OLEH :
Ansietas
Gangguan
Mobilitas Fisik Nyeri Akut
Imobilisasi
Penurunan tonus
Peristaltic usus
Konstipasi
13. Pemeriksaan Penunjang
a. Hemoglobin atau hematokrit (HB/Ht) untuk mengkaji perubahan dari kadar pra operasi dan
mengevaluasi efek kehilangan darah pada pembedahan.
b. Leukosit (WBC) mengidentifikasi adanya infeksi
c. Tes golongan darah, lama perdarahan, waktu pembekuan darah
d. Urinalisis / kultur urine
e. Pemeriksaan elektrolit
14. Pemeriksaan Medis Post SC
a. Pemberian cairan
Karena 24 jam pertama penderita puasa pasca operasi, maka pemberian cairan perintavena
harus cukup banyak dan mengandung elektrolit agar tidak terjadi hipotermi, dehidrasi, atau
komplikasi pada organ tubuh lainnya. Cairan yang biasa diberikan biasanya DS 10%, garam
fisiologi dan RL secara bergantian dan jumlah tetesan tergantung kebutuhan. Bila kadar Hb
rendah diberikan transfusi darah sesuai kebutuhan.
b. Diet
Pemberian cairan perinfus biasanya dihentikan setelah penderita flatus lalu dimulailah
pemberian minuman dan makanan peroral. Pemberian minuman dengan jumlah yang sedikit
sudah boleh dilakukan pada 6 - 10 jam pasca operasi, berupa air putih dan air teh.
c. Mobilisasi
Mobilisasi dilakukan secara bertahap meliputi :
1. Miring kanan dan kiri dapat dimulai sejak 6 - 10 jam setelah operasi
2. Latihan pernafasan dapat dilakukan penderita sambil tidur telentang sedini mungkin
setelah sadar.
3. Hari kedua post operasi, penderita dapat didudukkan selama 5 menit dan diminta untuk
bernafas dalam lalu menghembuskannya.
4. Kemudian posisi tidur telentang dapat diubah menjadi posisi setengah duduk
(semifowler).
5. Selanjutnya selama berturut-turut, hari demi hari, pasien dianjurkan belajar duduk
selama sehari, belajar berjalan, dan kemudian berjalan sendiri pada hari ke-3 sampai
hari ke5 pasca operasi.
d. Kateterisasi
Kandung kemih yang penuh menimbulkan rasa nyeri dan tidak enak pada penderita,
menghalangi involusi uterus dan menyebabkan perdarahan. Kateter biasanya terpasang 24
- 48 jam / lebih lama lagi tergantung jenis operasi dan keadaan penderita.
e. Pemberian obat-obatan
1. Antibiotik
Cara pemilihan dan pemberian antibiotic sangat berbeda-beda setiap institusi
2. Analgetik dan obat untuk memperlancar kerja saluran pencernaan
a) Supositoria = ketopropen sup 2x/24 jam
b) Oral = tramadol tiap 6 jam atau paracetamol
c) Injeksi = penitidine 90-75 mg diberikan setiap 6 jam bila perlu
3. Obat-obatan lain
Untuk meningkatkan vitalitas dan keadaan umum penderita dapat diberikan
caboransia seperti neurobian I vit. C
f. Perawatan luka
Kondisi balutan luka dilihat pada 1 hari post operasi, bila basah dan berdarah harus
dibuka dan diganti.
g. Perawatan rutin
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam pemeriksaan adalah suhu, tekanan darah,
nadi,dan pernafasan.
B. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. Identitas klien dan penanggungjawab
b. Keluhan utama klien saat ini
c. Riwayat kehamilan, persalinan, dan nifas sebelumnya bagi klien multipara Riwayat
penyakit keluarga
d. Keadaan klien meliputi :
1. Sirkulasi
Hipertensi dan pendarahan vagina yang mungkin terjadi. Kemungkinan
kehilangan darah selama prosedur pembedahan kira-kira 600-800 mL
2. Integritas ego
Dapat menunjukkan prosedur yang diantisipasi sebagai tanda kegagalan
dan atau refleksi negatif pada kemampuan sebagai wanita. Menunjukkan labilitas
emosional dari kegembiraan, ketakutan, menarik diri, atau kecemasan.
3. Makanan dan cairan
Abdomen lunak dengan tidak ada distensi (diet ditentukan).
4. Neurosensori
Kerusakan gerakan dan sensasi di bawah tingkat anestesi spinal epidural.
5. Nyeri / ketidaknyamanan
Mungkin mengeluh nyeri dari berbagai sumber karena trauma bedah, distensi
kandung kemih , efek-efek anesthesia, nyeri tekan uterus mungkin ada.
6. Pernapasan
Bunyi paru-paru vesikuler dan terdengar jelas.
7. Keamanan
Balutan abdomen dapat tampak sedikit noda / kering dan utuh.
8. Seksualitas
Fundus kontraksi kuat dan terletak di umbilikus. Aliran lokhea sedang.
2. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut berhubungan dengan pelepasan mediator nyeri (histamin, prostaglandin)
akibat trauma jaringan dalam pembedahan (section caesarea).
2. Risiko tinggi infeksi berhubungan dengan trauma jaringan / luka kering bekas operasi
3. Ansietas berhubungan dengan kurangnya informasi tentang prosedur pembedahan,
penyembuhan dan perawatan post operasi.
4. Defisit perawatan diri berhubungan dengan kelemahan fisik akibat tindakan anestesi
dan pembedahan.
5. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan mobilisasi fisik.
6. Konstipasi berhubungan dengan penurunan gastrointestinal.
7. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri.
3. Intervensi
Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Rasional
kembali normal.
Intoleransi aktivitas Setelah di berikan asken 1. Observasi kehilangan 1. Menunjukkan
berhubungan dengan selama …x 6 jam di atau gangguan perubahan neurology
mobilisasi fisik harapkan pasien keseimbangan gaya karena defisiensi
bertoleransi terhadap jalan dan kelemahan vitamin B12
aktifitas dengan kriteria otot. mempengaruhi
hasil : 2. Observasi TTV keamanan pasien dan
Pasien mampu sebelum dan sesudah mengurangi resiko
melakukan ADL aktivitas. cedera.
Keseimbangan 3. Berikan lingkungan 2. Meningkatkan
beraktifitas terpenuhi yang tenang, batasi istirahat untuk
pengunjung dan suara menurunkan
kebisingan. kebutuhan oksigen
4. Anjurkan klien untuk tubuh dan
beristirahat bila terjadi menurunkan regangan
kelelahan. jantung dan paru.
5. Kolaborasi dengan tim 3. Meningkatkan
medis dalam aktivitas secara
pemberian terapi bertahap sampai
infuse. normal dan
memperbaiki tonus
otot.
4. Mengganti cairan dan
elektrolit secara
adekuat.
DAFTAR PUSTAKA
Manuaba, I.B. 2016. Kapita Selekta Penatalaksanaan Rutin Obstetri Ginekologi dan KB.
Jakarta : EGC
Manuaba, I.B. 1999. Operasi Kebidanan Kandungan Dan Keluarga Berencana Untuk
Dokter Umum. Jakarta : EGC