Anda di halaman 1dari 23

LAPORAN PEDAHULUAN

SECTIO CAESAREA DENGAN PRE-EKLAMSIA

A. PENGERTIAN
1. SECTIO CAESAREA
Sectio caesarea adalah persalinan melalui sayatan pada dinding abdomen dan uterus yang
masih utuh dengan berat janin lebih dari 1000 gr atau umur kehamilan lebih dari 28 minggu
(Manuaba,2012).Sectio caesarea merupakantindakan melahirkan bayi melalui insisi
( membuat sayatan ) didepan uterus. Sectio caesarea merupakan metode yang paling umum
untuk melahirkan bayi, tetapi masih merupakan prosedur operasi besar, dilakukan kepada ibu
dalam keadaan sadar kecuali dalam keadaan darurat menurut Hartono ( 2014 ).
Persalinan sectio caesarea didefenisikan sebagai pelahiran janin melalui insisi didinding
abdomen (laparatomi) dan dinding uterus (histeretomi) menurut Norman (2012). Sedangkan
Koniak (2011) menambahkan, pelahiran sesaria juga dikenal dengan istilah sectio caesarea
adalah pelahiran janin melalui insisi yang dibuat pada dinding abdomen dan uterus, tindakan
ini dipertimbangkan sebagai pembedahan abdomen mayor.
2. PRE-EKLAMSIA
Pre-eklamsia adalah suatu hipertensi atau tekanan darah tinggi yang timbul setelah 20 minggu
kehamilan dan disertai dengan proteinuria (Walyani, 2015, p. 43).Pre-eklamsia Berat adalah
tekanan darah yang tinggi (hipertensi) 160/110 mmHg atau lebih dan disertai proteinuria +3,
edema di kehamilan 20 minggu atau lebih (Maryunani, 2016, p. 172)
B. ANATOMI DAN FISIOLOGI
1. Anatomi dan Fisiologi sistem reproduksi
Organ reproduksi wanita terbagi atas organ eksterna dan interna. Organ eksterna berfungsi
dalam berfungsi dalam kopulasi, sedangkan organ interna berfungsi dalam ovulasi, sebagai
tempat fertilisasi sel telur dan perpindahan blastosis, dan sebagai tempat implantasi, dapat
dikatakan berfungsi untuk pertumbuhan dan kelahiran janin

a. Struktur Eksterna
1) Mons Pubis
Mons Pubis atau Mons Veneris adalah jaringan lemak subkutan berbentuk bulat yang lunak
dan padat serta merupakan jaringan ikat jarang diatas simfisis pubis.Mons pubis mengandung
banyak kelenjar sebasea (minyak) dan ditumbuhi Rambut berwarna hitam, kasar dan ikal
pada masa pubertas, yakni sekitar satu sampai dua tahun sebelum awitan haid.Fungsinya
sebagai bantal pada saat melakukan hubungan sex.
2) Labia Mayora
Labia Mayora ialah dua lipatan kulit panjang melengkung yang menutupi lemak dan jaringan
ikat yang menyatu dengan mons pubis. Keduanya memanjang dari mons pubis ke arah bawah
mengelilingi labia mayora, meatus urinarius, dan introitus vagina ( muara vagina ).
3) Labia Minor
Labia Minora, terletak diantara dua labia mayora, merupakan lipatan kulit yang panjang,
sempit dan tidak berambut yang memanjang ke arah bawah dari bawah klitoris dan menyatu
dengan fourchette.Sementara bagian lateral dan anterior labia biasanya mengandung pigmen,
permukaan medial labia minora sama dengan mukosa vagina; merah muda dan basah.
Pembuluh darah yang sangat banyak membuat labia berwarna merah kemurahan dan 10
memungkinkan labia minora membengkak, bila ada stimulus emosional atau stimulus fisik.
4) Klitoris
Klitoris adalah organ pendek berbentuk silinder dan erektil yang terletak tepat dibawah arkus
pubis.Dalam keadaan tidak terangsang, bagian yang terlihat adalah sekitar 6 x 6 mm atau
kurang.Ujung badan klitoris dinamai glans dan lebih sensitif daripada badannya.Saat wanita
secara seksual terangsang, glans dan badan klitoris membesar.Fungsi klitoris adalah
menstimulasi dan meningkatkan ketegangan seksualitas.
5) Prepusium Klitoris
Dekat sambungan anterior, labia minora kanan dan kiri memisah menjadi bagian medial dan
lateral.Bagian lateral menyatu di bagian atas klitoris dan membentuk prepusium, penutup
yang berbentuk seperti kait.Bagian medial menyatu di bagian bawah klitoris untuk
membentuk frenulum.Kadang-kadang prepusium menutupi klitoris.

6) Vestibulum
Vestibulum ialah suatu daerah yang berbentuk seperti perahu atau lonjong, terletak di antara
labia minora, klitoris dan fourchette.Vestibulum terdiri dari muara uretra, kelenjar parauretra
(vestibulum minus atau skene), vagina dan kelenjar paravagina (vestibulum mayus,
vulvovagina, atau Bartholin). Permukaan 11 vestibulum yang tipis dan agak berlendir mudah
teriritasi oleh bahan kimia (deodorant semprot, garam-garaman, busa sabun), panas, rabas
dan friksi (celana jins yang ketat).
7) Fourchette
Fourchette adalah lipatan jaringan transversal yang pipih dan tipis, terletak pada pertemuan
ujung bawah labia mayora dan minora di garis tengah dibawah orifisium vagina.Suatu
cekungan kecil dan fosa navikularis terletak di antara fourchette dan himen.
8) Perineum
Perineum ialah daerah muscular yang ditutupi kulit antara introitus vagina dan anus.Perineum
membentuk dasar badan perineum. Penggunaan istilah vulva dan perineum kadang-kadang
tertukar,
b. Struktur Intenal
1) Ovarium
Sebuah ovarium terletak di setiap sisi uterus, dibawah dan di belakang tuba falopii.Dua
ligamen mengikat ovarium pada tempatnya, yakni bagian mesovarium ligamen lebar uterus,
yang memisahkan ovarium dari sisi dinding pelvis lateral kira-kira setinggi Krista iliaka
antero superior, dan ligamentum ovarii proprium.
Dua fungsi ovarium ialah menyelenggarakan ovulasi dan memproduksi hormon.Saat lahir,
ovarium wanita normal mengandung sangat banyak ovum primordial (primitif).Ovarium juga
merupakan tempat utama produksi hormon seks steroid (estrogen, progesterone, dan
androgen) dalam jumlah yang dibutuhkan untuk pertumbuhan, perkembangan dan fungsi
wanita normal.
Hormon estrogen adalah hormon seks yang di produksi oleh rahim untuk merangsang
pertumbuhan organ seks seperti payudara dan rambut pubik serta mengatur sirkulasi
manstrubasi.Hormon estrogen juga menjaga kondisi kesehatan dan elasitas dinding
vagina.Hormon ini juga menjaga teksture dan fungsi payudara.pada wanita hamil hormon
estrogen membuat puting payudara membesar dan merangsang pertumbuhan kelenjar ASI
dan memperkuat dinding rahim saat terjadi kontraksi menjelang persalinan. Hormon
progesterone berfungsi untuk menghilangkan 13 pengaruh hormon oksitoksin yang
dilepaskan oleh kelenjar pituteri.Hormon ini juga melindungi janin dari serangan sel-sel
kekebalan tubuh dimana sel telur yang di buahi menjadi benda asing dalam tubuh ibu.hormon
androgen berfungsi untuk menyeimbangkan antara hormon estrogen dan progesteron.
( Harunyaha,2003)
2) Tuba Falopii (Tuba Uterin)
Panjang tuba ini kira-kira 10 cm dengan diameter 0,6 cm. Setiap tuba mempunyai lapisan
peritoneum di bagian luar, lapisan otot tipis di bagian tengah, dan lapisan mukosa di bagian
dalam. Lapisan mukosa terdiri dari sel-sel kolumnar, beberapa di antaranya bersilia dan
beberapa yang lain mengeluarkan secret. Lapisan mukosa paling tipis saat menstruasi.Setiap
tuba dan lapisan mukosanya menyatu dengan mukosa uterus dan vagina.
3) Uterus
Uterus adalah organ berdinding tebal, muscular, pipih, cekung yang tampak mirip buah pir
terbalik. Pada wanita dewasa yang belum pernah hamil, berat uterus ialah 60 g. Uterus
normal memiliki bentuk simetris, nyeri bila ditekan, licin dan teraba padat. Derajat kepadatan
ini bervariasi bergantung kepada beberapa faktor.Misalnya, uterus mengandung lebih banyak
rongga selama fase sekresi Tiga fungsi uterus adalah siklus menstruasi dengan peremajaan
endometrium, kehamilan dan persalinan.Fungsi-fungsi 14 ini esensial untuk reproduksi, tetapi
tidak diperlukan untuk kelangsungan fisiologis wanita.
4) Dinding Uterus
Dinding uterus terdiri dari tiga lapisan: endometrium, miometrium, dan sebagian lapisan luar
peritoneum parietalis.
5) Serviks
Bagian paling bawah uterus adalah serviks atau leher.Tempat perlekatan serviks uteri dengan
vagina, membagi serviks menjadi bagian supravagina yang panjang dan bagian vagina yang
lebih pendek. Panjang serviks sekitar 2,5 sampai 3 cm, 1 cm menonjol ke dalam vagina pada
wanita tidak hamil. Serviks terutama disusun oleh jaringan ikat fibrosa serta sejumlah kecil
serabut otot dan jaringan elastis.
6) Vagina
Vagina, suatu struktur tubular yang terletak di depan rectum dan di belakang kandung kemih
dan uretra, memanjang dari introitus (muara eksterna di vestibulum di antara labia minora
vulva) sampai serviks. Vagina adalah suatu tuba berdinding tipis yang dapat melipat dan
mampu meregang secara luas. Karena tonjolan serviks ke bagian atas vagina, panjang dinding
anterior vagina hanya sekitar 7,5 cm, sedangkan panjang dinding posterior sekitar 9 cm. 15
Ceruk yang terbentuk di sekeliling serviks yang menonjol tersebut disebut forniks: kanan,
kiri, anterior dan posterior. Mukosa vagina berespons dengan cepat terhadap stimulasi
estrogen dan progesterone.Sel-sel mukosa tanggal terutama selama siklus menstruasi dan
selama masa hamil. Sel-sel yang diambil dari mukosa vagina dapat digunakan untuk
mengukur kadar hormon seks steroid.
Cairan vagina berasal dari traktus genitalia atas atau bawah.Cairan sedikit asam.Interaksi
antara laktobasilus vagina dan glikogen mempertahankan keasaman. Apabila pH naik di atas
lima, insiden infeksi vagina meningkat (Bobak, Lowdermilk, Jensen, 2004)
2. Anatomi Fisiologi Abdomen
a. Kulit
1)Lapisan Epidermis
Epidermis, lapisan luar, terutama terdiri dari epitel skuamosa bertingkat.Sel-sel yang
menyusunya secara berkesinambungan dibentuk oleh lapisan germinal dalam epitel silindris
dan mendatar ketika didorong oleh sel-sel baru kearah permukaan, tempat kulit terkikis oleh
gesekan.Lapisan luar terdiri dari keratin, protein bertanduk, Jaringan ini tidak memiliki
pembuluh darah dan selselnya sangat rapat.
2) Lapisan Dermis
Dermis adalah lapisan yang terdiri dari kolagen jaringan fibrosa dan elastin.Lapisan
superfasial menonjol ke dalam epidermis berupa sejumlah papilla kecil.Lapisan yang lebih
dalam terletak pada jaringan subkutan dan fasia, lapisan ini mengandung pembuluh darah,
pembuluh limfe dan saraf. 17
3) Lapisan subkutan
Lapisan ini mengandung sejumlah sel lemak, berisi banyak pembuluh darah dan ujung
syaraf.Lapisan ini mengikat kulit secara longgar dengan organ-organ yang terdapat
dibawahnya.Dalam hubungannya dengan tindakan SC, lapisan ini adalah pengikat organ-
organ yang ada di abdomen, khususnya uterus.
Organ-organ di abdomen dilindungi oleh selaput tipis yang disebut peritonium.Dalam
tindakan SC, sayatan dilakukan dari kulit lapisan terluar (epidermis) sampai dinding uterus.
b. Fasia
Di bawah kulit fasia superfisialis dibagi menjadi lapisan lemak yang dangkal, Camper's fasia,
dan yang lebih dalam lapisan fibrosa,.Fasia profunda terletak pada otot-otot perut.menyatu
dengan fasia profunda paha. Susunan ini membentuk pesawat antara Scarpa's fasia dan perut
dalam fasia membentang dari bagian atas paha bagian atas perut.Di bawah lapisan terdalam
otot, maka otot abdominis transverses, terletak fasia transversalis. Para fasia transversalis
dipisahkan dari peritoneum parietalis oleh variabel lapisan lemak.. Fascias adalah lembar
jaringan ikat atau mengikat bersama-sama meliputi struktur tubuh
c. Otot perut
1) Otot dinding perut anterior dan lateral
Rectus abdominis meluas dari bagian depan margo costalis di atas dan pubis di bagian
bawah. Otot itu disilang oleh beberapa pita fibrosa dan berada didalam selubung. Linea alba
adalah pita jaringan yang membentang pada garis tengah dari procecuss xiphodius sternum ke
simpisis pubis, memisahkan kedua musculus rectus abdominis. Obliquus externus, obliquus
internus dan transverses adalah otot pipih yang membentuk dinding abdomen pada bagian
samping dan depan. Serat externus berjalan kea rah bawah dan atas ; serat obliquus internus
berjalan keatas dan kedepan ; serat transverses (otot terdalam dari otot ketiga dinding perut)
berjalan transversal di bagian depan ketiga otot terakhir otot berakhir dalam satu selubung
bersama yang menutupi rectus abdominis.
2) Otot dinding perut posterior
Quadrates lumbolus adalah otot pendek persegi pada bagian belakang abdomen, dari costa
keduabelas diatas ke crista iliaca, (Gibson, J. 2002)
C. PENYEBAB DAN FAKTOR PRESDIPOSISI
Menurut Oxorn (2010), indikasi sectio caesarea lebih bersifat absolute dan relative. Setiap
keadaan yang tidak memungkinkan kelahiran lewat jalan lahir merupakan indikasi absolute
utntuk sectio caesarea. Diantaranya adalah panggul sempit yang sangat berat dan neoplasma
yang menyumbat jalan lahir. Pada indikasi, kelahiran pervaginam bisa terlaksana tetapi
dengan keadaan tertentu membuat kelahiran lewat sectio caesarea akan lebih aman bagi ibu,
anak ataupun keduanya. Faktor-faktor yang menyebabkan perlunya tindakan sectio
caesareayaitu :
1. Faktor ibu
a. Disporporsi fetopelvic, mencakup panggul sempit, fetus terlalu besar, atau adanya
ketidakseimbangan antara ukuran bayi dan ukuran pelvic
b. Disfungsi uterus, mencakup kerja uterus yang tidak terkoordinasikan, inersia,
ketidakmampuan dilatasi cervix, partus menjadi lama
c. Neoplasma
Neoplasma yang menyumbat pelvis menyebabkan persalinan normal tidak mungkin
dilakukan. Kanker invasif yang didiagnosa pada trimester ketiga dapat diatasi dengan sectio
caesarea yang dilanjutkan dengan terapi radiasi, pembedahan radikal dan keduanya.
d. Riwayat Sectio caesarea sebelumnya
Meliputi riwayat jenis insisi uterus sebelumnya, jumlah sectio caesarea sebelumnya dan
indikasi sectio caesarea sebelumnya. Pada sebagian negara besar ada kebiasaan yang
dilakukan akhir-akhir ini yaitu setelah prosedur sectio caesarea dilakukan makan persalinan
mendatang juga harus diakhiri dengan tindakan sectio caesarea juga.
e. Plasenta previa sentralis dan lateralis
f. Abruptio plasenta
g. Toxemia gravidarum antara lain pre eklamsia dan eklamsia, hipertensi esensial dan
neprhitis kronis
h. Infeksi virus herpes pada traktus genetalis
i. Diabetes maternal
2. Faktor janin
a. Gawat janin
Disebut gawat janin, bila ditunjukkan dengan adanya bradikardi berat atau takikardi. Namun
gawat janin tidak menjadi indikasi utama dalam peningkatan angka sectio caesarea. Stimulasi
oxytoksin mengahasilkan abnormalitas pada frekuensi denyut jantung janin.
Keadaan gawat janin pada tahap persalinan memungkinkan dokter memutuskan untuk
melakukan operasi. Telebih apabila ditunjang kondisi ibu yang kurang mendukung. Sebagai
contoh, bila ibu menderita hipertensi atau kejang pada rahim, dapat mengakibatkan gangguan
pada plasenta dan tali pusar yaitu aliran darah dan oksigen kepada janin menjadi terganggu.
Kondisi ini dapat mengakibatkan janin mengalami gangguan seperti kerusakan otak. Bila
tidak segera ditanggulangi, maka dapat menyebabkan kematian janin (Oxorn,2010)
b. Ukuran janin
Berat bayi kahir sekitar 4000 gram atau lebih (giant baby) , menyebabkan bayi sulit keluar
dari jalan lahir. Umumnya pertumbuhan janin yang berlebihan disebabkan sang ibu menderita
kencing manis (Diabetes Mellitus) . Bayi yang lahir dengan ukuran yang besar dapat
mengalami kemungkinan komplikasi yang lebih berat dari pada bayi normal karena sifatnya
masih seperti bayi prematur yang tidak bisa bertahan dengan baik terhadap persalina yang
lama (Oxorn,2010)
c. Cacat atau kematian janin sebelumnya
Ibu-ibu yang pernah melahirkan bayi nya yang cacat atau mati dilakukan sectio caesarea
elektif
d. Malposisi dan malpresentasi bayi
e. Infusiensi plasenta
f. Inkomtabilitas rhesus, jika janin mengalami cacat berat akibat antibody dari ibu Rh (-) yang
menjadi peka dan bila diinduksi dan persalinan pervaginam tidak berhasil maka tindakan
sectio caesarea dilakukan
g. Post mortem caesarean yaitu dilakukan pada ibu yang baru saja meninggal bilamana bayi
masih hidup
Penyebab pre eklamsi sampai sekarang belum diketahui tetapi dewasa ini banyak ditemukan
sebab Pre eklamsi adalah iskemia placenta dan kelainan 20 yang menyertai penyakit ini
adalah Spasmus, Arteriola, Retensi natrium dan air juga koagulasi intravaskuler
( Wiknjasastro, 2002 )
Penyebab Pre Eklamsi sampai sekarang belum diketahui, telah terdapat teori yang mencoba
menerangkan sebab musabab penyakit tersebut, akan tetapi tidak ada yang dapat memberi
jawaban yang memuaskan. Teori yang dapat diterima antara lain:
1. Sebab bertambahnya frekuensi pada primigraviditas, kehamilan ganda, hidromnion, dan
molahidatidosa
2. Sebab bertambahnya, frekuensi dan makin tuanya kehamilan
3. Sebab dapat terjadinya, perbaikan keadaan penderita dengan kematian janin dan uterus
4. Sebab timbulnya hipertensi, edema, proteinuria, kejang dan koma
Faktor predisposisi pre eklamsi yang harus diwaspadai menurut (Hanifa, 2002) antara lain
Nuliparitas, riwayat keluarga dengan Eklamsi dan pre eklamsi, kehamilan ganda, diabetes,
hipertensi dan molahidatidosa.
Menurut (Nurarif & Kusuma, 2016, p. 186) klasifikasi pre-eklampsia dibagi menjadi dua
bagian yaitu:
1. Pre-eklampsi ringan
✓ Terdapat tekanan darah 140/90 mmHg atau lebih dengan pengukuran dua kali
pemeriksaan dalam jarak periksa 1 jam atau dapat sebaliknya 6 jam
✓ Terdapat edema yang umum yang biasa terjadi pada muka, jari tangan, kaki, atau kenaikan
berat badan 1 kg atau lebih per minggu
✓ Proteinuria +1 sampai +2
2. Pre-eklamsia berat
✓ Terdapat tekanan darah 160/110 mmHg atau lebih
✓ Terdapat proteinuria lebih dari +3 hingga +5
✓ Terjadi oliguria dengan jumlah urine <400cc/24jam
✓ Adanya gangguan cerebral, gangguan penglihatan, nyeri kepala, dan rasa nyeri pada
epigastreum.
✓ Terdapat edema paru disertai dengan sianosis
✓ Enzim hati yang meningkat dan terjadi icterus
✓ Terjadi perdarahan pada mata khususnya pada retina
✓ Penurunan trombosit hingga kurang 100.000/mm.

D. MANIFESTASI KLINIK
Persalinan dengan sectio caesarea, memerlukan perawatan yang lebih komprehensif yaitu,
perawatan post operatif dan perawatan post partum. Menurut prawirohardjo (2010) ,
manifestasi klinis pada klien sectio caesarea, antara lain :
a. Kehilangan darah selama prosedur pembedahan 600-800ml
b. Terpasang kateter : urine jernih dan pucat
c. Abdomen lunak dan tidak ada distensi
d. Bising usus tidak ada
e. Ketidakmampuan untuk menghadapi situasi baru
f. Balutan abdomen tampak sedikit noda
g. Aliran lokhia sedang dan bebas bekuan, berlebihan dan banyak
E. PATOFISIOLOGI
Adanya beberapa kelainan / hambatan pada proses persalinan yang menyebabkan bayi tidak
dapat lahir secara normal/ spontan, misalnya plasenta previa sentralis dan latelaris, panggul
sempit, disporposi cephalo pelvic, ruptur uteri mengancam, partus lama, partus tidak maju,
pre-eklamsia, distorsia serviks, dan malpresentasi janin. Kondisi tersebut menyebabkan perlu
adanya tindakan pembedahan yaitu sectio caesarea (SC)
Dalam proses operasinya dilakukan tindakan anastesi yang akan menyebabkan pasien
mengalami imobilisasi sehingga akan menimbulkan masalah intoleransi aktivitas. Adanya
kelumpuhan sementara dan kelemahan fisik akan menyebabkan pasien tidak mampu
melakukan aktifitas perawatan diri pasien secara mandiri sehingga timbul masalah defisit
perawatan diri.
Kurangnya informasi mengenai proses pembedahan, penyembuhan, dan perawatan post
operasi akan menimbulkan masalah ansietas pada pasien. Selain itu, dalam proses
pembedahan juga dilakukan tindakan insisi pada dinding abdomen sehingga menyebabkan
terputusnya inkontinuitas jaringan, pembuluh darah dan syaraf-syaraf disekitar daerah insisi.
Hali ini akan merangsang pengeluaran histamin dan prostaglandin yang akan menimbulkan
rasa nyeri (nyeri akut). Setelah proses pembedahan berakhir, daerah insisi akan ditutup dan
menimbulkan luka post op, yang bila tidak dirawat dengan baik, akan menimbulkan masalah
resiko infeksi.
Patofisiologi Pre Eklamsi setidaknya berkaitan dengan fisiologis kehamilan.Adaptasi
fisiologis normal pada kehamilan meliputi peningkatan volume plasma darah, vasodilatasi,
penurunan resistensi vaskuler sistemik, peningkatan curah jantung dan penurunan tekanan
osmotik koloid pada pre eklamsi.Volume plasma yang beredar menurun, sehingga terjadi
hemokonsentrasi dan peningkatan hematokrit maternal.Perubahan ini 21 membuat perfusi ke
unit janin utero plasenta.Vasospasme siklik lebih lanjut menurunkan perfusi organ dengan
menghancurkan sel – sel darah merah, sehingga kapasitas oksigen maternal menurun.
Ada beberapa indikasi dilakukan tindakan operasi sectio caesaria antaranya karena Pre
Eklamsia, sebelum dilakukan tindakan operasi sectio caesaria perlu adanya persiapan,
persiapan diantaranya yaitu premedikasi, pemasangan kateter dan anastesi yang kemudian
baru dilakukan operasi.
Dilakukannya operasi caesaria akan berpengaruh pada dua kondisi yaitu, Pertama, kondisi
yang dikarenakan pengaruh anastesi, luka akibat operasi dan masa nifas, anastesi akan
berpengaruh pada peristaltik usus, luka akibat operasi dan masa nifas, anastesi akan
berpengaruh pada peristaltik usus, otot pernafasan dan kons pengaturan muntah. Sedangkan
pada luka akibat operasi akan menyebabkan perdarahan, nyeri serta proteksi tubuh kurang.
Pada masa nifas akan berpengaruh pada kontraksi uterus, lochea, dan laktasi. Kontraksi
uterus yang berlebihan akan menyebabkan nyeri hebat. Sedangkan pada lochea yang
berlebihan akan menimbulkan perdarahan. Pada masa laktasi progesteron dan esterogen akan
merangsang kelenjar susu untuk mengeluarkan ASI.
Kondisi kedua adalah kondisi fisiologis yang terdiri dari tiga fase yaitu taking in, taking hold,
dan letting go. Pada fase taking in terjadi saat satu sampai dua hari post partum, sedangkan
ibu sangat tergantung pada orang lain. Fase yang kedua terjadi pada 3 hari post partum, ibu
mulai makan dan minum sendiri, merawat diri dan bayinya. Untuk fase yang ketiga ibu dan
keluarganya 22 harus segera menyesuaikan diri terhadap interaksi antar anggota keluarga
( Bobak, 2004. Prawiroharjo, 2000 )
F. FATHWAY KEPERAWATAN
Indikasi Seksio Sesarea

ü Panggul Sempit ü Distosia Serviks


ü Plasenta Previa ü Per Eklamsia dan Hipertensi
ü Disproporsi Sefalopelvik
ü Ruptured Uteri Mengancam ü Stenosis Servik Uteri/ Vagina
ü Partus tidak maju ü Tumor Jalan Lahir
ü Partus lama
ü Incoordinate Uterine Action
ü Malpresentasi Janin

SEKSIO SESAREA

Fisik Psikologis

Trauma Jaringan Prosedur Pembedahan Cemas

Nyeri Trauma Jaringan Efek Anastesi

Resiko Infeksi Kehilangan Vaskuler Berlebihan

Resti kekurangan Volume Cairan

G. PENATALAKSANAAN
Menurut Chunningham ( 2006 ) penatalaksanaan pasca operasi meliputi pemantauan ruang
pemulihan dan pemantaun diruang rawat. Di ruang pemulihan jumlah perdarahan pervagina
harus dimonitor secara cermat, fundus uteri harus sering dipalpasi untuk memastikan bahwa
kontraksi uterus tetap kuat. Papasi abdomen kemungkinan besar akan menyebabkan nyeri
yang hebat sehingga pasien dapat ditoleran dengan pemberian analgetik.
a. Pemberian cairan
Karena 24 jam pertama penerita puasa pasca operasi, maka pemberian cairan perintavena
harus cukup banyak dan mengandung elektrolit agar tidak terjadi hipotermi, dehidrasi, atau
komplikasi pada organ tubuh lainnya. Cairan yang biasa diberikan biasanya DS 10% garam
fisiologi dan RL secara bergantian dan jumlah tetesan tergantung kebutuhan. Bila Hb rendah
berikan transfusi darah sesuai kebutuhan
b. Diet
Pemberian cairan perinfus biasanya dihentikan setelah penderita flatus lalu dimulailah
pemberian minuman dan makanan peroral. Pemberian minuman dengan jumlah yang sedikit
sudah boleh dilakuakn pada 6-10 jam pasca operasi, berupa air putih dan air teh.
c. Mobilisasi
Mobilisasi dilakukan secara bertahap meliputi :
a) Miring kanan da kiri dapat dimulai sejak 6-10 jam setelah operasi
b) Latihan pernapasan dapat dilakukan penderita sambil tidur terlentang sedini mungkin
setelah sadar
c) Hari kedua post operasi, penderita dapat didudukan selama 5 menit dan diminta untuk
bernapas dalam dan menghembuskannya
d) Kemudian posisi tidur terlentang dapat diubah menjadi posisi setengah duduk
( semifowler)
e) Selanjutnya selama berturut-turut, hari demi hari, pasien dianjurkan belajar duduk selama
sehari, belajar jalan dan kemudian berjalan sendiri pada hari ke 3 sampai ke 5 pasca operasi
d. Kateterisasi
Kandung kemih yang penuh menimbulkan rasa nyeri dan tidak enak pada penderita,
menghalangi involusi uterus dan menyebabkan perdarahan. Kateter biasanya terasang 24-48
jam / lebih lama lagi tergantung jenis operasi dan keadaan penderitan
e. Pemberian obat-obatan
a) Antibiotik
Cara pemiihan dan pemberian antibiotik sangat berbeda-beda setiap institusi
b) Analgetik dan obat untuk memperlancar kerja saluran pencernaan
1. Supositoria : ketopropen sup 2x/24jam
2. Tramadol : tiap 6 jam atau paracetamol
3. Injeksi : penitidin 90-75 mg diberikan setiap 6 jam bila perlu
c) Obat-obatan lain
Untuk meningkatkan vitalitas dan keadaan umum penderita dapat diberikan caboransia
seperti neurobion I vit C
f. Perawatan luka
Kondisi balitan luka dilihat pada 1 hari post operasi, bila basah dan berdarah harus diganti
g. Perawatan rutin
Hal-hal yang harus diperhatikan adalah suhu, tekanan darah, nadi dan pernapasan
h. Perawatan payudara
Pemberian ASI dapat dimulai pada hari post operasi jika ibu memutuskan tidak menyusui,
pemasangan pembalut payudara yang mengencangkan payudara tanpa banyak menimbulkan
kompesi, biasanya mengurangi nynyenyak
H. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Hemoglobin atau Hematokrit (HB/Ht) untuk mengkaji perubahan dari kadar pra operasi
dan mengevaluasi efek kehilangan darah pada pembedahan
2. Leukosit (WBC) mengidentifikasi adanya infeksi
3. Tes golongan darah, lama perdarahan, waktu pembekuan darah
4. Urinarisis/ kultur urine
5. Pemeriksaan elektrolit

I. PENGKAJIAN
Pada pengkajian pada pasien sectio caesarea, data yang dapat ditemukan meliputi distress
janin, kegagalan untuk melanjutkan persalinan, malposisi janin, prolaps tali pusar, abrupsio
plasenta dan plasenta previa
1. Pengkajian
a. Identitas atau biodata klien
Meliputi nama, umur, jenis kelamin, alamat, suku bangsa, status perkawinan, pekerjaan,
pendidikan , tanggal masuk rumah sakit, nomor registerdan diagnosa keperawatan
b. Keluhan utama
c. Riwayat kesehatan
1) Riwayat kesehatan dahulu
Penyakit kronis atau menular dan menurun seperti jantung, hipertensi, DM, TBC, hepatitis,
penyakit kelamin atau abortus
2) Riwayat kesehatan sekarang
Riwayat pada saat sebelum inpartu didapatkan cairan ketuban yang keluar pervagina secara
spontan kemudian tidak diikuti tanda-tanda persalinan
3) Riwayat kesehatan keluarga
Adakah penyakit keturunan dalam keluarga seperti jantung, DM, HT, TBC , penyakit
kelamin , abortus, yang mungkin penyakit tersebut diturunkan kepada klien

2. Pola-pola fungsi kesehatan


a. Pola persepsi dan tatalaksana hidup sehat
Karena kurangnya pengetahuan klien tentang ketuban pecah dini, dan cara pencegahan,
penangan, dan perawatan serta kurangnya menjaga kebersihan tubuhnya akan menimbulkan
masalah dalam perawatan dirinya
b. Pola nutrisi dan metabolisme
Pada klien nifas biasanya terjadi peningkatan nafsu makan karena keinginan untuk menyusui
bayinya
c. Pola aktivitas
Pada pasein post partum klien dapat melakukan aktifitas seperti biasanya, terbatas pada
aktifitas ringan, tidak membutuhkan tenaga banyak, cepat lelah, pada klien nifas didapatkan
keterbatasan aktivitias karena mengalami kelemahan dan nyeri
d. Pola eliminasi
Pada pasien post partum sering terjadi adanya perasaan serig/ susah kencing selama masa
nifas yang ditimbulkan karena terjadinya odema dari trigono, yang menimbulkan infeksi dari
uretra sehingga sering terjadi konstipasi karena penderita takut melakukan BAB
e. Istirahat dan tidur
Pada klien nifas terjadi perubahan istirahat dan tidur karena adanya kehadiran sang bayi dan
nyeri epis setelah persalinan
f. Pola hubungan dan peran
Peran klien dengan keluarga meliputi hubungan klien dengan keluarga dan orang lain
g. Pola penanggulangan stress
Biasanya klien sering melamun dan merasa cemas
h. Pola sensori dan kognitif
Pola sensori klien mersakan nyeri pada perinium akibta luka jahitan dan nyeri perut akibat
involusi uteri, pada pola kognitif klien nifas primipara terjadi kurangnya pengetahuan
merawat bayi.

i. Pola persepsi dan konsep diri


Biasanya terjadi kecemasan terhadap kehamilannya, lebih-lebih menjelang persalinan
dampak psikologis klien terjadi perubahan konsep diri antra lain body image dan ideal diri
j. Pola reproduksi dan sosial
Terjadi disfungsi seksual yaitu perubahan dalam hubungan seksual atau fungsi dari seksual
yang tidak adekuat karena adanya proses persalinan dan nifas
3. Pemeriksaan fisik
a. Kepala
Bagaimana bentuk kepala, kebersihan kepala, kadang-kadang terdapat adanya kloasma
gravidarum dan apakah ada benjolan
b. Leher
Kadang-kadang ditemukan adanya pembesaran kelenjar tiroid karena adanya proses meneran
yang salah
c. Mata
Terkadang adanya pembengkakan kelopak mata, konjungtiva dan kadang-kadang keadaan
selaput mata pucat (anemia) karen aproses persalinan yang mengalami perdarahan, sklera
kuning
d. Telinga
Bentuk telinga simetris atau tidak, bagaimana kebersihannya, adakah cairan yang keluar dari
telinga
e. Hidung
Adanya polip atau tidak dan apabila pada post partum kadang-kadang ditemukan pernapasan
cuping hidung
f. Dada
Terdapat adanya pembesaran payudara, adanya hiper pigmentasi aerola mamae dan papila
mamae
g. Abdomen
Tampak insisi post op SC, namun pada klien nifas abdomen kendor kadang-kadang striae
masih terasa nyeri. Fundus uteri 3 jari dibawah pusat
h. Genetalia
Pengerluaran darah campur lendir , pengeluaran air ketuban, bila terdapat pengeluaran
mekonium yaitu feces yang dibentuk anak dalam kandungan menandakan adanya kelainan
letak anak.

i. Anus
Kadang-kadang pada klien nifas ada luka pada anus karena ruptur
j. Ekstermitas
Pemeriksaan oedem untuk melihat kelainan-kelainan karena membesarnya uterus,karena
preeklamsi atau karena penyakit jantung atau ginjal
k. Tanda-tanda vital
Apabila terjadi perdarahan post partum tekanan darah menurun, nadi cepat,pernapasan
meningkat, suhu tubuh menurun

J. DIAGNOSE KEPERAWATAN
1. Ketidakefektifan bersihan jalan napas b.d obstruksi jalan napas, jalan napas alergik
( respon obat anastesi )
2. Nyeri akut b.d agen injuri fisik ( pembedahan )
3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d kurangnya pengetahuan
tentang kebutuhan nutrisi postpartum
4. Resiko infeksi b.d faktor resiko : episiotomi, laserasi jalan lahir, bantuan pertolongan
persalinan
5. Cemas b.d krisis situasional
6. Gangguan pola tidur b.d kelemahan
7. Ketidakefektifan pemberian ASI b.d kurang pengetahuan ibu, terhentinya proses menyusui
K. INTERVENSI KEPERAWATAN
NO DIAGNOSA KEPERAWATAN TUJUAN / NOC NIC
1. Ketiidakefektifan Bersihan Jalan NOC : NIC :
Nafas ❖ Respiratory status : Airway suction
Ventilation • Pastikan kebutuhan oral /
Definisi : Ketidakmampuan untuk ❖ Respiratory status : tracheal suctioning
membersihkan sekresi atau obstruksi Airway patency • Auskultasi suara nafas
dari saluran pernafasan untuk sebelum dan sesudah
mempertahankan kebersihan jalan Kriteria Hasil : suctioning.
nafas. ❖ Mendemonstrasikan • Minta klien nafas dalam
Batasan Karakteristik : batuk efektif dan suara sebelum suction dilakukan.
✓ Dispneu, Penurunan suara nafas nafas yang bersih, tidak • Berikan O2 dengan
✓ Cyanosis ada sianosis dan dyspneu menggunakan nasal untuk
✓ Kelainan suara nafas (rales, (mampu mengeluarkan memfasilitasi suksion
wheezing) sputum, mampu bernafas nasotrakeal
✓ Kesulitan berbicara dengan mudah, tidak ada • Gunakan alat yang steril sitiap
✓ Batuk, tidak efekotif atau tidak pursed lips) melakukan tindakan
ada ❖ Menunjukkan jalan • Anjurkan pasien untuk
✓ Mata melebar nafas yang paten (klien istirahat dan napas dalam
✓ Produksi sputum tidak merasa tercekik, setelah kateter dikeluarkan dari
✓ Gelisah irama nafas, frekuensi nasotrakeal
✓ Perubahan frekuensi dan irama pernafasan dalam rentang • Monitor status oksigen pasien
nafas normal, tidak ada suara Airway Management
nafas abnormal) • Posisikan pasien untuk
✓ Faktor-faktor yang berhubungan: ❖  Mampu memaksimalkan ventilasi
- Lingkungan : merokok, menghirup mengidentifikasikan dan • Identifikasi pasien perlunya
asap rokok, perokok pasif-POK, mencegah factor yang pemasangan alat jalan nafas
infeksi dapat menghambat jalan buatan
- Fisiologis : disfungsi nafas • Pasang mayo bila perlu
neuromuskular, hiperplasia dinding • Lakukan fisioterapi dada jika
bronkus, alergi jalan nafas, asma. perlu
- Obstruksi jalan nafas : spasme jalan • Keluarkan sekret dengan
nafas, sekresi tertahan, banyaknya batuk atau suction
mukus, adanya jalan nafas buatan, • Auskultasi suara nafas, catat
sekresi bronkus, adanya eksudat di adanya suara tambahan
alveolus, adanya benda asing di jalan • Lakukan suction pada mayo
nafas. • Berikan pelembab udara
Kassa basah NaCl Lembab
• Atur intake untuk cairan
mengoptimalkan
keseimbangan.
• Monitor respirasi dan status
O2
2. Nyeri akut NOC : NIC :
Definisi : ❖ Pain Level, Pain Management
Sensori yang tidak menyenangkan ❖ Pain control, • Lakukan pengkajian nyeri
dan pengalaman emosional yang ❖ Comfort level secara komprehensif termasuk
muncul secara aktual atau potensial Kriteria Hasil : lokasi, karakteristik, durasi,
kerusakan jaringan atau
❖ Mampu mengontrol frekuensi, kualitas dan faktor
menggambarkan adanya kerusakan nyeri (tahu penyebab presipitasi
(Asosiasi Studi Nyeri Internasional):
nyeri, mampu • Observasi reaksi nonverbal
serangan mendadak atau pelan menggunakan tehnik dari ketidaknyamanan
intensitasnya dari ringan sampai nonfarmakologi untuk • Gunakan teknik komunikasi
berat yang dapat diantisipasi denganmengurangi nyeri, terapeutik untuk mengetahui
akhir yang dapat diprediksi dan mencari bantuan) pengalaman nyeri pasien
dengan durasi kurang dari 6 bulan. ❖ Melaporkan bahwa • Kaji kultur yang
nyeri berkurang dengan mempengaruhi respon nyeri
Batasan karakteristik : menggunakan • Evaluasi pengalaman nyeri
✓ Perubahan selera makan manajemen nyeri masa lampau
✓ Ekspresi wajah nyeri ❖ Mampu mengenali • Evaluasi bersama pasien dan
✓ Sikap tubuh melindungi nyeri (skala, intensitas, tim kesehatan lain tentang
✓ Sikap melindungi area nyeri frekuensi dan tanda ketidakefektifan kontrol nyeri
✓ Laporan tentang prilaku nyeri) masa lampau
nyeri/perubahan aktifitas ❖ Menyatakan rasa • Bantu pasien dan keluarga
✓ Keluhan tentang intensitas nyaman setelah nyeri untuk mencari dan menemukan
menggunakan standar skala nyeri berkurang dukungan
❖ Tanda vital dalam • Kontrol lingkungan yang
Faktor yang berhubungan : rentang normal dapat mempengaruhi nyeri
Agen injuri (biologi, kimia, fisik, seperti suhu ruangan,
psikologis) pencahayaan dan kebisingan
• Kurangi faktor presipitasi
nyeri
• Pilih dan lakukan penanganan
nyeri (farmakologi, non
farmakologi dan inter personal)
• Kaji tipe dan sumber nyeri
untuk menentukan intervensi
• Ajarkan tentang teknik non
farmakologi
• Berikan analgetik untuk
mengurangi nyeri
• Evaluasi keefektifan kontrol
nyeri
• Tingkatkan istirahat
• Kolaborasikan dengan dokter
jika ada keluhan dan tindakan
nyeri tidak berhasil
• Monitor penerimaan pasien
tentang manajemen nyeri

Analgesic Administration
• Tentukan lokasi, karakteristik,
kualitas, dan derajat nyeri
sebelum pemberian obat
• Cek instruksi dokter tentang
jenis obat, dosis, dan frekuensi
• Cek riwayat alergi
• Pilih analgesik yang
diperlukan atau kombinasi dari
analgesik ketika pemberian
lebih dari satu
• Tentukan pilihan analgesik
tergantung tipe dan beratnya
nyeri
• Tentukan analgesik pilihan,
rute pemberian, dan dosis
optimal
• Pilih rute pemberian secara
IV, IM untuk pengobatan nyeri
secara teratur
• Monitor vital sign sebelum
dan sesudah pemberian
analgesik pertama kali
• Berikan analgesik tepat waktu
terutama saat nyeri hebat
• Evaluasi efektivitas analgesik,
tanda dan gejala (efek samping)
3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang NOC : NIC :
dari kebutuhan tubuh  Nutritional Status : Nutrition Management
Definisi : Intake nutrisi tidak cukup food and Fluid Intake • Kaji adanya alergi makanan
untuk keperluan metabolisme tubuh. Kriteria Hasil : • Kolaborasi dengan ahli gizi
Batasan karakteristik : ❖ Adanya peningkatan untuk menentukan jumlah
✓ Berat badan 20 % atau lebih di berat badan sesuai kalori dan nutrisi yang
bawah ideal dengan tujuan dibutuhkan pasien.
✓ Dilaporkan adanya intake ❖ Berat badan ideal • Anjurkan pasien untuk
makanan yang kurang dari RDA sesuai dengan tinggi meningkatkan intake
(Recomended Daily Allowance) badan • Anjurkan pasien untuk
✓ Membran mukosa dan ❖ Mampu meningkatkan protein dan
konjungtiva pucat mengidentifikasi vitamin C
✓ Kelemahan otot yang digunakan kebutuhan nutrisi • Berikan substansi gula
untuk menelan/mengunyah ❖ Tidak ada tanda tanda • Yakinkan diet yang dimakan
✓ Luka, inflamasi pada rongga malnutrisi mengandung tinggi serat untuk
mulut ❖ Tidak terjadi
mencegah konstipasi
✓ Mudah merasa kenyang, sesaat penurunan berat badan • Berikan makanan yang
setelah mengunyah makanan yang berarti terpilih ( sudah dikonsultasikan
✓ Dilaporkan atau fakta adanya dengan ahli gizi)
kekurangan makanan • Ajarkan pasien bagaimana
✓ Dilaporkan adanya perubahan membuat catatan makanan
sensasi rasa harian.
✓ Perasaan ketidakmampuan untuk • Monitor jumlah nutrisi dan
mengunyah makanan kandungan kalori
✓ Miskonsepsi • Berikan informasi tentang
✓ Kehilangan BB dengan makanan kebutuhan nutrisi
cukup • Kaji kemampuan pasien untuk
✓ Keengganan untuk makan mendapatkan nutrisi yang
✓ Kram pada abdomen dibutuhkan
✓ Tonus otot jelek Nutrition Monitoring
✓ Nyeri abdominal dengan atau • BB pasien dalam batas normal
tanpa patologi • Monitor adanya penurunan
✓ Kurang berminat terhadap berat badan
makanan • Monitor tipe dan jumlah
✓ Pembuluh darah kapiler mulai aktivitas yang biasa dilakukan
rapuh • Monitor interaksi anak atau
✓ Diare dan atau steatorrhea orangtua selama makan
✓ Kehilangan rambut yang cukup • Monitor lingkungan selama
banyak (rontok) makan
✓ Suara usus hiperaktif • Jadwalkan pengobatan dan
✓ Kurangnya informasi, tindakan tidak selama jam
misinformasi makan
• Monitor kulit kering dan
Faktor-faktor yang berhubungan : perubahan pigmentasi
✓ Ketidakmampuan pemasukan atau • Monitor turgor kulit
mencerna makanan atau • Monitor kekeringan, rambut
mengabsorpsi zat-zat gizi kusam, dan mudah patah
berhubungan dengan faktor biologis, • Monitor mual dan muntah
psikologis atau ekonomi. • Monitor makanan kesukaan
• Monitor pertumbuhan dan
perkembangan
4. Resiko infeksi NOC : NIC :
Definisi : rentan terhadap invasi ❖ Immune Status Infection Control (Kontrol
organisme patogenik pada area ❖ Knowledge : Infection infeksi)
pembedahan, yang dapat control • Bersihkan lingkungan setelah
mengganggu kesehatan ❖ Risk control dipakai pasien lain
Faktor-faktor resiko : Kriteria Hasil : • Pertahankan teknik isolasi
✓ Prosedur Infasif ❖ Klien bebas dari tanda • Batasi pengunjung bila perlu
✓ Kurang pengetahuan untuk dan gejala infeksi • Instruksikan pada pengunjung
menghindari patogen ❖ Mendeskripsikan untuk mencuci tangan saat
✓ Obesitas proses penularan berkunjung dan setelah
✓ Malnutrisi penyakit, factor yang berkunjung meninggalkan
Populasi beresiko : mempengaruhi penularan pasien
✓ Suhu dingin diruang operasi serta penatalaksanaannya • Cuci tangan setiap sebelum
✓ Kontaminasi luka bedah ❖ Menunjukkan dan sesudah tindakan
✓ Peningkatan pemajanan kemampuan untuk keperawatan
lingkungan terhadap patogen mencegah timbulnya • Gunakan baju, sarung tangan
Kondisi terkait : infeksi sebagai alat pelindung
✓ Penurunan hemoglobin ❖ Jumlah leukosit dalam • Pertahankan lingkungan
✓ Prosedur invasif batas normal aseptik selama pemasangan alat
✓ Hipertensi ❖ Menunjukkan perilaku • Gunakan kateter intermiten
✓ Durasi pembedahan hidup sehat untuk menurunkan infeksi
✓ Infeksi pada area pembedahan kandung kencing
lain • Tingkatkan intake nutrisi
✓ Tipe anastesia • Berikan terapi antibiotik bila
perlu
Infection Protection (proteksi
terhadap infeksi)
• Monitor tanda dan gejala
infeksi sistemik dan lokal
• Monitor hitung granulosit,
WBC
• Monitor kerentanan terhadap
infeksi
• Batasi pengunjung
• Partahankan teknik aspesis
pada pasien yang beresiko
• Pertahankan teknik isolasi k/p
• Berikan perawatan kuliat pada
area epidema
• Inspeksi kulit dan membran
mukosa terhadap kemerahan,
panas, drainase
• Ispeksi kondisi luka / insisi
bedah
• Dorong masukkan nutrisi
yang cukup
• Dorong masukan cairan
• Dorong istirahat
• Laporkan kecurigaan infeksi
5. CEMAS NOC NIC
Definisi : perasaan gelisah yang tak ❖ Anxiety self-control Anxiety Reduction ( Penurunan
jelas dari ketidaknyamanan atau ❖ Anxiety level kecemasan )
kekuatan yang disertai respon ❖ Coping • Gunakan pendekatan yang
autonom (sumber tidak spesifik atau Kriteria Hasil : menenangkan
tidak diketahui oleh individu), ❖ Klien mampu • Nyatakan dengan jelas
perasaan keprihatinan disebabkan mengidentifikasi dan harapan terhadap pelaku pasien
dari antisipasi terhadap bahaya. mengungkapkan gejala • Jelaskan semua prosedur dan
cemas apa yang dirasakan selama
Faktor yang berhubungan : ❖ Mengidentifikasi, prosedur
✓ Krisis situasional mengungkapkan dan • Temani pasien untuk
✓ Ancaman kematian menunjukkan tehnik memberikan keamanan dan
✓ Ancaman terhadap konsep diri, untuk mengontrol cemas mengurangi takut
stres, subtans abuse ❖ Vital sign dalam batas • Berikan informasi faktual
✓ Perubahan dalam : status peran; normal mengenai diagnosis, tindakan
kesehatan; pola interaksi, fungsi ❖ Postur tubuh, ekspresi prognosis
peran, lingkungan, ekonomi wajah, bahasa tubuh dan • Dorong keluarga untuk
Batasan karakteristik : tingkat aktifitas menemani anak
✓ Perilaku : gelisah, insomnia, meunjukkan • Dengarkan dengan penuh
mengekspresikan kekawatiran berkurangnya kecemasan perhatian
✓ Affektif : gelisah, distres,khawatir • Identifikasi tingkat kecemasan
✓ Fisiologis : wajah tegang, tremor, • Bantu pasien mengenal situasi
suara bergetar, peningkatan keringat yang menimbulkan kecemasan
✓ Simpatik : anoreksia, jantung • Dorong pasien untuk
berdebar-debar, Peningkatan tekanan mengungkapkan perasaan,
darah, Peningkatan denyut nadi, ketakutan, persepsi
Peningkatan reflek • Instruksikan pasien
✓ Parasampatik : letih, gangguan menggunakan teknik relaksasi
tidur, penurunan tekanan darah, • Berikan obat untuk
penurunan denyut nadi, mual mengurangi kecemasan
✓ Kognitif : penurunan kemampuan
untuk menyelesaikan masalah,
khawatir, melamun, lupa,ketakutan
tidak spesifik
6. Gangguan pola tidur NOC NIC
Defenisi : gangguan kualitas dan ❖ Anxiety reduction Sleep Enhancement
kuantitas waktu tidur akibat faktor ❖ Comfort level • Determinasi efek-efek
eksternal ❖ Pain level medikasi terhadap pola tidur
Batasan katrakteristik ❖ Rest : Extent dan • Jelaskan tentang pentingnya
✓ Perubahan pola tidur normal Pattern tidur yang adekuat
✓ Ketidakpuasan tidur ❖ Sleep : extent ang • Fasilitasi untuk
✓ Menyatakan sering terjaga Pattern mempertahankan aktifitas
✓ Menyatakan tidak merasa cukup Kriteri hasil sebelum tidur ( membaca )
istirahat ❖ Jumlah jam tidur • Ciptakan lingkungan yang
Factor yang berhubungan dalam batas normal 6-8 nyaman
✓ Suhu lingkungan sekitar jam/hari • Diskusikan dengan pasien dan
✓ Perubahan pejanan terhadap ❖ Pola tidur, kualitas keluarga tentang tehnik tidur
cahaya dalam batas normal pasien
✓ Kurang kontrol tidur ❖ Perasaan segar • Monitor/catat kebutuhan tidur
sesudah tidur atau pasien setiap hari dan jam
istirahat
❖ Mampu
mengidentifikasi hal-hal
yang meningkatkan tidur
7. Ketidakefektifan pemberian ASI NOC NIC
Definisi : ketidakpuasan atau ❖ Breastfeding Breastfeding assistence
kesulitan ibu, bayi atau anak ineffective • Evaluasi pola menghisap dan
menjalani proses pemberian ASI ❖ Breathing Pattern menelan bayi
Batasan karakteristik Ineffective • Tentukan keinginan dan
✓ Ketidakadekuatan suplai ASI ❖ Breastfedding motivasi ibu untuk meyusui
✓ Bayi melengkung menyesuaikan interupted • Evaluasi pemahanman ibu
diri dengan payudara Kriteria Hasil tentang isyarat menyusui dari
✓ Bayi menangis pada payudara ❖ Kemantapan bayi
✓ Bayi menangis dalam jam pemberian ASI : bayi : • Pantau keterampilan ibu
pertama setelah menyusu perlekatan bayi yang dalam menempelkan bayi ke
✓ Bayi rewel dalam jam pertama sesuai dan proses puting
setelah menyusu menghisap pada payudara • Pantau integritas kulit puting
✓ Ketidak cukupan pengosongan ibu untuk memperoleh ibu
setiap payudara setelah menyusui nutrisi selama 3 minggu • Pantau berat badan dan pola
✓ Ketidakcukupan kesempatan oertama pemberian ASI eliminasi bayi
untuk mengisap payudara ❖ Kemantapan Breast examination
✓ Kurang menambah berat badan pemberian ASI : ibu : Lactation supresion
bayi kemantapan ibu untuk • Fasilitasi proses bantuan
✓ Tampak ketidakadekuatan asupan membuat bayi melekat interkatif untuk membantu
susu dengan tepat dan mempertahankan keberhasilan
✓ Luka puting yang menetap setelah menyusu dari payudara proses pemberian ASI
minggu pertama menyusui ibu untuk memperoleh • Sediakan informasi tentang
✓ Tidak mengisap payudara terus nutrisi selama 3 minggu laktasi dan tehnik memompa
menerus pertama pemberian ASI ASI
Faktor yang berhubungan ❖ Penyapihan pemberian • Ajarkan orangtuan
✓ Deficit pengetahuan ASI mempersiapkan. Menyimpan,
✓ Anomaly bayi ❖ Pengetahuan menghangatkan dan
✓ Bayi menerima makanan pemberian ASI : tingkat kemungkinan pemberian
tambahan dengan puting buatan pemahaman yang tambahan susu formula
✓ Ansietas ibu ditunjukkan mengenai Lactation counseling
✓ Anomaly payudara ibu laktasi dan pemberian • Sediakan informasi tentang
✓ Keluarga tidak mendukung makan bayi melalui prose keuntungan dan kerugian
✓ Refleks menghisap buruk pemberian ASI, ibu pemberian ASI
✓ prematuritas mengenali isyarat lapar • Demonstrasikan latihan
dari bayi dengan segera menghisap, jika perlu
• Diskusikan metode alternative
pemberian makan bayi
DAFTAR PUSTAKA

Amin Huda N & Hardhi Kusuma. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan berdasarkan
Diagnosa Medis & NANDA NIC-NOC. Jogjakarta : MediAction
Bobak, L.J. 2010. Buku Ajar Keperawatan Maternitas. Jakarta : EGC
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. Jakarta :
dewan Pengurus Pusat PPNI
T.Heather Herdman & Shigemi Kamitsuru. 2018. NANDA-I Diagnosis Keperawatan
Defenisi dan Klasifikasi. Jakarta : EGC
Sue Mooehead,dkk. 2013. Nursing Outcomes Classification ( NOC ) Pengukuran Outcomes
Kesehatan edisi kelim. Indonesia : Mocomedia
Gloria M. Bulechek, dkk. 2013. Nursing Intervensios Classification ( NIC ) Edisi Bahasa In

Anda mungkin juga menyukai