Anda di halaman 1dari 18

P-ISSN: 2303-2898 | E-ISSN: 2549-6662 Vol. 11, No.

1, April 2022
Received: 12 September 2021 | Accepted: 04 Maret 2022 | Published: 01 April 2022

PENDIDIKAN, KESEHATAN DAN PENANGGULANGAN


KEMISKINAN DI KALIMANTAN BARAT: MENUJU
SUSTAINABLE DEVELOPMENT GOALS
Nurul Bariyah1*
1
Universitas Tanjungpura, Indonesia

*e-mail: nurul.bariyah@ekonomi.untan.ac.id

Abstrak
Pengentasan kemiskinan, kesehatan, pendidikan dan ketahanan pangan dan gizi, adalah prioritas utama
Tujuan Pembangunan Berkelanjutan di Indonesia, termasuk di Kalimantan Barat. Penelitian ini bertujuan
untuk menggambarkan tipologi kemiskinan, pendidikan, dan kesehatan, melalui analisis silang antara
kemiskinan dan pendidikan dan antara kemiskinan dan kesehatan pada 14 kabupaten/kota di Kalimantan
Barat untuk tahun 2014 & 2019. Metode yang digunakan adalah pendekatan kuantitatif yang diolah
dengan metode statistika, dengan mengandalkan data sekunder berupa data deret lintang. Penelitian ini
juga menggunakan analisis deskriptif dengan menggunakan pendekatan grafis. Bentuk analisis yang
digunakan dalam penelitian ini adalah analisis diagram Kartesius dan diagram sebar. Hasil estimasi untuk
tahun 2014 dan 2019 memperlihatkan inkonsistensi indikator makro dan pembangunan di sebagian besar
kabupaten/kota di Provinsi Kalimantan Barat. Hanya ada dua daerah yang secara konsisten berada pada
kuadran tertinggi, yaitu kombinasi “tingkat kemiskinan rendah-tingkat pendidikan tinggi-tingkat kesehatan
tinggi”, yaitu Kota Singkawang (tahun 2014) dan Kota Pontianak (tahun 2019). Sedangkan daerah yang
secara konsisten berada pada kuadran terendah, yaitu kombinasi “tingkat kemiskinan tinggi-tingkat
pendidikan rendah-tingkat kesehatan rendah” hanya ada pada tahun 2014, yaitu Kabupaten Sambas.
Kabupaten/kota lainnya, baik pada tahun 2014 maupun pada tahun 2019 berada di antara kedua kategori
tersebut. Penelitian ini dapat memperkaya analisis empiris mengenai keterkaitan antara tingkat
kemiskinan dan indikator pendidikan dan kesehatan sebagai dasar pengambilan kebijakan yang
mendukung tercapainya Sustainable Development Goals.

Kata kunci: Kemiskinan; Pendidikan; Kesehatan; Diagram Kartesius

Abstract
Improvement of healthcare, education, food security, nutrition, and the war on poverty are the main
objectives of the Sustainable Development Goals in Indonesia, including Kalimantan Barat. This study
describes the typology of poverty, education, and health, through cross-analysis between poverty and
education and between poverty and health in 14 districts/cities in West Kalimantan for 2014 & 2019. The
approach employed in this study is the quantitative approach, which is processed through statistical
methods and relies on secondary data. The secondary data used are cross-sectional data covering 14
regencies/cities in West Kalimantan Province, including social and population data covering poverty,
education, and health in 2014 & 2019. This study also used descriptive analysis using a graphical
approach. The form of analysis used in this study is the analysis of Cartesian diagrams and scatter
diagrams. The estimation results for 2014 and 2019 show inconsistencies in macro and development
indicators in most regencies/cities in West Kalimantan Province. There are only two areas that are
consistently in the highest quadrant, meaning the combination of “low poverty rate-high level of education-
high level of healthcare,” which are Singkawang City (2014) and Pontianak City (2019). Meanwhile, the
area is consistently in the lowest quadrant, meaning the combination of “high poverty rate-low level of
education-low level of healthcare” only exists in 2014, which is Sambas Regency. Other regencies/cities,
both in 2014 and in 2019, were in between those two categories. This research can enrich the empirical
analysis of the relationship between poverty levels and indicators of education and health as a basis for
making policies that support the achievement of the Sustainable Development Goals.

Keywords: Poverty; Education; Health; Cartesian Diagrams

This is an open access article under the CC BY-SA license.


Copyright © 2022 by Author. Published by Universitas Pendidikan Ganesha.

Doi: http://dx.doi.org/10.23887/jish.v11i1.39343 Jurnal Ilmu Sosial dan Humaniora | 93


Nurul Bariyah | Pendidikan, Kesehatan dan Penanggulangan Kemiskinan di Kalimantan Barat:
Menuju Sustainable Development Goals

PENDAHULUAN untuk melaksanakan pembangunan


Di hampir semua negara ekonomi di negara masing-masing. SDGs
berkembang, penghitungan kemiskinan di Indonesia diatur dalam Perpres nomor 59
cenderung menggunakan pendekatan Tahun 2017 tentang Pelaksanaan
absolut (Adji et al., 2020). Berdasarkan Pencapaian Tujuan Pembangunan
pendekatan ini, individu miskin adalah Berkelanjutan. ([Perpres], 2017). Badan
mereka yang hidup dengan US$1,90 sehari Perencanaan Pembangunan Nasional atau
atau lebih kecil, yaitu mereka dengan BAPPENAS adalah koordinator
tingkat pendapatan riil minimum tertentu pelaksanaan SDGs di Indonesia.
atau di bawah “garis kemiskinan Dalam kaitan peran pemerintah
internasional” yang tidak mengenal tapal daerah dalam melaksanakan
batas antar negara, ataupun pembangunan ekonomi yang selaras
memperhitungkan perbedaan tingkat harga dengan Tujuan Pembangunan
antar negara (Deonandan, 2019). Menurut Berkelanjutan (Guha & Chakrabarti, 2019),
Bank Dunia selama hampir 25 tahun Gubernur Kalimantan Barat telah
berturut-turut kemiskinan ekstrem terus menerbitkan Peraturan Gubernur No. 61
menurun, namun diperkirakan angka Tahun 2019 ([Pergub], 2017), di mana
kemiskinan meningkat setelah terjadinya tercantum Tujuan Pembangunan
wabah COVID-19 sejak tahun 2020. Berkelanjutan (TPB) Kalimantan Barat ,
Dilihat dari dinamika tingkat sesuai dengan SDGs.
kemiskinan 2014-2019, persentase Upaya untuk mencapai sasaran ke
penduduk miskin Indonesia terus menurun, 17 Tujuan Pembangunan Berkelanjutan ini
kecuali pada tahun 2015 yang sempat selalu saling terkait (Ishatono & Raharjo,
sedikit meningkat. Jika pada tahun 2014 2016); (Seran, 2017). Dari 17 (SDGs) yang
tingkat kemiskinan Indonesia berada pada tercantum di atas ada 3 yang penulis
angka 10,96% (di atas ambang hardcore anggap sangat erat hubungannya satu
poverty 10%), pada tahun 2019 angka ini sama lain, yaitu Kemiskinan, Pendidikan
sudah jauh menurun menjadi 9,22%. dan Kesehatan. Hubungan ketiga variabel
Provinsi Kalimantan Barat menunjukkan ini bisa menjurus kepada vicious cycle. Ada
kecenderungan yang sama dengan tingkat banyak bukti empiris yang mengindikasikan
kemiskinan 8,07% pada tahun 2014, dan hubungan timbal balik di antara ketiga
7,28% pada tahun 2019. Tingkat variabel tersebut baik secara langsung
kemiskinan Provinsi Kalimantan Barat maupun tidak langsung (melalui variabel
selalu lebih rendah dari tingkat kemiskinan antara) seperti contoh berikut: orang miskin
nasional. Secara absolut jumlah penduduk cenderung sulit meraih pendidikan yang
miskin di Indonesia antara tahun 2014-2019 cukup; karena pendidikan rendah sulit
menurun hampir 3 juta jiwa, sementara memperoleh pekerjaan dengan hasil yang
penduduk miskin Kalbar menurun lebih dari cukup; karena penghasilan kecil tidak bisa
11,450 jiwa (BPS Kalbar, 2020). menyediakan pangan bergizi dan kalau
Penanggulangan kemiskinan sangat sakit tidak mampu memperoleh pengobatan
terkait erat dengan upaya pembangunan yang berkualitas; karena sering sakit sering
berkelanjutan. Negara-negara di dunia bolos sekolah, bahkan bisa berujung putus
yang berada di bawah naungan PBB telah sekolah.
merumuskan tujuan pembangunan Penelitian ini bertujuan untuk
berkelanjutan dalam Sustainable menggambarkan tipologi kemiskinan,
Development Goals (SDGs) atau Tujuan pendidikan, dan kesehatan, melalui analisis
Pembangunan Berkelanjutan (TPB), yaitu silang antara kemiskinan dan pendidikan
tujuan pembangunan global yang dan antara kemiskinan dan kesehatan pada
berproses melalui berbagai kegiatan sejak 14 kabupaten/kota di Kalimantan Barat
berlangsungnya Earth Summit tahun 1992 untuk tahun 2014 & 2019.
di Rio de Janeiro, Brazil (Setianingtias et
al., 2019); (Alisjahbana & Murniningtyas, METODE
2018). Penelitian ini menggunakan
Pada tahun 2015 dalam Sustainable pendekatan kuantitatif, yaitu penelitian yang
Development Summit, UN General menekankan analisisnya pada data-data
Assembly menetapkan 17 sasaran inti numerik (angka) yang diolah dengan
pembangunan berkelanjutan ke depan. Ke metode statistika. Pada dasarnya,
17 poin SDGs tersebut memberikan rambu- pendekatan kuantitatif dilakukan pada
rambu bagi negara-negara di seluruh dunia penelitian inferensial (dalam rangka

Jurnal Ilmu Sosial dan Humaniora | 94


Nurul Bariyah | Pendidikan, Kesehatan dan Penanggulangan Kemiskinan di Kalimantan Barat:
Menuju Sustainable Development Goals

pengujian hipotesis) dan menyandarkan • Kuadran I: daerah sumbu x dan y


kesimpulan hasilnya pada suatu bernilai positif.
probabilitas kesalahan penolakan hipotesis • Kuadran II: daerah sumbu x negatif
nihil. dan y positif.
Dalam rangka mencapai tujuan • Kuadran III: daerah sumbu x dan y
penelitian, penelitian ini mengandalkan data bernilai negatif.
sekunder. Data sekunder diperoleh dari • Kuadran IV: daerah sumbu x positif
Badan Pusat Statistik serta instansi terkait dan y negatif.
lainnya, berupa publikasi statistik serta
dokumen lain yang relevan. Data sekunder Diagram Kartesius digunakan
yang digunakan yaitu data deret lintang sebagai alat analisis tipologi daerah untuk
(cross section data) yang meliputi 14 mengetahui pola dan struktur kemiskinan
kabupaten/kota di Provinsi Kalimantan masing-masing daerah. Tipologi daerah
Barat, meliputi data sosial dan membagi daerah menjadi empat kategori,
kependudukan yang mencakup data-data yaitu (1) daerah dengan kemiskinan tinggi
kemiskinan, pendidikan dan kesehatan di dan pendidikan tinggi; (2) daerah dengan
tahun 2014 & tahun 2019. Tahun 2014 & kemiskinan tinggi dan pendidikan rendah;
tahun 2019 diambil dengan pertimbangan (3) daerah dengan kemiskinan rendah dan
tahun tersebut merupakan tahun akhir dari pendidikan tinggi; serta (4) daerah dengan
Rencana Pembangunan Jangka Panjang kemiskinan rendah dan pendidikan rendah.
Daerah Provinsi Kalimantan Barat Tahun Lebih jelasnya klasifikasi tersebut dapat
2005-2025 tahap kedua dan tahap ketiga. dilihat pada Tabel 1.
Lokasi penelitian adalah Provinsi
Kalimantan Barat yang dibagi menjadi 14 Tabel 1. Tipologi Daerah Kemiskinan dan
kabupaten kota yaitu Sambas, Pendidikan
Bengkayang, Landak, Mempawah, Kemiskinan Pendidikan
Sanggau, Ketapang, Sintang, Kapuas Hulu, (yi>y) (yi<y)
Sekadau, Melawi, Kayong Utara, Kubu (ri>r) Tingkat Tingkat
Raya, Kota Pontianak, dan Kota kemiskinan kemiskinan
Singkawang. tinggi & rendah &
Variabel-variabel yang digunakan pendidikan pendidikan
dalam penelitian ini terdiri dari Tingkat tinggi tinggi
Kemiskinan, Harapan Lama Sekolah, Rata- (ri<r) Tingkat Tingkat
Rata Lama Sekolah, Angka Harapan kemiskinan kemiskinan
Hidup dan Persentase Peserta BPJS tinggi & rendah &
Kesehatan. pendidikan pendidikan
Penelitian ini menggunakan analisis rendah rendah
deskriptif dengan menggunakan
pendekatan grafis. Pendekatan grafis Keterangan:
dilakukan karena akan memudahkan dalam r : tingkat kemiskinan Kalbar
melihat pola atau kecenderungan dan y : tingkat pendidikan Kalbar
membuat perbandingan dari objek yang ri : tingkat kemiskinan kabupaten/kota
diteliti. Bentuk analisis yang digunakan yang diamati (i)
dalam penelitian ini adalah analisis diagram yi : tingkat pendidikan kabupaten/kota
Kartesius (Cartesian diagram) dan diagram yang diamati (i)
sebar (scatter diagram).
Selanjutnya analisis tipologi daerah
Diagram Kartesius (Cartesian Diagram) juga membagi daerah menjadi empat
Diagram Kartesius berfungsi untuk kategori yaitu (1) daerah dengan tingkat
memetakan korelasi tingkat kemiskinan kemiskinan tinggi dan kesehatan tinggi; (2)
dengan variabel pendidikan dan kesehatan. daerah dengan tingkat kemiskinan tinggi
Sumbu datar (X) diisi oleh skor tingkat dan kesehatan rendah; (3) daerah dengan
kemiskinan, sedangkan sumbu tegak (Y) tingkat kemiskinan rendah dan kesehatan
diisi variabel kesehatan dan variabel tinggi; serta (4) daerah dengan tingkat
pendidikan. Posisi titik pada bidang kemiskinan rendah dan kesehatan rendah.
koordinat Kartesius dibagi menjadi 4 Lebih jelasnya klasifikasi tersebut dapat
bagian, yaitu: kuadran I, kuadran II, dilihat pada Tabel 2.
kuadran III, dan kuadran IV.

Jurnal Ilmu Sosial dan Humaniora | 95


Nurul Bariyah | Pendidikan, Kesehatan dan Penanggulangan Kemiskinan di Kalimantan Barat:
Menuju Sustainable Development Goals

Tabel 2. Tipologi Daerah Kemiskinan dan Dalam penelitian ini scatter diagram
Kesehatan digunakan untuk menunjukkan
Kemiskinan Kesehatan kemungkinan hubungan (korelasi) antara
(yi>y) (yi<y) pasangan dua macam variabel, yaitu
(ri>r) Tingkat Tingkat tingkat kemiskinan & tingkat pendidikan,
kemiskinan kemiskinan serta tingkat kemiskinan & tingkat
tinggi & rendah & kesehatan. Scatter diagram digunakan
kesehatan kesehatan untuk memetakan tingkat kemiskinan terkait
tinggi tinggi dengan dua variabel di atas ke dalam 4
(ri<r) Tingkat Tingkat klasifikasi wilayah (kuadran) yang
kemiskinan kemiskinan dipisahkan oleh sumbu vertikal (variabel
tinggi & rendah & independen) dan sumbu horizontal
kesehatan kesehatan (variabel dependen) (Rohima et al., 2020).
rendah rendah Hasil pemetaan ini akan membentuk pola
tertentu yang akan memberikan gambaran
hubungan atau korelasi dari dua variabel
Keterangan: yang diamati.
r : tingkat kemiskinan Kalbar
y : tingkat kesehatan Kalbar HASIL DAN PEMBAHASAN
ri : tingkat kemiskinan kabupaten/kota Tingkat Kemiskinan dan Kemiskinan
yang diamati (i) Absolut
yi : tingkat kesehatan kabupaten/kota yang Secara umum pendapatan yang
diamati (i) rendah sering dianggap sebagai penyebab
kemiskinan yang utama, diikuti oleh
Scatter Diagram/Scatter Plot pendidikan (Margareni et al., 2016). Tetapi
Scatter Diagram atau diagram pencar sesungguhnya kemiskinan jarang sekali
atau juga disebut diagram sebar adalah alat memiliki penyebab tunggal. Terdapat
untuk menganalisis hubungan antara dua berbagai faktor penyebab kemiskinan, di
variabel untuk menentukan seberapa dekat antaranya biaya hidup, tingkat upah,
kedua variabel tersebut terkait. kesempatan kerja, tunjangan jaminan
sosial, dan akses terhadap sumber daya.

16,00
14,00
12,00
10,00
8,00 8,54
13,71

7,49
12,40
11,60

6,00
10,03

9,55
9,46

9,11
7,20

4,00
6,31
6,00

5,88
5,45
11,47

10,54

12,38

5,15
4,47
8,19

6,96

5,32

4,57

9,65

9,62

6,11

9,98

4,74

4,88

4,91

2,00
0,00
SBS BKY LDK MPW SGU KTP STG KKH SKD MLW KKU KKR PTK SKW

2014 2019 Kalbar 2014 Kalbar 2019

Gambar 1. Tingkat Kemiskinan Kabupaten/Kota di Provinsi Kalimantan Barat 2014 & 2019
(Persen) (Sumber: BPS Kalimantan Barat, diolah)

Secara umum, dalam rentang waktu penurunannya tidak terlalu signifikan. Tiga
5 tahun tingkat kemiskinan di Provinsi kabupaten/kota dengan penurunan tingkat
Kalimantan Barat menurun sebesar 1,05%, kemiskinan tertinggi adalah Kabupaten
yaitu dari 8,54% di tahun 2014 menjadi Landak (-2,24%), Kabupaten Sambas (-
7,49% di tahun 2019. Di sebagian besar 1,27%), dan Kabupaten Ketapang (-1,06%).
kabupaten/kota, kecuali di tiga Sedangkan kabupaten/kota yang
kabupaten/kota, juga terjadi penurunan mengalami peningkatan tingkat kemiskinan
tingkat kemiskinan, meskipun angka adalah Kabupaten Sanggau (+0,10%),

Jurnal Ilmu Sosial dan Humaniora | 96


Nurul Bariyah | Pendidikan, Kesehatan dan Penanggulangan Kemiskinan di Kalimantan Barat:
Menuju Sustainable Development Goals

Kabupaten Kayong Utara (+0,43%), dan sendiri, di mana BPS Kalbar mencatat
Kabupaten Sintang (+0,54%) (Gambar 1). angka sebesar Rp. 282.835,-/kapita/bulan
Pada tahun 2014, terdapat tujuh (2014), dan Rp. 483.454,-/kapita/bulan
kabupaten/kota dengan angka kemiskinan (2019) sebagai garis kemiskinan Provinsi
di atas angka provinsi (8,54%), yaitu Kalimantan Barat. Dengan demikian
Kabupaten Sambas (9,46%), Kabupaten gambaran yang dihasilkan dari angka-
Landak (13,71%), Kabupaten Ketapang angka ini kelihatan lebih positif dari
(11,60%), Kabupaten Sintang (9,11%), kenyataannya.
Kabupaten Kapuas Hulu (10,03%), Garis kemiskinan ekstrem di satu sisi
Kabupaten Melawi (12,40%), dan memang memerlukan perhatian khusus,
Kabupaten Kayong Utara (9,55%). Tingkat namun penting juga untuk mengingat
kemiskinan di empat kabupaten/kota, yaitu bahwa mereka yang hidup dengan kondisi
Kabupaten Landak, Kabupaten Ketapang, kehidupan yang jauh di atas garis
Kabupaten Kapuas Hulu, dan Kabupaten kemiskinan pun masih dapat dicirikan oleh
Melawi bahkan masih berada di atas angka kemiskinan dan kesulitan.
10%, di mana angka 10% merupakan
batasan hard core poverty atau kemiskinan Tingkat Pendidikan
kronis. Pendidikan diakui sebagai sarana
Persentase jumlah penduduk miskin untuk mencapai Tujuan Pembangunan
sebesar 10% dianggap sebagai batas Berkelanjutan lainnya (Kioupi & Voulvoulis,
kemiskinan kronis atau hardcore poverty. 2019). Secara teoritis, pendidikan yang
Kemiskinan kronis memiliki ciri utama yaitu lebih tinggi memberikan peluang kerja yang
derajat kapabilitas yang rendah pada lebih baik di sektor formal dengan
tingkat pendidikan dan kesehatan. Hal ini pendapatan lebih baik pula, sehingga
mengakibatkan program pengentasan memungkinkan seseorang untuk keluar dari
kemiskinan yang bersifat pemberdayaan kemiskinan. Dengan kata lain, mereka yang
tidak akan berpengaruh banyak dalam memiliki pendidikan lebih baik cenderung
mendorong masyarakat keluar dari keluar dari sektor informal (Taufiq &
kemiskinan. Untuk itu diperlukan Dartanto, 2020).
pendekatan yang lebih bersifat multidimensi Pendidikan juga merupakan dimensi
dalam memetakan masalah dan penting dalam penghitungan Indeks
menentukan langkah strategisnya (Lubis, Pembangunan Manusia (IPM), yang diukur
2017); (Siregar, 2019). dengan Harapan Lama Sekolah (HLS) atau
Pada tahun 2019, tingkat kemiskinan Expected Years of Schooling (EYS) dan
Provinsi Kalimantan Barat sudah menurun Rata-rata Lama Sekolah (RLS) atau Mean
menjadi 7,49%. Pada tahun yang sama Years of Schooling (MYS) (Yuliani, 2016);
pula masih terdapat tujuh kabupaten/kota (Fauzan et al., 2020); (Kadri et al., 2020);
dengan angka kemiskinan di atas angka (Mahya & Widowati, 2021).
provinsi, yaitu Kabupaten Sambas (8,19%), Pendidikan tidak hanya terpusat
Kabupaten Landak (11,47%), Kabupaten pada kesempatan untuk bersekolah.
Ketapang (10,54%), Kabupaten Sintang Kenyataan menunjukkan bahwa, meskipun
(9,65%), Kabupaten Kapuas Hulu (9,62%), bersekolah, kekurangan materi
Kabupaten Melawi (12,38%), dan dikombinasikan dengan karakteristik sosial-
Kabupaten Kayong Utara (9,98%). teritorial, serta hambatan budaya dan
Kabupaten/kota dengan tingkat kemiskinan administrasi mengakibatkan kaum miskin
di atas 10% (hard core poverty) adalah tidak dapat sepenuhnya memenuhi hak
Kabupaten Landak, Kabupaten Ketapang, mereka atas pendidikan. Prestasi
dan Kabupaten Melawi. Sementara itu, pendidikan mereka kurang dalam hal
kabupaten/kota lainnya yang meskipun pembelajaran, lintasan pendidikan
belum mencapai kemiskinan kronis tetapi (educational trajectory) dan kemampuan
tingkat kemiskinannya sudah lebih dari untuk bercita-cita untuk masa depan yang
9,5% adalah Kabupaten Sintang, lebih baik (Silva-Laya et al., 2020).
Kabupaten Kapuas Hulu, dan Kabupaten Tingkat Pendidikan yang
Kayong Utara. digambarkan dengan Harapan Lama
Meskipun data menunjukkan Sekolah (HLS) dan Rata-rata Lama
penurunan kemiskinan secara perlahan dan Sekolah (RLS) di Provinsi Kalimantan Barat
konsisten, namun definisi garis kemiskinan antara tahun 2014 dan 2019 menunjukkan
yang digunakan masih relatif rendah, peningkatan yang konsisten di seluruh
bahkan bagi standar hidup orang Indonesia kabupaten/kota (Gambar 2 dan Gambar 3).

Jurnal Ilmu Sosial dan Humaniora | 97


Nurul Bariyah | Pendidikan, Kesehatan dan Penanggulangan Kemiskinan di Kalimantan Barat:
Menuju Sustainable Development Goals

Harapan Lama Sekolah (HLS) 11,89 tahun atau setara dengan kelas III
Pada tahun 2014 terdapat 4 Sekolah Menengah Atas (SMA). Sementara
kabupaten/kota dengan pencapaian HLS itu penduduk Kota Pontianak usia 7 tahun
yang lebih baik dari Provinsi Kalimantan yang masuk jenjang pendidikan formal
Barat (11,89 tahun), yaitu Kota Pontianak pada tahun yang sama memiliki peluang
(13,84 tahun), Kota Singkawang (12,80 untuk bersekolah setara dengan Diploma II,
tahun), Kabupaten Kubu Raya (12,34 dan Kota Singkawang setara dengan
tahun), dan Kabupaten Landak (12,00 Diploma I. Angka HLS terendah diperoleh
tahun). Angka HLS ini mengindikasikan Kabupaten Sanggau dimana peluang
bahwa secara rata-rata anak usia 7 tahun sekolah untuk anak usia 7 tahun hanya
di Provinsi Kalimantan Barat yang masuk sampai pada tingkat Sekolah Dasar
jenjang pendidikan formal pada tahun 2014 (Gambar 2).
memiliki peluang untuk bersekolah selama

16,00
14,00
12,58
12,00 11,89
10,00
8,00

13,84

12,80
12,34
12,00

11,80
11,75
11,46

11,12
11,11

10,90

10,89
10,65
10,60

10,25
6,00
4,00
12,60

12,08

12,39

12,33

11,56

11,79

12,02

12,04

11,57

11,15

11,81

13,64

14,99

12,89
2,00
0,00
SBS BKY LDK MPW SGU KTP STG KKH SKD MLW KKU KKR PTK SKW

2014 2019 Kalbar 2014 Kalbar 2019

Gambar 2. Harapan Lama Sekolah Kabupaten/Kota di Provinsi Kalimantan Barat 2014 & 2019
(Persen) (Sumber: BPS Kalimantan Barat, diolah)

Pada tahun 2019 pencapaian yang UNDP menetapkan Harapan Lama


lebih baik dari Provinsi Kalimantan Barat Sekolah atau Expected Years of
(12,58 tahun) diperoleh 3 Schooling (EYS) 15 tahun sebagai angka
kabupaten/kota, yaitu Kota Pontianak maksimum dalam penghitungan Indeks
(14,99 tahun), Kabupaten Kubu Raya Pembangunan Manusia (IPM) atau Human
(13,64 tahun), dan Kabupaten Sambas Development Indeks (HDI). Jika
(12,60 tahun). Hal ini berarti bahwa menggunakan angka ini sebagai
secara rata-rata anak usia 7 tahun di pembanding, maka pencapaian
Provinsi Kalimantan Barat yang masuk kabupaten/kota di Provinsi Kalimantan
jenjang pendidikan formal pada tahun 2019 Barat, bahkan sejak tahun 2014 sudah
memiliki peluang untuk bersekolah selama cukup baik, meskipun belum mencapai
12,58 tahun atau setara dengan Diploma I, angka maksimum.
demikian pula dengan Kabupaten Selain itu, jika dikaitkan dengan
Sambas. Kota Pontianak dengan tujuan keempat dari Sustainable
pencapaian HLS tertinggi Develompment Goals (SDGs), yaitu
mengindikasikan peluang anak usia 7 menjamin kualitas pendidikan yang adil dan
tahun untuk bersekolah hingga setara inklusif serta meningkatkan kesempatan
Diploma III, sementara anak usia yang belajar seumur hidup untuk semua, di mana
sama di Kabupaten Kubu Raya memiliki secara lebih spesifik pada target 4b,
peluang sekolah hingga setara Diploma dinyatakan bahwa memastikan semua anak
II. Pencapaian kedua kabupaten/kota ini perempuan dan anak laki-laki memiliki
bahkan lebih baik dari pencapaian HLS akses ke pengembangan anak usia dini
nasional yang berada pada angka 13,6 yang setara, perawatan, dan pendidikan
tahun, dengan peluang anak usia 7 tahun anak usia dini sehingga mereka siap untuk
untuk bersekolah hingga setara Diploma pendidikan dasar, pencapaian ini juga
II (UNDP, HDI Report, 2020). sudah cukup baik.

Jurnal Ilmu Sosial dan Humaniora | 98


Nurul Bariyah | Pendidikan, Kesehatan dan Penanggulangan Kemiskinan di Kalimantan Barat:
Menuju Sustainable Development Goals

Bagaimanapun, data terkait HLS dengan alokasi anggaran pemerintah


belum menunjukkan meratanya (Wijaya & Suasih, 2021) juga menyatakan
pembangunan pendidikan di Provinsi hal yang sama.
Kalimantan Barat. Beberapa faktor yang Pencapaian daerah yang lebih baik
mungkin mempengaruhi hal ini adalah dalam hal RLS dibanding Provinsi
perbedaan tingkat sosial, keadaan Kalimantan Barat (6,83 tahun) pada
geografis, dan sebaran sekolah yang belum tahun 2014 diperoleh 4 kabupaten/kota,
merata. yaitu Kota Pontianak (9,62 tahun), Kota
Singkawang (7,26 tahun), Kabupaten
Rata-rata Lama Sekolah (RLS) Landak (7,05 tahun), dan Kabupaten
Indikator Rata-rata Lama Sekolah Melawi (8,00 tahun). Sedangkan pada
(RLS) memiliki keunggulan untuk tahun 2019 pencapaian yang lebih baik
menggambarkan distribusi pencapaian dari Provinsi Kalimantan Barat (7,31
pendidikan dalam satu angka. (Lestari & tahun) diperoleh 3 kabupaten/kota, yaitu
Setyadharma, 2019) dalam penelitiannya Kota Pontianak (10,14 tahun), Kota
menyatakan bahwa tingkat kemiskinan Singkawang (7,72 tahun), dan Kabupaten
berpengaruh negatif secara signifikan pada Kapuas Hulu (7,47 tahun) (Gambar 3).
Rata-rata Lama Sekolah. Dalam kaitan

15,00

10,00
7,31
6,83

9,62
10,14
5,00

8,00

7,26
7,05

6,65
6,63

6,54
5,80
6,70

5,97
6,53

7,10

6,33
6,82

6,37
6,95

6,22
7,26

6,89

7,47

6,60

6,67

5,19
6,00

6,41
6,82

7,72
0,00
SBS BKY LDK MPW SGU KTP STG KKH SKD MLW KKU KKR PTK SKW

2014 2019 Kalbar 2014 Kalbar 2019

Gambar 3. Rata-rata Lama Sekolah Kabupaten/Kota di Provinsi Kalimantan Barat


2014 & 2019 (Persen) (Sumber: BPS Kalimantan Barat, diolah)

Pencapaian RLS di 14 Faktor yang menyebabkan


kabupaten/kota ini masih berada di pencapaian yang masih belum maksimal di
bawah catatan pencapaian nasional pada beberapa wilayah ini bervariasi, di
angka 8,2 (UNDP, 2020), tetapi antaranya tingkat kemiskinan, jarak tempuh
kemungkinan ada perbedaan persepsi di ke sekolah, terbatasnya layanan
mana Badan Pusat Statistik RI pendidikan, motivasi orang tua, dan faktor
menetapkan usia 15 tahun sementara sosial budaya lainnya.
UNDP menggunakan usia 25 tahun Menurut Anggraini (2012), variabel
sebagai patokan dalam penetapan RLS. yang paling dominan mempengaruhi jumlah
BPS mendefinisikan RLS sebagai penduduk miskin adalah rata-rata lama
rata-rata jumlah tahun yang dihabiskan oleh sekolah. Hasil penelitian menunjukkan
penduduk berusia 15 tahun ke atas untuk bahwa anggaran pemerintah untuk
menempuh semua jenis pendidikan yang pendidikan berpengaruh signifikan terhadap
pernah dijalani, tanpa memperhitungkan rata-rata lama sekolah dan memiliki
apakah pernah tinggal kelas atau tidak. hubungan sebab akibat dengan
Dengan demikian pada tahun 2014 rata- kemiskinan; sementara di sisi lain,
rata penduduk Provinsi Kalimantan Barat kemiskinan telah terbukti mempengaruhi
berpendidikan setara dengan kelas I rata-rata lama sekolah (Wijaya & Suasih,
Sekolah Menengah Pertama (SMP). Kota 2021).
Pontianak adalah satu-satunya UNDP menetapkan Rata-rata Lama
kabupaten/kota yang berdasarkan RLS Sekolah atau Mean Years of Schooling
dianggap mampu melampaui target (MYS) 18 tahun sebagai angka maksimum
pendidikan dasar 9 tahun (SMP/MTs/Paket dalam penghitungan Indeks Pembangunan
B). Pada tahun 2019 Kota Pontianak Manusia (IPM) atau Human Development
kembali menjadi satu-satunya Indeks (HDI). Jika menggunakan angka ini
kabupaten/kota yang mencapai prestasi ini. sebagai pembanding, maka pencapaian

Jurnal Ilmu Sosial dan Humaniora | 99


Nurul Bariyah | Pendidikan, Kesehatan dan Penanggulangan Kemiskinan di Kalimantan Barat:
Menuju Sustainable Development Goals

kabupaten/kota di Provinsi Kalimantan menunjukkan peningkatan secara konsisten


Barat baik pada tahun 2014 maupun tahun dari tahun 2014 sampai tahun 2019
2019 masih jauh dari baik, apalagi jika (Gambar 4). Pada tahun 2014 dan 2019
dibandingkan dengan angka maksimum. hanya ada 3 kabupaten/kota dengan
pencapaian AHH yang lebih rendah dari
Tingkat Kesehatan Provinsi Kalimantan Barat (69,76 tahun),
Angka Harapan Hidup yaitu Kabupaten Kubu Raya (69,64
Tingkat kesehatan dalam penelitian tahun), Kabupaten Kayong Utara (67,03
ini diukur dengan Angka Harapan Hidup tahun), dan Kabupaten Sambas (67,74
(AHH) dan persentase peserta BPJS tahun). Semua kabupaten/kota lainnya
Kesehatan di masing-masing memperoleh pencapaian yang lebih baik
kabupaten/kota. Semua kabupaten/kota dibanding angka provinsi.

76,00
74,00
72,00
70,56
70,00 69,76
72,89

72,38

72,01
71,97

71,94
68,00

70,95

70,84
70,80
70,51
70,28

70,28

69,64
67,74
68,83

73,67

72,70

70,90

71,35

71,01

71,62

72,44

71,65

72,88

67,03
68,11

70,43

72,80

70,56
66,00
64,00
62,00
SBS BKY LDK MPW SGU KTP STG KKH SKD MLW KKU KKR PTK SKW

2014 2019 Kalbar 2014 Kalbar 2019

Gambar 4. Angka Harapan Hidup (AHH) Kabupaten/Kota di Provinsi Kalimantan Barat


2014 & 2019 (Tahun) (Sumber: BPS Kalimantan Barat, diolah)

Pencapaian ini mengindikasikan terjadi peningkatan AHH di kabupaten/kota


bahwa seorang bayi yang baru lahir di di Provinsi Kalimantan Barat, dengan angka
Provinsi Kalimantan Barat pada tahun 2014 tidak berbeda signifikan dengan angka
memiliki harapan untuk hidup hingga 69,76 nasional, tetapi jika dibandingkan dengan
tahun ke depan. Pada tahun 2019 AHH angka global, capaian ini masih jauh di
Provinsi Kalimantan Barat meningkat bawah.
menjadi 70,56 tahun, di mana hal ini secara
umum menunjukkan perbaikan kualitas Persentase Peserta BPJS Kesehatan
kesehatan masyarakat dibandingkan Efek asuransi kesehatan dalam hal
dengan tahun-tahun sebelumnya. ini kepesertaan BPJS Kesehatan
Angka Harapan Hidup merupakan terhadap kemiskinan sulit dipastikan,
indikator penting dan terkait erat dengan karena indikator ini bukan indikator utama
kesehatan populasi suatu wilayah, yang dalam mengukur kemiskinan di Provinsi
pada gilirannya akan mencerminkan pula Kalimantan Barat. Tetapi memiliki
kesejahteraan sosial dan pembangunan asuransi kesehatan di satu sisi
ekonomi di wilayah tersebut. Tidak seperti memberikan keamanan dan kepastian
aspek kesejahteraan lainnya (misalnya bagi masyarakat untuk memperoleh
pendapatan), kesehatan relatif sering layanan kesehatan pada saat diperlukan.
diabaikan dalam hal mendefinisikan dan Dari data terlihat, pencapaian
mengukur aspek kemiskinan. daerah yang lebih baik dalam hal
Menurut Guimarães & Andrade persentase peserta BPJS Kesehatan
(2020) dan Sudaryati et al. (2021) angka dibanding Provinsi Kalimantan Barat
harapan hidup dipengaruhi oleh status (47,12%) pada tahun 2014 (Gambar 5)
kemiskinan dan ketimpangan pendapatan. diperoleh 7 kabupaten/kota, yaitu Kota
Sedangkan menurut Ali & Ahmad (2014) Singkawang (48,96%), Kabupaten Kubu
faktor-faktor yang mempengaruhi angka Raya (42,72%), Kabupaten Mempawah
harapan hidup adalah indeks produksi (55,51%), Kabupaten Landak (58,48%),
pangan, angka partisipasi kasar, Kabupaten Sintang (43,59%), Kabupaten
pertumbuhan penduduk, inflasi, Kapuas Hulu (42,99%), dan Kabupaten
pendapatan perkapita dan emisi Kayong Utara (78.13%).
karbondioksida. Meskipun secara umum

Jurnal Ilmu Sosial dan Humaniora | 100


Nurul Bariyah | Pendidikan, Kesehatan dan Penanggulangan Kemiskinan di Kalimantan Barat:
Menuju Sustainable Development Goals

100,00
80,00
60,00
43,67
40,00 42,12

58,48

55,51
36,69
42,51

39,62
45,96

48,30

43,28

25,04
34,90

37,56
42,97

43,59
42,30

42,99
36,42

36,86
33,60

38,81
35,03

64,28

42,72
43,14

41,03
47,75

48,96
63,85
78,13
20,00
0,00
SBS BKY LDK MPW SGU KTP STG KKH SKD MLW KKU KKR PTK SKW

2014 2019 Kalbar 2014 Kalbar 2019

Gambar 5. Peserta BPJS Kesehatan Kabupaten/Kota di Provinsi Kalimantan Barat


2014 & 2019 (Persen) (Sumber: BPS Kalimantan Barat, diolah)

Sedangkan pada tahun 2019 peserta BPJS Kesehatan, meskipun iuran


pencapaian yang lebih baik dari Provinsi jaminan kesehatan yang ditetapkan relatif
Kalimantan Barat (43,67%) hanya murah. Bagaimanapun, Skema Asuransi
diperoleh 5 kabupaten/kota, yaitu Kota Kesehatan Nasional memiliki relevansi
Pontianak (47,75%), Kota Singkawang dengan negara-negara berpenghasilan
(48,96%), Kabupaten Bengkayang rendah dan menengah dalam kebijakan
(45,96%), Kabupaten Landak (48,30%), pro-kaum miskin (Aryeetey et al., 2016).
dan Kabupaten Kayong Utara (64,28%).
Peningkatan persentase jumlah peserta Analisis Tipologi Daerah
BPJS Kes mengalami peningkatan di 7 Tipologi Daerah mengelompokkan
kabupaten/kota, kecuali di Kabupaten daerah dengan cara membandingkan
Landak, kabupaten Mempawah, tingkat kemiskinan daerah dengan tingkat
Kabupaten Sintang, Kabupaten Kapuas pendidikan, dan membandingkan tingkat
Hulu, Kabupaten Sekadau, Kabupaten kemiskinan daerah dengan tingkat
Melawi dan kabupaten Kayong Utara. kesehatan.
Meskipun catatan pencapaian Untuk melihat karakteristik Tingkat
antara tahun 2014-2019 menunjukkan Kemiskinan di Provinsi Kalimantan Barat,
peningkatan di 7 kabupaten/kota, dan penelitian ini menggunakan analisis
penurunan di 7 kabupaten/kota lainnya, diagram kartesius (Cartesian diagram) dan
sampai dengan tahun 2019 kepesertaan diagram sebar (scatter diagram). Melalui
BPJS Kesehatan di Provinsi Kalimantan analisis ini dapat diketahui karakteristik
Barat maupun di 14 kabupaten/kota masih Tingkat Kemiskinan di 14 kabupaten/kota
jauh dari Universal Health Coverage (UHC) dibandingkan dengan Tingkat Kemiskinan
yang ingin dicapai pada awal tahun 2019 rata-rata kabupaten/kota selama periode
dengan jumlah peserta BPJS Kesehatan penelitian. Disebut ’tinggi’ apabila indikator
sebanyak 95 persen dari total penduduk suatu kabupaten/kota lebih tinggi
(BPJS Kesehatan, 2018). Salah satu faktor dibandingkan rata-rata seluruh
yang berpengaruh antara lain adalah masih kabupaten/kota di Provinsi Kalimantan
banyaknya masyarakat yang belum Barat; digolongkan ’rendah’ apabila
memiliki pemahaman yang lebih indikator di suatu kabupaten/kota lebih
menyeluruh tentang BPJS Kesehatan, baik rendah dibandingkan rata-rata seluruh
manfaat yang bisa diberikan oleh BPJS kabupaten/kota di Provinsi Kalimantan
Kesehatan maupun tujuan dari program Barat. Untuk menganalisis tingkat
jaminan kesehatan ini, yang pada akhirnya kemiskinan dan hubungannya dengan
mempengaruhi minat masyarakat untuk tingkat pendidikan dan kesehatan dalam
mendaftarkan diri menjadi peserta pembahasan ini dilakukan pemetaan
(Thobibah et al., 2020). tipologi daerah terhadap 14
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kabupaten/kota. Hal ini dilakukan dengan
asuransi kesehatan memainkan peran mengklasifikasikan 14 kabupaten/kota
penting dalam meningkatkan pemanfaatan tersebut berdasarkan 2 tipologi, yaitu (1)
layanan kesehatan dan dalam melindungi tipologi daerah berdasarkan tingkat
masyarakat, tetapi tidak dapat dipungkiri kemiskinan & pendidikan; dan (2) tipologi
bahwa masih banyak mereka yang memiliki daerah berdasarkan tingkat kemiskinan &
kemampuan sangat terbatas untuk menjadi kesehatan.

Jurnal Ilmu Sosial dan Humaniora | 101


Nurul Bariyah | Pendidikan, Kesehatan dan Penanggulangan Kemiskinan di Kalimantan Barat:
Menuju Sustainable Development Goals

Tipologi Kabupaten/Kota di Provinsi kombinasi tingkat Kemiskinan dan Harapan


Kalimantan Barat berdasarkan Tingkat Lama Sekolah (HLS) mengklasifikasikan 14
Kemiskinan dan Pendidikan kabupaten/kota di Provinsi Kalimantan
Pendidikan adalah human capital, di Barat ke dalam empat kuadran (Tabel 3).
mana tingkat pendidikan seseorang Pada tahun 2014 dari 14
berpengaruh pada tingkat produktivitas kabupaten/kota hanya 3 kabupaten/kota
orang tersebut, Produktivitas ini pada (21,43%) berada pada Kuadran I dengan
gilirannya akan berpengaruh pula pada tingkat kemiskinan rendah dan Harapan
pendapatan, kemampuan konsumsi, dan Lama Sekolah (HLS) tinggi. Hanya ada
kemampuan untuk keluar dari kemiskinan, satu kabupaten/kota (7,14%) yang berada
baik individu maupun daerah. Dengan pada Kuadran II dengan tingkat kemiskinan
demikian dapat dikatakan pendidikan tinggi dan HLS tinggi. Jumlah
dengan kemiskinan memiliki hubungan kabupaten/kota terbanyak terdapat pada
langsung yang bersifat negatif (Seran, Kuadran III, yaitu berjumlah 6
2017); (Suripto & Subayil, 2020); (Arfiyani kabupaten/kota (42,86%) di mana tingkat
et al., 2020). kemiskinan tinggi, dan HLS rendah.
Pada penelitian ini kabupaten/kota di Sisanya sebanyak 4 kabupaten/kota
Provinsi Kalimantan Barat diklasifikasikan (28,57%) berada pada Kuadran IV dengan
ke dalam empat kuadran, yaitu Kuadran I tingkat kemiskinan rendah dan HLS rendah.
(kanan atas) mengelompokkan Pada tahun 2019 jumlah
kabupaten/kota dengan tingkat kemiskinan kabupaten/kota yang berada pada Kuadran
rendah dan Harapan Lama Sekolah (HLS) I masih sama, yaitu 3 kabupaten/kota yang
tinggi; Kuadran II (kiri atas) sama seperti pada tahun 2014. Selain itu
mengelompokkan kabupaten/kota dengan terdapat pergeseran tipologi dua
tingkat kemiskinan tinggi dan tingkat kabupaten. Kabupaten Landak yang pada
pendidikan tinggi; Kuadran III (kiri bawah) tahun 2014 memiliki Tingkat Kemiskinan
mengelompokkan kabupaten/kota dengan tinggi & HLS tinggi (Kuadran II) bergeser ke
tingkat kemiskinan rendah dan tingkat Kuadran III dengan Tingkat kemiskinan
pendidikan tinggi; Kuadran IV (kanan tinggi & HLS rendah, karena terjadi
bawah) mengelompokkan kabupaten/ kota penurunan pada HLS. Kabupaten Sambas
dengan tingkat kemiskinan rendah dan yang pada tahun 2014 berada pada
tingkat pendidikan rendah. Sedangkan Kuadran III dengan Tingkat kemiskinan
Scatter diagram untuk analisis tipologi tinggi & HLS rendah bergeser ke Kuadran II
daerah berdasarkan kedua variabel dengan Tingkat kemiskinan tinggi & HLS
tersebut ditunjukkan dalam grafik. tinggi. Hal ini berarti pada kedua kabupaten
Tipologi Kemiskinan dan Harapan Lama ini tingkat kemiskinan tetap rendah, namun
Sekolah (HLS) tingkat HLS yang menurun di Kabupaten
Tipologi wilayah kabupaten/kota Landak, dan meningkat di Kabupaten
tahun 2014 dan 2019 berdasarkan Sambas menyebabkan pergeseran ini.

Tabel 3. Tipologi Kabupaten/Kota di Provinsi Kalimantan Barat Menurut Tingkat Kemiskinan


dan Harapan Lama Sekolah Tahun 2014 & 2019
KUADRAN II KUADRAN I
Kemiskinan tinggi & HLS tinggi Kemiskinan rendah & HLS tinggi
2014 2019 2014 2019
• Landak • Sambas • Pontianak • Pontianak
• Singkawang • Singkawang
• Kubu Raya • Kubu Raya
KUADRAN III KUADRAN IV
Kemiskinan tinggi & HLS rendah Kemiskinan rendah & HLS rendah
2014 2019 2014 2019
• Kapuas Hulu • Kapuas Hulu • Mempawah • Mempawah
• Kayong Utara • Kayong Utara • Sekadau • Sekadau
• Ketapang • Ketapang • Bengkayang • Bengkayang
• Melawi • Melawi • Sanggau • Sanggau
• Sintang • Sintang
• Sambas • Landak

Jurnal Ilmu Sosial dan Humaniora | 102


Nurul Bariyah | Pendidikan, Kesehatan dan Penanggulangan Kemiskinan di Kalimantan Barat:
Menuju Sustainable Development Goals

Dari scatter diagram pada Gambar 6 Jika melihat pada sebaran titik di
terlihat seberapa jauh atau dekat posisi kedua grafik (2014 & 2019) tersebut tidak
masing-masing kabupaten/kota terhadap terlihat korelasi yang jelas di antara dua
sumbu rata-rata dan kondisi ideal yang variabel. Titik-titik data menyebar tidak
terletak pada Kuadran I (kiri atas), di mana beraturan dan tidak membentuk pola yang
tingkat kemiskinan rendah dan HLS tinggi. cenderung linier. Dengan demikian, tidak
Demikian juga dengan perubahan posisi ada korelasi antara tingkat kemiskinan dan
masing-masing kabupaten/kota tersebut Harapan Lama Sekolah di 14
dapat dilihat dengan membandingkan kabupaten/kota Provinsi Kalimantan Barat,
scatter diagram tahun 2014 dan 2019. baik pada tahun 2014 maupun tahun 2019.

2014 2019

Gambar 6. Posisi Kabupaten/Kota di Provinsi Kalimantan Barat berdasarkan Tingkat


Kemiskinan dan Harapan Lama Sekolah Tahun 2014 & 2019

Tipologi Kemiskinan dan Rata-rata Lama kemiskinan rendah dan RLS rendah)
Sekolah masing-masing berjumlah 5 kabupaten/kota
Tipologi wilayah kabupaten/kota (35,71%).
tahun 2014 dan 2019 berdasarkan Pada tahun 2019 jumlah dan
kombinasi tingkat Kemiskinan dan Rata- kabupaten/kota yang sama menempati
rata Lama Sekolah (RLS) di 14 posisi pada Kuadran I (tingkat kemiskinan
kabupaten/kota di Provinsi Kalimantan rendah dan RLS tinggi). Pada tahun yang
Barat diklasifikasikan ke dalam empat sama juga terjadi beberapa perubahan
kuadran (Tabel 4). Pada tahun 2014, pada tiga kabupaten dibanding kondisi
terdapat masing-masing 2 kabupaten/kota pada tahun 2014. Kabupaten Melawi pada
(14,29%) pada Kuadran I (tingkat tahun 2014 termasuk Kuadran II (Tingkat
kemiskinan rendah dan RLS tinggi) dan kemiskinan tinggi & RLS tinggi), namun
Kuadran II (tingkat kemiskinan tinggi dan pada tahun 2019 tipologinya bergeser ke
RLS tinggi). Sedangkan jumlah Kuadran III (Tingkat kemiskinan tinggi &
kabupaten/kota yang terdapat pada RLS rendah). Menurunnya RLS berdampak
Kuadran III (tingkat kemiskinan tinggi dan negatif terhadap upaya menurunkan tingkat
RLS rendah) dan Kuadran IV (tingkat kemiskinan di masa depan.

Tabel 4. Tipologi Kabupaten/Kota di Provinsi Kalimantan Barat Menurut Tingkat Kemiskinan


dan Rata-rata Lama Sekolah Tahun 2014 & 2019
Kemiskinan tinggi & RLS tinggi Kemiskinan rendah & RLS tinggi
2014 2019 2014 2019
• Melawi • Kapuas Hulu • Pontianak • Pontianak
• Landak • Singkawang • Singkawang
Kemiskinan tinggi & RLS rendah Kemiskinan rendah & RLS rendah
2014 2019 2014 2019
• Sintang • Sintang • Sanggau • Sanggau
• Kapuas Hulu • Ketapang • Kubu Raya • Kubu Raya
• Ketapang • Landak • Mempawah • Mempawah
• Sambas • Sambas • Sekadau • Sekadau
• Kayong Utara • Kayong Utara • Bengkayang • Bengkayang
• Melawi

Jurnal Ilmu Sosial dan Humaniora | 103


Nurul Bariyah | Pendidikan, Kesehatan dan Penanggulangan Kemiskinan di Kalimantan Barat:
Menuju Sustainable Development Goals

Kabupaten Landak pada tahun 2014 tinggi. Kabupaten Kapuas Hulu pada tahun
juga termasuk Kuadran II (Tingkat 2014 termasuk ke dalam Kuadran III
kemiskinan tinggi & RLS tinggi), namun (Tingkat kemiskinan tinggi & RLS rendah),
pada tahun 2019 tipologinya bergeser ke namun pada tahun 2019 posisinya
Kuadran III (Tingkat kemiskinan tinggi & bergeser ke Kuadran II (Tingkat kemiskinan
RLS rendah). Kabupaten ini juga mungkin tinggi dan RLS tinggi). Kabupaten ini lebih
menjadi terkendala dalam upaya baik kondisinya karena ditunjang oleh
menurunkan tingkat kemiskinan yang masih peningkatan pada Rata-rata Lama Sekolah.

2014 2019

Gambar 7. Posisi Kabupaten/Kota di Provinsi Kalimantan Barat berdasarkan


Tingkat Kemiskinan dan Rata-rata Lama Sekolah Tahun 2014 & 2019

Gambar 7 menampilkan scatter Tipologi Kabupaten/Kota di Provinsi


diagram Tingkat kemiskinan terhadap RLS Kalimantan Barat Berdasarkan Tingkat
14 kabupaten/kota di Provinsi Kalimantan Kemiskinan dan Kesehatan
Barat, dengan sumbu rata-rata RLS dan Dalam kaitan antara tingkat kemiskinan dan
rata-rata tingkat kemiskinan yang tersebar kesehatan, kabupaten/kota di Provinsi
ke dalam empat kuadran yang justeru Kalimantan Barat didistribusikan ke dalam 4
menjauh dari kondisi ideal yang terletak kuadran berdasarkan keterkaitannya
pada Kuadran I (kiri atas), di mana tingkat dengan AHH dan persentase peserta BPJS
kemiskinan rendah dan RLS tinggi. Kesehatan.
Perubahan posisi masing-masing
kabupaten/ kota tersebut dapat dilihat Tipologi Kemiskinan dan Angka Harapan
dengan membandingkan scatter diagram Hidup
tahun 2014 dan 2019. Distribusi 14 kabupaten/kota tersebut
Jika melihat pada sebaran titik di pada keempat kuadran berdasarkan tingkat
kedua grafik (2014 & 2019) tersebut tidak kemiskinan dan Angka Harapan Hidup
terlihat korelasi yang jelas di antara dua diperlihatkan pada Tabel 5. Pada tahun
variabel. Titik-titik data menyebar tidak 2014, jumlah kabupaten/kota terbanyak
beraturan dan tidak membentuk pola yang terdapat pada Kuadran I, yaitu berjumlah 6
linier yang cenderung naik ataupun kabupaten/kota (42,86%) dengan tingkat
menurun. Pola titik-titik yang terlihat kemiskinan rendah dan Angka Harapan
cenderung datar dan tidak dapat Hidup (AHH) tinggi. Angka ini cukup baik
menggambarkan korelasi kedua variabel mengingat Kuadran I mengindikasikan
dengan jelas. Dengan demikian dapat pencapaian terbaik wilayah dalam hal
disimpulkan bahwa tidak ada korelasi tingkat kemiskinan dan kesehatan yang
antara tingkat kemiskinan dan Rata-rata diwakili oleh variabel Angka Harapan Hidup
Lama Sekolah di 14 kabupaten/kota di (AHH).
Provinsi Kalimantan Barat, baik pada tahun Sebanyak 5 kabupaten/kota lainnya
2014 maupun tahun 2019. (35,71%) berada pada Kuadran II dengan
tingkat kemiskinan tinggi dan AHH tinggi.
Hanya ada 2 kabupaten/kota (14,29%)
berada pada Kuadran III dengan tingkat

Jurnal Ilmu Sosial dan Humaniora | 104


Nurul Bariyah | Pendidikan, Kesehatan dan Penanggulangan Kemiskinan di Kalimantan Barat:
Menuju Sustainable Development Goals

kemiskinan tinggi dan AHH rendah, serta 1 tingkat kemiskinan dan Angka Harapan
kabupaten/kota (7,14%) berada pada Hidup (naik atau turun), tetapi naik atau
Kuadran IV dengan tingkat kemiskinan turunnya itu masih terjadi dalam tipologi
rendah dan AHH rendah. yang sama. Kabupaten Kubu Raya tetap
Pada tahun 2019 jumlah berada di Kuadran III, di mana tingkat
kabupaten/kota yang terdistribusi pada kemiskinan tinggi dan Angka Harapan
keempat kuadran masih tetap sama. Hidup rendah. Rentang waktu 5 tahun
Demikian pula dengan posisi masing- ternyata belum cukup bagi kabupaten ini
masing kabupaten/kota pada keempat untuk menggeser posisinya menjadi lebih
kuadran. Hal ini tidak berarti bahwa semua baik.
daerah tidak mengalami perubahan dalam

Tabel 5. Tipologi Kabupaten/Kota di Provinsi Kalimantan Barat Menurut Tingkat Kemiskinan


dan Angka Harapan Hidup Tahun 2014 & 2019
Kemiskinan tinggi & AHH tinggi Kemiskinan rendah & AHH tinggi
2014 2019 2014 2019
• Sintang • Sintang • Bengkayang • Bengkayang
• Kapuas Hulu • Kapuas Hulu • Pontianak • Pontianak
• Melawi • Melawi • Singkawang • Singkawang
• Landak • Landak • Sekadau • Sekadau
• Ketapang • Ketapang • Mempawah • Mempawah
• Sanggau • Sanggau
Kemiskinan tinggi & AHH rendah Kemiskinan rendah & AHH rendah
2014 2019 2014 2019
• Kubu Raya • Kubu Raya • Sambas • Sambas
• Kayong Utara • Kayong Utara

Gambaran yang lebih jelas tentang kabupaten/kota ini dari tahun 2014 ke tahun
perubahan tingkat kemiskinan dan Angka 2019 tidak terlalu jauh, dengan kata lain
Harapan Hidup (AHH) di 14 kabupaten/kota hanya terjadi sedikit perubahan pada
tersebut terlihat pada Gambar 8. Jika tingkat kemiskinan dan Angka Harapan
diamati, pergeseran masing-masing Hidup di wilayah-wilayah tersebut.
2014 2019

Gambar 8. Posisi Kabupaten/Kota di Provinsi Kalimantan Barat berdasarkan Tingkat


Kemiskinan dan Angka Harapan Hidup Tahun 2014 & 2019

Jika melihat pada sebaran titik di menggambarkan korelasi kedua variabel


kedua grafik (2014 & 2019) tersebut tidak dengan jelas. Dengan demikian dapat
terlihat korelasi yang jelas di antara dua disimpulkan bahwa tidak ada korelasi
variabel. Titik-titik data menyebar tidak antara tingkat kemiskinan dan Angka
beraturan dan tidak membentuk pola yang Harapan Hidup (AHH) di 14 kabupaten/kota
linier yang cenderung naik ataupun di Provinsi Kalimantan Barat, baik pada
menurun, sehingga tidak dapat tahun 2014 maupun tahun 2019.

Jurnal Ilmu Sosial dan Humaniora | 105


Nurul Bariyah | Pendidikan, Kesehatan dan Penanggulangan Kemiskinan di Kalimantan Barat:
Menuju Sustainable Development Goals

Tipologi Kemiskinan dan Persentase kabupaten/kota pada keempat kuadran di


Peserta BPJS Kesehatan tahun 2014 relatif merata (Tabel 7).
Dalam hal kepesertaan BPJS Kesehatan
yang dinyatakan dalam persen, distribusi
Tabel 7. Tipologi Kabupaten/Kota di Provinsi Kalimantan Barat Menurut Tingkat Kemiskinan
dan Persentase Peserta BPJS Kesehatan Tahun 2014
Kemiskinan tinggi & BPJS Kes tinggi Kemiskinan rendah & BPJS Kes tinggi
2014 2019 2014 2019
• Kayong Utara • Kayong Utara • Mempawah • Pontianak
• Landak • Landak • Singkawang • Singkawang
• Sintang • Kubu Raya • Bengkayang
• Kapuas Hulu
Kemiskinan tinggi & BPJS Kes rendah Kemiskinan rendah & BPJS Kes rendah
2014 2019 2014 2019
• Sambas • Sintang • Pontianak • Kubu Raya
• Ketapang • Kapuas Hulu • Bengkayang • Mempawah
• Melawi • Sambas • Sekadau • Sekadau
• Ketapang • Sanggau • Sanggau
• Melawi

Pada tahun 2014, hanya ada 3 Kuadran II, 5 kabupaten/kota (35,71%)


kabupaten/kota, yaitu Kota Singkawang, berada pada Kuadran III, dan 4
Kabupaten Mempawah dan Kabupaten kabupaten/kota (28,57%) berada pada
Kubu Raya, (21,43%) yang berada pada Kuadran IV. Dalam jangka waktu 5 tahun
Kuadran I dengan tingkat kemiskinan sejak tahun 2014 hingga tahun 2019 telah
rendah dan persentase peserta BPJS terjadi pergeseran posisi beberapa
Kesehatan tinggi. Sebanyak 4 kabupaten/kota sebagai berikut:
kabupaten/kota lainnya, Kabupaten Kapuas 1) Kabupaten Mempawah bergeser dari
Hulu, Kabupaten Sintang, Kabupaten Kuadran I (Kemiskinan rendah & BPJS
Landak dan Kabupaten Kayong Utara Kes Tinggi) ke Kuadran IV (Kemiskinan
(28,57%) berada pada Kuadran II dengan rendah & BPJS Kes rendah)
tingkat kemiskinan tinggi dan persentase 2) Kabupaten Kubu Raya bergeser dari
peserta BPJS Kesehatan tinggi tinggi. Kuadran I (Kemiskinan rendah & BPJS
Sebanyak 3 kabupaten, Kabupaten Kes Tinggi, ke Kuadran IV (Kemiskinan
Ketapang, Kabupaten Melawi dan rendah & BPJS Kes rendah)
Kabupaten Sambas (21,43%) berada pada 3) Kabupaten Kapuas Hulu bergeser dari
Kuadran III dengan tingkat kemiskinan Kuadran II (Kemiskinan tinggi & BPJS
tinggi dan persentase peserta BPJS Kes Tinggi ke Kuadran III (Kemiskinan
Kesehatan rendah. Sisanya sebanyak 4 tinggi & BPJS Kes rendah)
kabupaten/kota, Kota Pontianak, 4) Kabupaten Sintang bergeser dari
Kabupaten Sekadau, Kabupaten Kuadran II (Kemiskinan tinggi & BPJS
Bengkayang dan Kabupaten Sanggau, Kes Tinggi, ke Kuadran III (Kemiskinan
(28,57%) berada pada Kuadran IV dengan tinggi & BPJS Kes rendah)
tingkat kemiskinan rendah dan persentase 5) Kota Pontianak bergeser dari Kuadran
peserta BPJS Kesehatan rendah. IV (Kemiskinan rendah & BPJS Kes
Pada tahun 2019 distribusi rendah), ke Kuadran I (Kemiskinan
kabupaten/kota pada keempat kuadran rendah & BPJS Kes tinggi)
mengalami perubahan, kecuali pada 6) Kabupaten Bengkayang bergeser dari
Kuadran I dengan tetap 3 kabupaten/kota Kuadran IV (Kemiskinan rendah & BPJS
(21,43%). Selain itu sebanyak 2 Kes rendah) ke Kuadran I (Kemiskinan
kabupaten/kota (14,29%) berada pada rendah & BPJS Kes tinggi)

Jurnal Ilmu Sosial dan Humaniora | 106


Nurul Bariyah | Pendidikan, Kesehatan dan Penanggulangan Kemiskinan di Kalimantan Barat:
Menuju Sustainable Development Goals

2014 2019

Gambar 9. Posisi Kabupaten/Kota di Provinsi Kalimantan Barat berdasarkan


Tingkat Kemiskinan dan Angka Harapan Hidup Tahun 2014 & 2019

Jika melihat pada sebaran titik di tinggi-tingkat kesehatan tinggi”, yaitu Kota
kedua grafik (2014 & 2019) tersebut tidak Singkawang (tahun 2014) dan Kota
terlihat korelasi yang jelas di antara dua Pontianak (tahun 2019). Sedangkan daerah
variabel. Titik-titik data menyebar tidak yang secara konsisten berada pada
beraturan dan tidak membentuk pola yang kuadran terendah, yaitu kombinasi “tingkat
linier yang cenderung naik ataupun kemiskinan tinggi-tingkat pendidikan
menurun, sehingga tidak dapat rendah-tingkat kesehatan rendah” hanya
menggambarkan korelasi kedua variabel ada pada tahun 2014, yaitu Kabupaten
dengan jelas. Dengan demikian dapat Sambas. Kabupaten/kota lainnya, baik
disimpulkan bahwa tidak ada korelasi pada tahun 2014 maupun pada tahun 2019
antara tingkat kemiskinan dan Angka berada di antara kedua kategori di atas.
Harapan Hidup (AHH) di 14 kabupaten/kota Kedua daerah yang secara konsisten
di Provinsi Kalimantan Barat, baik pada menunjukkan performa yang tinggi adalah
tahun 2014 maupun tahun 2019. daerah perkotaan, yaitu Kota Pontianak
Analisis dalam penelitian ini bertolak sebagai ibukota Provinsi Kalimantan Barat,
dari asumsi bahwa kondisi paling ideal dan Kota Singkawang sebagai wilayah
(konsisten) yang mungkin dimiliki oleh administratif Kota. Hal ini mudah dipahami,
suatu kabupaten/kota adalah yang mengingat perkotaan merupakan pusat
memperlihatkan tingkat kemiskinan rendah, pemerintahan serta pusat kegiatan ekonomi
tingkat pendidikan (LHS & RLS) dan tingkat yang umumnya dilengkapi dengan
kesehatan (AHS & BPJS Kes) tinggi. infrastruktur yang baik untuk menunjang
Sebaliknya kondisi paling tidak ideal kegiatan ekonomi tersebut. Kota Pontianak
(inkonsisten) adalah yang memperlihatkan dan Kota Singkawang memiliki luas wilayah
tingkat kemiskinan tinggi, tingkat terkecil di Kalimantan Barat jika
pendidikan rendah dan tingkat kesehatan dibandingkan dengan kabupaten lain, oleh
rendah. Di antara kedua kutub ini terdapat karena itu perekonomian tidak bertumpu
kondisi antara yang memperlihatkan pada sektor pertanian, melainkan pada
berbagai kombinasi tipologi ke lima variabel sektor jasa (non-tradable sector).
penelitian (kemiskinan, HLS, RLS, AHH Rendahnya tingkat kemiskinan di
dan BPJS Kes). kedua kota ini tercermin pula pada kualitas
Hasil estimasi untuk tahun 2014 dan kesejahteraan penduduknya yang diukur
2019 memperlihatkan inkonsistensi dengan tingkat pendidikan (HLS & RLS)
indikator makro dan pembangunan di yang tinggi dan tingkat kesehatan (AHH &
sebagian besar kabupaten/kota di Provinsi persentase peserta BJS Kes) yang tinggi.
Kalimantan Barat. Hanya ada satu daerah Di sisi lain, tingkat pendidikan dan tingkat
yang secara konsisten berada pada kesehatan yang tinggi kelihatannya mampu
kuadran tertinggi, yaitu kombinasi “tingkat mendorong tingkat kemiskinan ke level
kemiskinan rendah-tingkat pendidikan yang lebih rendah.

Jurnal Ilmu Sosial dan Humaniora | 107


Nurul Bariyah | Pendidikan, Kesehatan dan Penanggulangan Kemiskinan di Kalimantan Barat:
Menuju Sustainable Development Goals

Daerah dengan pencapaian terendah yang diteliti dalam dua dimensi yaitu HLS
baik dilihat dari tingginya tingkat kemiskinan dan RLS, dan antara Tingkat Kemiskinan
maupun tingkat pendidikan dan kesehatan dengan Kesehatan yang diteliti dalam dua
yang rendah adalah Kabupaten Sambas dimensi yaitu AHH dan BPJS Kes
pada tahun 2014. Letak geografis merupakan sekilas gambaran Kondisi
Kabupaten Sambas yang memiliki panjang Kalimantan Barat berikut 14 kabupaten/kota
pantai sejauh 198,76 km dengan sebelum terjadinya pandemi Covid-19.
karakteristik sebagian besar adalah pantai Bertolak dari kajian ini, penelitian
berpasir yang membentang sepanjang berikutnya diagendakan untuk dapat men-
sejumlah kecamatan kelihatannya menjadi trace dampak Covid-19 pada tahun-tahun
kendala tersendiri dalam pendistribusian yang akan datang khususnya berkenaan
fasilitas dan kesempatan pelayanan daerah dengan Tingkat Kemiskinan, Pendidikan
dalam hal pendidikan dan kesehatan. Pada dan Kesehatan.
tahun 2019, Kabupaten Sambas sudah
berada pada posisi yang lebih baik, di DAFTAR PUSTAKA
mana meskipun komponen lainnya masih Adji, A., Hidayat, T., Tuhiman, Hendratno,
belum menunjukkan peningkatan, tetapi Kurniawati, S., & Maulana, A. (2020).
terjadi peningkatan dalam komponen Pengukuran Garis Kemiskinan di
Harapan Lama Sekolah. Indonesia: Tinjauan Teoritis dan
Pada tahun 2014 Kabupaten Landak Usulan Perbaikan. (No. 48–2020).
menunjukkan pola yang menarik yaitu Ali, A., & Ahmad, K. (2014). The Impact of
“tingkat kemiskinan tinggi-tingkat Socio-Economic Factors on Life
pendidikan tinggi-tingkat kesehatan tinggi”. Expectancy in Sultanate of Oman: An
Kenyataan ini mungkin akibat dari tingkat Empirical Analysis. Middle-East
pendidikan dan/atau tingkat kesehatan Journal of Scientific Research, 22(2).
yang rendah di masa yang lalu yang https://doi.org/10.5829/idosi.mejsr.201
sekarang sudah meningkat meskipun 4.22.02.21847
belum memberi dampak positif terhadap Alisjahbana, A. S., & Murniningtyas, E.
penurunan tingkat kemiskinan. Jika asumsi (2018). Tujuan Pembangunan
tentang konsistensi pertumbuhan yang Berkelanjutan di Indonesia (2nd,
disebutkan dalam paragraf sebelumnya 2018th ed.). Unpad Press.
benar, maka kabupaten ini diperkirakan Anggraini, N. (2012). Hubungan Kausalitas
akan dapat segera menurunkan tingkat dari Tingkat Pendidikan, Pendapatan,
kemiskinan yang dimilikinya. dan Konsumsi Terhadap Jumlah
Penduduk Miskin di Provinsi Jawa
SIMPULAN DAN SARAN Tengah. Jurnal Universitas
Tingkat penurunan angka kemiskinan Diponegoro.
yang cukup besar di 14 kabupaten/kota di Arfiyani, I., Raharjo, T., & Yusuf, A. (2020).
Provinsi Kalimantan Barat masih dipandang Family Development Session Sebagai
kurang signifikan untuk mendorong Upaya Peningkatan Keterampilan
pertumbuhan kualitas hidup yang memadai. Hidup Masyarakat Miskin. Jurnal Ilmu
Capaian tingkat pendidikan yang diukur Sosial Dan Humaniora, 9(1), 57.
dengan Harapan Lama Sekolah atau https://doi.org/http://dx.doi.org/10.238
Expected Years of Schooling (EYS) dan 87/jish-undiksha.v9i1.24517
Rata-rata Lama Sekolah atau Mean Aryeetey, G. C., Westeneng, J., Spaan, E.,
Years of Schooling (MYS) sudah mendekati Jehu-Appiah, C., Agyepong, I. A., &
target yang ditetapkan oleh UNDP dan Baltussen, R. (2016). Can health
relatif sejalan dengan tujuan yang insurance protect against out-of-
ditetapkan dalam Sustainable Development pocket and catastrophic expenditures
Goals (SDGs), meskipun belum and also support poverty reduction?
menunjukkan pembangunan pendidikan Evidence from Ghana’s National
yang merata. Dari sisi capaian tingkat Health Insurance Scheme.
kesehatan yang diukur dengan Angka International Journal for Equity in
Harapan Hidup dan Persentase Peserta Health, 15(1).
BPJS Kesehatan, meskipun tidak berbeda https://doi.org/10.1186/s12939-016-
signifikan dengan capaian nasional, tetapi 0401-1
angkanya masih jauh dari capaian global. BPS Kalbar. (2020). Provinsi Kalimantan
Deskripsi dan hubungan antara Barat Dalam Angka 2019. In
Tingkat Kemiskinan dengan Pendidikan Pontianak: Kantor Statistik Provinsi

Jurnal Ilmu Sosial dan Humaniora | 108


Nurul Bariyah | Pendidikan, Kesehatan dan Penanggulangan Kemiskinan di Kalimantan Barat:
Menuju Sustainable Development Goals

Kalbar. /efficient.v2i3.35905
Deonandan, R. (2019). Defining Poverty: A Lubis, H. (2017). Mengentaskan
Summary of Competing Models. Kemiskinan: Multidimensional
Journal of Social and Political Approach. Indonesian Journal of
Sciences, 2(1), 17–21. Development Economics, 3(1).
https://doi.org/10.31014/aior.1991.02. https://doi.org/http://dx.doi.org/10.308
01.44 70/hermeneutika.v3i1.2901
Fauzan, M., Nusantara, A., Nawatmi, S., & Mahya, A. J., & Widowati, W. (2021).
Santosa, A. B. (2020). Indeks Analisis Pengaruh Angka Harapan
Pembangunan Manusia dan Lama Sekolah, Rata-Rata Lama
Pendidikan di Jawa Tengah. Jurnal Sekolah, dan Pengeluaran Per Kapita
Bisnis Dan Ekonomi, 27(1), 55–64. Terhadap Indeks Pembangunan
Guha, J., & Chakrabarti, B. (2019). Manusia di Provinsi Jawa Tengah.
Achieving the Sustainable Prismatika: Jurnal Pendidikan Dan
Development Goals (SDGs) through Riset Matematika, 3(2), 126–140.
decentralization and the role of local https://doi.org/https://doi.org/10.33503
governments: a systematic review. /prismatika.v3i2.1180
Commonwealth Journal of Local Margareni, N. P. A. P., Djayastra, I. K., &
Governance, 22, 2019, Article ID Yasa, I. G. W. M. (2016). Faktor-
6855. Faktor Yang Mempengaruhi
https://doi.org/https://doi.org/10.5130/ Kemiskinan di Provinsi Bali. Jurnal
cjlg.v0i22.6855 Piramida, 12(2), 101–110.
Guimarães, R. M., & Andrade, F. C. D. Peraturan Gubernur tentang Rencana Aksi
(2020). Healthy life-expectancy and Daerah Tujuan Pembangunan
multimorbidity among older adults: Do Berkelanjutan (Sustainable
inequality and poverty matter? Development Goals) Provinsi
Archives of Gerontology and Kalimantan Barat Tahun 2019-2023.
Geriatrics, 90. Peraturan Menteri Kesehatan Republik
https://doi.org/10.1016/j.archger.2020. Indonesia Nomor 59 Tahun 2017
104157 Tentang Pelaksanaan Pencapaian
Ishatono, I., & Raharjo, S. T. (2016). Tujuan Pembangunan Berkelanjutan.
Sustainable Development Goals In Ministry of Law and Human Right
(SDGs) dan Pengentasan Republic of Indonesia.
Kemiskinan. Share Social Work Rohima, S., Liliana, L., & Putri, A. K.
Journal, 6(2). (2020). Poverty Reduction in
https://doi.org/https://doi.org/10.24198 Regencies/Municipalities in South
/share.v6i2.13198 Sumatra Province. Society, 8(2), 581–
Kadri, I. A., Susilawati, M., & Sari, K. 595.
(2020). Faktor–Faktor yang https://doi.org/https://doi.org/10.33019
Berpengaruh Signifikan Terhadap /society.v8i2.215
Indeks Pembangunan Manusia di Seran, S. (2017). Pendidikan,
Provinsi Papua. E-Jurnal Matematika, Pengangguran, dan Pertumbuhan
9(1), 31–36. Ekonomi terhadap Kemiskinan
https://doi.org/https://doi.org/10.24843 Penduduk. Jurnal Ekonomi Kuantitatif
/MTK.2020.v09.i01.p275 Terapan, 10(2).
Kioupi, V., & Voulvoulis, N. (2019). https://doi.org/https://dx.doi.org/10.24
Education for sustainable 843/JEKT.2017.v10.i01.p07
development: A systemic framework Setianingtias, R., Baiquni, M., & Andri, K.
for connecting the SDGs to (2019). Pemodelan Indikator Tujuan
educational outcomes. Sustainability Pembangunan Berkelanjutan di
(Switzerland), 11(21), 6104. Indonesia. Jurnal Ekonomi Dan
https://doi.org/http://dx.doi.org/10.339 Pembangunan, 27(2), 61–74.
0/su11216104 https://doi.org/https://doi.org/10.14203
Lestari, D. H., & Setyadharma, A. (2019). /JEP.27.2.2019.61-74
Determinant Mean Years of Schooling Silva-Laya, M., D’Angelo, N. I., García, E.,
in Central Java. Efficient: Indonesian Zúñiga, L., & Fernández, T. (2020).
Journal of Development Economics, Urban poverty and education. A
2(3), 524–539. systematic literature reviews.
https://doi.org/https://doi.org/10.15294 Educational Research Review, 29.

Jurnal Ilmu Sosial dan Humaniora | 109


Nurul Bariyah | Pendidikan, Kesehatan dan Penanggulangan Kemiskinan di Kalimantan Barat:
Menuju Sustainable Development Goals

https://doi.org/http://doi.org/10.1016/j.
edurev.2019.05.002
Siregar, Z. (2019). Kebijakan
Penanggulangan Kemiskinan. Jurnal
Ekonomi Keuangan Dan Kebijakan
Publik, 1(2), 64–69.
https://doi.org/https://doi.org/10.30743
/jekkp.v1i2.2261
Sudaryati, S., Ahmad, A. A., & Suprapto, S.
(2021). The Effect of Average Length
of Schooling, Life Expectancy and
Economic Growth on Poverty in
Banjarnegara Regency 2005-2019.
Eko-Regional: Jurnal Pengembangan
Ekonomi Wilayah, 16(1).
https://doi.org/10.20884/1.erjpe.2021.
16.1.1677
Suripto, S., & Subayil, L. (2020). Pengaruh
Tingkat Pendidkan, Pengangguran
Pertumbuhan Ekonomi dan Indeks
Pembangunan Manusia Terhadap
Kemiskinan di D.I.Yogyakarta Periode
2010-2017. GROWTH Jurnal Ilmiah
Ekonomi Pembangunan, 1(2).
Taufiq, N., & Dartanto, T. (2020).
Education, informal turnover and
poverty dynamics in Indonesia.
International Journal of Economics
and Management, 14(1), 157–172.
Thobibah, I., Ernawaty, E., & Damayanti, N.
A. (2020). Analisis Faktor Penentu
Kepesertaan BPJS. Jurnal
Keperawatan Silampari, 4(1), 162–
170.
https://doi.org/https://doi.org/10.31539
/jks.v4i1.1474
Wijaya, P. Y., & Suasih, N. R. (2021). One
Decade, 20 Percent Education
Budget: How About Causality
Between Education Success and
Poverty? Jurnal Ekonomi Kuantitatif
Terapan, 14(1), 173–189.
https://doi.org/https://doi.org/10.24843
/JEKT.2021.v14.i01.p09
Yuliani, Y. (2016). Pendidikan di Indonesia
dalam Human Development Index
(HDI). Jurnal Rontal Keilmuan PPKn,
2(3), 48–56.
https://doi.org/https://doi.org/10.29100
/ppkn.v2i2.342

Jurnal Ilmu Sosial dan Humaniora | 110

Anda mungkin juga menyukai