Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH KEPERAWATAN BENCANA

DATA KEJADIAN DAN PERMASALAHAN GUNUNG MELETUS

OLEH: KELOMPOK 3
DewaAyuAgungAriDwijayanti 17.321.2659
DewaAyuRolyaDewi 17.321.2661
DewaAyuSeptiantiDewi 17.321.2662
IGedeAngga Putrawan 17.321.2666
IGedeKrisnata Subagio 17.321.2668
NiKadek RirinCahyanti 17.321.2685
NiLuhDitaCandraA.D 17.321.2689
NiLuhPutuDewiAstuti 17.321.2692
NiPutuChandrawati 17.321.2699

PROGRAM STUDI S1
KEPERAWATAN STIKES WIRA
MEDIKA BALI
TAHUN AJARAN 2020/2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadapan Ida Shang Hyang Widhi Wasa/
Tuhan yang Maha Esa, karena berkat rahmat serta karunia-Nya penulis dapat
menyelesaikan makalah “Kejadian dan Permasalahan” tepat pada waktunya.
Dalam menyelesaikan makalah ini, penulis berusaha mengumpulkan data-
data secara cermat dan menyajikan dalam bentuk akumulatif, namun masih dalam
tahap belajar. Pada kesempatan ini pula penulis mengucapkan terima kasih kepada
pihak-pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan makalah ini.
Penulis berharap laporan ini dapat membantu para pembaca khususnya bagi
mahasiswa/mahasiswi lainnya.Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari kata
sempurna, untuk itu penulis siap menerima kritik dan saran yang sifatnya
membangun demi kesempurnaan makalah ini.

Denpasar, 18 November 2020

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...........................................................................i
DAFTAR ISI...........................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................1
1.1 Latar Belakang...................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah...............................................................................2
1.3 Tujuan Penulisan................................................................................2
1.4 Manfaat Penulisan..............................................................................2
BAB II PEMBAHASAN........................................................................3
2.1 Data Kejadian Bencana Gunung Meletus.........................................3
2.2 Permasalahan Kejadian Bencana.......................................................9
BAB III PENUTUP................................................................................12
3.1 Kesimpulan........................................................................................12
3.2 Saran...................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................13
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Secara geologis dan hidrologis, Indonesia
merupakan wilayah rawan bencana alam.
Salah satunya adalah gempa bumi dan potensi
stunami. Hal ini dikarenakan wilayah
Indonesia berada pada pertemuan tiga lempeng
tektonik aktif yaitu Lempeng Indo-Australia di
bagian selatan, Lempeng Eurasi di bagian
utara dan Lempeng Pasifik di bagian timur.
Ketiga lempeng tersebut bergerak dan saling
bertumbukan sehingga Lempeng Indo-
Australia menunjam ke bawah lempeng
Eurasia dan menimbulkan gempa bumi, jalur
gunung api, dan sesar atau patahan.
Penunjaman Lempeng Indo-Australia yang
bergerak relatife ke utara dengan Lempeng
Eurasia yang bergerak ke selatan menimbulkan
jalur gempa bumi dan rangakian gunung api
aktif sepanjang Pulau Sumatera, Pulau Jawa,
Bali dan Nusa Tenggara sejajar dengan jalur
penunjaman kedua lempeng tersebut.
Potensi bencana alam dengan frekuensi
yang cukup tinggi lainnya adalah bencana
hidrometerologi, yaitu banjir, longsor,
kekeringan, putting beliung dan gelombang
pasang. Frekuensi bencana hidrometerologi di
Indonesia terus meningkat dalam 10 tahun
terakhir. Berdasarkan data Badan Nasional
Penanggulangan Bencana (BNPB), selama
tahun 2002-2012 sebagian besar bencana yang
terjadi disebabkan oleh faktor hidrometerologi
(BNPB,2012). Bencana lainya yang sering
1
menelan standar) telah dikeluarkan. Salah satunya
korban dan adalah peraturan yang menyebutkan peran
harta benda penting puskesmas dalam penanggulangan
yang cukup bencana (Departemen Kesehatan RI, 2007).
besar lainnya
adalah bencana 1.2 Rumusan Masalah
letusan gunung
berapi.
Bencana
menimbulkan
dampak
terhadap
menurunnya
kualitas hidup
penduduk,
termasuk
kesehatan.
Salah satu
permasalahan
yang dihadapi
setelah terjadi
bencana adalah
pelayanan
kesehatan
terhadap
korban
bencana. Untuk
penanganan
kesehatan
korban
bencana,
berbagai piranti
legal
(peraturan,
2
Adapun rumusan masalah yang dapat dirumuskan dalam penulisan makalah
ini sebagai berikut:
1. Bagaimana data kejadian dan permasalahan gunung meletus ?
1.3 Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk menjawab pertanyaan yang telah
dirumuskan. Jawaban dari pertanyaan tersebut sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui data kejadian dan permasalahan gunung meletus.
1.4 Manfaat Penulisan
Penulisan makalah ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi penulis
dan pembaca.
1. Manfaat bagi penulis
a. Untuk menambah wawasan pembaca agar lebih mengetahui mengenai
data kejadian dan permasalahan gunung meletus
2. Bagi pembaca:
a. Untuk menambah wawasan pembaca agar lebih mengetahui mengenai
data kejadian dan permasalahan gunung meletus.
b. Sebagai media informasi.
c. Sebagai media pembelajaran.
BAB II
PEMBAHASA
N

2.1 Data Kejadian Gempa dan Stunami


2.1.1 Gunung Meletus
Banyaknya bencana alam yang terjadi di Indonesia memberikan
dampak dan pengaruh terhadap kualitas hidup penduduk yang dapat
dirasakan baik secara langsung maupun tidak langsung. Salah satu dampak
yang langsung dari terjadinya bencana alam terhadap penduduk adalah
jatuhnya korban jiwa, hilang dan luka-luka. Sedangkan dampak tidak
langsung terhadap penduduk antara lain adalah terjadinya banyak
kerusakan-kerusakan bangunan perumahan penduduk, sarana sosial seperti
bangunan sekolah, rumah sakit dan sarana kesehatan lainya. Selain itu
terjadinya bencana alam juga mengakibatkan adanya kerugian ekonomi
bagi penduduk, seperti kerusakan lahan pertanian dan kehilangan mata
pencaharian, terutama bagi penduduk yang bekerja disektor non formal.
Gunung meletus merupakan peristiwa yang terjadi akibat endapan
magma di dalam perut bumi yang didorong keluar oleh gas yang
bertekanan tinggi. Magma adalah cairan pijar yang terdapat di dalam
lapisan bumi dengan suhu yang sangat tinggi, yakni diperkirakan lebih
dari 1.000 °C. Cairan magma yang keluar dari dalam bumi disebut lava.
Suhu lava yang dikeluarkan bisa mencapai 700-1.200 °C. Letusan gunung
berapi yang membawa batu dan abu dapat menyembur sampai sejauh
radius 18 km atau lebih, sedangkan lavanya bisa membanjiri sampai sejauh
radius 90 km. Tidak semua gunung berapi sering meletus. Gunung berapi
yang sering meletus disebut gunung berapi aktif.
Gunung berapi atau gunung api adalah bentuk timbunan (kerucut
dan lainnya) dipermukaan bumi yang dibangun oleh tibunan rempah
letusan, atau tempat munculnya batuan lelehan atau magma/rempah
lepas/gas yang berasal dari dalam bumi (Nurjanah dkk, 2012: 30). Dalam
buku Manajemen Bencana disebutkan upaya-upaya mitigasi bencana
gunung berapi, yaitu:
a.Pemantauan, aktivitas gunung api dipantau selama 24 jam
menggunakan alat pencatat gempa (seismograf).
b.Tanggap Darurat, yaitu mengevaluasi laporan dan data,
membentuk tim Tanggap Darurat, mengirimkan tim ke lokasi,
melakukan pemeriksaan secara terpadu.
c.Pemetaan, Peta Kawasan Rawan Bencana Gunung berapi
dapat menjelaskan jenis dan sifat bahaya gunung berapi,
daerah rawan bencana, arah penyelamatan diri, lokasi
pengungsian, dan pos penanggulangan bencana.
d.Penyelidikan gunung berapi menggunakan metoda Geologi,
Geofisika, dan Geokimia.
e.Sosialisasi, petugas melakukan sosialisasi kepada Pemerintah
Daerah serta masyarakat terutama yang tinggal di sekitar
gunung berapi.

Berikut adalah hasil dari letusan gunung berapi, antara lain :


a. Gas vulkanik
Gas yang dikeluarkan gunung berapi pada saat meletus. Gas
tersebut antara lain Karbon monoksida (CO)
b. Karbon dioksida (CO2), Hidrogen Sulfida (H2S), Sulfur dioksida
(S02), dan Nitrogen (NO2) yang dapat membahayakan manusia.
c. Lava dan aliran pasir serta batu panas
Lava adalah cairan magma dengan suhu tinggi yang mengalir dari
dalam Bumi ke permukaan melalui kawah. Lava encer akan
mengalir mengikuti aliran sungai sedangkan lava kental akan
membeku dekat dengan sumbernya. Lava yang membeku akan
membentuk bermacam-macam batuan.
d. Lahar
Lahar adalah lava yang telah bercampur dengan batuan, air, dan
material lainnya. Lahar sangat berbahaya bagi penduduk di lereng
gunung berapi.
e. Hujan Abu
Yakni material yang sangat halus yang disemburkan ke udara saat
terjadi letusan. Karena sangat halus, abu letusan dapat terbawa
angin dan dirasakan sampai ratusan kilometer jauhnya.
f. Abu letusan ini bisa menganggu pernapasan. Awan panas
Yakni hasil letusan yang mengalir bergulung seperti awan. Di
dalam gulungan ini terdapat batuan pijar yang panas dan material
vulkanik padat dengan suhu lebih besar dari 600 °C. Awan panas
dapat mengakibatkan luka bakar pada tubuh yang terbuka seperti
kepala, lengan, leher atau kaki dan juga dapat menyebabkan sesak
napas.
1) Data Kejadian Gunung Meletus –
a) Gunung Merapi
30 Januari 1904 Letusan sedang, ada 16 korban jiwa, 14 orang luka
parah, dan tiga desa rusak total. 1906 Letusan besar, puluhan ribu
orang tertimbun material beserta harta benda yang ada. Oktober 1920
Letusan sedang, 35 korban jiwa, 1 desa rusak total, puluhan hewan
ternak mati, dan 87 kilometer persegi (km2) areal pertanian rusak. 17
Desember 1930 Letusan ini merupakan letusan terbesar yang tercatat
sejauh ini, dengan 1.369 orang meninggal dunia. Tipe letusan adalah
Plinian, ditandai dengan semburan gas dan abu vulkanik yang
mencapai stratosfer. Awan panas meluncur 20 kilometer ke arah barat
dan menimbun 13 desa. 18 Januari 1954 Terjadi awan panas atau
wedhus gembel, dengan hujan abu disertai batu kecil/kerikil. Letusan
ini menyebabkan 64 orang meninggal dunia dan 57 orang luka-luka. 8
Mei 1961 Letusan ini ditandai terjadinya aliran lava, awan panas,
hujan abu, dan banjir lahar. Sebanyak 6 orang tewas, 19 ternak mati,
dan lebih dari 100 rumah hancur. 8 Oktober 1967 Letusan kecil,
disertai hujan deras. 7 Januari 1969 Letusan sedang, 3 orang tewas, 3
desa dan 19 rumah rusak. 10 Januari 1972 Letusan kecil, tidak ada
korban jiwa. 15 April 1972 Letusan besar, 200 orang tewas, 3 desa
hancur 28 Maret 1973 Letusan kecil, tidak ada korban jiwa. 1976
Terjadi banjir lahar dan awan panas sejauh 2,5 kilometer, tidak ada
korban jiwa. November 1984 Terjadi hujan abu, kerikil, serta
semburan awan panas menyebar mengarah ke selatan dan barat.
Tercatat korban sebanyak 52 orang, 4 luka, belasan orang dinyatakan
hilang, dan 4.000 warga mengungsi. 1985 Terjadi awan panas 7 kali
dan endapan yang terwujud mencapai 2.529.250 meter persegi. 1986
Terjadi awan panas dengan jarak luncur 3,6 kilometer dan kubah lava
mencapai 4 juta meter kubik. 2 Februari 1992 Luncuran awan panas
Gunung Merapi telah mencapai kaki gunung, sementara bau belerang
tercium dari wilayah Jurangrejo, Srumpung, Magelang. Luncuran
awan panas sepanjang hari lebih dari 15 kali dengan radius guguran
mencapai 6,5 kilometer. 22 November 1994 Merapi meletus pada
pukul 10.15 WIB, dengan jumlah 58 orang tewas karena terkena
semburan awan panas. 17 Agustus 1997 Merapi meletus pada pukul
10.30 WIB dengan menyemburkan awan panas bercampur debu dan
pasir. Awan panas mengalir pada aliran Kali Krasak sepanjang 6
kilometer dan aliran Kali Boyong sepanjang 4-5 kilometer. 10
Februari 2001 Tidak ada korban pada peristiwa ini, tetapi 571 orang
diungsikan. Mei 2006 Dua relawan ditemukan meninggal
terperangkap awan panas di dalam Bungker Kaliadem saat Merapi
meletus pada Mei 2006. Oktober-November 2010 Letusan ini
menyebabkan 151 orang meninggal dunia. Angka pengungsi
mencapai 320.090 jiwa, 291 rumah rusak, dan satu tanggul di Desa
Ngepos jebol akibat luapan lahar dingin. 11 Mei 2018 Merapi meletus
pada pukul 07.32 WIB dengan tipe freatik. Status dinyatakan level 1
atau normal.
b) Gunung Krakatau
Sejarah mencatat bahwa letusan Gunung Krakatau pada 27 Agustus
1883 menjadi yang terkuat sepanjang sejarah. Letusan tersebut
terdengar hingga Australia Tengah yang berjarak 3.300 kilometer dari
titik ledakan dan Pulau Rodriguez, kepulauan di Samudera Hindia yang
berjarak 4.500 kilometer. Gunung Krakatau tercatat berada di sebuah
pulau vulkanik kecil tak berpenghuni yang ada di sebelah barat Pulau
Sumatera. Letusan Krakatau juga memicu terjadinya tsunami besar
setinggi 120 kaki. Gelombang raksasa yang diakibatkan oleh letusan itu
menelan korban jiwa sekitar 35.500 orang. Ledakan dahsyat pada sore
hari, 26 Agustus 1883, menghancurkan dua pertiga bagian utara pulau
itu dan menyebabkan tsunami besar yang melanda garis pantai di
dekatnya. Empat letusan susulan yang terjadi pada pagi hari, 27
Agustus 1883, juga memiliki skala yang besar. Krakatau memuntahkan
abu vulkanik setinggi 50 mil dan menyebabkan langit menjadi gelap
dan berlangsung dari pagi hingga malam. Letusan itu memincu
serangkaian bencana alam yang dirasakan hingga ke seluruh dunia. Tak
hanya itu, letusan Krakatau bahkan menutupi atmosfer dan berakibat
pada turunnya suhu di seluruh dunia.
Dari 35.500 korban meninggal, 31.000 di antaranya karena tsunami
yang muncul setelah materi letusan gunung mengalir deras ke laut.
Sebanyak 4.500 orang hangus akibat aliran piroklastik yang menerjang
ke pemukiman setelah berguling di atas permukaan laut. Seperti
diketahui bahwa kompleks Krakatau terdiri dari empat pulau, yaitu
Rakata, Setung, Panjang, dan Anak Krakatau. Tiga yang pertama
membentuk formasi caldera, sedangkan Anak Krakatau mulai aktif
kembali sejak 20 Januari 1930 hingga sekarang. Aktivitas Anak
Krakatau terakhir terjadi pada 22 Desember 2018. Akibat erupsi Anak
Krakatau, terjadi tsunami di Selat Sunda yang menghantam Banten dan
Lampung.
c) Gunung Kelud
Letusan terjadi tengah malam, 22-23 Mei 1901, selama sekitar dua jam
dan meningkat pada pukul tiga pagi. Awan panas menyerang wilayah
Kediri. Bunyi letusan terdengar sampai Pekalongan, sementara hujan
abu menyampai Sukabumi dan Bogor. Korban jiwa dilaporkan cukup
banyak, tetapi angka pasti tidak tercatat. Sedikitnya 5160 orang menjadi
korban jiwa akibat letusan gunung Kelud pada tengah malam, 20 Mei
1919 yang disebut terbesar dalam abad 20. Letusan ini snagat keras
sehingga dentumannya terdengar sampai Kalimantan. Hujan batu cukup
lebat dan sebgaian atap rumah hancur, dan hujan abu mencapai Bali.
Kota Blitar dilaporkan mengalami kehancuran akibat letusan ini.
Letusan terjadi pada pukul 06.15 pagi pada 31 Agustus 1951 yang
menyebabkan tujuh orang tewas dan meulai 157 orang. Setidaknya
terdengar empat dentuman keras akibat letusan ini. Hujan batu yang
sebagian sebesar buah mangga menerpa sebagian wilayah Margomulyo.
Hujan abu terjadi selama sekitar satu jam dan mencapai kota Bandung,
Jabar. Terjadi pada 26 April 1966 pukul 20.15 WIB, letusan ini
diwarnai luapan lahar di sejumlah sungai di sekitarnya. Sedikitnya 210
orang tewas akibat letusan ini. Letusan terjadi secara beruntun pada 10
Februari 1990. Letusan yang terjadi belakangan lebih besar. Letusan
utama disertai awan panas sejauh 5km dari kawah. Daerah yang rusak
tidak terlalu luas, namun sebaran abu jauh lebih luas dan diperkirakan
mencapai luasan 1700km persegi. Sekitar 500 rumah rusak akibat
tertimpa hujan abu. Korban jiwa sekitar 32 orang. Kali ini letusan
gunung Kelud tidak eksplosif seperti sebelumnya, melainkan
kemunculan kubah lava yang besar di kawah Kelud. Kubah itu terus
tumbuh sejak 5 November 2007 hingga berukuran selebar 100meter.
Akibat aktivitas tinggi tersebut terjadi gejala unik dalam sejarah Kelud
dengan munculnya asap tebal putih dari tengah danau kawah diikuti
dengan kubah lava dari tengah-tengah danau kawah sejak tanggal 5
November 2007 dan terus "tumbuh" hingga berukuran selebar 100 m.
Gunung Kelud sudah beberapa kali meletus, terakhir pada 2014 lalu.
Pada abad ke-15, letusan Gunung Kelud menewaskan sekitar 15.000
jiwa. Gunung Kelud merupakan gunung yang tergolong aktif ini
terletak di perbatasan Kabupaten Kediri, Blitar, dan Malang, Jawa
Timur. Pada letusan 2014, menyebabkan kekacaun di Pulau Jawa.
Karena abu Gunung Kelud sampai di kota-kota di Jawa. Gunung Kelud,
yang telah lama dikenal karena letusannya yang kuat, menghancurkan
abu dan puing-puing 12 mil ke udara. Letusan dapat didengar hingga
200 kilometer jauhnya.
2.2 Permasalahan Kejadian Gunung Meletus
Salah satu permasalahan kesehatan akibat bencana adalah meningkatnya
potensi kejadian penyakitmenular. Bahkan, tidak jarang kejadian luar biasa
(KLB) untuk beberapa penyakit menular tertentu, seperti KLB diare dan
disentri yang dipengaruhi lingkungan dan sanitasi yang memburuk akibat
bencana. Misalnya memperlihatkan infeksi saluran pernafasan akut (ISPA)
merupakan keluhan yang paling banyak diderita pengungsi sepuluh jenis
penyakit bencana alam seperti gastritis, faringitis akut, dermatitis kontak
alergi, dispepsi, iritasi mata, hipertensi primer, flu, myalgia, dan cepalgia.
Bencana alam yang terjadi tak pelak menyebabkan ratusan bahkan ribuan
warga harus hidup bersama di sebuah pengungsian. Dalam kondisi darurat
seperti itu tentu saja mereka rawan terjangkiti penyakit misalnya ISPA dan
penyakit kulit:
- Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA)
Penyakit ISPA kerap menghantui para pengungsi bencana gunung
meletus. Pasalnya, gunung meletus biasanya akan mengeluarkan
hamparan debu yang dapat menyebabkan ISPA jika terhirup
manusia.Saat gunung Kerinci di Jambi meletus pada 2016 lalu,
dilaporkan ada sebanyak 61 warga terjangkit ISPA. Kebanyakan
dari pengungsi yang terkena ISPA adalah anak-anak, bahkan
sebelas di antaranya bayi.Penyakit ini biasanya disebabkan oleh
pengaruh semburan abu vulkanik yang terjadi di sekitar mereka.
- Penyakit Kulit
Penyakit kulit umumnya menyerang para pengungsi yang
daerahnya dilanda bencana banjir. Hal itu disebabkan bakteri-
bakteri yang terbawa oleh air banjir yang menggenangi wilayah
tersebut.Dikutip dari liputan6.com, air banjir biasanya akan
menyebabkan ruam kulit pada para pengungsi. Membersihkan diri
dengan produk sabun atau pembersih rupanya malah berpotensi
memperparah ruam.
Selain itu juga menimbulkan masalah lain seperti:
- Penyakit Paru-Paru dan Lain-LainPengungsi gunung meletus
biasanya rentan terkena penyakit yang menyerang paru-paru.
Bahkan, dampak dari abu vulkanik bisa menyebabkan kematian.
- Asam Lambung
Masalah kesehatan ini banyak dilaporkan terjadi pada pengungsi
erupsi gunung Sinabung di Karo, Sumatera Utara. Seperti
diketahui, gunung tersebut telah murka dan memuntahkan awan
panas sejak beberapa tahun belakangan ini.Akibatnya, pengungsi
harus merasakan tinggal bertahun-tahun di pengungsian dan
meninggalkan rumah yang telah bertahun-tahun mereka tempati.
Hal inilah yang menjadi pemicu tingginya tekanan darah dan
naiknya asam lambung pengungsi.
Permasalahan kesehatan lingkungan dan sanitasi juga sering dijumpai pada
kondisi bencana alam seperti tsunami dan gempa bumi. Berbagai literature
menunjukan bahwa sanitasi merupakan salah satu kebutuhan vital pada tahap
awal setelah terjadinya bencana seperti gempa bumi dan tsunami (The Sphere
Project, 2011). Kondisi lingkungan yang tidak hygienis, persediaan air yang
terbatas dan jamban yang tidak memadai, misalnya seringkali menjadi
penyebab korban bencana lebih rentan untuk mengalami kesakitan bahkan
kematian akibat penyakit tertentu.
Kesehatan reproduksi juga merupakan salah satu permasalahan kesehatan
yang perlu mendapatkan perhatian, khususnya pada bencana yang berdampak
kepada masyarakat dalam waktu relatif lama. Studi Hapsari dkk (2009)
mengidentifkasi temuan menarik berkaitan dengan kebutuhan pelayanan
keluarga berencana (KB) paskabencana gempa bumi di Bantul (Yogyakarta)
pada tahun 2006. Satu tahun paskagempa, mereka yang menggunakan alat KB
suntik dan implant cenderung menurun, sebaliknya mereka yang
menggunakan pil KB dan metode pantang berkala cenderung meningkat. Studi
ini juga menunjukkan bahwa prevalensi kehamilan tidak direncanakan lebih
tinggi dijumpai pada mereka yang sulit mengakses pelayanan K.B
dibandingkan mereka yang tidak mengalami kendala. Oleh karena itu, peran
penting petugas kesehatan diperlukan, tidak hanya untuk memberikan
pelayanan K.B pada situasi bencana, tetapi juga untuk mengedukasi pasangan
untuk mencegah kejadian kehamilan yang tidak direncanakan.
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Bencana alam yang disertai dengan pengungsian seringkali menimbulkan
dampak terhadap kesehatan masyarakat yang menjadi korban, terlebih mereka
yang termasuk dalam kelompok rentan. Permasalahan kesehatan akibat
bencana beragam, termasuk meningkatnya potensi kejadian penyakit menular
maupun penyakit tidak menular, permasalahan kesehatan Iingkungan dan
sanitasi serta kesehatan reproduksi perempuan dan pasangan. Kondisi dapat
menjadi Iebih buruk antara lain dikarenakan pemberian pelayanan kesehatan
pada kondisi bencana sering tidak memadai. Berbagai panduan
penanggulangan masalah kesehatan akibat bencana sudah dikeluarkan di
tingkat nasional. Upaya tersebut pada prinsipnya dilaksanakan untuk
menjamin terpenuhinya hak-hak masyarakat, antara lain hak untuk
mendapatkan bantuan pemenuhan kebutuhan dasar. Pengorganisasian sektor
kesehatan juga dilakukan berjenjang.

3.2 Saran
Peran petugas kesehatan dan partisipasi aktif masyarakat dalam
penanganan korban pada saat terjadi bencana, masa tanggap darurat dan masa
rehabilitasi memegang peranan penting dalam membantu masyarakat untuk
bertahan hidup dan menjalani proses pemulihan dari dampak bencana.
Pembelajaran tentang penanganan masalah kesehatan korban gempa di
Kabupaten Bantul ini dapat digunakan sebagai masukan untuk
mengembangkan manajemen bencana di wilayah rawan bencana lainnya di
Indonesia.
DAFTAR PUSTAKA

Christanto, Joko. 2011. Gempa Bumi Kerusakan Lingkungan Kebijakan


Dan Strategi Pengelolaan. Yogyakarta: Liberty

Hidayati, Deni. 2008. Jurnal kependudukan indonesia .Kesiapsiagaan


Masyarakat Paradigma Baru Pengelolaan Bencana Alam Di
Indonesia.

Ihsan, Fuad. 2003. Dasar-Dasar Kependidikan. Jakarta: Rineka Cipta


Margono, S. 2010. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta :
Rineka Cipta Nurjanah. 2012. Manajemen Bencana. Bandung:
Alfabeta.
PB, Bakornas. 2007. Pengenalan Karakteristik Bencana Dan Upaya
Mitigasinya di Indonesia. Jakarta Pusat: Direktorat Mitigasi
Lakhar Bakornas PB.

Anda mungkin juga menyukai