Anda di halaman 1dari 10

KEPERAWATAN BENCANA

“Karakteristik Korban dan Penanganan Yang Diperlukan”

OLEH
KELOMPOK 5
KELAS A11-A

I Gede Endra Suryantha 17.321.2667


I Ketut Antono 17.321.2669
I Made Wahyu Aditra 17.321.2671
Komang Ayu Ratih Purbaningrum 17.321.2675
Komang Purnama Sari 17.321.2676
Ni Luh Asriani 17.321.2688
Ni Putu Linda Kusuma Wardani 17.321.2701
Ni PutuYunita Diyantari 17.321.2703
Putu Eka Wulandari 17.321.2707

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN PROGRAM SARJANA


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATANWIRA MEDIKA BALI
TAHUN AJARAN 2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa karena berkat
rahmatnya, kami dapat menyelesaikan makalah ini. Harapan kami semoga makalah ini
dapat membantu menambah pengetahuan dan pengalaman bagi pembaca supaya kami
dapat memperbaiki bentuk maupun isi makalah ini sehingga kedepanya dapat lebih baik
lagi dan semoga makalah ini dapat dipergunakan sebagai salah satu acuan, petunjuk,
maupun pedoman bagi pembaca dalam administrasi pendidikan. Makalah ini kami sadari
masih banyak kekurangan karena pengalaman yang kami miliki sangat kurang. Oleh karena
itu, kami harapkan kepada pembaca untuk memberikan masukan-masukan yang bersifat
membangun untuk kesempurnaan makalahini.

Denpasar, 18 November 2020

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..................................................................... i


DAFTAR ISI. ................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang. ............................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah. ....................................................................... 2
1.3 Tujuan Pembahasan. .................................................................... 2
1.4 Manfaat ....................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Karakteristik Korban Bencana Gunung Meletus ........................... 3
2.2 Penanganan Yang diperlukan Saat Terjadi Gunung Meletus ........ 4
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan. ................................................................................. 6
3.2 Saran. .......................................................................................... 6
DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Posisi geografis dan geodinamik Indonesia telah menempatkan tanah air kita
sebagai salah satu wilayah yang rawan bencana alam (natural disaster prone region).
Indonesia merupakan negara kepulauan tempat dimana tiga lempeng besar dunia bertemu,
yaitu Lempeng Indo-Australia, Lempeng Eurasia, dan Lempeng Pasifik. Interaksi antar
lempeng-lempeng tersebut lebih lanjut menempatkan Indonesia sebagai wilayah yang
memiliki aktivitas kegunungapian dan kegempaan yang cukup tinggi. Lebih dari itu,
proses dinamika lempeng yang cukup intensif juga telah membentuk relief permukaan
bumi yang khas dan sangat bervariasi, dari wilayah pegunungan dengan lereng-lerengnya
yang curam dan seakan menyiratkan potensi longsor yang tinggi hingga wilayah yang
landai sepanjang pantai dengan potensi ancaman banjir, penurunan tanah, dan
tsunaminya.
Pengalaman memperlihatkan bahwa kejadian-kejadian bencana alam selama ini
telah banyak menimbulkan kerugian dan penderitaan yang cukup berat sebagai akibat dari
perpaduan bahaya alam dan kompleksitas permasalahan lainnya. Korban jiwa manusia
yang meninggal maupun cedera, runtuhnya bangunan-bangunan pemerintah dan swasta,
rusaknya sarana prasarana, jaringan utilitas dan infrastruktur serta kerugian moril yang
tak terhitung jumlahnya merupakan akibat yang timbul dari berbagai kejadian bencana
tersebut. Permasalahan-permasalahan lain yang dapat memicu kerugian yang lebih besar
lagi terus akan terus dihadapi wilayah tanah air kita. Laju pertumbuhan penduduk yang
sangat tinggi, sebagai salah satu contohnya, akan banyak membutuhkan tempat hunian
baru yang akan terus berkembang dan menyebar hingga mencapai wilayah-wilayah
marginal yang tidak aman. Tidak tertib dan tepatnya tata guna lahan, sebagai inti dari
permasalahan ini, adalah faktor utama yang menyebabkan adanya peningkatan kerentanan
bencana. Peningkatan kerentanan bencana ini akan lebih diperparah lagi apabila
masyarakat yang tinggal di wilayah rawan bencana sama sekali tidak menyadari dan
tanggap terhadap adanya potensi bencana di wilayahnya. Untuk itu, upaya-upaya yang
komprehensif dan berkesinambungan untuk mengurangi potensi dampak kerugian akibat
bencana ini perlu terus dilakukan.

1
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana karakteristik korban bencana gunung meletus?
2. Apa penanganan yang diperlukan saat terjadi gunung meletus?

1.3 Tujuan Penulisan


1. Untuk memenuhi penugasan mata kuliah keperawatan bencana.
2. Untuk mengembangkan meteri tentang bagaimana karakteristik korban
bencana gunung meletus.
3. Untuk mengembangkan materi tentang apa saja penanganan yang perlu
dilakukan saat terjadi gunung meletus.

1.4 Manfaat Penulisan


1. Menambah wawasan karakteristik korban bencana gunung meletus.
2. Menambah wawasan terkait penanganan yang perlu dilakukan saat
terjadi gunung meletus.

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Karakteristik Korban Bencana Gunung Meletus


Gunung berapi adalah tonjolan di permukaan bumi yang terjadi akibat keluarnya
magma dari dalam perut bumi melalui lubang kepundan (Ruwanto, 2008). Letusan
gunung api merupakan bagian dari aktivitas vulkanik yang dikenal dengan istilah
“erupsi”. Hampir semua kegiatan gunung api berkaitan dengan zona kegempaan aktif,
sebab berhubungan dengan batas lempeng. Pada batas lempeng inilah terjadi perubahan
tekanan dan suhu yang sangat tinggi sehingga mampu melelehkan material sekitarnya
yang merupakan cairan pijar (magma). Magma adalah cairan pijar yang terdapat di dalam
lapisan bumi dengan suhu yang sangat tinggi, yakni diperkirakan lebih dari 1.000 °C.
Cairan magma yang keluar dari dalam bumi disebut lava. Suhu lava yang dikeluarkan
bisa mencapai 700-1.200° C. Letusan gunung berapi yang membawa batu dan abu dapat
menyembur sampai sejauh radius 18 km atau lebih, sedangkan lavanya bisa membanjiri
sampai sejauh radius 90 km (Priambodo, 2009).
Berdasarkan kejadiannya, bahaya letusan gunung api dibedakan menjadi dua
yaitu bahaya utama (primer) dan bahaya ikutan (sekunder), jenis bahaya tersebut masing-
masing mempunyai resiko merusak dan mematikan (Nurjanah dkk, 2011).
a. Bahaya utama(primer)
Bahaya utama letusan gunung berapi adalah bahaya yang langsung terjadi ketika
proses peletusan sedang berlangsung. Jenis bahaya ini adalah awan panas, lontaran
batu pijar, hujan abu lebat, dan lelehan lava.
b. Bahaya ikutan (sekunder)
Bahaya ikutan letusan gunung berapi adalah bahaya yang terjadi setelah proses
peletusan berlangsung. Apabila suatu gunung api meletus akan terjadi penumpukan
material dalam berbagai ukuran di puncak dan lereng bagian atas. Pada saat
musim hujan tiba sebagian material tersebut akan terbawa oleh air hujan dan
tercipta lumpur turun ke lembah sebagai banjir bebatuan. Biasanya banjir tersebut
dikenal dengan banjir lahar dingin.
Karakteristik korban gunung meletus antara lain :
a. Gangguan respirasi
b. Asma
c. Terkena lahar gunung merapi

3
Banyak dampak yang ditimbulkan akibat terjadinya letusan gunung berapi baik
dampak terhadap kehidupan manusia, hewan dan tumbuhan maupun dampaknya terhadap
keseimbangan lingkungan. Menurut Priambodo (2009) berikut ini beberapa dampak yang
diakibatkan karena terjadinya letusan gunung api :
a. Pencemaran pada udara dengan abu gunung berapi yang mengandung gas seperti
Sulfur dioksida, gas Hidrogen sulfide, Nitrogen dioksida serta beberapa partikel lain
yang dapat meracuni makhluk hidup disekitarnya.
b. Terganggunya kegiatan pada perekonomian masyarakat sekitar gunung meletus.
c. Rusaknya infrastruktur dan pemukiman masyarakat sekitar karena material berbahaya
seperti lahar dan abu vulkanik panas.
d. Rusaknya lahan pertanian sementara yang dilalui lahar panas dan kebakaran hutan
yang mengakibatkan rusaknyaekosistem.
e. Selain dari gas beracun diatas material yang dikeluarkan oleh gunung berapi pun
dapat menyebabkan sejumlah penyakit misalnya ISPA.
f. Hilangnya wisatawan pencinta alam pada tempat-tempat yang dianggap salah satu
destinasi wisata bagi wisatawan pecintaalam.

2.2 Penanganan Yang diperlukan Saat Terjadi Gunung Meletus


Model penanggulangan bencana dikenal sebagai siklus penanggulangan bencana
yang terdiri dari tiga fase, yaitu fase prabencana, fase saat terjadi bencana, dan fase
pascabencana.
a. Fase pra bencana
Fase pra bencana pendekatannya adalah pengurangan risiko bencana dengan tujuan
untuk membangun masyarakat Indonesia yang tangguh dalam menghadapi ancaman
bencana. Tahapan manajemen bencana pada kondisi sebelum kejadian yaitu
kesiapsiagaan, peringatan dini dan mitigasi. Tindakan yang harus dilakukan individu
yaitu :
 Mengikuti sosialisasi tentang peristiwa letusan gunung berapi pada masyarakat
awam terkait peristiwa alam seperti gempa karena gunung berapi, dan terjadinya
gunung meletus.
 Mematuhi pengumuman dari instansi berwenang, misalnya dalam penetapan
status gunung berapi.

4
 Mengenali tanda-tanda terjadinya bencana gunung berapi, misalnya turunnya
binatang dari puncak gunung atau terciumnya bau belerang.
 Mengetahui tempat yang aman dan jalur evakuasi.

b. Fase saat terjadinya bencana


Fase ini kegiatan yang dilakukan adalah tanggap darurat bencana di mana sasarannya
adalah “save more lifes”. Kegiatan utamanya adalah tanggap darurat berupa
pencarian, penyelamatan, dan evakuasi serta pemenuhan kebutuhan dasar berupa air
minum, makanan dan penampungan/shalter bagi para korban bencana. Tindakan yang
harus dilakukan individu yaitu :
 Hindari daerah rawan bencana seperti lereng gunung, lembah dan daerah aliran
lahar.
 Ditempat terbuka, lindungi diri dari abu letusan dan awan panas serta persiapkan
diri untuk kemungkinan bencana susulan.
 Kenakan pakaian yang bisa melindungi tubuh seperti: baju lengan panjang atau
jaket, celana panjang, topi, masker dan lainnya.
 Jangan memakai lensa kontak.
 Lakukan evakuasi dan pengungsian pada masyarakat sekitar gunung meletus ke
tempat yang lebih aman.
 Mematuhi pedoman dan perintah dari instansi berwenang tentang upaya
penanggulangan bencana.

c. Fase pascabencana
Pada fase pasca bencana, aktivitas utama ditargetkan untuk memulihkan kondisi
(rehabilitasi) dan pembangunan kembali (rekonstruksi) tata kehidupan dan
penghidupan masyarakat menjadi lebih baik (build back better). Tindakan yang harus
dilakukan individu yaitu :
 Jauhi tempat aliran sungai, kemungkinan akan terjadi banjir lahar dingin.
 Jauhi wilayah yang terkena hujan abu.
 Bersihkan atap dari timbunan abu. Karena beratnya, bisa merusak atau
meruntuhkan atap bangunan.
 Hindari mengendarai mobil di daerah yang terkena hujan abu sebab bisa merusak
mesin.

5
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Gunung berapi adalah tonjolan di permukaan bumi yang terjadi akibat keluarnya
magma dari dalam perut bumi melalui lubang kepundan (Ruwanto, 2008). Letusan
gunung api merupakan bagian dari aktivitas vulkanik yang dikenal dengan istilah
"erupsi". Pada batas lempeng inilah terjadi perubahan tekanan dan suhu yang sangat
tinggi sehingga mampu melelehkan material sekitarnya yang merupakan cairan pijar
(magma). Magma adalah cairan pijar yang terdapat di dalam lapisan bumi dengan suhu
yang sangat tinggi, yakni diperkirakan lebih dari 1.000 °C. Cairan magma yang keluar
dari dalam bumi disebut lava. Suhu lava yang dikeluarkan bisa mencapai 700-1.200
°CBerdasarkan kejadiannya, bahaya letusan gunung api dibedakan menjadi dua yaitu
bahaya utama (primer) dan bahaya ikutan (sekunder), jenis bahaya tersebut masing-
masing mempunyai resiko merusak dan mematikan (Nurjanah dkk, 2011).
Beberapa bahaya letusan gunungapi antara lain berupa aliran lava, lontaran batuan
pijar, hembusan awan panas, aliran lahar dan lumpur, hujan abu, hujan pasir, dan
semburan gas beracun. Meskipun kejadian letusan gunungapi dapat diprediksi dengan
tingkat keberhasilan tertentu berdasarkan fenomen-fenomena yang mendahuluinya,
bahaya gunungapi seringkali tidak dapat dicegah. Oleh karena itu, pemantauan gunungapi
menjadi suatu hal yang cukup krusial dalam usaha mengurangi dampak akibat bahaya ini.

3.2 Saran
Diharapkan mahasiswa dapat lebih banyak lagi membaca seputar keperawatan
bencana guna memperkaya ilmu keperawatan yang dapat dikembangkan di masyarakat
dalam menghadapi bencana yang mungkin terjadi.

6
DAFTAR PUSTAKA

Astuti, S. and Sudaryono (2010) ‘Peran Sekolah Dalam Pembelajaran Mitigasi Bencana’,
Jurnal Dialog Penanggulangan Bencana, 1(1), pp. 37–40.
Badan Nasional Penanggulangan Bencana (2008) ‘Pedoman penyusunan rencana
penanggulangan bencana’, Pedoman Penyusunan Rencana Penanggulangan Bencana,
1, p. 36.
Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) (2016) Potensi dan Ancaman Bencana di
Indonesia. Available at: https://bnpb.go.id/home/potensi (Accessed: 12 November
2017).

Anda mungkin juga menyukai