Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN ASUHAN KEPERAWATAN

KASUS ANSIETAS
DI PUSKESMAS CONDONG

Disusun Oleh :

Liana Riskiyatus Sholehah

(14201.10.18020)

PROGRAM SARJANA KEPERAWATAN


STIKES HAFSHAWATY ZAINUL HASAN PROBOLINGGO
TAHUN AKADEMIK 2020- 2021
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN
KASUS ANSIETAS

Probolinggo, 13 Februari 2021

Mahasiswa

Mengetahui

CI Akademik CI Klinik

Kepala Ruangan
A.Anatomi Fisiologi Sistem Limbik

Sistem limbik terletak di bagian tengah otak, membungkus batang otak


ibarat kerah baju.limbik secara harfiah diartikan sebagai perbatasan. Sistem
limbik itu sendiri diartikan keseluruhan lintasan neuronal yang mengatur tingkah
laku emosional dan dorongan motivasional.   Bagian utama sistem limbik adalah
hipothalamus dan struktur-strukturnya yang berkaitan. Bagian otak ini sama
dengan yang dimiliki hewan mamalia sehingga sering disebut dengan otak
mamalia.

Komponen limbik antara lain hipotalamus, thalamus, amigdala, hipocampus


dan kortes limbik. Sistem limbik berfungsi mengendalikan emosi, mengendalikan
hormon, memelihara homeostasis, rasa haus, rasa lapar, seksualitas, pusat rasa
senang, metabolisme dan juga memori jangka panjang. Sistem limbik menyimpan
banyak informasi yang tak tersentuh oleh indera. Dialah yang lazim disebut
sebagai otak emosi. Carl Gustav Jung  menyebutnya sebagai Alam Bawah Sadar
atau ketaksadaran kolektif, yang diwujudkan dalam perilaku baik seperti
menolong orang, dan perilaku tulus lainnya. LeDoux mengistilahkan sistem limbik
ini sebagai tempat duduk bagi semua nafsu manusia, tempat bermuaranya cinta,
respek dan kejujuran.
Sistem Limbik yang terdiri dari Amigdala, Thalamus dan Hipothalamus ini
berperanan  sangat penting dan berhubungan langsung dengan sistem otonom
maupun bagian otak penting lainnya.  Karena  hubungan langsung sistem Limbik 
dengan sistem otonom, jadinya bila ada stimulus emosi negatif yang langsung
masuk dan diterima oleh sistem Limbik dapat menyebabkan berbagai gangguan
seperti : gangguan jantung  , hipertensi maupun gangguan saluran cerna. Tidak
heran saat seseorang marah , maka jantung akan berdetak lebih cepat dan lebih
keras  dan  tekanan darah dapat meninggi .
Stimulus emosi dari luar ini dapat langsung potong jalur masuk ke sistem
Limbik tanpa dikontrol oleh bagian otak yang mengatur fungsi intelektual yang
mampu melihat stimulus tadi secara lebih obyektif dan rasional. Hal ini
menjelaskan kenapa seseorang yang sedang mengalami emosi kadang
perilakunya tidak rasional.  Permasalahan lain adalah pada beberapa keadaan
seringkali emosi negatif seperti cemas dan depresi timbul secara perlahan tanpa
disadari dan individu tersebut baru menyadari saat setelah timbul gejala fisik ,
seperti misalnya hipertensi.
1. Hipothalamus
Di sekeliling hipotalamus terdapat terdapat subkortikal lain dari sistem
limbik yang meliputi septum, area paraolfaktoria, epithalamus,
nukleianteriorthalamus, gangglia basalis hipocampus dan amigdala. Di
sekeliling area subkortika limbik terdapat korteks limbik, yang terdiri atas
sebuah cincin korteks serebri pada setiap belahan otak yang dimulai dari area
orbitofrontalis pada permukaan ventral lobus frontalis, menyebar ke atas ke
dalam girus sub kalosal, kemudian melewati ujung atas korpus kalosum ke
bagian hemisferium serebri dalam girus singulata dan akhirnya berjalan ke
belakang korpus kalosum dan ke bawah menuju permukaan ventro medial
lobus temporalis ke girus parahipokampal dan unkus. Lalu pada permukaan
medial dan ventral dari setiap hemisferium serebri ada sebuah cincin terutama
merupakan paleokorteks yang mengelilingi sekelompok struktur dalam yang
menagtur perilaku dan emosi. Sebaliknya, cincin korteks limbik ini juga
berfungsi sebagai alat komunikasi dua arah dan merupakan tali penghubung
antara neokorteks dan struktur limbik lain yang lebih rendah.
Jalur komunikasi yang penting antara sistem limbik dan batang otak
adalah berkas otak depan bagian medial (medial forebrain bundle) yang
menyebar ke regio septal dan orbito frontal korteks serebri ke bawah melalui
bagian tengah hipotalamus ke formasio retikul aris batang otak. Berkas ini
membuat serabut-serabut dalam dua arah, membentuk garis batang sistem
komunikasi. Jalur komunikasi yang kedua adalah melalui jaras pendek yang
melewati formasio retikularis batang otak, thalamus, hipothalamus, dan
sebagian besar area lainnya yang berhubungan dengan area basal otak.
Hipotalamus meskipun berukuran sangat kecil hanya beberapa
sentimeter kubik mempunyai jaras komunika dua arah yang berhubungan
dengan semua tingkat sistem limbik. Sebaliknya, hipotalamus dan struktur
yang berkaitan dengannya mengirimkan sinyal-sinyal keluaran dalam tiga
arah:
a. Ke belakang dan ke bawah menuju batang otak terutama di are retikular
mesenfalon, pons, dan medula dan dari area tersebut ke saraf perifer
sistem saraf otonom.
b. Ke atas menuju bagian besar area yang lebih tinggi di diensefalon dan
serebrum khususnya bagia anterior talamus dan bagian limbik korteks
serebri.
c. Infundibulum hipotalamus untuk mengatur atau mengatur secara sebagain
dari fungsi sekretorik pada sebagian posterior dan anterior kelenjar
hipofisis.
Pengaturan fungsi vegetatif dan fungsi endokrin Hipotalamus
Pada setiap hipotalamus tampak adanya suatu area hipotalamik lateral
yang besar. Area ini berguna untuk pengaturan rasa haus, rasa lapar, dan
sebagian besar hasrat emosional.
1. Pengaturan kardiovaskular menimbulkan efek neurogenik pada sistem
kardiovaskular yang telah dikenal meliputi kenaikan tekanan arteri,
penurunan arteri, peningkatan dan penurunan frekuensi denyut jantung.
2. Pengaturan suhu tubuh. Bagian anterior hipotalamus khususnya area
preoptik berhubungan dengan suhu tubuh. Peningkatan suhu darah yang
mengalir melewati area ini meningkatkan aktivitas neuron-neuron suhu.
sebaliknya penurunan suhu darah akan menurunkan aktivitasnya.
3. Pengaturan cairan. Hipotalamus mengatur cairan tubuh melalui dua cara. 1)
dengan mencetuskan sensasi haus yang menyebabkan seseorang atau
hewan minum air. 2) mengatur ekskresi air ke dalam urine. Di hipotalamus
bagian lateral terdapat area pusat rasa haus.
4. Pengaturan kontraktiitas uterus dan pengeluaran air susu oleh payudara.
Perangsangan nuklei paraventrikular menyebabkan sel-sel neuronnya
mensekresi  hormon oksitosin yang menyebabkan peningkatan
kontraktilitas uterus serta kontraksi sel-sel mioepitelial yang mengelilingi
alveoli payudara yang selanjutnya alveoli mengosongkan air susu melalui
puting susu.
5. Pengaturan gastrointestinal dan hasrat makan.  Yang berhubungan dengan
rasa lapar terdapat di area hipotalamus lateral. Sedangkan pusat rasa
kenyang terletak di nuklei ventromedial.
6. Pengaturan hipotalamik sekresi hormon endokrin oleh kelenjar hipofisis
anterior.
Fungsi perilaku dari hipotalamus dan fungsi limbik yang berkaitan
1. Perangsangan hipotalamus lateral pada hewan, tidak hanya merangsang
timbulnya rasa haus dan nafsu makan, tetapi juga kadangkala
menyebabkan timbu rasa marah yang sangat hebat dan keinginan untuk
berkelahi.
2. Perangsangan nukleus ventromedial menimbulkan rasa kenyang,
menurunkan nafsu makan, dan hewan juga tenang.
3. Perangsangan zone tipis dari nuklei paraventrikular, yang terletak sangat
berdekatan dengan ventrikel ke tiga biasanya menimbulkan rasa takut dan
reaksi terhukum.
4. Dorongan seksual terjadi bila ada rangsangan pada hipotalamus khususnya
sebagian besar bagian anterior dan posterior.
Prinsip sebagai bentuk kecerdasan emosi yang diperankan sistem limbik
antara lain:
1. Mempengaruhi sistem belajar manusia. Sistem limbik ini mengontrol
kemampuan daya ingat, kemampuan merespon segala informasi yang
diterima pancaindera.
2. Mengontrol setiap informasi yang masuk. Sistem limbik ini mengontrol
setiap informasi yang masuk dan memilih informasi yang berharga untuk
disimpan dan yang tidak berharga akan dilupakan. Oleh karena itu sistem
limbik menentukan terbentuknya daya ingat jangka panjang yang berguna
dalam pelayanan pendidikan anak
3. Otak tidak akan memberikan perhatian jika informasi yang masuk
mengabaikan sistem limbik. Suasana belajar yang membosankan membuat
sistem limbik mengkerut dan kehilangan daya kerjanya. Oleh karena itu
suasana belajar yang menyenangkan akan memberi pengaruh positif pada
kerja sistem limbik.
Fungsi spesifik bagian bagian lain sistem limbik
2. Fungsi hipokampus
Hipokampus merupakan bagian korteks serebri yang memanjang
melipat ke dalam untuk membentuk lebih banyak bagian dalam ventrikel
lateralis. Hipokampus merupakan saluran tambahan yang dilewati oleh sinyal
sensorik yang masuk, yang dapat memulai reaksi perilaku dengan tujuan
yang berbeda.
Seperti halnya halnya pada struktur-struktur limbik lain, perangsangan
pada berbagai area dalam hipokampus hampir selalu dapat menyebabkan
salah satu dari berbagai pola perilaku, misalnya rasa marah, ketidak
pedulian, atau dorongan seks yang berlebihan.
Hal-hal yang berasal dari ingatan jangka pendek dapat diubah untuk
disimpan menjadi ingatan jangka panjang oleh hipokampus. Hipokampus
(terletak diantara lobus temporal otak) dan bagian media lobus temporal
(bagian yang terletak paling dekat dengan garis tengah badan) juga berperan
dalam proses penggabungan ingatan (memory consolidation).
Untuk mengingat sesuatu, seseorang harus berhasil melaksanakan 3
hal, yaitu mendapatkan informasi, menahan / meyimpannya dan
mengeluarkannya. Bila kita lupa akan sesuatu, maka gangguan dapat terjadi
pada bagian mana saja dari ke 3 proses tersebut. Memory adalah proses
aktif, karena ilmu pengetahuan berubah terus, selalu diperiksa dan
diformulasi ulang oleh pikiran otak kita.
Ingatan mempunyai beberapa fase  yaitu :
a. Waktunya sangat singkat (extremely shortterm)/ingatan segera (immediate
memory) (item hanya dapat disimpan dalam beberapa detik),
b. Ingatan jangka pendek (short term) (items dapat ditahan dalam beberapa
menit), ingatan jangka panjang (long term) (penyimpanan
berlangsungbeberapa jam sampai seumur hidup.
c. Ingatan jangka panjang dihasilkan oleh perubahan struktural pada system
saraf, yang terjadi karena aktifasi berulang terhadap lingkaran neuron
(loop of neuron). Lingakaran tersebut dapat dari korteks ke thalamus atau
hipokampus, kembali lagi ke korteks.
Aktifasi berulang terhadap neuron yang membentuk loop tersebut akan
menyebabkan synaps diantara mereka secara fungsional berhubungan.
Sekali terjadi hubungan, maka neuron tersebut akan merupakan suatu
kumpulan sel, yang bila tereksitasi pada neuron tersebut akan terjadi aktifasi
seluruh kumpulan sel tersebut.
Dengan demikian dapat disimpan dan dikembalikan lagi oleh berbagai
sensasi, pikiran atau emosi yang mengaktifasi beberapa neuron dari
kumpulan sel tersebut. Menurut Hebb perubahan struktural tersebut terjadi di
sinaps.
Peran Hipokampus dalam pembelajaran
Fungsi teoritis hipokampus pada pembelajanèdapat menyebabkan
timbulnya dorongan untuk mengubah in gatan jangka pendek menjadi
ingatan jangka panjang. Artinya, hipokampus menjalarkan sinyal-sinyal yang
tampaknya membuat pikiran berulang-ulang melatih informasi baru sampai
menjadi ingatan yang disimpan permanaen.
3. Fungsi Amigdal
Amigdala merupakan kompleks beragam nukleus kecil yang terletak tepat
di bawah korteks serebri dari tiang (pole) medial anterior setiap lobus
temporalis. Amigdala mempunyai banyak sekali hubungan dua jalur dengan
hipothalamus seperti juga dengan daerah sistem limbik lainnya. Amigdala
menerima sistem neuronal dari semua bagian korteks limbik seperti juga dari
neokorteks lobus temporalis, parietalis, dan ksipitalis terutama dari area
asosiasi auditorik dan area asosiasi visual. Oleh karena hubungan yang
multiple ini, amigdala disebut “ jendela “, yang dipakai oleh  sistem limbik
untuk melihat kedudukan seseorang di dunia.  Sebaliknya, amigdala
menjalarkan sinyal- sinyal :
1) Kembali ke area kortikal yang sama ini,
2) Ke hipokampus,
3) Ke septum,
4) Ke thalamus
5) Khususnya ke hipothalamus.
Efek perangsangan amigdala hampir sama dengan efek perangsangan
langsung pada hipothalamus, ditambah dengan efek lain. Efek yang diawali
dari amigdala kemudian dikirim melalui hipotalamus meliputi :
1) Peningkatan dan penurunan tekanan arteri
2) Meningkatkan atau menurunkan frekuensi denyut jantung
3) Meningkatkan atau menurunkan motilitas dan sekresi gastrointestinal,
4) Defekasi atau mikturisi
5) Dilatasi pupil atau kadangkala kontriksi
6) Piloereksi
7) Sekresi berbagai hormon hipofisis anterior terutama hormon gonadotropin
dan adrenokortikortopik.
Disamping efek yang dijalarkan melalui hipotalamus ini, persangsangan
amigdala juga dapat menimbulkan beberapa macam gerakan involunter yakni:
1) Pergerakan tonik seperti mengangkat kepala atau membungkukkan badan
2) Pergerakan melingkar melingkar
3) Kadangkala pergerakan klonik, ritmis, dan berbagai macam pergerakan
yang berkaitan dengan penciuman dan makan sperti menjilat, mengunyah,
dan menelan. Selain itu, perangsangan pada nukleo amigdala tertentu
dapat menimbulkan pola marah, melarikan diri, rasa terhukum, nyeri yang
sangat, dan rasa takut seperti pola rasa marah yang dicetuskan oleh
hipotalamus.
Fungsi keseluruhan amigdala
Amigdala merupakan area perilaku kesadaran yang bekerja pada tingkat
bawah sadar. Amigdala juga tampaknya berproyeksi pada jalur sistem limbik
seseorang dalam berhubungan dengan alam sekitar dan pikiran. Amigdala
dianggap membuat respon perilaku seseorang sesuai dengan tiap kedaan.
4. Kortek limbic
Bagian dari sistem limbik yang sedikit dimengerti adalah cincin korteks
limbik, yang mengelilingi struktur subkortikal limbik. Korteks ini berfungsi
sebagai zona transisional yang dilewati oleh sinyal-sinyal yang dijalarkan oleh
sisa korteks otak ke dalam sistem limbik dan juga ke arah yang berlawanan
B. Fisiologi emosi
Emosi takut akan menimbulkan reaksi behavioral untuk bersembunyi
bersiap-siap untuk melawan. Respon melawan atau lari berarti tubuh perlu
meyiapkan diri secara otomatis, sehingga akan terjadi perubahan fisiologis yang
di perlukan untuk untuk lari atau melawan. Respon lari atau melawan ternyata
mekanisme fisiologisnya sama. Pergerakan respon ini akan di program oleh lobus
frontalis yang menggerakkan dan menyusun respon-respon ke hipotalamus.
Hipotalamus (ada di otak) akan menstimulusi (memerintah)kelenjar adrenal
(letaknya di atas ginjal)untuk melepas adrenaln atau lebih tepatnya epineprin ke
dalam aliran darah. Epineprin akan mengakibatkan denyut jantung meningkat,
nafas dangkal dan glukosa dalam darah meningkat. Selanjutnya glukosa akan
didistibusi ke bagian tubuh yang akan memerlukan energy ekstra.
Selain itu saat yang bersamaan berkaitan dengan respon menghadapi
emosi takut, Hormon ACHT (Adreno Corticotrophic Hormone) di lepas. Hormon
ini akan mengaktifkan kelenjar adrenal, yang selanjutnya akan melepaskan
kortikoid ke dalam darah. Kortikoit akan membawa pesan untuk di sampaikan ke
kelenjar yang lain maupun ke organ tubuh lainnya.
C. Definisi
Kecemasan adalah suatu respon kekuatan yang terkondisi secara klasik
dan gangguan kecemasan terjadi apabila respon ketakutan tersebut ditunjukkan
oleh suatu stimulus yang sehaarusnya tidak menimbulkan sebuah kecemasan.
(semium.2006 di dalam jurnal Ardian, Pudjijuaniarto.2018)
Kecemasan sebagai salah satu factor psikis dapat mempengaruhi
penampilan pemain dalam pertandingan. Tingkat kecemasan yang sangat tinggi
dapat berakibat buruk pada penampilan seseorang. Tingkat kecemasan yang
tinggi juga akan mempengaruhi perenggangan otot yang berpengaruhi pada
teknisnya.
Ansietas adalah respon tubuh terhadap peristiwa yang terjadi, dimana
respon tubuh terrhadap peristiwa yang terjadi, dimana respon tubuh tersebut lebih
bersifat negatif sehingga menimbulkan ketidaknyaman bagi klien.
D. Etiologi
a. Faktor predisposisi Stressor predisposisi adalah semua ketegangan dalam
kehidupan yang yang dapat menimbulkan kecemasan (Suliswati,2005).
Ketegangan dalam kehidupan tersebut dapat berupa :
1) Peristiwa traumatik, yang dapat memicu terjadinya kecemasan berkaitan
dengan krisis yang dialami individu baik krisis perkembangan atau
situasional
2) Konflik emosional yang dialami individu dan tidak terselesaikan dengan
baik. Konflik antara id dan superego atau antara keinginan dan kenyataan
yang menimbulkan kecemasan pada individu
3) Konsep diri terganggu akan menimbulkan ketidak mampuan individu
berpikir secara realitas sehingga akan menimbulkan kecemasan
4) Frustasi akan menimbulkan rasa ketidak berdayaan untuk mengambil
keputusan yang berdampak terhadap ego
5) Gangguan fisik akan menimbulkan kecemasan karena merupakan
ancaman terhadap integritas fisik yang dapat mempengaruhi konsep diri
individu
6) Pola mekanisme koping keluarga atau pola keluarga menangani stress
akan mempengaruhi individu dalam berespon terhadap konflik yang
dialami karena pola mekanisme koping individu banyak dipelajari dalam
keluarga
7) Riwayat gangguan kecemasan dalam keluarga akan mempengaruhi
respon individu dalam berespon terhadap konflik dan mengatasi
kecemasan
8) Medikasi yang dapat memicu terjadinya kecemasan adalah pengobatan
yang mengandung benzodizepin, karena benzodizepin dapat menekan
neurotransmiter gama amino butyric acid (GABA) yang mengontrol
aktivitas neuron di otak yang bertanggung jawab menghasilkan
kecemasan.
b. Aktor Presipitasi Stressor presipitasi adalah ketegangan dalam kehidupan
yang dapat mencetuskan tibulnya kecemasan. Stressor presipitasi
kecemasan dikelompokkan menjadi 2 yaitu :
1. Ancaman terhadap intregitas fisik.Ketegangan yang mengancam
integritas fisik yang meliputi :
a) Sumber internal, meliputi kegagalan mekanisme fisiologis sistem
imun, regulasi suhu tubuh, perubahan biologis normal (misalnya
hamil).
b) Sumber eksternal meliputi paparan terhadap infeksi virus dan bakteri,
polutan lingkungan, kecelakaan, kekurangan nutrisi, tidak adekuatnya
tempat tinggal
2. Ancaman terhadap harga diri meliputi sumber eksternal dan internal
a) Sumber internal, kesulitan dalam berhubungan interpersonal dirumah
dan tempat kerja, penyesuaian terhadap peran baru. Berbagai
ancaman terhadap intergritas fisik juga dapat mengancam harga diri.
b) Sumber eksternal: kehilangan orang yang dicintai, perceraian,
perubahan status pekerjaan, tekanan kelompok, sosial budaya . (Eko
Prabowo, 2014)
E. Tanda gejala
Subjektif :
a. Tidak nafsu makan
b. Diare
c. Gelisah
d. Mudah lupa
e. Tangan gemetar
f. Perasaan tidak aman
g. Merasa tidak bahagia
h. Sulit menikmati kegiatan harian
i. Kehilangan minat gairah
j. Sakit kepala dan sulit tidur
Objektif :
a. Nadi dan tekanan darah meningkat
b. Tidak mampu menerima informasi
c. Berfokus pada apa yang menjadi perhatiannya
d. Ketakutan atas sesuatu yang tidak spesifik/jelas
e. Pekerjaan sehari-hari terganggu
f. Tidak mempu melakukan kegiatan harian
g. Gerakan meremas tangan
h. Bicara berlebihan dan cepat
F. Kasus (masalah utama)
Kecemasan (Ansietas)
G. Rentan respon ansietas

Tingkat Ansietas Menurut Halter (2014) ada 4 klasifikasi tingkat


ansietas yaitu ansietas ringan, ansietas sedang, ansietas berat, dan panik.
a. Ansietas Ringan
Penyebab dari ansietas ringan biasanya karena pengalaman kehidupan
sehari-hari dan memungkinkan individu menjadi lebih fokus pada
realitas. Individu akan mengalami ketidaknyamanan, mudah marah,
gelisah, atau adanya kebiasaan untuk mengurangi ketegangan (seperti
menggigit kuku, menekan jari-jari kaki atau tangan). Menurut Asmadi 16
(2008) respons fisiologis yang terjadi pada ansietas ringan yaitu nadi
dan tekanan darah sedikit meningkat, adanya gangguan pada lambung,
muka berkerut, dan bibir bergetar. Respons kognitif dan afektif yang
terjadi yaitu gangguan konsentrasi, tidak dapat duduk tenang, dan suara
kadang-kadang meninggi.
b. Ansietas Sedang
Pada ansietas sedang, lapang pandang individu menyemit. Selain itu
individu mengalami penurunan pendengaran, penglihatan, kurang
menangkap informasi dan menunjukkan kurangnya perhatian pada
lingkungan. Terhambatnya kemampuan untuk berpikir jernih, tapi masih
ada kemampuan untuk belajar dan memecahkan masalah meskipun
tidak optimal. Respons fisiologis yang dialami yaitu jantung berdebar,
meningkatnya nadi dan respiratory rate, keringat dingin, dan gejala
somatik ringan (seperti gangguan lambung, sakit kepala, sering
berkemih). Terdengar suara sedikit bergetar. Ansietas ringan atau
ansietas sedang dapat menjadi sesuatu yang membangun karena
kecemasan yang terjadi merupakan sinyal bahwa individu tersebut
membutuhkan perhatian atau kehidupan individu tersebut dalam keadan
bahaya.
c. Ansietas Berat
Semakin tinggi level ansietas, maka lapang pandang seseorang akan
semakin menurun atau menyempit. Seseorang yang mengalami
ansietas berat hanya mampu fokus pada satu hal dan mengalami
kesulitan untuk memahami apa yang terjadi. Pada level ini individu tidak
memungkinkan untuk belajar dan memecahkan masalah, bahkan bisa
jadi individu tersebut linglung dan bingung. Gejala somatik meningkat,
gemetar, mengalami hiperventilasi, dan mengalami ketakutan yang
besar.
d. Panik
Individu yang mengalami panik sulit untuk memahami kejadian di
lingkungan sekitar dan kehilangan rangsangan pada kenyataan.
Kebiasaan yang muncul yaitu mondarmandir, mengamuk, teriak, atau
adanya penarikan dari lingkungan sekitar. Adanya halusinasi dan
persepsi sensorik yang palsu (melihat seseorang atau objek yang tidak
nyata). Tidak terkoordinasinya fisiologis dan adanya gerakan impulsif.
Pada tahap panik ini individu dapat mengalami kelelahan.
H. Patofisiologi
Sistem syaraf pusat menerima suatu persepsi ancaman. Persepsi ini timbul
akibat adanya rangsangan dari luar dan dalam yang berupa pengalaman masa
lalu dan faktor genetik. Kemudian rangsangan dipersepsi oleh panca indra,
diteruskan dan direspon oleh sistem syaraf pusat melibatkan jalur cortex cerebri –
limbic system – reticular activating system – hypothalamus yang memberikan
impuls kepada kelenjar hipofise untuk mensekresi mediator hormonal terhadap
target organ yaitu kelenjar adrenal yang kemudian memicu syaraf otonom melalui
mediator hormonal yang lain (Owen, 2016).
I. a. Pohon masalah
Sistem saraf pusat

Rangsangan di persepsi oleh panca indra

Jalur cortex cerebri

Limbic system

Reticular activating system

Hipotalamus

Memberikan impuls kelenjar hipofise

Kelenjar adrenal

System saraf otonom

Kecemasan

Ansietas

b. Data yang perlu di kaji


 Perilaku
Produktivitas menurun, mengamati dan waspada, kontak mata, jelek,
gelisah, melihat sekilas sesuatu , pergerakan berlebihan (seperti; foot
shuffling, pergerakan lengan/tangan), Ungkapan perhatian berkaitan
dengan merubah peristiwa dalam hidup, insomnia, perasaan gelisah
 Afektif
Menyesal, iritabel,kesedihan mendalam, takut, gugup, suka cita berlebihan,
nyeri dan ketidak berdayaan meningkat secara menetap, gemertak, ketidak
pastian, kekhawatiran meningkat, fokus pada diri sendiri, perasaan tidak
adekuat, ketakutan, distressed, khawatir, prihatin dan mencemaskan
 Fisiologis
Suara bergetar, gemetar/tremor tangan, bergoyang-goyang, respirasi
meningkat, kesegeraan berkemih ( parasimpatis), nadi meningkat, dilasi
pupil, refleks-refleks meningkat, nyeri abdomen, gangguan tidur, perasaan
geli pada ekstrimitas, eksitasi kardiovaskuler, peluh meningkat, wajah
tegang, anoreksia, jantung berdebar-debar , diarhea, keragu-raguan
berkemih kelelahan, mulut kering, kelemahan, nadi berkurang, wajah
bergejolak, vasokontriksi supervisial, berkedutan, tekanan darah menurun
mual, keseringan berkemih, pingsan, sukar bernafas, tekanan darah
meningkat
 Kognitif
Hambatan berfikir, bingung, preokupasi, pelupa, perenungan, perhatian,
lemah, lapang persepsi menurun, takut akibat yang tidak khas, cenderung
menyalahkan orang lain, sukar berkonsentrasi, kemampuan berkurang
terhadap:( memecahkan masalah dan belajar) , kewaspadaan terhadap
gejala fisiologis .
 Faktor yang berhubungan
Terpapar toksin, konflik tidak disadari tentang pentingnya nilai-nilai / tujuan
hidup, hubungan kekeluargaan / keturunan, kebutuhan yang tidak
terpenuhi, interpersonal-transmisi/penularan, krisis situasional, maturasi,
ancaman terhadap konsep diri, stress, penyalah gunaan zat,ancaman
terhadap atau perubahan dalam : status peran status kesehatan , pola
interaksi, fungsi peran, lingkungan , status ekonomi
J. Diagnosa keperawatan
Ansietas b.d Kurang terpapar informasi d.d merasa khawatir dengan akibat dari
kondisi yang di hadapi
K. Rencana tindakan keperawatan
SP pada pasien
a. Strategi Pelaksanaan (SP) 1 Kecemasan Pada Pasien
Tahap Kerja
i. Membantu pasien mengenal ansietas
ii. Mengerjakan teknik pengalihan situasi/distraksi
iii. Latihan melakukan teknik pengalihan situasi/distraksi
b. Strategi Pelaksanaan (SP) 2 Kecemasan Pada Pasien
Tahap Kerja
i. Evaluasi kemapuan pasien mengenal ansietas
ii. Evaluasi kemampuan distraksi
iii. Mengajarkan relaksasi nafas dalam
iv. Latihan relaksasi nafas dalam
c. Strategi Pelaksanaan (SP) 3 Kecemasan Pada Pasien
Tahap Kerja
i. Evaluasi kemampuan pasien mengenal masalah
ii. Evaluasi kemampuan distraksi dan relaksasi nafas dalam
iii. Melat pasien untuk relaksasi otot
iv. Atur posisi senyaman mungkin, santai
v. Konsentrasi terhadap gerakan oto seluruh tubuh
vi. Latihan otot wajah
vii. Latihan otot punggung
viii. Latihan otot perut
ix. Latihan otot panggul
x. Latihan otot tangan dan kaki
d. Strategi Pelaksanaan (SP) 4 Kecemasan Pada Pasien
Tahap Kerja
i. Evaluasi mengenal ansieas
ii. Evaluasi kemampua distraksi, relaksasi nafas dalam dan relaksasi otot
iii. Melatih hipnotik 5 jari
iv. Latihan hipnotik 5 jari
v. Latih sampai membudaya
vi. Nilai kemampuan mengatasi ansietas
vii. Nilai apakah ansietas teratasi
SP pada keluarga
a. Strategi Pelaksanaan (SP) 1 Kecemasan Pada Keluarga
Tahap Kerja
i. Mendiskusikan masalah yang dirasakan keluarga dalam merawat pasien
ii. Membantu keluarga mengenal ansietas pasien (tanda, gejala, penyebab,
dan akibat)
iii. Mengerjakan teknik pengalihan situasi/distraksi
iv. Latihan melakukan teknik pengalihan situasi/distraksi
b. Strategi Pelaksanaan (SP) 2 Kecemasan Pada Keluarga
Tahap Kerja
i. Evaluasi kemampuan keluaga mengenal ansietas
ii. Evaluasi kemampuan keluarga dalam distraksi
iii. Mengerjakan relaksasi nafas dalam
iv. Latihan relaksasi nafas dalam
c. Strategi Pelaksanaan (SP) 3 Kecemasan Pada Keluarga
Tahap Kerja
i. Evaluasi mengenal kemampuan keluarga mengenal masalah
ii. Evaluasi kemampuan distraksi dan relaksasi
iii. Melatih keluarga untuk relaksasi otot
iv. Latiha relaksasi otot
d. Strategi Pelaksanaan (SP) 4 Kecemasan Pada Keluarga
Tahap Kerja
i. Evaluasi mengenal ansietas
ii. Evaluasi kemampuan distraksi, relaksasi, nafas, dalam dan relaksasi otot
iii. Melatih hipnotk 5 jari
iv. Latihan hipnotik 5 jari
v. Latih sampai membudaya
vi. Nilai kemampuan mengatasi ansietas
vii. Niai apakah ansietas teratas
Daftar pustaka

Hapilan Pahmi, Kusmaedi Nurlan, Fitri Mustika.2017.Perbandingan Tingkat


Kecemasan Pelatih Dan Atlet Taekwondo.Jurnal Terapan Ilmu Keolahragaan.
Vol 02. No 1. Hal 38-43

Pramata Aji Ardian, Pudjijuniarto.2018.Tingkat Kecemasan Atlet Tim Bola Tangan


Pahlawan Handball Club Dalam Menghadapi Fantastic Handball
Championship 2018.Jurnal Kesehatan Olahraga.Vol 07.No 02.Hal 520-525

Stikes Hafshawaty.2019-2020. Modul Praktikum Keperawatan Jiwa I. Program Studi


Sarjana Keperawatan

Marwansyah, Mahata Endo Batura Intan, Elianora Dewi.2018. Tingkat Kecemasan


pada Anak dengan Metode Corah’s Denstal Anxiety Scale (CDAS) Di rumah
Sakit Gigi dan Mulut Baiturrahmah Padang. Jurnal B-Dent.Vol 5. No 1. Hal 20-
29

Nurahdiani Gina, Widianti Efri, Fitria Nita.2017. Tingakt Kecemasan pada Kematian
ODHA. Jurnal Keperawatan Sudirman. Vol 12. No 3

Anda mungkin juga menyukai