Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PENELITIAN GEOGRAFI

FENOMENA GUNUNG MELETUS

KELOMPOK 1

Disusun Oleh :
Aulia Putri Ramadhani / 03
Devina Athalia Putri Kusumah / 05
Intan Meylani / 07
Jihan Kayyisah / 09
Malva Kayla Tsabita Firdianto / 11
Rafasya Fitrada Aksatama / 19
Zahra Fadhilah Susanti / 35
Kata Pengantar

Puji dan syukur kami panjatkan kepada Allah yang telah memberikan beragam nikmat-Nya,
juga Shalawat dan salam semoga selalu tercurah kepada Nabi Muhammad yang telah
memberikan teladan dalam kehidupan ini, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas laporan
penelitian yang berjudul Fenomena Gunung Meletus.

Dengan diselesaikannya laporan penelitian geografi ini, kami menyampaikan terima kasih yang
sebesar- besarnya kepada:

1. Kedua orang tua kami yang selalu memberikan dukungan baik moral maupun material, serta
selalu memberikan doa untuk kesuksesan kami dalam menuntut ilmu di sekolah.

2. Ibu Nurhayati, S.Pd. selaku guru Geografi yang telah memberikan arahan dan bimbingan,
khususnya saat pembelajaran.

3. Bapak/Ibu guru SMA Negeri 1 Kota Bogor yang telah memberikan ilmu pengetahuan kepada
kami, dan senantiasa membimbing kami dengan penuh kesabaran dan pengabdian

Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas pada
mata pelajaran Geografi. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan
tentang fenomena gunung meletus bagi para pembaca dan juga bagi penulis. Makalah ini
menyajikan informasi apa yang dimaksud gunung merapi, bagaimana penyebarannya, serta apa
dampaknya bagi lingkungan.

Kami, sebagai penulis menyadari, bahwa tulisan saya masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan
tulisan selanjutnya.

Hormat kami

Penulis,

Jihan Kayyisah, Rafasya Fitrada.A, Devina Athalia, dan anggota.


Daftar Isi

LAPORAN PENELITIAN GEOGRAFI ........................................................................................ 1


Kata Pengantar ................................................................................................................................ 2
Daftar Isi ......................................................................................................................................... 3
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah ................................................................................................................. 4

1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................................................ 5

1.3 Tujuan Penelitian ............................................................................................................................. 5

1.4 Manfaat Penelitian ........................................................................................................................... 5

BAB II TINJAUAN PUSAKA


2.1 Prinsip Persebaran ........................................................................................................................... 6

2.2 Deskripsi ........................................................................................................................................... 7

2.3 Interelasi ............................................................................................................................................ 9

BAB III KESIMPULAN


1.1 Korologi .......................................................................................................................................... 10

DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………………………………………………………………….10
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Secara geografis Indonesia merupakan Negara kepulauan yang terletak pada pertemuan
tiga lempeng tektonik yaitu lempeng benua Eurasia, lempeng samudra Hindia, dan Samudra
Pasifik. Pada bagian selatan dan timur Indonesia terdapat sabuk vulkanik (volcano arc) yang
memanjang dari pulau Sumatra – Jawa – Nusa Tenggara – Sulawesi, yang sisinya berupa
pegunungan vulkanik tua dan dataran rendah yang sebagian di dominasi oleh rawa – rawa.
Kondisi tersebut sangat berpotensi sekaligus rawan akan terjadinya bencana seperti letusan
Gunung api, Gempa bumi, dan Tsunami.
Gunung api meletus, terjadi akibat endapan magma di dalam perut bumi yang didorong
keluar oleh gas yang bertekanan tinggi. Dari letusan-letusan seperti inilah gunung api
terbentuk. Hasil letusan gunung berapi berupa: gas vulkanik, lava dan aliran pasir serta batu
panas, lahar, tanah longsor, gempa bumi, abu letusan, awan panas. Letusannya yang membawa
abu dan batu dapat menyembur dengan keras hingga sejauh radius 18 km atau lebih, sedang
lavanya bisa membanjiri daerah sejauh radius 90 km. Letusan gunung berapi bisa
menimbulkan korban jiwa dan harta benda yang besar hingga sampai ribuan kilometer jauhnya
dan bahkan bisa mempengaruhi putaran iklim di bumi ini. Tidak semua gunung berapi sering
meletus. Gunung berapi yang sering meletus disebut gunung berapi aktif.

Pada 2018, terjadi letusan freatik Gunung Merapi. Letusan ini terjadi berkali-kali. Menurut
Kepala Pusat Data Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana, Sutopo
Purwo Nugroho saat itu, letusan freatik disebabkan karena dorongan tekanan uap air.
Dorongan ini terjadi akibat kontak massa air dengan panas di bawah kawah Gunung Merapi.
dorongan magma yang makin kuat menuju ke permukaan kawah menyebabkan Gunung
Merapi makin sering meletus. gunung api selalu meletus karena ada aktivitas magma. Seperti
di bawah, di dalam dan di atas ruang magma.
Gunung berapi yang berada di zona subduksi tempat lempeng bumi bertemu, menyebabkan
satu lempeng menunjam di bawah lempeng yang lain terus menerus mendapat injeksi batuan
cair baru ke dalam ruang magma. Di bawah ruang magma itu, panas inti bumi mencairkan
sebagian batuan yang ada menjadi magma baru. Batu cair segar ini akhirnya masuk ke ruang
magma. Saat ruang yang sudah terisi dengan volume tertentu, tidak dapat menampung magma
baru, kelebihannya akan dikeluarkan melalui letusan.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan identifikasi masalah di atas, permasalahan yang dirumuskan dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut :
1. Di mana persebaran Gunung api di Indonesia?
2. Apa Sebab akibat terjadinya gunung meletus?
3. Mengapa banyak gunung api di Indonesia dan berapa data jumlah gunung api di
Indonesia?
4. Bagaimana cara penanggulangan gunung meletus di Indonesia?

1.3 Tujuan Penelitian


Adapun tujuan penelitian ini untuk:
1. Mengetahui persebaran gunung api di Indonesia.
2. Mengerti sebab akibat meletusnya Gunung Merapi
3. Mengerti dan mengetahui mengapa banyak gunung api di Indonesia serta data jumlah
gunung api di Indonesia.
4. Mengerti bagaimana cara penanggulangan gunung meletus di Indonesia.

1.4 Manfaat Penelitian


Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Meningkatkan pengetahuan dan kewaspadaan terhadap gunung api.
2. Meningkatkan kemampuan menghadapi bencana Gunung Merapi.
BAB II
TINJAUAN PUSAKA

2.1 Prinsip Persebaran


Bencana alam gunung meletus seringkali terjadi di Indonesia. Posisi Indonesia
dikepung 3 lempeng tektonik, yaitu Indo-Australian, Eurasia dan Lempeng Pasifik. Indonesia
juga berada di Pasific Ring of Fire atau jalur rangkaian gunung api paling aktif di dunia yang
membentang sepanjang lempeng pasifik. Indonesia merupakan negara yang mempunyai
gunung api aktif dengan jumlah yang cukup banyak, terlebih untuk gunung api dengan tipe
kerucut atau strato. Akibat dari banyaknya gunung api, Indonesia memiliki wilayah yang
subur sehingga kaya akan flora dan fauna.
Gunung merapi adalah gunung berapi di bagian tengah Pulau Jawa dan merupakan
salah satu gunung api teraktif di Indonesia. Lereng sisi selatan berada dalam administrasi
Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta, dan sisanya berada dalam wilayah Provinsi
Jawa Tengah, yaitu Kabupaten Magelang di sisi barat, Kabupaten Boyolali di sisi utara dan
timur, serta Kabupaten Klaten di sisi tenggara. Kawasan hutan di sekitar puncaknya menjadi
kawasan Taman Nasional Gunung Merapi sejak tahun 2004. Gunung ini memiliki potensi
kebencanaan yang tinggi karena menurut catatan modern, gunung merapi telah mengalami
erupsi setiap dua sampai lima tahun sekali dan dikelilingi oleh permukiman yang padat. Sejak
tahun 1548, gunung ini sudah meletus sebanyak 68 kali. Gunung Merapi merupakan objek
pendakian yang populer. karena gunung ini merupakan gunung yang sangat mempesona. Jalur
pendakian yang paling umum dan dekat adalah melalui sisi utara dari Sélo, Kabupaten
Boyolali, Jawa Tengah, tepatnya di Desa Plalangan, Selo, Boyolali, Desa ini terletak di antara
Gunung Merapi dan Gunung Merbabu. Pendakian melalui Selo memakan waktu sekitar 4-5
jam hingga ke puncak.
Jalur populer lain adalah melalui Kaliurang, Kecamatan Pakem, Kabupaten
Sleman, Yogyakarta di sisi selatan. Jalur ini lebih terjal dan memakan waktu sekitar 6-7 jam
hingga ke puncak. Jalur alternatif yang lain adalah melalui sisi barat laut, dimulai dari
Sawangan, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah dan melalui sisi tenggara, dari arah Deles,
Kecamatan Kemalang, Kabupaten Klaten, Jawa Tengah.
2.2 Deskripsi
Gunung meletus merupakan peristiwa yang terjadi akibat endapan magma di dalam
perut bumi yang didorong keluar oleh gas yang bertekanan tinggi. Peristiwa ini berhubungan
dengan naiknya magma dari dalam perut bumi. Aktifitas magma yang mempunyai suhu yang
sangat tinggi di dalam perut bumi berusaha keluar sehingga dapat terjadi retakan-retakan dan
pergeseran lempeng kulit bumi. Magma yang keluar dari perut gunung berapi adalah gunung
yang sedang meletus atau vulkanisme.
Magma adalah cairan pijar yang terdapat di dalam lapisan bumi dengan suhu yang
sangat tinggi, yakni diperkirakan lebih dari 1.000 °C. Cairan magma yang keluar dari dalam
bumi disebut lava. Suhu lava yang dikeluarkan bisa mencapai 700-1.200 °C. Letusan gunung
berapi yang membawa batu dan abu dapat menyembur sampai sejauh radius 18 km atau lebih,
sedangkan lavanya bisa membanjiri sampai sejauh radius 90 km. Jenis dan bentuk gunung api
bermacam-macam karena derajat kekentalan dan kedalaman magma terbentuknya gunung api
berbeda-beda.
Gunung api meletus, terjadi akibat endapan magma di dalam perut bumi yang
didorong keluar oleh gas yang bertekanan tinggi. Dari letusan-letusan seperti inilah gunung
api terbentuk. Hasil letusan gunung berapi berupa: gas vulkanik, lava dan aliran pasir serta
batu panas, lahar, tanah longsor, gempa bumi, abu letusan, awan panas. Letusannya yang
membawa abu dan batu dapat menyembur dengan keras hingga sejauh radius 18 km atau lebih,
sedang lavanya bisa membanjiri daerah sejauh radius 90 km. Letusan gunung berapi bisa
menimbulkan korban jiwa dan harta benda yang besar hingga sampai ribuan kilometer
jauhnya dan bahkan bisa mempengaruhi putaran iklim di bumi ini. Tidak semua gunung berapi
sering meletus. Gunung berapi yang sering meletus disebut gunung berapi aktif.
Letusan besar bisa bersifat eksplosif dan jangkauan awan panas mencapai 15
kilometer. Letusan gunung ini sejak 1872-1931 mengarah ke barat-barat laut. Namun, sejak
letusan besar 1930-1931, arah letusan dominan ke barat daya sampai dengan letusan 2001.
Kecuali pada letusan 1994, terjadi penyimpangan ke arah selatan yaitu ke hulu Kali Boyong,
terletak antara bukit Turgo dan Plawangan. Erupsi terakhir pada 2006, terjadi perubahan arah
dari barat daya ke arah tenggara, dengan membentuk bukaan kawah yang mengarah ke Kali
Gendol.
Letusan-letusan kecil terjadi tiap 2-3 tahun, dan yang lebih besar sekitar 10-15
tahun sekali. Letusan-letusan Merapi yang dampaknya besar tercatat pada tahun 1006
(dugaan), 1786, 1822, 1872, dan 1930. Letusan pada tahun 1006 membuat seluruh bagian
tengah Pulau Jawa diselubungi abu, berdasarkan pengamatan timbunan debu vulkanik.[10]
Ahli geologi Belanda, Rein van Bemmelen, berteori bahwa letusan tersebutlah yang
menyebabkan pusat Kerajaan Medang (Mataram Kuno) harus berpindah ke Jawa Timur.
Letusan pada tahun 1872 dianggap sebagai letusan terkuat dalam catatan era modern geologi
dengan skala VEI mencapai 3 sampai 4. Letusan besar 2010 diperkirakan juga memiliki
kekuatan yang mendekati atau sama. Letusan tahun 1930, yang menghancurkan tiga belas
desa dan menewaskan 1400 orang, merupakan letusan dengan catatan korban terbesar hingga
sekarang Letusan pada tanggal 22 November 1994 menyebabkan beberapa desa di lereng
gunung terkena awan sehingga memakan korban sebanyak 60 jiwa manusia. Pada 19 Juli 1998
terjadi letusan cukup besar namun material vulkanik yang dikeluarkan mengarah ke atas
sehingga tidak memakan korban jiwa. Pada tahun 2001 sampai 2003, tercatat aktivitas tinggi
yang berlangsung terus-menerus tanpa disertai erupsi ledakan tetaapi membentuk kubah lava.
Gunung Merapi kembali beraktivitas tinggi pada tahun 2006 dengan terus-menerus
meluncurkan awan panas yang memaksa warga yang bertempat tinggal di lereng Merapi
mengungsi. Aktivitas ini sempat menelan dua nyawa sukarelawan di kawasan Kaliadem dekat
kediaman juru kunci Gunung Merapi, Mbah Maridjan. Mereka terkena terjangan awan panas
meskipun keduanya sempat berlindung di dalam bunker bawah tanah.
Semua catatan ini membentuk apa yang disebut sebagai letusan "tipe Merapi", yaitu
aktivitas tinggi yang cukup lama disertai dengan luncuran aliran piroklastik atau wedhus
gèmbèl — istilah bahasa Jawa yang berarti "domba yang berbulu lebat" — berulang-ulang
yang biasanya meluncur ke lereng gunung dengan kecepatan dan tenaga tinggi, sehingga
membahayakan warga di lereng gunung tersebut. Rangkaian letusan pada bulan Oktober dan
November 2010 dievaluasi sebagai yang terbesar sejak letusan 1872, dan memakan korban
nyawa 273 orang (per 17 November 2010), meskipun telah dijalankan pengamatan yang
intensif, mitigasi, serta manajemen pengungsian yang cukup tertata. Letusan 2010 juga
teramati sebagai penyimpangan dari letusan "tipe Merapi" karena bersifat eksplosif disertai
suara ledakan dan gemuruh yang terdengar hingga jarak 20–30 km.
Karena potensi bahayanya, gunung ini dimonitor tanpa jeda oleh Pusat Pengamatan
Gunung Merapi (di bawah Badan Geologi, PVMBG) di Kota Yogyakarta melalui lima (hingga
2019) pos pengamatan visual (dengan CCTV) dan pencatat kegempaan (Pengamatan
Gunungapi Merapi, PGM). Pos-pos ini juga memonitor data dari berbagai instrumen geofisika
telemetri yang sensornya ditempatkan di sekitar gunung dan titik-titik jauh sebagai
pembanding aktivitas vulkanik dengan tektonik.

2.3 Interelasi
Karena ada banyak gunung api di Indonesia, maka sering terjadi letusan gunung
merapi yang menyebabkan tanah meniadi subur karena terkena materi vulkanik tertentu.
Penyebab erupsi gunung berapi yang paling umum adalah pergerakan lempengan tektonik.
Lempengan tersebut bergerak dan mendorong satu sama lain. Dorongan ini membuat
magma, sedimen, dan air laut naik. Naiknya tiga aspek ini membuat lava dalam gunung
berapi keluar dan membumbung naik.
Dampak Positif Bencana Gunung Meletus, yakni, Tanah di sekitar letusan gunung
menjadi lebih subur, menghasilkan energi panas dari Bumi yang berguna untuk
pembangkit tenaga listrik, menghasilkan sumber mata air untuk pertanian, peternakan, dan
kebutuhan hidup lainnya., menghasilkan batu dan pasir berkualitas baik dan bisa
dimanfaatkan untuk membuat bangunan, menghasilkan sumber mineral, seperti belerang,
zeolit, dan lain-lain, dan menghasilkan sumber air panas yang bisa dimanfaatkan untuk
kesehatan kulit manusia
Dampak Negatif Bencana Gunung Meletus, yakni, lahar panas bisa menyebabkan
kebakaran hutan, dan mengancam makhluk hidup yang ada di dalamnya. Termasuk
tumbuhan dan hewan, aean panas dan guguran material letusan gunung bisa membahaakan
lingkungan, terjadinya polusi udara karena zat beracun yang terkandung di dalam material
letusan, perairan bisa tercemar oleh abu vulkanik dan material letusan lainnya, kemunculan
penyakit kulit, pernapasan, dan lain-lain akibat material letusan gunung berapi.
BAB III
KESIMPULAN

1.1 Korologi

Gunung meletus adalah salah satu fenomena alam yang telah menjadi bagian dari
kehidupan manusia, khusunya bagi mereka yang mendiami wilayah di dunia yang secara
geologi berada di dekat pegunungan, seperti daerah Gunung Merapi. Meskipun titik-titik
gunung meletus dapat dipetakan, hingga kini belum ada alat atau teknologi yang mampu
memprediksi dengan tepat kapan terjadinya peristiwa ini.

Letusan Gunung Merapi ini sejak tahun 1872 telah memberikan banyak dampak,
meskipun peristiwa ini juga tidak dapat dihindari atau dicegah. Namun demikian, manusia
mempunyai kemampuan dalam meminimalkan dampak kedua bencana tersebut melalui
upaya mitigasi yang mencakup sebelum, saat, dan setelah peristiwa itu terjadi.

Peristiwa ini juga telah memberikan pelajaran untuk seluruh komunitas dunia, tentang
upaya mitigas bencana yang harus terus dievaluasi guna mengurangi dampak dari waktu ke
waktu. Mitigasi bencana harus diterapkan dan didukung oleh seluruh pihak karena hidup itu
sangatlah berharga.

DAFTAR PUSTAKA
Kompas Pedia. 7 Desember 2021. Gunung Merapi meletus.
https://kompaspedia.kompas.id/baca/data/foto/gunung-merapi-meletus

Wikipedia. Gunung Merapi. https://id.wikipedia.org/wiki/Gunung_Merapi

Sindo News. 10 Maret 2022. Gunung Merapi Bergolak, Badan Geologi: Muntahkan Wedus
Gembel Belasan Kali Sejauh 5 Km. https://daerah.sindonews.com/read/708509/707/gunung-
merapi-bergolak-badan-geologi-muntahkan-wedus-gembel-belasan-kali-sejauh-5-km-
1646892220

Anda mungkin juga menyukai