KESEHATAN
Disusun oleh :
1. Dedek Maisarah
2. Mehlidar
3. Putri Marinda
4. Ainon Mardiah
5. Rika Andriani
Puji syukur kehadirat Allah Swt atas tersusunnya makalah ini. Askep ini
telah penulis susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai
pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah askep ini. Untuk itu kami
menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi
dalam pembuatan makalah ini.
Dedek Maisarah
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................................ii
DAFTAR ISI..........................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1
1.1 Pendahuluan..............................................................................................1
1.2. Tujuan........................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN.........................................................................................3
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................11
iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Pendahuluan
Indonesia merupakan gugusan kepulauan yang memiliki potensi bencana
tinggi dan bervariasi. Sejak Januari hingga Juni 2016 tercatat bahwa terdapat
1.092 kejadian bencana dengan 267 korban meninggal & hilang, 1.709.158
korban mengalami luka ringan – berat dan menjadi pengungsi serta terjadi 16.595
kerusakan pemukiman yang dilaporkan oleh Badan Nasional Penanggulangan
Bencana.
Indonesia memiliki banyak jenis bencana, baik itu bencana alam, seperti
banjir, tanah longsor, banjir dan tanah longsor, gelombang pasang/abrasi, gempa
bumi, kebakaran hutan dan lahan, letusan gunung berapi, puting beliung dan
bencana non alam, seperti kecelakaan transportasi, aksi teror/sabotase.
Dalam Undang-Undang No.24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan
Bencana, terdapat sebuah mekanisme penetapan status bencana. Dalam
menyatakan status bencana dibutuhkan banyak pertimbangan, dan penetapan
tersebut diberlakukan oleh pemerintah dalam jangka waktu tertentu atas dasar
rekomendasi badan yang diberi tugas untuk menanggulangi bencana yang
ditunjuk oleh pemerintah dan pemerintah daerah sesuai dengan kewenangannya.
Setiap bencana dapat menimbulkan krisis kesehatan. Sedangkan,
penanggulangan masalah kesehatan individu atau masyarakat harus segera
dilakukan dan tidak bisa menunggu sampai penetapan status bencana nasional
atau daerah. Untuk itu, Kementerian Kesehatan melalui Pusat Krisis Kesehatan
(PKK) menerbitkan Permenkes No. 64 Tahun 2013 tentang Penanggulangan
Krisis Kesehatan, menggunakan istilah “Krisis Kesehatan” yang diartikan sebagai
peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam kesehatan individu atau
masyarakat yang disebabkan oleh bencana dan/atau berpotensi bencana. Upaya
penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana merupakan kegiatan yang berada
dalam siklus penanggulangan bencana. Siklus tersebut dimulai sejak sebelum
terjadi bencana (perencanaan, mitigasi dan kesiapsiagaan), pada saat terjadinya
bencana (tanggap darurat) dan pada saat setelah terjadinya bencana (rehabilitasi
1
dan rekontruksi). Penanggulangan krisis kesehatan mengikuti siklus
penanggulangan bencana pada setiap tahapan bencana yang meliputi tahap pra
krisis kesehatan, tanggap darurat krisis kesehatan dan pasca krisis kesehatan,
dengan penekanan pada upaya pencegahan kejadian krisis kesehatan yang lebih
parah atau buruk dan memperhatikan aspek pengurangan risiko bencana.
Kebutuhan pelayanan kesehatan selalu ada dan akan terus meningkat saat
situasi krisis kesehatan. Kesehatan merupakan hak asasi manusia yang harus
terpenuhi dalam situasi apapun termasuk dalam situasi bencana.
Pelayanan Keluarga Berencana (KB) pada krisis kesehatan akibat bencana
membutuhkan pengambilan keputusan dan langkah-langkah kebijakan yang
mendesak. Kebutuhan alat dan obat kontrasepsi harus segera dipenuhi.
Pelayanan KB terkadang menghadapi kondisi khusus, seperti KB darurat, KB
pasca keguguran, dan KB pasca persalinan. Kondisi khusus ini membutuhkan
penanganan khusus karena dapat berujung pada kehamilan yang tidak diinginkan
(KTD).
Pelayanan kontrasepsi pada krisis kesehatan merupakan bagian dari
penerapan Paket Pelayanan Awal Minimum (PPAM) kesehatan reproduksi.
Fasilitas Kesehatan Keluarga Berencana Lengkap (Faskes KB Lengkap)
adalah fasilitas yang mampu memberikan pelayanan KB. Pelayanan KB meliputi
konseling, pemberian pil KB, suntik KB, kondom, penanggulangan efek samping,
komplikasi, dan upaya rujukan.
Ber-KB dapat membantu keluarga merencanakan kapan akan hamil,
berapa jumlah anak yang akan dilahirkan, dan berapa lama jarak
kelahirannya. Dengan KB, hak-hak reproduksi seorang perempuan akan
terpenuhi.
1.2. Tujuan
1. Mengetahui Konsep Dasar Bencana Krisis Kesehatan
2. Mengetahui Dampak dan Siklus Pengulangan Bencana Krisis Kesehatan
terhadap Pelayanan Kontrasepsi
3. Mengetahui Logistik yang dibutuhkan untuk pelayanan kontrasepsi
4. Mengetahui langkah-langkah pelayanan kontrasepsi pada krisis kesehatan
2
3
BAB II PEMBAHASAN
4
tahapan yang sama dengan penanggulangan bencana yang dibagi kedalam tiga
tahap yaitu:
5
Tahap tanggap darurat
Tahap rehabilitasi dan rekonstruksi
6
Pelayanan tubektomi
Saat memilih alat kontrasepsi, Anda dapat mempertimbangkan hal-hal
berikut:
Kemudahan dan waktu pemakaian
Perlindungan terhadap penyakit menular seksual
Efek samping dan faktor keamanan
Usia
Efeknya terhadap siklus menstruasi
Biaya
Menurut BKKBN, metode kontrasepsi dibagi menjadi dua jenis:
Metode kontrasepsi jangka pendek, seperti kondom, pil KB, dan suntik
KB
Metode kontrasepsi jangka panjang, seperti KB spiral atau intrauterine
device (IUD), implan, tubektomi, dan vasektomi
Alat kontrasepsi lainnya meliputi:
7
Pelayanan kesehatan reproduksi wanita dalam situasi darurat bencana diperlukan
karena:
Keterbatasan akses kesehatan reproduksi dapat menyebabkan risiko masalah
kesehatan, seperti penyakit menular, kehamilan yang tidak diinginkan, dan
risiko kekerasan seksual pada perempuan.
Ketersediaan layanan kesehatan reproduksi pada situasi bencana akan
menyelamatkan jiwa.
Dalam situasi darurat bencana, akses informasi dan layanan kesehatan
reproduksi sangat diperlukan guna mewujudkan kesejahteraan dan kesehatan.
PPAM Kesehatan Reproduksi sangat penting untuk dilaksanakan saat kondisi
bencana karena merupakan Hak Asasi Manusia untuk mendapatkan pelayanan
Kesehatan reproduksi dalam kondisi normal atau bencana.
Bencana memiliki dampak yang signifikan bagi kondisi kesehatan
reproduksi warga yang terdampak, khususnya perempuan, anak, dan
remaja. Rusaknya infrastruktur kesehatan akan menghambat layanan kesehatan
reproduksi yang komprehensif.
Metode kontrasepsi yang dilayani pada krisis bencana antara lain:
Kontrasepsi hormonal, seperti IUD hormonal, implan, pil KB, kontrasepsi
darurat, dan suntikan KB.
Kontrasepsi non-hormonal, seperti IUD non-hormonal, kondom, serta
sterilisasi (tubektomi, dan vasektomi).
Pada situasi krisis kesehatan akibat bencana, pelayanan kontrasepsi bertujuan
untuk:
Memastikan keberlangsungan penggunaan alat dan obat kontrasepsi.
Menurunkan angka putus pakai pemakaian alokon dan mencegah kehamilan
yang tidak diinginkan.
Pelayanan Keluarga Berencana (KB) adalah pelayanan dalam upaya
mengatur kelahiran anak, jarak dan usia ideal melahirkan, mengatur kehamilan,
melalui promosi, perlindungan, dan bantuan sesuai dengan hak reproduksi untuk
mewujudkan keluarga yang berkualitas.
8
2.3. Logistik yang dibutuhkan untuk pelayanan kontrasepsi
Untuk dapat memberikan pelayanan kontrasepsi pada krisis kesehatan,
dibutuhkan dukungan logistik berupa fasilitas kantor darurat (bila bangunan
kantor rusak berat/hancur dan tidak bisa dipergunakan), peralatan untuk pelayanan
kontrasepsi sementara termasuk tenda pelayanan, alokon, Bahan Medis Habis
Pakai (BMHP), materi KIE dengan Alat Bantu Pembuat Keputusan (ABPK),
identitas Lembaga (visibility items) serta fasilitas penunjang seperti mobil
pelayanan (Muyan) dan mobil penerangan (Mupen). Berikut adalah daftar
kebutuhan logistik untuk pelayanan kontrasepsi:
9
Untuk situasi bencana non alam akibat wabah penyakit, berikut kebutuhan logistik
yang harus ditambahkan:
10
2. Kebutuhan Alat Perlindunga Diri (APD) sesuai jenis pelayanan
kontrasepsi yang diberikan dan siapa yang memberikan pelayanan
APD yang dibutuhkan untuk pelayanan kontrasepsi pada situasi wabah penyakit
berupa:
Catatan: APD dapat diperoleh dari berbagai sumber dan dengan berkoordinasi
dengan sub klaster kesehatan reproduksi dan klaster kesehatan:
11
BAB III PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Pelayanan kontrasepsi pada krisis kesehatan bertujuan untuk memastikan
keberlangsungan penggunaan alat dan obat kontrasepsi. Pelayanan kontrasepsi
pada kondisi khusus juga bertujuan untuk:
Mencegah dan menangani kekerasan seksual
Mencegah penularan IMS/HIV
Mencegah peningkatan angka morbiditas dan mortalitas maternal dan
neonatal
12
DAFTAR PUSTAKA
13