menggambarkan kriteria hasil yang
diharapkan (Potter, 2011)
Komponen tahap implementasi :
a) Tindakan keperawatan mandiri.
b) Tindakan Keperawatan edukatif.
c) Tindakan keperawatan kolaboratif
d) Dokumentasi tindakan keperawatan dan respon klien terhadap asuhan
keperawatan.
4. Evalulasi
Evaluasi adalah tahap terakhir dari proses keperawatan yang bertujuan untuk
menilai hasil akhir dari seluruh tindakan keperawatan yang telah dilakukan
(Bararah, 2013).
DAFTAR PUSTAKA

Arista Wibawati, Della. 2020. KARYA TULIS ILMIAH ASUHAN KEPERAWATAN


PADA IBU POST PARTUM PRIMIPARA YANG DI RAWAT DIRUMAH SAKIT.
Dikutip pada 15 Maret pukul 19.55 dari https://repository.poltekkes-
kaltim.ac.id/1050/1/KTI%20DELLA%20ARISTA%20WIBAWATI.pdf
https://myjurnal.poltekkes-kdi.ac.id/index.php/HIJP/article/view/91
ASUHAN KEPERAWATAN

No.Reg :
Tanggal Masuk RS : 16 Maret 2021
Nama Pengkaji : Luvi Hapysari
Nomor Induk Mahasiswa : P27901119080
Hari/Tanggal Pengkajian : 16 Maret 2021
Waktu Pengkajian : 16 Maret 2021
Tempat Pengkajian : RS

I. PENGKAJIAN
A. Identitas Klien

BIODATA ISTRI SUAMI


Nama Ny. P Tn. Y
Umur 24 Tahun 26 Tahun
Suku Bangsa Indonesia Indonesia
Agama Islam Islam
Pendidikan D3 Akuntansi S1 Pendidikan
Golongan Darah Gol. O (+) Gol. A (+)
No. Medrec - -
Diagnosa Medis P1 nifas 6 jam -
Alamat Rumah Jl. Raya Prestasi Jl. Raya Prestasi
No. Telp/HP - -
Status Perkawinan Sudah Menikah Sudah Menikah
Alamat Kantor - -

B. Riwayat Kesehatan
Ibu mengatakan 6 jam yang lalu melahirkan anak pertama, nyeri pada
perineum luka jahitan. Ibu mengatakan sudah BAK, bayi belum menyusu
dengan kuat
C. Riwayat Operasi
-
D. Riwayat Obstektrik
Paritas : G1P1A0
Menarche : ……Tahun
Siklus haid : 25 Hari
Lama haid : 6-8 Hari
Disminorhe : 1 Hari
HPHT : 5 Juni 2020
Tapsiran : 12 Maret 2021
Persalinan : Normal
E. Riwayat Kehamilan, Persalinan dan Nifas yang lalu

KEHAMILAN PERSALINAN NIFAS


No Umur Tgl. Jenis Penolon Jenis BB PB Keadaa Penyul Perdaraha Lakt
. kehamila persalina kelaina g persalina n bayi it n asi
n n n n
1. 9 bulan 16 Maret - Bidan Spontan 3,8 4,9 Sehat Luka Tidak ada
2021 kg cm perineu perdarahan
m

F. Riwayat Kesehatan/Penyakit Dahulu


Riwayat kesehatan keluarga : pasien mengatakan tidak ada yang memiliki
penyakit turunan
Riwayat penyakit menular : pasien mengatakan tidak ada yang memiliki
penyakit menular
Riwayat KB terakhir
Jenis kontrasepsi : Belum memakai KB
Lamanya :-
Alasan dilepas :-
Dukungan keluarga : Pasien mengatakan keluarganya
mendukung penuh keputusan yang diambil
pasien
Pengambilan keputusan : Disepakati oleh suami
Kebiasaan hidup
Merokok : Tidak merokok
Minuman Keras :-
G. Pola Aktivitas Sehari-hari
1. Pola nutrisi
1.1 Makan
a. Frekuensi : 3x makan sehari
b. Jenis : Vegetarian, Daging dan Buah
dalam jumlah cukup
c. Porsi/Jumlah : 1 porsi tapi sering
d. Keluhan :-
e. Makanan yang dipantang : makanan pedas dan sefood
f. Alergi terhadap makanan : sefood
g. suplemen yang dikonsumsi : vitamin
1.2 Minum
a. Jenis : Air putih dan Jus Buah
b. Jumlah : Air putih 8-10 gelas perhari dan untuk jus
buah 1 gelas perhari
2. Pola eliminasi
2.1 BAB
a. Frekuensi : Pasien mengatakan BAB 2-3 kali dalam 2 hari
b. Warna : Kuning kecoklatan
c. Konsistensi : Normal
d. Bau : Bau khas
2.2 BAK
a. Frekuensi : Pasien mengatakan pada pada masa hamil
sering ingin BAK
b. Warna : Kuning terang
c. Bau : Berbau khas
3. Pola Istirahat/tidur
a. Tidur siang : Pasien mengatakan suka melakukan tidur
disiang hari
b. Tidur malam : Pasien mengatakan tidur dimalam hari
c. Keluhan tidur : Pasieng mengatakan sering mengalami
kesulitan tidur dimalam hari
4. Personal hygiene
a. Mandi : 2x sehari
b. Ganti Pembalut : Pasieng mengatakan sebelum hamil
biasa mengganti 4jam setelah pemakaian
c. Jenis pakaian : Longgar terkadang ketat
d. Perawatan gigi : sikat gigi 3x sehari dipagi, siang dan
malam sebelum tidur
e. Perawatan payudara : Pasien mengatakan hanya melakukan
perawatan pada saat hamil
f. Vulva hygiene : Pasien mengatakan selalu
memperhatikan kebersihan vulva
5. Pola aktivitas
Pasien mengatakan mampu aktivitas secara mandiri
6. Hubungan seksual post natal
-
H. Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan Umum
Kesadaran : Kompos mentis
2. Tanda-tanda Vital
Nadi : 80 x/menit
Suhu : 36,5 oC
Tekanan Darah : 110/70 mm/Hg
Respirasi : 16 x/menit
3. Kepala
 Rambut bersih, distribusi merata
 Mata penglihatan jelas, konjungtiva tidak anemis, sclera tidak
ikterik, kelopak mata tidak edema, reaksi pupil terhadap cahaya
mengecil, gerakan bola mata sejajar
 Telingan bersih, fungsi pendengaran baik
 Hidung bersih, fungsi penciuman mampu membedakan beberapa
aroma
 Mulut, mukosa tampak pucat, gusi berwarna merah, memiliki 32
buah gigi
4. Leher
Tidak ada pembengkakan pada kelenjar tyroid maupun getah bening.
5. Dada
Tidak terdapat bunyi tambahan paru-paru, bunyi jantung normal (Lup dan
Dup), mamae teraba lembek, coclostrum sudah keluar, putting susu
menonjol dan bersih.
6. Abdomen
Tidak ada nyeri abdomen, TFUt 2 jari dibawah pusat, uterus teraba keras,
kandung kemih kosong
7. Ekstremitas atas
Bentuk simetris, tidak oedema, reflek bisep dan trisep baik, reflek patella
varices baik, kuku jari bersih.
8. Pemeriksaan Genetalia
Luka jahitan pada perineum masih tampak basah, terdapat pengeluaran
pervaginam -+ 50cc berwarna merah, tidak ada bengkak
I. Data Psikologis
Status emosi : Emosi pasien terlihat stabil
Pola koping : Pasien memiliki mekanisme koping yang baik
Pola komunikasi : Komunikasi pasien dengan keluarga baik
Konsep diri
Gambaran diri : Pasien mengatakan menerima kondisi saat ini
Peran diri : Pasien mengatakan sebagai seorang ibu dari 1 anak
yang baru dilahrikan sangat senang
Identitas diri : Pasein mengatakan mengenal baik dirinya sendiri, dari
segi baik dan buruk serta kapasitas dan kemampuan yang ada pada dirinya.
J. Data Sosial
Pasien mengatakan saat sehat bergaul dengan baik bersama teman sebayanya.
K. Data Spiritual
1. Kegiatan dalam melakukan ibadah
Pasien dalam sehari-hari melaksanakan shalat 5 waktu
2. Kegiatan ibadah selama dalam perawatan
Pasien tidak melakukan ibadah selama perawatan, namun selalu
menyebut Asma Allah
3. keyakinan terhadap pertolongan Tuhan
Pasien mengatakan bahwa ia yakin akan sehat atas pertolongan Allah
4. Keyakinan terhadap perawatan dan pengobatan
Pasien mengatakan percaya kepada perawat dan dokter yang
menanganinya atas prtolongan Allah
5. Keyakinan untuk penyembuhan/ pemulihan kesehatannya
Pasien sangat yakin akan sehat dan berkumpul dengan anak dan suami
beserta keluarganya.
L. Data Penunjang
-
M. Data Therapi
-
1. Analisa Data

No Data Interpretasi data Masalah


1 DS: Post Partum Nyeri Akut
- Pasien mengatakan 
nyeri pada Perubahan fisiologi
perienum luka 
jahitan Vagina dan perineum

DO: Ruptur jaringan
- Uterus teraba keras 
- Kandung kemih Nyeri Akut
kososng
- Luka jahitan
perineum tampak
basah
- Pengeluaran
pervaginam -+50cc
berwarna merah

2 DS: Post Partum Defisit Pengetahuan


- Pasien mengatakan 
bayi belum Perubahan psikologi
menyusu dengan 
kuat Taking hold
DO: (ketergantungan
- Menanyakan
masalah yang kemandirian)
dihadapi 
- Belajar mengenai
perawatan diri dan bayi

Butuh informasi

Defisit pengetahuan

II. DIAGNOSA KEPERAWATAN


1. D.0077 Nyeri yang ditandai dengan luka jahitan perineum
2. D.0111 Defisit pengetahuan yang berhubungan dengan diagnosa
spesifikasi berdasarkan kesehatan maternal pasca persalinan dan
kesehatan fisik anak ditandai dengan bayi belum menyusu dengan kuat
III. INTERVENSI

No Diagnosa Keperawatan Perencanaan


Tujuan Intervensi Rasional
1 Nyeri yang ditandai Setelah dilakukan 1. Identifikasi 1. Untuk
dengan luka jahitan asuhan pengetahuan mengetahui
perineum keperawatan 1x dan keyakinan tindakan
24 jam masalah tentang nyeri selanjutnya
nyeri dapat 2. Menjelaskan 2. Agar pasien
teratasi dengan pada ibu hasil memahami
kriteria hasil: pemeriksaan, kondisinya
1. Keluhan bahwa ibu 3. Untuk
nyeri sedang dalam keadaan mengurangi
(3) baik rasa nyeri
2. Nyeri 3. Kontrol pasien
perineum lingkungan 4. Agar pasien
sedang (3) yang tidak khawatir
memperberat dengan
rasa nyeri, kondisinya
seperti 5. Mnecegah
mengurangi terjadinya
suhu ruangan infeksi pada
4. Menjelaskan luka jahit
pada ibu nyeri perineum
pada perineum akibat bakteri
dalam keadaan 6. Mengurangi
tidak infeksi rasa nyeri
5. Mengingatkan
kembali pada
ibu tentang
personal
hygiene
6. kolaborasi
pemberian
analgetik, jika
perlu
2 Defisit pengetahuan yang Setelah kontrak 1. Identifikasi 1. Mencegah
berhubungan dengan waktu dengan kesiapan dan terjadinya
diagnosa spesifikasi klien sehubung kemampuan reaksi syok
berdasarkan kesehatan akan menerima terhadap
maternal pasca persalinan dilakukannya informasi pemaparan
dan kesehatan fisik anak asuhan 2. berikan informasi
ditandai dengan bayi keperawatan kesempatan ibu 2. Untuk
belum menyusu dengan selama 20 menit untuk bertanya mengetes
kuat pada tanggal 17 3. Menganjurkan seberapa
Maret dapat pada ibu untuk paham pasien
teratasi dengan kunjungan tentang
kriteria hasil: kesehatan informasi yang
1. Kemampuan sesuai diberikan
menjelaskan kesepakatan 3. Mencegah
penegtahuan 4. Mengingatkan terjadinya
tentang suatu ibu untuk tetap penyakit
topik sedang memberikan komplikasi
(3) ASI ekslusif 4. Melatih atau
2. Perilaku membiasakn
sesuai bayi untuk
dengan menghisap
pengetahuan ASI dengan
sedang (3) baik

IV. IMPLEMENTASI

No Tgl/Jam Diag. kep Tindakan Paraf


1 16 Maret Nyeri yang ditandai 1. Identifikasi pengetahuan dan Luvi
2021/ 13.00 dengan luka jahitan keyakinan tentang nyeri
perineum Respons:
- Pasien mengatakan rasa
nyeri ini pengalaman
dari melahirkan yang
pertama
2. Menjelaskan pada ibu hasil
pemeriksaan, bahwa ibu dalam
keadaan baik
Respons:
- Ibu merasa senang
katanya
3. Kontrol lingkungan yang
memperberat rasa nyeri, seperti
suhu ruangan
Respons:
- Ibu akan mengontrol
suhu ruangan untuk
mengurangi rasa nyeri
katanya
4. Menjelaskan pada ibu nyeri
pada perineum dalam keadaan
tidak infeksi
Repons:
- Ibu mengatakan
mengerti
5. Mengingatkan kembali pada ibu
tentang personal hygiene
Respons:
- Ibu berjanji selalu
memperhatikan
kebersihan dirinya
2 17 Maret Defisit pengetahuan 1. Identifikasi kesiapan dan Luvi
2021/ 08.00 yang berhubungan kemampuan menerima
dengan diagnosa informasi
spesifikasi berdasarkan Respons:
kesehatan maternal - Pasien siap
pasca persalinan dan mendengarkan informasi
kesehatan fisik anak yang akan diberikan
ditandai dengan bayi katanya
belum menyusu dengan 2. berikan kesempatan ibu untuk
kuat bertanya
Respons:
- Pasien menanyakan apa
yang tidak dipahami
3. Menganjurkan pada ibu untuk
kunjungan kesehatan sesuai
kesepakatan
Respons:
- Pasien mengatakan akan
melakukan kunjungan
untuk mengontrol
kondisi kesehatannya
4. Mengingatkan ibu untuk tetap
memberikan ASI ekslusif
Respons:
- Ibu mengatakan akan
selalu memberikan
bayinya ASI ekslusif

V. CATATAN PERKEMBANGAN

No Tgl/Jam Catatan Perkembangan Paraf


1 17 Maret S: Luvi
2021/ 08.00 - Pasien mengatakan rasa nyeri ini pengalaman dari
melahirkan yang pertama
- Ibu merasa senang katanya
- Ibu akan mengontrol suhu ruangan untuk
mengurangi rasa nyeri katanya
- Ibu mengatakan mengerti
- Ibu berjanji selalu memperhatikan kebersihan
dirinya
O: -
A: Masalah teratasi
P: Intervensi dihentikan
2 17 Maret S: Luvi
2021/ 09.00 - Pasien siap mendengarkan informasi yang akan
diberikan katanya
- Pasien mengatakan akan melakukan kunjungan untuk
mengontrol kondisi kesehatannya
- Ibu mengatakan akan selalu memberikan bayinya ASI
ekslusif
O:
- Pasien menanyakan apa yang tidak dipahami
A: Masalah teratasi
P: Intervensi dihentikan

Anda mungkin juga menyukai