Anda di halaman 1dari 18

PERMASALAHAN KESEHATAN DALAM KONDISI BENCANA :

PENURUNAN PENGGUNAAN KELUARGA BERENCANA PADA

KONDISI BENCANA ALAM GEMPA BUMI DI BANTUL TAHUN 2006

Disusun Oleh :
Hanifah Wahyuningsih

P27824417024

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

BADAN PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN SUMBER DAYA MANUSIA KESEHATAN

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SURABAYA

JURUSAN KEBIDANAN

PRODI D4 KEBIDANAN SURABAYA

TAHUN 2019/2020
Kata Pengantar

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan
rahmat, dan anugerah-Nya kami dapat menyusun makalah ini dengan judul
“PERMASALAHAN KESEHATAN DALAM KONDISI BENCANA :
PENURUNAN PENGGUNAAN KELUARGA BERENCANA PADA KONDISI
BENCANA ALAM GEMPA BUMI DI BANTUL TAHUN 2006” yang disusun
untuk memenuhi tugas mata kuliah Manajemen Bencana.

Dalam kesempatan ini kami juga berterima kasih kepada pihak- pihak yang
tidak dapat kami sebutkan namanya, yang sangat berperan dalam memberikan
dorongan, dukungan, bantuan dan arahan kepada penyusun makalah ini.

Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, maka dari itu
penulis mengaharapkan kritik dan saran yang membangun

Surabaya, 24 Maret 2020

Penyusun

i
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Secara geologis dan hidrologis, Indonesia merupakan wilayah rawan


bencana alam. Salah satunya adalah gempa bumi dan potensi tsunami. Hal ini
dikarenakan wilayah Indonesia berada pada pertemuan tiga lempeng tektonik
aktif yaitu lempeng Indo-Australia di bagian selatan, lempeng eurasia dibagian
utara dan lempeng pasifik di bagian Timur. Ketiga lempengan tersebut bergerak
dan saling bertumbukan sehingga Lempeng Indo-Asutralia menunjam k bawah
Lempeng Eurasia dan menimbuljan gempa bumi, jalur gunung api, dan sesar atau
atahan. Penunjam (Subduction) Lempeng Indo-Australia yang bergerak relatif ke
utara dengan lempeng Eurasia yang bergerak ke selatan menimbulkan jalur
gempa bumi dan rangkaian gunung aktif sepanjang Pulau Sumatera, Pulau Jawa,
Bali, dan Nusa Tenggra sejajar dengan jalur penunjam kedua Lempeng tersebut.

Potensi bencana alam dengan frekuensi yang cukup tinggi lainnya adalah
bencana hidrometerologi, yaitu bajir, longsor, kekeringan, puting beliung, dan
gelompang pasang. Frekuensi bencana hidrometerologi di Indonesia terus
meningkat dalam 10 tahun terakhir. Berdasarkan data Badan Nasional
Penanggulangan Bencana (BNPB), selama tahun 2002-2012 sebagian besar
bencana yang terjadi disebabkan oleh faktor hidrometerologi (BNPB, 2012).

Bencana lainnya yang sering menelan korban dan harta benda yang cukup
besar lainnya adalah bencana letusan gunung berapi. Letusan gunung berapi di
Provinsi DIY yabg terjadi pada tanggal 26 Oktober 2010 telah mengakibatkan
banyak korban jiwa dimuntahkan lava/material merapi dengan kecepatan
mencapai kisaran 450-600oC membakar hutan dan pemukiman penduduk secara
besar-besaran.

Bencana menimbulkan dampak terhadap menurunnya kualitas hidup


penduduk, termasuk kesehatan. Salah satu permasalahan yang dihadapi setelah
terjadi bencana adalah pelayanan kesehatan terhadap korban bencana. Untuk
penanganan kesehatan korban bencana, berbagai piranti legal (peraturan, standar)
telah dikeluarkan. Salah satunya adalah peraturan yang menyebutkan peran

1
penting Puskesmas dalam penanggulangan bencana (Departemen Kesehatan RI,
2007 ; Direktoran Jenderal Bima Kesehatan Masyarakat’ Departemen Kesehatan,
2006’ Pusat Penanggulangan Masalah Kesehatan Sekretariat Jenderal
Departemen Kesehatan, 2001). Namun demikian, litearur atau studi yang
berkaitan dengan permasalahan kesehatandalam kondisi bencana dan
penanganannya relatif masih terbatas. Oleh karea itu, artiker ini bertujuan untuk
membahas permasalah kesehatan dalam kondisi bencana alam gempa bumi di
bantul yang menyebakna menurunnya penggunaan keluarga berencana.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apakah pengertian bencana alam?

2. Apakah pengertian keluarga berencana?

3. Apa saja penyebab terjadinya bencana alam?

4. Apa saja dampak yang ditimbulkan akibat bencana alam terhadap masalah

Kesehatan?

5. Bagaimanakah pencegahan terjadinya masalah keluarga berencana saat

kondisi bencana?

6. Bagaimanakah penanganan masalah keluarga berencana saat kondisi

bencana?

1.3 Tujuan Penyusunan Makalah

1.3.1 Tujuan Umum

Mengetahui permasalahan kesehatan dalam kondisi bencana yang


mengakibatkan penurunan penggunaan keluarga berencana khususnya suntik
dan implan pada bencana alam gempa bumi di Bantul tahun 2006.

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Mengetahui pengertian dari bencana alam.

2. Mengetahui pengertian dari keluarga berencana.

3. Mengetahui penyebab terjadinya bencana alam.

2
4. Mengetahui dampak terjadinya bencana alam terhadap masalah
kesehatan.

5. Mengetahui pencegahan masalah keluarga berencana saat kondisi

bencana.

6. Mengetahui penanganan masalah keluarga berencana saat kondisi


bencana.

3
BAB 2

PERMASALAHAN

2.1 Pengertian

Definisi bencana Undang-Undang No. 24 tahun 2007 tentang


penanggulangan bencana menyebutkan definisi bencana sebagai berikut :

Bencana adalah peristiwa atau angkaian peristiwa yang mengancam dan


mengganggu kehidupandan penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik oleh
faktor alam dan atau faktor non alam maupun faktor manusia sehingga
mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian
harta benda, dan dampak psikologis.

Definisi tersebut menyebutkan bahwa bencana disebebkan oleh faktor alam,


non alam dan manusia. Oelh karena itu, Undang-Undang No.24 tahun 2007
tersebut juga mendefinisikan mengenai bencana alam, bencana non alam, dan
bencana sosial. Berikut penjelasannya :

Bencana Alam adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau


serangkaian peristiwa yang disebabkan oleh alam antara lain berupa gempa
bumi, tsunami, gunung meletus, baniir, kekeringan, angin topan, dan tanah
longsor.

Bencana Non alam adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau
rangkaian periatiwa non alam antara lain berupa gagal teknologi, gagal
modernisasi, epidemi, dan wabah penyakit.

Bencana Sosial adalah peristiwa bencana terjadi dan dicatat berdasarkan tanggal
kejadian, lokasi, jenis bencna, korban dan atau kerusakan. Jika terjadi bencana
pada tanggal yang sama dan melanda lebih dari suatu wilayah, maka dihitung
sebagai suatu kejadian.

Gempa Bumi adalah getaran atau guncangan yang terjadi di permukaan bumi
yang disebabkan oleh tumbukan antar lempeng bumi, patahan aktif, aktivitas
gunung api, dan runtuhan batuan.

4
2.2 Penyebab

Secara geologis dan hidrologis, Indonesia merupakan wilayah rawan


bencana alam. Salah satunya adalah gempa bumi dan potensi tsunami. Hal ini
dikarenakan wilayah Indonesia berada pada pertemuan tiga lempeng tektonik
aktif yaitu lempeng Indo-Australia di bagian selatan, lempeng eurasia dibagian
utara dan lempeng pasifik di bagian Timur. Ketiga lempengan tersebut bergerak
dan saling bertumbukan sehingga Lempeng Indo-Asutralia menunjam k bawah
Lempeng Eurasia dan menimbuljan gempa bumi, jalur gunung api, dan sesar atau
atahan. Penunjam (Subduction) Lempeng Indo-Australia yang bergerak relatif ke
utara dengan lempeng Eurasia yang bergerak ke selatan menimbulkan jalur
gempa bumi dan rangkaian gunung aktif sepanjang Pulau Sumatera, Pulau Jawa,
Bali, dan Nusa Tenggra sejajar dengan jalur penunjam kedua Lempeng tersebut.

2.3 Dampak

Salah satu dampak bencana terhadap menurunny kualitas hidup penduduk


dapat dilihat dari berbagai permasalahan kesehatan masyarakat yang terjadi.
Bencana yang diikuti dengan pengungsian berpotensi menimbulkan masalah
kesehatan yang sebenarnya diawali oleh masalah bidang / sektor lain. Bencana
gempa bumi, banjir, longsor, dan letusan gunung berapi, dalam jangka pendek
dapat berdampak pada korban meninggal, korban cidera berat yang memerlukan
perawatan intensif, peningkatan resiko penyakit menular, kerusakan fasilitas
kesehatan dan sistem penyediaan air (Pan America Health Organization, 2006).

Timbulnya masalah kesehatan antara lain berawal dari kurangnya air bersih
yang berakibat pada buruknya kebersihan diri, buruknya sanitasi lingkungan
yang merpakan awal dari perkembangbiakan beberapa jenis penyakit menular.

Dampak bencana terhadap kesehatan masyarakat relatif berbeda-beda, antara


lain tergantung dari jenis dan besaran bencana yang terjadi. Kasus cidera yang
memerlukan perawatan medis, misalnya relatif kebih banyak dijumapi pada
bencana gempa bumi dibandingkan dengan kasus cidera akibat banjir dan
gelombang pasang. Sebaliknya, bencana banjir yang terjadi dalam kurun waktu

5
relatif lama dapat menyebablan kerusakan sistem sanitasi dan air bersih, serta
menimbulkan potensi kejadian luar biasa (KLB) penyakit-penyakit yang yang
ditularkan melalui media air (water-borne-disease) seperti diare dan
leptospirosis.

Terkait dengan bencana gempa bumi, selain dipengaruhi kekuatan gempa,


ata tiga faktor yang dapat mempengaruhi banyak sedikitnya korban meinggal dan
cidera akibat bencana ini, yakni : Tipe rumah, Waktu pada hari terjadinya gempa
dan Kepadatan penduduk (Pan America Health Organization, 2006).

Pelayanan kesehatan reproduksi setidaknya meliputi kesehatan ibu dan anak


(KIA), keluarga berencana (KB), deteksi dini infeksi menular seksual (IMS), dan
HIV/AIDS serta kesehatan reproduksi remaja.

Kesehatan reproduski merupakan salah satu permasalahan kesehatan yang


perlu mendapatkan perhatian, khususnya pada bencana yang berdampak kepada
masyarakat dalam waktu relatif lama. Studi Hapsari dkk (2009) mengidentifikasi
temuan menarik berkaitan dengan kebutuhan pelayanan keluarga berencana (KB)
pascabencana gempa bumi di Bantul (Yogyakarta) pada tahun 2006. Satu tahun
pascagempa, mereka yang menggunakan alat KB suntik dan implant cenderung
menurun, sebaliknya mereka yang menggunakan pil KB dan metode pantang
berkala cenderung meningkat. Studi ini juga menunjukkan bahwa prevalensi
kehamilan tidak direncanakan lebih tinggi dijumpai pada mereka yang sulit
mengakses pelayanan KB dibandingkan mere yang tidak mengalami kendala.
Oleh karena itu, peran penting petugas kesehatan diperlukan, tidak hanya untuk
memberikan pelayanan KB pada situasi bencana, tetapi juga untuk mengedukasi
pasangan untuk mencegah kejadian kehamilan yang tidak direncanakan.

2.4 Upaya Pencegahan

Pra gempa bumi

A. Kunci Utama adalah

1. Mengenali apa yang disebut gempabumi.

6
2. Pastikan bahwa struktur dan letak rumah Anda dapat terhindar dari
bahaya yang disebabkan oleh gempabumi (longsor, liquefaction dll);

3. Mengevaluasi dan merenovasi ulang struktur bangunan Anda agar


terhindar dari bahaya gempabumi.

B. Kenali Lingkungan Tempat Anda Bekerja

1. Perhatikan letak pintu, lift serta tangga darurat, apabila terjadi


gempabumi, sudah mengetahui tempat paling aman untuk berlindung;

2. Belajar melakukan P3K;

3. Belajar menggunakan alat pemadam kebakaran;

4. Catat nomor telepon penting yang dapat dihubungi pada saat terjadi
gempabumi

C. Persiapan Rutin pada tempat Anda bekerja dan tinggal

1. Perabotan (lemari, cabinet, dll) diatur menempel pada dinding (dipaku,


diikat, dll) untuk menghindari jatuh, roboh, bergeser pada saat terjadi
gempabumi.

2. Simpan bahan yang mudah terbakar pada tempat yang tidak mudah
pecah agar terhindar dari kebakaran

3. Selalu mematikan air, gas dan listrik apabila tidak sedang digunakan.

D. Penyebab celaka yang paling banyak pada saat gempabumi adalah akibat kejatuhan
material

1. Atur benda yang berat sedapat mungkin berada pada bagian bawah

2. Cek kestabilan benda yang tergantung yang dapat jatuh pada saat
gempabumi terjadi (misalnya lampu dll)

E. Alat yang harus ada di setiap tempat

1. Kotak P3K;

7
2. Senter/lampu baterai;

3. Radio;

4. Makanan suplemen dan air.

Saat Terjadi Gempabumi

A. Jika Anda berada di dalam bangunan

1. Lindungi badan dan kepala Anda dari reruntuhan bangunan dengan


bersembunyi di bawah meja dll;

2. Cari tempat yang paling aman dari reruntuhan dan goncangan;

3. Lari ke luar apabila masih dapat dilakukan

B. Jika berada di luar bangunan atau area terbuka

1. Menghindari dari bangunan yang ada di sekitar Anda seperti gedung,


tiang listrik, pohon, dll

2. Perhatikan tempat Anda berpijak, hindari apabila terjadi rekahan tanah

C. Jika Anda sedang mengendarai mobil

1. Keluar, turun dan menjauh dari mobil hindari jika terjadi pergeseran
atau kebakaran;

2. Lakukan point B.

D. Jika Anda tinggal atau berada di pantai

Jauhi pantai untuk menghindari bahaya tsunami.

E. Jika Anda tinggal di daerah pegunungan

Apabila terjadi gempabumi hindari daerah yang mungkin terjadi longsoran.

8
Setelah Terjadi Gempabumi

A. Jika Anda berada di dalam bangunan

1. Keluar dari bangunan tersebut dengan tertib;

2. Jangan menggunakan tangga berjalan atau lift, gunakan tangga biasa;

3. Periksa apa ada yang terluka, lakukan P3K;

4. Telepon atau mintalah pertolongan apabila terjadi luka parah pada Anda
atau sekitar Anda.

B. Periksa lingkungan sekitar Anda

1. Periksa apabila terjadi kebakaran.

2. Periksa apabila terjadi kebocoran gas.

3. Periksa apabila terjadi hubungan arus pendek listrik.

4. Periksa aliran dan pipa air.

5. Periksa apabila ada hal-hal yang membahayakan (mematikan listrik,


tidak menyalakan api dll)

C. Jangan mamasuki bangunan yang sudah terkena gempa

Karena kemungkinan masih terdapat reruntuhan.

D. Jangan berjalan di daerah sekitar gempa

Kemungkinan terjadi bahaya susulan masih ada.

E. Mendengarkan informasi.

1. Dengarkan informasi mengenai gempabumi dari radio (apabila terjadi


gempa susulan).

2. Jangan mudah terpancing oleh isu atau berita yang tidak jelas
sumbernya.

9
F. Mengisi angket yang diberikan oleh instansi terkait untuk mengetahui seberapa
besar kerusakan yang terjadi

G. Jangan panik dan jangan lupa selalu berdo'a kepada Tuhan YME demi keamanan dan
keselamatan kita semuanya.

2.5 Penanggulangan

Pemerintah Indonesia mengeluarkan Undang-Undang (UU) No 24 Tahun


2007 tentang penanggulangan bencana. Dengan lahirnya UU tersebut, terjadi
perubahan paradigma penanganan bencana di Indonesia, yaitu penanganan
bencana tidak lagi menekankan pada aspek tanggap darurat, tetapi lebih
menekankan pada keseluruhan manejemen penanggulangan bencana mulai dari
mitigasi, kesiapsiagaan, tangap darurat, sampai dengan rehabilitasi.

Penanggulangan masalah kesehatan merupakan kegiatan yang harus segera


diberikan baik saat terjadi dan pasca bencana perlu dilaksanakan dengan
memperhatikan hak-hak masyarakat, antara lain hak untuk mendapatkan bantuan
pemenuhan kebutuhandasar, perlindungan sosial, pendidikan dan keterampilan
dalam penyelenggaraan penanggulangan bencana serta hak untuk partisipasi
dalam pengambilan keputusan. Sebagaimana tercantum dalam pasal 53 UU
No.24 tahun 2007, pelayanan kesehatan merupakan salah satu kebutuhan dasar
yang harus dipenuhi pada kondisi bencana, di samping kebutuhan-kebutuhan
dasar lainnya: 1) air bersih dan sanitasi, 2) pangan, 3) sandang, 4) pelayanan
psikososial, 5) penampungan dan tempat hunian.

Penanggulangan masalah kesehatan dalam kondisi bencana ditujukan untuk


menjamin terselenggarabya pelayanan kesehatan bagi korban akibat bencana dan
pengungsi sesuai dengan standar minimal. Secara khusus, upaya ini ditujukan
untuk memastikan: 1) terpenuhinya pelayanan kesehatan bagi korban bencana
dan pengungsi sesuai standar minimal, 2) terpenuhinya pemberantasan dan
pencegahan penyakit menular bagi korban bencana dan pengungsi sesuai standar
minimal, 3) terpenuhinya kebutuhan pangan dan gizi bagi korban bencana dan
pengungsi sesuai standar minimal, 4) terpenuhinya kesehatan lingkungan bagi
korban bencana dan pengungsi sesuai standar minimal, 5) terpenuhinya

10
kebutuhan papan dan sandanng bagi korban bencana dan pengungsi sesuai
standar minimal.

Dalam upaya memaksimalkan peran jajaran kesehatan pada penanggulangan


bencana, termasuk di dalamnya puskesmas, kementrian kesehatan telah
menerbitkan Surat Keputusan (SK) Menteri Kesehatan No
145/Menkes/SK/1/2007 tentang pedoman penanggulangan bencana bidang
kesehatan. Dokumen tersebut mengatur berbagai hal, termasuk kebijakan,
pengorganisasian dan kegiatan pelayanan kesehatan yang dilakukan oleh masing-
masing jajaran kesehatan. Dalam Kepmenkes tersebut jufa disebutkan bahwa
pada prinsipnya dalam penanggulangan bencana bidang kesehatan tidak ada
kebijakan untuk membentuk sarana dan prasarana secara khusus. Upaya lebih
difokuskan dengan memanfaatkan sarana dan prasarana yang telah ada, hanya
saja intensitas kerjanya ditingkatkan dengan memberdayakan semua sumber
daya pemerintah, masyarakat dan unsur swasta terkait (Departemen Kesehatan,
2007).

Standar minimal pelayanan kesehatan yang harus dipenuhi saat dalam


kondisi bencana termasuk pelayanan kesehatan masyarakat, kesehatan
reproduksi dan kesehatan jiwa. Terkait dengan sarana pelayanan, satu pusat
kesehatan pengungsi idealnya digunakan untuk melayani 20.000 orang,
sedangkan satu rumah sakit untuk 200.000 sasaran. Penyediaan pelayanan
kesehatan juga dapat memanfaatkan partisipasi rumah sakit swasta. Balai
pengobatan swasta, LSM lokal maupun internasional yang terkait dengan bidang
kesehatan.

Peran petugas kesehatan dan partisipasi masyarakat; pengalaman gempa


bantul 2006 :

Bencana alam yang menimpa suatu daerah, seringkali menimbulkan korban


jiwa dan kerusakan, baik itu korban meninggal, korban luka luka maupun
kerusakan fasilitas umum dan harta benda masyarakat. Selain itu, terjadinya
bencana alam sering mengakibatrkan wilayah terkena dampak menjadi terisolasi
sehingga sulit dijangkau oleh para relawan untuk memberiksn pertolongan dan
bantuan. Selain jatuhnya korban jiwa dan korban luka, permasalahan lain yang
terkait ddengan kondisi kesehatan masyarakat adalah munculnya berbagai

11
penyakit setelah bencana. Sebagai contoh hingga satu lebih setelah kejadian
gempa bumi di Bantul tahun 2006, para korban gempa bumi masih tinggal di
tenda-tenda pengungsian dengan fasilitas air bersih yang terbatas dan santitasi
lingkungan yang kurang baik. Kondisi tersebut ditambah dengan banyaknya
demu dan nyamuk yang mengakibatkan para korban, terutama balita dan lansia,
rentan terkena penyakit gatal-gatal, diare, flu, batuk dan demam.

Pengalaman gempa di Bantul 2006 memberikan pembelajaran bahwa peran


petugas kesehatan dalam penanganan bencana cukup penting dalam
menyelamatkan korban jiwa. Dalam masa tanggap darurat petugas kesehatan
dari Puskesmas mampu berperan melaksanakan fungsinya melakukan
penanganan gawat darurat dan pelayanan kesehatan lanjutan serta memfasilitasi
kegiatan pelayanan kesehatan yang dilakukan oleh para relawan. Pelayanan
tersebut dilakukan dengan segala keterbatasan sumber saya manusia, alat
kesahatan dan oabt-obatan dan sarana penunjang lainnya yang sangat tidak
memadai karena rusak akibat gempa.

2.6 Contoh kasus yang terjadi di masyarakat

12
Jakarta - Pada saat terjadinya bencana, Kepala Badan Kependudukan dan
Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), Surya Chandra Surapaty
mengharapkan agar masalah kesehatan reproduksi bisa menjadi isu
kesehatan yang mendapatkan perhatian serius.

Pasalnya sebuah studi yang dilakukan Hapsari dkk tahun 2009


mengidentifikasi temuan menarik berkaitan dengan kebutuhan pelayanan
Keluarga Berencana (KB) pasca bencana gempa bumi di Bantul tahun
2006.

Satu tahun pascagempa, mereka yang menggunakan alat KB suntik dan


implan cenderung menurun. Sebaliknya, mereka yang menggunakan pil
KB dan metode pantang berkala cenderung meningkat.

13
Studi tersebut juga menunjukkan bahwa prevalensi kehamilan tidak
direncanakan lebih tinggi dijumpai pada mereka yang sulit mengakses
pelayanan KB dibandingkan dengan mereka yang tidak menemui kendala.

"Kesehatan reproduksi dalam keadaan darurat seringkali tidak tersedia


karena tidak dianggap sebagai kebutuhan yang mendesak dan bukan
merupakan prioritas. Padahal pada kondisi darurat, tetap saja ada ibu
hamil yang membutuhkan pertolongan, kelahiran yang mendadak namun
tidak bisa ditunda, atau pun adanya kebutuhan akan layanan KB," ujar
Kepala BKKBN Surya Chandra saat membuka seminar Hari
Kependudukan Dunia 2015 di Jakarta, Senin (6/7).

BKKBN sendiri menurutnya bertanggungjawab untuk memastikan bahwa


di mana pun dan dalam kondisi apa pun, penduduk dapat tetap
memperoleh pelayanan KB sesuai yang diinginkan.

"Di setiap lokasi bencana, BKKBN selalu mensiagakan mobil unit


pelayanan KB untuk para korban bencana yang membutuhkan layanan
KB, guna mengantisipasi terjadinya  drop out KB. Kita juga menyediakan
mobil penerangan KB sebagai media penyuluhan dan hiburan bagi para
korban bencana," sambung Kepala BKKBN.

BAB 3

PEMBAHASAN

BAB 4

KESIMPULAN

14
DAFTAR PUSTAKA

https://bnpb.go.id/definisi-bencana

https://www.bmkg.go.id/gempabumi/antisipasi-gempabumi.bmkg

https://www.beritasatu.com/kesra/288872-dalam-situasi-bencana-layanan-kb-perlu-
dapat-perhatian.html

15

Anda mungkin juga menyukai