Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH KEPERAWATAN KEBENCANAAN

GUNUNG MELETUS

Dosen :
Kristina Pae, S.Kep., M. Kep

Kelompok 3 :

1. Amelia Puspita Sari (9103018032)


2. Claudia Cindy Wea (9103018011)
3. Elma Rosa Kumala Putri (9103018043)

FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS KATOLIK WIDYA MANDALA
SURABAYA
2021
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur saya panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa , karena atas
berkat dan rahmatNya, saya dapat menyelesaikan penyusunan makalah lengkap
Keperawatan Kebencanaan ini dengan baik.
Penyusunan makalah dengan judul “Keperawatan Bencana Gunung Meletus” ini
disusun untuk memenuhi persyaratan dalam menyelesaikan tugas. Dalam penyusunan
makalah ini, kami mendapatkan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, saya ingin
mengucapkan terima kasih Kepada Ibu Kristina Pae S.Kep.,Ns.,M.Kep. selaku dosen
pengajar Keperawatan Bencana.
Saya menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih belum sempurna.
Untuk itu, saya mengharapkan saran yang membangun dan maafkan bila ada kata-kata
yang kurang berkenan.

Surabaya 01 September 2021


BAB I

PENDAHULUAN

I. Latar Belakang
Bahaya Gunung api bahaya yang ditimbulkan oleh letusan/kegiatan
gunung api, berupa benda padat, cair dan gas serta campuran diantaranya yang
mengancam atau cenderung merusak dan menimbulkan korban jiwa.
Erupsi gunung api merupakan proses alam dan sampai saat ini belum
dapat dicegah, sehingga untuk menekan terjadinya korban dan kerugian harta
benda perlu diadakan upaya penanggulangan bencana.
Dengan melakukan pengamatan dan pemantauan yang terus menerus,
maka diharapkan dapat dipelajari tingkah laku dan aktifitas semua gunung api
aktif yang ada sehingga usaha perkiraan erupsi dan bahaya gunung api akan
tepat dan cepat.
II. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian gunung meletus ?
2. Apa jenis gunung meletus ?
3. Apa manajemen gunung meletus ?
4. Apa implikasi gunung meletus ?
III. Tujuan
A. Tujuan Umum
Tujuan dari pembuatan makalah ini yaitu untuk mengetahui konsep teori
dari kebencanaan gunung meletus.
B. Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui pengertian gunung meletus
2. Untuk mengetahui jenis gunung meletus
3. Untuk mengetahui manajemen gunung meletus
4. Untuk mengetahui implikasi gunung meletus
IV. Manfaat
Sesuai dengan latar belakang, rumusan masalah, dan tujuan umum serta khusus
yang hendak kami capai, maka adapun manfaat dari pembuatan makalah ini,
yaitu:
A. Bagi Mahasiswa :
Hasil penulisan makalah ini diharapkan dapat digunakan untuk
meningkatkan pengetahuan mahasiswa dalam memahami konsep teori
Tentang fenomena Bencana yaitu gunung meletus.
BAB II
ISI

2.1 Pengertian
Bahaya Gunung api adalah bahaya yang ditimbulkan oleh
letusan/kegiatan gunung api, berupa benda padat, cair dan gas serta campuran
diantaranya yang mengancam atau cenderung merusak dan menimbulkan korban
jiwa serta kerugian harta benda dalam tatanan (lingkungan) kehidupan manusia.
Gunung merapi adalah satu gunung api sangat aktif di dunia. Gunung api
ini menunjukkan rupsi menghasilkan awan panas piroklastik dan longsoran
kubah lava. Luncuran kubah lava yang terjadi secara berulang-ulang sepanjang
periode erupsi dan dapat memakan waktu hingga berbulan-bulan.

2.2 Jenis
Berdasarkan bentuk dan proses terjadinya, gunung api dibagi menjadi
tiga jenis, yaitu:
1. Gunung Api Maar

Gunung api maar


adalah gunung api yang memiliki kawah di bagian puncaknya.
Kata maar sendiri berarti danau tektonik yang terjal. Danau ini terbentuk
karena sifat erupsi yang eksplosif atau letusan yang kuat. Bahan-bahan yang
keluar dari letusan tersebut berupa material padat atau eflata. Contoh gunung
api maar yang berada di Indonesia di antaranya adalah Gunung Dieng,
Gunung Gamalama, dan Gunung Lamongan.
2. Gunung Api Perisai

Gunung api
perisai memiliki alas yang luas dan bentuk lereng yang sangat landai. Hal ini
disebabkan karena sifat erupsinya yang berupa letusan efusif atau magma
yang keluar dengan cepat, mengalir dan menyebar di sekitar area gunung api.
Gunung api perisai ini terjadi karena memiliki lava yang cair dengan tekanan
yang lemah, serta dapur magma yang dangkal. Gunung api perisai banyak
ditemui di Hawai, Amerika Serikat, seperti Gunung Mauna Loa, Gunung
Mauna Kea, dan Gunung Kilauea.
3. Gunung Api Kerucut atau Strato.

Gunung api perisai terjadi karena adanya letusan dan lelehan atau
eksplosif dan efusif yang terjadi secara terus-menerus dan bergantian.
Sehingga, gunung ini membentuk suatu suatu kerucut yang lerengnya
berlapis-lapis akibat letusan-letusan sebelumnya. Contoh gunung api perisai
atau strato di Indonesia di antaranya Gunung Kerinci, Gunung Pangrango,
dan Gunung Merbabu.
Tipe-Tipe Gunung Api
Gunung api yang ada di berbagai belahan dunia, termasuk di Indonesia,
memiliki aktivitas yang berbeda-beda. Berdasarkan aktivitasnya tersebut,
gunung api dibagi menjadi 3 tipe, yaitu tipe A, tipe B, dan tipe C.
A. Gunung api tipe A

Disebut juga gunung api aktif. Gunung api ini masih menghasilkan
magma dan masih memiliki kemungkinan untuk mengalami erupsi. Gunung
api tipe ini pernah mengalami erupsi minimal satu kali pada tahun 1600 atau
setelahnya. Contoh gunung api aktif yang ada di Indonesia yaitu Gunung
Merapi, Gunung Sinabung, dan Gunung Kerinci.
B. Gunung api tipe B

Disebut juga sebagai gunung api pasif. Gunung-gunung yang


dikategorikan sebagai gunung api pasif adalah gunung yang tidak pernah
mengalami erupsi pada tahun 1600 atau setelahnya. Tapi, gunung ini masih
memperlihatkan gejala gunung api aktif. Misalnya, gunung api tersebut masih
menghasilkan solfatara atau sumber gas belerang dan akan menjadi belerang
padat jika membeku. Contoh gunung api pasif yang ada di Indonesia di
antaranya Gunung Rajabasa yang terletak di Lampung dan Gunung Patuha
yang terletak di Jawa Barat.
C. Gunung api tipe C

Adalah gunung api yang tidak diketahui sejarah erupsinya dalam


catatan manusia. Namun, gunung tersebut menunjukkan bukti-bukti adanya
aktivitas erupsi di masa lalu. Misalnya, ada solfatara, atau fumarola, atau
kawah lubang yang mengeluarkan gas bercampur uap di sekitar daerah
vulkanis. Contoh gunung api tipe C di antaranya Kawah Manui, Kawah
Kamojang, dan Gunung Lahendong.

Ciri-Ciri Gunung yang Akan Meletus


Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, masih banyak gunung api
tipe A atau gunung dengan aktivitas magma aktif yang ada Indonesia Oleh
karena itu, kita harus memahami ciri-ciri yang ditunjukan oleh gunung api yang
akan meletus, terutama apabila tinggal atau berada dekat dari gunung api
tersebut.
Salah satu ciri gunung yang akan meletus adalah suhu di sekitar gunung
api akan meningkat. Ciri lainnya adalah sumber air dan pepohonan yang tiba-
tiba mengering. Ciri lainnya yang tampak jelas adalah seringnya terjadi gempa,
serta binatang-binatang liar yang hidup di gunung mengungsi ke tempat lain,
umumnya ke pemukiman yang berada di sekitar gunung api tersebut.
Apabila ciri-ciri tersebut telah muncul, kita harus siap siaga untuk
menghindari bahaya yang mungkin akan timbul akibat gunung api yang meletus.
Segeralah mengevakuasi diri ke tempat yang lebih aman.
Gejala Pasca Vulkanik dan Dampak Vulkanisme
Setelah letusan terjadi, biasanya muncul gejala pasca vulkanik.
Misalnya, muncul sumber air panas yang mengandung belerang, muncul geiser
atau semburan air panas dari dalam bumi, serta muncul ekshalasi, berupa gas-gas
seperti gas karbon dioksida dan gas belerang.
Meletusnya gunung api atau proses vulkanisme lainnya memiliki
dampak bagi kehidupan kita, baik dampak positif maupun negatif. Proses
vulkanisme pada gunung api di Indonesia bermanfaat bagi lahan pertanian,
karena abu vulkanik yang dihasilkan gunung api saat erupsi dapat membuat
tanah di sekitar gunung api menjadi lebih subur. Itulah sebabnya banyak lahan
perkebunan yang dimanfaatkan warga yang bermukim di sekitar gunung api.
Selain itu, daerah di sekitar gunung api dapat dijadikan lahan penghasil bahan
galian tambang seperti emas, intan, pasir, timah dan bahan tambang lainnya.
Hasil vulkanisme juga dapat dijadikan wisata alam yang menarik seperti
kawasan Tangkuban Perahu di Jawa Barat.
Sayangnya, proses vulkanisme juga memberikan dampak negatif bagi
lingkungan di sekitarnya. Lereng-lereng yang terbentuk dari proses vulkanise ini
umumnya terjal, sehingga lahan yang dapat dimanfaatkan juga terbatas. Lahan
ini juga tidak bisa dijadikan area permukiman karena rentan terjadi longsor.
Selain itu, proses alam dari dalam bumi atau endogen bisa menimbulkan letusan
gunung api dan gempa bumi yang dapat merusak lingkungan sekitar.

2.3 Manajemen Bencana


2.3.1 Sebelum terjadi letusan gunung api:
a) Mengenali daerah setempat dalam menentukan tempat yang aman untuk
mengungsi.
b) Membuat perencanaan penanganan bencana.
c) Mempersiapkan pengungsian jika diperlukan.
d) Mempersiapkan kebutuhan dasar.
2.3.2 Jika Terjadi Letusan Gunung api:
a) Hindari daerah rawan bencana seperti lereng gunung, lembah dan daerah
aliran lahar.
b) Ditempat terbuka, lindungi diri dari abu letusan dan awan panas. Persiapkan
diri untuk kemungkinan bencana susulan.
c) Kenakan pakaian yang bisa melindungi tubuh seperti: baju lengan panjang,
celana panjang, topi dan lainnya.
d) Jangan memakai lensa kontak.
e) Pakai masker atau kain untuk menutupi mulut dan hidung.
f) Saat turunnya awan panas usahakan untuk menutup wajah dengan kedua
belah tangan.
2.3.3 Setelah Terjadi Letusan Gunung api:
a) Jauhi wilayah yang terkena hujan abu
b) Bersihkan atap dari timbunan abu. Karena beratnya, bisa merusak atau
meruntuhkan atap bangunan.
c) Hindari mengendarai mobil di daerah yang terkena hujan abu sebab bisa
merusak mesin.

2.4 Implikasi Bencana Terhadap Lingkungan Fisik, Dan Social Psikososial


2.4.1 Implikasi bencana gunung meletus terhadap lingkungan fisik
Dampak letusan Gung api terhadap lingkungan fisik dapat berupa
dampak yang bersifat negatif dan positif. Dampak negatif dari letusa suatu
gunung api dapat berupa bahaya yang langsung dapat dirasakan oleh manusia
seperti awan panas, jatuhan piroklastik, gas beracun yang keluar dari gunung api
dan lain sebagainya, sedangkan bahaya tidak langsung setelah erupsi berakhir,
seperti lahar hujan, kerusakan tanah pertanian, dan berbagai macam penyakit
akibat pencemaran. Adapun dampak positif dari aktivitas suatu gunung api
terhadap lingkungan adalah bahaya galian material industri, energi panas bumi,
sumberdaya lahan yang subur, areal wisata alam, dan sebagai sumberdaya air.
2.4.1.1 Dampak Negatif:
a. Bahaya langsung, terjadi pada saat letusan (lava, awan panas, jatuhan
piroklastik/bom, lahar letusan dan gas beracun).
b. Bahaya tidak langsung, terjadi setelah letusan (lahar hujan, kelaparan
akibat rusaknya lahan pertanian/perkebunan/ perikanan), kepanikan,
pencemaran udara/air oleh gas racun: gigi kuning/ keropos, endemi
gondok, kecebolan dsb.
2.4.1.2 Dampak Positif:
a. Bahan galian: seperti batu dan pasir bahan bangunan, peralatan rumah
tangga,patung, dan lain lain.
b. Mineral : belerang, gipsum, zeolit dan juga mas (epitermal gold).
c. Energi panas bumi: listrik, pemanas ruangan, agribisnis
d. Mata air panas : pengobatan/terapi kesehatan.
e. Daerah wisata: keindahan alam
f. Lahan yang subur: pertanian dan perkebunan
g. Sumber daya air: air minum, pertanian/peternakan, dll.

2.4.1 Implikasi bencana gunung meletus terhadap Social Psikososial


Peristiwa bencana membawa dampak bagi warga masyarakat
khususnya yang menjadi korban. Beberapa permasalahan yang dihadapi korban
bencana meletusnya Gunung Merapi yaitu:
a. Kehilangan tempat tinggal untuk sementara waktu atau bisa terjadi untuk
seterusnya, karena merupakan kawasan rawan bencana (termasuk dalam
zona merah).
b. Kehilangan mata pencaharian karena kerusakan lahan pertanian dan
hancurnya tempat usaha.
c. Berpisah dengan kepala keluarga karena ayah atau suami banyak yang
memilih untuk tetap tinggal di rumah dengan alasan menjaga rumah, harta
benda dan tetap bekerja sebagai petani, berkebun atau peternak.
d. Pemenuhan kebutuhan dasar berupa makan, minum, tempat tinggal
sementara atau penampungan, pendidikan, kesehatan dan sarana air bersih
yang tidak memadai. Tidak tersedia atau terbatasnya fasilitas umum dan
fasilitas sosial.
e. Terganggunya pendidikan anak-anak yang tidak bisa sekolah karena
kerusakan sarana dan prasarana sekolah.
f. Risiko timbulnya penyakit-penyakit ringan (misalnya diare) karena kondisi
lingkungan dan tempat penampungan yang kurang bersih dan tidak kondusif
serta sarana pelayanan kesehatan yang kurang memadai.
g. Terganggunya fungsi dan peran keluarga karena dalam satu tempat
penampungan tinggal beberapa keluarga sekaligus. Tidak optimalnya
pelaksanaan fungsi dan peran keluarga serta kemungkinan-kemungkinan
hilangnya pengendalian diri dapat pengungsi akibat jenuh, tidak
terpenuhinya kebutuhan hidup.
h. Hilangnya harga diri dan kemampuan baik sebagai individu maupun sebagai
keluarga karena di tempat pengungsian mereka menerima belas kasihan dari
pihak lain dan bahkan seringkali menjadi tontonan. Kecewa pada
pemerintah atau pihak-pihak lain yang tidak dapat meminimalisir kerusakan
yang ditimbulkan oleh letusan gunung berapi dan kecewa terhadap
pelayanan yang diberikan oleh pemerintah yang berpotensi menjadi aksi
sosial.
i. Terhambatnya pelaksanaan fungsi dan peran sosial dalam kekerabatan serta
pelaksanaan tugas-tugas kehidupan dalam kemasyarakatan, misalnya:
kegiatan arisan, kegiatan adat atau budaya yang tidak dapat dilaksanakan di
lokasi pengungsian.
j. Kejenuhan akibat ketidakpastian berapa lama harus mengungsi, perasaan
tidak berdaya, ketakutan dan bahkan perasaan putus asa menghadapi
kemungkinan bencana yang tidak mungkin dihindari (tidak dapat melawan
kehendak Tuhan). Akibatnya timbul perasaan marah, stres atau frustrasi
dengan situasi dan kondisi yang serba tidak menentu, trauma, putus asa,
merasa tidak berdaya dan ketidakpastian terhadap masa depannya.
k. berfikir tidak realistis dan mencari keuntungan supra natural untuk
mencegah terjadinya bencana. Kekecewaan spiritual yaitu kecewa pada
Tuhan karena diberi ujian atau hukuman bahkan cobaan kepada orang-orang
yang merasa dirinya sudah melaksanakan ibadah sesuai ajaran agama.
(Marjono, 2010).
DAFTAR PUSTAKA

Noor, Djauhari. 2014. Pengantar Mitigasi Bencana Geologi. Yogyakarta : Deepublish


Hikmawati, Enny & Chatarina Rusmiyati. 2012. PENANGANAN DAMPAK SOSIAL
PSIKOLOGIS KORBAN BENCANA MERAPI (Sosial Impact of Psychological
Treatment Merapi Disaster Victims). Informasi, Vol. 17, No. 02

Anda mungkin juga menyukai