Anda di halaman 1dari 27

LAPORAN ASUHAN KEPERAWATAN

POST PARTUM DI KAMAR BERSALIN


PUSKESMAS CONDONG

Dosen Pembimbing : Roisah S.KM,S.Kep.,Ns.,M.Kes

Disusun Oleh:
SYAFI’UDIN HASAN
(14201.10.18036)

PROGRAM SARJANA KEPERAWATAN


STIKES HAFSHAWATY ZAINUL HASAN PROBOLINGGO
TAHUN AKADEMIK 2020-2021
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN PENDAHULUAN PADA PASIEN POST PARTUM
DIPUSKESMAS CONDONG

Probolinggo,10 Februari 2021

Mahasiswa

Mengetahui,

CI Akademik CI Klinik

Kepala Ruangan
A. ANATOMI FISIOLOGI
Sistem reproduksi wanita terdiri dari organ interna, yang terletak di dalam
rongga pelvis dan ditopang oleh lantai pelvis, dan genetalia eksterna, yang
terletak di perineum. Struktur reproduksi interna dan eksterna berkembang
menjadi matur akibat rangsang hormon estrogen dan progesteron (Bobak, 2019).
1. Stuktur eksterna

a. Vulva
Vulva adalah nama yang diberikan untuk struktur genetalia externa.
Kata ini berarti penutup atau pembungkus yang berbentuk lonjong,
berukuran panjang, mulai klitoris, kanan kiri dibatasi bibir kecil sampai ke
belakang dibatasi perineum.
b. Mons pubis
Mons pubis atau mons veneris adalah jaringan lemak subkutan
berbentuk bulat yang lunak dan padat serta merupakan jaringan ikat
jarang di atas simfisis pubis. Mons pubis mengandung banyak kelenjar
sebasea dan ditumbuhi rambut berwarna hitam, kasar, dan ikal pada
masa pubertas, mons berperan dalam sensualitas dan melindungi simfisis
pubis selama
koitus.
c. Labia mayora
Labia mayora adalah dua lipatan kulit panjang melengkung yang
menutupi lemak dan jaringan kulit yang menyatu dengan mons pubis.
Keduanya memanjang dari mons pubis ke arah bawah mengililingi labia
minora, berakhir di perineum pada garis tengah. Labia mayora melindungi
labia minora, meatus urinarius, dan introitus vagina. Pada vulva Vulva
adalah nama yang diberikan untuk struktur genetalia externa. Kata ini
berarti penutup atau pembungkus yang berbentuk lonjong, berukuran
panjang, mulai klitoris, kanan kiri dibatasi bibir kecil sampai ke belakang
dibatasi perineum.
d. Mons pubis
Mons pubis atau mons veneris adalah jaringan lemak subkutan
berbentuk bulat yang lunak dan padat serta merupakan jaringan ikat
jarang di atas simfisis pubis. Mons pubis mengandung banyak kelenjar
sebasea dan ditumbuhi rambut berwarna hitam, kasar, dan ikal pada
masa pubertas, mons berperan dalam sensualitas dan melindungi simfisis
pubis selamakoitus.
e. Labia mayora
Labia mayora adalah dua lipatan kulit panjang melengkung yang
menutupi lemak dan jaringan kulit yang menyatu dengan mons pubis.
Keduanya memanjang dari mons pubis ke arahbawah mengililingi labia
minora, berakhir di perineum pada garis tengah. Labia mayora melindungi
labia minora, meatus urinarius, dan introitus vagina. Pada Labia minora
terletak di antara dua labia mayora, merupakan lipatan kulit yang panjang,
sempit, dan tidak berambut yang , memanjang ke arah bawah dari bawah
klitoris dan dan menyatu dengan fourchett. Sementara bagian lateral dan
anterior labia biasanya mengandung pigmen, permukaan medial labia
minora sama dengan mukosa vagina. Pembuluh darah yang sangat
banyak membuat labia berwarna merah kemerahan dan memungkankan
labia minora membengkak, bila ada stimulus emosional atau stimulus
fisik. Kelenjar-kelenjar di labia minora juga melumasi vulva. Suplai saraf
yang sangat banyak membuat labia minora sensitif, sehingga
meningkatkan fungsi erotiknya.
d. Klitoris
Klitoris adalah organ pendek berbentuk silinder dan yang terletak tepat
di bawah arkus pubis. Dalam keadaan tidak terangsang, bagian yang
terlihat adalah sekitar 6x6 mm atau kurang. Ujung badan klitoris dinamai
glans dan lebih sensitif dari pada badannya. Saat wanita secara seksual
terangsang, glans dan badan klitoris membesar.Kelenjar sebasea klitoris
menyekresi smegma, suatu substansi lemak seperti keju yang memiliki
aroma khas dan berfungsi sebagai feromon. Istilah klitoris berasal dari
kata dalam bahasa yunani, yang berarti ‘’kunci’’ karena klitoris dianggap
sebagai kunci seksualitas wanita. Jumlah pembuluh darah dan persarafan
yang banyak membuat klitoris sangat sensitif terhadap suhu, sentuhan
dan sensasi tekanan.
e. Vestibulum
Vestibulum ialah suatu daerah yang berbentuk seperti perahu atau
lojong, terletak di antara labia minora, klitoris dan fourchette. Vestibulum
terdiri dari muara uretra, kelenjar parauretra, vagina dan kelenjar
paravagina. Permukaan vestibulum yang tipis dan agak berlendir mudah
teriritasi oleh bahan kimia. Kelenjar vestibulum mayora adalah gabungan
dua kelenjar di dasar labia mayora, masing-masing satu pada setiap sisi
orifisium vagina.
f. Fourchette
Fourchette adalah lipatan jaringan transversal yang pipih dan tipis,
dan terletak pada pertemuan ujung bawah labia mayora dan minora di
garis tengah di bawah orifisium vagina. Suatu cekungan dan fosa
navikularis terletak di antara fourchette dan hymen.
g. Perineum
Perineum adalah daerah muskular yang ditutupi kulit antara introitus
vagina dan anus. Perineum membentuk dasar badan perineum.
2. Struktur interna

a. Ovarium
Sebuah ovarium terletak di setiap sisi uterus, di bawah dan di
belakang tuba falopi. Dua lagamen mengikat ovarium pada tempatnya,
yakni bagian mesovarium ligamen lebar uterus, yang memisahkan
ovarium dari sisi dinding pelvis lateral kira-kira setinggi krista iliaka
anterosuperior, dan ligamentum ovarii proprium, yang mengikat ovarium
ke uterus. Dua fungsi ovarium adalah menyelenggarakan ovulasi dan
memproduksi hormon. Saat lahir, ovarium wanita normal mengandung
banyak ovum primordial. Di antara interval selama masa usia subur
ovarium juga merupakan tempat utama produksi hormon seks steroid
dalam jumlah yang dibutuhkan untuk pertumbuhan,perkembangan, dan
fungsi wanita normal.
b. Tuba fallopi
Sepasang tuba fallopi melekat pada fundus uterus. Tuba ini
memanjang ke arah lateral, mencapai ujung bebas legamen lebar dan
berlekuk-lekuk mengelilingi setiap ovarium. Panjang tuba ini kira-kira 10
cm dengan berdiameter 0,6 cm. Tuba fallopi merupakan jalan bagi ovum.
Ovum didorong di sepanjang tuba, sebagian oleh silia, tetapi terutama
oleh gerakan peristaltis lapisan otot. Esterogen dan prostaglandin
mempengaruhi gerakan peristaltis. Aktevites peristaltis tuba fallopi dan
fungsi sekresi lapisan mukosa yang terbesar ialah pada saat ovulasi.
c. Uterus
Uterus adalah organ berdinding tebal, muskular, pipih, cekung yang
tampak mirip buah pir yang terbalik. Uterus normal memiliki bentuk
simetris, nyeri bila di tekan, licin dan teraba padat. Uterus terdiri dari tiga
bagian, fudus yang merupakan tonjolan bulat di bagian atas dan
insersituba fallopi, korpus yang merupakan bagian utama yang
mengelilingi cavum uteri, dan istmus, yakni bagian sedikit konstriksi yang
menghubungkan korpus dengan serviks dan dikenal sebagai sekmen
uterus bagian bawah pada masa hamil. Tiga fungsi uterus adalah siklus
menstruasi dengan peremajaan endometrium, kehamilan danpersalinan.
Dinding uterus terdiri dari tiga lapisan :
1) Endometrium yang mengandung banyak pembuluh darah ialah suatu
lapisan membran mukosa yang terdiri dari tiga lapisan : lapisan
permukaan padat, lapisan tengah jaringan ikatyang
beronggamenghubungkan indometrium dengan miometrium.
2) Miometrum yang tebal tersusun atas lapisan – lapisan serabut otot
polos yang membentang ke tiga arah. Serabut longitudinal membentuk
lapisan luar miometrium, paling benyak ditemukan di daerah fundus,
membuat lapisan ini sangat cocok untuk mendorong bayi pada
persalinan.
3) Peritonium perietalis
Suatu membran serosa, melapisi seluruh korpus uteri, kecuali
seperempat permukaan anterior bagian bawah, di mana terdapat
kandung kemih dan serviks. Tes diagnostik dan bedah pada uterus
dapat dilakukan tanpa perlu membuka rongga abdomen karena
peritonium perietalis tidak menutupi seluruh korpus uteri.
d. Vagina
Vagina adalah suatu tuba berdinding tipis yang dapat melipat dan
mampu meregang secara luas. Mukosa vagina berespon dengan cepat
terhadap stimulai esterogen dan progesteron. sel-sel mukosa tanggal
terutama selama siklus menstruasi dan selama masa hamil. Sel-sel yang
di ambil dari mukosa vagina dapat digunakan untuk mengukur kadar
hormon seks steroid. Cairan vagina berasal dari traktus genetalis atas
atau bawah. Cairan sedikit asam. Interaksi antara laktobasilus vagina dan
glikogen mempertahankan keasaman. Apabila pH nik diatas lima, insiden
infeksi vagina meningkat. Cairan yang terus mengalir dari vagina
mempertahankan kebersihan relatif vagina.
B. DEFINISI
Periode post partum adalah selang waktu antara kelahiran bayi sampai
dengan pulihnya organ reproduksi seperti sebelum hamil. Periode ini sering
disebut masa nifas (puerperium), atau trimester keempat kehamilan, masa nifas
biasanya berkisar antara 6 minngu atau lebih bervariasi antara ibu satu dengan
ibu yang lainnya (Lowdermilk, Perry dan Chasion, 2018).
Periode post partum dapat dibagi menjadi tiga tahap, yaitu tahap
immediate post partum (setelah plasenta lahir sampai dengan 24 jam setelah
proses persalinan), tahap early post partum (24 jam sampai satu minggu setelah
persalinan) dan tahap late post partum (satu minggu sampai lima minggu setelah
persalinan).(Saleha, 2019)
Adaptasi psikologis post partum menurut teori rubin dibagi dalam tiga periode
yaitu sebagai berikut ;
1. Periode Taking In
a. Berlangsung 24 - 48 jam setelah melahirkan
b. Ibu pasif terhadap lingkungan. Oleh karena itu, perlu menjaga komunikasi
yang baik
c.Ibu menjadi sangat tergantung pada orang lain, mengharapkan segala
sesuatu kebutuhan dapat dipenuhi orang lain
d. Perhatiannya tertuju pada kekhawatiran akan perubahan tubuhnya Ibu
mungkin akan bercerita tentang pengalamannya ketika melahirkan secara
berulang-ulang
e. Diperlukan lingkungan yang kondusif agar ibu dapat tidur dengan tenang
untuk memulihkan keadaan tubuhnya seperti sediakala
f. Nafsu makan bertambah sehingga dibutuhkan peningkatan nutrisi, dan
kurangnya nafsu makan menandakan ketidaknormalan proses pemulihan
2. Periode Taking Hold
a. Berlangsung tiga sampai 10 hari setelah melahirkan
b. Pada fase ini ibu merasa khawatir akan ketidakmampuannya dalam
merawat bayi
c. Ibu menjadi sangat sensitive, sehingga mudah tersinggung. Oleh karena itu,
ibu membutuhkan sekali dukungan dari orang-orang terdekat
d. Saat ini merupakan saat yang baik bagi ibu untuk menerima berbagai
penyuluhan dalam merawat diri dan bayinya. Dengan begitu ibu dapat
menumbuhkan rasa percaya dirinya
e. Pada periode ini ibu berkonsentrasi pada pengontrolan fungsi tubuhnya,
misalkan buang air kecil atau buang air besar, mulai belajar untuk
mengubah posisi seperti duduk atau jalan, serta belajar tentang perawatan
bagi diri dan bayinya
3. Periode Letting Go
a. Berlangsung 10 hari setelah melahirkan
b. Secara umum fase ini terjadi ketika ibu kembali ke rumahIbu menerima
tanggung jawab sebagai ibu dan mulai menyesuaikan diri dengan
ketergantungan bayinya
d. Keinginan untuk merawat bayi meningkat
e. Ada kalanya ibu mengalami perasaan sedih yang berkaitan dengan
bayinya, keadaan ini disebut baby blue
C. ETIOLOGI
Perdarahan dalam keadaan dimana plasenta telah lahir lengkap dan kontraksi
rahim baik, dapat dipastikan bahwa perdarahan tersebut berasal dari perlukaan
jalan lahir (Depkes RI, 2019).
Terjadinya robekan perineum antara lain :
1. Kulit perineum mulai melebar dan tegang.
2. Kulit perineum berwarna pucat dan mengkilap.
3. Ada perdarahan keluar dari lubang vulva, merupakan indikasi robekanpada
mukosa vagina.
D. MANIFESTASI KLINIS
1. Tanda dan gejala pada masa nifas ( post partum) menurut Yuli ( 2017, hlm
460 – 465) yaitu :
a. Tanda – tanda vital
Suhu tubuh dalam 24 jam pertama > 38 ˚C. Jika sampai paa hari ke 10 >
38˚C hati hati adanya infeksi puerporalis, infeksi saluran kemih dll.
b. Involusio
Merupakan proses kembalinya alat kandungan atau uterus dan jalan lahir
setalah bayi di lahirkan hingga mencapai kedaan sebelum hamil. Proses
involusi terjadi karena :
1) Autolysis yaitu penghancuran jaringan otot-otot uterus yang tumbuh
karena  adanya hiperplasi, dan jaringan otot yang membesar menjadi lebih
panjang sepuluh kali dan menjadi lima kali lebih tebal dari sewaktu masa
hamil akan susut kembali mencapai keadaan semula. Penghancuran
jaringan tersebut akan diserap oleh darah kemudian dikeluarkan oleh
ginjal yang menyebabkan ibu mengalami beser kencing setelah
melahirkan.
2) Aktifitas otot-otot yaitu adanya kontrasi dan retraksi dari otot-otot setelah
anak lahir yang diperlukan untuk menjepit pembuluh darah yang pecah
karena adanya pelepasan plasenta dan berguna untuk mengeluarkan isi
uterus yang tidak berguna. Karena kontraksi dan retraksi menyebabkan
terganggunya peredaran darah uterus yang mengakibatkan jaringan otot
kurang zat yang diperlukan sehingga ukuran jaringan otot menjadi lebih
kecil.
3) Ischemia yaitu kekurangan darah pada uterus yang menyebabkan atropi
pada jaringan otot uterus.
Involusi pada alat kandungan :
a) Fundus Uteri
Setelah plasenta lahir uterus merupakan alat yang keras, karena
kontraksi   dan  retraksi otot-ototnya.
b) Tempat Insersi Plasenta
Pada permulaan nifas bekas plasenta mengandung banyak
pembuluh darah besar yang tersumbat oleh trombus. Luka bekas
implantasi plasenta tidak meninggalkan parut karena dilepaskan dari
dasarnya dengan pertumbuhan endometrium baru dibawah permukaan
luka. Endometrium ini tumbuh dari pinggir luka dan juga sisa-sisa
kelenjar pada dasar luka.
c) Perubahan pembuluh darah rahim
Dalam kehamilan, uterus mempunyai banyak pembuluh darah
yang besar, tetapi karena setelah persalinan tidak diperlukan lagi
peredaran darah yang banyak maka arteri harus mengecil lagi dalam
masa nifas.
d) Perubahan cervix dan vagina
Beberapa hari setelah persalinan ostium eksternum dapat dilalui
oleh 2 jari, pada akhir minggu pertama dapat dilalui oleh  1 jari saja.
Karena hiperplasi ini dan karena karena retraksi dari cervix, robekan
cervix jadi sembuh. Vagina yang  sangat diregang waktu persalinan,
lambat laun mencapai ukuran yang normal. Pada minggu ke 3 post
partum ruggae mulai nampak kembali.
e) Endometrium
Mengalami involusi daerah implantasi plasenta. Nekrosis
pembuluh darah terjadi 2 – 3 post partum.pada hari ke tuju terbentuk
lapisan basal dan pada 16 hari normal kembali.
f) Lochea
Lochea adalah cairan sekret yang berasal dari kavum uteri dan
vagina dalam masa nifas. Pada hari pertama dan kedua lochea rubra
atau lochea cruenta, terdiri atas darah segar bercampur sisa-sisa
selaput ketuban, sel-sel desidua, sisa-sisa verniks kaseosa, lanugo dan
mekonium.
1) Lochea Rubra (cruenta) : Berisi darah segar dan sisa selaput
ketuban, sel-sel dari desidua, verniks kaseosa, lanugo dan
mekonium.
2) Lochea Sanguinolenta : Berwarna merah kuning berisi darah dan
lendir hari ke 3-7 pasca persalinan
3) Lochea Serosa : berwarna kuning, cairan tidak berdarah lagi, pada
hari ke 7-14 pasca persalinan.
4) Lochea Alba : cairan putih setelah 2 minggu.
5) Lochea Purulenta : terjadi infeksi, keluaran cairan seperti nanah
berbau busuk.
6) Lochea stasis : lochea tidak lancar keluarnya.
g) Clitoris
Kenceng dan tidak terlalu keras.
h) Vagina dan perineum
Setelah persalinan dinding perut longgar karena disebabkan
lama, tetapi biasanya akan pulih kembali dalam 6 minggu. Pada wanita
yang asthenis menjadi diastasis dari otot-otot rectus abnominis
sehingga sebagian dari dinding perut di garis tengah terdiri dari
perineum, fascia tipis dan kulit. Tempat yang lemah dan menonjol kalau
berdiri atau mengejan. Perubahan vagina, vagina mengecil dantimbul
rugae (lipatan-lipatan atau kerutan-kerutan) kembali. Terjadi robekan
perineum pada hampir semua persalinan pertama dan tidak jarang juga
pada persalinan berikutnya. Bila ada laserasi jalan lahir atau luka bekas
episiotomi (penyayatan mulut serambi kemaluan untuk mempermudah
kelahiran bayi) lakukanlah penjahitan dan perawatan dengan baik.
i) Dinding perut dan peritonium
Setelah persalinan dinding perut longgar karena diregang begitu
lama, biasanya akan pulih dalam 6 minggu. Ligamen fascia dan
diafragma pelvis yang meregang pada waktu partus setelah bayi lahir
berangsur angsur mengecil dan pulih kembali.Tidak jarang uterus jatuh
ke belakang  menjadi retrofleksi karena ligamentum rotundum jadi
kendor. Untuk memulihkan kembali sebaiknya dengan latihan-latihan
pasca persalinan.
j) Sistem kardiovaskular
Selama kehamilan secara normal volume darah  untuk
mengakomodasi   penambahan aliran darah yang diperlukan oleh
placenta dan pembuluh darah uterus. Penurunan dari estrogen
mengakibatkan  diuresis yang menyebabkan  volume plasma menurun
secara cepat pada kondisi normal. Keadaan ini terjadi pada  24 sampai
48 jam pertama setelah kelahiran. Selama ini klien mengalami sering
kencing. Penurunan progesteron membantu  mengurangi retensi cairan
sehubungan dengan penambahan vaskularisasi jaringan selama
kehamilan.
k) Sistem Urinaria
Aktifitas ginjal bertambah pada masa nifas karena reduksi dari
volume darah dan ekskresi produk sampah dari autolysis. Puncak dari
aktifitas ini terjadi pada hari pertama post partum.
l) Sistem endokrin
1) Oxytoxin
Oxytoxin disekresi oleh kelenjar hipofise posterior dan bereaksi
pada otot uterus dan jaringan payudara. Selama kala tiga
persalinan aksi oxytoxin menyebabkan pelepasan plasenta.
Setelah itu oxytoxin beraksi untuk kestabilan kontraksi uterus,
memperkecil bekas tempat perlekatan plasenta dan mencegah
perdarahan. Pada wanita yang memilih untuk menyusui bayinya,
isapan bayi menstimulasi ekskresi oxytoxin diamna keadaan ini
membantu kelanjutan involusi uterus dan pengeluaran susu.
Setelah placenta lahir, sirkulasi HCG, estrogen,  progesteron dan
hormon laktogen placenta menurun cepat, keadaan ini
menyebabkan perubahan fisiologis pada ibu nifas.
2) Prolaktin
Penurunan estrogen menyebabkan prolaktin yang disekresi
oleh glandula  hipofise  anterior bereaksi pada alveolus payudara
dan merangsang produksi susu. Pada wanita yang menyusui kadar
prolaktin terus tinggi dan pengeluaran FSH di ovarium ditekan.
Pada wanita yang tidak menyusui kadar prolaktin turun pada hari
ke 14 sampai 21 post partum dan penurunan ini mengakibatkan
FSH disekresi kelenjar hipofise anterior  untuk bereaksi pada
ovarium yang menyebabkan pengeluaran estrogen dan
progesteron dalam kadar normal, perkembangan normal folikel de
graaf, ovulasi dan menstruasi.
m) Laktasi
Laktasi dapat diartikan dengan pembentukan dan pengeluaran
air susu ibu. Air susu ibu ini merupakan makanan pokok , makanan
yang terbaik dan bersifat alamiah bagi bayi yang disediakan oleh ibu
yamg baru saja melahirkan bayi akan tersedia makanan bagi bayinya
dan ibunya sendiri. Selama kehamilan hormon estrogen dan
progestron merangsang pertumbuhan kelenjar susu sedangkan
progesteron merangsang pertumbuhan saluran kelenjar , kedua
hormon ini mengerem LTH. Setelah plasenta lahir maka LTH dengan
bebas dapat merangsang laktasi. Lobus prosterior hypofise
mengeluarkan oxtoxin yang merangsang pengeluaran air susu.
Pengeluaran air susu adalah reflek yang ditimbulkan oleh rangsangan
penghisapan puting susu oleh bayi. Rangsang ini  menuju ke hypofise
dan menghasilkan oxtocin yang menyebabkan buah dada
mengeluarkan air susunya.Pada hari ke 3 postpartum, buah dada
menjadi besar, keras dan nyeri. Ini menandai permulaan sekresi air
susu, dan kalau areola mammae dipijat, keluarlah cairan puting dari
puting susu.
n) Sistem pencernaan
Terjadi konstipasi akibat takut episiotomi rusak, penururnan tonus
abdomen kurang intake menjelang partus dan pengaruh klisma.
o) Sistem muskloskeletal
1) Peningkatan ukuran uterus menyebabkan distasis rektus abdominis
2) Sensasi ekstremitas bawah mengalami penururnan
3) Tromboplebitis terjadi aibat penururnan aktivitas dan peningkatan
protomblin
4) Edema terjadi pada periode post parm dini
2. Perubahan psikologis
Perubahan psikologi masa nifas menurut Reva- Rubin terbagi menjadi dalam 3
tahap yaitu:
a. Periode Taking In
Periode ini terjadi setelah 1-2 hari dari persalinan.Dalam masa ini terjadi 
interaksi dan kontak yang lama antara ayah, ibu dan bayi. Hal ini dapat
dikatakan sebagai psikis honey moon yang tidak memerlukan hal-hal yang
romantis, masing-masing saling memperhatikan bayinya dan menciptakan
hubungan yang baru.
b. Periode Taking Hold
Berlangsung pada hari ke – 3 sampai ke- 4 post partum. Ibu berusaha
bertanggung jawab terhadap bayinya dengan berusaha untuk menguasai
ketrampilan perawatan bayi. Pada periode ini ibu berkosentrasi pada
pengontrolan fungsi tubuhnya, misalnya buang air kecil atau buang air besar.
c. Periode Letting Go
d. Terjadi setelah ibu pulang ke rumah. Pada masa ini ibu mengambil tanggung
jawab terhadap bayi. Sedangkan stres  emosional pada ibu nifas kadang-
kadang  dikarenakan kekecewaan yang berkaitan dengan mudah
tersinggung dan terluka sehingga nafsu makan dan pola tidur terganggu.
Manifestasi ini disebut dengan post partum blues dimana terjadi pada hari ke
3-5 post partum.
E. PATOFISIOLOGI
1. Adaptasi Fisiologi
a. Infolusi uterus
Proses kembalinya uterus ke keadaan sebelum hamil setelah melahirkan,
proses ini dimulai segera setelah plasenta keluar akibat kontraksi otot-otot
polos uterus. Pada akhir tahap ketiga persalinan, uterus berada di garis
tengah, kira-kira 2 cm di bawah umbilicus dengan bagian fundus bersandar
pada promontorium sakralis. Dalam waktu 12 jam, tinggi fundus mencapai
kurang lebih 1 cm diatas umbilikus. Fundus turun kira-kira 1 smpai 2 cm setiap
24 jam. Pada hari pasca partum keenam fundus normal akan berada
dipertengahan antara umbilikus dan simpisis pubis.Uterus, pada waktu hamil
penuh baratnya 11 kali beratsebelum hamil, berinvolusi menjadi kira-kira 500
gr 1 minggusetelah melahirkan dan 350 gr 2 minggu setelah lahir. Satu
minggusetelah melahirkan uterus berada di dalam panggul. Pada minggu
keenam, beratnya menjadi 50-60 gr. Peningkatan esterogen danprogesteron
bertabggung jawab untuk pertumbuhan masif uterus selama hamil. Pada
masa pasca partum penurunan kadar hormone menyebapkan terjadinya
autolisis, perusakan secara langsung jaringan hipertrofi yang berlebihan. Sel-
sel tambahan yang terbentuk selama masa hamil menetap. Inilah penyebap
ukuranuterus sedikit lebih besar setelah hamil.
b. Kontraksi
intensitas kontraksi uterus meningkat secara bermakna segerasetelah
bayi lahir, diduga terjadi sebagai respon terhadappenurunan volume
intrauterin yang sangat besar. homeostasis pasca partum dicapai terutama
akibat kompresi pembuluh Darah intramiometrium, bukan oleh agregasi
trombosit dan pembentukan bekuan. Hormon oksigen yang dilepas dari
kelenjar hipofisis memperkuat dan mengatur kontraksi uterus, mengopresi
pabulum darah dan membantu hemostasis. Salama 1-2 jam pertama pasca
partum intensitas kontraksi uterus bisa berkurang dan menjadi tidak teratur.
Untuk mempertahankan kontraksi uterus, suntikan oksitosin secara intravena
atau intramuskuler diberikan segera setelah plasenta lahir. Ibu yang
merencanakan menyusui bayinya, dianjurkan membiarkan bayinya di
payudara segera setelah lahir karena isapan bayi pada payudara merangsang
pelepasan oksitosin.
2. Adaptasi psikologis
Adaptasi psikologis ibu post partum dibagi menjadi 3 fase yaitu :
a. Fase taking in / ketergantungan
Fase ini dimuai hari pertama dan hari kedua setelah melahirkan dimana ibu
membutuhkan perlindungandan pelayanan.
b. Fase taking hold / ketergantungan tidak ketergantungan
Fase ini dimulai pada hari ketiga setelah melahirkan dan berakhirpada
minggu keempat sampai kelima. Sampai hari ketiga ibu siap untuk
menerima peran barunya dan belajar tentang semua hal-hal baru. Selama
fase ini sistem pendukung menjadi sangat bernilai bagi ibu muda yang
membutuhkan sumber informasi dan penyembuhan fisik sehingga ia dapat
istirahat dengan baik
c. Fase letting go / saling ketergantungan
Dimulai sekitar minggu kelima sampai keenam setelah kelahiran.Sistem
keluarga telah menyesuaiakan diri dengan anggotanya yang baru. Tubuh
pasian telah sembuh, perasan rutinnya telah kembali dan kegiatan
hubungan seksualnya telah dilakukan kembali.
G. PENATALAKSANAAN
Penatlaksanaan menurut Siti ( 2019, hlm. 56) yaitu :
1) Penatalaksanaan medis
a) Pemeriksaan laboratorium darah lengkap ( hemoglobin, hematokrit,
leukosit ).
b) Urinalisis : kadar urin
c) Memberikan tablet zat besi untuk mengatasi anemia
d) Berikan antibiotik bila ada indikasi
2) Penatalaksanaan keperawatan
a) Mobilisasi dini
b) Rawat gabung
c) Pemeriksaan umum ( keluhan dan kesadaran)
d) Pemeriksaan khusus ( TTV, fundus uteri, payudara, lochea, luka jahitan
episiotomi).
H. KOMPLIKASI
Komplikasi yang bisa terjadi pada ibu post partum menurut Yuli ( 2017, hlm. 467
– 468) yaitu :
1) Perdarahan post pastum (keadaan kehilangan darah lebih dari 500 mL
selama 24 jam pertama sesudah kelahiran bayi)
2) Endometritis (radang edometrium)
3) Miometritis atau metritis (radang otot-otot uterus)
4) Perimetritis (radang peritoneum disekitar uterus)
5) Caked breast / bendungan asi (payudara mengalami distensi, menjdi
keras dan berbenjol-benjol)
6) Mastitis (Mamae membesar dan nyeri dan pada suatu tempat, kulit merah,
membengkak sedikit, dan nyeri pada perabaan ;  Jika tidak ada
pengobatan bisa terjadi abses)
7) Trombophlebitis (terbentuknya pembekuan darah dalam vena varicose
superficial yang menyebabkan stasis dan hiperkoagulasi pada kehamilan
dan nifas, yang ditandai dengan kemerahan atau nyeri.)
8) Luka perineum (Ditandai dengan : nyeri local, disuria, temperatur naik 38,3
°C, nadi < 100x/ menit, edema, peradangan dan kemerahan pada tepi,
pus atau nanah warna kehijauan, luka kecoklatan atau lembab, lukanya
meluas.
I. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan penunjang menurut Sarwono ( 2018, hlm. 56) yaitu :
a. Kondisi uterus : palpasi fundus, kontraksi TFU
b. Jumplah pendarahan : inspeksi perinium, laserasi, hematom
c. Pengeluaran loche
d. Kandung kemih : distensi bladder
J. ASKEP TEORI
Pengkajian
1. Biodata klien
Biodata klien berisi tentang : Nama, Umur, Pendidikan, Pekerjaan, Suku,
Agama, Alamat, No. Medical Record, Nama Suami, Umur, Pendidikan,
Pekerjaan , Suku, Agama, Alamat, Tanggal Pengkajian.
2. Keluhan utama
Hal-hal yang dikeluhkan saat ini dan alasan meminta pertolongan.
3. Riwayat haid
Umur Menarche pertama kali, Lama haid, jumlah darah yang keluar,
konsistensi, siklus haid, hari pertama haid terakhir, perkiraan tanggal partus.
4. Riwayat perkawinan
Kehamilan ini merupakan hasil pernikahan ke berapa ? Apakah perkawinan
sah atau tidak, atau tidak direstui orang tua ?
5. Riwayat obstetri
a. Riwayat kehamilan
Berapa kali dilakukan pemeriksaan ANC, Hasil Laboratorium : USG,
Darah, Urine, keluhan selama kehamilan termasuk situasi emosional
dan impresi, upaya mengatasi keluhan, tindakan dan pengobatan yang
diperoleh.
b. Riwayat persalinan
Riwayat persalinan lalu : Jumlah Gravida, jumlah partal, dan jumlah
abortus, umur kehamilan saat bersalin, jenis persalinan, penolong
persalinan, BB bayi, kelainan fisik, kondisi anak saat ini.
c. Riwayat nifas pada persalinan lalu : Pernah mengalami demam,
keadaan lochia, kondisi perdarahan selama nifas, tingkat aktifitas
setelah melahirkan, keadaan perineal, abdominal, nyeri pada
payudara, kesulitan eliminasi, keberhasilan pemberian ASI, respon
dan support keluarga.
d. Riwayat persalinan saat ini : Kapan mulai timbulnya his, pembukaan,
bloody show, kondisi ketuban, lama persalinan, dengan episiotomi
atau tidak, kondisi perineum dan jaringan sekitar vagina, dilakukan
anastesi atau tidak, panjang tali pusat, lama pengeluaran placenta,
kelengkapan placenta, jumlah perdarahan.
e. Riwayat New Born : apakah bayi lahir spontan atau dengan
induksi/tindakan khusus, kondisi bayi saat lahir (langsung menangis
atau tidak), apakah membutuhkan resusitasi, nilai APGAR skor, Jenis
kelamin Bayi, BB, panjang badan, kelainan kongnital, apakah
dilakukan bonding attatchment secara dini dengan ibunya, apakah
langsung diberikan ASI atau susu formula.
6. Riwayat KB&perencanaan keluarga
Kaji pengetahuan klien dan pasangannya tentang kontrasepsi, jenis
kontrasepsi yang pernah digunakan, kebutuhan kontrasepsi yang akan
datang atau rencana penambahan anggota keluarga dimasa mendatang.
7. Riwayat penyakit dahulu
8. Penyakit yang pernah diderita pada masa lalu, bagaimana cara pengobatan
yang dijalani, dimana mendapat pertolongan. Apakah penyakit tersebut
diderita sampai saat ini atau kambuh berulang-ulang ?
9. Riwayat psikososial-kultural
Adaptasi psikologi ibu setelah melahirkan, pengalaman tentang melahirkan,
apakah ibu pasif atau cerewet, atau sangat kalm. Pola koping, hubungan
dengan suami, hubungan dengan bayi, hubungan dengan anggota keluarga
lain, dukungan social dan pola komunikasi termasuk potensi keluarga untuk
memberikan perawatan kepada klien. Adakah masalah perkawinan, ketidak
mampuan merawat bayi baru lahir, krisis keluarga. Blues : Perasaan sedih,
kelelahan, kecemasan, bingung dan mudah menangis. Depresi : Konsentrasi,
minat, perasaan kesepian, ketidakamanan, berpikir obsesif, rendahnya emosi
yang positif, perasaan tidak berguna, kecemasan yang berlebihan pada
dirinya atau bayinya.
Kultur yang dianut termasuk kegiatan ritual yang berhubungan dengan
budaya pada perawatan post partum, makanan atau minuman, menyendiri
bila menyusui, pola seksual, kepercayaan dan keyakinan, harapan dan cita-
cita.
10. Riwayat kesehatan keluarga
Adakah anggota keluarga yang menderita penyakit yang diturunkan secara
genetic, menular, kelainan congenital atau gangguan kejiwaan yang pernah
diderita oleh keluarga.
11. Profil keluarga
Kebutuhan informasi pada keluarga, dukungan orang terdekat, sibling, type
rumah, community seeting, penghasilan keluarga, hubungan social dan
keterlibatan dalam kegiatan masyarakat.
12. Kebiasaan sehari-hari
1) Pola nutrisi : pola menu makanan yang dikonsumsi, jumlah, jenis
makanan (Kalori, protein, vitamin, tinggi serat), freguensi, konsumsi snack
(makanan ringan), nafsu makan, pola minum, jumlah, freguensi,.
2) Pola istirahat dan tidur : Lamanya, kapan (malam, siang), rasa tidak
nyaman yang mengganggu istirahat, penggunaan selimut, lampu atau
remang-remang atau gelap, apakah mudah terganggu dengan suara-suara,
posisi saat tidur (penekanan pada perineum).
3) Pola eliminasi : Apakah terjadi diuresis, setelah melahirkan, adakah
inkontinensia (hilangnya infolunter pengeluaran urin), hilangnya kontrol
blas, terjadi over distensi blass atau tidak atau retensi urine karena rasa
talut luka episiotomi, apakah perlu bantuan saat BAK. Pola BAB, freguensi,
konsistensi, rasa takut BAB karena luka perineum, kebiasaan penggunaan
toilet.
4) Personal Hygiene : Pola mandi, kebersihan mulut dan gigi, penggunaan
pembalut dan kebersihan genitalia, pola berpakaian, tatarias rambut dan
wajah.
5) Aktifitas : Kemampuan mobilisasi beberapa saat setelah melahirkan,
kemampuan merawat diri dan melakukan eliminasi, kemampuan bekerja
dan menyusui.
6) Rekreasi dan hiburan : Situasi atau tempat yang menyenangkan, kegiatan
yang membuat fresh dan relaks.
13. Sexual
Bagaimana pola interaksi dan hubungan dengan pasangan meliputi
freguensi koitus atau hubungan intim, pengetahuan pasangan tentang seks,
keyakinan, kesulitan melakukan seks, continuitas hubungan seksual.
Pengetahuan pasangan kapan dimulai hubungan intercourse pasca partum
(dapat dilakukan setelah luka episiotomy membaik dan lochia terhenti,
biasanya pada akhir minggu ke 3). Bagaimana cara memulai hubungan
seksual berdasarkan pengalamannya, nilai yang dianut, fantasi dan emosi,
apakah dimulai dengan bercumbu, berciuman, ketawa, gestures, mannerism,
dress, suara. Pada saat hubungan seks apakah menggunakan lubrikasi
untuk kenyamanan. Posisi saat koitus, kedalaman penetrasi penis. Perasaan
ibu saat menyusui apakah memberikan kepuasan seksual. Faktor-faktor
pengganggu ekspresi seksual : bayi menangis, perubahan mood ibu,
gangguan tidur, frustasi yang disebabkan penurunan libido.
14. Konsep Diri
Sikap penerimaan ibu terhadap tubuhnya, keinginan ibu menyusui,
persepsi ibu tentang tubuhnya terutama perubahan-perubahan selama
kehamilan, perasaan klien bila mengalami opresi SC karena CPD atau
karena bentuk tubuh yang pendek.
15. Peran
Pengetahuan ibu dan keluarga tentang peran menjadi orangtua dan tugas-
tugas perkembangan kesehatan keluarga, pengetahuan perubahan involusi
uterus, perubahan fungsi blass dan bowel. Pengetahan tentang keadaan
umum bayi, tanda vital bayi, perubahan karakteristik faces bayi, kebutuhan
emosional dan kenyamanan, kebutuhan minum, perubahan kulit.
Ketrampilan melakukan perawatan diri sendiri (nutrisi dan personal hyhiene,
payu dara) dan kemampuan melakukan perawatan bayi (perawatan tali
pusat, menyusui, memandikan dan mengganti baju/popok bayi, membina
hubungan tali kasih, cara memfasilitasi hubungan bayi dengan ayah, dengan
sibling dan kakak/nenek). Keamanan bayi saat tidur, diperjalanan,
mengeluarkan secret dan perawatan saat tersedak atau mengalami
gangguan ringan. Pencegahan infeksi dan jadwal imunisasi.
16. Pemeriksaan Fisik
1) Keadaan Umum : Tingkat energi, self esteem, tingkat kesadaran.
2) BB, TB, LLA, Tanda Vital normal (RR konsisten, Nadi cenderung bradi
cardy, suhu 36,2-38, Respirasi 16-24)
3) Kepala : Rambut, Wajah, Mata (conjunctiva), hidung, Mulut, Fungsi
pengecapan; pendengaran, dan leher.
4) Breast : Pembesaran, simetris, pigmentasi, warna kulit, keadaan areola
dan puting susu, stimulation nepple erexi. Kepenuhan atau pembengkakan,
benjolan, nyeri, produksi laktasi/kolostrum. Perabaan pembesaran kelenjar
getah bening diketiak.
5) Abdomen : teraba lembut , tekstur Doughy (kenyal), musculus rectus
abdominal utuh (intact) atau terdapat diastasis, distensi, striae. Tinggi
fundus uterus, konsistensi (keras, lunak, boggy), lokasi, kontraksi uterus,
nyeri, perabaan distensi blas.
6) Anogenital : Lihat struktur, regangan, udema vagina, keadaan liang vagina
(licin, kendur/lemah) adakah hematom, nyeri, tegang. Perineum : Keadaan
luka episiotomy, echimosis, edema, kemerahan, eritema, drainage. Lochia
(warna, jumlah, bau, bekuan darah atau konsistensi , 1-3 hr rubra, 4-10 hr
serosa, > 10 hr alba), Anus : hemoroid dan trombosis pada anus.
7) Muskoloskeletal : Tanda Homan, edema, tekstur kulit, nyeri bila dipalpasi,
kekuatan otot.
17. Pemeriksaan Laboratorium
1) Darah : Hemoglobin dan Hematokrit 12-24 jam post partum (jika Hb < 10 g
% dibutuhkan suplemen FE), eritrosit, leukosit, Trombosit.
2) Klien dengan Dower Kateter diperlukan culture urine.
Diagnosa dan intervensi
1. Dx 1 : Nyeri akut b.d agent cidera fisik
Tujuan : setelah di lakukan tinfakan keperawatan selama 1 x 7 jam di
harapakan nyeri berkurang.
Kriteria Hasil :
- Pasien mengetahui tanda – tanda dan penyebab nyeri
- Tanda – tanda vital dalam keadaan norma
- Dapat mengunakan tehnik non farmokologis untuk mengurangi nyeri
- Skala nyeri berkurang menjadi 2
Intervensi
a. Manajeman nyeri
1) Kaji secara kompersensif tanda tanda nyeri ( lokasi, onset, durasi,
frekuensi, kualitas, faktor pencentus).
2) Ajarkan tehnik non farmakologi ( relaksasi nafas dalam)
3) Tingkatkan istirahat
4) Observasi isyarat non verbal dalam merasakan nyeri
2. Dx 2: Risisko Infeksi
Tujuan : setelah di laukan tindakan keperawatan selam 1 x 7 jam di harapkan
dapat meningkatkan pertahanan tubuh
Kriteria Hasil :
- Tidak ada tanda – tanda infeksi
- Tanda – tanda vital normal
- Tidak ada peningkatan leukosit
- Luka di daerah perinium tidak ada pus
Intervensi
a. Kontrol infeksi
1) Lakukan perawatan vulva dan perinium
2) Ajarkan klien untuk mengganti pembalut setiap kotor
3) Tingkatkan asupan nutrisi
4) Anjurkan istirahat
5) Ajarkan klien dan keluarga tetang mencegah infeksi
b. Proteksi Infeksi
1) Monitor tanda dan gejala infeksi sitemik
2) Pertahankan tehnik aseptik
3. DX 3 :Gangguan eliminasi BAK b.d trauma perinium
Tujuan : setalah di lakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam di
harapakan eliminasi urine kembali normal
Kriteria hasil :
- Klien dapat BAK secara normal
- Klien tidak mengalami nyeri saat BAK
- Urine output normal
- Klien tidak takut untuk BAK
Intervensi :
a. Urinary Elimination Managemant (Manajeman eliminasi urin)
1) Monitor eliminasi urin termasuk frekuensi, konsentrasi, bau, volume,
dan warna
2) Ajarkan klien tanda dan gejlaa infeksi saluran kemih
3) Anjurkan klien banyak minum
4. Dx 4 : Risisko gangguan proses parenting b.d kurangnya pengetahuan
tentang cara merawat bayi
Tujuan : setelah di lakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam
diharapkan tida terjadi gangguan proses parenting.
Kriteria Hasil :
- Klien dapat dapat mengidentifikasi strategi untuk melindungi anak dari kelalaian
- Pengetahuan klien tetang cara perawatan bayi meningkat
- Klien dapat merawat bayi
Intervensi :
a. Family intergrity Promotion Childbayring
1) Cipkatakan hubungan salng percaya
2) Berikan dukungan verbal langkah demi langkah dengan tenang
3) Observasi situasi keluarga saat ini
4) Observasi hubungan pasangan terhadap kelahiran bayi
b. Family intergryti promotion
1) Jadi pendengar yang baik untuk anggota keluarga
2) Tentukan pemahaman klien mengenai penyebab sakit.

DAFTAR PUSTAKA
Aziz,Achmad,(2017). asuhan_keperawatan_post_partum_spontan.Jakarta : Yayasan
Bina Pustaka
Judha, dkk. (2018). Pengukuran Nyeri dan Nyeri Persalinan. Nuha Medika. Yogyakarta.
Kneale, Julia D. (2019). Keperawatan ortopedik dan trauma edisi kedua. Jakarta: EGC
Maritalia D, 2012. Asuhan Kebidanan Nifas dan Menyusui. Yogyakarta: Nuha Medika
Potter & Perry. (2010). Fundamental keperawatan. Jakarta: EGC.
Sarwono, P. (2018). Ilmu kebidananan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka
Saifudin, Abdul, Bari. (2008). Buku panduan praktek kesehatan maternal dan neonatal.
Jakarta : Trisada
Saleha, Siti. (20`19). Asuhan kebidanan pada masa nifas. Jakarta: Salemba Medika
Yuli, Reni. (2017). Buku ajar asuhan keperawatan maternitas Jakarta: CV Trans
Infomedia.

Anda mungkin juga menyukai