Anda di halaman 1dari 26

MAKALAH KEPERAWATAN BENCANA

“PERAN PERAWAT DI BENCANA GUNUNG MELETUS”

DISUSUN OLEH:

ELVY MAHARANI 1811A0008


MENNY NOVIANI 1811A0020
RICHARD WINTER RENYAAN 1811A0034
RINDA WAHYUNINGSIH 1811A0023
YENI RAMBU REWA 1811A0031

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN
IIK STRADA INDONESIA
2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
dengan rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan
tugas Keperawatan Bencana yang berjudul Peran Perawat di Bencana Gunung
Berapi. Dan juga kami berterima kasih kepada Ibu Novita Ana Anggraini, S.
Kep., Ns., M. Kep selaku Dosen mata kuliah Keperawatan Bencana yang telah
memberikan tugas ini kepada kami.

Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah
wawasan serta pengetahuan kita tentang Keperawatan Bencana. Kami juga
menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini terdapat kekurangan dan jauh
dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami berharap adanya kritik, saran dan usulan
yang membangun demi perbaikan makalah yang telah kami buat.

Semoga makalah ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya.


Sekiranya makalah yang telah di susun ini dapat berguna bagi kami sendiri
maupun orang yang membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat
kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan kami memohon kritik dan saran
yang membangun demi perbaikan.

Kediri, 24 Oktober 2019

Tim Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................i

DAFTAR ISI..........................................................................................................ii

BAB I : PENDAHULUAN....................................................................................1

A. Latar Belakang.............................................................................................1
B. Rumusan Masalah........................................................................................1
C. Tujuan Penulisan..........................................................................................2
BAB II : PEMBAHASAN ....................................................................................4

A. Bencana Gunung Meletus ...........................................................................4


B. Penanggulangan Pra Bencana Gunung Meletus ........................................5
C. Penanggulangan Intra Bencana Gunung Meletus .......................................6
D. Penanggulangan Pasca Bencana Gunung Meletus .....................................8
E. Peran Perawat dalam Tanggap Bencana .....................................................9
F. Analisis Kasus yang Berkaitan dengan Bencana Gunung Meletus...........12
BAB III : PENUTUP ..........................................................................................20
A. Kesimpulan ...............................................................................................20
B. Saran..........................................................................................................20
DAFTAR PUSTAKA ..........................................................................................22

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Gunung berapi atau gunung api secara umum adalah istilah yang dapat

didefinisikan sebagai suatu sistem saluran fluida panas (batuan dalam

wujud cair atau lava) yang memanjang dari kedalaman sekitar 10 km di

bawah permukaan bumi sampai ke permukaan bumi, termasuk endapan

hasil akumulasi material yang dikeluarkan pada saat meletus.

Gunung berapi terdapat dalam beberapa bentuk sepanjang masa

hidupnya. Gunung berapi yang aktif mungkin berubah menjadi separuh

aktif, istirahat, sebelum akhirnya menjadi tidak aktif atau mati.

Bagaimanapun gunung berapi mampu istirahat dalam waktu 610 tahun

sebelum berubah menjadi aktif kembali. Oleh itu, sulit untuk menentukan

keadaan sebenarnya daripada suatu gunung berapi itu, apakah gunung

berapi itu berada dalam keadaan istirahat atau telah mati.

Gunung meletus, terjadi akibat endapan magma di dalam perut bumi

yang didorong keluar oleh gas yang bertekanan tinggi. Dari letusan-letusan

seperti inilah gunung berapi terbentuk. Letusannya yang membawa abu dan

batu menyembur dengan keras sejauh radius 18 km atau lebih, sedang

lavanya bisa membanjiri daerah sejauh radius 90 km. Letusan gunung

berapi bisa menimbulkan korban jiwa dan harta benda yang besar sampai

1
2

ribuan kilometer jauhnya dan bahkan bisa mempengaruhi putaran iklim di

bumi ini.

Magma adalah cairan pijar yang terdapat di dalam lapisan bumi

dengan suhu yang sangat tinggi, yakni diperkirakan lebih dari 1.000 °C.

Cairan magma yang keluar dari dalam bumi disebut .lava Suhu lava yang

dikeluarkan bisa mencapai 700-1.200 °C. Letusan gunung berapi yang

membawa batu dan abu dapat menyembur sampai sejauh radius 18 km atau

lebih, sedangkan lavanya bisa membanjiri sampai sejauh radius 90 km.

Tidak semua gunung berapi sering meletus. Gunung berapi yang sering

meletus disebut gunung berapi aktif.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana karakteristik Gunung Meletus di Indonesia?

2. Bagaimana cara penanggulangan Pra Bencana Gunung Meletus ?

3. Bagaimana cara penanggulangan Intra Bencana Gunung Meletus ?

4. Bagaimana cara penanggulangan Pasca Bencana Gunung Meletus ?

5. Bagaimana peran perawat dalam menangani Bencana Gunung Meletus

6. Bagaimana cara penanganan Gunung Meletus berdasarkan kasus?


3

C. Tujuan Penulisan

1. Mengetahui karakteristik Gunung Meletus di Indonesia.

2. Mengetahui cara penanggulangan Pra Bencana Gunung Meletus.

3. Mengetahui cara penanggulangan Intra Bencana Gunung Meletus.

4. Mengetahui cara penanggulangan Pasca Bencana Gunung Meletus.

5. Mengetahui peran perawat dalam menangani Bencana Gunung

Meletus ?

6. Mengetahui cara penanganan Gunung Meletus berdasarkan kasus.


BAB II

PEMBAHASAN

A. Bencana Gunung Meletus

Indonesia merupakan negara yang jumlah dunung apinya sangat banyak.

Tidak kurang dari 130 gunung api aktif atau 13-17% dari jumlah seluruh gunung

api yang ada di dunia, terdapat di Indonesia.

Karena banyaknya gunung api, maka Indonesia rawan dari bencana letusan

gunung api. Sejak tahun 1.000 tahun tercatat lebih dari 1.000 letusan dan

memakan korban manusia tidak kurang dari 175.000 jiwa. Letusan gunung

Tambora pada tahun 1815 dan gunung Krakatau pada tahun 1883 merupakan dua

di antara letusan yang paling hebat yang telah memakan banyak korban.

Sekiranya kepadatan penduduk seperti sekarang, tentulah letusan itu akan

membawa bencana yang lebih besar.

Selain membawa bencana, gunung api merupakan sumber pembawa

kemakmuran. Tanah yang subur selalu menutupi tubuhnya . karena itu , penduduk

selalu tertarik untuk menetap dan mendekati gunungapi, walaupun tempat

tersebut diketahuinya berbahaya. Di sinilah terletak permasalahan gunungapi di

Indonesia, disatu pihak merupakan sumber bencana, tapi di lain pihak merupakan

sumber kesejahteraan.

Karena kondisi tersebut, maka penanggulangan bencana gunung api tidak

hanya terpusat pada gunung api, tetapi masyarakat sekitar gunungapi yang kadang

tidak mudah untuk dievakuasi. Alasannya selain karena keterikatan dengan rumah

4
5

dan lahan pertanian, juga karena adanya kepercayaan tertentu terhadap

gunungapi. Jadi penanngulangannya juga mencakup aspek social budaya.

Setiap tipe gunung api memiliki karakteristik letusannya masing-masing yang

berbeda antara satu dengan lainnya. Gunung api juga memiliki ciri atau perilaku

yang berbeda antara satu jenis gunungapi dengan gunung api lainnya. Karena itu,

penanganannya juga bervariasi tergantung pada karakteristik gunung api itu

sendiri.

Penanggulangan bencana letusan gunung api dibagi menjadi tiga bagian, yaitu

persiapan sebelum terjadi letusan, saat terjadi letusan dan sesudah terjadi bencana.

B. Penanggulangan Pra Bencana Gunung Meletus

Beberapa persiapan yang harus dilakukan dalam menghadapi letusan gunung api

antara lain :

1. Mengenali tanda-tanda bencana, karakter gunung api dan ancaman-

ancamannya;

2. Membuat peta ancaman, mengenali daerah ancaman, daerah aman;

3. Membuat sistem peringatan dini;

4. Mengembangkan Radio komunitas untuk penyebarluasan informasi status

gunung api;

5. Mencermati dan memahami Peta Kawasan Rawan gunung api yang

diterbitkan oleh instansi berwenang;

6. Membuat perencanaan penanganan bencana;


6

7. Mempersiapkan jalur dan tempat pengungsian yang sudah siap dengan bahan

kebutuhan dasar (air, jamban, makanan, pertolongan pertama) jika diperlukan;

8. Mempersiapkan kebutuhan dasar dan dokumen penting;

9. Memantau informasi yang diberikan oleh Pos Pengamatan gunung api

(dikoordinasi oleh Direktorat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi).

Pos pengamatan gunung api biasanya mengkomunikasikan perkembangan

status gunung api lewat radio komunikasi.

C. Penanggulangan Intra Bencana Gunung Meletus

Penanganan yang harus di lakukan pada saat terjadi gunung meletus atau becana.

1. Mengetahui lokasi bencana dari informasi yang di dapat, dan harus

memperhatikan hal-hal berikut.

a) Lengkapi semua informasi. Dan klasifikasi kebenaran berita

b) Bila benar berita di laporkan sesuai ketentuan (alur pelaporan)

c) Berita distribusikan untuk kordinasi dengan unit kerja terkait (persiapan

tim)

d) Puskodalmet di bentuk (aktifkan organisasi kerangka/ organisasi tugas

yang sudah ditetapkan saat preparednees)

e) Sistem Komunikasi memegang peran penting

2. Tugas pengendalian fasilitas dan logistic seperti :

a) Mampu mengetahui dan menyiapkan kebutuhan semua unit kerja

( fasilitas Puskodal, fasilitas dan logistik di lapangan)


7

b) Menyiapkan dan berkoordinasi dgn sektor lain dalam penyiapan

kebutuhan korban (RS lapangan, shektering pengungsi, jamban, air bersih,

transportasi tim dan korban)

c) Mempu mengelola semua bantuan logistik dari hasil koordinasi atau

bantuan

d) Lokasi bencana tindakan yang harus di lakukan

1) Lakukan seleksi korban

2) Untuk memberikan prioritas pelayanan

3) Gunakan Label / Tag

4) Penyelamatan dan mengefaluasi korban maupun harta benda

5) Memenuhi kebutuhan dasar

6) Penyelamatan, serta pemulihan sarana dan prasarana

7) Perlindungan

8) Pengurusan pengungsi

Yang sebaiknya dilakukan oleh setiap orang jika terjadi letusan gunung api antara

lain :

a. Hindari daerah rawan bencana seperti lereng gunung, lembah, aliran sungai

kering dan daerah aliran lahar;

b. Hindari tempat terbuka, lindungi diri dari abu letusan;

c. Masuk ruang lindung darurat;

d. Siapkan diri untuk kemungkinan bencana susulan;


8

e. Kenakan pakaian yang bisa melindungi tubuh, seperti baju lengan panjang,

celana panjang, topi dan lainnya;

f. Melindungi mata dari debu, bila ada gunakan pelindung mata seperti

kacamata renang atau apapun yang bisa mencegah masuknya debu ke dalam

mata;

g. Jangan memakai lensa kontak;

h. Pakai masker atau kain untuk menutupi mulut dan hidung;

i. Saat turunnya abu gunung api usahakan untuk menutup wajah dengan kedua

belah tangan.

D. Penanggulangan Pasca Bencana Gunung Meletus

Penyelenggaraan penanggulanagan bencana pada tahap pasca bencana yaitu:

1. Rehabilitasi

a. Perbaikan lingkungan daerah bencana.

b. Perbaikan prasarana dan sarana umum.

c. Pemberian bantuan perbaikan rumah masyarakat.

d. Pemulihan social psikologis.

e. Pelayanan kesehatan

f. Rekonsiliasi dan resolusi konflik

g. Pemulihan social ekonomi budaya

h. Pemulihan keamanan dan ketertiban

i. Pemulihan fungsi pemerintahan, dan

j. Pemulihan fungsi pelayanan public.


9

2. Rekonstruksi

a. Pembangunan kembali prasarana dan sarana

b. Pembangunan kembali sarana social masyarakat

c. Pembangkitan kembali kehidupan social budaya masyrakat

d. Penerapan rancang bangun yang tepat dan penggunaan peralatan yang

lebih baik

e. Partisipasi dan peran serta lembaga dan organisasi kemasyarakatan dunia

usaha dan masyarakat.

f. Peningkatan kondisi social, ekonomi, dan budaya

g. Peningkatan fungsi pelayanan public, dan

h. Peningkatam pelayanan utama dalam masyarakat.

E. Peran Perawat dalam Tanggap Bencana

Peran perawat pada pra-bencana:

1. Perawat mengikuti pendidikan dan pelatihan bagi tenaga kesehatan dalam

penanggulangan ancaman bencana untuk setiap fasenya.

2. Perawat ikut terlibat dalam berbagai dinas pemerintah, organisasi lingkungan,

palang merah nasional, maupun lembaga-lembaga kemasyarakatan dalam

memberikan penyuluhan dan simulasi persiapan menghadapi ancaman

bencana kepada masyarakat.

3. Perawat terlibat dalam program promosi kesehatan untuk meningkatkan

kesiapan masyarakat dalam menghadapi bencana yang meliputi hal-hal

berikut.
10

a. Usaha pertolongan diri sendiri (pada masyarakat tersebut)

b. Pelatihan pertolongan pertama dalam keluarga seperti menolong anggota

keluarga yang lain.

c. Pembekalan informasi tentang bagaimana menyimpan dan membawa

persediaan makanan dan penggunaan air yang aman.

d. Perawat juga dapat memberikan beberapa alamat dan nomor telepon

darurat seperti dinas kebakaran, rumah sakit, dan ambulans.

e. Memberikan informasi tempat-tempat alternatif penampungan atau posko-

posko bencana.

f. Memberikan informasi tentang perlengkapan yang dapat dibawa seperti

pakaian seperlunya, radio portable, senter beserta baterainya dan lainnya.

g. Bersama tim dokter, menyiapkan kebutuhan rumah sakit lapangan dan tim

ambulans

h. Berdiskusi bersama tim dokter tentang penyakit yang timbul akibat

bencana sehingga dapat mempersiapkan obat-obatan/alat kesehatan yang

sesuai.

Peran Perawat dalam intra bencana:

1. Bertindak cepat

2. Melakukan pertolongan pertama

3. Menentukan status korban berdasarkan triase

4. Merujuk pasien segera yang memerlukan fasilitas kesehatan yang lebih

lengkap.
11

5. Do not promise. Perawat seharusnya tidak menjanjikan apapun dengan pasti,

dengan maksud memberikan harapan yang besar pada para korban selamat.

6. Berkonsentrasi penuh pada apa yang dilakukan.

7. Koordinasi dan menciptakan kepemimpinan (coordination and create

leadership).

8. Untuk jangka panjang, bersama-sama pihak yang terkait dapat

mendiskusikan dan merancang master plan of revitalizing, biasanya untuk

jangka waktu 30 bulan pertama.

Peran perawat pada pasca bencana menurut Feri dan Makhfudli (2009) adalah

perawat berkerja sama dengan tenaga kesehatan lain dalam memberikan bantuan

kesehatan kepada korban seperti pemeriksaan fisik, wound care secara

menyeluruh dan merata pada daerah terjadi bencana. Saat terjadi stres psikologis

yang terjadi dapat terus berkembang hingga terjadi post-traumatic stress disorder

(PTSD) yang merupakan sindrom dengan tiga kriteria utama yaitu trauma pasti

dapat dikenali, individu mengalami gejala ulang traumanya melalui flashback,

mimpi, ataupun peristiwa-peristiwa yang memacunya dan individu akan

menunjukkan gangguan fisik, perawat dapat berperan sebagai konseling. Tidak

hanya itu perawat bersama masyarakat dan profesi lain yang terkait bekerja sama

dengan unsur lintas sektor menangani masalah kesehatan masyarakat pasca-gawat

darurat serta mempercepat fase pemulihan menuju keadaan sehat dan aman.

Selain itu Perawat dapat melakukan pelatihan-pelatihan keterampilan yang

difasilitasi dan berkolaborasi dengan instansi ataupun LSM yang bergerak dalam
12

bidang itu. Sehinnga diharapkan masyarakat di sekitar daerah bencana akan

mampu membangun kehidupannya kedepan lewat kemampuan yang dimilikinya.

F. Analisa Kasus yang Berkaitan dengan Bencana Gunung Meletus

Pada tanggal 23 Oktober 2019 tepat nya pada pukul 22.50 telah terjadi letusan

gunung kelud. Gunung ini berada di perbatasan antara Kabupaten

Kediri, Kabupaten Blitar, dan Kabupaten Malang , kira-kira 27 km sebelah timur

pusat Kota Kediri.

1. Tahap evakuasi

a. Alat yang dibutuhkan: masker, tandu, alat medis lainnya.

b. Tim yang bertugas: TNI (AD, AU, AL) 8.000 pasukan, POLISI sebanyak

2.883 personil dan relawan bertugas untuk mengevakuasi.

c. Saat status awas pada Kamis (13/2) malam, warga sudah dengan teratur

tenang dan mulai mengungsi. Perempuan, anak-anak, serta para lanjut usia

(lansia) didahulukan naik kendaraan evakuasi yang sudah disiapkan

petugas, dan terakhir para pria dewasa.

d. Alat transportasi: truk dan mobil siaga disediakan untuk mengevakuasi

korban

e. Korban selamat, dengan jumlah pengungsi yang tersebar dibeberapa

wilayah, diantaranya: di Kabupaten Kediri, terdapat 66.319 orang

pengungsi yang tersebar di 205 titik. Di Kabupaten Blitar ada 28.970

pengungsi yang tersebar di 63 titik. Di Kabupaten Malang ada 3.610


13

pengungsi di 14 titik. Selanjutnya, di Kabupaten Tulungagung terdapat

1.349 pengungsi di 11 titik serta tidak ada warga yang hilang.

f. Sedangkan data korban yang meninggal yaitu:

1) Pontini atau dipanggil Mbok Nya (60, P) warga Dusun Plumbang,

Desa Pandansari, Kec Ngantang, Kab Malang karena sesak nafas

akibat abu vulkanik.

2) Sahiri atau dipanggil Sair (70, L) warga Dusun Ngutut, Desa

Pandasari, Kec Ngantang, Kab Malang karena tertimpa tembok saat

menunggu kendaraan evakuasi.

3) Sanusi (80, L) warga Dusun Plumbang, Desa Pandansari, Kec

Ngantang, Kab Malang karena sesak nafas saat berlindung di bawah

meja.

4) Sutinah (97, P) Dusun Ngadirejo, Desa Sumberagung, Kec. Ngantang,

Kab. Malang meninggal karena sesak napas.

2. Tempat pengungsian (shelter)

Warga sekitar gunung kelud telah dievakuasi ke tempat pengungsian yang

jaraknya kurang lebih 40 kilo meter dari pusat gunung kelud.

a. Distribusi logistic

a. Palang Merah Indonesia (PMI) mendistribusikan selimut kepada

sekitar 200 Kepala Keluarga (KK) di Pos Pengungsian Desa Sempu,

Dusun Ringinsari, Kecamatan Segaran, Kabupaten Kediri. Setiap KK

mendapatkan dua helai selimut, sehingga total selimut yang

didistribusikan oleh PMI sekitar 400 helai selimut.


14

b. PMI juga mendistrinusikan 2.000 roti, 24 karton air mineral, popok,

pembalut, susu UHT, dan masker bagi korban gunung Kelud.

c. Selain itu ada juga bantuan, bentuk sumbangan dari berbagai pihak

yang sudah dikumpulkan terhitung 19 hingga 25 Februari, yang

dipimpin langsung oleh Bupati Sukoharjo, Wardoyo Wijaya. Bantuan

yang dikirim diantaranya berupa logistik atau makanan. Mie instans

1.130 dus, beras 3.500 kilogram, gula pasir 500 kilogram, sarden 450

kaleng, minyak goreng 600 liter, kecap 1.500 botol, kornet 351 kaleng.

Selain itu ada juga bantuan dalam bentuk pakaian pantas pakai,

selimut, handuk, sarung, kaos dan lain sebagainya. 

b. Posko kesehatan

a. Dinas kesehatan kota depok mengirimkan empat dokter dan petugas

medis untuk menangani korban bencana gunung kelud. sedikitnya ada

26 jenis obat dan juga masker dengan jumlah total sebanyak 20 ribu

obat.

b. Petugas PMI yang di pos kesehatan tersebut bertugas sebagai tenaga

medis. Sebagian besar penyakit yang dikeluhkan adalah flu, demam,

sesak napas, iritasi mata, ISPA, bahkan kecelakaan patah tulang dan

harus segera dirujuk ke rumah sakit terdekat.

c. Di Kediri, Pos relawan Unair didirikan di dua titik lokasi yaitu di Pare

dan Kepung. Tim relawan tahap kedua terdiri dari 11 dokter PPDS

(Program Pendidikan Dokter Spesialis), dua apoteker, enam psikolog,

perwakilan dari IKA FEB Unair, RS Unair, RSUD dr Soetomo,


15

Dharmawanita Unair dan Darmawanita IDI Surabaya. Gabungan tim

medis terdiri dari para ahli kesehatan mata, ahli paru, ahli penyakit

dalam, Anestesi, Rehab Medik, kesehatan kulit kelamin, Fisioterapi,

Obgin hingga  kesehatan anak.

d. Selain tim medis, turut bergabung Mahagana (Mahasiswa Tanggap

Bencana) Unair, serta relawan lainnya yang turun tangan langsung ke

lokasi bencana.

e. Kehadiran tim Psikologi Unair di Desa Kepung juga semakin

melengkap aktivitas sosial dengan memberikan berbagai bantuan

medis dan trauma healing kepada anak-anak dan orang dewasa korban

bencana.

c. Transportasi: Empat mobil, satu Ambulance, 1 truk yang berisi alat-alat

keperluan dapur umum diberangkatkan ke daerah sekitar gunung kelud.

d. Pelayanan dapur umum menyediakan hingga 3.000 paket makanan siap

saji, untuk tiga kali pelayanan dalam sehari.

e. Selanjutnya PMI akan mengoptimalkan penyediaan air bersih dengan

cakupan sekitar 39 desa terdampak di Kabupaten Kediri.

f. Komandan Kodim 0809 Kediri, Letkol Heriyadi menyatakan, jumlah

MCK yang akan dibangun mencapai lebih dari 2.000 unit. Jumlah

tersebut, kata dia, berdasarkan estimasi kapasitas tampung tiap MCK


16

dengan jumlah pengungsi.Normalnya, satu buah MCK dapat digunakan

antara 30 sampai 50 orang,” kata Letkol Heriyadi, Selasa (11/2/2014).

3. Komunikasi

a. Radio menjadi alat media yang cukup efektif sebagai penyampaian

informasi. Tim Tikus Darat telah membawa alat-alat dan berbagai halnya

sebagai pendukung kerja-kerja dilapangan seperti alat komunikasi berupa

Handy Talky (HT), handphone, radio receiver, media sosial, dan website.

Informasi yang didapatkan secara akurat dan official itu harus diperoleh

dari sumber yang terpercaya , dipastikan kebenarannya dan selanjutnya

diferifikasi sehingga dapat di publikasikan dengan baik kepada penyintas.

b. Sumbangan pembaca KR, memberikan alat bantuan komunikasi, Rp

56.400.000 terdiri 6 unit RIG @Rp 3.400.000, termasuk pesawat, antena

dan power supply. Kemudian 38 buah HT @Rp 750.000. Total

sumbangan pembaca KR, gelombang ke-2 ini sebesar Rp 212.034.500.

sehingga akan mempermudah koordinasi dengan desa dan dusun di

wilayahnya terutama saat terjadi bencana.

4. Dampak letusan Gunung Kelud

a. Letusan Gunung Kelud yang menimbulkan hujan abu di berbagai wilayah

di Jawa Timur dan Jawa Tengah yang berdampak buruk terhadap kualitas

udara.
17

b. Kementerian Lingkungan Hidup (KLH), kualitas udara pascaletusan

Gunung Kelud di Kota Surabaya semakin memburuk.Hal itu terungkap

dalam rilis KLH yang diterima Solopos.com, Jumat (14/2/2014) malam.

c. KLH juga memperingatkan partikel abu vulkanik berpotensi mengganggu

sistem pernapasan karena mengandung kristal silika. Kristal silika

diketahui merupakan salah satu bahan yang digunakan dalam industri kaca

untuk membuat kaca keras. Jika terhirup dan masuk ke dalam paru-paru,

partikel ini berpotensi merusak alveoli, unit pernapasan terkecil dari paru-

paru.

d. Masyarakat disarankan untuk melindungi kepala, saluran pernafasan, dan

disarankan tidak keluar rumah. “Tetapi apabila terpaksa keluar rumah,

harus menggunakan masker. Selain masker, juga disarankan untuk

menggunakan pelindung kepala untuk mencegah debu mengenai daerah

kepala dan menggunakan kaca mata untuk melindungi mata, serta minum

air putih yang cukup, paling tidak untuk 72 jam [3-4 liter per orang per

hari].”

e. Kementerian Pertanian menyatakan kerugian pada lahan pertanian akibat

dampak erupsi Gunung Kelud, Jawa Timur, mencapai Rp377,54 miliar.

Lahan tanaman padi yang rusak mencapai 871 hektar, jagung 790 hektar,

cabai merah 538 hektar, cabai rawit, 1220 hektar, tomat, 155 hektar,

bawang merah 47 hektar, dan nanas 1200 hektar.


18

f. Selain itu masyrakat juga mengalami keluhan mengenai kebersihan air.

Provinsi Jawa Timur, Jawa Tengah dan DI Yogyakarta melaporkan

kecenderungan peningkatan kekeruhan air sungai akibat terpapar debu

gunung Kelud.

g. Kerusakan dibidang sarana dan prassarana, ada 4454 rumah rusak , tempat

ibadah, fasilitas pendidikan, kesehatan, air bersih, bangunan irigasi,

kerusakan jalan dan jembatan.

5. Rehabilitasi dan Rekonstruksi

a. Pemerintah Jawa Timur sudah mengucurkan anggaran Rp 10 miliar

sebagai dana awal, dan itu merupakan bagian dari dana APBD 2014 yang

telah disiagakan untuk penanganan korban Erupsi Gunung Kelud sebesar

100 miliar.

b. Kepala Pusat Data Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan

Bencana (BNPB) Sutopo Purwo Nugroho mengatakan separuh dari total

rumah yang rusak pasca erupsi Gunung Kelud telah diperbaiki. Data

BNPB menyebutkan jumlah total rumah yang rusak sebanyak 11.845 unit

di Kabupaten Kediri, Blitar dan Malang.

c. Sutopo menyebutkan, rumah yang sudah diperbaiki sebanyak 6.039 unit

atau 50,97%. Kabupaten Kediri mengalami kerusakan rumah terbesar

yakni 10.554 unit dan telah selesai diperbaiki sebanyak 5.013 unit atau
19

50,36%. Di Kbaupaten Malang terdapat rumah rusak 1.510 unit dan telag

selesai 649 unit atau 42,98%. Sedangkan di Kabupaten Blitar, jumlah

rumah rusak 383 unit dan selesai 377 atau 98,44%.

d. Menurut Sutopo, perbaikan rumah bagi warga sekitar Gunung Kelud

membutuhkan ribuan genteng. Perkiraan kebutuhan genteng 2.000-3.000

buah setiap rumah. Sementara akan diganti dengan asbes atau seng atas

persetujuan warga terdampak.

e. Selain itu karena berdampak juga pada bidang pertanian, maka akan

segera melakukan rehabilitasi, termasuk dengan menyediakan bantuan

bibit tanaman pangan seperti untuk padi, jagung, sayuran, dan buah-

buahan perkebunan," ujar Menteri Pertanian Suswono dikutip Aktual,

Rabu (5/4). Kementerian Pertanian akan merehabilitasi lahan pertanian

yang tertutup material abu kurang dari 20 sentimeter, dengan segera

mengolah lahan pertanian, mencampur dengan tanah asli dan ditambah

dosis bahan organik sebesar lima ton per hektar. Sedangkan lahan kering

untuk sayuran, akan diolah dengan tanah asli yang ditambah pupuk atau

bahan organik dosis lima ton per hektar dan tanam sayur yang bukan

diambil ubinya.

f. Bantuan diberikan oleh Menteri Agama berupa uang sebesar Rp 595 juta

dialokasikan untuk pasca bencana untuk 21 lembaga madarasah, 28

lembaga MI, 12 pondok pesantren, 13 TPQ, 8 masjid di Kab. Blitar,


20

1gereja katolik, dan 4 gereja Kristen. Sedangkan Menpra juga berencana

ikut memberikan bantuan kepada korban kelud berupa pembangunan WC

Komunal 26 buah.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Indonesia merupakan negara yang jumlah dunung apinya sangat banyak.

Tidak kurang dari 130 gunung api aktif atau 13-17% dari jumlah seluruh gunung

api yang ada di dunia, terdapat di Indonesia.

Peran perawat dalam tanggap bencana terdiri dari 3 yaitu peran perawat pra

bencana yaitu sebelum terjadi bencana dimana perawat ikut serta dalam

pemberian penyuluhan kesehatan dalam upaya antisapi terjadinya bencana. Peran

perawat intra bencana yaitu saat bencana sudah terjadi dimana perawat

bekerjasama dalam memberikan pertolong kepada masyarakat atau korban.

Sedangkan peran perawat pada pasca bencana menurut Feri dan Makhfudli

(2009) adalah perawat berkerja sama dengan tenaga kesehatan lain dalam

memberikan bantuan kesehatan kepada korban seperti pemeriksaan fisik, wound

care secara menyeluruh dan merata pada daerah terjadi bencana., serta memberi

dukungan psikologis.

B. Saran

Sebaiknya di setiap gunung api yang masih aktif ada pos pengawasan yang

dilengkapi dengan alat-alat pemantauan yang akurat. Informasikan atau

komukasikan segala tanda bahaya yang diperoleh sedini mungkin kepada

masyarakat atau melalui kepala desa masing-masing. Buat sirene tanda bahaya

20
21

untuk mengingatkan penduduk untuk segera mengungsi bila keadaaan tambah

gawat. Pembuatan sungai yang khusus untuk aliran lahar dan membuat tanggul

yang kokoh untuk melindungi desa dari aliran lahar.


DAFTAR PUSTAKA

Efendi, Ferry & Makhfud. 2009. Keperawatan Kesehatan Komunitas Teori dan

Praktik dalam Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika.

Ihsan, Amirul. “Gunung Meletus”.

http://academia.edu/7472358/GUNUNG_MELETUS.

20

Anda mungkin juga menyukai