Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN PENILAIAN RISIKO

PEMERINTAH KABUPATEN BUTON UTARA DINAS


KESEHATAN PUSKESMAS KULISUSU Jl. Gaumalanga No. 1 Kel,
Lipu Kec. Kulisusu  [Company address]
KATA PENGANTAR

Penilaian Risiko ini merupakan laporan hasil pelaksanaan penilaian


risiko di lingkungan Perangkat Daerah. Penilaian risiko merupakan salah
satu tahapan strategis dalam implementasi Sistem Pengendalian Intern
Pemerintah (SPIP). Sesuai dengan Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 60
Tahun2008 tentang Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP),
khususnya Bagian Ketiga pasal 13 ayat (1), disebutkan bahwa pimpinan
instansi pemerintah wajib melakukan penilaian risiko.
Dengan telah disusunnya Peta Risiko ini, maka dapat dilihat
gambaran risiko ketidakpastian yang dihadapi Puskesmas Kulisusu
Kabupaten Buton Utara dalam mencapai tujuan sasaran penetapan kinerja
yang telah ditetapkan, sehingga dapat diambil langkah-langkah pencegahan
ataupun pengelolaannya melalui mekanisme manajemen risiko.
Besar harapan kami, selain berguna bagi pihak internal, dalam hal
ini Puskesmas Kulisusu, pelaksanaan penilaian risiko yang dilaksanakan ini
dapat turut berperan dalam upaya peningkatan kualitas tata kelola
pemerintahan yang baik di Pemerintah Kabupaten Buton Utara.
Demikian, semoga bermanfaat dan diucapkan terimakasih.

Kulisusu, 2019
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Tujuan
BAB II GAMBARAN UMUM
BAB III HASIL PENILAIAN RISIKO
A. Identifikasi Risiko
B. Analisis Risiko
C. Evaluasi Risiko
BAB IV KESIMPULAN
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Penilaian Risiko merupakan salah satu unsur dalam Sistem Pengendalian Intern
Pemerintah sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 60 tahun 2008. Sesuai dengan
Peraturan Pemerintah Nomor 60 tahun 2008 dalam pasal 13 ayat 1 mewajibkan setiap
pimpinan instansi pemerintah untuk melakukan penilaian risiko. Lebih lanjut dalam
pasal 2 menyebutkan penilaian risiko terdiri dari 2 tahap yaitu; (1)identifikasi risiko, dan
(2)analisis risiko.
Risiko mungkin saja dialami oleh setiap orang yang berada dalam sarana
pelayanan kesehatan mulai dari pasien atau pengunjung sarana kesehatan maupun
petugas kesehatan yang memberikan pelayanan kesehatan. Risiko atau kejadian yang
tidah diharapkan terjadi  bukan arena ada unsur kesengajaan, tetapi karena rumitnya
pelayanan kesehatan. Banyak faktor yang berpengaruh terhadap terjadinya risiko atau
kejadian yang tidak diharapkan sebagai contoh tidak tersedianya sumber daya manusia
yang kompeten, kondisi fasilitas, maupun ketersediaan obat dan peralatan kesehatan
yang tidak memenuhi standar.
Tidak hanya pelayan klinis saja yang berisiko terhadap pasien, pengunjung,
lingkungan, tetapi kegiatan-kegiatan dalam penyelenggaraan upaya kesehatan
masyarakat juga berisiko terhadap keselamatan sasaran kegiatan, masyarakat maupun
lingkungan.
Pasien, pengunjung, dan masyarakat dapat mengalami cedera atau kejadian
yang tidak diharapkan terkait dengan infeksi, kesalahan pemberian obat, kesalahan
identifikasi, kondisi fasilitas pelayanan yang tidak aman, maupun akibat
penyelenggaraan kegiatan pada upaya kesehatan masyarakat yang tidak memperhatikan
aspek keselamatan.
Risiko mengacu pada ketidakpastian (uncertainty). Ketidakpastian diartikan
sebagai kurangnya pengetahuan dalam menjelaskan sesuatu atau hasilnya di masa
depan, dengan banyak kemungkinan hasil, sementara risiko adalah ketidakpastian yang
kemungkinan hasilnya akan berakibat tidak diinginkan ataumendatangkan kerugian
yang signifikan. Meskipun berkonotasi negatif, risiko bukan merupakan sesuatu yang
harus dihindari melainkan harus dikelola melalui suatu mekanisme yang dinamakan
pengelolaan (manajemen) risiko.
Manajemen Risiko Puskesmas adalah upaya mengidentifikasi dan mengelompokkan risiko
(grading) dan mengendalikan / mengelola risiko tersebut baik secara proaktif risiko yang mungkin
terjadi maupun reaktif terhadap insiden yang sudah terjadi agar memberikan dampak negative
seminimal mungkin bagi keselamatan pasien dan mutu di Puskesmas.
Penilaian Risiko adalah upaya identifikasi dari risiko yang terjadi atau berpotensi terjadi dalam
pelayanan di rumah sakit dengan mempertimbangkan klasifikasi dan derajat (grading) kerugian yang
mungkin terjadi sebagai akibat dari terpapar risiko tersebut.
Risiko-risiko yang mungkin terjadi dalam pelayanan kesehatan perlu
diidentifikasi dan dikelola dengan baik untuk mengupayakan keselamatan pasien,
pengunjung dan masyarakat yang dilayani.

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Menciptakan lingkungan kerja yang aman, sehat dan produktif untuk
petugas puskesmas, pasien, pengunjung/pengantar pasien, masyarakat dan
lingkungan sekitar Puskesmas.
2. Tujuan Khusus
a. Membentuk kelompok kerja atau tim sebagai penanggung jawab kegiatan
Manajemen Risiko di Puskesmas
b. Mengidentifikasipotensi bahaya/risiko dan cara pengendaliannya
c. Menyusun rencana kerja Manajemen Risiko di Puskesmas
d. Melaksanakan kegiatan Manajemen Risiko di Puskesmas
e. Melaksanakan monitoring dan evaluasi kegiatan Manajemen Risiko di
Puskesmas
BAB II
GAMBARAN UMUM
PUSKESMAS KULISUSU KABUPATEN BUTON UTARA

A. Struktur Organisasi
Susunan Organisasi Perangkat Daerah untuk Puskesmas Kulisusu Kabupaten Buton
Utara terdiri dari:
a. Kepala Puskesmas
b. Kasubag Tata Usaha, terdiri dari:
1. Sistem Informasi Puskesmas
2. Kepegawaian
3. Kerumatanggan
4. Keuangan
c. Upaya Kesehatan Masyarakat, terdiri dari :
1. UKM Esensial
- Program PROMKES
- Program KESLING
- Program KIA-KB
- Program GIZI
- Program P2P
- Program PERKESMAS
2. UKM Pengembangan
- Yankes Jiwa
- Yankes Gigi
- Yankes Tradisional
- Yankes Olahraga
- Yankes Kesra
- Yankes Lansia
d. Upaya Kesehatan Perorangan, terdiri dari :
1. Poli Umum
2. Poli Gigi
3. Poli KIA-KB
4. Gawat Darurat
5. Poli Gizi
6. Yan Persalinan
7. Yan Puskesmas Ranap
8. Yan Kefarmasian
9. Yan Laboratorium
e. Jejaring Fasyenkes, terdiri dari :
1. Puskesmas Pembantu
2. Puskesmas Keliling
3. Bidan Desa
f. P.J Mutu dan Audit
B. Visi, Misi dan Motto
Untuk mencapai pelayanan yang sebaik – baiknya kami mempunyai visi dan misi
serta motto yaitu:
a. Visi
Mewujutkan masyarakat kulisusu yang sehat dan mandiri
b. Misi
1) Melaksanakan pelayanan kesehatan tingkat pertama
2) Melakukan kegiatan promotif, preventif dan kuratif.
3) Meningkatkan peran serta aktif masyarakat terhadap kesehatan
c. Motto : ( 7 s )
1. Senyum
2. Sapa
3. Salam
4. Suluh
5. Sopan
6. Santun
7. Sembuh

Sumber daya manusia merupakan salah satu unsur yang esensial dalam rangka
peningkatan kapasitas dan kualitas suatu organisasi, sebab dengan adanya sumber daya
manusia seluruh sumber daya yang ada dalam suatu organisasi dapat digerakan dan bekerja
lebih optimal. Sumber daya manusia pada Puskesmas Kulisusu saat ini berdasarkan status,
pangkat/golongan, tingkat pendidikan, kedudukan dalam jabatan, dan pendidikan baik
struktural, fungsional dan teknis dapat digambarkan sebagai berikut:
Pegawai Puskesmas Kulisusu seluruhnya berjumlah 124 Orang, dengan jumlah PNS
sebanyak 53Orang, dan Tenaga Honorer sebanyak 71 Orang.
Susunan kepegawaian Puskesmas Kulisusu berdasarkan jabatan adalah sebagai
berikut:
BAB III
HASIL PENILAIAN RISIKO
A. Identifikasi Risiko
Penilaian Risiko adalah upaya identifikasi dari risiko yang terjadi atau berpotensi terjadi dalam
pelayanan di rumah sakit dengan mempertimbangkan klasifikasi dan derajat (grading) kerugianyang
mungkin terjadi sebagai akibat dari terpapar risiko tersebut.
Risiko adalah kerugian yang mungkin terjadi pada suatu waktu atau kegiatan.Hal-
hal yang bisa dilakukan untuk menangkal pemicu-pemicu tersebut adalah kebijakan dan
prosedur, profesionalisme, team, invididual, lingkungan dan equipment.
Secara umum risiko-risiko tersebut dapat digolongkan menurut proses sebagai
berikut:
1. Risiko pada saat akses ke faskes (misalnya kegagalan melakukan akses, keterlambatan
akses, salah menuju/memilih tempat pelayanan)
2. Risiko pada saat pendaftaran (kekeliruan identitas rekam medis, rekam medis tidak
ditemukan, kartu identitas tertukar, rekam medis tertukar)
3. Risiko pada saat pengkajian dan penyusunan rencana asuhan (salah baca hasil
pemeriksaan penunjang, salah intepretasi hasil, salah menyusun rencana terapi)
4. Risiko pada pelaksanaan (tidak sesuai rencana, kesalahan tindakan, kesalahan diit,
kesalahan penulisan resep, kesalahan penyediaan obat, pelayanan tidak hygienis, tidak
melakukan monitoring)
5. Risiko pada saat evaluasi dan tindak lanjut
6. Risiko pada saat kembali ke rumah/masyarakat

Risiko pontensial dapat diidentifikasi dari berbagai sumber, misalnya:


a. Informasi dari internal yang didapat dari laporan masing-masing unit/poli
b.  Informasi external yang didapat dari pedoman pemerintah, organisai atau lembaga penelitian
c.  Pemeriksaan atau audit eksternal

BERIKUT CONTOH DAFTAR RESIKO BERDASARKAN RUANG LINGKUPNYA:


1. Area Lingkungan
No Risiko
1. Sarana  Kerusakan bangunan atau sarana dan prasaran
 Fasilitas sanitasi seperti wastafel buntu, air
tidak lancar, sampah medis tidak tersedia, toilet
rusak

2. Keamanan Lingkungan  Tersengat Listrik


 Terpapar dengan bahan berbahaya
 Tertimpa benda jatuh
 Tersiram air panas
 Terpeleset
 Pencurian
 Terjadi bencana gempa bumi
 Terjadi kebakaran
3. Limbah  Sistem pembuangan limbah yang belum standar
 Paparan limbah pada lingkungan

2. Area layanan klinis  


Area layanan klinis terdiri dari unit / poli yang ada di Puskesmas dan jejaring
Puskesmas seperti Poskesdes dan Pustu.

No Unit/Poli Resiko
1. Loket Pendaftaran dan Rekam  Pasien menunggu lama
Medis  Kesalahan pemberian identitas rekam medis
  Kesalahan pengambialan rekam medis
 Kegagalan memperoleh inform concent
  Kesalahan pelabelan rekam medis
 Kebocoran informasi rekam medis
 Ketidak lengkapan catatan dalam rekam medis
 Kehilangan / kesalhan penyimpanan rekam
medic

2. BP Umum  Kesalahan mengidentifikasi pasein


 Kesalahan dalam diagnosis
 Kesalahan dalam pemberian resep
  Kesalahan dalam terapi
 Kesalahan dalam edukasi
 Tidak menggunakan Alat Pelindung Diri

3. UGD  Kesalahan dalam mengdentifikasi pasein


 Kesalahan tindakan yang menimbulkan
perlukaan
 Menggunakan alat yang tidak steril
 Tidak menggunakan Alat Perlindungan Diri
 Insiden tertusuk jarum
 Limbah medis berceceran
 Paparan dengan luka terbuka atau cairan tubuh
pasien
 Kesalahan pemberian obat / injeksi
 Monitoring tindakan yang kurang baik

4. Rawat Inap  Kesalahan dalam mengidentifikasi pasein


 Kesalahan tindakan yang menimbulkan
perlukaan
  Menggunakan alat yang tidak steril
 Tidak menggunakan Alat Perlindungan Diri
 Insiden tertusuk jarum
 Pasien jatuh dari bed
 Pasien pulangtanpa sepengetahuan petugas  
 Phlebitis
 Tetesan infus yang tidak sesuai

5. Pelayanan Imunisasi  Kesalahan dalam mengdentifikasi pasein


  Kesalahan dalam pengkajian (tanda -tanda vital)
 Kesalahan cara pemberian imunisasi
 Kesalahan jenis dan dosis vaksin
 Menggunakan alat yang tidak steril
 Tidak menggunakan Alat Perlindungan Diri
 Insiden petugas tertusuk jarum
 Limbah medis berceceran
 Insiden kegagalan pemberian imunisasi
 Insiden efek samping imunisasi
 Kesalahan dalam penyimpanan vaksin

6. Poli Konsultasi GIzi  Kesalahan dalam pengkajian status gizi


 Kesalahan dalam pemberian diet
  Paket makanan tambahan tertukar
 PMT yang kadarluarsa
 Penyimpanan PMT yang tidak baik dimakan
tikus atau kena rayap

7. Farmasi  Penulisan resep yang tidak baik


 Riwayat alergi obat yang tidak teridentifikasi
 Kesalahan identifikasi pasein dalam pemberian
obat
 Kegagalan memantau efek samping obat
 Kesalahan dosis / formula obat
 Kesal;ahan edukasi cara minum obat

8. Laboratorium  Kegagalan pengambialn sampel sehingga


menimbulkan perlukaan
 Kesalahan pengambillan sampel  
 Kesalahan pemberian label sampel laboratorium
 Kesalahan penulisan hasil pemeriksaan
laboratorium
 Hasil pemeriksaan hilang atau tertukar
 Sampel rusak atau hilang
 Tidak menggunakan Alat Perlindungan Diri
 Tertelan bahan infeksius
  Tertusuk jarum

9. KIA-KB  Kesalahan dalam mengdentifikasi pasein


 Kesalahan tindakan yang menimbulkan
perlukaan
 Menggunakan alat yang tidak steril
 Tidak menggunakan Alat Perlindungan Diri
 Insiden tertusuk jarum
 Limbah medis berceceran
 Paparan dengan luka terbuka atau cairan tubuh
pasein
 Kesalahan menulis resep dan dosis obat  
 Kesalahan diagnosa

10. Poli Gigi  Kesalahan tindakan yang menimbulkan


perlukaan
 Menggunakan alat yang tidak steril
 Tidak menggunakan Alat Perlindungan Diri
 Insiden tertusuk jarum
 Limbah medis berceceran
 Tergigit pasein
 Kesalahan menulis resep dan dosis obat
 Kesalahan diagnosa
 Kesalahan mengidentifikasi pasein
 Alat kompresor tiba-tiba rusak sehingga tindakan
ditunda
3. Area pelaksanaan program  
Area pelaksanaan program adalah upaya kesehatan masyarakat essensial dan
upaya kesehatan masyarakat pengembangan. Tempat pelaksanaannya bisa di dalam gedung
Puskesmas induk, Posyandu Balita, Pos Penimbangan, Pos UKK, POSYANDU REMAJA,
POSBINDU, UKS /UKGS, dan kelompok sasaran lainnya.
a. Upaya Kesehatan Masyarakat Essensial
No Jenis Kegiatan Resiko
1. Pelayanan Promosi Kesehatan  Kecelakaan lalu lintas saat petugas melakukan
(UKS/UKGS) kunjungan
 Tergigit saat melakukan pemeriksaan gigi anak
sekolah
 Cedera mulut pada anak sekolah karena
memberontak saat dilakukan tindakan
pemeriksaan
 Tertusuk jarum saat kegiatan BIAS
 Salah memberikan vaksin saat kegiatan BIAS
2. Pelayanan kesehatan lingkungan  Kecelakaan lalu lintas saat petugas melakukan
kunjungan
 Terpeleset saat mengambil sample air
3. Pelayanan KIA – KB  – DTKB  Kecelakaan lalu lintas saat petugas melakukan
kunjungan
 Tidak menggunakan alat steril saat melakukan
pertolongan persalinan di rumah pasein
 Kesalahan tindakan yang menimbulkan
perlukaan  
 Tertusuk jarum saat kegiatan
 Salah memberikan vaksin TT  
 Salah mengidentifikasi pasein  
 Komunikasi yang tidak efektif saat melakukan
konseling
 Kesalahan cara penimbangan
 Insiden balita terjatuh saat proses penimbangan
 Kesalahan pencatatan hasil pengukuran dan
pemeriksaan
 Kesalahan menyampaikan edukasi
4. Pelayanan Gizi  Insiden balita jatuh saat penimbangan
 Kesalahan cara penimbangan  
 Kesalahan pencatatan hasil pengukuran dan
pemeriksaan  
 Kesalahan memberikan dosis Vit.A pada
kelompok umur
 Kesalahan memberikan informasi
 PMT yang tertukar
5. PERKESMAS  Salah alamat saat berkunjung
 Terpapar infeksi dengan pasein yang dikunjungi
 Kecelakaan lalu lintas saat berkunjung  
 Salah pemberian obat
6. Pencegahan dan Pengendalian 1) Pelayanan Imunisasi
Penyakit  Kesalahan penentuan kebutuhan imunisasi
 Kesalahan cara pemberian imunisasi
 Kesalahan jenis imunisasi
 Kesalahan dosis vaksin  
 Insiden kegagalan pemberian imunisasi  
 Insiden efek samping imunisasi
 Ceceran limbah medis
 Insiden tertususk jarum
2) Pelayanan HIV / AIDS
 Tidak menggunakan teknik PI dan APD
 Ceceran limbah medis
3) TBC
 Terpapar dengan pasein yang dikunjungi
 Salah diagnosa
 Salah memberikan terapi
 Tidak menggunakan  APD
4) DBD
 Mesin fogging mati saat penyemporatan di
dalam ruagan
 Petugas terpapar racun
 Ada penghuni di rumah saat penyemprotan
 Petugas terperangkap karena perubahan
angin
 Kebakaran karena mesin fogging terkena
kain horden, berdekatan dengan gas
elpiji,,atau balon yang ada gas hidrogennya
 Salah memberikan penjelasan penggunaan
ABATE
 Keracunan saat mengemas ABATE
5) Pelayanan PTM
 Kesalahan mengidentifikasi pasein
 Kesalahan diagnosa dan terapi
 Pasein lansia terjatuh

b. Upaya Kesehatan Masyarakat Pengembangan


No Jenis Kegiatan Resiko
1. Pelayanan UKGM  Kecelakaan lalu-lintas saat berkunjung
 Tergigit anak saat pemeriksaan gigi

2. Pelayanan Kesehatan jiwa  Mendapat perilaku kekerasaan dari pasein


 Tertusuk jarum
 Salah minum obat
 Petugas merasa terancam secara psikologis

3. Pelayanan kesehatan lansia  Pasein lansia terjatuh


 Salah diagnosa atau terapi
 Tertusuk jarum saat pemeriksaan
 Ceceran limbah medis

Daftar risiko yang telah teridentifikasi, dicatat dalam formulir identifikasi manajemen
risiko Puskesmas dan dilaporkan kepada Tim Mutu Puskesmas.
B. Analisis Resiko

Risiko adalah gabungan dari kemungkinan (frekuensi) dan akibat atau konsekuensi
dari terjadinya bahaya tersebut. Penilaian risiko adalah penilaian menyeluruh untuk
mengidentifikasi bahaya dan menentukan apakah risiko dapat diterima. Manajemen risiko
adalah pengelolaan risiko yang mencakup identifikasi, penilaian, dan pengendalian risiko.
Manajemen risiko terdiri dari 3 langkah pelaksanaan yaitu identifikasi bahaya, penilaian
risiko dan pengendalian risiko (Ramli, 2010). Analisis risiko bahaya berdasarkan temuan-
temuan hasil observasi sebagai berikut:
1. Pemanfaatan tempat sampah belum optimal

Dampaknya sampah beresiko tercampur tanpa membedakan jenisnya. Penilaian risiko


dari bahaya ini dengan probability: 3, frequency: 3, severity: 2 dan tingkat risiko
medium. Pengendalian bahaya dilakukan melalui metode eliminasi (dilakukan
perawatan berkala), substitusi (mengganti tempat sampah yang rusak dengan yang
baru), administrasi (memasang instruksi penggunaan). Dengan pengendalian bahaya
yang telah dilakukan, maka bahaya ini termasuk dalam kriteria risiko yang dapat
diterima.
2. Alas kursi yang sudah rusak
Dampaknya saat dapat meningkatkan resiko jatuh pada setiap orang yang
menggunakannya. Penilaian risiko dari bahaya ini dengan probability: 5, frequency:
2, severity: 3 dan tingkat risiko medium. Pengendalian bahaya dilakukan melalui
metode
eliminasi (membuang kursi yang sudah rusak), substitusi (mengganti dengan yang
baru), dan teknik (dilakukan perawatan berkala). Dengan pengendalian bahaya yang
telah dilakukan, maka bahaya ini termasuk dalam kriteria risiko yang dapat
diterima.

3. Terdapat lubang di atap Pendaftaran


Dampaknya meningkatkan risiko infeksi pernafasan karena debu dan kotoran yang
jatuh di sekitaran pendaftaran. Penilaian risiko dari bahaya ini dengan probability: 3,
frequency: 3, severity: 2 dan tingkat risiko medium. Pengendalian bahaya dilakukan
melalui metodesubstistusi (ditutup dengan bahan yang padat seperti tripleks), dan
teknik (membersihkan atap poli secara berkala). Dengan pengendalian bahaya yang
telah dilakukan, maka bahaya ini termasuk dalam kriteria risiko yang dapat
diterima.

4. Kamar mandi Kurang terawatt


Dampaknya meningkatkan resiko jatuh terhadap pengguna fasilitas kamar mandi.
Penilaian risiko dari bahaya ini dengan probability: 3, frequency: 2, severity: 2
dan tingkat risiko medium. Pengendalian bahaya dilakukan melalui metode teknik
(memperbaiki bak mandi agar air tidak bocor), dan administrasi (memasang tanda
peringatan bahwa area licin). Dengan pengendalian bahaya yang telah dilakukan, maka
bahaya ini termasuk dalam kriteria risiko yang dapat diterima.
Dengan temuan-temuan risiko keselamatan dan kesehatan kerja (K3) tersebut,
maka pihak pengelola Puskesmas Kulisusu perlu melakukan langkah-langkah
perbaikan untuk mengurangi risiko yang ada. Hal ini sesuai dengan pendapat
Dharma et al. (2017), yang menyatakan bahwa dalam meminimalkan dampak
risiko K3 perlu dilakukan pengendalian risiko, evaluasi secara periodik harian,
mingguan, dan evaluasi bulanan, pertimbangan jarak aman sumber bahaya dari
pekerja, pengaturan jam kerja, penetapan prosedur skenario keadaan darurat dan
instruksi kerja. Demikian juga dengan pendapat Soputan et al. (2014), yang
mengatakan Pengendalian yang dapat dilakukan dari risiko bahaya yang diketahui,
yaitu dengan cara mengurangi risiko dengan rekayasa teknik, administratif dan
menggunakan Alat Pelindung Diri (APD). Penangannya dengan mengurangi,
mendanai, menanggulangi dan mengalihkan risiko ke pihak lain seperti asuransi serta
pihak lain yang berhubungan langsung.

Analisis dilakukan dengan menentukan score risiko atau insiden tersebut untuk menentukan
prioritas penanganan dan level manajemen yang harus bertanggung jawab untuk mengelola / mengendalikan
risiko / insiden tersebut termasuk dalam kategori biru / hijau / kuning / merah.
Hal ini akan menentukan evaluasi dan tata laksana selanjutnya. Untuk risiko / insiden dengan
kategori biru dan hijau maka evaluasi cukup dengan investigasi sederhana sedangkan untuk kategori kuning
dan merah perlu dilakukan evaluasi lebih mendalam dengan metode RCA (root causeanalysis –reaktif /
responsive) atau HFMEA (healthcare failure mode effect analysis  – proaktif ).

C. Evaluasi Risiko
1. Risiko atau insiden yang sudah dianalisis akan dievaluasi lebih lanjut sesuai
skor dan grading yang didapat dalam analisis.
2. Pemeringkatan memerlukan keterampilan dan pengetahuan yang sesuai, dan
meliputi prosesberikut :
a. Menilai secara obyektif beratnya / dampak / akibat dan menentukan suatu skor
b. Menilai secara obyektif kemungkinan / peluang / frekuensi suatu peristiwa terjadi danmenentukan
suatu skor
c. Mengalikan dua parameter untuk memberi skor risiko
3. Penilaian risiko akan dilaksanakan dalam dua tahap
a. Tahap pertama akandiselesaikan oleh penilai risiko yang terlatih, yang akan
mengidentifikasibahaya, efek yang mungkin terjadi dan pemeringkatan risiko.
b. Tahap kedua dari penilaian akan dilakukan oleh Kepala Unit Kerja yang akan melakukanverifikasi
tahap pertama dan membuat suatu rencana tindakan untuk mengatasi risiko.
Evaluasi risiko dilakukan pada kasus yang terpilih berdasarkan kegawatan risiko.
Evaluasi dilakukan dengan mencari penyebab masalah menggunakanAnalisis Akar
Masalah (RCA/Root Cause Analysis) kemudian ditentukan apakahmemerlukan tindakan
perbaikan (treatment) ataukah tidak.

AKTIVITAS KEGIATAN
Puskesmas Kulisusu memiliki pelayanan poli umum, poli gigi, poli KIA (Kesehatan
Ibu dan Anak), poli gizi, dan laboratorium. Aktivitas kegiatan sehari-hari poli di Puskesmas
Kulisusu meliputi:
1. Pendaftaran
Puskesmas Kulisusu melayani pasien rawat jalan, pemeriksaan kehamilan dan
kontrasepsi, dan imunisasi. Saat datang ke Puskesmas, semua pasien mendaftarkan diri
terlebih dahulu. Pasien akan mendapatkan nomor antri, dan dapat mendaftar setelah
nomor antriannya dipanggil. Dari pendaftaran, pasien akan diarahkan ke poli yang
sesuai dengan kebutuhan pasien. Petugas pendaftaran mencatat dan mencarikan rekam
medis di ruang pendaftaran. Pasien lansia dan anak- anak menjadi prioritas utama
dalam penentuan urutan.

2. Poliklinik
Poliklinik yang ada di Puskesmas Kulisusu terdiri dari Poli Umum, Poli KIA,
Poli Gigi, dan Poli Gizi.
Tempat Penyimpanan PMT Ibu Hamil Dan Balita di Ruangan Gizi

3. Ruang Tunggu
Di Puskesmas Kulisusu disediakan ruang tunggu di beberapa tempat, antara lain di
tempat pendaftaran, di dekat poli dan dekat apotek. Pada setiap ruang tunggu
disediakan kursi dengan sandaran punggung.

4. Apotek
Apotek di Puskesmas Kulisusu melayani kebutuhan farmasi bagi setiap pasien yang
datang berobat. Pelayanan yang diberikan bersifat dasar.
5. Kantor
di Puskesmas Kulisusu terdapat satu ruangan yang digunakan sebagai kantor.
Ruangan tersebut terletak di tengah bangunan puskesmas yang terdiri dari ruang
kepala puskesmas, ruang tata usaha, dan administrasi.

BAB IV
KESIMPULAN

Sebagian besar peniliaan risiko bahaya yang ditemukan adalah medium, yang berarti
tingkat risiko bahaya masih dapat diterima, tetapi tetap perlu dilakukan perbaikan walaupun
dari segi waktu belum mendesak.

Anda mungkin juga menyukai