KRISIS KESEHATAN
KABUPATEN / KOTA RAWAN BENCANA
2017
Daftar Isi
DAFTAR ISI 03
KATA PENGANTAR 05
BAB I: PENDAHULUAN 07
1.1. Latar Belakang 07
1.2. Tujuan 08
1.3. Dasar Hukum 08
1.4. Metodologi 09
A. Penyusunan Kuesioner 09
B. Pengambilan Data 10
C. Input Data 11
D. Pengolahan Data 11
E. Penyusunan Naskah Profil Penanggulangan Krisis Kesehatan 11
1.5. Definisi Operasional 11
LAMPIRAN
1. KUISIONER ASISTENSI 31
2. KONTRIBUSI 42
Program pengurangan risiko bencana haruslah berdasarkan kepada suatu kajian risiko
bencana, di mana risiko berbanding lurus dengan ancaman/bahaya dan kerentanan serta
berbanding terbalik dengan kapasitas. Kajian risiko tersebut digunakan sebagai acuan dalam
menilai, merencanakan, mengimplementasikan, memonitoring dan mengevaluasi upaya
pengurangan risiko bencana pada suatu wilayah. Oleh karena itu Pusat Krisis Kesehatan
menyusun buku profil ini untuk dapat dicermati oleh pemerintah daerah sebagai bahan
referensi dalam menyusun program “Pengurangan Risiko Bencana” di wilayahnya masing-
masing.
Buku ini sangat terbuka untuk menerima kritik, saran serta masukan dari semua pihak guna
penyempurnaan penyajian informasi buku sejenis di masa mendatang.
Kepada semua pihak yang telah berkontribusi tenaga dan pikiran dalam penyusunan buku
ini tidak lupa kami ucapkan terima kasih. Semoga buku ini bermanfaat dalam mewujudkan
keberhasilan upaya pengurangan risiko bencana di negara kita.
Jakarta, Agustus 2017
Kepala Pusat Krisis Kesehatan
Bab I
Pendahuluan
1.1. Latar Belakang meninggal sebanyak 1.719 jiwa dan 6.271 korban
luka berat/rawat inap serta 559.304 korban luka
Indonesia merupakan negara yang wilayahnya
ringan/rawat jalan dalam kurun waktu dua tahun
rawan terhadap terjadinya bencana. Berdasarkan
tersebut.1
Indeks Risiko Bencana Indonesia tahun 2013
yang dikeluarkan BNPB, dari 496 kabupaten/
Bencana umumnya memiliki dampak yang
kota, 65% nya adalah lokasi berisiko tinggi.
merugikan. Rusaknya sarana prasarana fisik,
Secara geografis Indonesia merupakan negara
permukiman dan fasilitas umum. Dampak
kepulauan yang terletak pada pertemuan empat
lain adalah permasalahan kesehatan seperti
lempeng tektonik yaitu lempeng Benua Asia,
korban meninggal, korban cedera berat yang
Benua Australia, lempeng Samudera Hindia dan
memerlukan perawatan intensif, peningkatan
Samudera Pasifik. Pada bagian selatan dan timur
risiko penyakit menular, tidak memadainya
Indonesia terdapat sabuk vulkanik (volcanic arc)
jumlah dan jenis obat serta alat kesehatan,
yang memanjang dari Pulau Sumatera, Jawa -
terbatasnya tenaga kesehatan, kerusakan
Nusa Tenggara, Sulawesi, yang sisinya berupa
fasilitas kesehatan, rusaknya sistem penyediaan
pegunungan vulkanik tua dan dataran rendah
air, stress pasca trauma, masalah gizi dan
yang sebagian didominasi oleh rawa-rawa.
psikososial. Kejadian bencana seringkali diikuti
Kondisi tersebut sangat berpotensi sekaligus
dengan adanya arus pengungsian penduduk
rawan bencana seperti letusan gunung berapi,
ke lokasi yang aman, yang akan menimbulkan
gempa bumi, tsunami, banjir dan tanah longsor.
permasalahan kesehatan yang baru di lokasi
Selain faktor alam, secara geopolitik, Indonesia
tujuan pengungsian tersebut. Hal ini tentu akan
memiliki peran ekonomi internasional yang
berdampak pada pembangunan kesehatan baik
cukup penting, karena memiliki pelabuhan
tingkat nasional maupun daerah. Dibutuhkan
internasional. Ditambah jumlah penduduk yang
biaya yang tidak sedikit untuk memulihkan
banyak (nomor 4 dunia) dan terdiri dari multi
keadaan. Belum lagi waktu yang hilang untuk
etnis serta multi agama, menyebabkan Indonesia
mengejar ketertinggalan.
berisiko untuk terjadinya konflik sosial.
Buku Tinjauan Pusat Krisis Kesehatan Tahun 2015 dan Tahun 2016.
1
Pusat Krisis Kesehatan Kementerian Kesehatan RI
7
Profil Penanggulangan Krisis Kesehatan Kabupaten / Kota Rawan Bencana
ditargetkan dalam RPJMN 2015-2019. Selain itu c. Undang–undang Nomor 44 Tahun 2009
juga ditambahkan kabupaten/kota bermasalah Tentang Rumah Sakit;
kesehatan yang memiliki indeks risiko bencana d. Peraturan Pemerintah No 21 Tahun 2008
dengan kelas risiko tinggi. tentang Penyelenggaraan Penanggulangan
Bencana;
Pusat Krisis Kesehatan pada tahun 2017 e. Peraturan Pemerintah No. 22 Tahun 2008
telah melakukan asistensi di 34 Kabupaten/ Tentang Pendanaan dan pengelolaan
Kota rawan bencana dari 170 Kabupaten/ Bantuan Bencana;
Kota yang telah ditetapkan. Kabupaten/kota f. Instruksi Presiden No. 4 Tahun 2013 tentang
tersebut berada di 14 provinsi yaitu Provinsi Program Dekade Aksi Keselamatan Jalan;
Jambi, Lampung, Sumatera Selatan, Sumatera g. Peraturan Menteri Koordinator
Barat, Bengkulu, Gorontalo, Sulawesi Barat, Kesejahteraan rakyat Nomor 54/2013
Sulawesi Tengah, Nusa Tenggara Timur, Jawa tentang Rencana Pengembangan Tenaga
Timur, Papua, Kalimantan Selatan, Kalimantan Kesehatan tahun 2011-2025;
Barat, dan Kalimantan Tengah. Hasil asistensi h. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 81
tersebut dikaji untuk selanjutnya disusun tahun 2004 tentang Pedoman Penyusunan
menjadi profil krisis kesehatan kabupaten/kota Perencanaan Sumber Daya Manusia
yang mengambarkan bahaya, kerentanan dan Kesehatan di Tingkat Propinsi, Kabupaten/
kapasitas terkait dengan penanggulangan krisis Kota Serta Rumah Sakit;
kesehatan akibat bencana di daerah. i. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 66
Tahun 2006 Tentang Pedoman Manajemen
1.2. Tujuan Sumber Daya Manusia Kesehatan pada
Penanggulangan Bencana;
Tujuan penyusunan profil penanggulangan krisis j. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 971
kesehatan yaitu : tahun 2009 tentang Standar Kompetensi
a. Memetakan ancaman (hazard), kerentananan Pejabat Struktural Kesehatan;
dan kapasitas terkait penanggulangan krisis k. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 64
kesehatan di 34 kabupaten/kota rawan Tahun 2013 Tentang Penanggulangan Krisis
bencana target tahun 2017; Kesehatan;
b. Mengidentifikasi permasalahan terkait l. Peraturan Menteri Kesehatan No. 77
penanggulangan krisis kesehatan di 34 tahun 2014 tentang Sistem Informasi
kabupaten/kota rawan bencana target tahun Penanggulangan Krisis Kesehatan;
2017; m. Peraturan Kepala BNPB No. 2 tahun 2012
c. Memberikan usulan/rekomendasi kebijakan tentang Pedoman Umum Pengkajian Risiko
yang perlu diambil oleh Dinas Kesehatan Bencana;
Kabupaten/Kota, Dinas Kesehatan Provinsi n. Peraturan Kepala BNPB No. 3 tahun 2012
dan Kementerian Kesehatan dalam rangka tentang Panduan Penilaian Kapasitas Daerah
menyelesaikan permasalahan yang ditemui dalam Penanggulangan Bencana;
di Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota terkait o. Kepmenkes No. HK.02.02/MENKES/52/2015
upaya penanggulangan krisis kesehatan; dan tentang Rencana Strategis Kementerian
d. Memberi masukan untuk kebijakan nasional Kesehatan tahun 2015-2019; dan
terkait penanggulangan krisis kesehatan. p. Keputusan Kepala Pusat Krisis Kesehatan
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia
1.3. Dasar Hukum
No. HK. 02.03/4/77/2017 tentang Perubahan
a. Undang-undang No. 24 Tahun 2007 tentang atas Keputusan Kepala Pusat Krisis Ke
Penanggulangan Bencana; sehatan (Kementerian Kesehatan) Nomor
b. Undang-undang No. 36 Tahun 2009 tentang HK.02.04/4/1515/2016 tentang Penetapan 34
Kesehatan; Kabupaten/Kota rawan bencana tahun 20l7 -
20I9.
1. Luas Wilayah
C. Input Data
Luas Wilayah adalah sebuah daerah yang
Jawaban pertanyaan/Data yang ada dalam dikuasai atau menjadi teritorial dari sebuah
kuosioner diinput/dimasukkan ke dalam Sistem kedaulatan (Negara/Provinsi/Kabupaten/
Informasi Penanggulangan Krisis Kesehatan Kota) dalam kilometer persegi (Km2).
(SIPKK) yang dapat diakses di website www. 2. Jumlah Penduduk
penanggulangankrisis.depkes.go.id/admin. Jumlah penduduk adalah jumlah manusia
Pemasukan (input) data dilakukan pada periode yang bertempat tinggal/berdomisili pada
bulan Mei – Juni 2017 oleh petugas asistensi/ suatu wilayah atau daerah dan memiliki
pengambil data masing-masing kabupaten/kota. mata pencaharian tetap di daerah itu serta
Di dalam SIPKK tersebut telah tersedia form tercatat secara sah berdasarkan peraturan
sesuai pertanyaan-pertanyaan yang terdapat di yang berlaku di daerah tersebut. Pencatatan
dalam kuesioner untuk diisi dengan jawaban/ atau peng-kategorian seseorang sebagai
data dari kuosioner tersebut. penduduk biasanya berdasarkan usia yang
telah ditetapkan.
D. Pengolahan Data 3. Kepadatan Penduduk
Kepadatan penduduk merupakan suatu
Data yang telah diinput di dalam SIPKK perbandingan antara banyaknya penduduk
selanjutnya akan diolah dalam Decision Support serta luas wilayahnya. Satuan luas wilayah
System (DSS) yang juga terdapat di dalam yang umumnya digunakan ialah Km2. Satuan
SIPKK. Hasil pengolahan data berupa nilai dari kepadatan penduduk yang digunakan adalah
masing-masing indikator yang diolah dengan jumlah penduduk/Km2.
membandingkan jawaban/data kuosioner dengan 4. Penduduk/Populasi Rentan
standar masing-masing indikator. Kelompok penduduk yang dapat/lebih
mudah mengalami dampak kesehatan
E. Penyusunan Naskah Profil Penanggulangan
apabila terkena kejadian bencana. Yang
Krisis Kesehatan
termasuk kelompok penduduk/populasi
Penyusunan naskah profil dilakukan dengan rentan dalam buku profil ini adalah Ibu
mendeskripsikan indikator-indikator penilaian Hamil, Ibu Menyusui, Bayi (0-1 tahun), Balita
risiko krisis kesehatan yang diperoleh dari hasil (0-5 tahun), Lanjut Usia (Di atas 55 tahun).
pengolahan data oleh Decision Support System 5. Indeks Pembangunan Manusia (IPM)
(DSS). Kegiatan ini dibagi dalam 3 tahap/kegiatan, Indeks Pembangunan Manusia (IPM) /
Human Development Index (HDI) adalah
pengukuran perbandingan dari harapan serta melalui langkah yang tepat guna dan
hidup, melek huruf, pendidikan dan standar berdaya guna.
hidup untuk semua negara seluruh dunia. 10. Mitigasi Kesehatan
IPM digunakan untuk mengklasifikasikan Mitigasi kesehatan adalah serangkaian
apakah sebuah negara adalah negara maju, upaya untuk mengurangi risiko Krisis
negara berkembang atau negara terbelakang Kesehatan, baik melalui penyadaran
dan juga untuk mengukur pengaruh dari dan peningkatan kemampuan sumber
kebijaksanaan ekonomi terhadap kualitas daya kesehatan maupun pembangunan
hidup. Status Kesejahteraan Masyarakat fisik dalam menghadapi ancaman krisis
ditetapkan berdasarkan nilai IPM, yaitu : kesehatan.
a. Tinggi = Nilai IPM Lebih Dari Atau Sama 11. Peringatan Dini
Dengan 80 Peringatan dini adalah serangkaian kegiatan
b. Menengah Atas = Nilai IPM 65 – 79 pemberian peringatan sesegera mungkin
c. Menengah Bawah = Nilai IPM 50 - 64 kepada masyarakat tentang kemungkinan
d. Rendah = Nilai IPM < 50 terjadinya bencana pada suatu tempat oleh
lembaga yang berwenang.
6. Indeks Pembangunan Kesehatan
12. Tanggap Darurat
Masyarakat (IPKM)
Tanggap darurat bencana adalah
Indeks Pembangunan Kesehatan Masyara
serangkaian kegiatan yang dilakukan dengan
kat (IPKM) adalah kumpulan indikator
segera pada saat kejadian bencana untuk
kesehatan yang dapat dengan mudah dan
menangani dampak buruk yang ditimbulkan,
langsung diukur untuk menggambarkan
yang meliputi kegiatan penyelamatan dan
masalah kesehatan. Status Kesehatan
evakuasi korban, harta benda, pemenuhan
Masyarakat ditetapkan berdasarkan nilai
kebutuhan dasar, perlindungan, pengurusan
IPKM, yaitu :
pengungsi, penyelamatan, serta pemulihan
a. Di atas Rata-rata = Nilai IPKM > 0.7270
prasarana dan sarana.
b. Rata-rata = Nilai IPKM 0.6401 - 0.7270
13. Ancaman Bencana (Hazard)
c. Di bawah Rata-rata = Nilai IPKM < 0.6401
Ancaman bencana adalah suatu kejadian
7. Krisis Kesehatan
atau peristiwa yang bisa menimbulkan
Krisis Kesehatan adalah peristiwa atau
bencana.
rangkaian peristiwa yang mengancam
14. Kapasitas adalah kemampuan daerah
kesehatan individu atau masyarakat
untuk melakukan tindakan pengurangan
yang disebabkan oleh bencana dan/atau
Tingkat Ancaman dan Tingkat Kerugian
berpotensi bencana.
akibat bencana. Kategori kapasitas dihitung
8. Bencana
dari pencapaian indikator kapasitas yang
Bencana adalah peristiwa atau rangkaian
terdiri dari 5 komponen kapasitas, yaitu
peristiwa yang mengancam dan mengganggu
kebijakan/peraturan, penguatan kapasitas,
kehidupan dan penghidupan masyarakat
peringatan dini, mitigasi, dan kesiapsiagaan.
yang disebabkan, baik oleh faktor alam
Pengkategorian tingkatan kapasitas daerah
dan/atau faktor non alam maupun faktor
ialah sebagai berikut:
manusia sehingga mengakibatkan
Rendah : pencapaian 1 % - 33 % dari
timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan
seluruh indikator
lingkungan, kerugian harta benda dan
Sedang : pencapaian 34 % - 66 % dari
dampak psikologis.
seluruh indikator
9. Kesiapsiagaan
Tinggi : pencapaian 67 % - 100 % dari
Kesiapsiagaan adalah serangkaian kegia
seluruh indikator
tan yang dilakukan untuk mengantisipasi
Krisis Kesehatan melalui pengorganisasian
rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat. Tempat Tidur menggunakan standar Jumlah
Penilaian ketersediaan rumah sakit tempat tidur/10.000 penduduk.
menggunakan standar minimal yaitu Jumlah 29. Hospital Disaster Plan
Rumah Sakit/250.000 penduduk. Perencanaan Penanggulangan Bencana
26. Puskesmas Perawatan di Rumah Sakit (Hospital Disaster Plan)
Puskesmas Perawatan atau Puskesmas adalah perencanaan Rumah Sakit dalam
Rawat Inap merupakan Puskesmas yang menghadapi situasi darurat atau rencana
diberi tambahan ruangan dan fasilitas untuk kontingensi, yang dimaksudkan agar RS
menolong penderita gawat darurat, baik tetap bisa berfungsi-hari terhadap pasien
berupa tindakan operatif terbatas maupun yang sudah ada sebelumnya.
rawat inap sementara. Sesuai Standard 30. Tim Penanggulangan Krisis Kesehatan
Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan di Tim penanggulangan krisis kesehatan
Kabupaten/Kota. adalah sumber daya manusia kesehatan
27. Puskesmas PONED dan non kesehatan yang dimobilisasi
Puskesmas PONED adalah puskesmas apabila terjadi kejadian bencana. Tim
yang mampu memberikan pelayanan untuk Penanggulangan Krisis Kesehatan terdiri
menanggulangi kasus kegawatdaruratan dari :
ibu hamil, ibu bersalin dan bayi baru A. Tim Gerak Cepat, yaitu tim yang
lahir yang datang sendiri maupun yang diharapkan dapat segera bergerak
dirujuk oleh masyarakat (kader, dukun), dalam waktu 0-24 jam setelah ada
bidan praktek swasta, bidan di desa dan informasi kejadian bencana. Tim Gerak
puskesmas sekitarnya. PONED merupakan Cepat ini terdiri atas:
kepanjangan dari Pelayanan Obstetri Neo 1). Pelayanan Medis
natus Essensial Dasar. PONED dilakukan a. Dokter umum/BSB : 1 org
di Puskesmas induk dengan pengawasan b. Dokter Spesialis Bedah : 1 org
dokter. Petugas kesehatan yang boleh c. Dokter Spesialis Anestesi : 1 org
memberikan PONED yaitu dokter, bidan, d. Perawat mahir (perawat bedah,
perawat dan tim PONED Puskesmas beserta gawat darurat) : 2 org
penanggung jawab terlatih. Pelayanan e. Tenaga DVI : 1 org
Obstetri Neonatal Esensial Dasar dapat f. Apoteker/Asisten Apoteker : 1
dilayani oleh Puskesmas yang mempunyai org
fasilitas atau kemampuan untuk penangan g. Supir ambulans : 1 org
kegawatdaruratan obstetri dan neonatal 2). Surveilans : 1 org Ahli epidemiologi/
dasar. Puskesmas PONED merupakan Sanitarian
puskesmas yang siap 24 jam, sebagai 3). Petugas Komunikasi : 1 org
rujukan antara kasus-kasus rujukan dari B. Tim RHA, yaitu tim yang bisa
polindes dan puskesmas. Polindes dan diberangkatkan bersamaan dengan
puskesmas non perawatan disiapkan untuk Tim Gerak Cepat atau menyusul dalam
melakukan pertolongan pertama gawat waktu kurang dari 24 jam. Tim ini
darurat obstetri dan neonatal (PPGDON) dan minimal terdiri atas:
tidak disiapkan untuk melakukan PONED. 1) Dokter umum : 1 org
Penilaian ketersediaan Puskesmas PONED 2) Ahli epidemiologi : 1 org
menggunakan standar minimal yaitu Jumlah 3) Sanitarian : 1 org
Puskesmas PONED/250.000 penduduk. 31. Emergency Medical Team (EMT) adalah
28. Kapasitas Tempat Tidur sekelompok profesional di bidang kesehatan
Kapasitas Tempat Tidur adalah jumlah yang melakukan pelayanan medis secara
tempat tidur untuk pasien di ruang rawat langsung kepada masyarakat yang terkena
inap Rumah Sakit. Penilaian kapasitas dampak bencana ataupun akibat wabah
Sumber: http://penanggulangankrisis.kemkes.go.id/pantauan_bencana/
3
Profil Penanggulangan Krisis Kesehatan Kabupaten / Kota Rawan Bencana
bandang, tanah longsor, angin puting terjadi pada tahun 2012 di Kecamatan
beliung, kebakaran, dan kecelakaan Bengkunat. Banjir terjadi pada tahun
transportasi. 2012 dengan jumlah 2 kecamatan
b. Jenis Kejadian Bencana Selama 5 Tahun terdampak. Sedangkan tanah longsor
Terakhir terjadi pada tahun 2016. Pada tahun
Terdapat 4 kejadian bencana yang terjadi 2016 juga terjadi bencana Gempa Bumi
di Kabupaten Lampung Barat sepanjang sebanyak 2 kali yang berdampak pada
tahun 2012-2016, yaitu kecelakaan 14 kecamatan yang ada di Kabupaten
transportasi, banjir, tanah longsor, dan Lampung Barat.
gempa bumi. Kecelakaan transportasi
Kabupaten
2 - - - 2 4
Lampung Barat
Jumlah korban meninggal atau hilang akibat kondisi kesehatan penduduk Kabupaten
bencana di Kabupaten Lampung Barat mulai Lampung Barat yang baik.
tahun 2012-2016 sebanyak 19 orang dengan c. Kemiskinan
rincian sebagai berikut: Pada tahun 2014, masih ada 13,70%
Tabel 2. Jumlah Korban Meninggal atau Hilang Akibat Bencana
Tahun 2012-2016 Kabupaten Lampung Barat
Kabupaten
18 - - - 1 19
Lampung Barat
Sedangkan jumlah korban luka berat/rawat penduduk miskin yang ada di Kabupaten
inap pada rentang waktu tersebut sebanyak Lampung Barat. Angka ini berada sedikit
1 orang, yaitu pada saat terjadi bencana di bawah rata-rata Provinsi Lampung
kecelakaan transportasi di Kecamatan (13,86%). Data ini menjelaskan bahwa
Bengkunat. sekalipun secara kualitas hidup dan
kesehatan masyarakat Kabupaten
2.4. Kerentanan Lampung Barat cukup baik (ditunjukan
oleh IPM dan IKPM di atas), akan tetapi
a. Jumlah Penduduk masih cukup banyak masyarakat yang
Total jumlah keseluruhan penduduk hidup di bawah garis kemiskinan.4
Kabupaten Lampung Barat yaitu 293.105 d. Jumlah Kelompok Rentan
jiwa, dengan kepadatannya 1,37 Jiwa/ Populasi kelompok rentan seperti bayi,
Km2 yang tersebar di 15 kecamatan. Bila balita, ibu hamil, ibu menyusui dan
dibandingkan luas wilayahnya, kondisi lansia di Kabupaten Lampung Barat
ini termasuk Tidak Padat. termasuk di atas rata-rata yaitu 27,23%
b. IPM dan IPKM (proporsi rata-rata di Indonesia 18%-
Kabupaten Lampung Barat memiliki IPM 26%). Jumlah ini belum termasuk
yang termasuk kategori menengah atas penyandang disabilitas yaitu sebanyak
yaitu 70,17. Sedangkan IPKM termasuk 27.384 jiwa atau sekitar 9,34% dari
di atas rata-rata yaitu 0,6413. Hal ini seluruh populasi.
menunjukkan tingkat kualitas hidup dan
1 a. Kebijakan/Peraturan
2 Penguatan Kapasitas
Jumlah Bidan ✔
Jumlah perawat ✔
3 Peringatan Dini
4 Mitigasi
5 Kesiapsiagaan
Bab III
Kesimpulan dan Rekomendasi
3.1. Kesimpulan krisis kesehatan masih kurang memadai,
karena masih ada 71,7% indikator kapasitas
Berdasarkan pengalaman 5 tahun terakhir,
belum terpenuhi. Di antara lima kategori
bencana kecelakaan transportasi, banjir
kapasitas, hanya kategori “mitigasi“ yang
dan tanah longsor telah mengakibatkan
indikatornya sudah terpenuhi dengan
dampak yang cukup serius, yaitu orang
cukup baik. Sedangkan kategori “kebijakan/
meninggal, hilang dan sakit. Sedangkan
peraturan”, “penguatan kapasitas”,
dari sisi luasan area terdampak, bencana
“peringatan dini”, dan “kesiapsiagaan”
gempa bumi adalah yang paling terluas
masih menyisakan cukup banyak indikator
dampaknya, sebagaimana terjadi pada
yang belum terpenuhi.
tahun 2016, akan tetapi tidak menimbulkan
krisis kesehatan. Sehingga, tiga jenis Pada aspek kebijakan, masih belum
bencana di atas perlu menjadi prioritas ada peraturan daerah atau peraturan
bagi pemerintah Kabupaten Lampung Barat kepala dinas kesehatan terkait dengan
untuk diperhatikan dalam memberikan penanggulanggan krisis kesehatan. Dinas
peringatan dini dan penanganannya. Kesehatan juga belum memiliki mekanisme
untuk kerjasama dengan pihak lain,
Pada aspek kerentanan, Kabupaten
termasuk lembaga kesehatan swasta. Dalam
Lampung Barat memiliki nilai IPM dan
hal peningkatan kapasitas, Pemerintah
IPKM yang cukup baik. Akan tetapi
Kabupaten Lampung Barat sudah memiliki
tingginya jumlah kelompok rentan (27,23%),
tim PKK dan SK penetapannya, tetapi belum
penyandang disabilitas (9,34%), dan tingkat
memiliki SOP mobilisasi tim tersebut. Di
kemiskinan yang juga relatif tinggi (13,70%),
sampng itu, beberapa fasilitas layanan dan
akan menjadi faktor penting tingkat risiko
sumberdaya manusia juga masih kurang
kesehatan yang tinggi, apabila terjadi
memenuhi. Pada aspek peringatan dini,
bencana atau krisis kesehatan. Kelompok
sudah tersedia sarana dan sistem peringatan
rentan dan penduduk miskin memiliki
dini. Dinas Kesehatan hanya tinggal
keterbatasan dalam melakukan respon
mengembangkan media informasi agar bisa
dan bertahan ketika menghadapi bencana/
diakses banyak masyarakat. Sedangkan dari
krisis. Oleh karena itu, rencana respon
sisi kesiapsiagaan, masih banyak indikator
krisis kesehatan yang memberikan prioritas
yang belum dipenuhi, seperti rencana
penanganan kepada kelompok rentan dan
kontinjensi dan berbagai SOP terkait. Pada
warga miskin menjadi sangat penting untuk
aspek ini, Dinas Kesehatan sudah berhasil
memastikan risiko yang dihadapi dapat
memenuhi indikator penilaian fasilitas
diminimalisir.
layanan kesehatan yang aman bencana.
Di sisi kapasitas Dinas Kesehatan Lampung
Barat, kapasitas untuk penanggulangan Rincian indikator kapasitas yang sudah dan
belum terpenuhi di Kabupaten Lampung
Barat ialah sebagai berikut :
NO KATEGORI KEGIATAN
Tabel 6. Rekomendasi Peningkatan Kapasitas Kabupaten Lampung Barat Berdasarkan tahun kegiatan
I. Umum
Tahun : 2017
Provinsi : LAMPUNG
Kabupaten : LAMPUNG BARAT
1. Dinas Kesehatan : Kabupaten Lampung Barat
2. Alamat Lengkap : Jalan Mawar No.04 Way Mengaku Kecamatan Balik Bukit Kabupaten
Lampung Barat
3. Telepon : 0426 21119
4. Fax : 0426 21119
5. Website :
6. Email :
7. Responden 1 :
Nama : Suhendrawati, SKM, MP
Jabatan : Kepala Bidang P2P
Nomer HP : 081272445065
Responden 2 :
Nama : Nurita Yulia, S.Kep.,Ners
Jabatan : Kepala Seksi Surveilans dan Imunisasi
Nomer HP : 082175411251 / 085669643310
1. Luas wilayah, jumlah dan kepadatan penduduk Kabupaten/Kota dan Kecamatan, Jumlah dan
Kepadatan Penduduk di Kabupaten/Kota
Topografi :
Pegunungan,Dataran Tinggi
Luas Wilayah :
214157 km2
Jumlah Penduduk :
293105 jiwa
Kepadatan Penduduk :
1.37 jiwa/km2
2. Jumlah Populasi Kelompok Rentan (balita, bumil, buteki, lansia dan penyandang disabilitas)
Jumlah Bayi :
5906
Jumlah Balita :
35078
Jumlah Ibu Hamil :
6497
Jumlah Ibu Menyusui :
11812
Jumlah Lansia :
20525
Jumlah Penyandang Disabilitas :
27384
3. Nilai IPM (Indeks Pembangunan Manusia) kabupaten/kota : 70.17
4. Nilai IPKM (Indeks Pembangunan Kesehatan Masyarakat) kabupaten/kota : 0.6413
B. Akses Komunikasi
5.
Bagaimana Akses Komunikasi di Kabupaten? : Lancar
6.
Alat Komunikasi Apa Saja Yang Dapat Digunakan? : Telepon, HP, Fax, Internet, Radio Komunikasi
7.
Bagaimana akses komunikasi ke Ibukota Provinsi? : Lancar
8.
Apakah ada kerjasama antara Dinas Kesehatan dengan RAPI/masyarakat dalam hal pemanfaatan
Radio Komunikasi? : Tidak
Bila Ya, Mohon Scan SK
-
C. Akses Transportasi
Lain-lain, Sebutkan
11. Jenis alat transportasi apa saja yang dapat digunakan untuk mencapai Ibukota Provinsi? (Jawaban
boleh lebih dari satu) : Mobil, Sepeda Motor
Lain-lain, Sebutkan
12. Waktu tempuh dari Ibukota Kabupaten/kota Ibu Kota Provinsi (Menit) : 360 - 480 Menit
13. Jarak yang ditempuh dari ibu kota kabupaten/kota ke ibu kota provinsi : (Dalam km) : 246 KM
14. Berapa jarak dan waktu tempuh dari Ibukota Kabupaten ke Rumah Sakit Rujukan terdekat? : 5 km
10 menit
15. Jenis ancaman bencana di wilayah ini? (Jawaban boleh lebih dari satu) : Gempa Bumi, Banjir, Banjir
Bandang, Tanah Longsor, Angin Puting Beliung, Kebakaran, Kecelakaan Transportasi
Lain-lain, Sebutkan
17. Nama RS, jumlah Tempat Tidur dan BOR di tiap Rumah Sakit?
Apakah Sudah
Apakah
Memiliki Hospital Apakah
Kapasitas memiliki
Tipe Disaster Plan/ Memiliki Tim
No Nama RS Tempat BOR Emergency
RS Perencanaan Penanggulangan
Tidur Medical
Penanggulangan Bencana?
Team?
Bencana?
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
RS
1 C 104 tidak 67.53 tidak tidak
Alimuddin
19. Data ketenagaan pada unit yang mengkoordinir upaya penanggulangan krisis kesehatan di Dinas
Kesehatan :
28. Apabila setiap Puskesmas telah memiliki tim medis untuk kedaruratan (Emergency Medical Team)?
: Tidak
Bila ya, mohon disampaikan SK pembentukan Tim
29. Apakah Dinkes Kabupaten/Kota telah memetakan/mengidentifikasi ketersediaan tenaga-tenaga
kesehatan yang siap untuk dimobilisasi pada saat bencana? : Belum sama sekali karena
30. a. Apakah Pemerintah Daerah pernah membuat Perda/SK Bupati terkait penanggulangan bencana/
krisis kesehatan? : Tidak
b. Bila ada, mohon disebutkan nomor, tahun dan judul Peraturan Daerah tersebut
31. a. Apakah Dinas Kesehatan pernah membuat kebijakan/peraturan terkait penanggulangan krisis
kesehatan? : Tidak
b. Bila ada, mohon disebutkan nomor, tahun dan judul Peraturan Dinkes tersebut
32. Apakah ada peraturan-peraturan dari unit lintas sektor lain yang memiliki keterkaitan dengan
penanggulangan krisis kesehatan? (Misal : Peraturan Daerah tentang Standar Air Bersih dan Air
Minumdalam Keadaan Bencana, Perda Pendirian Bangunan yang aman terhadap bencana) : Tidak
Bila ada, mohon disebutkan nomor, tahun dan judul peraturan-peraturan tersebut.
33. Apakah Dinas Kesehatan memiliki unit kerja yang memiliki tupoksi sebagai koordinator dalam
penanggulangan krisis kesehatan? : Tidak
Bila Ya, Apa Nama Unitnya?
34. Bila tidak terletak di struktur manakah pelaksana koordinator penanggulangan krisis kesehatan?
Seksi Surveilans dan Imunisasi
35. Pelaksanaan pertemuan koordinasi dalam mobilisasi sumber daya kesehatan : Rutin
36. Unit apa saja yang terlibat dalam pertemuan koordinasi tersebut? (Jawaban boleh lebih dari satu) :
BPBD,Dinas Sosial,Dinas Pekerjaan Umum
Lain-lain, Sebutkan
setahun sekali
37. Apakah Dinas Kesehatan telah menyusun rencana Penanggulangan Krisis Kesehatan dalam bentuk
program kerja? : Tidak
38. Bila Ya, Program kerja apa saja yang direncanakan? (Jawaban boleh lebih dari satu) :
Lain-lain, Sebutkan
47. Apakah tersedia SOP mekanisme koordinasi terkait penanggulangan krisis kesehatan? : Tidak
48. Bila ya, Apakah SOP tersebut memuat :(Jawaban boleh lebih dari satu) :
49. Bila belum ada SOP, bagaimana pelaksanaan koordinasi dalam penanggulangan krisis kesehatan
yang pernah dilakukan selama ini?
koordinasi dilakukan ketika terjadi krisis kesehatan
50. Apakah tersedia SOP Penanganan Korban Bencana di Lapangan? : Tidak
Bila tidak, mengapa?
Dinas Kesehatan belum paham dalam menyusun SOP
51. Bila YA : Apakah SOP tersebut memuat : (Jawaban boleh lebih dari satu) :
Lain-lain, Sebutkan
52. Bila jawaban nomor 50 TIDAK, bagaimana mekanisme penanganan korban bencana yang dilakukan
selama ini?
Penanganan korban dilakukan seperti saat normal
53. Apakah tersedia SOP pengelolaan obat dan logistik kesehatan? : Tidak
54. Bila Ya, Apakah SOP tersebut memuat : (Jawaban boleh lebih dari satu) :
Lain-lain, Sebutkan
55. Bila jawaban nomor 53 TIDAK, bagaimana mekanisme pengelolaan obat dan logistik kesehatan
yang dilakukan selama ini?
Pengelolaan obat dan logistik kesehatan dikeluarkan sesuai dengan kebutuhan saat bencana
56. Apakah tersedia SOP pengelolaan bantuan relawan? : Tidak
57. Bila YA : Apakah SOP tersebut memuat : (Jawaban boleh lebih dari satu) :
Lain-lain, Sebutkan
58. Bila jawaban nomor 53 TIDAK, bagaimana mekanisme mobilisasi bantuan relawan yang dilakukan
selama ini?
Mekanisme mobilisasi bantuan relawan yang dilakukan selama ini dilaksanakan langsung ketika
ada bencana.
59. Apakah tersedia SOP pemantauan kejadian krisis kesehatan? : Tidak
60. Bila YA : Apakah SOP tersebut memuat : (Jawaban boleh lebih dari satu) :
Lain-lain, Sebutkan
61. Bila jawaban nomor 56 TIDAK, bagaimana mekanisme pelaksanaan pemantauan kejadian krisis
kesehatan yang dilakukan selama ini?
Mekanisme pelaksanaan pemantauan kejadian krisis kesehatan yang dilakukan selama ini
dilaksanakan secara bersama-sama dengan unsur-unsur lain yang tergabung didalam Satgas
Penanggulangan Bencana.
62. Apakah tersedia SOP Pelaporan Kejadian Krisis Kesehatan? : Tidak
63. Bila YA : Apakah SOP tersebut memuat : (Jawaban boleh lebih dari satu) :
Lain-lain, Sebutkan
64. Bila jawaban nomor 59 TIDAK, bagaimana mekanisme pelaporan kejadian krisis kesehatan yang
dilakukan selama ini?
Mekanisme pelaporan kejadian krisis kesehatan yang dilakukan selama ini dengan menggunakan
alat komunikasi handphone baik melalui SMS maupun Whatsapp
65. Apakah tersedia SOP sistem rujukan (pra RS ---- RS) apabila terjadi bencana dengan korban
massal? : Tidak
66. Bila YA : Apakah SOP tersebut memuat : (Jawaban boleh lebih dari satu) :
Lain-lain, Sebutkan
67. Bila jawaban nomor 62 TIDAK, bagaimana mekanisme sistem rujukan pada kejadian krisis kesehatan
yang dilakukan selama ini?
Mekanisme sistem rujukan pada kejadian krisis kesehatan yang dilakukan selama ini adalah dengan
membawa korban ke fasyankes tingkat pertama/ Puskesmas dan merujuk ke Rumah Sakit apabila
dalam kondisi yang memerlukan rujukan ke rumah Sakit.
68. Apakah tersedia SOP Pelayanan Kesehatan untuk penanggulangan krisis kesehatan? : Tidak
69. Bila YA : Apakah SOP tersebut memuat : (Jawaban boleh lebih dari satu) :
Lain-lain, Sebutkan
70. Apakah dalam pembuatan SOP pelayanan kesehatan menggunakan Standar Pelayanan Minimal
Pelayanan Kesehatan? :
Bila Ya, Apa sumber standar minimal yang digunakan? (Jawaban boleh lebih dari satu) :
Lain-lain, Sebutkan
lainnya_SOP_pelayanan_standar_ya
71. Bila jawaban nomor 65 TIDAK, bagaimana mekanisme pelayanan kesehatan pada kejadian krisis
kesehatan yang dilakukan selama ini?
Mekanisme pelayanan kesehatan pada kejadian krisis kesehatan yang dilakukan selama ini adalah
dengan melibatkan tenaga kesehatan di Dinas Kesehatan yang sesuai dengan kompetensi/keahlian
dan tupoksi masing-masing seksi atau bidang.
72. Apakah Dinas Kesehatan mengalokasikan anggaran untuk Penanggulangan Krisis Kesehatan? :
Tidak
73. Bila YA, Untuk program/kegiatan Penanggulangan Krisis Kesehatan apa saja anggaran tersebut
digunakan? (Jawaban boleh lebih dari satu) :
Lain-lain, Sebutkan
74. Bila jawaban nomor 72 TIDAK, mengapa?
Dikarenakan untuk penanggulangan bencana di Kabupaten Lampung Barat, semua penganggaran
berada di BPBD
75. Apakah Dinas Kesehatan mengalokasikan anggaran untuk penanganan tanggap darurat bencana? :
Tidak
Bila YA, dana tersebut penggunaannya untuk apa saja? (Jawaban boleh lebih dari satu) :
Lain-lain, Sebutkan
76. Apakah Dinas Kesehatan telah mengetahui adanya Dana Siap Pakai di BNPB dan BPBD yang dapat
digunakan untuk penanganan masa tanggap darurat? : Ya
77. Apakah BPBD/BNPB sudah pernah mensosialisasikan perihal Dana Siap Pakai kepada Dinas
Kesehatan?: Tidak
78. Apakah Dinkes memiliki pengalaman dalam meminta bantuan dana siap pakai pada BPBD/BNPB? :
Tidak
Bila ya, mohon dijelaskan hambatan
79. a. Apakah telah ada Perda mengenai mekanisme sistem koordinasi antar institusi dalam
penanggulangan bencana? : Tidak
Bila ada, mohon disebutkan nomor, tahun dan judul Peraturan Daerah tersebut
79. b. Apakah Dinas Kesehatan telah mengidentifikasi institusi/lembaga non pemerintahan yang
dilibatkan dalam penanggulangan krisis kesehatan? : Ya
80. Apakah Dinas Kesehatan telah menyusun SOP/Pedoman keterlibatan LSM/institusi/lembaga non
pemerintah dalam penanggulangan krisis kesehatan? : Tidak
Bila ada, mohon disebutkan nama atau keterangan SOP / Pedomannya
81. Apakah Dinas Kesehatan pernah mengadakan MoU dengan LSM/Intansi/lembaga non pemerintah
dalam penanggulangan krisis kesehatan? : Tidak
Bila Ya, Institusi/lembaga apa dan terkait kegiatan apa?
82. Apakah Dinas Kesehatan/Puskesmas telah melakukan fasilitasi kepada masyarakat dalam rangka
pemberdayaan masyarakat terkait penanggulangan krisis kesehatan? : Tidak
Bila tidak. Mengapa?
Belum ada fasilitasi dari Dinas Kesehatan/Puskesmas kepada masyarakat dalam rangka
pemberdayaan masyarakat terkait penanggulangan krisis kesehatan.
83. Bila Ya. Dalam bentuk apakah kegiatan fasilitasi pemberdayaan masyarakat tersebut dilakukan?
(Jawaban boleh lebih dari satu ) :
Lain-lain, Sebutkan
84. Unsur/elemen masyarakat apa saja yang dilibatkan?(Jawaban boleh lebih dari satu) :
Lain-lain, Sebutkan
85. Bila Dinas Kesehatan telah melakukan peningkatan kapasitas masyarakat dalam PKK. Jenis
Peningkatan Kapasitas apa saja yang sudah pernah dilakukan? (Jawaban boleh lebih dari satu) :
86. Apakah Dinas Kesehatan memiliki petugas yang terlatih terkait Penanggulangan Krisis Kesehatan?
: Ya
Bila tidak. Mengapa?
Emergency Nursing
Tim Reaksi Cepat
Manajemen Benc
Surveilans
Lain-lain
Jumlah
No Unit Kerja
GELS
ACLS
ATLS
GIS
87. Apakah petugas yang sudah dilatih telah melakukan transfer ilmu kepada petugas yang belum
dilatih? : Tidak
Bila Ya, Melalui kegiatan apa? Bila Tidak, Mengapa?
tidak tahu
88. Apakah Dinkes memiliki perencanaan peningkatan kapasitas SDM terkait PKK yang rutin dan
berkesinambungan? : Ya
XIV. MANAJEMEN DATA DAN INFORMASI PENANGGULANGAN KRISIS KESEHATAN (PRA, SAAT DAN
PASCA)
89. Apakah tersedia data kejadian krisis kesehatan 5 tahun terakhir? : Tidak
90. Data yang tersedia disimpan dalam bentuk apa? (Jawaban bisa lebih dari satu) :
91. Apakah tersedia daftar kontak person lintas program dan lintas sektor terkait Penanggulangan
Krisis Kesehatan Akibat Bencanabaik di tingkat Kabupaten/Kota maupun Provinsi? : Tidak
Bila Ya, Lampirkan File Data Kontak Personnya
-
Lain-lain, Sebutkan
93. Apakah tersedia sarana pengumpulan, pengolahan data dan penyampaian informasi terkait
penanggulangan krisis kesehatan? : Ya
Berupa apa? (Jawaban boleh lebih dari satu) : Telepon,HP
Lain-lain, Sebutkan
94. Apakah Pemerintah Kabupaten/Kota sudah memiliki Public Safety Center (PSC) 24 Jam untuk
pelayanan kegawatdaruratan terpadu? : Tidak
Keterangan :
1. Public Safety Center :
a. Merupakan sarana publik (kesehatan, polisi, damkar, dll) yang dapat dihubungi dalam waktu
singkat
b. Wajib dibentuk semua Kab/Kota (Inpres No. 4 tahun 2013)
c. Merupakan ujung tombak pelayanan gawat darurat di Kab/Kota
2. Tugas-Tugas PSC :
a. Melaksanakan pelayanan kegawatdaruratan dengan menggunakan algoritme kegawat
daruratan dalam aplikasi SPGDt 119
b. Memberikan layanan ambulans
c. Memberikan layanan informasi tentang fasyankes terdekat
d. Memberikan informasi tentang ketersediaan tempat tidur di RS
e. Memberikan informasi lain yang terkait dengan kesehatan
95. Bila nomor 94 YA,
Siapa koordinator PSC tersebut?
Unit apa saja yang tergabung dalam PSC tersebut?
Jenis pelayanan masyarakat apa saja yang dilayani di PSC?
Di mana lokasinya?
Berapa jumlah petugas PSC?
Jenis tenaga apa saja yang bertugas di PSC?
96. Apakah Dinas Kesehatan memiliki peta kapasitas atau data kapasitas sumber daya yang dapat
digunakan untuk penanggulangan krisis kesehatan? (SDM, Sarana Prasarana) : Ya
97. Apakah Dinas Kesehatan memiliki peta kelompok rentan per kecamatan di kabupaten/kota? : Ya
98. Apakah tersedia peta jenis ancaman bencana per kecamatan di Kabupaten/Kota? : Ya
99. Apakah telah dilakukan penilaian risiko fasilitas pelayanan kesehatan di Kabupaten/Kota terhadap
berbagai ancaman bencana yang terjadi di wilayah tersebut? : Ya
100. Bila Ya. Apakah telah dilakukan mitigasi menindaklanjuti hasil penilaian risiko tersebut? : Ya
Bila Tidak, Mengapa?
103. Apakah tersedia sarana prasarana khusus untuk penanggulangan krisis kesehatan? : Tidak
Bila jawaban nomor 103 YA :
104. Apakah penyediaan sarana prasarana penanggulangan krisis kesehatan telah menyesuaikan
dengan jenis ancaman bencana di wilayah kabupaten/kota? :
105. Apakah dilakukan pemeliharaan sarana prasarana tersebut secara berkala/rutin? :
106. Apakah sarana prasarana tersebut sudah tersedia cukup sesuai dengan kebutuhan? :
Bila Belum, Mengapa?
KONTRIBUTOR
NO NAMA INSTANSI
NO NAMA INSTANSI
PENYUSUN
Chasan Ascholani, MA