Anda di halaman 1dari 12

GUNUNG MERAPI

Disusun guna memenuhi tugas makalah

SMA PASUNDAN MAJALAYA

DISUSUN OLEH :

Nama : Rudyansah

Kelas: XI MIPA 1

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kepada tuhan yang maha esa, karena
atas limpah rahmat nya saya bisa menyelesaikan makalah ini tepat
waktu tanpa halangan yang berarti dan sesuai dengan harapan.

Ucapan terima kasih saya sampaikan pada Bapak/Ibu yang telah


membantu pengarahan dan pemahan dalam penyusunan makalah
ini.

Saya menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih


banyak kesalahan karena keterbtasan kami. Maka dari itu saya
mengharapkan kritik dan saran untuk menyempurnakan makalah
ini.

Bandung
DAFTAR ISI

COVER………………………………………………………………1

KATA PENGANTAR ………………………………………………………………2

DAFTAR ISI………………………………………………………………3

BAB I : PENDAHULUAN………………………………………………………………4

1.1 Latar belakang

1.1 Gambar Gunung Merapi

1.2 Rumusan Masalah.

BAB II : PEMBAHASAN………………………………………………………………8

2.1 Sejarah Gunung Merapi

2.2 Sejarah Geologis

2.3 Informasi Tentang Gunung Merapi

a. Catatan Erupsi

b. Lokasi

c. Tempat Wisata

BAB III : PENUTUP………………………………………………………………11

3.1 Kesimpulan

3.1 Saran

3.3 Daftar pustaka


BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Gunungapi Merapi merupakan gunung yang aktif, memiliki


bentuk tipe stripe strato yang erupsinya telah mengalami
perbedaan jenis erupsi, yaitu erupsi letusan dan leleran ( Eko
Teguh Paripurno, 2008 ). Erupsi lelehan menghasilkan lidah lava,
kubah lava, aliran piroklastika. Erupsi letusan menghasilkan
jatuhan piroklastika yang terdiri dari batuan berukuran besar
( kerikil ) sampai berukuran halus. Batuan halus dapat jatuh pada
jarak mencapai ratusan km dari kawah karena dapat terpengaruh
oleh adanya hembusan angin. Aliran piroklastika terdiri dari gas
panas, abu vulkanik, dan bebatuan. Aliran ini dapat bergerak dari
gunungapi secara cepat dan menghasilkan gas yang sangat panas.

Menurut Agung Mulyo ( 2009 ) lahar adalah lumpur vulkanik yang


mengalir dari puncak gunungapi menuju lereng gunung tersebut.
Lahar terdiri atas bahan-bahan piroklastika dan batuan-batuan
lainnya yang bercampur dengan air, baik air hujan maupun air
danau yang terdapat di dalam kawah. Air yang terdapat pada
danau menjadi sangat panas pada saat erupsi, lahar yang
terbentuk juga akan menjadi panas sehingga dinamakan lahar
panas.Lahar dingin adalah lahar yang terjadi bila selang waktunya
cukup lama setelah peristiwa letusan. Lahar merupakan aliran
lumpur yang mengandung material rombakan bongkah-bongkah
menyudut sebagian besar berasal dari gunungapi.

Bahaya lahar Gunungapi Merapi berdampak luas bagi masyarakat.


Kerugian yang ditimbulkan bukan hanya kehilangan nyawa, tetapi
juga hilang dan rusaknya harta benda sebagai aset penghidupan
masyarakat.Letusan Gunungapi Merapi juga mengakibatkan
tercemarnya udara yang mengandung Sulfur Dioksida, Nitrogen
Dioksida serta beberapa partikel debu yang berpotensi meracuni
makhluk hidup di sekitar. Material yang dikeluarkan gunungapi
berpotensi menyebabkan timbulnya penyakit yang disebut dengan
ISPA. Lahar panas akibat letusan Gunungapi Merapi juga dapat
mengakibatkan hutan di sekitar kawasan Merapi rusak terbakar
dan ekosistem yang ada di dalam hutan otomatis akan
terancam.Menurut Benyamin Lakitan ( 2010 ) letusan Gunungapi
Merapi pada tahun 2010 yang memakan korban lebih dari 350
jiwa. Lereng gunungapi Merapi ini termasuk padat penduduknya,
terutama karena lahannya yang subur untuk usahatani sayuran
dan tanaman pangan. Pada saat meletus tidak kurang dari 350.000
jiwa diungsikan ke lokasi yang lebih aman. Peristiwa erupsi
Gunungapi Merapi cukup membawa dampak meluas, baik di
wilayah-wilayah sekitar Gunungapi Merapi sendiri ( Kabupaten
Sleman, Kota Yogyakarta, Kabupaten Magelang, Kota Magelang,
Kabupaten Boyolali dan Klaten ) maupun wilayah lain, seperti
kabupaten Purworejo, Kebumen, Purwokerto, bahkan hingga
kabupaten Ciamia Jawa Barat

Fenomena bencana alam menjadi ancaman bagi keberlangsungan lingkungan


karena frekuensi kejadiannya yang meluas di banyak negara dan
telah menimbulkan dampak yang luar biasa baik bagi manusia
maupun lingkungan.Indonesia telah menyusun undang-undang
khusus tentang penanggulangan bencana. Hal ini mengingat
frekuensi kejadian dan dampaknya yang perlu ditangani secara
serius. Undang-undang Penanggulangan Bencana tahun 2007
menjelaskan bahwa kerusakan lingkungan merupakan salah satu
akibat yang harus dialami saat bencana alam terjadi. Kerusakan
lingkungan yang ditimbulkan dapat berupa rusaknya kawasan
budi daya seperti persawahan, perkebunan, peternakan dan
pertambangan, terjadinya erupsi gunungapi, erosi, tanah longsor,
kebakaran hutan, perubahan bentang alam, pendangkalan sungai,
hilangnya sejumlah spesies, rusaknya berbagai habitat flora dan
fauna hingga kerusakan ekosistem. Gagalnya fungsi ekosistem
tidak dapat lagi mendukung kehidupan masyarakat. Kualitas
kesejahteraan menurun drastis berikut dengan kesehatan dan
pendidikan, bahkan manusia sebagai pengelola lingkungan hidup
juga terancam jiwa dan keselamatannya saat bencana terjadi.
Selama ini, penanggulangan bencana dianggap sebagai tugas dan
kewajiban pemerintah semata, sementara masyarakat dan
kelompok swadaya masyarakat ( KSM ) cenderung menjadi pihak
yang kurang mengambil peran dalam upaya untuk pengurangan
risiko bencana ( pra-bencana ).

Letusan gunungapi tidak akan memberikan jenis dan tingkat


ancaman pada seluruh kawasan rawan bencana yang ada.
Masyarakat harus mampu memahami bahaya yang mengancam,
dan selanjutnya mampu mengorganisasikan diri mengenai
bagaimana, kemana, dan kapan harus mengungsi. Masyarakat di
titik rawan limpasan lahar harus pindah segera dan secepatnya
kearah dataran tinggi. Zona evakuasi dan rute pengungsian harus
ditentukan secara aman. Masyarakat harus memahami potensi
bahaya dan prosedur evakuasi, sehingga mereka tidak tetap
berada di tempat tinggal ketika bahaya telah datang atau mereka
telah kembali ketika ancaman masih belum berakhir. Badan-
badan pelayanan masyarakat seperti polisi, pemadam kebakaran
dan tentara, difungsikan untuk membantu kelancaran
pengungsian. Kesadaran masyarakat sangat diutamakan agar
dapat mengurangi korban akibat letusan Gunungapi Merapi,
selama ini masyarakat tidak sadar akan bahaya yang ditimbulkan
Gunungapi Merapi.Kesadaran masyarakat tentang bahaya dan
dampak akibat bencana harus ditanamkan sehingga masyarakat
siap dalam menghadi bencana yang melanda. Kesadaran
masyarakat dan pengetahuan serta informasi kebencanaan
letusan gunungapi akan lebih banyak lagi diketauhi oleh
masyarakat karena kebencanaan merupakan tanggung jawab kita
semua, terutama bagi masyarakat yang tinggal di dekat wilayah
rawan bencana letusan gunungapi khususnya di Desa
Tegalmulyo.Banyak kerugian yang dialami oleh manusia akibat
erupsi Gunungapi Merapi maka penyusun tertarik mengambil
judul ”Respon Masyarakat
Terhadap Risiko Bencana Erupsi
Gunungapi Merapi di Desa
Tegalmulyo Kecamatan
Kemalang Kabupaten Klaten”.

1.2 Rumusan masalah

1. Menambah wawasan tentang


tempat bersejarah?

2. Mengetahui sejarah Gunung Merapi?


BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Sejarah Gunung Merapi

Gunung Merapi (ketinggian puncak 2.930 mdpl, per 2010) (Jawa:


ꦒꦸꦤꦸꦁꦩꦼꦫꦥꦶ, translit. Gunung Mêrapi) adalah gunung berapi di
bagian tengah Pulau Jawa dan merupakan salah satu gunung api
teraktif di Indonesia. Lereng sisi selatan berada dalam administrasi
Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta, dan sisanya berada
dalam wilayah Provinsi Jawa Tengah, yaitu Kabupaten Magelang di
sisi barat, Kabupaten Boyolali di sisi utara dan timur, serta
Kabupaten Klaten di sisi tenggara. Kawasan hutan di sekitar
puncaknya menjadi kawasan Taman Nasional Gunung Merapi sejak
tahun 2004

2.1 Sejarah Geologi

Proses pembentukan Gunung Merapi telah dipelajari dan dipublikasi


sejak 1989 dan seterusnya.[5] Pascale-Claire Berthommier membagi
perkembangan Merapi dalam empat tahap: Pra-Merapi, Merapi Tua
atau Merapi Purba, Merapi Pertengahan, dan Merapi Baru (Modern).
[6]

Tahap aktivitas Pra-Merapi diperkirakan berlangsung 700.000 sampai


400.000 tahun yang lalu. Periode ini menyisakan jejak Gunung Bibi
(2.025 meter) yang bagiannya masih dapat dilihat di sisi timur puncak
Merapi. Gunung merapi memiliki lava yang bersifat basaltik andesit.

Tahap Merapi Tua terjadi ketika badan dasar Merapi mulai terbentuk
namun belum berbentuk kerucut. Masa ini kira-kira berlangsung
60.000 – 8000 tahun lalu. Sisa-sisa aktivitas tahap ini adalah Bukit
Turgo dan Bukit Plawangan di bagian selatan, yang terbentuk dari
lava basaltik.

Tahap aktivitas selanjutnya, Merapi Pertengahan, berlangsung 8.000 –


2.000 tahun lalu. Tahap ini ditandai dengan terbentuknya kerucut-
kerucut tinggi, yang sekarang disebut Bukit Gajahmungkur dan
Batulawang, terletak di lereng utara, yang tersusun dari lava andesit.
Proses pembentukan pada masa ini ditandai dengan aliran lava,
Breksiasi lava, dan awan panas. Aktivitas Merapi telah bersifat erupsi
efusif (lelehan) dan eksplosif. Diperkirakan juga terjadi letusan
eksplosif dengan runtuhan material ke arah barat yang
meninggalkan morfologi tapal kuda dengan panjang 7 km, lebar 1–2
km dengan beberapa bukit di lereng barat. Kawah Pasarbubrah (di
lereng sisi utara) diperkirakan terbentuk pada masa ini. Puncak
Merapi yang sekarang, Puncak Anyar ("baru"), mulai terbentuk

sekitar 2.000 tahun yang lalu. Dalam perkembangannya, diketahui


terjadi beberapa kali letusan eksplosif.

Periode Merapi Baru (2000 tahun lalu s.d sekarang) adalah yang
masih berlangsung. Pada tahap ini terbentuk kerucut puncak Merapi
modern (Gunung/Puncak Anyar) di bekas kawah Pasarbubrah; proses
dimulai sekitar 2000 tahun yang lalu. Tahap ini sangat aktif dan
berkali-kali mempengaruhi perubahan peradaban penduduk yang
tinggal di sekitarnya. Karakteristik letusan sejak 1953 adalah desakan
lava ke puncak kawah disertai dengan keruntuhan kubah lava secara
periodik dan pelepasan awan panas (nuée ardente) yang biasanya
meluncur di lereng gunung tetapi dapat pula menyembur vertikal ke
atas. Letusan tipe Merapi ini secara umum tidak mengeluarkan suara
ledakan tetapi desisan. Kubah puncak yang ada sampai 2010 adalah
hasil proses yang berlangsung sejak letusan gas 1969.[4] Kubah ini
runtuh pada letusan 2010, menimbulkan bukaan ke arah tenggara
(lembah Kali Gendol dan Kali Woro).

Pakar geologi pada tahun 2006 mendeteksi adanya ruang raksasa di


bawah Merapi berisi material seperti lumpur yang "secara signifikan
menghambat gelombang getaran gempa bumi". Para ilmuwan
memperkirakan material itu adalah magma.[7] Kantung magma ini
merupakan bagian dari formasi yang terbentuk akibat
menghunjamnya Lempeng Indo-Australia ke bawah Lempeng
Eurasia.[8]

2.3 Informasi Tentang Gunung Merapi

a. Catatan Erupsi

Erupsi Gunung Merapi sejak 1900-an - tahun 2000 tercatat lebih dari
20 kali, dengan letusan besar pada tahun 1768, 1822, 1849, 1872, 1930,
1961, 1969. Erupsi tanggal 4 - 5 Nopember 2010 merupakan letusan
terbesar sejak 1872, korban jiwa berjumlah 386 orang meninggal.

b. Lokasi

KlatenBoyolaliMagelang (Jawa Tengah)

Kabupaten Sleman (Daerah Istimewa Yogyakarta)

c. Tempat Wisata

Pesona Gunung Merapi tidak pudar. Obyek wisata di lereng Gunung


Merapi menjadi salah satu destinasi yang banyak dikunjungi
wisatawan dari penjuru Indonesia. seperti Merapi lava tour, The lost
world castle dan lain sebagainya.
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

1. Daerah Istimewa Yogyakarta adalah kota yang terkenal akan


sejarah dan warisan budayanya.

2. Gunung Mêrapi adalah gunung berapi di bagian tengah Pulau Jawa


dan merupakan salah satu gunung api teraktif di Indonesia. Gunung
berapi juga merupakan salah satu destinasi wisata yang paling
banyak diminati wisatawan. Selain lanskapnya yang menarik, di
sekitar gunung berapi biasanya kamu bisa menemukan banyak
keseruan lainnya, seperti pemandian air panas atau pasar sayur dan
buah segar.

3.2 Saran

Sangat diperlukan oleh murid untuk mengunjungi tempat bersejarah


dan diberikanpengarahan yang lebih baik untuk menambah
pengetahuan.Datangilah tempat-tempat bersejarah yang ada di
DaerahIstimewa Yogyakarta agar dapatmenambah wawasan dan
pengetahuan tentang sejarah-sejarah dan seni budaya Indonesia.
Sebagai generasi penerus bangsa kita harus bergotong royong
menjaga keindahan alam kita serta para wisatawan dan masyarakat
harus mengetahui gejala gejala Gunung meletus , supaya jika ada
tanda-tanda muncul seperti asap, dan ada gempa kecil kita bisa
melaporkan pada pihak yang bertugas menangani bencana alam,dan
bisa segera menghindar dari gunung meletus.
3.3 Daftar pustaka

https://id.m.wikipedia.org/wiki/Gunung_Merapi

https://www.merdeka.com/jateng/mengunjungi-bunker-
kaliadem-sejarah-kelam-letusan-merapi-tahun-2006.html

https://travel.kompas.com/read/2022/11/27/141200027/8-
tempat-wisata-di-lereng-gunung-merapi-ada-batu-mirip-
alien-?page=all

Anda mungkin juga menyukai