Anda di halaman 1dari 15

U PAYA PENANGANAN KEMISKINAN

MELALUI PROGRAM KELUARGA HARAPAN


Oleh
Yuliati, AKS

BAB. I
LATAR BELAKANG

Pembangunan masyarakat merupakan proses berkelanjutan yang melibatkan sektor


pemerintah, swasta dan masyarakat untuk berperan aktif dalam upaya mencapai suatu
harapan tatanan masyarakat yang sejahtera, adil dan makmur. Perjuangan mencapai harapan
tersebut dihadapkan pada berbagai permasalahan dasar dalam proses pembangunan.
Pelaksanaan pembangunan pada waktu lampau lebih memfokuskan pertumbuhan
ekonomi yang cepat, namun sampai saat ini masih menyisakan berbagai problematika pada
kehidupan masyarakat. Beberapa problem tersebut yang mengharuskan adanya solusi
menyeluruh diantaranya adalah permasalahan kemiskinan dan pengangguran.
Kemiskinan secara umum didefiniskasikan sebagai suatu kondisi dimana seseorang
atau sekelompok orang yang tidak mampu memenuhi hak–hak dasarnya untuk
mempertahankan dan mengembangkan kehidupan yang bermartabat. Hak – hak dasar
tersebut antara lain kebutuhan pangan, pakaian, pendidikan, kesehatan, pekerjaan,
perumahan, sumber alam dan lingkungan hidup, rasa aman dari perlakuan atau ancaman
tindak kekerasan serta partisipasi dalam kehidupan sosial politik.
Di Indonesia kemiskinan telah menjadi masalah nasional yang terus menerus
dilakukan upaya program penanggulangan kemiskinan dari tingkat nasional hingga daerah,
karena kemiskinan merupakan masalah yang mempunyai keterikatan erat dengan masalah –
masalah sosial yang tidak bisa hanya ditangani oleh pemerintah pusat semata, melainkan
memerlukan peran serta berbagai pelaku pembangunan (stake holders), baik pemerintah
pusat, pemerintah provinsi dan pemerintah kabupaten /kota maupun dunia usaha / swasta
atau masyarakat.
Kemiskinan juga dipandang sebagai permasalahan yang bersifat multidimensional
mencakup dimensi sosial, ekonomi, fisik, politik , kelembagaan dan bersifat unik untuk
setiap wilayah karena tiap wilayah mempunyai karakteristik yang cukup bervariatif satu
sama lainnya.
Pada sisi lain, dalam melaksanakan program penanggulangan kemiskinan masih
dihadapkan pula beberapa masalah krusial seperti data base yang belum mampu up date

1
setiap tahunnnya berkelanjutan, sehingga beraneka ragamnya program dan kegiatan tidak
berdampak signifikan terhadap penurunan angka kemiskinan, dan hal ini terjadi secara umum
hampir diseluruh provinsi, kabupaten dan kota.
Laju penurunan angka kemiskinan secara nasional mengalami perlambatan yang
terlihat dari tren penurunan angka kemiskinan nasional dari 32,53 juta jiwa (14 %) pada
tahun 2009 menjadi 28,55 juta jiwa ( 11,47%) ditahun 2013, atau rata – rata penurunan tiap
tahun sekitar 995.000 jiwa atau 0,67 %. Ditingkat Provinsi Jawa Tengah , laju penurunan
angka kemiskinan dari tahun 2009 – 2013 sebesar 25.521 jiwa atau 0,82 % pertahun.
Hal yang sama terjadi di Kabupaten Banjarnegara dimana angka kemiskinan tahun
2009 sebesar 184.023 jiwa ( 21, 36 % ) turun menjadi 166.800 jiwa ( 18,71 % ) ditahun
2013. Laju penurunan angka kemiskinan selama 5 tahun terakhir rata – rata sekitar 4.306
jiwa atau 0,66 %, dan pada tahun 2015 berdasarkan hasil Pemutakhiran Basis Data
Terpadu yang dilaksanakan oleh BPS sebanyak 106.197 Rumah Tangga atau 377.897
jiwa. Belum optimalnya penurunan angka kemiskinan di Indonesia termasuk di
Banjarnegara, salah satu faktornya dikarenakan belum optimalnya komitmen dan
keterpaduan dalam menangani masalah kemiskinan. Ego sektoral, bidang dan urusan
mewarnai dalam penetapan program kegiatan penanggulangan kemiskinan.
Berdasarkan kondisi tersebut, maka diperlukan program penanggulangan
kemiskinan yang dapat memadukan berbagai program penanggulangan kemiskinan antar
lintas instansi terkait dari tingkat pusat hingga ke daerah kabupaten /kota. Selain hal
tersebut, diperlukan juga program penanggulangan kemiskinan yang memberikan dampak
siginifikan terhadap penanganan kemiskinan yang meliputi memberikan kemudahan dan
kesempatan akses pelayanan kesehatan, pendidikan serta akses penerimaan program -
program penanggulangan kemiskinan lainya dengan melibatkan komitmen lintas instansi
terkait baik ditingkat pusat maupun daerah . Selain hal tersebut, program penanganan
kemiskinan juga harus memuat syarat – syarat tertentu / kriteria khusus penerima manfaat
program sehingga dalam pelaksanaan dapat menjawab pertanyaan masyarakat apabila
program tersebut tidak semua warga masyarakat miskin menerimanya. Dan yang tak kalah
penting program penanggulangan kemiskinan yang dilaksanakan sebaiknya melibatkan
penerima manfaat untuk berkomitmen melaksanakan tugas dan tanggung jawab yang akan
dijadikan syarat dalam pencairan bantuan penerima manfaat program .

2
BAB. II
LANDASAN PEMIKIRAN

Penanggulangan kemiskinan merupakan sebuah tema yang selalu menjadi isu sentral
dalam dialektika sosial. Pembahasan kemiskinan ini salah satunya bisa dilihat dari perspektif
kebijakannya yang selalu menempatkan penanganan kemiskinan sebagai prioritas utama
dalam pelaksanaan Pembangunan. Pemerintah Indonesia juga telah menetapkan regulasi
kebijakan untuk memberikan akselerasi terhadap sinergitas pelaksanaan penanggulangan
kemiskinan di Indonesia,1di antaranya adalah Inpres 3 tahun 2010 tentang Program
Pembangunan yang Berkeadilan, yakni meliputi: Program Pro Rakyat, Keadilan Untuk
Semua (justice for all), dan Pencapaian Tujuan Pembangunan Milenium (Millennium
Development Goals - MDGs), UU No 11 tahun 2009 tentang kesejahteraan sosial ,
UU Nomor 13 Tahun 2011 tentang Penanganan Fakir Miskin, UU Nomor 23 Tahun 2014
tentang Pemerintahan Daerah dan PP Nomor 39 Tahun 2011 tentang Percepatan
Penanggulangan Kemiksinan.
Dalam PP Nomor 39 Tahun 2011 antara lain ditetapkan Strategi percepatan
penanggulangan kemiskinan meliputi (1) mengurangi beban pengeluaran masyarakat miskin,
(2) meningkatkan kemampuan dan pendapatan masyarakat miskin ,(3). mengembangkan dan
menjamin keberlanjutan Usaha Mikro dan Kecil,(4). mensinergikan kebijakan dan program
penanggulangan kemiskinan.
Sebagai salah satu Kabupaten di wilayah Provinsi Jawa Tengah, gambaran umum
kemiskinan di atas juga tergambar di Kabupaten Banjarnegara. Dokumen SPKD (Strategi
Penanggulangan Kemiskinan Daerah) Kabupaten Banjarnegara Tahun 2016-2020,
menyebutkan bahwa tingkat Kemiskinan Banjarnegara Tahun 2015 naik sebesar 0,60%,
dibandingkan tahun 2014, yakni dari 17,77 % menjadi 18,37%. Sedangkan Laju penurunan
angka kemiskinan selama tahun 2011 – 2015 rata-rata hanya sebesar 0,40% per tahun,lebih
rendah dari rata-rata Provinsi Jawa Tengah, yakni sebesar 0,58%. Secara mikro, yakni
berdasarkan data terendah P BDT tahun 2015, Banjarnegara memiliki penduduk dengan
tingkat kesejahteraan 40 % kebawah sebanyak 106.197 Ruta atau 377.897 yang terbagi
dalam 4 desil . Posisi relatif tingkat kemiskinan di Banjarnegara berada di urutan 6 tertinggi
setelah 5 kabupaten lain, yakni Wonosobo, Kebumen, Brebes, Purbalingga dan Rembang.

1
Kementerian Perencanaan Pembangunan Sosial, Membangun Sistem Database MDGs dan Program
Pembangunan untuk Perencanaan dan Penganggaran yang Berpihak Pada Masyarakat Miskin, 2013,
BAPPENAS, hlm 114-122.

3
Tentunya keadaan tersebut menjadi perhatian ekstra bagi pemerintah daerah Kabupaten
Banjarnegara.
Strategi Penanggulangan Kemiskinan dengan melibatkan seluruh organisasi
Perangkat Daerah telah direncanakan dalam Strategi Program Penanggulangan Kemiskinan
Daerah ( SPKD) Kabupaten Banjarnegara yang menargetkan angka kemiskinan dapat
diturunkan secara bertahap dengan target sebesar 15,84% - 12,24% dalam kurun waktu
hingga 2020. Strategi tersebut dikonkritkan dalam bentuk 4 (empat) rencana kerja strategi
penanggulangan kemiskinan , yakni: (a) Mengurangi beban pengeluaran dan meningkatkan
akses cakupan pelayanan dasar bagi masyarakat miskin; (b) Meningkatkan kemampuan dan
pendapatan masyarakat miskin; (c) Mengembangkan dan menjamin keberlanjutan usaha
mikro dan kecil; (c) Sinergitas kebijakan dan program yang mendukung pengentasan
kemiskinan daerah.
Salah satu program penanggulangan kemiskinan dengan mengacu pada strategi
sebagaimana tersebut diatas adalah melalui Program Keluarga Harapan yang
merupakan program dari Kementerian Sosial RI dan pelaksanaannya melibatkan berbagai
instansi terkait dari tingkat pusat hingga ke daerah, dan metode pelaksananaannya
mensinergikan dengan berbagai program penanganan kemiskinan lainnya sehingga
menjadi penanganan kemiskinan yang komplit dan terpadu dan sekaligus dapat
melaksanakan ke 4 (empat ) strategi penanggulangan kemiskinan yang telah dirumuskan
dalam SPKD Kabupaten Banjarnegara Tahun 2016 - 2020 maupun yang tertuang dalam
PP Nomor 11 Tahun 2009 .
Program Keluarga harapan dalam jangka pendek bertujuan mengurangi beban
keluarga sangat miskin dan dalam jangka panjang dapat memutus mata rantai kemiskinan
antar generasi. Pelaksanaan Program Keluarga harapan juga mendukung upaya pencapaian
tujuan pembangunan millenium ( Millenim Development Goals) yaitu pengurangan
penduduk miskin dari kelapan, pendidikan dasar, kesetaraan gender, pengurangan angka
kematian bayi dan balita serta pengurangan kematian ibu melahirkan. Dengan PKH
diharapkan Rumah tangga miskin/ keluarga sangat miskin memiliki akses yang lebih baik
untuk memanfaatkan pelayanan sosial dasar, yaitu kesehatan, pendidikan , pangan dangizi,
termasuk menghilangkan kesejangan sosial, ketidakberdayaan dan keterasingan sosial yang
selama ini melekat pada masyarakat miskin.

4
BAB. III
PEMBAHASAN

A. Paradigma Kemiskinan
Menurut Badan Pusat Statistik (BPS),dalam kajian kemiskinan terdapat dua
paradigma, yaitu pertama, paradigma kebutuhan dasar (basic needsapproach), yaitu
ketidakmampuan seseorang untuk memenuhi kebutuhan dasar hidup manusia. Dengan
paradigma ini, maka kemiskinan dipandang sebagai ketidakmampuan dari sisi ekonomi
untuk memenuhi kebutuhan dasar makanan, dan bukan makanan yang diukur dari sisi
pengeluaran. Jadi yang dimaksud penduduk miskin adalah penduduk yang memiliki
rata-rata pengeluaran per kapita per bulan di bawah garis kemiskinan. Kedua,
paradigma turun temurun (headcountindex), yaitu merupakan ukuran yang
menggunakan kemiskinan absolut. Artinya penduduk miskin adalah penduduk yang
berada di bawah batas garis kemiskinan, dengan standar nilai rupiah yang rendah dari
kebutuhan makanan-minuman dan non-makanan minuman. Dengan demikian, garis
kemiskinan terdiri dari dua komponen yaitu (a) garis kemiskinan makanan (food line)
dan (b) garis kemiskinan non-makanan ( non-food line).
BPS mendefinisikan garis kemiskinan (povertyline) adalah besarnya nilai
rupiah pengeluaran per kapita penduduk setiap bulan untuk memenuhi kebutuhan dasar
minimum seperti makanan dan non-makanan yang dibutuhkan oleh seorang individu
untuk tetap berada pada kehidupan yang layak. Sedangkan Konsep Garis Kemiskinan
(GK) BPS merupakan penjumlahan Garis Kemiskinan Makanan (GKM) dan Garis
Kemiskinan non-Makanan (GKNM). Penduduk yang memiliki rata-rata pengeluaran
perkapita per bulan di bawah Garis Kemiskinan dikategorikan sebagai penduduk
miskin.Garis Kemiskinan Makanan (GKM) merupakan nilai pengeluaran kebutuhan
minimum makanan yang disetarakan dengan 2.100 kilo kalori perkapita perhari. Paket
komoditas kebutuhan dasar makanan diwakili oleh 52 jenis komoditas (padi-padian,
umbi-umbian, ikan, daging, telur, susu, sayuran, kacang-kacangan, buah-buahan,
minyak dan lemak dan lain lain. Garis Kemiskinan non-Makanan (GKNM) adalah
kebutuhan minimum untuk perumahan sandang, pendidikan dan kesehatan. Paket
komoditas kebutuhan dasar non-makanan diwakili oleh 51 jenis komoditas diperkotaan
dan 47 jenis komoditas di perdesaan.

5
Oleh karena itu, upaya penanganan kemiskinan yang dilakukan pada negara
berkembang baik pemerintah maupun organisasi non-pemerintah kebanyakan hanya
bertumpu pada upaya peningkatan pendapatan. Itu sebabnya berbagai upaya
penanganan kemiskinan itu tidak menyelesaikan masalah dan cenderung gagal karena
hanya pada paradigma pendapatan, dan tidak memikirkan bagaimana kondisi penduduk
miskin yang tidak produktif serta mengalami keterbatasan secara fisik yang disebabkan
oleh berbagai faktor penyebab.

B. PelaksanaanProgram Keluarga Harapan


1) Apakah PKH itu?
Program Keluarga Harapan (PKH) adalah program yang memberikan bantuan
tunai bersyarat kepada Keluarga Sangat Miskin (KSM).
Program Keluarga Harapan adalah Program Perlindungan sosial yang
memberikan bantuan tunai bersyarat ke pada keluarga sangat miskin yang disebut
dengan istilah Keluarga Penerima Manfaat (KPM) dengan syarat – syarat dan
kewajiban yang harus dipenuhi secara berkelanjutan yaitu selama 6 (enam ) tahun,
dan selanjutnya apabila selama kurun waktu tersebut kondisi penerima manfaat
kondisinya masih miskin serta memenuhi syarat PKH akan tetap menerima
bantuan PKH selama 3 (tiga ) tahun dan dipersiapkan untuk menerima program
tambahan penanganan kemiskinan lainnya.
Program Keluarga Harapan atau dengan kata lain disebut Bantuan Tunai
Bersayarat ( Conditional Cash Tranfers (CCT)) tidak sama dan bukan
merupakan lanjutan program Subsidi / Bantuan Langsung Tunai ( BLT) yang
sudah berlangsung selama ini dalam rangka membantu rumah tangga miskin
mempertahankan daya beli masyarakat pada saat pemerintah melakukan
penyesuaian harga BBM. Program keluarga Harapan lebih dimaksudkan sebagai
upaya membangun sistem perlindungan sosial kepada masyarakat miskin dalam
rangka mempertahankan dan meningkatkan kesejahteraan sosial penduduk miskin
sekaligus sebagai upaya memotong rantai kemiskinan , karena melalui PKH ,
penerima manfaat akan memperoleh bantuan tunai guna peningkatan kualitas
hidup pemenuhan kebutuhan dasar secara berkelanjutan . Adapun bantuan
dimaksud meliputi bantuan tetap, bantuan anak usia dibawah 6 tahun, ibu
menyusui/ hamil, bantuan peserta pendidikan setara SD/MI atau sederajat,
bantuan peserta pendidikan setara SMP/MTS atau sederajat, Bantuan peserta

6
pendidikan SMA/MA atau sederajat, bantuan penyandang disabilitas berat dan
bantuan lanjut usia 70 tahun keatas, yang diberikan dalam 4 ( empat ) tahap
dalam setiap tahunnya dan penerima manfaat harus memenuhi persyaratan dan
kewajibannya.

2) Apakah Tujuan PKH?


Tujuan umum PKH adalah meningkatkan kualitas sumber daya manusia, dan
mengubah pandangan, sikap, serta perilaku KSM untuk lebih dapat mengakses
layanan kesehatan dan pendidikan yang diharapkan dapat memutus rantai
kemiskinan.Tujuan tersebut sekaligus sebagai upaya mempercepat pencapaian
target MDG’s.
Secara khusus tujuan PKH adalah:
1. Meningkatnya status kesehatan dan gizi ibu hamil, ibu melahirkan, ibu nifas,
anak balita dan anak usia 5-7 tahun yang belum masuk sekolah dasar (anak
pra sekolah ataudisingkat apras) dari KSM;
2. Meningkatnya akses dan kualitas pelayanan pendidikan dan kesehatan,
khususnya bagi anak-anak KSM;
3. Meningkatnya taraf pendidikan anak-anak KSM.

3) Apa Sajakah Komponen PKH?


Komponen PKH adalah:
1. Pelayanan kesehatan dibuktikan dengan buku KIA.
2. Pelayanan pendidikan dibuktikan dengan daftar kehadiran anak di sekolah.
4) Siapa yang Berhak Menerima Bantuan PKH?
Penerima bantuan PKH yang selanjutnya disebut peserta PKH adalah KSM yang
berdomisili di lokasi terpilih yang memiliki satu atau beberapa kriteria:
1. Memiliki Anak SD/Madrasah Ibtidaiyah/Sederajat.
2. Memiliki Anak SMP/Madrasah Tsanawiyah/Sederajat.
3. MemilikiAnak SMA/Madrasah Aliyah/Sederajat
4. Memiliki Anak usia 7-21 tahun yang belum menamatkan pendidikan 12
tahun.
5. Memiliki Ibu hamil/melahirkan/nifas, dan atauMemiliki anak Balita.
6. Memiliki Anak usia 5-7 tahun (Anak Pra Sekolah)

7
7. Memilki lanjut usia yakni anggota yang berumur 70 tahun keatas
( tambahan kebijakan PKH New Inisiative tahun 2016 ).
8. Memilki penyandang Disabiitas berat ( semua umur )

5) Apa Syarat Penetapan Penerima Bantuan PKH?


Calon Penerima bantuan terpilih wajib menandatangani persetujuanpada formulir
validasi untuk mematuhi ketentuan PKH sebagai berikut:
1. Memeriksakan kandungan bagi ibu hamil ke fasilitas kesehatan sesuai
dengan protokol pelayanan kesehatan dasar.
2. Melakukan pemeriksaan paska persalinan untuk ibu nifas sesuai dengan
protokol pelayanan kesehatan dasar.
3. Mengantarkan anak usia 0-5 tahun ke fasilitas kesehatan sesuai dengan
protokol pelayanan kesehatan dasar.
4. Mengantarkan anak usia lebih kecil dari 7 tahun yang belum sekolah ke
pusat pelayanan kesehatan untuk mendapatkan pelayanan kesehatan.
5. Mendaftar dan menyekolahkan anak usia 7-15 tahun serta anak usia 15-21
tahun yang belum menyelesaikan pendidikan dasar 12 tahun.
6) Siapakah Penerima Bantuan PKH?
Penerima bantuan PKH adalah Ibu pengurus rumah tangga atau wanita dewasa
yang mengurus anak pada rumah tangga yang bersangkutan. Jika tidak ada Ibu
maka: nenek, tante/bibi, atau kakak perempuan dewasa dapat menjadi penerima
bantuan.Karenanya, pada kartu kepesertaan PKH pun akan tercantum nama
ibu/wanita yang mengurus anak, dan BUKAN kepala rumah tangga. Dalam
keadaan yang sangat khusus bantuan dapat diterima oleh Kepala Rumah Tangga
yang dilengkapi surat keterangan dari Pendamping dan diketahui Kepala Desa.
1. Apa Kewajiban IBU ?
Ibu Hamil : Memeriksakan kehamilan pada lembaga pelayanan
kesehatan minimal empat kali selama masa kehamilan
Ibu Melahirkan : Proses kelahiran ditolong oleh tenaga kesehatan terlatih
Ibu Nifas : Memeriksakan kesehatanya minimal tiga kali sebelum
bayi berusia satu bulan.

8
Ibu Mempunyai Anak Usia :
• 0 – 5 Tahun : Membawa anaknya untuk imuniasasi lengkap, diberi
vitamin dan dipantau tumbuh kembangnya.
• 5 – 6 Tahun : Memantau tumbuh kembang anaknya.
• 7 – 21 Tahun : Mendaftarkan anaknya untuk melaksanakan wajib
belajar dua belas tahun.
2. Apa Kewajiban ANAK?
• 0 – 5 Tahun : Imuniasai lengkap, diberi vitamin serta dipantau
tumbuh kembangnya.
• 5 – 6 Tahun : Dipantau tumbuh kembang anaknya.
• 7 – 21 Tahun : Menyelesaikan pendidikan dasar sembilan tahun (SD
hingga SMA sederajat) dengan tingkat kehadiran
minimal 85%.
7) Berapakah Besaran Bantuan yang diterima PesertaPKH?
Besaran bantuan tunai yang diterima oleh peserta PKH bervariasi berdasarkan
jumlah anggota keluarga yang dihitung menurut ketentuan penerimaan bantuan,
baik komponen kesehatan maupun pendidikan. Di kemudian hari besaran bantuan
akan bisa berubah sesuai dengan kondisi keluarga saat itu atau bila peserta PKH
tidak dapat memenuhi syarat yang ditentukan. Skema besaran bantuan tunai yang
diterima oleh peserta PKH dapat dihitung berdasarkan tabel berikut;
Tabel 1. Skenario Bantuan

JENIS BANTUAN JML BANTUAN/TAHUN

BantuanTetap Rp. 500.000,-


BantuanbagiKSM/KSM yang memilikianakusia di Rp. 1.000.000,-
bawah 6 tahun, ibuhamil/menyusui.
Anakpesertapendidikansetara SD/MI Rp. 450.000,-
Anakpesertapendidikansetara SMP/Mts Rp. 750.000,-
AnakpesertapendidikansetaraSMA/MA Rp. 1.000.000,-
Bantuanmaksimum per KSM/KSM Rp. 3.700.000,-
Bantuan minimum per KSM/KSM Rp. 950.000,-
Catatan:
Bantuan terkait kesehatan berlaku bagi peserta PKH dengan anak di bawah 7 tahun dan/atau
ibu hamil/nifas. Besar bantuan ini tidak dihitung berdasarkan jumlah anak.

9
1. Variasi Nominal Bantuan yang Diterima Peserta PKH Per Tahun.
Tabel 2.Variasi Nominal Bantuan yang diterima Peserta PKH
Nominal Bantuan Berdasarkan Komponen*
Varia Bantuan
Bantuan/ Bumil/ Anak
si Tetap Anak SD Anak SMA Keterangan
Tahun Nifas/ Balita SMP
1 950.000 500.000 - 450.000 - - Bila ada 1 anak SD
2 1.500.000 500.000 1000.000 - - - Bila ada Bumil/ Nifas/
Balita
3 1.950.000 500.000 1000.000 450.000 - - Bila ada Bumil/ Nifas/
Balita dan 1 anak SD
4 2.250.000 500.000 1000.000 - 750.000 - Bila ada Bumil/ Nifas/
Balita dan 1 anak SMP
5 2.500.000 500.000 1000.000 - - 1.000.000 Bila ada Bumil/ Nifas/
Balita dan 1 anak SMA
6 3.700.000 500.000 1000.000 450.000 750.000 1.000.000 Bila ada Bumil/ Nifas/
Balita, 1 Anak SD dan 1
Anak SMP
Catatan:
Apabila anggota peserta PKH melampaui jumlah yang disyaratkan sebagaimana tabel diatas,
maka jumlah bantuan maksimal yang diperoleh adalah Rp.3.700.000,-/tahun.
2. Berapakah Nominal dan Tahap Bantuan yang diterima Peserta PKH ?
Bantuan PKH di berikan dalam 4 Tahapan, dan variasi jumlah bantuanminimal hingga
bantuan maksimal dapat dilihat dalam tabel berikut:
Tabel 3. Uraian bantuan Peserta PKH
Variasi 1
BANTUAN Rp. 950.000 / Tahun
URAIAN BANTUAN
Tahap 1 Tahap 2 Tahap 3 Tahap 4
Komponen Program 112.500 112.500 112.500 112.500
Bantuan Tetap - 500.000 - -
Total Terima 112.500 612.500 112.500 112.500

Variasi 2
BANTUAN Rp. 1.500.000 / Tahun
URAIAN BANTUAN
Tahap 1 Tahap 2 Tahap 3 Tahap 4
Komponen Program 250.000 250.000 250.000 250.000
Bantuan Tetap - 240.000 - -
Total Terima 250.000 750.000 250.000 250.000

Variasi 3
BANTUAN Rp. 1.950.000 / Tahun
URAIAN BANTUAN
Tahap 1 Tahap 2 Tahap 3 Tahap 4

10
Komponen Program 362.500 362.500 362.500 362.500
Bantuan Tetap - 500.000 - -
Total Terima 362.500 862.500 362.500 362.500

Variasi 4
BANTUAN Rp. 2.250.000 / Tahun
URAIAN BANTUAN
Tahap 1 Tahap 2 Tahap 3 Tahap 4
Komponen Program 437.500 437.500 437.500 437.500
Bantuan Tetap - 500.000 - -
Total Terima 437.500 937.500 437.500 437.500

Variasi 5
BANTUAN Rp. 2.500.000 / Tahun
URAIAN BANTUAN
Tahap 1 Tahap 2 Tahap 3 Tahap 4
Komponen Program 500.000 500.000 500.000 500.000
Bantuan Tetap - 500.000 - -
Total Terima 500.000 1.000.000 500.000 500.000

Variasi 6
BANTUAN Rp. 3.700.000 / Tahun
URAIAN BANTUAN
Tahap 1 Tahap 2 Tahap 3 Tahap 4
Komponen Program 800.000 800.000 800.000 800.000
Bantuan Tetap - 500.000 - -
Total Terima 800.000 1.300.000 800.000 800.000

Catatan:
1. Bantuan Tetap dibayarkan pada pembayaran tahap kedua
2. Untuk lokasi baru pembayaran diatur tersendiri oleh UPPKH Pusat

8) Apakah Sanksi bagi Peserta PKH yang tidakmemenuhi Kewajiban dan


Komitmen?
Apabila peserta tidak memenuhi komitmennya, maka akan berdampak pada
pemotongannominal bantuan dengan ketentuan sebagaiberikut:

11
1. Pengurangan bantuan adalah 10% setiap bulannya sebelum pembayaran periode
berikutnya.
2. Peserta tidak akan menerima bantuan jika seluruh anggota tidak memenuhi kewajiban
selama 3 bulan berturut-turut. Rincian sebagai berikut:

Tidak Memenuhi Kewajiban dan Komitmen


Anggota Keluarga
1 bulan 2 bulan 3 bulan
Seluruh 10% 10% 100%
Sebagian/Tanggung 10% 10% 10%
Renteng

9) Tahap Awal PKH


Bantuan dana tunai PKH diberikan kepada ibu atau perempuan dewasa
(nenek, bibi atau kakak perempuan) dan selanjutnya disebut Pengurus Keluarga. Dana
yang diberikan kepada pengurus keluarga perempuan ini telah terbukti lebih efektif
dalam meningkatkan kualitas pendidikan dan kesehatan penerima bantuan
Pengecualian dari ketentuan diatas dapat dilakukan pada kondisi tertentu, misalnya
bila tidak ada perempuan dewasa dalam keluarga maka dapat digantikan oleh kepala
keluarga. Sebagai bukti kepesertaan PKH, KSM diberikan Kartu Peserta PKH.Uang
bantuan dapat diambil oleh Pengurus Keluarga di Kantor Pos terdekat dengan
membawa Kartu Peserta PKH dan tidak dapat diwakilkan. Hak peserta PKH adalah:
1. Menerima bantuan uang tunai.
2. Menerima pelayanan kesehatan (ibu dan bayi) di Puskemas, Posyandu,
Polindes, dan lain-lain sesuai ketentuan yang berlaku.
3. Menerima pelayanan pendidikan bagi anak usia wajib belajar Pendidikan
Dasar 9 tahun sesuai ketentuan yang berlaku.
Apabila Peserta PKH tidak memenuhi kewajiban atas syarat kepersertaan
dalam tiga bulan, maka akan dilakukan pengurangan pembayaran bantuan tunai.
Pemotongan langsung dikenakan terhadap total bantuan pada periode tersebut.
Penggunaan bantuan tidak diatur dan ditentukan, tetapi diprioritaskan untuk
mengakses layanan pendidikan dan kesehatan. Penggunaan bantuan tidak
diperbolehkan untuk konsumsi yang merugikan hak anak seperti rokok, minuman
keras, judi dan lainnya. Mengingat bahwa besaran bantuan PKH telah berjalan selama

12
hampir 5 tahun, maka pada tahun-tahun mendatang besaran bantuan ini akan
dievaluasi dan disesuaikan dengan tingkat harga dan kemampuan keuangan negara.

C. Komplementaritas dan Sinegitas Program Keluarga Harapan.


Untuk mensukseskan keberhasilan program pemerintah, maka suatu program harus
melakukan komplemetaritas dengan program pemerintah lainnya. Dalam pelaksanaan
PKH yang melibatkan sektor lainnya , maka tidak lepas dari siergitas dengan program
terkait dari Kementerian Kesehatan, Pendidikan dan Kebudayaan dan atau instansi
terkait lainnya.
Komplematritas antar Program melalui program PKH dapat digambarkan sebagai
berikut :
a. Data Ibu hamil dan anak balita usia 5 tahun : seluruh nama diserahkan ke
Kemenkes untuk mendapatkan progam Jaminan Kesehatan Nasional Penerima
Bantuan Iuran (PBI – JKN) dalam bentuk KIS.
b. Data Anak Usia 6 -18 tahun disekolah diserahkan ke Kemdiknas dan kemenag
untuk mendapatkan Program Bea Siswa Miskin.
c. Data anak usia 6 -18 Tahun bekerja dan anak jalan diserahkan ke Kemensos
untuk mendapatkan Program PKSA.
Peserta PKH juga berhak mendapatkan layanan program Bantuan Sosial secara
terintegerasi. Karena Peserta PKH merupakan kelompok yang paling miskin, maka
idealnya Peserta PKH juga secara otomatis mendapatkan program lainnya seperti
Jaminan Kesehatan, Bantuan Pendidikan bagi Siswa Miskin, Beras untuk Rumah
Tangga Miskin, dan lainnya. Siswa dari Rumah Tangga Peserta PKH seharusnya
mendapatkan program Bantuan Siswa Miskin (BSM), Hal ini juga telah dicantumkan
di dalam Pedoman Umum BSM Kemendikbud dan Kemenag. Selain itu sudah ada
Surat Edaran dari Dirjen Pendidikan Islam No: Dj.1/PP.04/51.2014, Kementerian
Agama mengenai Prioritas anak peserta PKH untuk memperoleh BSM dari Kemenag.
Meski Program Keluarga Harapan termasuk program jangka panjang, namun
kepesertaan PKH tidak akan bersifat permanen. Kepesertaan penerima bantuan PKH
selama enam tahun selama mereka masih memenuhi persyaratan yang ditentukan,
apabila tidak ada lagi persyaratan yang mengikat maka mereka harus keluar secara
alamiah (Natural Exit). Untuk peserta PKH yang tidak keluar alamiah, setelah enam
tahun diharapkan terjadi perubahan perilaku terhadap peserta PKH dalam bidang

13
pendidikan, kesehatan dan peningkatan status sosial ekonomi. Pada tahun kelima
kepesertaan PKH akan dilakukan Resertifikasi atau pendataan ulang.

BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN

I. KESIMPULAN
1. Penanggulangan Kemiskinan merupakan tanggung jawab bersama antara
Pemerintah Pusat dengan daerah, sehingga pola penanganan kemiskinan
memerlukan komitmen bersama para pengambil kebijakan dari tingkat pusat
sampai dengan daerah untuk memadukan dan mensinergikan program
penanggulangan kemiskinan, sehingga hasil pelaksanaan program
penanggulangan kemiskinan mempunyai daya ungkit yang signifikan dalam
penurunan angka kemiskinan.
2. Dalam pelaksanaan program penanggulangan kemiskinan , maka sasaran atau
calon penerima manfaat dari setiap program agar menggunkan Basis data
terpadu serta kriteria sasaran ditetapkan secara detail sehingga hasil

14
pelaksanaan program penanggulangan kemiskinan dapat terukur serta dapat
dievalusai dan dimonitoring perkembangannya.
3. Keberhasilan pelaksanaan program penanggulangan kemiskinan juga
memerlukan komitmen dan tanggung jawab dari penerima manfaat program
tersebut dan ada konsekwensi yang harus ditanggung oleh penerima manfaat
program apabila tidak menjalankan kewajibannya.
II. SARAN
1. Program Keluarga Harapan merupakan program jangka panjang namun tidak
bersifat permanen, sehingga Pemerintah Daerah agar menyiapkan program –
program penanggulangan kemiksinan lainnya sebagai tindak lanjut dari
pelaksanaan program PKH yang melibatkan seluruh Organisasi Perangkat
daerah .
2. Pemerintah Daerah perlu mengembangkan Basis data terpadu untuk mengakses
dan menginventarisasi semua program penanggulangan kemiskinan yang telah
dilaksanakan oleh seluruh organisasi perangkat daerah.

15

Anda mungkin juga menyukai