Anda di halaman 1dari 16

LETUSAN GUNUNG KELUD DI KABUPATEN KEDIRI PADA TAHUN 2014

MAKALAH
UNTUK MEMENUHI TUGAS MATA KULIAH
Sejarah Lokal
Dosen Pengampu: Dra. Dewi Salindri M.Si.

Oleh
Satria Gading Pamungkas (190110301034)

UNIVERSITAS JEMBER
FAKULTAS ILMU BUDAYA
JURUSAN ILMU SEJARAH
MARET 2021
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI..................................................................................................................................ii
KATA PENGANTAR..................................................................................................................iii
BAB 1..............................................................................................................................................1
1.1 Latar Belakang.......................................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah..................................................................................................................1
1.3 Tujuan....................................................................................................................................1
BAB II.............................................................................................................................................3
2.1 Kronologi Letusan Gunung Kelud.........................................................................................3
2.2 Upaya Penanggulangan Saat Terjadi Letusan........................................................................3
2.3 Dampak Yang Ditimbulkan Dari Terjadinya Letusan...........................................................6
2.4 Upaya Penanggulangan Pasca Teradinya Letusan.................................................................8
BAB III.........................................................................................................................................11
DAFTAR RUJUKAN..................................................................................................................12

ii
KATA PENGANTAR

Puja dan puji syukur saya haturkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkah dan
rahmat-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Letusan Gunung Kelud
di Kabupaten Kediri Pada Tahun 2014” untuk memenuhi tugas mata kuliah Sejarah Lokal
dengan tepat waktu.
Penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada dosen pengampu mata kuliah Sejarah
Maritim ibu Dra. Dewi Salindri M.Si. karena tanpa bimbingannya penulis tidak dapat
menyelesaikan makalah ini dengan sebaik mungkin. Atas kerja keras dan ketekunan dalam
mencari sumber serta analisis maka penulis berharap agar hasil makalah ini dapat memberikan
manfaat bagi siapapun yang membutuhkan dan membacanya.
Dengan segala kerja makalah ini dibuat secara teratur agar memiliki hasil semaksimal
mungkin. Dengan demikian atas kesediaan diri maka penulis mengharapkan adanya kritik dan
saran yang bersifat membangun dari siapapun, karena penulis memaklumi masih terdapat banyak
kekurangan dan kesalahan dalam makalah ini. Penulis berharap dengan adanya masukan berupa
saran maupun kritikan maka akan dapat membantu penulis untuk kembali membuat makalah
dengan sebaik-baiknya di masa yang akan mendatang.

Tulungagung, Maret 2021

Penulis

iii
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki gunung berapi terbanyak,
keberadan banyaknya gunung api tersebut dikarenakan Indonesia dilewati oleh dua jalur
pegunungan muda yang disebut Pegunungan Sirkum Pasifik dan Mediterania. Pegunungan
Sirkum Pasifik ini membentang mulai dari Pegunungan Andes di Amerika Selatan, Jepang,
Papua, hingga ke selatan sampai Selandia Baru. Sementara itu Pegunungan Mediterania
terbentang dari Afrika bagia utara, Eropa Selatan, Asia Barat Daya, Kep. Andaman, hingga
berakhir di Indonesia bagian barat. Selain dilewati dua pegunungan muda posisi Indonesia
berada di antara tiga lempeng tektonik yaitu lempeng Eurasia, Indo-Australia, dan Pasifik.
Setiap tahunnya ketiga lempeng tersebut bergerak beberapa centimeter,pergerakan tersebut
telah memicu kenaikan magma yang menciptakan kerucut gunung api.
Di Indonesia gunung berapi tersebar dari Pulau Sumatra, Jawa, Bali, Nusa Tenggara
Barat, Nusa Tenggara Timur, Maluku, hingga Sulawesi. Adapun jumlah di Sumatera
sebanyak 30 gunung berapi, Jawa 35 gunung berapi, Nusa Tenggara sampai Bali sejumlah 30
gunung berapi, Maluku 16 buahm dan Sulawesi 18 buah, keseluruhannya berjumlah 129
gunung berapi. Pulau Jawa yang merupakan pulau dengan penduduk terpadat di Indonesia
memiliki jumlah gunung berapi terbanyak dibandingkan pulau-pulau lainnya.
Gunung Kelud merupakan gunungdengan jenis stratvolcano dengan tipe gunung api A,
gunung tersebut adalah salah satu gunung berapi yang paling aktif ada di Pulau Jawa. Secara
administrative Gunung Kelud berada di Propinsi Jawa Timur dengan berbatasan diantara
Kabupaten Kediri, Kabupaten Blitar, dan Kabupaten Malang. Gungung Kelud sejak tahun
1000 SM hingga saat ini adalah golongan gunung paling aktif di Indonesia. Letusan pertama
Gunung Kelud tercatat 1901, 1919, 1951, 1966, 1990, 2007, dan terakhir 2014. Letusan
Gunung Kelud yang terakhir, terjadi pada tanggal 13 Februari 2014 pukul 22:50 WIB.
Letusan trsebut adalah letsan yang terbesar jika dibandingkan dengan tahun-tahun
sebelumnya,tipe letusannya adalah eksplosif.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana kronologi meletusnya Gunung Kelud di Kabupaten Kediri?
2. Bagaimana upaya yang dilakukan pemerintah Kabupaten Kediri saat terjadinya letusan
Gunung Kelud?
3. Apa dampak yang ditimbulkan dari letusan Gunung Kelud di Kabupaten Kediri?
4. Bagaimana upaya pemerintah Propinsi Jawa Timur dalam menanggulangi dampak pasca
letusan Gunung Kelud?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui kronologi meletusnya Gunung Kelud di Kabupaten Kediri.

1
2. Untuk mengetahui upaya yang dilakukan pemerintah Kabupaten Kediri saat terjadinya
letusan Gunung Kelud.
3. Untuk mengetahui dampak apa yang ditimbulkan dari letusan Gunung Kelud di
Kabupaten Kediri.
4. Untuk mengetahui upaya yang dilakukan pemerintah Propinsi Jawa Timur untuk
menanggulangi dampak pasca letusan Gunung Kelud.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 KRONOLOGI LETUSAN GUNUNG KELUD


Kronologi letusan Gunung Kelud dimulai dari tanggal 2 Februari 2014 ketika terjadi
kenaikan status dari Normal (Level I) menjadi Waspada (Level II), lalu pada tanggal 10 Februari
statusnya kembali meningkat menjadi Siaga. Selanjutna pada tanggal 13 Februari pukul 21:15
telah diumumkan kepada seluruh warga tentnag kenaikan status tertinggi yaitu Awas (Level IV).
Pada satatus ini Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi menghimbau (PVMBG) agar
masyarakat diharuskan untuk mengosongkan setiap tempat yang jaraknya 10 Kilometer dari
puncak gunung. Masa tanggap darurat mengalami puncaknya pada saat itu juga, setiap warga
yang sebelumnya masih bertahan dirumahnya melakukan evakuasi secara mandiri. Berselang 35
menit setelah pengumuman status Awas (Level IV), Gunung Kelud meletus dengan letusan tipe
eksplosi1.
Letusan pada malam hari tersebut telah menyebabkan hujan abu beserta kerikal yang
cukup lebat di Kecamatan Ngancar, tempat gunung api tersebut berada. Dikabarkan juga bahwa
suara letusan terdengar hingga Kota Jogjakarta dan Kota Solo di Jawa Tengah yang berjarak 200
kilometer dari Kabupaten Kediri. Paling jauh juga sempat terdengar di Kabupaten Purbalingga,
Jawa Tengah yang berjarak hamper 300 kilometer dari pusat bencana. Para pengugnsi yang
sebelumnya sudah melakukan evakuasi mandiri segera menuju ke tempat pengungsian, adapun
tempatpengungsiannya sampai pada Kecamatan Pare di bagian selatan Kabupaten Kediri.
Kecamatan Wates juga telah dijadikan tempat pengungsian2.

2.2 UPAYA PENANGGULANGAN SAAT TERJADI LETUSAN


Ketika Gunung Kelud meletus Presiden RI saat itu Susilo Bambang Yudhoyono segera
beberapa arahan yaitu memerintahkan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB)
menangani bencana tersebut dengan menggandeng pemerintah daerah Kabupaten Blitar,
Kabupaten Kediri, dan Kabupaten Malann. Arahan yang kedua berupa perintah untuk memenuhi
segala kebutuhan pengungsian, memerinahkan Gubernur Jawa TImur untuk segera terjun ke
daerah memberikan bantuan. Presiden juga menginstruksikan agar segera berkoordinasi dengan
PVMG perihal potensi kemungkinan terjadinya letusan selanjutnya.Dengan menanggapi arahan
Presiden dan dengan pertimbangan kedaruratan maka Gubernur Jatim menyatakan masa darurat
yang berlaku sejak terjadinya letusan dari tanggal 13 Februari hingga 12 Maret tahun 2014.
Dalam pernyataan tersebut setiap masyarakat yang berada pada radis 10 kilometer dari Gunung
Kelud segera diungsikan ke tempat aman yang sudah disediakan3.

1
Anonim, Suara Dewan, (Kediri: Sekretariat DPRD Kabupaten Kediri, 2014), hlm. 8-9.
2
Ibid.
3
BNPB, Info Bencana, Februari 2014

3
Upaya penanggulangan bencana letusan Gunung Kelud khususnya yang dilakukan pada
tingkat Kabupaten Kediri telah dituangkan dalam Surat Keputusan Bupati Kediri Nomor
188.45/103/418.32/2014 tentang Satuan Pelaksana Penanggulangan dan Pengungsi atau Satlak
PBP. Adapun pihak-pihak yang tergabung dalam Satlak PBP ini adalah SKPD, TNI, POLRI,
LSM dan potensi-potensi lainnya yang berasal dari masyarakat. Peratruan ini dibuat sebagai
pedoman dalam pelaksanaan segala upaya penanggulangan bencana letusan Gunung Kelud pada
tahun 2014 yang didalamnya juga sudah terbagi-bagi tugas pokoknya sesuai dengan unit-unit
yang berbeda seperti pada bagian unit logistik, tim evakuasi, distribusi, dan lain sebagainya4.
Pada saat terjadinya erupsi Gunung Kelud pada Februari 2014 Kabupaten Kediri masih
belum memiliki Badan Penanggulangan Bencana Daerah atau BPBD. Sehingga evakuasi
dilaksanakan oleh Satuan Pelaksana Penanggulangan Bencana dan Pengungsi yang telah
dibentuk melalui peraturan bupati tersebut. Meskipun demikian evakuasi selamaterjadinya erupsi
erjalan dengan lancara dan sukses terutama dalam operasinya di salah satu kecamatan yang
terdampak paling parah dalam bencana ini, yaitu di Kecamatan Ngancar. Operasi evakuasi pada
kecamatan tersebut telah berhasil menyelamatkan 86.000 jiwa dengan lama operasinya 2 jam5
Namun melalui Peraturan Bupati Kediri Nomor 4 Tahun 2014 didalamnya telah diatur
tentang prosedur tetap pelaksanaan penanggulangan bencana Gunung Kelud beserta dengan
tugas, pokok, dan fungsi satuan-satuan yang tergabung dalam Satlak PBP. Tugas pokok dari
Satlak PBP adalah melakukan operasi penanggulangan sebelum, saat, dan sesudah terjadinya
erupsi Gunung Kelud. Kegiatan operasi tersebut meliputi upaya penyelamatan, penempatan, dan
penanganan pengungs korban erupsi. Pelaksanan operasi tersebut juga disesuaikan dengan
kebutuhan dilapangan dengan mangacu pada status Gunung Kelud6.
Pada stataus awas ketika Gunung Kelud mulai meletus bidang sosial Satlak PBP akan
melakukan pendataan pengungsi sekalgus menempatkan pengungsi pada tempat yang sudah
disediakan agar kelak segera mendapatkan pelayanan sosial didalamnya. Pelayanan meliputi
penyedian pakian, makanan, dan bimbingan konseling. Sementar itu pada bagian kesehatan
bertugas menyedian angkutan evakuasi rujukan, mengoperasikan fasilitas kesehatan darurat, dan
menyiapkan tenaga medis pada tempat penampungan pengungsi. Pada bidang komunikasi
bertugas untuk membuat jaringan komunikasi, memberikan penerangan terhadap kepada
masyarakat dan media PERS terhadap aktivitas gunung Kelud. Pada bagian logistic akan
melaksanakan pendistribusian bantuan makanan7.
Proses operasi dilapangan terkait dengan penanggulangan bencana dan pengungsian
dipimin oleh Letokol. Inf. Heriyadi selaku komandan tanggap darurat. Beliau juga merpakan
komandan Kodim 0809 Kediri yang pada tanggal 12 Februari disahkan sebagai komandan
4
Mohammad Kozin, “Studi Deskriptif Koordinasi Penanggulangan Bencana Erupsi Gunung Kelud
Tahun 2014 Di Kabupaten Kediri”, dalam Kebijakan dan Manajemen Publik, 2016, Vol. 4, No. 1, hlm. 7
5
Indah Hayu Ariyanti, “Implementasi Kebijakan Penanggulangan Bencana (Studi Deskriptif
Tentnag Penanggulangan Bencana Letusan Gunung Kelud di Kecamatan Ngancar Kabupaten Kediri)”,
dalam Skripsi Program Studi S1 Ilmu Administrafi Negara Departemen Administrasi FakultasIlmu Sosial
dan Politik Universitas Airlangga, 2015, hlm. 11-12.
6
Peraturan Bupati Kediri Nomor 4 Tahun 2014.
7
Ibid.

4
tanggap darurat melalui Surat Keputusan Bupati Kediri Nomor. 188.45/205/418.322014. Untuk
mensukseskan operasa ini maka perlu dilakukan koordinasi yang baik, mengingat bahwa Satlak
PBP terdiri dari berbagai macam potensi didalamnya termasuk dari SKPD yang ada pada jajaran
pemerintahan Kabupaten Kediri.Adapun proses koordinasi yang dilakukan menjadi dua yaitu
koordinasi pedoman kerja dan koordinasi melalui forum8.
Pada koordinasi pedoman kerja yang menjadi acuannya tetap pada Peraturan Bupati
Kediri Nomor 4 Tahun 2014 sementara pada koordinasi fotum Didalam peraturan tersebut
khususnya pada BAB II nomor 2 telah dijelaskan mengenai tugas-tugas pada setiap bidang yang
ada didalam Satlak PBP. Tugas-tugas tersebut juga memiliki tingkatan yang disesuiakan dengan
kebutuhan lapangan pada setiap tingkatan level kebencanaan Gunung Kelud. Sementara itu
koordinasi forum dilakukan melakukan media elektronik seperti handphone dan HT jika kondisi
darurat. Media cetak tertulis seperi surat edaran, memo, dan buku pedman juga dignakan dalam
koordinasi forum ini. Sementara itu dalam koordinasi taap muka dilakukan di Pusat
Pengendalian Operasi Kebencanaan (PUSDALOPS) yang bertempat di Simpang Lima.
PUSDALOPS digunakansebagai sarana koordinasi untuk pelaporan kondisi terkini di lapangan
dan pantauan dari pusat pengamatan gunung berapi Kelud.
Penanggulangan pengungsi juga dilakukan oleh Tempat Perbekalan (Tepbek) V-44-02.A
yang berada dibawah Perbekalan dan Angkutan Kodam (Bekangdam) V/Brawijaya. Tepbek V-
44-02.A berkedudukan di Kabupaten Kediri, ketika terjadi letusan Gunung Kelud Tepbek
memberikan pelayanan jasa mess dan dapur lapangan untuk kepentingan pengungsi. Mess
lapangan dipergunakan sebagai tempat pengungsian sementara itu dapau lapangan memiliki
tugas sebagai dapur umum yang akan menyediakan kebutuhan logistic bagi para pengungsi
selama proses evakuasi hingga selesai. Dalam kinerjanya Tepbek V-44-02.A
Kediriberkoordinasi dengan BPBD Propinsi, Pemerintah Kabupaten, dan pihak ataupun ptensi
lainnya ynag bekerja di lapangan setempat9.
Tepbek segera melakukan pendataan tempat pengungsian sehingga dapat segera
dilakukan gelar mess dan dapur lapangan. Dalam pendataan tersebut maka dapat diketahui
jumlah pengungsi beserta dengan banyaknya persediaan logistik didalamnya. Banyaknya
bantuan yang mengalir dari BPBD Propinsi, pihak kecamatan,hingga LSM teah mempermdah
dan mempercepat kinerja Tepbek di lapangan. Bantuan rata-rata paling banyak berupa bahan
logistic sehingga Tepbek hanya bekerja memasaklogistik-logistik tersebut dan
mendistribusikannya pada kantng-kantong pengungsian10.
Gambaran mengenai proses berlangsungnya evakuasi di lapangan dapat dilihat dari
pengalaman Kecamatan Ngancarproses evakuasi tersebut terdapat sinergitas antara masyarakat
yang ter-edukasi dengan baik, dan pemerintah kecamatan. Perlu diketahui bahwa kecamatan
Ngancar adalah wilayah yang paling parah terdampak oleh erupsi Gunung Kelud. Masyarakat
Ngancar sejak 2008 telah diberikan bekal literasi mengenai macam-macam status keaktifan
Gunung Kelud beserta dengan langkah-langkah yang harus dilakukan didalamnya. Pemberian
edukasi tersebut memberikan dampak positif dimana pada akhirnya tumbuh kesadaran mandiri
untuk mengungsikan diri sebelum diungsikan.

8
Mohammad Kozin, loc.cit.
9
Win Indarto, Pelayanan Jaasa Mess dan Dapur Lapangan Dalam Penanggulangan Bencana Erupsi
Gunung Kelud Di Kediri Pada Tahun 2014, dalam Jurnal Manajemen Bencana, Vol. 3, No. 3,2017, hlm.
10.
10
Win Indarto, op.cit., hlm. 10-13.

5
Ketika terjadi erupsi Gunung Kelud, penanganan kondisi darurat di Kecamatan Ngancar
dipimpin oleh camat dan Danramil Ngancar. Proses selamamasa darurat akan disebar luaskan
melalui Radio Antar Penduduk Indonesia atau RAPI lokal 6 Kecamatan Ngancar dan melalui
Kelud FM. Melalui dua radio tersebut camat akan menggunakan nama Ngancar Satu dan
Danramil akan menggunakan nama ngancar dua, masing-masing akan memberikan informasi
dan himbauan terhadap masyarakat melalui saluran radio. Setiap informasi mengenai aktivitas
Gunung Kelud waktu itu didapatkan melalui Pos PGA Kelud, pos tersebut juga telah melakukan
koordinasi dengan Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMG)11.
Pada saat Gunung Kelud dalam status siaga camat selaku “Ngancar Satu” akan
memberikan informasi melalui radio setiap 6 jam sekali, pada saat naik statusnya menjadi
waspada para masyarakat yang tergolong rentan dan keluarga “relawan” sudah diungsikan
terlebih dahulu. Pada pukul 21:15 status gunung kelud meningkat menjadi “awas”. Menindak
lanjuti haltersebut “Ngancar Satu” segera memberi arahan dari radio agar seluruh masyarakat
yang berada pada radius 10 kilometer dari Gunun Kelud baik yang berada di Kediri, Blitar, dan
Malang dihimbau untuk segera mengosongkan rumah dan turun ke bawah menuju tempat
pengungsian yang sudah disediakan12.
Pengungsian bisa berjalan dengan lancar berkat kemandirian masyarkat Ngancar yang
sudah terbentuk. Disisi lain pengungsian terlebih dahulu yang dilakukan oleh masyarakat rentan
dan keluarga “reawan” telah meringankan upaya pengungsian mandiri. Para pengungsi terakhir
yang turun pasca pemberian informasi tentnag status “awas” Gunung Kelud tidak perlu
memikirkan anggota keluarganya yang berusia rentan. Semantara itu para relawan juga tidak
perlu mengkhawatirkan keluarganya tatkala sedang melakukan tugas evakuasi di lapangan.
Pendekatan yang sosial-kultural baik sebelum dan saat terjadinya erupsi Gunung Kelud
dilakukan sebagai upaya meminimalisir resiko bagi masyarakat.

2.3 Dampak Yang Ditimbulkan Dari Terjadinya Letusan


Letusan Gunung Kelud yang terjadi di Kabupaten Kediri telah membawa abu vulkanik
sejauh lebih dari 200 kilometer. Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB)
menyatakan bahwa hujan abu sebagai akibat dari erupsi Gunung Kelud tercatat telah menyebar
di beberapa kabupatan dan kota baik di Jawa TImur maupun di Jawa Tengah. Di Jawa Timur
sendiri hujan abu melanda Kediri, Tulungagung, Blitar, Malang, Surabaya, Ponorogo, hingga
sampai ke Pulau Madura13. Hujan abu tersebut telah mengurangi jarak pandang dan menutupi
jalanan raya sehingga bisa dipastikan lalu lintas saat itu berhenti.
Terhitung sejak dini hari tanggal 14 Februari sudah mencapai Kabupaten Ponorogo dan
Kota Jogjakarta. Kota Jogjakarta dan juga Kabupaten Sleman saat itu mengalami hujan abu
vulkanik parah dengan ketebalan hamper 2 cm, hujan abu vulkanik tersebut dilaporkan warga
lebih parah daripada saat terjadinya letusan Gunung Merapi pada tahun 2010 lalu. Sementara itu
di Magetan dan Madiun hujan abu vulkanik telah memperpendek jarak pandang kendaraan
bermotor dan mobil yang sedang melakukan perjalanan, diperkirakan jarak pandang efwektif di
kedua kabupaten tersebut hanya 3-5 meter saja. Hujan abu vulkanik tersebut selain

11
Sutopo Purwo Nugroho, et.al., Kelud Tanpa KemelutRekam Jejak Inisiatif Dan Kiprah Warga
Dalam Tanggap Darurat Erupsi Gunung Kelud, (Jakarta: Pusat Data, Informasi dan Hubungan
Masyarakat Badan Nasional Penanggulangan Bencana), hlm. 54.
12
Ibid., hlm. 57-58.
13
BNPB, Info Bencana, Februari 2014

6
melumpuhkan mobilitas masyarakat di darat juga telah melumpuhkan 7 bandara yang tersebar di
Malang, Surabaya, Surakarta, Semarang, Bandung, dan Cilacap14.
. Sementara itu korban jiwa yang ditimbulkan akibat bencana letusan ini sebanyak 7
orang yang keseluruhannya berasaldari kabupaten Malang. Korban luka-luka sebanyak 1.423
jiwa dengan 31 orang diantaranya harus menjalani rawat inap. Total jumlah pengungsi tercatat
paling banyak sejumlah 87.629 jiwa. Mereka yang mengungsi bukan berarti kondisinya baikbaik
saja, abu vulkanik yang dikeluarkan Gunung Kelud saat meletus telah menyebabkan resiko
gangguan pernapasan. Dari keseleuruhan pengugnsi tersebut, tercatat sebanyak 955 orang telah
mengalami gangguan pernapasan yang bermacam-macam. Adapun gangguan tersebut berupa
ISPA yang mengjangkit 364 orang, hipertensi 78 orang, disusul penyakitlainnya berupa gatal-
gatal dan pergal linu15.
Selain menimbulkan korban jiwa erupsi juga telah menghancurkan rumah-rumah
warga.dan fasilits umum lainnya. Kerusakan terparah dialami pada Kecamatan Puncu, Kepung,
Plosoklaten dan Ngancar. Dari keempat kecamatan tersebut yang paling parah adalah Kecamatan
Puncu dengansebanyak 8.622 bangunannya mengalami rusak berat, dan sebanyak 5.466
bangunan lainnya mengalami kerusakan sedang. Sementara itu di Kecamatan Besowo sebanyak
1.842 bangunan mengalami kerusakan16.
Kerugian pada sektor pertanian akibat dari erupsi Gunung Kelud salah satunya dialami
oleh petani nanas di Desa Sugihwaras, Ngancar.Erupsi telah menutup lahan perkebunan nanas
dengan abu vulkanik yang tebal,akibatnyaadalah kegagalan panen berhektar-hektar17. Sementara
itu di Desa Asmorobangun, Kecamatan Puncu, Kabupaten Kediri, Sebelum terjadinya erupsi
masyarakat desa tersebut sudah siap memasuki hari panen jagung yang sebelumnya sudah
ditanam. Namun erupsi telah membuat jagung-jagung mati mengering akibat lahan pertanian
yang tertutup abu vulkanik. Kerugian ditafsir mencapai 20 Juta. Selain jagung, cabai juga
menjadi salah satu tanaman pertanian yang mengalami gagal panaen pada desa tersebut18.
Untuk kerugian cabai sendiri sempat dirasakan oleh Agus, seorang petani cabai dari
Desa Asmorobabgnun, Puncu. Dirinya harus segera melakukan panen masal cabai-cabai yang
telah ditanamnya meskipun saat itu masih jauh dengan bulan panen, hal tersebut dilakukan
karena banyaknya cabai yang mulai mati karena terbalut abu vulkanik Gunung Kelud. Dengan
usia panen yang dini harga cabai menjadi turun 5000 rupiah, jika sebelumnya per kilogram
dihargai 25.000 rupiah menjadi turun 20.000 rupiah. Menurut Agus pada masa sebelum erupsi
dalam setahun dirinya mampu memanen 700Kg dengan 12 sampai 14 kali masa panen. Akibat
dari erupsi ini kerugian bisa mencapai 60% jika dihitung dalam masa satu tahun19.
14
DPRD Kabupaten Kediri.
15
Anih Sri Suryani, “Dampak Negatif Abu Vulkanik Terhadap Lingkungan dan Kesehatan”, dalam
Info SIingkat Kesejahteraan Sosial, Vol. VI, No. 4, 2014, hlm. 11.
16
Windiani, I.B Irawan, dan Sutinah, Pengelolaan Bencana Berbasis Kapsitas Lokal Di Kawasan
Gunung Kelud Pasca Erupsi Tahun 2014 (Studi Etnografi Di Kawasan Gunung Kelud Kelud Pasca Erupsi
Tahun 2014), dalam Prosiding SEMATEKSOS, hlm. 124.
17
Moch Robiantono, Modal Sosial Masyarakat Desa Sugihwaras Dalam Mempercepat Rehabilitasi
Pasca Bencana Letusan Gunung Kelud, dalam skripsi Program Studi Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan
Ilmu Politik Universitas Jember, 2019, hlm. 156
18
Liputan 6, https://www.liputan6.com/news/read/833291/video-akibat-letusan-gunung-kelud-
petani-kediri-gagal-panen, diakses pada 3 Maret 2021.
19
Petrus Rizki, “Ketahanan Pangan Pasca Erupsi Kelud: Komoditas Pertanian Lokal Anjlok,
https://www.mongabay.co.id/2014/02/19/ketahanan-pangan-pasca-erupsi-kelud-komoditas-pertanian-
lokal-anjlok/, Diakses pada 3 Februari 2021.

7
Sementara itu menurut data dari Dinas Pertanian Propinsi Jawa Timur dari 807 Hektar
padi, 798 Hektarnya telah tertutup abu vulkanik, dan 121 hektar sisany dinyatakan puso.
Sementara itu dari 1.483 hektar jagung yang terkena, 24 Hektar dinyatakan puso. Tanaman
hortikultura seperti cabai besar dari 538 Hektar lahannya, 420 hektarnya mengalami puso,
Terong 2 Hektar dari 14 Hektar terkena puso, kacang panjang dari 36,5 Hektar, dinyatakan puso
9 hektar. Buncis sebesar 4 hektarnya terdampak, dan 1 hektar puso, terakhir adalah timun yang
terkena puso 2,5 Hektar dari 12 Hektar keseluruhan. Untuk menanggulangi dampak tersebut
maka pemerintah menjanjikan untuk memberikan bantuan hands-traktor terhadap para petani
demi kepentingan pengolahan lahan kembali yang sudah tertutup abu vulkanik20.
Kerugian juga dialami pada sektor ekonomi perikanan Kabupaten Kediri, masyarakat
Kabupaten Kediri sebagian besar membudidayakan jenis ikan lele, nila, tawes, koi, bawal, dan
gurame. Erupsi Gunung kelud selain telah menghancurkan rumah-rumah milik pembudidaya
juga telah merusak tempat pembudidayaan ikan sekaligus peralatan budidayanya. Kerusakan
terjadi pada atap-atap kolam, pompa air, serta jarring. Akibatnya adalah banyak benih-benih
ikan dan indukan ikan harus mati. Secara keseluruhan terdapat 274 pembudidaya ikan yang
tersebar di 16 kecamatan di Kabupaten Kediri yang terdampak erupsi Gunung Kelud. Total
kerugian para pembudidaya tersebut ditaksir sebesar 3.9 Milyar upisah dengan masing-masing
pembudidaya diperkirakan mengalami kerugian sekitar 14,4 juta rupiah21.
Berdasarkan data yang pernah dihimpun tim peneliti kerugian yang paling besar
disebabkan oleh kematian benih ikan,kematian tersebut dikaksir mencapai 2,2 miilyar atau
hamper 58% dari total kerugian secara keseluruhan. Jenis benih ikan yang mengalami paling
banyak kematian adalah benih ikan lele, Kabupaten Kediri sendiri merupakan sentra penghasil
benh ikan terbesar di Jawa Timur. Akibat dari banyaknya kematian benih ikan akibat erupsi
maka penyedian dan distribusi benih ikan ke luar Kabupaten Kediri juga menjadi terhambat.
Kerugian terbesar tersebut disusul dengan kerugian sebesar 1,5 milyar yang diakibatkan oleh
kematian ikan-ikan yang lain saat masih dalam proses pembesaran, adapun jenis ikan-ikan
tersebut adalah mujaer, koi, nila, dan mas22.

2.4 Upaya Penanggulangan Pasca Teradinya Letusan


Pemerintah Kabupaten Kediri telah memiliki beberapa program upaya penanggulangan
pasca terajdinya letusan, salah satunya adalah bantuan pada bidang perekonomian warganya
khususnya bagi para pembudidaya ikan. Dalam menanggapi banyaknya kerugian di sektor
perikanan tersebut, Pemerintah Propinsi Jatim memberikan bantuan sebesar 960 juta rupiah
terhadap para pembudidaya ikan di Kabupaten Kediri. Namun jumlah tersebut belum bisa
mampu menutupi kerugian karena keterbatasan anggaran dari Pemerintah Propinsi Jatim.
Sementara itu para pembudidaya ikan yang sebelumnya memainkan peran sebagai pemilik
modal dan pemilik budidaya harus berganti perannya menjadi klien peminjam mosal untuk
membangun usaha budidayanya kembali.
Pasca terjadinya erupsi pemerintah setempat mengambil langkah rehabilitasi dan
rekonstruksi khususnya pada bangunan-bangunan yang hancur akibat terdampak. Pembanguanan
ini difokuskan pada tiga kecamatan yang terdampak paling parah yaitu Kepung, Plosoklaten,
20
Ibid.
21
Maulana Firdaus, RAdityo Pramoda, dan Maharani Yulisti, “Dampak Letusan Gunung Kelud
Terhadap Pelaku Usaha Perikanan Di Kabupaten Kediri, Provinsi Jawa Timur, dalam Jurnal Kebijakan
Sosial Ekonomi Kelautan Perikanan, Vol. 4, No. 2, 2014, hlm. 163-164
22
Ibid.

8
dan Puncu. Proses rehabilitas-rekonstruksi di Kabupaten Kediri dilaksanakan oleh Pemerintah
Propinsi Jawa TImur, KODAM V Brawijaya, dan POLDA Jawa Timut dengan memakan waktu
selama tiga minggu, terhitung sejak 24 Februari-14 Maret 2014. Pelaksanaan rehabilitasi-
rekonstruksin diarahkan kepada tiga kecamatan yang terdampak paling parah yaitu Kecamatan
Puncu, Kecamatan Kepung, dan Kecamatan Plosokandang. Jumlah keseluruhan rumah yang
rusak dari ketiga kecamatan tersebut adalah 10.74023.
Dalam proses rehabilitasi-rekonstruksi tersebut terbagi menjadi tiga klaster, klaster
pertama akan mengurus bidang sosial yakni pengungsi, klaster tersebut dipimpin oleh wakil
Gubernur Jatim Saifullah Yusuf. Pada klaster kedua disebut sebagai klaster fisik yang bertugas
melakukan pembangunan sarana dan prasarana khususnya rumah-rumah warga. Klaster kedua
tersebut dipimpin oleh Pangdam V/Brawijaya Mayjend. Ediwan Prabowo. Sementara itu klaster
yanag terakhir adalah bagian ketertiban dan kemanan umum, klaster ini dipimpin langsung oleh
Kapolda Jatim Irejn. Pol. Unggung Cahyono. Sebelummulai bergerak melakukan pembangunan
proses pendataan kerusakan rumah warga terlebih dahulu dilakukan oleh Pemerintah dengan
bkerja sama dengan Universitas Brawijaya. Selanjutnya proses pengerjaan dilakukan oleh
anggota TNI Kodam V/Brawijaya sebanyak 14.000 personel24
Selama proses pengerjaan tersebut para pengungsi sudah banyak yang kembali ke
rumahnya masing-masing. Meskipun kondisi rumahnya yang sangat memprihatinkan namun
pilihan kembali ke rumah bukanlah tanpa alasan, sebagian besar pengungsi ingin segera
membersihkan rumahnya agar tidak roboh sepenuhnya. Untuk semetara waktu dengan
menunggu proses pembangunan yang dilakukan, para pengungsi berinisiatif mengganti atap-atap
genteng rumah yang sudah roboh dengan terpal seadanya. Selain berdampak pada kerusakan
rumah warga, erupsi Gunung Kelud juga telah mempengaruhi mata pencaharian. Efek dari
letusan yang ekplosif serta abu vulkanik telah membuat lahan pertanian menjadi rusak dan
tertimbun material vulkanis. Kerusakan lahan pertanian telah membuat warga kehilangan lahan
garapan untuk bekerja, sekaligus kerugian akibat gagal panen juga telah memberatkan kondisi
sosial warga.
Selain memberikan bantuan berupa pembiayaan kembali perekonomian dan rehabilitasi
pembangunan rumah warga, pemerintah Kabupaten Kediri juga telah membuat program
penanggulangan bencana bagi masyarakat yang lebih efektif. Sebagai bentuk evaluasi dari
pengalaman kebencanaan Gunung Kelud maka pada tahun 2015 dibentuklah BPBD Kabupaten
Kediri berdasarkan Perda No. 2 Tahun 2015 tentang Tata Laksana Organisasi Penanggulangan
Bencana Daerah. Setelah terbentuk BPBD Kab. Kediri melakukan pembentukan jaringan
bersama-sama dengan NGO, masyarkat bisnis, , dan forum atau komunitas yang ada di
masyarakat. Tujuan pembentukan jaringa tersebut adalah untuk melakukan komunikasi
mengenai segala permasalahan dalammelakukan mitigasi bencana. Hasil dari komunikasi antar
lembaga masyarakat tersebut adalah terbentuknya Forum Komunikasi Pengurangan Resiko
Bencana (FKRB)25.
BPBD dengan membentuk FKRB telah melakukan sosialisasi terhadap masyarakat yang
tinggal pada Kawasan Rawan Bencana (KRB) Gunung Kelud dengan tujuan memberikan
pengetahuan masyarakat mengenai mitigasi bencana. Nantinya jika telah sosialisasi tersebut
diangggap sudah cukup dan selesai maka masyarakat akan diberikan pelatihan simulasi

23
Edwin Maulana, Bunga Rampai Penelitian: Pengelolaan Bencana paga Kegnungapian Kelud
pada Periode Krisis Erupsi 2014, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2014), hlm. 221.
24
Edwin Maulana, loc.cit.
25
Windiana, I.B Irawan, Sutinah, op.cit., hlm. 126.

9
mengenai mitigasi bencana letusan Gunung Kelud. Pemberian program simulasi ini diharapkan
agar masyarakat selain telah memiliki bekal pengetahuan juga telah memiliki bekal keterampilan
dalam melaksanakan apa saja ilmu yang sudah diberikan saat sosialisasi. Setelah melakukan
simulasi maka selanjutnya dabat dibentuk desa tangguh bencana (Destana).

10
BAB III
KESIMPULAN

Ketika terjadinya letusan Gunung Kelud pemeritnah Kabupaten Kediri belum memiliki
BPBD, kondisi yang sedemikian ini dapat menyulitkan proses kedaruratan tanggap bencana
mengingat Kabupaten Kediri sendiri memiliki potensi terjadinya bencana letusan gunung api.
Keputusan membuat Satuan Pelaksana PBP pada masa-masa darurat dianggap sebagai jalan
keluar yang diharapkan satuan tersebut untuk sementara waktu data melaksanakan tugas-tugas
operasi yang biasanya dibawah kendali BPBD. Namun kekurangan dari Satlak ini adalh terdiri
dari berbagai jajaran pemerintahan sipil,TNI, POLRI, dan dari kelembagaan masyarakat
sehingga jika tidak ada koordinasi yang baik maka tidak akan terbentuk sinergitas yang baik pula
dalam menangani bencana.
Evakuasi selama terjadinya letusan masih dibilang cukup efektif dikarenakan masyarakat
yag masih tinggaldi rumahnya sebelum menit-menit mendekati letusan dapat melakukan
evakuasi secara mandiri dengan lancar. Ini dikarenakan pemberian arahan yang jelas selain juga
karena sudah dibekalinya masyarakat dengan sosialisasi mengenai tanggap darurat.Proses
pelayanan pengungsi di lapangan dibantu oleh Tepbek V-44-02.A telah meringankan pemerintah
Kabupaten Kediri dalam masa-masa darurat kebencanaan. Tepbek V-44-02.A telah menyediakan
dapur lapangan dan tempat pengungsian yang dapat menampung ribuan pengungsi, bantuan juga
banyak mengalir dari luar terutama dalam bentuk logistic seperti bahan makanan. Bantuan
tersebut telah meringankan beban Tepbek V-044-02.A dalam menyediakan makanan bagi para
pengungsi tanpa perlu khawatir akan kekurangan bahan makanan.
Dampak yang ditimbulkan dari etusan Gunung Kelud adalah banyaknya rumah warga
yang hancur, rusaknya lahan pertanian dan perikanan yang telah menjadi tempat bagi masyarakat
untuk bekerja. Pasca terjadinya letusan pemerintah Propinsi jatim telah memberikan bantuan
berupa kucuran dana untuk pemulihan ekonomi masyarakat serta bantuan rehaboilitasi fisik pada
rumah-rumah korban yang terdampak oleh letusan Gunung Kelud. Pemerintah Propinsi Jatim
bersama dengn KODAM V/BRawijaya dan POLDA JATIM telah melaksanakan pendataan
pengungsi beserta dengan tempat tingallnya yang akan direhabilitasi selama tiga minggu.
Letusan Gunung Kelud telah menjadi evaluasi bagi pemerintah Kabupaten Kediri agar
kedepannya memiliki sistem yang lebih efektif ketika terjadi ekdaruratan bencna kembali. Maka
dari itu pada tahun 2015 Dibentuklah BPBD Kabupaten Kediri. Setelah BPBD terbentuk yang
dilakukan oleh badan tersebut adalah menjalin komunikasi dan kerjasama ditengah masyarakat.
Komunikasi antar masyarakat telah mengahsilkan pembentukan sistem yang efektif dalam
menangani bencana letusan. Proses pelaaksanaan sistem tersebut dimulai dengan memberikan
pemahaman masyarakat di wilayah Kawasan Rawan Bencana Gunung Kelud melalui sosialisasi.
Setelah dibekali ilmu melalui sosialisasi lalu masyarakat diberikan simulasi agar memiliki bekal
pengalaman, puncaknya ada pada lokalatih masyarakat untuk membentuk desa tanggap bencana.

11
DAFTAR RUJUKAN

Anonim. Suara Dewan. 2014. Kediri: Sekretariat DPRD Kabupaten Kediri.

Ariyanti, Indah Hayi. 2015.“Implementasi Kebijakan Penanggulangan Bencana (Studi Deskriptif


Tentnag Penanggulangan Bencana Letusan Gunung Kelud di Kecamatan Ngancar
Kabupaten Kediri). (online)( http://repository.unair.ac.id/16072/). Diakses pada 7 Maret
pukul 7:00 WIB.

BNPB. 2014. Info Bencana.

Firdaus, Maulana. Pramoda, Radityo. Yulisti, Maharani. 2014. “Dampak Letusan Gunung Kelud
Terhadap Pelaku Usaha Perikanan Di Kabupaten Kediri, Provinsi Jawa Timur. (online)(
http://ejournal-balitbang.kkp.go.id/index.php/jkse/article/view/603. Diakses pada 28
Maret pukul 09:15 WIB.

Indarto, Win. 2017. Pelayanan Jaasa Mess dan Dapur Lapangan Dalam Penanggulangan
Bencana Erupsi Gunung Kelud Di Kediri. (online)(
http://jurnalprodi.idu.ac.id/index.php/MB/article/view/314). Diakses pada 7 Maret pukul
09:13

Kozin, Muhammad. 2014. “Studi Deskriptif Koordinasi Penanggulangan Bencana Erupsi


Gunung Kelud Tahun 2014 Di Kabupaten Kediri”. (online)
(http://journal.unair.ac.id/download-fullpapers-kmp66b1c1481dfull.pdf). Diakses pada 7
Maret pukul 8:50 WIB.

Liputan 6. 2014. “Akibat Letusan Gunung Kelud Petani Kediri Gagal Panen” (online)
(https://www.liputan6.com/news/read/833291/video-akibat-letusan-gunung-kelud-petani-
kediri-gagal-panen) diakses pada 1 Maret pukul 10:00 WIB.

Maulana, Edwin. 2014. Bunga Rampai Penelitian: Pengelolaan Bencana paga Kegnungapian
Kelud pada Periode Krisis Erupsi 2014. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Nugroho, Sutopo Purwo. Kelud Tanpa KemelutRekam Jejak Inisiatif Dan Kiprah Warga Dalam
Tanggap Darurat Erupsi Gunung Kelud. Jakarta: Pusat Data, Informasi dan Hubungan
Masyarakat Badan Nasional Penanggulangan Bencana.

Petrus, RIzki. 2014. “Ketahanan Pangan Pasca Erupsi Kelud: Komoditas Pertanian Lokal
Anjlok, https://www.mongabay.co.id/2014/02/19/ketahanan-pangan-pasca-erupsi-kelud-
komoditas-pertanian-lokal-anjlok/, Diakses pada 3 Februari pukul 13:50 WIB

Robiantono, Moch. 2019. Modal Sosial Masyarakat Desa Sugihwaras Dalam Mempercepat
Rehabilitasi Pasca Bencana Letusan Gunung Kelud. (online).
(https://repository.unej.ac.id/handle/ 123456789/101309). Diakses pada 1 Maret pukul
08:15 WIB.

12
Suryani, Anik Sri. “Dampak Negatif Abu Vulkanik Terhadap Lingkungan dan Kesehatan”.
2014. (online)( https://berkas.dpr.go.id/puslit/files/info_singkat/Info%20Singkat-VI-4-II-
P3DI-Februari-2014-67.pdf). Diakses pada 11 Maret pukul 11:13 WIB.

Windiani. B Irawan, I. Sutinah. 2014, “Pengelolaan Bencana Berbasis Kapsitas Lokal Di


Kawasan Gunung Kelud Pasca Erupsi Tahun 2014”. (online)
(http://iptek.its.ac.id/index.php/jps/article/download/4431/3169). Diakses pada 28
Februari pukul 13:23 WIB.

13

Anda mungkin juga menyukai