Anda di halaman 1dari 16

PELAYANAN KONTRASEPSI PADA KRISIS

KESEHATAN

Dosen Pengampu : Siti Hajar, SST, M.Kes

Disusun oleh :

1. Dedek Maisarah
2. Mehlidar
3. Putri Marinda
4. Ainon Mardiah
5. Rika Andriani

PROGRAM STUDI S1 KEBIDANAN


STIKes MUHAMMADIYAH ACEH
TAHUN 2024
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah Swt atas tersusunnya makalah ini. Askep ini
telah penulis susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai
pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah askep ini. Untuk itu kami
menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi
dalam pembuatan makalah ini.

Disadari banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini, untuk itu


diharapkan kritik dan saran dari dosen sebagai penyempurnaan makalah ini.
Semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua. Aamiin.

Aceh Besar, 09 Maret 2024

Dedek Maisarah

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................ii

DAFTAR ISI..........................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1

1.1 Pendahuluan..............................................................................................1

1.2. Tujuan........................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN.........................................................................................3

2.1. Konsep Dasar Bencana dan Krisis Kesehatan...........................................3

2.2. Kontrasepsi Pada Krisis Kesehatan...........................................................5

2.3. Logistik yang dibutuhkan untuk pelayanan kontrasepsi...........................7

BAB III PENUTUP...............................................................................................10

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................11

iii
BAB I PENDAHULUAN

1.1 Pendahuluan
Indonesia merupakan gugusan kepulauan yang memiliki potensi bencana
tinggi dan bervariasi. Sejak Januari hingga Juni 2016 tercatat bahwa terdapat
1.092 kejadian bencana dengan 267 korban meninggal & hilang, 1.709.158
korban mengalami luka ringan – berat dan menjadi pengungsi serta terjadi 16.595
kerusakan pemukiman yang dilaporkan oleh Badan Nasional Penanggulangan
Bencana.
Indonesia memiliki banyak jenis bencana, baik itu bencana alam, seperti
banjir, tanah longsor, banjir dan tanah longsor, gelombang pasang/abrasi, gempa
bumi, kebakaran hutan dan lahan, letusan gunung berapi, puting beliung dan
bencana non alam, seperti kecelakaan transportasi, aksi teror/sabotase.
Dalam Undang-Undang No.24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan
Bencana, terdapat sebuah mekanisme penetapan status bencana. Dalam
menyatakan status bencana dibutuhkan banyak pertimbangan, dan penetapan
tersebut diberlakukan oleh pemerintah dalam jangka waktu tertentu atas dasar
rekomendasi badan yang diberi tugas untuk menanggulangi bencana yang
ditunjuk oleh pemerintah dan pemerintah daerah sesuai dengan kewenangannya.
Setiap bencana dapat menimbulkan krisis kesehatan. Sedangkan,
penanggulangan masalah kesehatan individu atau masyarakat harus segera
dilakukan dan tidak bisa menunggu sampai penetapan status bencana nasional
atau daerah. Untuk itu, Kementerian Kesehatan melalui Pusat Krisis Kesehatan
(PKK) menerbitkan Permenkes No. 64 Tahun 2013 tentang Penanggulangan
Krisis Kesehatan, menggunakan istilah “Krisis Kesehatan” yang diartikan sebagai
peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam kesehatan individu atau
masyarakat yang disebabkan oleh bencana dan/atau berpotensi bencana. Upaya
penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana merupakan kegiatan yang berada
dalam siklus penanggulangan bencana. Siklus tersebut dimulai sejak sebelum
terjadi bencana (perencanaan, mitigasi dan kesiapsiagaan), pada saat terjadinya
bencana (tanggap darurat) dan pada saat setelah terjadinya bencana (rehabilitasi

1
dan rekontruksi). Penanggulangan krisis kesehatan mengikuti siklus
penanggulangan bencana pada setiap tahapan bencana yang meliputi tahap pra
krisis kesehatan, tanggap darurat krisis kesehatan dan pasca krisis kesehatan,
dengan penekanan pada upaya pencegahan kejadian krisis kesehatan yang lebih
parah atau buruk dan memperhatikan aspek pengurangan risiko bencana.
Kebutuhan pelayanan kesehatan selalu ada dan akan terus meningkat saat
situasi krisis kesehatan. Kesehatan merupakan hak asasi manusia yang harus
terpenuhi dalam situasi apapun termasuk dalam situasi bencana.
Pelayanan Keluarga Berencana (KB) pada krisis kesehatan akibat bencana
membutuhkan pengambilan keputusan dan langkah-langkah kebijakan yang
mendesak. Kebutuhan alat dan obat kontrasepsi harus segera dipenuhi.
Pelayanan KB terkadang menghadapi kondisi khusus, seperti KB darurat, KB
pasca keguguran, dan KB pasca persalinan. Kondisi khusus ini membutuhkan
penanganan khusus karena dapat berujung pada kehamilan yang tidak diinginkan
(KTD).
Pelayanan kontrasepsi pada krisis kesehatan merupakan bagian dari
penerapan Paket Pelayanan Awal Minimum (PPAM) kesehatan reproduksi.
Fasilitas Kesehatan Keluarga Berencana Lengkap (Faskes KB Lengkap)
adalah fasilitas yang mampu memberikan pelayanan KB. Pelayanan KB meliputi
konseling, pemberian pil KB, suntik KB, kondom, penanggulangan efek samping,
komplikasi, dan upaya rujukan.
Ber-KB dapat membantu keluarga merencanakan kapan akan hamil,
berapa jumlah anak yang akan dilahirkan, dan berapa lama jarak
kelahirannya. Dengan KB, hak-hak reproduksi seorang perempuan akan
terpenuhi.

1.2. Tujuan
1. Mengetahui Konsep Dasar Bencana Krisis Kesehatan
2. Mengetahui Dampak dan Siklus Pengulangan Bencana Krisis Kesehatan
terhadap Pelayanan Kontrasepsi
3. Mengetahui Logistik yang dibutuhkan untuk pelayanan kontrasepsi
4. Mengetahui langkah-langkah pelayanan kontrasepsi pada krisis kesehatan

2
3
BAB II PEMBAHASAN

2.1. Konsep Dasar Bencana dan Krisis Kesehatan


Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan
mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat, baik disebabkan oleh
faktor alam dan/atau faktor non-alam termasuk di dalamnya faktor manusia,
sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan,
kerugian harta benda, dan dampak psikologis. Penetapan penentuan masa tanggap
darurat ditetapkan oleh pemerintah berdasarkan rekomendasi dari Badan Nasional
Penanggulangan Bencana (BNPB) maupun Badan Penanggulangan Bencana
Daerah (BPBD). Dalam program penanggulangan bencana, terdapat tiga tahapan
penyelenggaraan penanggulangan bencana yaitu:

Gambar 2.1 Siklus Penanggulangan Bencana


Sumber: BPPD Kabupaten Ciamis, Tahun 201612

Mengacu pada Permenkes No. 64 Tahun 2013 tentang Penanggulangan


Krisis Kesehatan, disebutkan bahwa Krisis Kesehatan adalah peristiwa atau
rangkaian peristiwa yang mengancam kesehatan individu atau masyarakat yang
disebabkan oleh bencana dan/atau berpotensi bencana. Penyelenggaraan
penanggulangan Krisis Kesehatan bertujuan untuk menanggulangi Krisis
Kesehatan secara cepat, tepat, menyeluruh, dan terkoordinasi melalui
kesiapsiagaan sumber daya Kesehatan. Penanggulangan krisis kesehatan memiliki

4
tahapan yang sama dengan penanggulangan bencana yang dibagi kedalam tiga
tahap yaitu:

1. Pra Krisis Kesehatan

Tahapan ini ditujukan untuk peningkatan kapasitas sumber daya


kesehatan. Tahapan pra krisis kesehatan merupakan serangkaian kegiatan yang
dilakukan pada situasi tidak terjadi bencana atau situasi terdapat potensi terjadinya
bencana, yang meliputi kegiatan perencanaan penanggulangan krisis kesehatan,
pengurangan risiko krisis kesehatan, penguatan kapasitas, penetapan persyaratan
standar teknis dan analisis penanggulangan krisis kesehatan, kesiapsiagaan, dan
mitigasi kesehatan.

2. Tanggap Darurat Krisis Kesehatan

Tahapan ini ditujukan untuk mengurangi risiko masalah kesehatan akibat


bencana. Tanggap darurat Krisis Kesehatan merupakan serangkaian kegiatan yang
dilakukan dengan segera pada saat bencana, untuk menangani dampak kesehatan
yang ditimbulkan. Kegiatan ini meliputi kegiatan penyelamatan dan evakuasi
korban, pemenuhan kebutuhan dasar, pelindungan, pemulihan korban, dan
penyediaan prasarana serta fasilitas pelayanan kesehatan.

3. Pasca Krisis Kesehatan, ditujukan untuk memperbaiki, memulihkan,


dan/atau membangun kembali prasarana dan fasilitas pelayanan kesehatan.

Dampak bencana terhadap kesehatan adalah:


 Munculnya berbagai penyakit paskagempa
 Fasilitas air bersih dan sanitasi lingkungan yang kurang baik
 Trauma kejiwaan
 Rusaknya sarana dan prasarana kesehatan, gedung rumah sakit dan
puskesmas rusak, alat kesehatan dan stok obat rusak atau hilang
Siklus penanggulangan bencana meliputi empat tahapan, yaitu:
 Tahap pencegahan dan mitigasi
 Tahap kesiapsiagaan

5
 Tahap tanggap darurat
 Tahap rehabilitasi dan rekonstruksi

2.2. Kontrasepsi Pada Krisis Kesehatan


Kontrasepsi adalah alat atau obat yang digunakan untuk mencegah
kehamilan. Kontrasepsi digunakan untuk menjarangkan kehamilan atau menjaga
jarak kelahiran.
Kontrasepsi memiliki berbagai jenis yang memiliki cara kerja berbeda-
beda. Beberapa di antaranya bekerja dengan memengaruhi hormon, namun ada
juga yang menghalangi secara fisik proses masuknya sperma ke vagina.
Jenis-jenis kontrasepsi meliputi:

Pil KB, IUD, Suntik KB, KB implan, Diafragma, Cincin kontrasepsi.


Kontrasepsi hormonal, seperti pil KB, implan, dan IUD, memberikan manfaat lain
di luar pencegahan kehamilan, di antaranya: Mengatur siklus menstruasi.
Penggunaan alat kontrasepsi juga dapat mengurangi risiko kematian ibu dan bayi
karena jarak kelahiran yang terlalu dekat atau terlalu sering.
Langkah Pra Pelayanan Kontrasepsi

Dokter, bidan, atau tenaga kesehatan lainnya mungkin dapat memberikan


informasi medis yang lebih tepat. Pastikan untuk selalu mengusahakan saran dari
dokter atau tenaga kesehatan profesional.

Berikut ini adalah beberapa langkah pra pelayanan kontrasepsi:

 Mengganti pakaian akseptor


 Mencukur rambut kemaluan di daerah skrotum
 Fiksasi penis ke dinding perut
Pelayanan kontrasepsi meliputi:

 Pemasangan atau pencabutan Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR)


 Pemasangan atau pencabutan implan
 Pemberian suntik
 Pemberian pil
 Pemberian kondom

6
 Pelayanan tubektomi
 Saat memilih alat kontrasepsi, Anda dapat mempertimbangkan hal-hal
berikut:
 Kemudahan dan waktu pemakaian
 Perlindungan terhadap penyakit menular seksual
 Efek samping dan faktor keamanan
 Usia
 Efeknya terhadap siklus menstruasi
 Biaya
Menurut BKKBN, metode kontrasepsi dibagi menjadi dua jenis:

 Metode kontrasepsi jangka pendek, seperti kondom, pil KB, dan suntik
KB
 Metode kontrasepsi jangka panjang, seperti KB spiral atau intrauterine
device (IUD), implan, tubektomi, dan vasektomi
Alat kontrasepsi lainnya meliputi:

Kondom wanita, Diafragma, Spersimida, Vaginal ring, Vasektomi,


Tubektomi, Sterilisasi, Amenorea laktasi (MAL).
Implan adalah alat kontrasepsi berupa susuk karet silikon berisi hormon
progesteron yang bentuknya batangan kecil.
Dalam situasi krisis kesehatan akibat bencana, diperlukan pengambilan keputusan
dan langkah-langkah kebijakan untuk memenuhi pelayanan kontrasepsi.
Dalam situasi darurat, kebutuhan alat dan obat kontrasepsi mendesak. Kebutuhan
Alokon pada pelayanan kontrasepsi pada Krisis Kesehatan akibat Bencana melalui
mekanisme:
 Permintaan
 Distribusi dan rantai pasok Alokon

Mekanisme penghitungan kebutuhan Alokon sesuai dengan ketentuan dan


peraturan perundang-undangan.

7
Pelayanan kesehatan reproduksi wanita dalam situasi darurat bencana diperlukan
karena:
 Keterbatasan akses kesehatan reproduksi dapat menyebabkan risiko masalah
kesehatan, seperti penyakit menular, kehamilan yang tidak diinginkan, dan
risiko kekerasan seksual pada perempuan.
 Ketersediaan layanan kesehatan reproduksi pada situasi bencana akan
menyelamatkan jiwa.
 Dalam situasi darurat bencana, akses informasi dan layanan kesehatan
reproduksi sangat diperlukan guna mewujudkan kesejahteraan dan kesehatan.
 PPAM Kesehatan Reproduksi sangat penting untuk dilaksanakan saat kondisi
bencana karena merupakan Hak Asasi Manusia untuk mendapatkan pelayanan
Kesehatan reproduksi dalam kondisi normal atau bencana.
Bencana memiliki dampak yang signifikan bagi kondisi kesehatan
reproduksi warga yang terdampak, khususnya perempuan, anak, dan
remaja. Rusaknya infrastruktur kesehatan akan menghambat layanan kesehatan
reproduksi yang komprehensif.
Metode kontrasepsi yang dilayani pada krisis bencana antara lain:
 Kontrasepsi hormonal, seperti IUD hormonal, implan, pil KB, kontrasepsi
darurat, dan suntikan KB.
 Kontrasepsi non-hormonal, seperti IUD non-hormonal, kondom, serta
sterilisasi (tubektomi, dan vasektomi).
Pada situasi krisis kesehatan akibat bencana, pelayanan kontrasepsi bertujuan
untuk:
 Memastikan keberlangsungan penggunaan alat dan obat kontrasepsi.
 Menurunkan angka putus pakai pemakaian alokon dan mencegah kehamilan
yang tidak diinginkan.
Pelayanan Keluarga Berencana (KB) adalah pelayanan dalam upaya
mengatur kelahiran anak, jarak dan usia ideal melahirkan, mengatur kehamilan,
melalui promosi, perlindungan, dan bantuan sesuai dengan hak reproduksi untuk
mewujudkan keluarga yang berkualitas.

8
2.3. Logistik yang dibutuhkan untuk pelayanan kontrasepsi
Untuk dapat memberikan pelayanan kontrasepsi pada krisis kesehatan,
dibutuhkan dukungan logistik berupa fasilitas kantor darurat (bila bangunan
kantor rusak berat/hancur dan tidak bisa dipergunakan), peralatan untuk pelayanan
kontrasepsi sementara termasuk tenda pelayanan, alokon, Bahan Medis Habis
Pakai (BMHP), materi KIE dengan Alat Bantu Pembuat Keputusan (ABPK),
identitas Lembaga (visibility items) serta fasilitas penunjang seperti mobil
pelayanan (Muyan) dan mobil penerangan (Mupen). Berikut adalah daftar
kebutuhan logistik untuk pelayanan kontrasepsi:

9
Untuk situasi bencana non alam akibat wabah penyakit, berikut kebutuhan logistik
yang harus ditambahkan:

Situasi wabah penyakit:

1. Jumlah alokon ditambah dengan stok untuk metode alternatif sebagai


metode pangganti sementara berupa pil dan kondom

10
2. Kebutuhan Alat Perlindunga Diri (APD) sesuai jenis pelayanan
kontrasepsi yang diberikan dan siapa yang memberikan pelayanan
APD yang dibutuhkan untuk pelayanan kontrasepsi pada situasi wabah penyakit
berupa:

Catatan: APD dapat diperoleh dari berbagai sumber dan dengan berkoordinasi
dengan sub klaster kesehatan reproduksi dan klaster kesehatan:

1. APD yang diadakan oleh Badan Nasional Penanggulangan Bencana


2. Kementerian Kesehatan
3. BKKBN (APD yang merupakan bagian dari Badan Medis Habis
Pakai/BMHP)
4. LSM, donor
5. Lembaga swasta
6. Bantuan/sumbangan dari masyarakat
7. Sumber lain

11
BAB III PENUTUP

3.1. Kesimpulan
Pelayanan kontrasepsi pada krisis kesehatan bertujuan untuk memastikan
keberlangsungan penggunaan alat dan obat kontrasepsi. Pelayanan kontrasepsi
pada kondisi khusus juga bertujuan untuk:
 Mencegah dan menangani kekerasan seksual
 Mencegah penularan IMS/HIV
 Mencegah peningkatan angka morbiditas dan mortalitas maternal dan
neonatal

Pelayanan kontrasepsi meliputi:


 Pemasangan atau pencabutan Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR)
 Pemasangan atau pencabutan implan
 Pemberian suntik, pil, kondom, pelayanan tubektomi

Pada situasi stabil, pelayanan kontrasepsi di fasilitas kesehatan sangat mudah


dijangkau. Namun, pada kondisi darurat seperti bencana, ketersediaan dan
keterjangkauan pelayanan kontrasepsi sering terabaikan.
Pelayanan kontrasepsi pada krisis kesehatan akibat bencana dilakukan melalui
mekanisme permintaan, distribusi, dan rantai pasok Alokon. Mekanisme
penghitungan kebutuhan Alokon sesuai dengan ketentuan dan peraturan
perundang-undangan.
Pelayanan kontrasepsi juga dapat dilakukan oleh tenaga kesehatan, terutama
dokter umum dan bidan. Untuk meningkatkan kualitas pelayanan KB, perlu
dilakukan pelatihan dalam upaya peningkatan kapasitas tenaga kesehatan.

12
DAFTAR PUSTAKA

Direktorat Kesehatan Keluarga Kementerian Kesehatan RI (2020). Petunjuk


teknis pelayanan kontrasepsi pada krisis kesehatan akibat bencana. Jakarta :
BKKBN

Family Planning A Global Handbook for Providers

Sari Widyaningsih, Lolli Nababan (2021). Modul Pratikum KB dan Pelayanan


Kontrasepsi. Bengkulu : STIK Sapta Bakti.

13

Anda mungkin juga menyukai