Anda di halaman 1dari 20

GIZI BENCANA

“Kajian Dampak Bencana Dan Analisis Kebutuhan Gizi”

Di susun oleh : Kelompok 4


1. Hanifah (P10121047)
2. Monalisa Lingkeka (P10121040)
3. Astrid (P10121195)
4. Putra Pratama Ramadhan (P10121058)
5. Nurul Fauziah Ananda (P10121021)
6. Annisa (P10121019)
7. Claudya citraliv Tangke (P10121155)
8. Dewi Mitha Sundara (P10121248)
9. Gina Amaniah Hamdi (P10121204)
10. Azza silfiah (P10121217)
11. Puput Novelia Mopule (P10121290)
12. Anis Roisatul Husna (P10121301)
13. Imelda (P10121252)
14. Maharani Puspita Sari (P10121231)

Kelas : D_Kesmas
Dosen Pengampuh : Hijra, S.KM., M.Gizi

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS TADULAKO
2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur atas kehadiran Tuhan yang Maha Esa sebab atas segala rahmat,
karunia, serta taufik dan hidayah-Nya, makalah mengenai “Kajian Dampak
Bencana dan Analisis Kebutuhan Gizi” ini dapat diselesaikan tepat waktu.
Meskipun kami menyadari masih banyak terdapat kesalahan didalamnya.
Kami sangat berharap dengan adanya makalah ini dapat memberikan
pemahaman mengenai Kajian Dampak Bencana dan Analisis Kebutuhan Gizi
Selain itu makalah ini juga nantinya diharapkan dapat memberikan penjelasan
mengenai analisis data pra-bencana dan penilaian kebutuhan awal, rapid health
assessment (rha) gizi, penapisan balita dan ibu hamil, kajian multi sector dan survei
multi gizi. Namun, tidak dapat dipungkiri bahwa dalam pembuatan makalah ini
masih terdapat banyak kesalahan dan kekurangan.
Oleh karena itu, Kami mengharapkan kritik dan saran dari pembaca untuk
kemudian makalah kami ini dapat kami perbaiki dan menjadi lebih baik lagi.
Demikian yang dapat kami sampaikan, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi
kita sekalian.

Palu, 18 Februari 2023

Penulis

i
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
BAB I PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang 1
B. Rumusan Masalah 2
C. Tujuan 2
BAB II PEMBAHASAN 3
A. Analisis Data Pra-Bencana dan Penilaian Kebutuhan Awal 3
B. Rapid Health Assessment (RHA) Gizi 5
C. Penapisan Balita dan Ibu Hamil 7
D. Kajian Multi Sector 8
E. Survei Multi Gizi 12
BAB III PENUTUP 15
A. Kesimpulan 15
B. Saran 16
DAFTAR PUSTAKA 17

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bencana alam mengakibatkan kerusakan fisik dan korban jiwa selain itu
bencana alam juga memberikan dampak terhadap perekonomian masyarakat.
pada skala tertentu Bencana dapat melumpuhkan perekonomian dengan
menghancurkan infrastruktur, mengganggu jaringan komunikasi, wabah
penyakit, gagal panen dan lain sebagainya. Peristiwa bencana alam yang
membawa berupa kerusakan fisik dan korban jiwa secara langsung dapat
berakibat pada penurunan kinerja perekonomian wilayah (Utomo & Marta,
2022). Bencana merupakan peristiwa atau rangkaian peristiwa ataupun
rangkaian peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan
mengganggu kehidupan masyarakat yang diakibatkan oleh faktor alam
dan/atau faktor non alam maupun faktor manusia sehingga menimbulkan
korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta dan benda serta
psikologis (Isa, 2016).
Pada umumnya bencana memberikan dampak pada kerugian materil dan
dari aspek ekonomi akan menurunkan nilai pertumbuhan. Dalam penelitian
Izevbuwa (2015) korban banjir mengalami kehilangan penghasilannya sampai
79%, sementara mereka hanya mendapatkan kompensasi dari pemerintah
sebesar 13% dari total kerugian (Utomo & Marta, 2022).
Kajian dampak bencana dan analisis kebutuhan gizi bertujuan untuk
mengidentifikasi dampak bencana terhadap kelompok sasaran gizi dan
kelompok rentan.Kajian dampak bencana dan analisis kebutuhan gizi
mencakup pengumpulan data jumlah dan lokasikelompok rentan, serta
dukungan yang diperlukan untuk penyelamatan jiwa guna mempertahankan
status gizimereka. Hasil kajian digunakan sebagai dasar penyusunanrencana
respon gizi. Kajian dampak bencana dan analisis kebutuhan gizi padamasa
tanggap darurat dilakukan sejak tahap siaga darurat melalui berbagai rangkaian
kegiatan kajian (Kementerian Kesehatan RI, 2020)

1
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang akan dibahas dalam makalah ini adalah
sebagai berikut:
1. Apa itu Analisis data pra-bencana dan penilaian kebutuhan awal?
2. Apa itu Rapid health assesment (rha) gizi?
3. Apa itu Penapisan balita dan ibu hamil?
4. Apa itu kajian multi sektor?
5. Apa itu Survei cepat gizi?
C. Tujuan
Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penulisan makalah ini adalah
sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui Analisis data pra-bencana dan penilaian kebutuhan
awal
2. Untuk mengetahui Rapid health assesment (rha) gizi
3. Untuk mengetahui Penapisan balita dan ibu hamil
4. Untuk mengetahui Multi sektor
5. Untuk mengetahui Survei cepat gizi

2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Analisis Data Pra-Bencana dan Penilaian Kebutuhan Awal
Analisis data pra-bencana dan penilaian kebutuhan awal dilakukan pada
fase siaga darurat dengan menggunakan informasi pra-bencana (data
sekunder), untuk melakukan estimasi dampak bencana dan kebutuhan terhadap
sasaran gizi. Analisis data pra-bencana dan penilaian kebutuhan awal bertujuan
untuk sedini mungkin menyiapkan rencana intervensi serta mengidentikasi
sumberdaya yang diperlukan untuk penanganan gizi berdasarkan estimasi
dampak bencana terhadap pelayanan gizi di daerah terdampak.
1. Pengumpulan dan analisis data
a. Analisis data pra-bencana dilakukan dengan melakukan estimasi
jumlah dan sebaran kelompok sasaran, status layanan kesehatan, status
gizi pada wilayah terdampak, akses terhadap makanan bergizi dan akses
terhadap layanan dasar.
b. Sumber data yang dapat digunakan antara lain: Elektronik - Pencatatan
dan Pelaporan Gizi Berbasis Masyarakat (e-PPGBM), Riset Kesehatan
Dasar (Riskesdas), Studi Status Gizi Balita Indonesia (SSGBI), Data
Dinkes/Puskesmas setempat, Badan Pusat Statistik, Profil Wilayah,
Indeks Risiko bencana Indonesia (IRBI), Peta Risiko, Rencana
Kontinjensi.
2. Pelaporan dan diseminasi hasil
a. Pelaporan dan diseminasi hasil analisis data pra-krisis dilakukan secara
berjenjang mengikuti alur penyampaian dan konfirmasi informasi awal
kejadian krisis kesehatan (bagan 4).
b. Selain dilaporkan kepada Kepala Dinas Kesehatan pada masing-masing
tingkatan wilayah, hasil analisis perlu dibahas bersama dengan mitra
pelaku gizi untuk dapat merencanakan dan menyiapkan intervensi yang
diperlukan secara terintegrasi dan terkoordinir.

3
Informasi penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana harus
dilakukan dengan cepat, tepat, akurat dan sesuai dengan kebutuhan. Pada saat
pra, saat dan pasca-bencana pelaporaninformasi penanggulangan krisis
kesehatan akibat bencana dimulai dari pengumpulan sampai penyajian
informasi dan ditujukan untuk mengoptimalisasikan upaya penanggulangan
krisis kesehatan akibat bencana. Dalam pengumpulan data sebaiknya terpilah,
sesuai dengan keharusan untuk mengarusutamakan gender dalam semua
kebijakanl program/kegiatan yang memerlukan data terpilah.
1. Informasi Pra-Bencana
Dalam rangka mendukung upaya-upaya sebelum terjadi bencana
diperlukan data dan informasi yang lengkap, akurat dan terkini sebagai bah
an masukan pengelola program di dalam mengambil keputusan terkait
penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana. Salah satu bent uk
informasi yang cukup penting adalah adanya profil yang mengambarkan
kesiapsiagaan sumber daya dan upaya-upaya yang telah dilakukan terkait

4
dengan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana di daerah,
khususnya di tingkat kabupaten/kota.
Informasi yang dikumpulkan dalam bentuk profil terdiri dari:
a. Gambaran umum wilayah, yang meliputi letak geografis, aksesibilitas
wilayah gambaran wilayah rawan bencana, geomedic mapping, data
demografi, dan informasi bencana yang pernah terjadi.
b. Upaya pencegahan, mitigasi dan kesiapsiagaan, yang pernah dilakukan.
c. Upaya tanggap darurat dan pernulihan, yang pernah dilakukan.
d. Gambaran pengelolaan data dan inforrnasi.
Dinas kesehatan provinsi/kabupaten/kota diharapkan dapat menyusun
informasi profil penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana ini yang
dikumpulkan secara berkala setahun sekali. Informasi profil ini diharapkan
sudah tersedia pad a setiap bulan April. Sumber informasi pra-bencana yang
dituangkan kedalam bentuk profil tersebut berasal dari dinas kesehatan, rumah
sakit. instansi terkait dan puskesmas,
B. Rapid Health Assessment (RHA) Gizi
RHA gizi merupakan bagian dari RHA yang dilaksanakan oleh klaster
kesehatan yang bertujuan untuk mengukur Dampak bencana terhadap sektor
kesehatan serta mengidentifikasi kebutuhan prioritas penduduk terdampak
yang memerlukan respon cepat. RHA gizi bertujuan untuk memberikan
gambaran awal tentang dampak bencana terhadap kelompok sasaran gizi,
jumlah sasaran gizi yang terdampak, serta sebarannya. Penanggung jawab
gizi/koordinator sub klaster gizi Bertugas untuk membentuk tim RHA gizi
yang akan Terlibat dalam pelaksanaan RHA.
1. Perencanaan kajian.
Langkah-langkah pembuatan rencana kajian terdiri Dari: Penentuan
tujuan dan cakupan kajian, metode Dan perangkat yang akan digunakan,
penentuan target Lokasi, pembagian tugas, penentuan rentang waktu Dan
sumber daya yang diperlukan. Untuk memastikan agar pelaksanaan
dilakukan secara Terkoordinir, perencanaan RHA Gizi perlu dilakukan
Dengan melibatkan mitra sub klaster gizi.

5
2. Pengumpulan dan analisis data
Pengumpulan data dilakukan melalui pengumpulan Data sekunder
dan data primer. Data sekunder diperoleh dari sumber-sumber informasi
Yang sudah ada termasuk laporan data status gizi dari Dinas Kesehatan, e-
PPGBM, media, Posko PDB daerah Terdampak dan sebagainya. Data
primer dikumpulkan melalui kunjungan daerah Terdampak, wawancara
dengan informan kunci seperti Pejabat, tokoh masyarakat, petugas
kesehatan, petugas Organisasi lokal dan internasional, serta masyarakat di
Daerah bencana. Data yang dikumpulkan dalam kajian dan surveilans Gizi
perlu dipilah menurut jenis kelamin, usia dan Disabilitas.
a. RHA dilakukan pada lokasi-lokasi berikut:
1) Lokasi bencana dimana masyarakat terkena Dampak secara
langsung
2) Lokasi pengungsian
3) Fasilitas kesehatan
4) Daerah sekitar lokasi bencana utamanya yang memiliki sumberdaya
yang dapat membantu.
b. Analisa data dalam pelaksanaan RHA bertujuan untuk
Mengidentifikasi kebutuhan mendesak, kelompok Rentan gizi, akses
dan fasilitas umum, serta kesenjangan Informasi yang perlu dikaji lebih
lanjut.
c. Analisa data perlu dilakukan secara bersama-sama Dengan tim yang
terlibat dalam pengumpulan data dan Mitra sub klaster gizi untuk
menghasilkan rekomendasi.
3. Diseminasi Hasil Kajian.
a. Laporan RHA gizi mencakup penyusunan rekomendasi Sebagai dasar
penyusunan rencana respon gizi.
b. Formulir laporan RHA Gizi
c. Pelaporan dan diseminasi hasil RHA Gizi krisis dilakukan Secara
berjenjang mengikuti alur penyampaian dan Konfirmasi informasi awal
kejadian krisis kesehatan.

6
d. Hasil RHA gizi juga dibagikan kepada mitra sub Klaster gizi dan sektor
terkait, baik melalui laporan Rutin, elektronik, maupun dibahas pada
pertemuan-Pertemuan yang relevan termasuk pada pertemuan Sub
klaster gizi, klaster kesehatan dan pertemuan antar Klaster.
e. Hasil kajian perlu disimpan pada wadah informasi yang Disepakati dan
dapat diakses oleh mitra sub klaster gizi (misalnya Situs Web, google
drive, dan lain sebagainya).
C. Penapisan Balita dan Ibu Hamil
1. Penapisan Balita dan Ibu hamil
a. Penapisan dilaksanakan melalui pengumpulan data antropometri,
dengan menggunakan pita LiLA dan alat antropometri lainnya pada
sasaran kelompok rentan.
b. Penapisan pada balita berusia 6-59 bulan dan ibu hamil dilakukan
dengan menggunakan pita Lingkar Lengan Atas (LiLA).
c. Penapisan pada bayi 0-5 bulan menggunakan pengukuran berat badan
dan panjang badan, atau menggunakan pitting edema bilateral.
d. Balita yang teridentifikasi mengalami masalah gizi harus dikonfirmasi
dengan pengukuran berat badan dan tinggi badan.
e. Penapisan perlu dilaksanakan segera setelah bencana untuk
mengidentifikasi jumlah dan sebaran balita gizi kurang dan gizi buruk
sehingga dapat segera ditangani mengingat tingginya risiko kesakitan
dan kematian pada balita gizi kurang dan gizi buruk pada situasi
bencana.
2. Perencanaan penapisan
a. Untuk merencanakan pelaksanaan penapisan, maka lokasi daerah
terdampak dan lokasi -lokasi pengungsian perlu diidentifikasi terlebih
dahulu. Identifikasi lokasi pengungsian dapat dilaksanakan melalui
kunjungan lapangan atau melalui daftar lokasi pengungsian yang
dimiliki oleh pemerintah daerah, BPBD atau klaster perlindungan dan
pengungsian.
b. Penanggung jawab gizi di masing-masing wilayah perlu memeriksa
ketersediaan pita LiLA antropometri kit. Apabila jumlah yang tersedia

7
tidak mencukupi untuk dapat melaksanakan penapisan secara cepat,
maka penanggung jawab program gizi perlu segera menginformasikan
kebutuhan kepada Dinkes/ Kemenkes secara berjenjang.
c. Dukungan Sumber Daya Manusia (SDM) pelaksana penapisan antara
lain dapat diperoleh dari koordinator relawan Posko PDB yang dikelola
oleh BNPB/BPBD, atau melalui dukungan mitra sub klaster gizi dan
relawan.
d. Perlu dipastikan agar SDM yang akan terlibat telah dilatih untuk
melaksanakan penapisan.
3. Pelaksanaan dan Pelaporan Hasil Penapisan
a. Pelaksanaan penapisan dilakukan berdasarkan petunjuk teknis
pelaksanaan penapisan dan surveilans gizi.
b. Balita gizi kurang dan gizi buruk yang ditemukan segera dirujuk ke
fasilitas kesehatan yang ditentukan.
c. Koordinator sub klaster gizi perlu melaporkan data-data terkait kepada
koordinator klaster kesehatan. Data-data yang perlu dilaporkan antara
lain:
1) Jumlah Balita yang diskrining
2) Jumlah Balita Gizi Kurang dan Jumlah Balita Gizi Buruk
3) Jumlah Balita Gizi Kurang dan Jumlah Balita Gizi Buruk yang telah
dirujuk
4) Jumlah Ibu Hamil KEK
5) Jumlah Ibu Hamil KEK yang telah dirujuk
D. Kajian Multi Sektor
Koordinasi lintas program dan lintas sektor bertujuan untuk
mengoptimalkan intervensi gizi bagi kelompok rentan di wilayah bencana dan
penanganan gizi Termasuk untuk memastikan agar dukungan bagi anak anak
dan perempuan penyandang disabilitas dapat diberikan. Misalnya dengan
klaster pendidikan, dan klaster pengungsian dan perlindungan untuk
memastikan agar intervensi gizi di sekolah dan layanan ruang ramah ibu dan
anak memperhatikan dukungan bagi anak-anak dan perempuan penyandang
disabilitas. Melakukan Koordinasi dengan program dan sektor yang terkait

8
Kegiatan koordinasi lintas program dan lintas sektor berdasarkan klaster
penanggulangan bencana yang terkait:
1. Klaster Penanggulangan Bencana yang terkait
a. Kegiatan Lintas Program dan Lintas Sektor Pada Situasi Bencana
berdasarkan Komponen Intervensi Gizi
b. Pemberian Makan Bayi dan Anak (PMBA)
2. Klaster Pengungsian terdiri dari:
a. Kelompok kerja tempat penampungan (shelter)
b. Kelompok kerja air, sanitasi, dan promosi (WASH)
c. Kelompok kerja manajemen pengungsian
d. Kelompok kerja keamanan
3. Klaster Perlindungan terdiri dari:
a. Kelompok kerja perlindungan anak
b. Kelompok kerja penyandang disabilitas
c. kerja perlindungan lanjut usia (lansia)
d. Kelompok kerja perlindungan kelompok minoritas
e. Kelompok kerja pencegahan dan penanganan kekerasan berbasis
gender dan pemberdayaan perempuan
f. Kelompok kerja psikososial
4. Klaster Pendidikan.
a. Pelayanan Belajar Mengajar Formal dan Informal
b. Penyiapan Sekolah Darurat
c. Bimbingan dan Penyuluhan bagi Anak Dewasa
d. Kerohanian
e. Pengelolaan Informasi dibidang Pendidikan.
5. Pencegahan dan Penanganan Gizi Kurang dan Gizi Buruk:
c. Suplementasi Gizi
d. Dukungan Gizi Pada kelompok Rentan
6. Klaster Kesehatan (PKK Kemenkes) terkait kegiatan lintas sektor
a. Pelaksanaan Rapid Health Assessment Gizi klaster kesehatan
b. Penyediaan Air Bersih untuk Dapur PMBA dengan sub klaster
Penyehatan Lingkungan

9
c. Dukungan Psikososial bagi Ibu Hamil dan menyusui dengan sub klaster
kesehatan reproduksi
d. Memastikan terlaksananya suplementasi zinc untuk penanganan diare,
pemberian obat cacing bagi balita, dan imunisasi dengan sub klaster
pelayanan kesehatan
e. Pengelolaan Donasi Produk Pengganti ASI, serta botol dan dot bayi
yang tidak terkontrol dengan sub klaster kesehatan reproduksi
f. Promosi Kesehatan kepada ibu hamil dan menyusui dengan tim
promosi kesehatan-klaster kesehatan
g. Pemenuhan asupan gizi bagi penderita penyakit dengan sub klaster
pelayanan kesehatan
7. Pelaksanaan penapisan bersamaan dengan kegiatan imunisasi masal
dengan sub klaster pelayanan kesehatan Klaster Logistik (BNPB &
Kemensos) terkait distribusi logistik bahan makanan serta dukungan
operasional transportasi dan pergudangan
8. Dukungan terkait
a. Pemantauan
b. Donasi produk pengganti ASI,
c. Botol dan dot bayi yang tidak terkontrol.
9. Dukungan Transportasi dan Pergudangan untuk alat dan bahan terkait
tatalaksana gizi kurang dan gizi buruk
a. Dukung antransportasi dan Pergudangan
Obat Suplementasi Gizi antara lain: Makanan Tambahan, vitamin A,
Tablet Tambah Darah.
10. Pengawasan kualitas donasi makanan dan minuman. Klaster Perlindungan
& Pengungsian (Kemensos)
a. Memastikan ketersediaan bahan makanan,penyediaan peralatan masak
dan alat saji, untuk penyelenggaraan dapur PMBA.
b. Pemantauan dan pelaporan pengelolaan.
c. Koordinasi pelaksanaan Penapisan dan Rujukan balita Gizi Kurang dan
Gizi Buruk di pengungsian.

10
11. Pelacakan aktif dan deteksi dini
a. Koordinasi terkait distribusi makanan tambahan dan suplementasi
gizi di pengungsian.
b. Memastikan ketersediaan data kelompok rentan.
c. Pemenuhan gizi kelompok rentan melalui dapur umum.
d. Donasi produk pengganti ASI, susu formula, botol dan dot bayi yang
tidak terkontrol serta kualitas makanan dan minuman.
12. Memastikan ketersediaan Ruang Ramah Ibu dan Anak di pengungsian.
balita gizi kurang dan gizi buruk oleh masyarakat di pengungsian. Klaster
Sarana &Prasarana (Kementerian PUPR).
13. Penyediaan sarana dan prasarana air bersih bagi kelompok rentan
Klaster Ekonomi (Kementan & Kemenkop UKM). Untuk memastikan
agar keluarga rentan gizi (gizi kurang/buruk, Ibu
hamil/baduta/balita/lansia/disabilitas) mendapatkan dukungan ekonomi
melalui bantuan langsung tunai dan non-tunai Klaster Pendidikan
(Kemendikbud).
14. Memastikan terlaksananya distribusi makanan tambahan untuk anak
sekolah.
15. Koordinasi terkaitpemberian Tablet Tambah Darah untukRemaja Putri
Klaster Pemulihan Dini (Kemendagri & BNPB).
16. Memastikan agar gizi masuk di dalam perencanaan rehabilitasi dan
rekonstruksi pemerintah serta meningkatkan keberlangsungan program
lintas sektor pada situasi bencana dilakukan diantaranya melalui
pertemuan koordinasi lintas sektor atau pertemuan lintas klaster.
Pertemuan lintas sektor latau lintas klaster dipimpin oleh pemerintah
daerah BPBD di wilayah terdampak. Pertemuan lintas sektor merupakan
wadah untuk mendapatkan dukungan teknis maupun kebijakan dari
pemerintah daerah maupun sektor terkait, terhadap permasalahan gizi
yang terkait dengan sektor lain. Melalui mekanisme koklaster kesehatan,
koordinator Sub Klaster gizi dan mitra perlu memastikan agar
permasalahan dan tantangan yang dihadapi di dalam upaya penanganan

11
gizi dibahas pada pertemuan koordinasi klaster kesehatan dan pertemuan
kajian lintas sektor.
E. Survei Multi Gizi
Penelitian survei merupakan upaya pengumpulan informasi dari
sebagian populasi yang dianggap dapat mewakili populasi tertentu. Metode ini
bertitik tolak pada konsep, hipotesis, dan teori yang sudah mapan sehingga
tidak akan memunculkan tori yang baru. Penelitian survei memiliki sifat
verifikasi atau pengecekan terhadap tori yang sudah ada (Mantra, 2001). Dalam
perjalanannya, survei biasa digunakan untuk mengevaluasi berbagai program
kesehatan (Dekes, 1998) maupun menginvestigasi berbagai status kesehatan
dan penyakit yang aktual di masyarakat (Frerichs & Shaheen,| 2001).
World Health Organization (WHO) telah mengembangkan satu teknik
survei yang cepat dan murah untuk mengevaluasi keberhasilan program
kesehatan. teknik survei ini dikenal sebagai metode survei cepat ( Rapid Survei
Method). Metode ini menerapkan rancangan sampel cluster dua tahap, dengan
pemilihan cluster tahap pertama secara probability proportionate to size,
pemilihan sampel pada tahap kedua yaitu sampel rumah tangga dilakukan
dengan cara random sederhana (simple random) atau dengan menerapkan
system rumah terdekat. survei cepat pertama kali dipakai pada proyek
Expanded Programme on Immunization dari WHO, untuk mengevaluasi
keberhasilan program imunisasi. survei cepat dirancang sederhana, murah dan
cepat sehingga informasi yang dibutuhkan dapat dihasilkan secara akurat dan
tepat waktu. Metode ini dikembangkan untuk mengatasi kelemahan survei
konvensional. kegiatan survei konvensional biasanya dilaksanakan dengan
biaya tinggi, sampel besar dan prosedur yang cukup rumit. teknik ini kurang
memadai untuk dilakukan pada tingkat kabupaten/kota, karena memerlukan
waktu lama untuk pengolahan dan analisis data.
Mengingat keunggulan survei cepat ini, bagi para pengelola dan
perencana program kesehatan di kabupaten/kota, metode survei cepat perlu
dikuasai untuk menilai perkembangan kesehatan masyarakat di wilayah
kerjanya pada setiap periode waktu tertentu (misalnya 5 per tahun, tiga tahun,
lima tahun). hasil survei cepat lebih tepat dipakai sebagai bahan evaluasi dan

12
perencanaan, karena data yang diambil dari fakta yang terjadi dalam
masyarakat. Dalam perkembangan selanjutnya, ternyata teknik survei ini juga
dapat digunakan untuk mengevaluasi program kesehatan lain.
Tahapan Survei Cepat:
1. Survei Cepat Gizi
a. Survei cepat gizi dilakukan pada saat kondisi sudah mulai stabil
memasuki fase transisi darurat ke pemulihan (paling cepat dalam 7-14
hari setelah bencana).
b. Survei cepat gizi bertujuan untuk mendapatkan informasi yang relevan
sebagai dasar intervensi penanganan gizi pada masa transisi ke
pemulihan serta rencana intervensi paska bencana (rehabilitasi dan
rekonstruksi).
c. Survei cepat gizi juga dilakukan untuk melihat dampak bencana
terhadap status gizi masyarakat yang terdampak.
d. Contoh perangkat survei gizi komponen intervensi PMBA.
2. Perencanaan Survei Cepat Gizi
a. Survei gizi dilaksanakan secara terkoordinir bersama dengan anggota
kelompok kerja dan mitra sub klaster gizi.
b. Penanggung jawab gizi/koordinator sub klaster gizi atau Koordinator
Pokja penanganan gizi yang terkait bertugas untuk membentuk tim
survei cepat gizi.
c. Koordinator survei perlu untuk memastikan ketersediaan sumber daya
yang dibutuhkan (SDM, alat dan bahan, dukungan operasional)
termasuk melakukan pelatihan tata cara pengumpulan data bagi
enumerator yang akan terlibat.
d. Rencana pelaksanaan survei dapat dibuat menggunakan format rencana
kajian.
3. Memantau kemajuan pelaksanaan survei
a. Koordinator sub klaster gizi perlu memantau secara berkala kemajuan
dan kesenjangan pelaksanaan survei serta merekomendasikan langkah-
langkah percepatan yang diperlukan.

13
b. Kemajuan pelaksanaan kajian dilaporkan secara berkala kepada
koordinator penanganan gizi dan dibahas di dalam pertemuan
koordinasi.
4. Pelaporan dan diseminasi
a. Hasil survei cepat gizi dilaporkan melalui laporan situasi harian secara
berjenjang kepada Dinkes/Kemenkes.
b. Hasil survei dibagikan kepada mitra sub klaster gizi dan sektor terkait,
baik melalui laporan fisik, elektronik maupun dibahas pada pertemuan-
pertemuan yang relevan termasuk pada pertemuan koordinasi
penanganan gizi, klaster kesehatan dan pertemuan antar klaster.
c. Hasil survei gizi didokumentasikan di platform (Situs Web, google
drive) yang disepakati dan dapat diakses oleh mitra pelaku gizi.
Koordinasi Pelaksanaan Kajian Dampak dan Analisa Kebutuhan Gizi:
Koordinasi terkait pelaksanaan kajian dampak dan analisa kebutuhan perlu
dilakukan dengan pihak terkait baik dengan mitra pelaku gizi maupun dengan
klaster/sektor terkait untuk memastikan agar dukungan yang diperlukan dapat
tersedia. Apabila diperlukan, kegiatan koordinasi untuk mendukung
pelaksanaan kajian antara lain adalah:
1. Berkoordinasi dengan klaster Kesehatan untuk penyediaan dukungan
teknis dan dukungan operasional yang diperlukan.
2. Berkoordinasi dengan mitra sub klaster gizi untuk memastikan
ketersediaan SDM.
3. Berkoordinasi dengan koordinator Pokja di bawah sub klaster gizi dan
mitra sub klaster gizi untuk mengulas perangkat, metode dan rencana
kajian.
4. Berkoordinasi dengan tim Data dan Informasi klaster kesehatan untuk
dukungan teknis pengolahan dan analisa data.

14
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan isi makalah di atas, maka terdapat beberapa kesimpulan,
antara lain sebagai berikut :
1. Analisis data pra-bencana dan penilaian kebutuhan awal dilakukan pada
fase siaga darurat dengan menggunakan informasi pra-bencana (data
sekunder), untuk melakukan estimasi dampak bencana dan kebutuhan
terhadap sasaran gizi.
2. Rapid Health Assessment (RHA) Gizi merupakan bagian dari RHA yang
dilaksanakan oleh klaster kesehatan yang bertujuan untuk mengukur
Dampak bencana terhadap sektor kesehatan serta mengidentifikasi
kebutuhan prioritas penduduk terdampak yang memerlukan respon cepat.
RHA gizi bertujuan untuk memberikan gambaran awal tentang dampak
bencana terhadap kelompok sasaran gizi, jumlah sasaran gizi yang
terdampak, serta sebarannya. Penanggung jawab gizi/koordinator sub
klaster gizi Bertugas untuk membentuk tim RHA gizi yang akan Terlibat
dalam pelaksanaan RHA.
3. Penapisan dilaksanakan melalui pengumpulan data antropometri, dengan
menggunakan pita LiLA dan alat antropometri lainnya pada sasaran
kelompok rentan.
4. Penapisan pada balita berusia 6-59 bulan dan ibu hamil dilakukan dengan
menggunakan pita Lingkar Lengan Atas (LiLA).
5. Penapisan pada bayi 0-5 bulan menggunakan pengukuran berat badan dan
panjang badan, atau menggunakan pitting edema bilateral.
6. Koordinasi lintas program dan lintas sektor bertujuan untuk
mengoptimalkan intervensi gizi bagi kelompok rentan di wilayah bencana
dan penanganan gizi Termasuk untuk memastikan agar dukungan bagi anak
anak dan perempuan penyandang disabilitas dapat diberikan.
7. Penelitian survei merupakan upaya pengumpulan informasi dari sebagian
populasi yang dianggap dapat mewakili populasi tertentu. Metode ini

15
bertitik tolak pada konsep, hipotesis, dan teori yang sudah mapan sehingga
tidak akan memunculkan tori yang baru.
B. Saran
Dalam penulisan makalah ini, penyusun menyadari bahwa penyusunan
makalah ini tidak luput dari kesalahan dan kekurangan. Oleh karena itu,
kritik dan saran yang membangun akan senantiasa penyusun nanti dalam
upaya evaluasi diri. Akhirnya penyusun hanya bisa berharap, bahwa dibalik
ketidak sempurnaan penulisan dan penyusunan makalah ini adalah ditemukan
sesuatu yang dapat memberikan manfaat bagi pembaca.

16
DAFTAR PUSTAKA
Utomo, D. D., & Marta, F. Y. D. (2022). Dampak Bencana Alam Terhadap
Perekonomian Masyarakat di Kabupaten Tanah Datar. Jurnal Terapan
Pemerintahan Minangkabau, 2(1), 92–97. doi /10.33701
Pusat Penanggulangan Krisis Kesehatan Kementerian Kesehatan Republik
Indonesia (2010). Pedoman Teknis Penanggulangan Krisis Kesehatan
Akibat Bencana (mengacu pada standar internasional)
Kementerian Kesehatan RI. (2020). Pedoman Pelaksanaan Respon Gizi pada
Masa Tanggap Darurat Bencana.pdf
Bennett, S., Woods, T., Liyanage, W.M., & Smith, D.L. 1991, A simplified
general method for cluster-sample surveis of health in developing countries,
World Health Statistics Quarterly, 44(3): 98-106.
Frerichs, R.R. & Shaheen, M.A. 2001, Small-community-based surveis. Annu Rev
Public Health, 22: 231-47.
Agreus, L., Svardsudd, K., Nyren, O. & Tibblin, G. 1993, Responsibility and
validity of a postal questionnaire, The abdominal symptom study. Scand J
Primary Health Care, 11:252-62.

17

Anda mungkin juga menyukai