DISUSUN OLEH
KELOMPOK 3
1. NARMAYANTI
2. SUNIA BOENG
3. BUNYAMIN TEHUAYO
4. ROSMIYATI
5. JESICHA ANNEX NIKITA RESILOY
6. FRISILLIA PALAPESSY
7. SAIT DEDI WAN
8. LISNAWATI KILIAN
TINGKAT: 2B
MATA KULIAH:
Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat,
karunia, serta taufik dan hidayah-Nya lah kami dapat menyelesaikan makalah tentang
Penanggulangan krisis kesehatan pada bencana.
Contents
MAKALAH................................................................................................................................... 1
KATA PENGANTAR.................................................................................................................... 2
DAFTAR ISI................................................................................................................................. 3
BAB I PENDAHULUAN............................................................................................................... 4
A. Latar Belakang.................................................................................................................. 4
BAB II PEMBAHASAN................................................................................................................. 5
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................... 22
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Mulai tahun 1990 paradigma dalam penanggulangan bencana secara
global/internasional telah bergeser dari upaya yang difokuskan pada saat terjadi
bencana, sekarang lebih diperluas kepada upaya mengurangi resiko dan dampak
bencana. Penanggulangan bencana diawali dengan menganalisis risiko bencana
berdasarkan ancaman/bahaya dan kerentanan untuk meningkatkan kemampuan dalam
mengelola dan mengurangi risiko serta mengurangi dampak bencana yang ditimbulkan.
Manajemen bencana dilakukan bersama oleh semua pemangku
kepentingan/stakeholder, lintas sektor dan dengan pemberdayaan masyarakat (BNPB,
2011)
Kecepatan dan ketepatan dalam menyampaikan informasi terkait bencana alam,
merupakan sebuah hal yang sangat dibutuhkan dan perlu mendapatkan perhatian
khusus, agar proses penanggulangan masalah dapat diselesaikan dengan cepat dan
tepat. Rapid health asessment sebagai sebuah solusi merupakan kegiatan
mengumpulkan, mengelolah serta menganalisis data yang dilakukan secara langsung di
lokasi bencana.
Pada penerapannya, RHA memiliki tujuan yang kompleks yaitu untuk menilai
permasalahan kesehatan, potensi risiko, mengidentifikasi kebutuhan kesehatan serta
membuat rekomendasi dalam rangka respon cepat penanggulangan krisis kesehatan.
Untuk mendapatkan data secepat dan seakurat mungkin, RHA dilakukan secara
langsung di lokasi bencana, seperti di Rumah Sakit, Puskesmas, Dinas Kesehatan, pos
kesehatan, lingkungan tempat tinggal, hingga pada lokasi-lokasi pengungsian.
Melihat urgensi diatas, maka para tenaga kesehatan diharapkan mampu
mempelajari tahapan pelaksanaan RHA sebelum bencana terjadi, karena informasi yang
cepat, tepat, serta akurat merupakan kunci penanganan krisis kesehatan.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Rapid Health Asessment
1. Pengertian
Kegiatan pelaksanaan RHA atau Rapid Health Assasment di lokasi bencana,
merupakan sebuah kegiatan kompleks yang menyangkut proses pengumpulan,
pengolahan, mendokumentasikan serta menganalisis data secara langsung,
maka dengan demikian, mengetahui hal-hal yang harus dipersiapkan, juga
merupakan hal penting agar proses pendataan dapat berjalan dengan baik dan
maksimal.
2. Persiapan Rapid Health Assessment (RHA)
Adapun pada proses persiapannya, ada beberapa poin yang perlu diperhatikan
sebagai berikut :
Membentuk Tim dan menentukan Ketua
Mempelajari situasi di lokasi bencana, yang terdiri dari potensi masalah
kesehatan, kapasitas kesehatan yang ada, serta akses transportasi dan
komunikasi di lapangan.
Pelajari aspek keamanan dan keselamatan tim
Mengidentifikasi potensi bahaya atau hazard serta prosedur
penyelamatan.
Mempelajari profil kesehatan dari wilayah terdampak.
Koordinasi di lokasi bencana dengan pihak terkait seperti Rumah sakit,
Dinas Kesehatan, BPBD.dll.
Membawa kartu identitas, surat tugas, form penilaian, keperluan
administrasi serta peralatan pribadi seperti makanan dan obat
3. Teknik Pengumpulan Data Rapid Health Assessment
Setelah adanya persiapan yang baik dan matang dari seluruh anggota sebelum
berangkat, maka proses pelaksanaan RHA aau Rapid Health Assessment dapat
dilakukan. Dalam penerapannya, hal pertama yang harus dilakukan oleh tenaga
kesehatan adalah dengan mengumpulkan data terkait lokasi serta situasi dan
kondisi lapangan setelah terjadinya bencana alam.
Berikut ini beberapa Teknik pengumpulan data yang baik dan benar selama
berada di lokasi bencana, seperti berikut :
Setelah data terinput dengan baik dan telah sesuai dengan prosedur dan
ketentuan yang telah dijelaskan , maka proses analisis data dan rekomendasi
RHA (Rapid Health Assessment baru dapat dilakukan. Proses analisis data
dilakukan cara metode perbandingan, yaitu membandingkan data sebelum
terjadinya bencana, dengan data setelah terjadi bencana. Selain itu, proses
analisis data juga dapat dilakukan dengan membandingkan data RHA dengan
data Standar Pelayanan Minimal Kesehatan.
Langkah panjang dan kompleks yang dimulai dari persiapan, pengambilan data,
penginputan data, analisis data dan rekomendasi RHA, telah mengantarkan kita
pada pembahasan terakhir, yaitu terkait proses penyajian data informasi dan alur
informasi yang telah dikumpulkan oleh tim RHA di lokasi bencana.
Data RHA yang telah dikumpulkan dan dianalisis, dapat segera disusun dalam
bentuk laporan kegiatan RHA atau infografis yang didalamnya termuat beberapa
poin, seperti :
Kegiatan pencarian dan penyelamatan terutama dilakukan oleh tim SAR (Basarnas atau
basarda) dan dapat berasal dari tenaga sukarela bila dibutuhkan titik tim ini akan:
1. Melokalisasi korban;
2. Memindahkan korban dari daerah berbahaya ke tempat pengumpulan atau
penampungan
3. Memeriksa status kesehatan korban( triase) di tempat kejadian
4. Memberi pertolongan pertama jika diperlukan
5. Memindahkan korban ke pos medis lapangan jika diperlukan.
b. Triase
Setelah memastikan keamanan dan keselamatan, TRC yang berada di lokasi segera
melakukan triase lapangan . Treasi ini diutamakan didasarkan pada urgensi( tingkat keparahan)
kemungkinan hidup dan ketersediaan sarana perawatan dengan demikian tujuan triase adalah:
c. Pertolongan pertama;
Pengaturan ketat terhadap laju dan tujuan evakuasi korban ke pos medis depan dan
Postmedis belakang akan sangat diperlukan untuk mencegah dilampauinya kapasitas fasilitas
kesehatan tujuan. Pemindahan korban dilakukan secara satu arah tanpa ada yang saling
bersilangan. dari lokasi bencana ke pos medis depan, kemudian ke pos medis belakang dan
selanjutnya ke pos medis sekunder .
Pada beberapa keadaan tertentu seperti jika daya tampung rumah sakit terlampaui, ada
korban membutuhkan perawatan khusus( mis. bedah saraf), korban harus dipindahkan ke
rumah sakit lain yang menyediakan fasilitas yang diperlukan penderita . pemindahan seperti ini
dapat dilakukan ke rumah sakit lain dalam satu wilayah, ke daerah atau provinsi lain atau
bahkan ke negara lain .
C. Kegiatan Operasional Kluster Kesehatan
Cluster kesehatan berperan sebagai mekanisme untuk berkoordinasi, kerjasama,
mengintegrasikan, dan sinergikan kegiatan-kegiatan saat pra bencana, tangkap darurat dan
pasca bencana.
Berbagai organisasi yang turut serta diharapkan menjadi mitra yang produktif dalam
kegiatan kelas dan kesehatan dan mematuhi standar yang telah disetujui bersama.
Koordinator cluster kesehatan memfasilitasi dan memimpin, kerja cluster, dan menjamin
koordinasi dengan cluster lain sehubungan dengan kegiatan terkait kesehatan masyarakat serta
berbagai isu terkait.
Koordinator kelas ter kesehatan mempertimbangkan seluruh isu terkait kesehatan untuk
menghindari adanya permasalahan kesehatan yang tidak tertangani.
Kegiatan cluster kesehatan dapat dilaksanakan mulai saat pra bencana, tanggap darurat,
dan paskah bencana. Uraian kegiatan kelas terkeren kesehatan saat pra bencana, tanggap
darurat dan pasca bencana dapat dilihat pada tabel berikut!
SAAT TANGGAP
KEGIATAN PRA BENCANA PASCA BENCANA
DARURAT
Pengkajian situasi a.Berbagi hasil kajian Melakukan kaji cepat Mengulas capaian
kesehatan risiko bencana kesehatan/RHA upaya tanggap darurat
b. Pemetaan sumber bersama dan kesenjangan
daya bersama pemulihan
c. Berbagai informasi
peringatan dini
a.
c. risiko dan konsekuensi kesalahan atau penundaan keputusan dapat berakibat fatal ;
Manajemen penanggulangan bencana adalah pengelolaan penggunaan sumber daya yang ada
untuk menghadapi ancaman bencana dengan melakukan perencanaan. penyiapan.
pelaksanaan. pemantauan dan evaluasi di setiap tahap penanggulangan bencana yaitu pra.
saat dan pasca bencana. Pada dasarnya. upaya penanggulangan bencana meliputi:
b. Tahap saat bencana, kegiatan adalah tanggap darurat dan pemulihan darurat
Upaya ini bertujuan menghindari terjadinya bencana dan mengurangi risiko dampak bencana.
Upaya-upaya yang dilakukan antara lain:
3) pembuatan brosurlleafletlposter
2) simulasi/gladi/pelatihan siaga;
d. pemulihan.
Upaya rehabilitasi bertujuan mengembalikan kondisi daerah yang terkena bencana yang serb a
tidak menentu ke kondisi normal yang lebih baik. Upaya rekonstruksi bertujuan membangun
kembali sarana dan prasarana yang rusak akibat bencana secara lebih baik dan sempurna.
Upaya-upaya yang dilakukan antara lain:
3) pemulihan psiko-sosial;
Tujuan pengendalian penyakit pad a saat bencana adalah mencegah kejadian luar biasa
(KLB) penyakit menular potensi wabah, seperti penyakit diare, ISPA, malaria, DBD, penyakit-
penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi (P3DI) , keracunan dan mencegah penyakit-
penyakit yang spesifik loka!.
Potensi munculnya penyakit menular sang at erat kaitannya dengan faktor risiko, khususnya
di lokasi pengungsian dan masyarakat sekitar penampungan pengungsi, seperti campak, diare,
pnemonia, malaria dan penyakit menular lain spesifik lokal.
1. pengumpulan data;
a) data kesakitan dan kematian :
(1) Langkah-langkah surveilans penyakit di daerah bencana
data kesakitan yang dikumpulkan meliputi jenis penyakit yang diamati
berdasarkan kelompok usia
(2) data kematian adalah setiap kematian pengungsi, penyakit yang
kemungkinan menJadi penyebab kematian berdasarkan kelompok usia
(3) data denominator( jumlah korban bencana dan Jumlah penduduk
beresiko) diperlukan untuk menghitung pengukuran epidemiologi,
misalnya angka insidensi, angka kematian.
b) sumber data; Data dikumpulkan melalui laporan masyarakat, petugas pos
kesehatan, petugas Rumah Sakit, koordinator penanggulangan bencana
setempat
Beberapa kondisi yang berpotensi menjadi peristiwa traumatis adalah bencana, menjadi korban
kriminal, kehilangan orang yang dicintai, dan kehilangan harta benda.Berikut ini adalah
berbagai gejala trauma yang sebaiknya Anda ketahui:
Sulit menerima kenyataan atas apa yang terjadi.
Takut hal yang sama akan terjadi lagi.
Kesedihan yang berlarut-larut jika ada orang yang dikenal meninggal dunia.
Rasa bersalah yang timbul ketika selamat saat orang lain meninggal, padahal
seharusnya bisa berbuat lebih banyak untuk mencegahnya.
Timbul rasa kesal terhadap situasi yang terjadi. Terkadang juga menyalahkan Tuhan
atas bencana yang dilimpahkan padanya.
Berbagai gejala trauma tersebut dapat diatasi dengan melakukan trauma healing. Hal ini bisa
dilakukan apabila Anda adalah korban bencana alam, ataupun saat Anda mendaftarkan diri
menjadi relawan di lokasi terjadinya bencana alam, misalnya saja pada gempa
Berdasarkan penjelasan dari SAMHSA National Mental and Health Information Center, trauma
healing harus dilakukan secara teratur agar dapat membangun kembali mental para korban.
Beberapa hal yang bisa Anda lakukan adalah sebagai berikut:
Harvard Medical School menjelaskan berbagai tips bagi para korban gempa untuk meredakan
atau bahkan mencegah trauma:
● Terapi memasak
Pada area pengungsian biasanya terdapat dapur darurat. Ternyata, memasak bisa dijadikan
upaya mengatasi trauma akibat bencana alam. Karena dilakukan secara bersama-sama,
memasak di dapur darurat mendorong korban untuk berinteraksi dengan orang lain, sehingga
tidak larut dalam kesedihan.
● Lakukan kegiatan positif
Mengatasi trauma juga bisa dilakukan dengan membantu orang lain. Karena menurut
penelitian, membantu dan bersikap ramah terhadap orang lain dapat memberikan kesenangan
yang kemudian mengurangi stres dan rasa tidak berdaya yang timbul karena bencana.
● Konsumsi makanan sehat
Makanan dapat memengaruhi suasana hati. Jadi, konsumsilah makanan yang mengandung
protein berkualitas tinggi dan lemak sehat, terutama asam lemak omega-3. Kandungan tersebut
dapat membantu menjaga kesehatan mental. Perbanyaklah makan sayur dan buah untuk agar
Anda tidak menderita badan lemas.
● Tidur cukup
Menurut dr. Resthie Rachmanta Putri, Mepid., tidur merupakan hal yang penting bagi semua
orang, terutama bagi para pengungsi korban bencana alam. “Saat tidur, sel-sel dalam tubuh
akan beregenerasi dan menciptakan hormon yang dibutuhkan oleh tubuh,” jelasnya.
Jika kekurangan tidur, daya tahan tubuh seseorang akan menurun, sehingga stamina dan
konsentrasinya juga ikut menurun.
DAFTAR PUSTAKA
https://pusatkrisis.kemkes.go.id/vlog-seri-rha-rapid-health-assesment