KRISIS KESEHATAN
KABUPATEN / KOTA RAWAN BENCANA
2017
Daftar Isi
DAFTAR ISI 03
KATA PENGANTAR 05
BAB I: PENDAHULUAN 07
1.1. Latar Belakang 07
1.2. Tujuan 08
1.3. Dasar Hukum 08
1.4. Metodologi 09
A. Penyusunan Kuesioner 09
B. Pengambilan Data 10
C. Input Data 11
D. Pengolahan Data 11
E. Penyusunan Naskah Profil Penanggulangan Krisis Kesehatan 11
1.5. Definisi Operasional 12
LAMPIRAN
1. KUISIONER ASISTENSI 36
2. KONTRIBUTOR 47
Program pengurangan risiko bencana haruslah berdasarkan kepada suatu kajian risiko
bencana, di mana risiko berbanding lurus dengan ancaman/bahaya dan kerentanan serta
berbanding terbalik dengan kapasitas. Kajian risiko tersebut digunakan sebagai acuan dalam
menilai, merencanakan, mengimplementasikan, memonitoring dan mengevaluasi upaya
pengurangan risiko bencana pada suatu wilayah. Oleh karena itu Pusat Krisis Kesehatan
menyusun buku profil ini untuk dapat dicermati oleh pemerintah daerah sebagai bahan
referensi dalam menyusun program “Pengurangan Risiko Bencana” di wilayahnya masing-
masing.
Buku ini sangat terbuka untuk menerima kritik, saran serta masukan dari semua pihak guna
penyempurnaan penyajian informasi buku sejenis di masa mendatang.
Kepada semua pihak yang telah berkontribusi tenaga dan pikiran dalam penyusunan buku
ini tidak lupa kami ucapkan terima kasih. Semoga buku ini bermanfaat dalam mewujudkan
keberhasilan upaya pengurangan risiko bencana di negara kita.
Jakarta, Agustus 2017
Kepala Pusat Krisis Kesehatan
Bab I
Pendahuluan
1.1. Latar Belakang Pusat Krisis Kesehatan, Kementerian
Kesehatan, pada tahun 2013 telah terjadi
Indonesia merupakan negara yang
493 kali kejadian krisis kesehatan/bencana,
wilayahnya rawan terhadap terjadinya
tahun 2014 sebanyak 615 kali, tahun 2015
bencana. Berdasarkan Indeks Risiko
sebanyak 930 kali, dan tahun 2016 sebanyak
Bencana Indonesia tahun 2013 yang di
1337 kali. Jumlah korban yang ditimbulkan
keluarkan BNPB, dari 496 kabupaten/kota,
pun tidak sedikit. Tercatat korban meninggal
65%nya adalah lokasi berisiko tinggi. Secara
sejak tahun 2013 hingga 2016 sebanyak 4052
geografis Indonesia merupakan negara
jiwa atau sekitar 1013 per tahun.1
kepulauan yang terletak pada pertemuan
empat lempeng tektonik yaitu lempeng
Bencana umumnya memiliki dampak yang
Benua Asia, Benua Australia, lempeng
merugikan. Rusaknya sarana prasarana
Samudera Hindia dan Samudera Pasifik.
fisik, permukiman dan fasilitas umum. Dam
Pada bagian selatan dan timur Indonesia
pak lain adalah permasalahan kesehatan
terdapat sabuk vulkanik (volcanic arc) yang
seperti korban meninggal, korban cedera
memanjang dari Pulau Sumatera, Jawa
berat yang memerlukan perawatan inten
- Nusa Tenggara, Sulawesi, yang sisinya
sif, peningkatan risiko penyakit menular,
berupa pegunungan vulkanik tua dan dataran
tidak me madainya jumlah dan jenis obat
rendah yang sebagian didominasi oleh rawa-
serta alat kesehatan, terbatasnya tenaga
rawa. Kondisi tersebut sangat berpotensi
kesehatan, kerusakan fasilitas kesehatan,
sekaligus rawan bencana seperti letusan
rusaknya sistem penyediaan air, stress
gunung berapi, gempa bumi, tsunami,
pascatrauma, masalah gizi dan psikososial.
banjir dan tanah longsor. Selain faktor alam,
Kejadian bencana seringkali diikuti dengan
secara geopolitik, Indonesia memiliki peran
adanya arus pengungsian penduduk ke
ekonomi internasional yang cukup penting,
lokasi yang aman, yang akan menimbulkan
karena memiliki pelabuhan internasional
permasalahan kesehatan yang baru di
yang menjadi lalu lintas antar negara.
lokasi tujuan pengungsian tersebut. Hal ini
Ditambah jumlah penduduk yang banyak
tentu akan berdampak pada pembangunan
(nomor 4 dunia) dan terdiri dari multi-etnis
kesehatan baik tingkat nasional maupun
serta multi-agama, menyebabkan Indonesia
daerah. Dibutuhkan biaya yang tidak
berisiko untuk terjadinya konflik sosial.
sedikit untuk memulihkan keadaan. Belum
lagi waktu yang hilang untuk mengejar
Dalam beberapa tahun terakhir ini
ketertinggalan.
Indonesia sering dilanda bencana, baik
bencana alam (banjir, gunung meletus,
Rencana Strategis Kementerian Keseha
tanah longsor, gempa bumi, banjir, banjir
tan tahun 2015-2019 menetapkan 170
bandang), non-alam (kegagalan teknologi),
kabupaten/kota rawan bencana untuk
maupun bencana sosial (konflik, terorisme).
menjadi sasaran peningkatan kapasitas
Berdasarkan data yang dikumpulkan
dalam rangka pengurangan risiko krisis
kesehatan. Salah satu langkah awal dalam Kesehatan Provinsi terkait upaya
upaya peningkatan kapasitas tersebut adalah penanggulangan krisis kesehatan; dan
dengan melakukan asistensi ke kabupaten d. Memberi masukan untuk kebijakan
kota untuk selanjutnya memetakan risiko nasional terkait penanggulangan krisis
krisis kesehatan di wilayah tersebut. kesehatan.
Pemilihan provinsi (kabupaten/kota)
berdasarkan 136 kabupaten/kota rawan 1.3. Dasar Hukum
bencana pusat pertumbuhan ekonomi
yang ditargetkan dalam RPJMN 2015-2019. a. Undang-undang No. 24 Tahun 2007
Selain itu juga ditambahkan kabupaten/kota tentang Penanggulangan Bencana;
bermasalah kesehatan yang memiliki indeks b. Undang-undang No. 36 Tahun 2009
risiko bencana dengan kelas risiko tinggi. tentang Kesehatan;
c. Undang–undang Nomor 44 Tahun 2009
Pusat Krisis Kesehatan pada tahun 2017 Tentang Rumah Sakit;
telah melakukan asistensi di 34 Kabupaten/ d. Peraturan Pemerintah No 21 Tahun
Kota rawan bencana dari 170 Kabupaten/ 2008 tentang Penyelenggaraan
Kota yang telah ditetapkan. Kabupaten/kota Penanggulangan Bencana;
tersebut berada di 14 provinsi yaitu Provinsi e. Peraturan Pemerintah No. 22 Tahun
Jambi, Lampung, Sumatera Selatan, 2008 Tentang Pendanaan dan pengelo-
Sumatera Barat, Bengkulu, Gorontalo, laan Bantuan Bencana;
Sulawesi Barat, Sulawesi Tengah, Nusa f. Instruksi Presiden No. 4 Tahun
Tenggara Timur, Jawa Timur, Papua, 2013 tentang Program Dekade Aksi
Kalimantan Selatan, Kalimantan Barat, dan Keselamatan Jalan;
Kalimantan Tengah. Hasil asistensi tersebut g. Peraturan Menteri Koordinator
dikaji untuk selanjutnya disusun menjadi Kesejahteraan rakyat Nomor 54/2013
profil krisis kesehatan kabupaten/kota yang tentang Rencana Pengembangan Tenaga
mengambarkan bahaya, kerentanan dan Kesehatan tahun 2011-2025;
kapasitas terkait dengan penanggulangan h. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor
krisis kesehatan akibat bencana di daerah. 81 tahun 2004 tentang Pedoman
Penyusunan Perencanaan Sumber Daya
Manusia Kesehatan di Tingkat Propinsi,
1.2. Tujuan
Kabupaten/Kota Serta Rumah Sakit;
Tujuan penyusunan profil penanggulangan i. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor
krisis kesehatan yaitu : 66 Tahun 2006 Tentang Pedoman
a. Memetakan ancaman (hazard), Manajemen Sumber Daya Manusia
kerentananan dan kapasitas terkait Kesehatan pada Penanggulangan
penanggulangan krisis kesehatan di 14 Bencana;
provinsi rawan bencana target tahun j. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor
2017; 971 tahun 2009 tentang Standar Kompe-
b. Mengidentifikasi permasalahan terkait tensi Pejabat Struktural Kesehatan;
penanggulangan krisis kesehatan di 14 k. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 64
provinsi rawan bencana target tahun Tahun 2013 Tentang Penanggulangan
2017; Krisis Kesehatan;
c. Memberikan usulan/rekomendasi l. Peraturan Menteri Kesehatan No. 77
kebijakan yang perlu diambil oleh Dinas tahun 2014 tentang Sistem Informasi
Kesehatan Provinsi dan Kementerian Penanggulangan Krisis Kesehatan;
Kesehatan dalam rangka menyelesaikan m. Peraturan Kepala BNPB No. 2 tahun
permasalahan yang ditemui di Dinas 2012 tentang Pedoman Umum Pengka-
jian Risiko Bencana;
n. Peraturan Kepala BNPB No. 3 tahun b. Tolok ukur untuk menilai Kerentanan
2012 tentang Panduan Penilaian Kapasi- (Vulnerability) berupa faktor-faktor
tas Daerah dalam Penanggulangan Ben- sosial budaya, ekonomi, fisik dan
cana; lingkungan; dan
o. Kepmenkes No. HK.02.02/MENKES/ c. Tolok ukur untuk menilai Kapasitas
52/2015 tentang Rencana Stra tegis meliputi kelembagaan/kebijakan,
Kementerian Kesehatan tahun 2015- penguatan kapasitas, peringatan
2019; dan dini, mitigasi dan kesiapsiagaan.
p. Keputusan Kepala Pusat Krisis 2. Menentukan Standard → dilakukan
Kesehatan Kementerian Kesehatan untuk menentukan tingkat kualitas/
Republik Indonesia No. HK. kuantitas yang disepakati/ditetapkan
02.03/4/77/2017 tentang Perubahan menjadi patokan untuk tolok ukur yang
atas Keputusan Kepala Pusat Krisis ditetapkan, yaitu:
Kesehatan (Kementerian Kesehatan) a. Standar penilaian untuk potensi
Nomor HK.02.04/4/1515/2016 tentang ancaman bencana (Hazard) adalah
Penetapan 34 Kabupaten/Kota rawan potensi yang rendah di suatu wilayah
bencana tahun 20l7 - 20I9. untuk terjadi kejadian bencana/
krisis kesehatan;
1.4. Metodologi b. Standar untuk menilai kerentanan
yaitu Kondisi sosial, budaya dan
Metodologi penyusunan Profil Penang ekonomi masyarakat baik sehingga
gulangan Krisis Kesehatan Tahun 2017 mampu bertahan dari sisi kesehatan
terdiri dari beberapa tahap, antara lain: dalam menghadapi bahaya/
A. Penyusunan Kuesioner ancaman; dan
c. Standar untuk menilai kapasitas
Kuesioner berisi pertanyaaan-pertanyaan adalah daerah dan masyarakat
yang menggambarkan faktor risiko dalam memiliki kemampuan untuk
penanggulangan krisis kesehatan yang melakukan pengurangan tingkat
mencakup potensi ancaman bencana ancaman dan tingkat kerugian
(Hazard), Kerentanan (Vulnerability) dan bidang kesehatan akibat bencana.
Kapasitas (Capacity). Referensi penyusunan 3. Menentukan Indikator → untuk
kuesioner yaitu peraturan perundangan/ mengetahui apakah standar dari
regulasi yang berlaku, SPHERE Handbook Hazard, Kerentanan dan Kapasitas
(2011), Global Health Cluster Suggested sudah tercapai/sudah terpenuhi atau
Set Of Core Indicators And Benchmarks belum, dengan rincian sebagai berikut:
By Category (IASC) serta Benchmarks, a) Indikator untuk Potensi Ancaman
Standards and Indicators for Emergency Bencana (Hazard), antara lain :
Preparedness and Response (WHO). 1) Jenis ancaman bencana di
wilayah tersebut; dan
Tahap Penyusunan Kuesioner terdiri dari : 2) Jumlah Kejadian Krisis
1. Menentukan Tolok Ukur → dilakukan Kesehatan di wilayah tersebut
untuk mengetahui komponen-kompo- dalam kurun waktu 5 tahun
nen yang digunakan untuk menilai Ha terakhir (2012 -2017)
zard, Kerentanan dan Kapasitas, yaitu : b) Indikator untuk Kerentanan
a. Tolok ukur untuk menilai potensi (Vulnerability), antara lain :
ancaman bencana (Hazard) berupa 1) Kepadatan penduduk;
probabilitas dan dampak; 2) Jumlah Populasi Rentan,
terdiri dari bayi, balita, ibu
neonatal (PPGDON) dan tidak disiapkan Tim Gerak Cepat atau menyusul
untuk melakukan PONED. Penilaian dalam waktu kurang dari 24 jam. Tim
ketersediaan Puskesmas PONED ini minimal terdiri atas:
menggunakan standar minimal yaitu 1) Dokter umum : 1 org
Jumlah Puskesmas PONED/250.000 2) Ahli epidemiologi : 1 org
penduduk. 3) Sanitarian : 1 org
28. Kapasitas Tempat Tidur 31. Emergency Medical Team (EMT)
Kapasitas Tempat Tidur adalah jumlah adalah sekelompok profesional di
tempat tidur untuk pasien di ruang rawat bidang kesehatan yang melakukan
inap Rumah Sakit. Penilaian kapasitas pelayanan medis secara langsung
Tempat Tidur menggunakan standar kepada masyarakat yang terkena
Jumlah tempat tidur/10.000 penduduk. dampak bencana ataupun akibat wabah
29. Hospital Disaster Plan dan kegawatdaruratan sebagai tenaga
Perencanaan Penanggulangan Bencana kesehatan bantuan dalam mendukung
di Rumah Sakit (Hospital Disaster Plan) sistem pelayanan kesehatan setempat.
adalah perencanaan Rumah Sakit dalam Tim tersebut bisa berisi tenaga
menghadapi situasi darurat atau rencana kesehatan dari kalangan pemerintah
kontingensi, yang dimaksudkan agar (sipil dan militer) , masyarakat baik
RS tetap bisa berfungsi-hari terhadap lokal, nasional maupun internasional.
pasien yang sudah ada sebelumnya. 32. Dokter Spesialis
30. Tim Penanggulangan Krisis Kesehatan Dokter Spesialis adalah dokter yang
Tim penanggulangan krisis kesehatan mengkhususkan diri dalam suatu
adalah sumber daya manusia kesehatan bidang ilmu kedokteran tertentu.
dan non kesehatan yang dimobilisasi Penilaian ketersediaan dokter spesialis
apabila terjadi kejadian bencana. Tim berdasarkan standar Jumlah total
Penanggulangan Krisis Kesehatan dokter spesialis/100.000 penduduk.
terdiri dari : Dinyatakan kurang apabila jumlah
A. Tim Gerak Cepat, yaitu tim yang dokter spesialis < 10 /100.000 penduduk
diharapkan dapat segera bergerak dan sesuai standar apabila ≥ 10 / 100.000
dalam waktu 0-24 jam setelah ada penduduk.
informasi kejadian bencana. Tim 33. Dokter Umum
Gerak Cepat ini terdiri atas: Dokter Umum adalah tenaga medis
1). Pelayanan Medis yang diperkenankan untuk melakukan
a. Dokter umum/BSB : 1 org praktik medis tanpa harus spesifik
b. Dokter Spesialis Bedah : 1 org memiliki spesialisasi tertentu, hal ini
c. Dokter Spesialis Anestesi : 1 memungkinkannya untuk memeriksa
org masalah-masalah kesehatan pasien
d. Perawat mahir (perawat secara umum untuk segala usia.
bedah, gawat darurat) : 2 org Penilaian ketersediaan dokter umum
e. Tenaga DVI : 1 org berdasarkan standar Jumlah total
f. Apoteker/Asisten Apoteker : 1 dokter umum/100.000 penduduk.
org Dinyatakan kurang apabila jumlah
g. Supir ambulans : 1 org dokter spesialis < 40 /100.000 penduduk
2). Surveilans : 1 org Ahli dan sesuai standar apabila ≥ 40 /100.000
epidemiologi/Sanitarian penduduk.
3). Petugas Komunikasi : 1 org 34. Perawat
B. Tim RHA, yaitu tim yang bisa Perawat adalah seseorang yang telah
diberangkatkan bersamaan dengan lulus pendidikan tinggi Keperawatan,
baik di dalam maupun di luar negeri yang mengucapkan sumpah jabatan apoteker
diakui oleh Pemerintah sesuai dengan (berdasarkan Peraturan Pemerintah
ketentuan Peraturan Perundang- No. 51 Tahun 2009 tentang Pekerjaan
undangan. Penilaian ketersediaan Kefarmasian).
perawat berdasarkan standar Jumlah 40. Asisten Apoteker
total perawat/100.000 penduduk. Asisten Apoteker adalah Profesi
Dinyatakan kurang apabila jumlah Pelayanan kesehatan di bidang Farmasi
perawat < 158 /100.000 penduduk dan bertugas sebagai pembantu tugas
sesuai standar apabila ≥ 158 / 100.000 Apoteker dalam pekerjaan kefarmasian
penduduk. menurut Peraturan Menteri Kesehatan
35. Bidan No.889/MENKES/PER/V/2011. Di
Bidan adalah seorang wanita yang sebut juga sebagai Tenaga Teknis
telah mengikuti dan menyelesaikan Kefarmasian.
pendidikan kebidanan yang telah diakui 41. Dokter Spesialis Bedah
pemerintah dan lulus ujian sesuai dengan Dokter spesialis bedah atau biasa dise
persyaratan yang berlaku dan diberi but spesialis bedah umum adalah dokter
izin secara sah untuk melaksanakan yang memiliki pendekatan pembe
praktek. Penilaian ketersediaan bidan dahan atau operasi dalam menangani
berdasarkan standar Jumlah total masalah kesehatan, menyembuhkan
bidan/100.000 penduduk. Dinyatakan atau mencegah penyakit.
kurang apabila jumlah bidan <100 42. Dokter Spesialis Anestesi
/100.000 penduduk dan sesuai standar Ahli anestesi adalah seorang dokter
apabila ≥ 100 / 100.000 penduduk. spesialis yang mengkhususkan
36. Ahli Epidemiologi diri dalam praktek anestesiologi,
Epidemiolog Kesehatan adalah suatu cabang kedokteran yang melibatkan
profesi yang merupakan lulusan dari penggunaan obat atau agen lain yang
perguruan tinggi yang mempunyai menyebabkan ketidakpekaan terhadap
keahlian khusus epidemiologi yang rasa sakit.
langsung dapat diterapkan dalam 43. Rencana Kontinjensi
pelayanan kesehatan komprehensif Rencana Kontinjensi adalah suatu
yaitu pelayanan kuratif, preventif, proses identifikasi dan penyusunan
promotif dan rehabilitatif. rencana yang didasarkan pada keadaan
37. Sanitarian kontinjensi atau yang belum tentu
Sanitarian adalah tenaga profesional tersebut. Suatu rencana kontinjensi
yang bekerja dalam bidang sanitasi mungkin tidak selalu pernah diaktifkan,
dan kesehatan lingkungan dengan latar jika keadaan yang diperkirakan tidak
belakang pendidikan yang beragam dan terjadi.
yang telah mengikuti pendidikan atau 44. Medical First Responder
pelatihan khusus di bidang sanitasi dan Medical First Responder adalah
kesehatan lingkungan. penolong yang pertama kali tiba di lokasi
38. Tenaga Disaster Victim Identification kejadian, yang memiliki kemampuan
(DVI) medis dalam penanganan kasus gawat
Tenaga yang bertugas melakukan darurat, yang terlatih untuk tingkat
identifikasi/pengenalan jati diri korban paling dasar.
yang meninggal akibat kejadian 45. ATLS
bencana. ATLS (Advanced Trauma Life Support)
39. Apoteker adalah salah satu nama pelatihan atau
Apoteker adalah sarjana farmasi yang kursus tentang penanganan terhadap
telah lulus sebagai apoteker dan telah pasien korban kecelakaan. Pelatihan ini
2.1. Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur Sebelah timur berbatasan dengan
Selat Bali
Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur
Sebelah barat berbatasan dengan
terletak di Jalan Ahmad Yani No. 118
Provinsi Jawa Tengah.
Surabaya, E-Mail : ppkregjatim@yahoo.com
Luas Provinsi Jawa Timur secara
keseluruhan adalah 47,799,75 km2 yang
2.2. Karakteristik Wilayah Provinsi Jawa Timur terbagi kedalam 29 kabupaten, 9 kota,
Provinsi Jawa Timur terletak antara 111º 664 kecamatan dan 5674 desa dan 2827
- 114,4º BT dan 7,12º’ – 8,48º1 LS. Dengan kelurahan. Pembagian luas dan ketinggian
masing-masing berbatasan dengan : wilayah masing-masing kabupaten/kota
Sebelah utara berbatasan dengan adalah sebagai berikut :
Laut Jawa
Sebelah selatan berbatasan dengan
Samudra Hindia
Tabel 1. Pembagian Luas dan Ketinggian Wilayah per-Kabupaten/Kota Provinsi Jawa Timur
Ketinggian
No Kabupaten/kota Luas (km2) Persentase
(MDPL)
Kabupaten
1 Pacitan 1 389,92 2.91 7
2 Ponorogo 1 305,70 2.73 49
3 Trenggalek 1 147,22 2.40 110
4 Tulungagung 1 055,65 2.21 85
5 Blitar 1 336,48 2.80 167
6 Kediri 1 386,05 2.90 60
7 Malang 3 530,65 7.39 556
8 Lumajang 1 790,90 3.75 54
9 Jember 3 092,34 6.47 83
10 Banyuwangi 5 782,40 12.10 25
11 Bondowoso 1 525,97 3.19 255
12 Situbondo 1 669,87 3.49 5
13 Probolinggo 1 696,21 3.55 10
14 Pasuruan 1 474,02 3.08 5
15 Sidoarjo 634.38 1.33 3
16 Mojokerto 717.83 1.50 30
17 Jombang 1 115,09 2.33 44
18 Nganjuk 1 224,25 2.56 56
19 Madiun 1 037,58 2.17 60
20 Magetan 688.84 1.44 394
21 Ngawi 1 295,98 2.71 47
22 Bojonegoro 2 198,79 4.60 19
23 Tuban 1 834,15 3.84 4
Ketinggian
No Kabupaten/kota Luas (km2) Persentase
(MDPL)
24 Lamongan 1 782,05 3.73 6
25 Gresik 1 191,25 2.49 3
26 Bangkalan 1 001,44 2.10 47
27 Sampang 1 233,08 2.58 15
28 Pamekasan 792.24 1.66 8
29 Sumenep 1 998,54 4.18 13
Kota
1 Kediri 63.40 0.13 60
2 Blitar 32.57 0.07 167
3 Malang 145.28 0.30 445
4 Probolinggo 56.67 0.12 10
5 Pasuruan 35.29 0.07 5
6 Mojokerto 16.47 0.03 30
7 Madiun 33.92 0.07 60
8 Surabaya 350.54 0.73 2
9 Batu 136.74 0.29 831
Jawa Timur 47 799,75 100.00
Sumber : BPS Jawa Timur
Berdasarkan data BPS 2015, Temperatur 2.3. Ancaman Bencana di Provinsi Jawa Timur
Provinsi Jawa Timur pada tahun 2015
Jenis Ancaman Bencana yang ada di Provinsi
tertinggi di bulan November (35,6°C) dan
Jawa Timur adalah gempa bumi, banjir,
terendah di bulan Juli (31,8°C), dengan
banjir bandang, erupsi gunung api, tanah
kelembaban 37 sampai 99 persen.
longsor, konflik sosial, angin puting beliung,
kebakaran, dan kecelakaan transportasi dan
Untuk Akses komunikasi dan transportasi
KLB Keracunan. Sedangkan, menurut data
di Provinsi Jawa Timur umumnya lancar.
pantauan bencana Pusat Krisis Kesehatan
Jenis alat transportasi yang dapat digunakan
Kementerian Kesehatan, jumlah kejadian
untuk mencapai tiap kabupaten/kota yaitu
bencana 5 tahun terakhir (2012 - 2017)
pesawat, mobil dan sepeda motor. Dengan
tercatat sebanyak 881 kejadian bencana
rentang waktu tempuh dari ibu kota provinsi
dimana 97 kejadian berdampak krisis dan 784
ke ibukota kabupaten/kota adalah 1 - 7 jam.
lainnya tidak berdampak krisis. Gambaran
jenis dan proporsi kejadian bencana di Jawa
Timur 5 tahun terakhir (2012 – 2017) dalam
dilihat pada grafik dibawah ini :
Gambar 1. Jumlah Kejadian bencana Menurut Jenis Bencana Tahun 2012-2017 Provinsi Jawa
Timur
Tabel 2. Rincian Jumlah Kejadian dan Dampak Bencana tahun 2012-2017 Provinsi Jawa Timur
Luka Ringan
Tahun Jumlah Meninggal Luka berat/
Hilang /Rawat Mengungsi
Kejadian Kejadian Dunia Rawat Inap
Jalan
2.4. Kerentanan di Provinsi Jawa Timur di lihat dari nilai IPM, Provinsi Jawa Timur
termasuk kategori menengah atas dengan
Dilihat dari kondisi demografi wilayah,
nilai 68,95 (BPS 2015) Sedangkan nilai
menurut data BPS berdasarkan angka
IPKM-nya termasuk rata-rata yaitu 0,6956
proyeksi tahun 2015 Jawa Timur memiliki
(Balitbangkes 2013).
jumlah penduduk sebesar 38.847.561 jiwa,
yang jika dibandingkan dengan luas wilayah
Sebaran penduduk dan kepadatannya
maka didapatkan kepadatan penduduk
menurut kabupaten/kota di Provinsi Jawa
Provinsi ini adalah 813 jiwa/km2 atau
Timur adalah sebagai berikut :
termasuk kategori sangat padat. Sedangkan
Tabel 3. Jumlah dan Kepadatan Penduduk Berdasarkan Kabupaten/Kota Provinsi Jawa TImur
Tabel 4. Jumlah Masyarakat Miskin dan Garis Kemiskinan Tahun 2015 Berdasarkan Kabupaten/Kota
Provinsi Jawa Timur
Kurang dari
Sesuai Standar/
Standar/Tidak
Sudah Tersedia/
Indikator Tersedia/Belum Keterangan
No Sudah Ada/Sudah
Ada/Belum
Melakukan
Melakukan
1 Kebijakan/Peraturan
a. Kebijakan/Peraturan
- Tersedia/SOP Mekanisme
Koordinasi Terkait PKK
Kurang dari
Sesuai Standar/
Standar/Tidak
Sudah Tersedia/
Indikator Tersedia/Belum Keterangan
No Sudah Ada/Sudah
Ada/Belum
Melakukan
Melakukan
- Perda/Pergub mengenai
mekanisme sistem koordinasi
antarinstitusi dalam
penanggulangan bencana
2 Penguatan Kapasitas
- BOR RS Provinsi
Kurang dari
Sesuai Standar/
Standar/Tidak
Sudah Tersedia/
Indikator Tersedia/Belum Keterangan
No Sudah Ada/Sudah
Ada/Belum
Melakukan
Melakukan
- Komposisi TRC
- Memetakan/mengidentifikasi
Petugas kesehatan di
wilayahnya yang siap untuk
dimobilisasi pada kondisi
bencana
- Perencanaan peningkatan
kapasitas SDM terkait PKK yang
rutin dan berkesinambungan
3 Peringatan Dini
Kurang dari
Sesuai Standar/
Standar/Tidak
Sudah Tersedia/
Indikator Tersedia/Belum Keterangan
No Sudah Ada/Sudah
Ada/Belum
Melakukan
Melakukan
- Sarana pengumpulan,
pengolahan data dan
penyampaian informasi
terkait penanggulangan krisis
kesehatan
- Sosialisasi/peningkatan
kapasitas pada kabupaten/kota
tentang sistem Peringatan Dini
4 Mitigasi
Kurang dari
Sesuai Standar/
Standar/Tidak
Sudah Tersedia/
Indikator Tersedia/Belum Keterangan
No Sudah Ada/Sudah
Ada/Belum
Melakukan
Melakukan
- Pembinaan teknis/
pendampingan kabupaten/kota
dalam melakukan penilaian
risiko fasilitas pelayanan
kesehatan yang aman terhadap
berbagai ancaman bencana
yang terjadi di wilayah tersebut
- Dinas Kesehatan
mengalokasikan anggaran
kegiatan pengurangan risiko
krisis kesehatan
5 Kesiapsiagaan
- memfasilitasi/mendukung/
mengadvokasi Dinkes
kabupaten/kota untuk
melakukan penyusunan
Rencana Kontinjensi Bidang
Kesehatan
- Memfasilitasi/mendukung
Dinkes kabupaten/kota Masih draft/
untuk menjadikan Rencana karena renkon
Kontinjensi Bidang Kesehatan difasilitasi oleh
yang disusun menjadi bagian BPBD
dari Renkon Kab/Kota.
Kurang dari
Sesuai Standar/
Standar/Tidak
Sudah Tersedia/
Indikator Tersedia/Belum Keterangan
No Sudah Ada/Sudah
Ada/Belum
Melakukan
Melakukan
- Dinas Kesehatan
mengalokasikan anggaran
untuk penanganan tanggap
darurat bencana
Ada beberapa
- Sarana prasarana telah yang sudah
mencukupi tidaklayak
pakai
JUMLAH TOTAL
Bab III
Kesimpulan dan Rekomendasi
3.1. Kesimpulan dan jumlah masyarakat miskin sebesar 12%
yang dapat berkontribusi meningkatkan
Dari sisi ancaman bencana, berdasarkan
risiko terjadinya krisis kesehatan di wilayah
data Pusat Krisis Kesehatan Kementerian
provinsi Jawa Timur.
Kesehatan, merupakan jenis bencana
yang dapat menyebabkan krisis kesehatan
Untuk mengurangi risiko krisis kesehatan
di Provinsi Jawa Timur sangat beragam
yang mungkin dihadapi oleh Provinsi Jawa
seperti gempa bumi, banjir, banjir bandang,
Timur, kapasitas penanggulangan krisis
erupsi gunung api, tanah longsor, konflik
kesehatan sangat perlu mendapatkan
sosial, angin puting beliung, kebakaran,
perhatian khusus untuk dapat segera
dan kecelakaan transportasi dan KLB
ditingkatkan. Hasil pengukuran kapasitas
Keracunan, sedangkan berdasarkan
penanggulangan krisis kesehatan di provinsi
sejarah kejadian bencana 5 tahun terakhir,
ini capaiannya sebanyak 63% atau baru
jenis bencana yang menyebabkan dampak
32 dari 51 indikator kapasitas yang sudah
terhadap masyarakat adalah banjir, longsor,
terpenuhi.
KLB Keracunan, erupsi gunung api dan
kecelakaan transportasi.
Berikut adalah rincian jumlah indikator yang
Sedangkan dari sisi kerentanan, variabel
sudah dan belum terpenuhi untuk masing-
pembentuk tingginya kerentanan terhadap
masing komponennya:
risiko bencana di Provinsi Jawa Timur adalah
disebabkan oleh besarnya jumlah penduduk
dan juga kepadatan penduduk yang sangat
tinggi. Kerentanan ini diperburuk dengan
angka kelompok rentan yaitu sebesar 15%
1 Kebijakan/Peraturan 9 4 5
2 Penguatan Kapasitas 14 10 4
3 Peringatan Dini 7 5 2
4 Mitigasi 7 5 2
5 Kesiapsiagaan 14 8 6
Jumlah 51 32 19
3.2. Rekomendasi 2.
Untuk meningkatkan kapasitas
Provinsi Jawa Timur dalam
a. Untuk Provinsi Jawa Timur
pelaksanaan penanggulangan krisis
1. Berdasarkan keseringan dan dampak
kesehatan, berikut adalah usulan
yang ditimbulkannya, maka prioritas
kegiatan berdasarkan capaian
ancaman bencana yang perlu
indikator kapasitas yang sudah ada
dibangun kesiapsiagaannya ialah
saat ini:
Banjir, Longsor, Erupsi Gunung api,
kecelakaan transportasi, dan KLB
Keracunan.
NO KATEGORI KEGIATAN
1 Kebijakan: 1. Penyusunan Peraturan/SK Kadinkes terkait penanggulangan
bencana/krisis kesehatan
2. Penyusunan peraturan mengenai mekanisme koordinasi antar
institusi dalam penanggulangan bencana
3. Penyusunan SOP kerjasama dengan lembaga/instansi lain yang
bekerja dalam penanggulangan krisis kesehatan
4. Membuat MoU dengan lembaga/instansi lain, termasuk
lembaga swasta, yang bekerja dalam penanggulangan krisis
kesehatan
2 Penguatan Kapasitas: 1. Pembentukan Emergency Medical Team Di RS Provinsi
2. Pembentukan Tim Penanggulangan Krisis Kesehatan Provinsi
3. Penyusunan Hospital Disaster Plan
4. Penyusunan SOP mekanisme mobilisasi tim PKK
3 Peringatan Dini: 1. Membuat sistem pemantauan 24 jam khususnya untuk prioritas
ancaman bencana yang terhubung dengan kabupaten/kota
2. Memetakan kabupaten/kota yang sudah memiliki sistem
peringatan dini
4 Mitigasi: 1. Penyusunan peta sumberdaya dan kapasitasnya yang dapat
digunakan dalam penanggulangan krisis kesehatan
2. Penyusunan peta kelompok rentan per kabupaten/kota
5 Kesiapsiagaan: 1. pengesahan rencana kontinjensi kesehatan di tingkat provinsi
2. Penyusunan SOP pengelolaan bantuan relawan
3. Penyusunan SOP pemantauan kejadian krisis kesehatan
4. Penyusunan SOP sistem rujukan
5. Penyusunan SOP pelayanan kesehatan untuk penanggulangan
krisis kesehatan
6. Penguatan sarana dan prasarana untuk penanggulangan krisis
kesehatan
Tabel 8. Rekomendasi Peningkatan Kapasitas Menurut Tahun Kegiatan Provinsi Jawa Timur
I. UMUM
1. Dinas Kesehatan :
2. Alamat (lengkap) :
3. Telepon :
4. Fax :
5. Website :
6. Email :
7. Responden : 1. Nama :
Jabatan :
No Hp :
2. Nama :
Jabatan :
No Hp :
2. Jumlah Populasi Kelompok Rentan (balita, bumil, buteki, lansia dan penyandang disabilitas) ...
B. AKSES KOMUNIKASI
C. AKSES TRANSPORTASI
□ Kecelakaan Transportasi
□ KLB Keracunan
□ KLB Penyakit
□ Aksi Teror dan sabotase
□ Lainnya, sebutkan : ………………
JUMLAH
12. Nama RS, jumlah Tempat Tidur dan BOR di tiap Rumah Sakit milik provinsi ?
Bencana ?
Bencana?
Nama RS
Team?
BOR
No
19. Data ketenagaan pada unit yang mengkoordinir upaya penanggulangan krisis kesehatan di
Dinas Kesehatan.
21. Apakah Provinsi telah memiliki tim penanggulangan krisis kesehatan yang siap melakukan
dukungan ke kabupaten/kota saat terjadi krisis kesehatan? Bila tidak, mengapa?
22. Bila memiliki, Tim apa sajakah yang tersedia :(Jawaban boleh lebih dari satu)
□ Tim RHA
□ Tim Gerak Cepat (TGC)
23. Apakah pembentukan tim tersebut telah ditetapkan dengan SK Kadinkes/Direktur RS/
Gubernur? Bila ya, mohon dilampirkan.
24. Apakah tersedia SOP mekanisme mobilisasi Tim Gerak Cepat, Tim RHA dan Tim Bantuan
Kesehatan ? Bila TIDAK, mengapa?
25. Bila YA : Apakah SOP tersebut memuat : (Jawaban boleh lebih dari satu)
□ Jenis tenaga tiap tim
□ Waktu mobilisasi setelah kejadian bencana (a. 1 - 24 jam,b. 1 - 72 jam, c. lain-lain
sebutkan……).
□ Mekanisme mobilisasi
□ Lainnya, sebutkan ……………………………………..
26. Jenis dan Jumlah Tenaga Tim Rapid Health Assesment (RHA)
30. a. Apakah Pemerintah Daerah Provinsi pernah membuat Perda/SK Gubernur terkait
penanggulangan bencana/krisis kesehatan?
b. Bila ada, mohon disebutkan nomor, tahun dan judul Peraturan Daerah tersebut
31. a. Apakah Dinas Kesehatan Provinsi pernah membuat kebijakan/peraturan terkait
penanggulangan krisis kesehatan?
b. Bila ada, mohon disebutkan nomor, tahun dan judul Peraturan Dinkes tersebut
33. Apakah tersedia SOP mekanisme koordinasi terkait penanggulangan krisis kesehatan ?
34. Bila ya. Apakah SOP tersebut memuat :(Jawaban boleh lebih dari satu)
□ mekanisme koordinasi pra krisis kesehatan
□ mekanisme koordinasi saat krisis
□ mekanisme koordinasi pasca krisis kesehatan
35. Bila belum ada SOP, bagaimana pelaksanaan koordinasi dalam penanggulangan krisis
kesehatan yang pernah dilakukan selama ini?
36. Pelaksanaan pertemuan koordinasi dalam mobilisasi sumber daya kesehatan :
□ Rutin
□ Sewaktu-waktu saja
37. Unit apa saja yang terlibat dalam pertemuan koordinasi tersebut ?
(Jawaban boleh lebih dari satu)
□ BPBD
□ Dinas Sosial
□ Dinas Pekerjaan Umum
□ LSM
□ Perguruan Tinggi
□ Masyarakat
□ Lembaga Usaha
□ Lainnya, sebutkan………………
38. Apakah Dinas Kesehatan Provinsi memiliki unit kerja yang memiliki tupoksi sebagai koordinator
dalam penanggulangan krisis kesehatan?
39. Bila tidak terletak di struktur, siapakah pelaksana koordinator penanggulangan krisis
kesehatan?
45. Bila jawaban nomor 53 TIDAK, bagaimana mekanisme pengelolaan obat dan logistik kesehatan
yang dilakukan selama ini ?
46. Apakah tersedia SOP pengelolaan bantuanrelawan ?
47. Bila Ya, Apakah SOP tersebut memuat : (Jawaban boleh lebih dari satu)
□ jenis relawan
□ kompetensi relawan
□ jumlah relawan
□ CP yang harus dihubungi
□ lainnya, sebutkan……………….
48. Bila jawaban nomor 53 TIDAK, bagaimana mekanisme mobilisasi bantuan relawan yang
dilakukan selama ini ?
49. Apakah tersedia SOP pemantauan kejadian krisis kesehatan ?
50. Bila YA : Apakah SOP tersebut memuat : (Jawaban boleh lebih dari satu)
□ Pelaksanaan pemantauan 24 jam
□ Struktur Organisasi (Penanggung Jawab)
□ Jenis dan kompetensi petugas
□ Alat komunikasi yang digunakan (HP, televisi, telepon, fax, telepon satelit, internet,dll)
□ Lainnya, sebutkan………
51. Bila jawaban nomor 56 TIDAK, bagaimana mekanisme pelaksanaan pemantauan kejadian
krisis kesehatan yang dilakukan selama ini ?
52. Apakah tersedia SOP Pelaporan Kejadian Krisis Kesehatan ?
53. Bila YA : Apakah SOP tersebut memuat : (Jawaban boleh lebih dari satu)
□ Alur pelaporan berjenjang dari Dinkes Kab - Dinkes Prov - Kemenkes sesuai Permenkes 77
□ Format pelaporan sesuai Permenkes 77
□ Struktur organisasi (Penanggung jawab)
□ Alat pengolah data yang digunakan (laptop, komputer, internet, dll), media penyebaran informasi
(website, buletin, laporan,dll)
□ Lainnya, sebutkan …………..
54. Bila jawaban nomor 59 TIDAK,bagaimana mekanisme pelaporan kejadian krisis kesehatan yang
dilakukan selama ini ?
55. Apakah tersedia SOP sistem rujukan (pra RS ---- RS) apabila terjadi bencana dengan korban
massal ?
56. Bila YA : Apakah SOP tersebut memuat : (Jawaban boleh lebih dari satu)
□ Daftar RS Rujukan
□ Sarana prasarana/ambulans
□ Jenis dan Kompetensi SDM
□ Waktu tiba di lokasi kejadian
□ Waktu rujukan
□ Jejaring antar RS
□ Call center
□ Lainnya, sebutkan ……………
57. Bila jawaban nomor 62 TIDAK,bagaimana mekanisme sistem rujukan pada kejadian krisis
kesehatan yang dilakukan selama ini ?
58. Apakah tersedia SOP Pelayanan Kesehatan untuk penanggulangan krisis kesehatan?
59. Bila Ya. Apakah SOP tersebut memuat : (Jawaban boleh lebih dari satu)
□ pelayanan kesehatan dasar
□ pelayanan gizi
□ kesehatan reproduksi
□ kesehatan jiwa
□ kesehatan lingkungan
□ promosi kesehatan
□ surveilans
□ lainnya, sebutkan …………………….
60. Apakah dalam pembuatan SOP pelayanan kesehatan menggunakan Standar Pelayanan Minimal
Pelayanan Kesehatan? Bila Ya. Apa sumber standar minimal yang digunakan?
(Jawaban boleh lebih dari satu)
□ Permenkes Nomor. 1357 Tahun 2001 Tentang Standar Minimal Penanggulangan Masalah Kesehatan
dan Penanganan Pengungsi Akibat Bencana
□ Peraturan Kepala BNPB No. 7 Tahun 2008 tentang Pedoman Tata Cara Pemberian Bantuan Pemenuhan
Kebutuhan Dasar
□ Pedoman Teknis Penanggulangan Krisis Kesehatan
□ Sphere Project
□ Lainnya, sebutkan…………………..
61. Bila jawaban nomor 65 TIDAK, bagaimana mekanisme pelayanan kesehatan pada kejadian
krisis kesehatan yang dilakukan selama ini ?
62. Apakah Dinas Kesehatan mengalokasikan anggaran untuk kegiatan pengurangan risiko krisis
Kesehatan ?
63. Bila jawaban No. 62 “YA”, untuk program/kegiatan pengurangan risiko kesehatan apa saja
anggaran tersebut digunakan? (Jawaban boleh lebih dari satu)
□ Peningkatan kapasitas petugas
□ Sosialisasi dan advokasi kebijakan
□ Penyusunan SOP/Pedoman/Juklak
□ Gladi/Simulasi
□ Pengadaan Sarana Prasarana
□ Pengadaan alat kesehatan
□ Pengadaan obat
□ Lainnya, sebutkan…………….
Bila TIDAK, mengapa?
64. Apakah perencanaan ini dikoordinasikan dengan perencanaan BPBD Provinsi? Bila TIDAK,
mengapa?
65. Apakah Dinas Kesehatan mengalokasikan anggaran untuk penanganan tanggap darurat
bencana ? Bila YA, dana tersebut penggunaannya untuk apa saja?
(Jawaban boleh lebih dari satu)
□ Mobilisasi petugas
□ Mobiilisasi Obat dan Logistik kesehatan
□ Pelayanan Kesehatan
□ Mobilisasi Sarana Prasarana
□ Pengadaan Sarana Prasarana
□ Lainnya, sebutkan……..
66. Apakah Dinas Kesehatantelah mengetahui adanya Dana Siap Pakai di BNPB dan BPBD yang
dapat digunakan untuk penanganan masa tanggap darurat?
67. Bila jawaban nomor 69 “YA”, apakah Dinkes Provinsitelah mensosialisasikan tentang DSP
tersebut pada Dinkes Kab/Kota di wilayahnya? Bila TIDAK, mengapa?
68. Apakah telah ada Perda Gubernur mengenai mekanisme sistem koordinasiantar institusi dalam
penanggulangan bencana?
69. Apakah Dinas Kesehatantelah mengidentifikasi institusi/lembaga non pemerintahan yang
dapat dilibatkan dalam penanggulangan krisis kesehatan ?
70. Apakah Dinas Kesehatan telah menyusun SOP/Pedoman keterlibatan LSM/institusi/lembaga
non pemerintah dalam penanggulangan krisis kesehatan ?
71. Apakah Dinas Kesehatan pernah mengadakan MoU dengan LSM/Intansi/lembaga non
pemerintah dalam penanggulangan krisis kesehatan ? Bila Ya, Institusi/lembaga apa dan
terkait kegiatan apa ?
72. Apakah Dinas Kesehatan Provinsi telah melakukan pembinaan teknis dan pendampingan
dalam rangka pemberdayaan masyarakat dalam penanggulangan krisis kesehatan ?Bila
TIDAK,mengapa ?
73.
Apakah Dinas Kesehatan Provinsi telah melakukan peningkatan kapasitas terkait
pemberdayaan masyarakat dalam penanggulangan krisis kesehatan bagi aparatur provinsi
dan kabupaten/kota? Bila TIDAK, mengapa?
74. Apakah Dinas Kesehatan memiliki petugas yang terlatih terkait Penanggulangan Krisis
Kesehatan? Bila TIDAK, mengapa ?
Penyusunan Renkon
Emergency Nursing
Tim Reaksi Cepat
Surveilans
UNIT
JUMLAH
Lainnya
NO
GELS
ACLS
ATLS
GIS
KERJA
1
2
3
JUMLAH
75. Apakah Dinkes memiliki perencanaan peningkatan kapasitas SDM terkait PKK yang rutin dan
berkesinambungan?Bila Ya. Apa saja program untuk melakukan hal tersebut ?
Bila Tidak. Mengapa ?
80. Apakah tersedia sarana pengumpulan, pengolahan data dan penyampaian informasi terkait
penanggulangan krisis kesehatan ? Berupa apa ? (Jawaban boleh lebih dari satu)
□ Telepon
□ Fax
□ HP
□ Telepon satelit
□ Radio komunikasi
□ Laptop
□ Komputer
□ Internet
□ Lainnya, sebutkan……………………
81. a. Apakah Dinkes Provinsi sudah memiliki Sistem Pemantauan Krisis Kesehatan 24 jam?
b. Bila YA, apakah Alur pelaporan hasil pemantauan tersebut telah dilakukan berjenjang dari
Dinkes Kab - Dinkes Prov - Kemenkes sesuai Permenkes 77?
82. Apakah Dinas Kesehatan memiliki peta kapasitas atau data kapasitas sumber daya yang dapat
digunakan untuk penanggulangan krisis kesehatan ? (SDM, Sarana Prasarana)
83. Apakah Dinas Kesehatan memiliki peta kelompok rentan per kabupaten/kota ?
84. Apakah tersedia peta jenis ancaman bencana per Kabupaten/Kota ?
89. Apakah provinsi memiliki sarana prasarana khusus untuk penanggulangan krisis kesehatan ?
Bila tidak, mengapa?
Bila jawaban nomor 89YA :
90. Apakah penyediaan sarana prasarana penanggulangan krisis kesehatan telah menyesuaikan
dengan jenis ancaman bencana di wilayah kabupaten/kota ?
91. Apakah dilakukan pemeliharaan sarana prasarana tersebut secara berkala/rutin?
92. Apakah sarana prasarana tersebut sudah tersedia cukup sesuai dengan kebutuhan ?Bila belum,
mengapa?
KONTRIBUTOR
NO NAMA INSTANSI
NO NAMA INSTANSI
PENYUSUN
Chasan Ascholani, MA